sejarah karet alam

Upload: fadly-ahmad-k

Post on 06-Jul-2015

553 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Karet Alam dan Bau Di Pabrik Karet

Juni 2007

Toshiyuki KAWASHIMA

Karet Alam dan Bau di Pabrik Karet 1. Karet Alam 1.1 Sejarah karet Alam Karet alam pertama kali ditemukan ketika Colombus pada tahun 1493 melihat seorang anak penduduk asli pulau Haiti sedang bermain bola hitam yang terbuat dari getah. Setelah itu, Thn 1763 Thn 1770 Thn 1803 Thn 1819 Thn 1823 Thn 1839 Thn 1846 : Mack berasal dari Perancis membuka jalan bagi pemakaian karet, dengan menemukan bahwa karet dapat dilarutkan dalam eter dan lemak terpena. : Frestry berasal dari Inggris menemukan bahwa karet dapat digunakan sebagai penghapus yang diberi nama rubber (berasal dari rub). : Dibangun pertama kali pabrik karet yang memproduksi ban karet dan pipa karet di Perancis. : Seorang manager pabrik karet di London menemukan mesin pemintal benang yang terbuat dari karet. : Macintos, Glasgow membuat dan memasarkan jas hujan yang terbuat dari kain yang dilapisi cairan atau larutan karet yang telah dilarutkan dalam pelarut. : Good year dari USA menemukan bahwa karet dapat mengeras bila dicampur dengan sulfur. : Han Cock menemukan teknik vulkanisir. Dari penemuan ini semakin berkembanglah pemakaian karet. Tetapi karena bahan baku getah karet diperoleh dari daerah Amazon, dimana suplainya tak sesuai dengan permintaan, maka pohon karet mulai ditanam dan dikembangkan di Inggris. Thn 1876 : Weeckam berasal dari Inggris membawa pulang 70.000 benih tanaman Hevea dari Brazil dan ditanam di kebun Raya London. Hasil dari pengembangan budi daya tersebut dikirim ke Malaysia, Ceylon, dan Singapura. Thn 1888 Thn 1905 : Air land, Dun Lopp berhasil memasang ban berisi udara pada sepeda. Sejak saat itu menjadi terkenal dan popular. : Karet yang tumbuh di sekitar aliran Amazon tidak dibudidayakan dan dikontrol seperti perkebunan karet saat ini. Karena pengambilannya dibatasi dan pengambilan getah karetnya dibatasi pula, pedagang menjual dengan harga tinggi. Untuk

1

menyelesaikan masalah itu, produksi karet dialihkan ke perkebunan di Asia Tenggara. Abad 20 : Sejak ditemukannya mobil, permintaan akan karet mengalami lonjakan, karet alam menjadi benda langka. Sebagai gantinya akhirnya ditemukanlah karet sintesis. 1-2. Macam macam pohon karet Tumbuhan yang mengandung elemen karet alam dalam getahnya ( lateks , poly isopuren ), di dunia ini ada banyak dan diperkirakan lebih dari 400. Di dalam getah putih yang keluar dari tanaman dandelion dan pohon ara pun mengandung elemen karet alam. Diantara tanaman karet liar ada yang dapat hidup di daerah kering mulai dari daerah hangat sampai dingin, namun pusat daerah pertumbuhan tanaman karet adalah di daerah katulistiwa dan lembab. Saat ini, getah yang digunakan sebagai bahan baku karet alam dunia berasal dari tanaman Hevea Brasiliensis. Biasanya, bila dikatakan karet alam, maka yang dimaksud adalah Brasiliensis, sedangkan karet yang diambil dari tanaman selain Brasiliensis dibedakan dengan sebutan karet liar. Gambar 1-1 menunjukkan beberapa macam tanaman karet.

Hevea brasiliensis Tanaman ini berasal dari daerah Amazon. Karena dikirim dari pelabuhan Para di muara sungai Amazon maka diberi nama Para Gomunoki (pohon karet Para). Pada tahun 1976 berhasil

Manihot glaziovili Termasuk tanaman tingkat rendah yang berasal dari Brazil. Karet yang diambil dari tanaman ini disebut karet ceala. Kualitas tanaman ini satu tingkat lebih rendah dari2

Castilloa elastica Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah. Karena ertumbuhan kembali kulit pohon yang telah digores berlangsung lambat, maka getah pohon ini hanya dapat

dikembangkan di P. Ceylon. Bila disebut karet alam maksudnya, adalah untuk tanaman karet paragomu ini.

karet hevea brasiliensis. Karena kebutuhan akan karet jenis ini tidak terlalu banyak maka tanaman ini tidak dikembangbiakkan.

diambil 4~5 kali setahun. Bila pengambilan getahnya terlalu sering dilakukan, dapat menyebabkan matinya tanaman ini.

Ficus elastica

Landophia kirkii Urceola elastica

Berasal dari daerah Indonesia dan Malaysia. Karena getahnya termasuk jenis yang kompleks, maka pengambilannya cukup sulit dan jumlahnya pun sedikit. Saat ini dibudidayakan sebagai tanaman foliage (dedaunan).

Tanaman ini berasal dari Afrika dan termasuk tanaman merambat yang dapat membesar. Getahnya dapat diambil baik dengan cara memotong atau menebang pohonnya kemudian dikuliti dan diambil getahnya. Tanaman yang termasuk satu species dengan tanaman ini dan getahnya dapat diambil antara lain adalah L. Owariensis, L. Klainei, L. Heudelotti, dan L. Ugandesis.

Termasuk tanaman merambat yang terdapat di Malaysia dan Sumatra.

Sumber : Pt. Missi Belt [Tanaman Karet dalam Kehidupan Kita] Gambar. 1-1 Macam-macam tanaman karet (bag.1)

3

Palaguium gatta Tanaman yang berasal dari Malaysia. Lateks palaguium (katapachi lateks) akan mengeras bila terkena udara, karenanya pengambilannya dilakukan dengan mengambil dan mengumpulkan daun daun dan batangnya. Karet ini sangat stabil terhadap air, sehingga banyak digunakan untuk kabel di bawah laut, tetapi kini pemakaiannya diganti dengan resin sintesis. Juga digunakan sebagai bahan kulit bola golf bagian luar.

Achras zapota Berasal dari Amerika Tengah. Getah susu yang diambil dengan cara menorehkan goresan pada kulit pohon ini. Digunakan sebagai bahan baku permen karet. Tanaman ini tidak dapat dibudidayakan di perkebunan. Sehingga sebagai ganti bahan dasar permen karet digunakanlah resin sintesis.

Dyera Costulata Lateks yang berasal dari Malaysia ini disebut Delton. Mirip dengan lateks palaguium (katapachi). Digunakan sebagai bahan dasar permen karet dan bahan perekat untuk ikat pinggang.

4

Funtumia elastica Merupakan tanaman tingkat tinggi yang dapat tumbuh di daerah tropis bagian barat Afrika. Sebelum hevea brasiliensis dibudidayakan, tanaman ini terlebih dahulu telah dibudidayakan di daerah Asia Tenggara secara besar-besaran. Lateks ini memiliki kestabilan

Parthenium Argentatum Termasuk tumbuhan semak yang hidup hanya setahun dan berasal dari Meksiko Utara. Tidak memiliki pembuluh getah. Karetnya terkandung dalam bagian batang, akar, dan daun. Setelah getahnya diambil (dari pohonnya) lalu dikeringkan dan dihancurkan lalu didihkan dalam air, maka karetnya akan mengapung di permukaan. Jumlah kandungan getah tanaman ini tinggi, namun karena karet ini lengket dari segi bisnis tidak terlalu berharga. Astragalus Gumifer Tanaman kecil ini berasal dari Asia kecil Greek. Dinamakan Torogonta gomu. Pemakaian dari karet ini sama dengan karet Arabia.

Accacia senegalTanaman tingkat rendah ini berasal dari pantai barat Afrika. Karena getahnya mudah mengeras secara alami ketika diambil dari pohonnya maka dinamakan Arabia gomu (karet Arabia). Pada umumnya karet mengandung hydro karbon, tetapi Karet Arabia ini tersusun dari karbonhidrat sehingga mudah larut di dalam air. Digunakan dalam pembuatan berbagai jenis tinta, perekat perangko, zat yang membantu penbuatan tablet dan pil.

yang baik, dan dapat disimpan lebih lama. Karet futumia lebih lunak dari karet hevea brasiliensis, dan bila ditarik /diulurkan warnanya menjadi transparan sehingga bisa dibedakan dari hevea brasiliensis. Mimusops Balata Berasal dari Amerika Selatan, getah yang diambil dari tanaman ini berwarna merah dan dapat lumer bila dipanaskan (termo revensible). Sama seperti karet katapachi digunakan terutama untuk kulit luar bola golf karena bersifat tahan air.

Sumber : Pt. Missi Belt [Tanaman Karet dalam Kehidupan Kita]

Gambar 1-2 Macam-macam tanaman karet (bag.2)

5

2. Kondisi Karet Dunia 2.1 Pembagian Karet Karet dibagi menjadi 2 yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam dibuat dari getah pohon karet yang diproses, sedang karet sintesis dibuat dari bahan baku minyak tanah. Karena memiliki kualitas yang lebih baik otomatis karet alam lebih mahal, Namun, prosentase pemakaiannya mengalami perubahan tergantung dari nilainya. Misalnya pada ban, biasanya menggunakan bahan dari karet alam dan karet sintesis dengan perbandingan 55 : 45. Bila karet alam mengalami kenaikan harga, maka dapat diganti dengan karet sintesis sekitar 5%, dan bila karet sintesis pun mengalami kenaikan harga akibat kenaikan harga bahan bakar minyak, maka jumlah pemakaian karet alam yang diperbesar. Karet Alam Karet alam diperoleh dari getah resin karet (lateks karet alam) yang disebut Hevea Brasiliensis yang berasal dari daerah Amazon dengan cara penggumpalan dan pengeringan. Tergantung dari cara memprosesnya, secara umum karet alam dibagi menjadi 3. Daerah penghasil karet alam terbesar yang memproduksi 70% dari jumlah seluruh produksi karet dunia adalah Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Lateks : Merupakan karet alam yang awet disimpan yang dibuat dengan cara menambahkan anmonia ke dalam getah karet. Bila akan dikirim biasanya dikentalkan terlebih dahulu dengan mesin sentrifugal hingga kekentalannya mencapai 60%. Digunakan untuk sarung tangan karet, zat perekat, benang karet, alat-alat kedokteran, dan lain-lain. RSS : karet alam yang diperoleh dengan cara memasukkan lateks ke dalam asam untuk dipadatkan, kemudian di panaskan dan diasapkan. Digunakan sebagai bahan baku produksi ban, dan tube. TSR : Karet yang telah digumpalkan kemudian dihaluskan, setelah itu dikeringkan dengan pemanasan. Sama seperti dengan RSS, TSR digunakan sebagai bahan baku produksi ban, dan tube. Tergantung dari negara yang memproduksi, ada SMR ( Produk Malaysia ), SSR ( Produk Singapura ), SIR ( produk Indonesia ), TTR ( Produk Thailand ) dan lain lain.

6

Karet Sintetis Karet sistetis sengaja dibuat sedemikian rupa mirip dengan karet alam. Ada banyak macamnya yaitu Karet Isopuren ( IR ), Karet Stiren Butadien ( SBR ), Karet Butadien ( BR ), Karet Khloropuren ( CR ), Karet Nitril ( NR ), Karet BUTIL ( IIB ), Karet etilen propilen ( EPDM ), Karet Uretan ( AU, EU ), Karet silicon ( VMQ, FVMQ ), Karet Acril ( ACM ) dan lain lain. Karet sintetis yang paling banyak diproduksi ada 3 jenis yaitu karet isopuren, karet stiren butadiene, dan karet butadiene. Bila digabung dengan karet alam, prosentase karet sintetis ini meliputi 80 %. Karet tersebut terutama digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban. 2-2. Suplai karet alam Karet alam diproduksi di daerah katulistiwa seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, India, Vietnam, Srilanka, Liberia, Nigeria dan lain lain. Negara terbesar penghasil karet adalah Thailand, Malaysia dan Indonesia. Getah karet dapat diambil sepanjang tahun, tetapi jumlah produksi getah pada musim panas ( April ~ September ) dan musim gugur ( Februari ~ April ) menurun, sedangkan pada musim hujan ( Oktober ~ Januari ) mengalami peningkatan. Namun, bila hujan turun dengan deras maka pengambilan getah pun sulit dilakukan dan kualitas getah pun menurun. Getah pohon karet baru dapat diambil setelah pohon karet berumur 5~7 tahun. Karena itu meski harga karet melonjak, jumlah produksi tidak dapat meningkat, juga meski harga karet menurun sekalipun, jumlah produksi karet tidak dapat diturunkan. Dengan kondisi seperti itu, berarti jumlah produksi karet tidak berubah meski harga karet berubah. Jumlah produksi karet dunia tahun 2005 ditunjukkan pada tabel 2-1 dan Gambar 2-1, perubahan jumlah produksi karet alam ditunjukkan pada Gambar 2-2. Tabel 2-1 Jumlah produksi karet di beberapa negara tahun 2005 (ribu ton/y)Negara Jumlah produk Prosenta se produk Thailand 2.832,5 32,8 Indonesia 2.270,8 26,3 Malaysia 1.126,0 13,0 India 771,5 8,9 China 428,0 5,0 Vietnam 435,5 5,0 Lainnya 764,7 8,9

7

C hi na I a ndi

Vi etnam

Taiand l M al eysi a

I ndonei sa

Gambar 2-1Vol produksi produsen utama karet alam dunia950 900 850 800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 01 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

vol produkasi (10 /bulan)

Thailan Maleisia Lain2

Indonesia India Jumlah

3

bulan

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Sumber referensi : Data statistik Seminar Karet Internasional ( IRSG )

Gambar 2-2 Perubahan produksi karet alam 2-3. Permintaan karet alam Permintaan terhadap karet alam banyak dipengaruhi oleh factor jumlah industri mobil. Trend industri mobil Jepang dan Amerika memberi dampak yang besar bagi perminataan terhadap karet alam. Tetap pengaruh Cina pun tidak dapat dianggap sebelah mata sejak perkembangan industri mobil dalam negerinya yang meledak.

8

Bersamaan dengan perkembangan industri mobil, permintaan terhadap karet alam terus mengalami peningkatan sejak tahun 1975, namun sejak terjadi krisis ekonomi tahun 1997, permintaannya pun mengalami ketersendatan. Tetapi pada sekitar pertengahan tahun 2000 terutama sejak bertambahnya jumlah industri mobil Cina, permintaan terhadap karet alam pun menunjukkan adanya peningkatan. Gambar 2-2 dan Gambar 2-3 menunjukkan perubahan permintaan dan jumlah produksi karet alam akhir akhir ini. Sejak tahun 1999 jumlah produksi karet alam hanya sedikit melebihi permintaan, tetapi sejak tahun 2000, permintaan hanya melebihi sedikit jumlah produksi karet alam, hal tersebut menunjukkan adanya kekurangan suplai akan karet alam. Penyebab kondisi tersebut diperkirakan karena pertambahan jumlah produksi mobil di Cina, dimana kondisi seperti itu pun diperkirakan akan berlanjut terus. Tabel 2-2 Permintaan danjumlah produksi karet dunia ( satuan :103 ton / tahun )Tahun 19956,070

19966,440

19976,470

19986,820

19996,870

20006,766

20017,260

20027,343

20037,989

20048,647

20058,629

Karet alam

Produksi permintaan produksi Permintaan

5,950

6,110

6,460

6,580

6,650

7,314

7,222

7,545

7,967

8,358

8,756

Karet sintetis

9,480

9,740

10,080

9,880

10,380

10,819

10,485

10,882

11,379

11,988

12,012

9,270

9,590

10,000

9,870

10,260

10,765

10,254

10,725

11,394

11,856

11,939

Sumber referensi : IRSG, Rubber Statissical Bulletin Mar/Apr 200614, 000 13, 000 12, 000 11, 000 10, 000 9, 000 8, 000 7, 000 6, 000 5, 000 4, 000 3, 000 2, 000 1, 000 0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Vol (10 t/year)

3

Produksi Permintaan

2004

2005

Gambar 2-3 a Jumlah produksi dan permintaan karet alam9

14, 000 13, 000 12, 000 11, 000

V ol (103t/year)

10, 000 9, 000 8, 000 7, 000 6, 000 5, 000 4, 000 3, 000 2, 000 1, 000 0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 P roduksi P erm i ntaan

Gambar 2-3 b Jumlah produksi dan permintaan karet sintetis 3. Proses pembuatan karet 3-1 Pengambilan getah karet Pohon Hevea Brasiliensis dapat diambil getahnya setelah berumur 5 ~ 7 tahun ( diameter sekitar 17 cm ). Ketika mencapai umur kira kira 14 tahun, produksi getahnya mencapai titik tertinggi, dan setelah itu akan mengalami penurunan. Dikatakan bahwa umur sebuah pohon karet bisa mencapai sekitar 30 tahun. Dengan demikian , getah pohon karet dapat diambil dalam kurun waktu selama 20 tahun. Cara mengambil getah karet adalah dengan menorehkan luka di kulit pohon karet ( lihat tapping, Gambar 2-3 (c) ) , kemudian getah yang keluar dimasukkan ke dalam wadah kecil yang telah disiapkan ( lihat Gambar 2.3.(b) ). Kemudian asam sulfat dan asam formiat dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk menggumpalkan getak karet ( lihat Gambar 2-3 (d) ) . Pengambilan getah karet dengan cara tapping pada 5 tahun pertama dilakukan dengan cara menorehkan goresan pada bagian setengah lingkaran pohon karet yang akan diambil getahnya. 5 tahun berikutnya pengambilan getah karet dilakukan pada bagian sebelahnya. Bagian pohon yang kulitnya telah ditoreh goresan akan tumbuh seperti semula. Proses tapping ini dilakukan 2 kali secara berulang, sehingga getah karet dapat diambil dalam tempo 20 tahun ( lihat Gambar 3-1 )

10

Batang Karet 05 thn penyadapan 1115 thn penyadapan 610 thn penyadapan 1620 thn penyadapan

Gambar 3-1 Metode tapping getah karet

(a) Perkebunan karet nan luas di kiri kanan jalan raya

(b) Pemandangan pengambilan getah karet

(c) Tapping getah karet

(d) Pengumpulan getah karet

Gambar 3-2 Perkebunan karet dan pengambilan getah karet

11

3-2. Elemen elemen getah karet Getah karet merupakan cairan berbentuk koloid yang mengandung zat zat seperti lateks, tepung, lemak, protein dan lain lain. Molekul molekul karet pada siang hari terbentuk di bagian daun tumbuhan karet, dan bila hari menjelang sore, getah dikirim ke bagian kulit pohon dalam bentuk polimer. Proses pengambilan getah karet dilakukan pada pukul 5 sampai pukul 8 pagi hari, karena getah karet berkumpul pada pagi hari. Getah dari pohon Hevea Brasiliensis ( lateks ) dapat diperoleh sekitar 200 ~ 400 ml, dan selain mengandung isopuren, ia juga mengandung bermacam macam elemen lainnya. Elemen elemen tersebut dapat dilihat pada tabel 3-1 di bawah ini. Tabel 3-1 Elemen getah Hevea BrasiliensisProsentase kandungan terhadap getah Elemen (%) Prosentase kandungan terhadap karet kering ( % )

Air Elemen karet Protein Asam lemak Abu Glukosa

59,66 35,62 2,03 1,65 0,70 0,34

88,28 5,04 4,10 1,74 0,84 Gambar 4-1 Perbandingan elemen elemen getah karet

Asam Lemak Protein Unsur Karet

Ash

Glukosa

Unsur Air

Gambar 4-1 Perbandingan elemen elemen getah karet12

4. Proses pembuatan karet Tergantung dari proses pembuatannya, karet alam bisa dibagi menjadi 4 macam seperti disebut di bawah ini. Diantaranya yang paling banyak dibuat adalah smoked sheet yakni sekitar 80 % dari keseluruhan. Industri industri yang tergabung dalam Asosiasi Karet Indonesia (GAPKINDO ) pun hampir sebagian besar memproduksi smoked sheet. Alur pembuatan smoked sheet dapat dilihat pada gambar 4-1. Sedangkan Gambar 4-2 menunjukkan foto proses pembuatannya. [ Macam macam lembaran karet berdasarkan cara pembuatannya ] Smoked Sheet Setelah karet digumpalkan dengan memasukkan lateks ke dalam asam sulfat dan asam formiat, karet dihaluskan ( dihancurkan , lalu dilakukan proses pengadukan dan pencampuran dengan air berulang ulang dan dilebarkan hingga membentuk lembaran. Terakhir dikeringkan, dipanaskan lalu diasapkan dan diberi warna. Klep karet yang menggumpal dicuci dengan air ayng cukup, lalu dikeringkan dengan angin panas. Proses pembuatan ini diusahakan agar warna karet tidak berubah. Air Dry Sheet Produk antara klep dan smoked sheet Super prosessing Rubber Produk dengan hasil pemrosesan yang lebih baik setelah menambahkan zat pembentuk pada lateks.

13

Sumber Bau Timbul bau Sumber air limbah

Kolam air baku blangket Raw material crusher Hammer mill Bak lengket Roller roller roller

Raw Material field 30m 50m

scrubber Air Limbah IPAL Lumpur aktif Outlet

Gas bau

PDryer exhaustpacking balance

Sumber baukontener

export

press

dryer

cutting

Menara blangket 30m70m30mH

Gambar 4.1 Alur pembuatan Smoked Sheet ( pabrik karet)

(A) Pengangkutan bahan baku ke pabrik karet

(B) pemeriksaan penerimaan bahan baku

14

(C) Pencucian karet dengan pengadukan menggunakan air

(D) Pencucian ( lembaran karet ) blanket cara Mangel

(e) Blangket Tower (natural drying)

(f) Pencucian sebelum kering dari blangket tower

(g) Heat air dyer

(h) Product inspection, balance, press

Gambar 4-2 (a~h) Foto-foto proses produksi smoked sheet karet (pabrik karet)

15

5. Bau di pabrik penghancur karet Ada tiga tempat di pabrik karet yang menjadi sumber penyebab timbulnya bau yaitu tempat penyimpanan bahan bakar, menara blanket, dan gas buangan mesin pengering, seperti tampak pada gambar 4.1 yang menunjukkan alur pembuatan karet. Bau di menara blanket dan tempat penyimpanan, merupakan bau yang timbul karena pembusukan tepung dalam getah karet yang utamanya tersusun dari gula, protein dan lain-lain, serta sedikit asam lemak tingkat rendah, hidrogen sulfida, metil merkaptan, anmomia , dan grup amin tingkat rendah bila bahan baku karet disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan bau pada gas buangan mesin pengering merupakan bau yang terjadi karena zat penguraian termal pada saat pemanasan dilakukan . Seperti yang telah disebutkan dalam materi mengenai Teori teknik pencegahan bau, ada bermacam-macam metode untuk menghilangkan bau, dimana untuk menjelakan penganggulangan bau, harus dipilih system proses yang ekonomis, dan efektif, serta harus dilakukan survey mengenai volume gas, konsentrasi, dan spesifikasi zat bauke area sekitar pabrik.

yang diproses. Selain itu harus pula

dipertimbangkan masalah mengenai kondisi dan tingkat penyebaran bau serta penyebaran bau itu sendiri

5.1

Bau yang timbul dan pembusukan getah karet

Bahan baku karet dikirim ke pabrik membutuhkan waktu selama 1 bulan. Sebelum sampai ke pabrik, protein gula dan tepung yang terdapat dalam getah karet mengalami pembusukan dan menebarkan bau busuk. Bau yang timbul dari dalam bahan baku karet dapat menyebar ke lingkungan sekitar dan diduga dapat menimbulkan dampak tertentu. Selain itu, elemen bau dan zat campuran yang terkandung dalam bahan baku karet, pada saat dilakukan pencucian akan turut mengalir bersama dengan air limbah, sehingga menimbulkan bau yang kuat. Bila limbah tersebut langsung dibuang begitu saja ke sungai, tentu dapat menimbulkan komplain dari warga sekitar terhadap bau yang menyengat dan warna air sungai. Meski zat bau jumlahnya hanya sedikit, ia tetap menyebarkan bau yang kuat. Karenya bila zat bau tersebut tertinggal sedikit saja di blanket setelah selesai proses pencucian, dapat menebarkan bau dari menara blanket. Setelah pengeringan alami di menara blanket selesai, karet dimasukkan ke dalam mesin pengering angin panas untuk dikeringkan. Pada saat itu, ada sebagian dari karet yang terurai secara termal, sehingga menimbulkan bau khas karet. Untuk menghilangkan gas bau tersebut dilakukanlah proses

16

dengan scrubber. Kondisi tersebut di atas bila dinyatakan dengan gambar akan tampak seperti gambar 5-1.Bau menyebar Dalam getah karet starchprotein (C6H12O6)n R-NH2-SO4 R-NH2-COOH R-CO-NH-R Penyadapan karet Outlet Tdk berbau SO42H2OCO2 NO3- NO2-N2 Gas Timbul bahan berbau (penguraian anaerob) Pengumpulan dan transpor Sekitar 1 bulan Raw material Bahan bau H2S CH3SH CH3COOH (CH3)2CHCO OH Raw material field (C2H5)3N (C2H5)2NH (CH3)3N NH3 sulfida Asam organik

Bau menyebar

Group amin

IPAL lumpur Pencucian karet Waste water aktif Ekstrak bahan Penguraian BOD,COD Bahan berbau tersisa berbau Penguraian bahan berbau Blangket tower Bau menyebar

Gas berbau Market Press Bungkus Heat air dryer

exhaust

Gambar 5-1 Timbulnya bau dipabrik karet 5.2 Tempat penyimpanan bahan baku

5.2.1.Kondisi bau di tempat penyimpanan bahan baku Setelah petani mengambil getah karet, kemudian getah tersebut dikirim dalam bentuk gumpalan ( setelah digumpalkan dengan asam formiat atau asam sulfat ) ke pabrik melalui pihak pengusaha karet. Butuh waktu hampir satu bulan untuk sampai ke pabrik karena harus melalui beberapa tangan yaitu, sejak dari pengambilannya ke bagian pengumpulannya, lalu ke bagian pengawetan, dan bagian pengiriman. Jadi : ketika bahan baku karet sampai di pabrik, kemungkinan besar zat-zat campuran dalam getah akan membusuk dan menebarkan bau. Setelah sampai di pabrik karet, bahan baku karet dikumpulkan di tempat penerimaan bahan baku, kemudian setelah diperiksa dan dipilah-pilah, barulah dikirim ke bagian proses produksi. Bila bau busuk di sekitar tempat

17

penerimaan bahan baku menyebar ke luar pabrik, diperkirakan dapat menimbulkan gangguan yang tidak menyenangkan bagi penduduk sekitar. Keadaan bau yang timbul di tempat penerimaan dan tempat pengawetan karet serta hasil pengukuran konsentrasi bau dapat dilihat pada gambar 5-2 dan tabel 5-2.

Timbul bau dari tumpukan bahan baku dan tanahserta air yg menempel, serta pada air dari dasar tumpukan

Ketika bahan baku di potong, dari bag dalam keluar bau yg menyengat, didalam raw material ini jg terdapat tanah dan air

Gambar 5-2 Kondisi Penumpukan Bahan Baku Yang Menimbulkan Bau Dari hasil tabel 5.1 diperkirakan bahwa elemen-elemen utama bau yang timbul dari bahan baku karet adalah anmonia, grup amin, dan asam organik. Dan diperkirakan pula terkandung sedikit elemen-elemen bau seperti grup sulfida, hydrogen sulfida dan metil merkaptan. Tabel 5.1 Hasil pengukuran bau di tempat penyimpanan bahan baku pabrik karet (nilai rata-rata : ppm)Nama pabrik Tempat pengukuran Tempat pemeriksaan penerimaan bahan baku Tumpukan bagian atas bahan baku Tempat pemeriksaan penerimaan bahan baku As.asetat (asam H2S CH3SH org.) 0,0 0,0 0,0 NH3 ( CH3 ) 3 N ( CH3 ) 2 NH 3,5 ( C2 H5 )3N

0,7

0,8

KAPUAS BESAR

0,1

0,0

0,0

5,8

2,6

2,7

KIRANA SAPTA

0,2

0,0

0,0

4,2

5,8

7,2

18

VIRGO

TELUK LUAS

ABAISIAT RAYA BATANG HARI BARISAN

LEMBAH KARET

ANEKA BUMI PRATAMA

Tumpukan bagian atas bahan baku Tempat pemeriksaan penerimaan bahan baku Tumpukan bagian atas bahan baku Tumpukan bagian atas bahan baku Tempat pemeriksaan penerimaan bahan baku Tumpukan bagian atas bahan baku Nilai rata rata

0,0

0,0

0,0

32,4

64,0

22,0

,0,0

0,0

0,0

4,0

1,6

1,8

0,0 1,5

0,0 0,0

0,0 0,0

1,7 0,8

2,5 2,4

1,6

1,4 2,3

0,0

0,0

0,0

0,7

1,5

0,0 0,2

0,1 0,0

0,2 0,0

0,0 5,6

0,0 9,3

0,8 4,5

Pada gambar 5.3 dan 5.4 tampak nilai hasil pengukuran dengan menggunakan sensor bau PX-329 (selanjutnya disingkat menjadi nilai berdasarkan PX-329). Nilai pengukuran berdasar PX-329 tersebut merupakan nilai yang dapat dikelompokkan ke dalam konsentrasi bau yang selaras dengan indra penciuman manusia. Nilai itu menunjukkan apakah gas bau tersebut equivalen dengan konsentrasi kelipatan nilai berdasarkan indra bau. Bila hasil pengukuran di beberapa tempat dalam pabrik karet disusun, maka akan tampak seperti pada tabel 5.2.Tabel 5.2 Hasil pengukuran bau di pabrik karet menurut PX-329

Hasil pengukuran di pabrik BTempat pengu kuran Langsung setelah keluar dari mesin pengering Penghancur Angin di atas bahan baku Tempat penyim panan bahan baku Bawah angin tempat penyim panan bahan baku Tempat lain

Hasil pengukuran di pabrik HAngin di atas bahan baku Tempat penyim panan bahan baku Bawah angin tempat penyim panan bahan baku Tempat lain

Berdasar PX-329

320~550

800~1400

90~100 340~400 110~180

45~65

60~90 200~220 120~135

30~35

19

20

Tabel 5-3 Nilai pengukuran bau berdasarkan PX-329 dan standar pengontrolan berdasarkan experimen tiap fungsiStandar pengontrolan berdasarkan eksperimen Jepang Metode Indeks indikator bau Bau yang timbul di 30~40 lubang pembuangan Area 10~18 dataran Konsentrasi bau 300~1000 10~30 Hasil pengukuran di pabrik B Mesin pengering PX-329 320~550 Penghancur PX-329 340~400 Tempat bahan baku PX-329 340~400 110~180 Tempat lain PX-329 100~170 45~65 Hasil pengukuran di pabrik H Tempat Tempat bahan lain baku PX-329 200~220 120~135 PX-329 40~60 30~50

Catatan : 1) Nilai PX-329 sebanding dengan konsentrasi bau. 2) Konsentrasi bau menunjukkan nilai kelipatan saat gas bau diencerkan dengan gas tak berbau sampai baunya hilang. 3) Nilai logaritma dari konsentrasi bau bila dikali dengan 10 disebut dengan indeks bau. Indeks bau = 10 kali log ( konsentrasi bau ).

5.2.2. Pengukuran konsentrasi bau di tempat penyimpanan bahan bakuBila metode pengontrolan bau berdasarkan eksperimen di Jepang dibandingkan dengan nilai hasil pengukuran dengan menggunakan PX-329, hasilnya akan tampak pada tabel 5.3. Nilai pengukuran berdasarkan PX-329 di tempat sumber bau seperti di tempat penyimpanan bahan baku dan mesin pengering sama dengan standar gas buang dari lubang pembuangan Jepang. Tetapi, nilai pengukuran di lingkungan dataran di bawah angin tempat penyimpanan bahan baku bila dibandingkan dengan standar pengontrolan di lingkungan dataran tampak berada pada level yang cukup tinggi. Jadi, untuk mengatasi bau udara dengan konsentrasi tinggi dari tempat penyimpanan bahan baku, perlu dipikirkan suatu penanganan yang baik. Selain itu, nilai pengukuran dengan PX-329 di lingkungan dataran yang tak terkena langsung oleh efek bau dari tempat penyimpanan bahan baku, standar pengontrolannya sedikit menurun, mungkin tak terlalu menimbulkan masalah.

5.3 Bau di Menara Blanket 5.3.1 Menara BlanketKaret alam akan melewati proses pencucian di beberapa mangel setelah dihancurkan, kemudian dibentuk menjadi lembaran-lembaran. Lembaran-lembaran tersebut dibawa ke blanket dalam bentuk gulungan atau dilipat. Kemudian digantung dari bagian atas menara, dan dikeringkan dengan diangin-anginkan selama kurang lebih 10 hari. Menara blanket merupakan bangunan yang sangat besar seperti tampak pada gambar 55 di bawah ini. Besar menara blanket berbeda pada tiap pabrik, biasanya besarnya seperti berikut :

21

Kapuas Besar

Aneka Bumi Pratama

Lebar 20~30 m Panjang 70~80 m Tinggi 15 ~30 m Volume 24.000 ~63.000m3

Gambar 5-5. Menara Blangket di Pabrik Crum Rubber 5.3.2. Bau di menara blanketHasil detail pengukuran bau di menara blanket tertulis dalam data tambahan. Hasil tersebut bila disajikan dalam bentuk tabel tampak pada tabel 5-4 dan 5-5. Elemen bau utama di menara blanket sama dengan yang terkandung dalam bahan baku karet yaitu anmonia, grup amin, dan asam organik. Untuk mencuci elemen-elemen bau dalam bahan baku karet tersebut pada proses pencucian, merupakan hal yang sangat sulit.

Tabel 5-4 Hasil pengukuran bau dalam menara blanket ( nilai rata-rata : ppm )Tempat pengukuran Tempat dengan KAPUAS BESAR bau kuat Tempat dengan KIRANA SAPTA bau kuat Tempat dengan VIRGO bau kuat Tempat dengan TELUK LUAS bau kuat Tempat dengan ABAISIAT RAYA bau kuat BATANG Tempat dengan HARI bau kuat BARISAN Tempat dengan LEMBAH KARET bau kuat ANEKA BUMI Tempat dengan PRATAMA bau kuat Nilai rata rataNama pabrik

As.asetat(asam org)

H2 S 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,022

CH3SH 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

NH3 0,0 0,2 0,0 0,0 0,3 0,0 1,0 0,0 0,2

( CH3 ) 3 N ( CH3 ) 2 NH 0,0 1,0 0,6 0,0 0,0 0,0 1,5 0,0 0,4

(C2 H5 )3N 0,0 0,8 0,2 0,0 0,8 0,0 1,0 1,0 0,5

0,0 0,8 2,0 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 0,5

Tabel 5-5. Distribusi konsentrasi bau dibagian dalam blanket ( nilai pengukuran bau dasar PX-329)Nama Pabrik Tempat pengu kuran Laju rata rata m/detik Rata rata konsnetrasi bau total pusat 14 20 Nama PabrikHOK TONG (Palembang)

Tempat pengu kuran

5FKIRANA SAPTA

3,0 2,3 1,8 1,0 0,7

3F 2F 1F 3F 2F 1F

Laju rata rata m/ detik 0,8

Rata rata konsnetrasi bau

total 170 115 113 78 81 142

pusat 201 139 121 83 109 203

4F 3F 2F 1F

11 42 94 91

27 59 120 97

1,0 1,1 1,1 1,0 0,5

HOK TONG (Palembang)

Dari distribusi bau di menara blanket seperti tampak pada tabel 5-5, tampak adanya kecenderungan seperti berikut. [ Kecenderungan timbulnya bau di menara blanket] (1) Tempat yang kecepatannya tinggi, sifat alirannya baik,konsentrasi bau rendah. (2) Bagian tengah menara, udaranya berkumpul, konsentrasi bau tinggi. (3) Angin di bagian atas menara diperkirakan arusnya kuat. (4) Konsentrasi bau di tempat pengeringan sejak dilakukannya pengeringan sampai hari ke tiga tinggi. (5) Tempat yang proses pengeringannya berlangsung lancar, konsentrasi baunya rendah 5-4. Gas buang dari mesin pengering anginpanas 5-4-1. Mesin Pengering angin panas Setelah karet dikeringkan secara alami di menara blanket, kemudian karet dipanaskan dengan mesin pengering angin panas dan dibentuk menjadi smoked sheet yang memiliki sifat elastisitas tinggi ( dapat mengerut dan merenggang ). Bahan karet tersebut dipanaskan dengan suhu 120 ~ 145 C dan menimbulkan bau khas karet yang terbakar. Sehingga bertambahlah jenis bau yang timbul dari gas buang tersebut. Struktur mesin pengering angin panas ditunjukkan Dalam mesin pengering angin panas dipasang 6 buah mesin blower di depan dan belakang, blower ventilai, blower-fan pendingin, fan sirkulasi dan lain lain. Hampir semua mesin blower tersebut merupakan produk buatan pabrik sendiri atau produk hasil reparasi. Bila tenaga motornya sudah lama, laju gas yang keluar dari mesin blower tidak terlalu jelas. dalam gambar 5-6.23

Alur udara panas Alur udara dingin Cooling Cooling blower fan

120

Recycle fan suhu120135

Exhaust blower

Kontener output moisture0.6%

1 7

1 6

1 5

1 4

1 3

1 2

1 1

1 0

9

8

7

6

5

4

3

2

1Kontener input

Moving spedd 8 11 min/Trolley

Production cap 2.5 t/hour

Gambar 5-6 Heat Dryer Diagram Pada tahun 2001 ~ 2002, dilakukan survey actual mengenai pemakaian mesin pengering angin panas di beberapa buah pabrik. Hasilnya tampak seperti pada tabel 5-6. Nilai rata rata gas buang dari mesin pengering angin panas yang disurvey adalah : suhu 52,2 C, tekanan statis 75,4 mmH2O, dan laju gas buang 277 m3 / menit. Tabel 5-6 Hasil survey laju gas buang dan cara kerja mesin pengering angin panas tiap perusahaan(1)NAMA PABRIK Tanggal survey Jumlah kontainer dalam mesin pengering Jumlah tungku pemanas Suhu pengeringan (C) Kapasitas pengeringan ( ton/jam) Lubang pembuangan gas Diameter Ventilasi Daya Jumlah putaran Ukuran Talang Luas Permukaan Suhu Gas bau Tekanan Statis Kecepatan Lajucm Hp r.p.m cm m2o

KAPUAS BESAR01/26/02

VIRGO10/31/02 11 buah 1 120 ~ 135 5~6

KIRANA SAPTA10/30/02 24 buah 3 126 ~ 165 6

No.1

No.2

No.1

No.2

No.3

Duct

No.1 82.0

No.2 45.0 25 2,175 48.0

No.3 75.0 30 2,175 78.0

5 1,450 65.2 0.334 78

5 1,450 60.0

20 1,450 60.0

20 1,740 61.1

56.0

0.478

0.314 34.5

0.360 36.0 306 15.2 328

0.283 37.5 168 16.4 279

0.293 46.0 3.1 30.0 528

0.181 76.0 2.0 16.0 174

0.478 55.0 2.0 11.3 324

C 112 9.5 190 45.9 13.5 387

mmH2O m/sec m /min3

337 7.7 144

24

(2)Nama pabrik Tanggal survey Jumlah kontainer dalam mesin pengering Jumlah tungku pemanas Suhu pengeringan (C) Kapasitas pengeringan ( ton/jam) Lubang pembuangan gas Diameter Ventilasi Daya Jumlah putaran Ukuran Talang Luas Permukaan Suhu Gas bau Tekanan Statis Kecepatan Lajucm Hp r.p.m cm m2o

KIRANA SAPTA 01/30/02 24 unit 3 unit 126 165 6 No.1 82.0 20 1,740 61.1 No.2 45.0 25 2,175 48.0 No.3 75.0 30 2,175 78.0 20 1,100 55.0 20 1,200 55.0 No.1 No.2

TELUK LUAS 02/05/02 16 unit 2 unit 120 135 57 No.3 No.4 No.5

ABAISIAT RAYA

02/09/02 10 unit 1 unit 120135 3 3.5 No.1

15 1,100 55.0

20 1,200 55.0 0.303 49.3 40.8 14.0 254

10 1,800 55.0

10

70.0

0.293 46.0 3.1 30.0 528

0.181 76.0 2.0 16.0 174

0.478 55.0 2.0 11.3 324

0.303 37.0 0.7 4.7 85

0.303 108.3 7.1 13.0 236

0.303 68.7 30.6 21.0 381

0.303 32.0 71.4 20.3 369

0.385 40.0 19.4 13.0 300

C

mmH2O m/sec m3/min

(3)Nama pabrik Tanggal survey Jumlah kontainer dalam mesin pengering Jumlah tungku pemanas Suhu pengeringan (C) Kapasitas pengeringan ( ton/jam) Lubang pembuangan gas Diameter Ventilasi Daya Jumlah putaran Ukuran Talang Luas Permukaan Suhu Gas bau Tekanan Statis Kecepatan Lajucm Hp r.p.m cm m2o

ANEKA BUMI PRATAMA 02/15/02 37 unit 2 unit 120 135 4.5 No.1 72.5*2 15*2 1,500*2 76.2 No.2 72.5 15 1,500 76.2 17 unit 1 unit 120 145 2.5 No.1

HOK TONG 02/20/02 17 unit 2 unit 120145 2.5 No.2 inlet 2 unit 125160 4 No.3

BADJA BARU 02/23/02 Ekstruder output

MUARA KELINGI 02/21/02 Ekstruder output

1

120 145 4.3 No.1 No.1

56.0

0.314 54.0 70 13.0 245

56.0

77.0

78.0

0.344 52.2 75.4 14.1 277

0.456 32.7 6.0 5.5 150

0.456 41.0 0.5 9.0 246

0.314 56.0 180 11.8 222

0.465 63.5 250 8.3 232

0.478 50.0 330 4.9 140

C

mmH2O m/sec m /min3

25

5-4-2. Bau dari mesin pengering angin panas Hampir semua pabrik memproses gas bau yang dibuang dari mesin pengering angin panas denganscrubber. Dan hampir seluruh scrubber merupakan alat yang disuplai sebagai fasilitas pelengkap mesin pengering sesuai dengan merek mesin pengering angin panas yang digunakan dan merupakan alat yang diprodukasi oleh perusahaan sendiri, sehingga tidak ada standar untuk kondisi operasi scrubber ( misalnya laju air sirkulasi, kehilangan tekanan, laju aliran udara, laju angin proses, dan lain-lain) serta efeknya terhadap penghilangan bau pun tidak jelas. Barulah pada tahun 2001 ~ 2002, dilakukan survey actual terhadap kondisi operasi scrubber, dimana hasilnya disajikan dalam tabel 5-7 dan tabel 5-8.

Elemen bau gas utama dari mein pengering angin panas yang terdeteksi merupakan zat hasil peruraian panas dari karet, adalah asam organik, anmonia, dan grup amin, serta sedikit hydrogen sulfida dan metil merkaptan. Nilai rata rata konsentrasi baunya berdasar pengukuran PX-329 sebesar 350, sehingga memiliki bau yang cukup kuat dan kemungkinan baunya dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan survey berkaitan dengan fungsi scrubber, konsentrasi bau, dan laju gas buang dari mesin pengering angin panas. Serta perlu juga dilakukan penelitian terhadap perkembangan efek proses dan kondisi operasional yang tepat. Tabel 5-7 Hasil pengukuran gas buang dari mesin pengering angin panas tiap perusahaan (1)Nama pabrik Tanggal survey Lubang pembuangan gas 3 Laju gas m /mnt As-org ppm H2S ppm CH3SH ppm NH3 ppm Konsentrasi CH3 ppm gas bau NH2 (C2H5) ppm 2NH Nilai berdasar PX-329 KAPUAS BESAR 01/26/02 No1 190 0,0 0,2 0,5 2,0 0,8 1,5 250 No2 387 0,8 0,3 0,4 0,0 0,6 1,5 200 No1 144 1,0 0,0 0,0 0,5 1,2 1,0 150 VIRGO 10/31/02 No2 326 2,4 0,0 0,0 2,0 0,0 0.0 400 No3 279 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 80 duct total 1,0 0,0 0,0 1,0 2,0 1,7 200 No1 528 0,4 0,1 0,3 0,5 1,0 1,5 300 KIRANA SAPTA 10/30/02 No2 174 3,5 0,0 0,0 6,4 6,0 4,0 750 No3 324 1,0 0,0 0,0 8,0 2,0 3,0 450

26

(2)Nama pabrik Tanggal survey Lubang pembuangan gas Laju gas m3/mnt As-org ppm H2S ppm CH3SH ppm NH3 ppm Konsentrasi CH3 ppm gas bau NH2 (C2H5) ppm 2NH Nilai berdasar PX-329 No1 528 0,4 0,1 0,3 0,5 1,0 1,5 300 KIRANA SAPTA 10/30/02 No2 176 3,5 0,0 0,0 6,4 6,0 4,0 700 No3 324 1,0 0,0 0,0 8,0 2,0 3,0 450 No1 85 0,0 0,2 0,2 0,0 0,0 0,0 150 TELUK LUAS 02/05/02 No2 236 0,0 0,0 0,0 0,8 0,5 1,0 180 No3 381 1,2 0,0 0,0 1,0 1,2 1,2 450 No4 254 0,0 0,0 0,0 0,1 0,3 0,5 150 No5 369 0,0 0,0 0,0 0,2 0,5 0,5 120 Nilai rata rata 277 1,2 0,1 0,3 2,1 2,2 1,8 350 ABAISIAT RAYA 02/09/02 No1 300 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 80

(3)Nama pabrik Tanggal survey Lubang pembuangan gas 3 Laju gas m /mnt As-org ppm H2S ppm CH3SH ppm NH3 ppm Konsentrasi CH3 gas bau ppm NH2 (C2H5) ppm 2 NH ANEKA BUMI PRATAMA 02/15/02 No1 150 0,8 0,0 0,0 1,3 2,3 1,2 400 No2 246 0,0 0,0 0,0 1,1 1,3 1,2 450 HOK TONG 02/20/02 No1 245 5,0 0,2 0,8 6,0 14,0 7,3 800 No2 222 0,5 0,3 0,3 3,0 4,2 6,8 650 No3 232 4,5 1,1 3,2 0,0 1,6 0,0 400 BAJA BARU 02/23/02 No1 14,0 0,0 0,0 31,0 12,0 19,0 1200 MUARA KELINCI 02/21/02 No1 450 0,0 0,3 0,0 10,0 13,5 11,0 900

27

Tabel 5-8 Hasil pengukuran bau di bagian lubang masuk keluar mesin pengering angin panasNAMA PABRIK KAPUAS BESAR KIRANA SAPTA TEMPAT PENGUKURAN Lubang keluar mesin pengering Lubang keluar mesin pengering Lubang ventilasi Lubang masuk mesin pengering Lubang keluar mesin pengering * Lubang keluar mesin pengering Lubang masuk mesin pengering Lubang keluar mesin pengering Lubang keluar mesin pengering ** Asam org 28,0 0,0 4,8 2,0 23,0 1,0 2,2 12,0 21,0 0,0 9,4 6,3 H2S 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 CH3SH 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 NH3 1,6 0,0 0,0 4,8 22,0 0,8 4,0 0,6 50,0 0,0 8,4 1,5 CH3 NH2 12,4 0,0 0,0 3,8 6,2 1,8 3,0 6,0 0,4 0,2 3,6 3,6 (C2H5)2NH 12,0 1,0 1,0 3,4 20,0 1,2 4,0 3,7 26,0 0,0 7,2 3,3

VIRCO TELUK LUAS ABAISIAT RAYA BATANG HARI BARISAN LEMBAH KARET

ANEKA Lubang keluar BUMI mesin pengering PRATAMA NILAI RATA RATA TOTAL NILAI RATA RATA ( KECUALI * DAN ** )

28