sejarah dan ideologi isis
DESCRIPTION
berisi data mengenai ISISTRANSCRIPT
SEJARAH DAN IDEOLOGI ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SHAM)
Fernando PM Tambunan
Kajian Ketahanan Nasional, Kekhususan Kajian Stratejik Intelijen,
Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta
E-mail : [email protected]
Abstrak
ISIS merupakan salah satu kelompok teroris yang berasal dari Al-qaeda yang memiliki
pemikiran dan paham radikal yang berbeda dengan Al-qaeda. ISIS memiliki ajaran yang
dituangkan kedalam manhaj. Sejarah dan ideologi ISIS ini diikuti berdasarkan kepemimpinan
kelompok ini yang berawal dari kepemimpinan Abu Mus’ab Az Zarqawi atau nama aslinya
Ahmad Fadhil Nazzal al Khalaylah. Pola kepemimpinan dan strategi dari mulai Zarqawi
sampai kepada Abu bakar Al-Bagdadi memiliki beberapa strategi dalam melakukan
implementasi dan mendiseminasi ketakutan kepada audiens, terutama daerah yang akan
mereka duduki dengan melakukan invasi kekuatan militer secara besar-besaran. Di Indonesia,
ISIS belum berdiri. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kelompok radikal terdahulu hanya
melakukan bai’at dalam mendukung semua yang dilakukan ISIS. Sehingga penulis
mengidentifikasikan kelompok tersebut berdasarkan penyebaran kelompok radikal di
Indonesia.
Abstact
ISIS is one of the terrorist group Al-Qaeda, but came from thoughts and beliefs that have
radically different with Al-Qaeda. ISIS has poured their doctrine into the the manhaj. ISIS’s
history and ideology is followed by the leadership of this group that began from the
leadership of Abu Musab Zarqawi Az or his real name Ahmad Fadhil Nazzal al Khalaylah.
The pattern of leadership and strategy start from Zarqawi until Abu Bakr Al-Bagdadi has
several strategies for implementation and dissemination of fear to the audience, especially
those areas that will be occupied by their invading military force on a large scale. In
Indonesia, ISIS has not been established. This is due to several previous radical groups just
do bai’at in favor of all ISIS’s activities. So the authors identify the groups based on the
spread of radical groups in Indonesia.
1
1.1. Sejarah Berdirinya ISIS
ISIS merupakan produk yang dihasilkan oleh Al Qaeda yang selalu memiliki upaya
untuk melakukan ekspansi secara global dalam perjuangan politik mereka. ISIS adalah grup
jihad berbasis Sunni Wahabi di daerah Timur Tengah yang telah memproklamirkan statusnya
sebagai negara Islam (khalifah) yang berkuasa atas semua umat Islam di seluruh dunia.
Setelah jatuhnya rezim Saddam Hussein di Irak, ada beberapa orang yang telah siap membuat
kekacauan di Irak untuk membangun sebuah cita-cita membentuk kekhilafahan Islam, dan
dari beberapa orang tersebut yang paling menonjol adalah Abu Mus’ab Az Zarqawi. Nama
asli dari Zarqawi sendiri adalah Ahmad Fadhil Nazzal al Khalaylah, dilahirkan di Yordania
pada tanggal 20 Desember 1966.
Pada tahun 1988 Zarqawi belajar dan dididik untuk dipersiapkan dalam kegiatan jihad
di Afghanistan, di sebuah masjid al-Hussein bin Ali. Akan tetapi pada saat Zarqawi sampai
pada camp para mujahidin Afghan dan Arab, pasukan Soviet telah meninggalkan
Afghanistan. Karena tidak adanya lagi musuh yang harus diperangi para mujahidin, maka
mujahidin yang pernah hijrah kembali ke negara asal mereka masing-masing. Pada tahun
1992-1994 Zarqawi melihat bahwa faksi-faksi jihad telah jauh dari manhaj yang lurus, maka
diputuskan untuk keluar dari Afghanistan dan coba melakukan eksperimen di negeri Sham,
khususnya Palestina dan Yordania. Mereka tidak setuju bahwa kerajaan Yordania telah
melakukan perjanjian damai dengan Israel, maka mereka mengumpulkan sebagian besar
alumnus jihad Afghan dan mantan-mantan Ikhwanul Muslimin dengan mendirikan organisasi
Jamaah At Tauhid dan berubah nama menjadi Ba’iatul Imam. Organisasi ini merupakan
wujud dari gerakan mereka untuk menggulingkan kerajaan dan membentuk pemerintahan
yang Islami (khilafah). Pada tahun 1994 kelompok ini berhasil dijebloskan ke dalam penjara
karena terbukti terlibat dalam kegiatan militan dan Zarqawi di jatuhi hukuman 15 tahun
penjara.
Pada tahun 1999 setelah mendapatkan pengampunan dari raja Abdullah, Zarqawi
mendapatkan kepercayaan oleh Osama Bin Laden yang merupakan pemimpin Al Qaeda
untuk mengelola sebuah camp pelatihan di Herat (Afghanistan Barat). Akan tetapi ada
perbedaan pandangan mengenai perjuangan jihad dan mendirikan negara Islam yang ideal
antara Zarqawi dan Bin Laden. Bin Laden berfokus hanya terhadap musuh negara besar
seperti Amerika Serikat, dan tidak tertarik kepada menguasai satu negara atau wilayah dan
menyebarkan ideologi jihadnya. Sedangkan Zarqawi sendiri lebih kepada kegiatan
menggunakan kekerasan untuk melakukan infiltrasi terhadap suatu wilayah atau negara yang
dijalankan oleh rezim yang menurut mereka murtad dan pada akhirnya untuk dikuasai.
2
Dengan dasar pemikiran itulah kemudian Zarqawi membuat kelompok yang dinamai Jamaat
al-Tahwid wa i-Jihad (JTJ) dan juga mengelola camp pelatihan di Herat Afghanistan. JTJ
lebih dari sebuah jaringan. JTJ merupakan kelompok yang terorganisir yang dibangun dengan
bantuan finansial dari Bin Laden. Zarqawi membangun kelompok ini menjadi sebuah pasukan
mobilisasi yang dikenal dengan nama Jundusy Syam (tentara Syam). Zarqawi merekrut
masyarakat Islam terbuang yang berasal dari Jordan, Palestina, dan Suriah yang berada di
Eropa. Pada tahun 2001 populasi di camp Herat sudah mencapai 2.000 (dua ribu) sampai
3.000 (tiga ribu) orang sehingga menjadikan Zarqawi pemimpin penuh kelompok teroris di
Herat.
Pada tahun 2003 adanya invasi Amerika ke Irak menimbulkan keinginan Zarqawi
untuk memerangi Amerika. Zarqawi memiliki empat cara untuk melawan Amerika. Pertama,
sejak awal secara politis mengasingkan Amerika dengan menekan aktor internasional dalam
meniadakan dukungan mereka terhadap Amerika dalam melakukan invasi yang tidak
diizinkan oleh PBB. Oleh karena itu, berulangkali JTJ menargetkan pasukan sekutu Amerika
dan pasukan Amerika untuk membuat mereka berfikir dua kali dalam berperang di tanah
asing. Hal ini ditunjukkan pada bulan Agustus 2003 dengan terjadinya sebuah pengeboman
truk PBB di Baghdad yang secara efektif mengakhiri keterlibatan langsung PBB di Irak. Lalu
pengeboman kedutaan Yordania di Baghdad dan markas polisi paramiliter Italia di Nasiriyah.
Kedua, mencegah para militan Irak dan warga sipilnya untuk mendukung pasukan
Amerika dan sekutunya, terutama setelah jatuhnya Saddam Hussein pada bulan April 2003
dan adanya proses transisi demokratisasi Irak oleh Amerika. Dalam mendukung strategi ini,
JTJ menyerang berbagai kantor polisi, membunuh ratusan pasukan militer Irak dan penduduk
lokal, membunuh beberapa pimpinan politik yang pro kepada Amerika.
Ketiga, Zarqawi menghambat proses rekonstruksi Irak dengan menargetkan kontraktor
sipil, bantuan kemanusiaan, dan orang asing lainnya yang berada di Irak yang memiliki tujuan
membantu negara yang sedang dilanda perang. JTJ menculik dan memenggal penduduk asing
bernama Nicolas Berg pada bulan Mei 2004 dan mendistribusikan video pemenggalan
tersebut ke internet untuk menakuti masyarakat luar negeri datang ke Irak dan juga mencegah
penduduk lokal Irak mendukung Amerika.
Keempat, menetapkan populasi Syiah di Irak sebagai target untuk dihancurkan dengan
memprovokasikan perang Sunni-Syiah di Irak. Dengan berjalannya provokasi ini, Zarqawi
berniat untuk menjebak Amerika dan sekutunya didalam konflik sektarian yang sangat parah
sampai bermotifkan agama, sehingga asing, Amerika dan sekutunya tidak memiliki pilihan
lagi selain meninggalkan Irak. Hal ini ditunjukkan dengan menyerang pemimpin Syiah
3
terkemuka yaitu Sayyid Muhammad al-Hakim di Najaf. Pada strategi keempat ini Zarqawi
menjelaskan taktiknya dalam menjalankan strategi ini kepada Osama Bin Laden. Ia
menjelaskan bahwa strategi ini dilakukan dengan menyerang simbol-simbol agama, politik,
dan militer masyarakat Syiah agar dapat menyulut kemarahan mereka sehingga akan berhasil
menggiring mereka kedalam perang sektarian.
Pada bulan Oktober 2004, JTJ secara resmi berbai’at kepada Al Qaeda, dan Bin Laden
secara resmi memberikan julukan emir kepada Zarqawi yang artinya pemimpin cabang Al
Qaeda di Irak. Dengan adanya hal tersebut, maka grup JTJ berubah nama menjadi Tanzim
Qaidat al-Jihad fi Bilad al-Rafidayn, atau yang berarti Al Qaeda di negeri dua sungai, karena
negara Irak dibelah oleh dua sungai yaitu sungai Tigris dan Eufrat. Akan tetapi di kalangan
internasional, kelompok ini lebih dikenal dengan nama Al Qaeda in Iraq (AQI). Sepanjang
tahun 2005 kegiatan teror yang dilakukan kelompok AQI semakin meningkat dan bertambah
ganas. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya bom bunuh diri, pembunuhan, dan
pemenggalan secara acak. Terlebih lagi pada bulan Mei 2005, Zarqawi merilis sebuah
pernyataan bahwa pembunuhan atas orang muslim dibenarkan di dalam agama Islam.
Pernyataan ini semakin meningkatkan teror yang brutal di Irak. Pada bulan Januari 2006 Al
Qaeda memerintahkan AQI dan kelima grup yang berafiliasi dengan Al Qaeda agar bersatu,
dimana kelima grup tersebut adalah Jaish at-Taifha al-Mansoura, Katbiyan Ansar Al-Tawhid
wal Sunnah, Faksi Saray al-Ji- had, Brigade al-Ghuraba, dan al-Ahwal Brigade. Keseluruhan
kelompok mujahidin ini bersatu menjadi Mujahideen Shura Council (MSC) atau Majelis
Syura Mujahidin. MSC merupakan sebuah organisasi payung yang bertujuan untuk
mempersatukan semua kelompok Sunni di Irak, dan MSC menyatakan menghapus kelompok-
kelompok jihad termasuk AQI, serta mengangkat Abu Mus’ab Az Zarqawi sebagai pemimpin
kelompok ini. Pada tanggal 7 Juni 2006, Zarqawi meninggal dunia di daerah Hibib akibat
serangan udara Amerika. Dengan meninggalnya Zarqawi, pada tanggal 13 Oktober 2006
MSC dan seluruh kelompok yang beraliansi dengan MSC memproklamirkan berdirinya
Islamic State of Iraq (Daulah Islam Irak atau yang disingkat ISI ) dan mengangkat Abu Umar
Al Quroisy Al Husaini Al-Baghdadi sebagai pemimpin.
Abu Umar Al-Baghdadi dengan nama asli Hamed Dawood Al-Zawy merupakan
mantan anggota pasukan keamanan Irak yang dipecat karena sifat ekstrimismenya.
Kepemimpinan ISI haruslah dari keturunan nabi Muhammad SAW, dan Zawy memenuhi
kriteria tersebut. Zawy merupakan keturunan dari Hussein Ali, cucu dari nabi Muhammad dan
dihormati sebagai martir di dalam Islam. ISI lebih berfungsi kepada sebuah kelompok yang
memayungi berbagai suku yang berbeda termasuk AQI dan MSC, serta memiliki pemikiran
4
yang lebih maju dibandingkan JTJ atau AQI. Hal ini karena ISI memiliki kabinet dan
kementerian serta rancangan konstitusi. ISI yang memiliki tujuan menggulingkan
pemerintahan Irak dan menggantinya dengan negara Islam murni, menempatkan fokus yang
lebih besar kepada masa depan perang, kelompok, dan Irak. Hal ini berbeda dengan Zarqawi,
karena ia lebih berfokus kepada konsolidasi kekuasaan dan mengalahkan musuh secara
langsung. Kelompok-kelompok yang bergabung dalam ISI adalah MSC Irak bersama dengan
kelompok yang beraliansi dengan mereka ditambah dengan Harokah Fursan Ul-Tauhid dan
Jundu Millah Ibrohim serta berbagai kabilah dan suku di Irak, seperti Al-Dulaim, Al-Jabbur,
Al-Ubaid, Zuubaa, Qays, Azza, Al-Tay, Al-Janabiyiin, Al-Halaliyiin, Al-Mushohada, Al-
Dayniya, Bani Zayd, Al-Mujamaa’, Bani Shommar, Inaza, Al-Suwaidah, Al-Nu’aim,
Khazraj, Bani Al-Hiim, Al-Buhayrat, Bani Hamdan, Al-Sa’adun, Al-Ghonim, Al-Sa’adiya,
Al-Ma’awid, Al-Karabla, Al-Salman dan Al-Qubaysat. Dengan wilayah yang meliputi
Baghdad, Al-Anbar, Diyala, Kirkuk, Sholahuddien, Ninawah, Babil dan Al-Wassat. Sehingga
pada tahun 2006 susunan pemerintahan ISI adalah sebagai berikut :
1. Amirul Mukminin : Abu Umar Al-Bagdadi,
2. Pembantu Amir Utama : Syaikh Abu Abdur Rahman Al Falahi,
3. Menteri Perang : Abu Hamzah Al Muhajir,
4. Menteri Dewan Syari’at : Syaikh Prof. Abu Ustman At Tamimi,
5. Menteri Perhubungan Umum : Prof. Abu Bakar Al juburi,
6. Menteri Keamanan Umum : Prof. Abu Abdil Jabbar Al Janabi,
7. Menteri Penerangan : Syaikh Abu Muhammad Al Masyahadani,
8. Menteri Urusan Syuhada’ dan Tawanan : Prof. Abu Abdil Qodir Al ‘Isyawi,
9. Menteri Perminyakan : Ir. Abu Ahmad Al Janabi,
10. Menteri Pertanian dan Perikanan : Prof. Musthafa Al A’roji,
11. Menteri kesehatan : dr. Abu Abdillah Az Zaidi
Kegiatan ISI dalam mendirikan negara Islam yang murni mendapatkan dukungan Abu
Hamzah (pemimpin Al Qaeda) dan membubarkan AQI serta juru bicara Osama Bin Laden
yaitu Syaikh Ayman Az Zawahiri yang mengatakan bahwa AQI sudah tidak ada dan AQI
bersatu dengan ISI. ISI dalam pergerakannya banyak menggunakan media sosial dalam
menyatukan pemikiran dan kegiatan para mujahidin di seluruh dunia. Hal ini dapat dilihat
dari:
1. Memiliki divisi media untuk menyebarkan ajaran salafi Jihadi melalui CD, kaset, video,
dan sebagainya.
5
2. Pelatihan militer seperti bagaimana cara merakit roket dan misil yang diadakan di
berbagai situs web tentang jihad, seperti forum Al-Hesbah, Al-Ekhlaas, dan Al-Boraq.
3. Memiliki cabang media yang terpisah di tiap-tiap wilayah di Irak. Hal ini dibuktikan
dengan koordinasi para mujahidin yang hanya memakan waktu tiga jam melalui media
dapat melakukan kegiatan pengeboman sebanyak 55 bom mobil di Baghdad untuk
pembalasan terhadap kematian Abu Mus’ab Az Zarqawi.
4. Memanfaatkan kesalahan pemerintahan Irak dalam mengidentifikasi kematian Al-
Baghdadi pada tahun 2007 dengan menyebarkan pesan dalam bentuk audio untuk
menyatakan kesalahan penangkapan oleh pemerintah Irak dengan perkataan, “their history
is full of treacheries and plotting against you. Don’t trust them or let their honeyed words
fool you.”
Pada tanggal 18 April 2010, Abu Umar telah dilaporkan terbunuh dalam serangan
yang dilakukan tentara Amerika dan Irak dan hal ini diakui oleh ISI pada tanggal 25 April
2010. Pada tanggal 15 Mei 2010, empat tahun setelah wafatnya Abu Umar, para mujahidin
akhirnya mendapatkan pemimpin baru mereka bernama Syaikh Mujahid Abu Bakar Al-
Baghdadi Al-Husainiy Al-Quraysiy dan wakilnya bernama Al Hasaniy Al Quraysiy.
Dengan nama asli Ibrahim Awwad Ibrahim Ali al-Badri, Abu Bakar Al-Baghdadi
mampu membangun kembali dukungan rakyat yang telah hilang, dan juga mengembangkan
kekuatan organisasi dan memunculkan kembali panggung perang saudara di Suriah. Pola
kepemimpinan Al-Badri berbeda sekali dengan kepemimpinan Al Qaeda yang pada saat itu
dipimpin oleh Ayman Az Zawahiri. Az Zawahiri hanya dapat bersembunyi di tempat
persembunyian (safe house) di pegunungan Pakistan dan hanya dapat berbicara kepada
pengikutnya melalui video dan suara rekaman, sedangkan Al-Badri lebih banyak di medan
pertempuran dan suka berada di tengah-tengah pertempuran. Karena hal ini para militan lebih
memilih berba’iat kepada ISIL daripada ke Al Qaeda. Adanya perpecahan di kubu Al-Badri
dan Abu Muhammad Al-Jawlani yang membawahi pasukan baru Al-Badri yang bernama
Jabhat al-Nusra (JN). JN dibentuk pada bulan Januari 2012 dengan finansial dan kekuatan
sumber daya manusia yang berasal dari ISI. Aymenn Jawad Al-Tamimi berpendapat bahwa
adanya ketegangan diantara kedua pemimpin ini disebabkan karena ISI terdiri dari entitas
pejuang asing (Muhajirin) yang sudah mencapai 80 persen. Hal ini bertentangan dengan JN
yang terdiri dari penduduk pribumi Suriah. Menurut Nathaniel Rosenblatt, ada dua alasan
kenapa JN berpisah dengan ISI, yaitu pertama karena JN tidak mendukung negara Islam di
seluruh wilayah, tetapi hanya fokus kepada Suriah. Kedua, meskipun keduanya percaya pada
negara Islam, JN tidak memaksakan agenda mereka. Jika ISI secara eksplisit melarang
6
merokok di desa-desa, JN hanya menunjukkan bahwa perilaku tersebut tidak tepat. Dengan
adanya perbedaan ini, maka ISI dibawah pimpinan Al-Badri pada tanggal 9 April 2013
mendeklarasikan ISIS (Islamic State of Iraq and Sham).
Menurut Rosenblatt, ISIS dibawah pimpinan Al-Badri memiliki lima strategi,
diantaranya adalah:
1. ISIS memiliki target yang kecil, akan tetapi terletak di kota yang strategis.
ISIS lebih suka mendirikan kantor pusat di kota-kota kecil, dimana musuh akan memiliki
sumber daya finansial dan sumber daya manusia yang sangat lemah untuk melawan
kelompok ISIS. Kemudian mereka lebih sering memilih kota di lokasi strategis seperti di
Azaz, yaitu sebuah desa di Aleppo utara yang merupakan titik transit untuk barang-barang
yang akan didistribusikan ke Suriah. Dan juga Tel Abyad, sebuah perbatasan yang
condong kearah timur di provinsi Raqqa.
2. Menghancurkan kelompok bersenjata rival.
Setelah menargetkan kota-kota tertentu, mereka kemudian akan menargetkan kelompok
bersenjata yang menjadi rival mereka. Seperti di al-Dana, sebuah kota kecil di Idlib yang
berada di perbatasan Turki dan Suriah, para militan ISIS menculik seorang komandan
militer dan saudaranya untuk dipenggal, lalu membuang tubuh tanpa kepala tersebut di
samping tempat sampah di alun-alun kota. Kemudian di Azaz, para militan ISIS merobek-
robek perjanjian gencatan senjata dengan Free Syrian Army (FSA), menyerang batalion
mereka dan merebutnya.
3. Mengintimidasi masyarakat setempat.
Langkah ini dilakukan agar penduduk tunduk, seperti sebuah pemenggalan publik oleh
ISIS di sebuah desa di luar Aleppo, dan di kota lain di Idlib utara militan ISIS berkeliling
untuk mengatakan bahwa merokok dilarang didalam Islam.
4. Membanjiri daerah kekuasaan mereka dengan uang tunai.
Setelah mengintimidasi, ISIS kemudian membanjiri daerah kekuasaan dengan uang tunai
untuk membangun sebuah ketergantungan lokal. Memberikan barang-barang kebutuhan
pokok, memberikan uang untuk membeli kebutuhan tersier, seperti membeli ponsel
Samsung Galaxy atau iPad terbaru, dimana satu orang penduduk dapat menghabiskan
lebih dari $1.000.
5. Menciptakan program pelayanan sosial yang berorientasi Salafi.
Setelah membuat siklus ketergantungan, ISIS memulai kampanye sistematis mereka
dengan mengganti imam-imam lokal yang akan memberikan khotbah Jumat di masjid
7
setempat. Di Raqqa, di Binnish baik ISIS ataupun JN juga telah mengganti imam lokal
mereka.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2014 ISIS berhasil menguasai Fallujah, Mosul,
dan Raqqa di Irak, serta menghapus batas negara Irak dan Suriah, dan menjadikan kota Raqqa
di Suriah menjadi ibukota ISIS (lihat lampiran D). Organisasi ISIS berganti nama menjadi IS
(Islamic State) atau Khilafah Islamiyah pada tanggal 29 Juni 2014. IS memiliki beberapa
sumber daya finansial yang berasal dari pendapatan minyak bumi dan menjadikan IS sebagai
kelompok teroris terkaya di dunia dalam sejarah. Berdasarkan estimasi yang ada dari para ahli
berpendapat bahwa diperkirakan nilai output dari ladang minyak yang mereka miliki
mencapai $1.000.000 sampai $2.0000.000 per hari.
Pengiriman minyak yang dilakukan ISIS bergerak melintasi Irak dan ke daerah
perbatasan selatan Turki. Akses dalam mendapatkan uang sangat penting bagi kelompok
militan ini untuk merekrut anggota, memperluas jangkauannya, dan beroperasi di wilayah dua
negara. Dan berdasarkan data yang dimiliki oleh Central Intelligence Agency (CIA), ISIS
memiliki 20.000 sampai 31.500 pejuang di Irak dan Suriah, serta memperkirakan ada 15.000
Jihadis yang berasal dari luar negeri. Berdasarkan peta wilayah perekrutan ISIS (lihat
lampiran E), blok terbesar para pejuang militan asing berasal dari negara-negara muslim
terdekat, seperti Tunisia dan Arab Saudi. Kontingen kecil datang dari negara-negara yang
jauh dan berbeda seperti Belgia, Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. Di Inggris, terdapat 50
warga yang terkait dengan kelompok IS dan pulang ke Suriah. Di Tunisia diperkirakan
terdapat 2.400 warga Tunisia pergi berperang di Suriah, dengan ISIS ataupun JN.
Berdasarkan data yang diterima dari sebuah flash drive yang dimiliki salah seorang
anggota IS yang disita oleh pasukan Irak, al-Badri memiliki kader penasehat, menteri, dan
komandan militer untuk menjalankan kekhalifahan. Bagan organisasi ISIS dari data flash
drive tersebut memperlihatkan bahwa al-Badri memiliki dua deputi, satu untuk wilayah
Suriah dan satu lagi untuk Irak (lihat lampiran F). Dia juga memiliki menteri dengan perannya
masing-masing. IS memiliki kementerian keuangan, transportasi, keamanan dan tahanan, dan
juga kementerian yang mencari segala kebutuhan para pejuang jihad asing (foreign jihadis).
Kemudian IS memiliki divisi yang bernama the war office yang mengelola logistik dan teknis
perang. Banyak dari para kabinet dan para komandan tingkat tinggi yang dimiliki al-Badri
merupakan para pejabat tinggi militer Saddam Hussein dan juga memiliki keahlian dalam
bidang teknik yang sangat tinggi. ISIS memiliki 1.000 orang lebih komandan lapangan, dan
gaji mereka berkisar $300 sampai dengan $2000 per bulan sesuai dengan pekerjaan yang
mereka lakukan.
8
Selain pembentukan kabinet layaknya sebuah negara, IS juga memiliki gubernur di
masing-masing provinsi yang bertanggung jawab atas administrasi daerah (lihat lampiran F).
IS menghabiskan tenaga yang cukup besar untuk membangun lembaga dan infrastruktur
kenegaraan mereka, karena mereka harus mengatur wilayah dan juga memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dengan berhasil ditaklukkannya Raqqa, IS menetapkan hal tersebut
sebagai sebuah modal de facto, karena mereka dapat menjalankan tempat kesehatan, tempat
pendidikan, dan membuat sebuah lembaga ketertiban publik, lalu mengoperasikan sistem
peradilan berdasarkan hukum syariah, pemisahan gender, dan memiliki aturan untuk
perempuan harus mengenakan burqa di depan umum. IS memiliki polisi kesusilaan yaitu
Hisbah, yang berpatroli di jalan-jalan untuk memastikan bahwa hukum syariah sedang diikuti.
Alkohol, tembakau, obat-obatan terlarang dilarang di IS. IS memiliki hukuman untuk
berbagai pelanggaran hukum syariah yaitu cambuk, amputasi, sampai dengan hukuman mati.
Selanjutnya daftar nama, jabatan, dan keterangan pejabat IS dapat dilihat pada lampiran G.
1.2. Ideologi ISIS/IS
Berbicara mengenai ideologi yang dimiliki oleh ISIS, penulis berangkat dari
ideologi yang berasal dari Salafi Jihadis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perang
yang terjadi seperti di Damaskus dan Palestina. Pada kedua perang tersebut, tidak ada
perbedaan antara agama dan negara. Semua keputusan harus didasarkan kepada
interpretasi garis keras Syariah (hukum Islam) yang secara brutal harus ditegakkan di
seluruh daerah kekuasaan ISIS. Secara bahasa, kata ‘salaf’ berarti yang sudah lalu,
namun kata ‘salaf’ atau ‘salafiyah’ digunakan untuk menunjuk generasi perintis umat
Islam. Karena Salafiyah merupakan suatu manhaj (metode) untuk memahami dan
menerapkan Islam, maka dakwah salafiyah merupakan seruan untuk mengajak
kembali kepada manhaj sahabat Rasulullah SAW, dan dakwah yang diserukan para
ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in. Oleh karena itu, salafi menjadi istilah yang
sah untuk disematkan pada setiap orang yang berusaha memelihara kemurnian aqidah
dan manhaj agar selalu sesuai dengan agama Rasulullah SAW dan para sahabat
sebelum terjadi perpecahan. Selain itu, istilah salafi juga digunakan untuk generasi
berikutnya yang mengikuti mereka terutama dari kalangan tabi’in dan tabi’ut tabi’in
serta para Imam Sunnah yang senantiasa menjaga kemurnian Islam. ISIS
menggunakan pengalaman salaf shalih sebagai patron mati, sehingga kita harus
menolak semua yang tidak sesuai dengan pengalaman salaf shalih. Artinya, menurut
tuntutan zamannya, generasi salaf adalah yang terbaik. Manhaj menjadi bagian
9
penting dalam publikasi ISIS. Manhaj digunakan sebagai justifikasi atas berbagai
tindakan yang dilakukan oleh ISIS. Adapun manhaj ISIS adalah sebagai berikut:
1. ISIS meyakini dan mewajibkan penghancuran dan pelenyapan setiap bentuk
kesyirikan dan pengharaman sarana-sarana yang menghantarkan pada kesyirikan.
2. Syiah dan kelompok syirik dan murtad. Selain itu kelompok yang diperangi juga
adalah kelompok yang menentang penerapan syariat Islam yang dhoir.
3. Penyihir diyakini sebagi murtad dan kafir sehingga wajib untuk dibunuh dan tidak
diterima taubatnya oleh hukum-hukum dunia.
4. Muslim yang sholat menghadap kiblat seperti kiblat ISIS tetapi melakukan dosa
seperti zina, meminum khomer, dan mencuri selama tidak menghalalkannya, tidak
aka dikafirkan.
5. Wajib berhukum kepada syariat Allah.
6. Meyakini dan mewajibkan merendahkan diri kepada nabi Muhammamd SAW dan
haram mendahului ucapan nabi Muhammad SAW, termasuk memurtadkan dan
mengkafirkan orang yang mendapat derajat dan kedudukan dari Muhammad SAW
dan juga para sahabatnya.
7. Sekulerisme dalam berbagi bentuk seperti nasionalisme, paham kebangsaan,
sosialisme, dan komunisme merupakan kekufuran dan membatalkan keIslaman
serta mengeluarkan perilakunya dari millah.
8. Orang yang membela penguasa kafir dan murtad juga termasuk orang kafir dan
murtad, sehingga menjadi dalil bagi ISIS untukk boleh menumpahkan darahnya
karena telah murtad.
9. Jihad fi sabilillah adalah kewahiban yang membebani setiap muslim sejak
runtuhnya kekhalifahan Andalusia, dengan tujuan membebaskan negeri-negeri
kaum Muslim.
10. Negeri yangmenerapkan hukum dan syiar kekafiran disebut negeri kafir, termasuk
penduduknya.
11. Meyakini dan wajib untuk memerangi polisi dan tentara pemerintahan thogut dan
murtad.
12. Kelompok ahlu kitab dan selain mereka wajib yang berada di wilayah ISIS wajib
membuat perjanjian dan mensepakati syarat-syarat tertentu yang pasti kapan
erakhirnya untuk keamanan.
10
13. Anggota jamaah jihadiah yang berada di berbagai front adalah saudara ISIS karena
berada didalam dien yang sama. Mereka tidak dihukum kafir dan fajir kecuali bila
tejatuh dalam kemaksiatan.
14. Setiap individu atau jama’ah yang mengikatkan diri pada penguasa yang
memerangi, dianggap sebagai bentuk ketidakiltizaman sama sekali terhadap ISIS
dan batil.
15. Meyakini dan wajib untuk menyayangi kepada ulama ‘amiliin yang shodiqiin dan
membuang kecacatan dan cela dari mereka.
16. Memberikan penjagaan dan pelayanan yang mencukupi kepada keluarga
mujahidin yang ke medan jihadn dan hartanya.
17. Meyakini wajib untuk melepaskan tawanan dan orang yang terbelenggu dari kaum
Muslimin dari tangan orang kafir dengan perang atau tebusan.
18. Wajib mengajarkan kepada ummat tentang urusan dien mereka, dan bila mereka
telah mendapatkan sebagiannya maka itu adalah keberuntungannya. Selain itu
diwajibkan untuk mempelajari ilmu duniawi dimana umat menghajatkan dan
memerlukannya, dan ilmu lainnya selama tidak keluar dari kaidah syar’I yang
lurus.
19. Meyakini haramnya setiap sesuatu yang menghantarkan kepada perbuatan keji dan
hal-hal yang menjerumuskan kedalamnya, seperti antena TV- TV satelit. Wanita
juga wajib bercadar dan menjauhkan diri dari busana tanpa hijab. Serta wajib bagi
wanita untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang mencampur baur laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya.
Kembali jika dilihat dari sejarahnya, Imam Bin Hanbal yang secara aktif menyuarakan
seruan “kembali ke asal Islam” (164-241H/780-855M). Hanbal dikenal dengan empat
Mazhab Fiqih Islam dan dikenal sebagai ulama yang paling sering menyerukan agar umat
Islam kembali ke basic, ke ajaran Islam seperti yang dipahami dan dilaksanakan oleh generasi
sahabat nabi. Seiring zaman yang terus bergulir, seorang ulama bernama Taimiyah dengan
pemikiran Islamnya atau dikenal dengan nama Ibnu Taimiyah (661-728H/1262-1329) juga
menyerukan pemikiran fiqih “kembali ke asal”. Pemikiran Ibnu Taimiyah banyak terinspirasi
dari pemikiran Ahmad bin Hanbal. Peran Ibnu Taimiyah dengan pemikirannya tersebut
terlihat ketika bangsa Mongol mengepung Kota Damaskus. Saat itu umat Islam bereaksi
secara keras dengan mengangkat Qur’an di ujung pedang sebagai tanda bahwa mereka
menjadikan Qur’an sebagai acuan. Ibnu Taimiyah menjadi tokoh paling depan yang
11
menyerukan agar umat Islam berhati-hati terhadap tipuan aggresor Mongol, yang
digambarkannya sebagai upaya menaklukkan Islam dengan kedok keimanan. Menurut
penulis, mungkin disinilah pertama kali persoalan-persoalan umat Islam dikaitkan dengan
penetrasi dan hegemoni asing. Untuk menangkal itu semua, maka umat Islam harus “kembali
ke asal” atau menjadi kaum Salafi.
Lalu pada abad ke-18, di semenanjung Arab muncul gerakan Wahhabiyah yang
disebutkan merupakan prototipe “Salafi Radikal yang bisa dipastikan” atau gerakan
“pembersihan aqidah” yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Gerakan tersebut
kemudian disebut Wahhabiyah (Wahabisme). Hiingga saat ini gerakan Wahabisme masih
mendominasi pemikiran dan tafsir keagamaan di Arab Saudi dan negara-negara teluk lainnya.
Untuk diketahui bersama, Osama Bin Laden adalah tokoh yang dikenal sangat kental dengan
pemikiran Wahhabiyah-nya.
Pada awal abad ke-20, pemikiran Wahabi berkembang di Mesir melalui seorang tokoh
bernama Hasan Al-Bana yang mendirikan Ikhwanul Muslimun (IM) pada tahun 1928. IM
mampu melebarkan sayapnya ke Mesir dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan.
IM juga memiliki divisi khusus yang dikenal sebagai Tanzim Khas (pasukan khusus) dan
pernah ikut dalam perang Palestina pada tahun 1948. Kemudian pemikiran-pemikiran
Salafiyah berkembang di Pakistan. Salah seorang pemikirnya adalah Abul A’la Al-Maududi,
yang melakukan tafsir ulang dan kemudian merumuskan secara lebih detail tentang konsep
Hakimiyatullah (otoritas mutlak Allah). Konsep tersebut menyatakan umat Islam harus
“mengkafirkan sistem kenegaraan yang ada sekarang ini, mengkafirkan para penguasa dan
memberontak terhadap rezim kekuasaan, boleh membunuh penguasa dan merampas harta
kekayaan negara serta memerangi semua aparat negara. Selain itu, menjadi pegawai negara
dianggap sebagai keburukan yang harus dihindari karena merupakan bagian dari kekafiran itu
sendiri. Hal ini karena ketaatan hanya wajib bagi seorang Imam. Untuk itu mustahil menaati
kekuasaan yang bernaung dibawah kekafiran, kebodohan, dan kejahiliyahan.” Jadi
konsekuensi logis dari pemikiran ini adalah melakukan pembangkangan terhadap rezim
pemerintahan. Kemudian Al-Maududi berpendapat bahwa Negara Islam harus didirikan atas
tiga pilar utama, yaitu;
1. Bahwa tidak ada satu orang pun atau kelompok atau keluarga atau partai yang memiliki
otoritas kekuasaan, sebab otoritas kekuasaan hanya milik Allah SWT.
2. Tidak seorangpun memiliki otoritas atau hak untuk merumuskan hukum. Sebab otoritas
perumusan hukum adalah hak Allah dan Rasulullah SAW.
12
3. Bahwa negara Islam hanya boleh dibentuk berdasarkan undang-undang Tuhan dan sabda-
sabda Nabi (yakni Qur’an dan sunnah Nabi), meskipun orang yang mengatakan bahwa
kedua sumber tersebut tidak sesuai lagi dengan kondisi riil sosial (masyarakat modern)
yang telah mengalami perubahan yang signifikan.
Kemudian pada periode berikutnya, pemikiran Salafi berkembang lagi di Mesir oleh
seorang ulama bernama Sayyid Qutub. Sayyid Qutub merumuskan ideologi pergerakan
Salafiyah dalam format yang sangat rapi dan “siap pakai”. Dalam bukunya, Ma’alim Fith-
Thariq (Penunjuk Jalan), Sayyid Qutub menulis:
1. Di dalam kehidupan yang sebenarnya, sekarang ini hanya ada dua kutub yang saling
berlawanan: Islam vs Jahiliyah, Keimanan vs Kekafiran, Kebenaran vs Kebathilan, Yang
baik vs Yang Buruk, Otoritas Tuhan vs Otoritas Manusia, Allah vs Thagut. Kontradiksi
ini harus saling menegasikan dan tidak ada jalan kompromi.
2. Islam adalah kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Masyarakat iman adalah yang
menjunjung tinggi otoritas Allah. Sementara rezim pemerintahan yang diperintah
penguasa thagut adalah kebathilan, keburukan, dan kezaliman. Apabila keimanan
seharusnya dengan perkataan dan perbuatan, maka negara Islam adalah sebuah proyek
yang mungkin diciptakan dengan syarat harus dilandasi dua kalimat syahadat.
3. Perubahan pemerintahan tidak mungkin dilakukan kecuali lewat cara kudeta terhadap
kekuasaan kafir dan menghancurkan pemimpin-pemimpin kafir. Selanjutnya mengganti
mereka dengan pemimpin-pemimpin yang beriman.
4. Proses kudeta harus dilakukan oleh sekelompok orang-orang pilihan, “Generasi Qurani”
yang baru, seperti generasi para sahabat nabi (generasi Salaf), yang mampu memimpin
masyarakat beriman dalam melawan masyarakat kafir. Dengan begitu, yang harus
diprioritaskan adalah kader-kader pilihan, dan bukan masyarakat umum.
5. Proses ini dari segi hukum agama maupun akhlak adalah proses pembebasan menyeluruh
dan merupakan kewajiban secara individu dan/atau secara kolektif, tanggung jawab
perseorangan dan/atau kelompok dalam rangka mengubah masyarakat thagut menjadi
masyarakat beriman dan penuh kebebasan. Namun tujuan akhir dari semua itu adalah
menjadikan kalimat syahadat (La Ilaha Illa Allah, yang artinya “tiada Tuhan selain Allah
SWT”) sebagai metode dan sistem kehidupan dan acuan dalam melakukan pembebasan
jiwa umat dan dalam upaya membasmi kekuasaan para pemimpin thagut.
Berdasarkan uraian mengenai pemikiran Salaf atau Salafiyah di atas maka menurut
penulis, pengikut dan para penganutnya cenderung akan mengambil sejumlah kesimpulan
yang bisa dirangkum dalam tiga hal:
13
1. Bahwa rezim sekuler dan sistem kehidupan yang berlaku di hampir semua negara yang
berpenduduk mayoritas muslim sekarang ini adalah rezim kafir (thagut). Menurut istilah
yang digunakan Sayyid Qutub, rezim-rezim sekuler sekarang ini adalah rezim Jahiliyah.
2. Untuk memperbaiki sistem pemerintahan dan sistem sosial yang dianggap sudah rusak,
maka umat Islam harus “kembali ke asal”, mencontoh kembali secara harafiyah kehidupan
para generasi Salaf.
3. Dengan hal ini, maka rezim kekuasaan harus “direbut”, yang dilanjutkan dengan
menciptakan sistem pemerintahan kekhalifahan (Khilafah Islamiyah), seperti yang
dilakukan oleh generasi Salaf, dan setelah itu mendirikan negara Islam atau khilafah
Islamiyah.
Yang lebih penting lagi, tiga hal tersebut harus diperjuangkan dengan Jihad. Artinya
kader-kader muslim pilihan (generasi baru Salaf) harus melakukan jihad di bidang sosial dan
politik untuk mencapai tiga hal tersebut. Dengan ketiga hal tersebut, maka ada dua pijakan
dasar bagi ISIS dan keseluruhan gerakan radikal Islam, yaitu:
1. Bahwa demokrasi adalah barang aneh karena tidak sesuai dengan sistem Syura
(musyawarah) dalam Islam. Sebagai contoh bahwa demokrasi merupakan manifestasi
dari adanya suara terbanyak (mayoritas) yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, praktek homoseksual dapat diundangkan dalam
sebuah negara, bila mayoritas di parlemen menyetujuinya. Padahal secara hukum Islam,
apapun alasannya, homoseksual adalah sesuatu yang haram.
2. Sistem kekuasaan sekuler harus diganti dengan sistem khilafah Islamiyah. Secara praktis
dan teoritis, khilafah Islamiyah tersebut mengacu pada pengalaman generasi Salaf.
Sebagai sebuah kelompok yang terhubung dengan Al-Qaeda, ISIS mengikuti tren dari
Islam Fundamentalis. Sebagai kelompok militan Islam, ISIS menganut bentuk radikal dan
politik Islam, yaitu memiliki pemikiran bahwa Islam adalah solusi yang komprehensif dan
eksklusif untuk semua masalah politik, ekonomi, dan sosial di dunia. Yang perlu diingat
bahwa ISIS bukan merupakan kelompok nasionalis yang beroperasi dengan label agama, akan
tetapi kelompok jihad yang berkomitmen untuk membebaskan muslim di seluruh dunia. ISIS
bertujuan untuk membentuk kekhilafahan Islam yang meliputi seluruh wilayah Levant, Irak,
Suriah, Lebanon, dan seterusnya. Dengan demikian Islam ditafsirkan sebagai ideologi dalam
politik, dan bukan sebagai konstruksi murni dari sebuah teologis. Oleh karena itu, perjuangan
ISIS diambil dari luar ranah agama yang secara historis telah didudukkan kedalam domain
politik sekuler. Dengan demikian kelompok ISIS memiliki tujuan membentuk kekhalifahan
14
Islam di negara atau wilayah mereka berjuang dan sekali kekhalifahan lokal ini didirikan,
maka khilafah global akan dikejar.
Dengan label ideologi ekstrimis, ISIS adalah kelompok dengan kombinasi ideologi
ekstrimis dan pengalaman gerilya, keahlian militer profesional, perekrutan, memiliki aliran
dana yang besar, memiliki koleksi senjata yang amat besar selalu melakukan pembunuhan,
dan penindasan terhadap penduduk lokal atas nama Islam. Pembenaran atas tindakan
membunuh penduduk Islam adalah komponen kunci dari idelogi yang berbeda dengan Al
Qaeda. ISIS secara eksplisit dan agresif menyerang Syiah, seperti masjid, kuil, dan warga
sipil. Kelompok yang diketuai oleh Zarqawi dan Bin Laden adalah kelompok yang mengikuti
paham salafi Islam yang menganggap Syiah adalah sebuah pengikut murtad. Akan tetapi, ada
perbedaan yang sangat signifikan antara Zarqawi dan Bin Laden. Osama Bin Laden
memutuskan untuk mengambil jalan tengah dan menyerukan persatuan antara Syiah dan
Sunni. Pada kenyataannya Bin Laden juga secara terbuka berkolaborasi dan mendapatkan
dukungan dari kelompok-kelompok militan Syiah, seperti Hizbullah dan pemerintah yang
didominasi dengan paham Syiah seperti Iran. Berbeda dengan Bin Laden, menurut Zarqawi
Syiah itu merupakan ular, kalajengking, dan musuh mata-mata. Sering kali ia menyuruh
melakukan penyerbuan, penghancuran, dan pembunuhan ketika ada sebuah festival Syiah,
bahkan dalam acara pernikahan Syiah.
1.3. Pemicu Radikalisme: Kondisi Aktual yang dapat Membuat Radikalisme
Berkembang
Dalam tataran dunia politik dan global maupun nasional di masing-masing negara
muslim, memang terdapat beberapa fakta sosial dan politik yang suka tidak suka sangat
berpotensi memicu semangat radikalisme di kalangan sebagian umat Islam. Diantaranya
adalah;
1. Kasus Palestina
Dapat dikatakan bahwa semua gerakan Islam radikal di seluruh dunia menjadikan kasus
Palestina sebagai entry point untuk melegitimasi sikap dan pandangan keagamaan mereka.
2. Kasus Afghanistan
Afghanistan merupakan negara pertama yang menciptakan generasi Islam radikal yang
memiliki pengalaman tempur dengan segala implikasinya yang dikenal dengan nama
alumni Afghanistan
3. Agenda war on terror
15
Bagi kelompok radikal, war on terror adalah kelanjutan dari perang salib (crusade).
Dalam kasus ini, pemicu radikalisme lebih didominasi motif balas dendam yang
dijustifikasi dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang memperbolehkan
menyerang kelompok yang menyerang umat Islam.
4. Penahanan Guantanamo
Yang merupakan kasus kemanusiaan yang paling memilukan pada abad ini, dan juga
karena penjara tersebut dikelola oleh aparat keamanan Amerika.
5. Islamophobia
Hal ini terlihat dari berbagai bentuk, seperti di sebuah negara Eropa, terdapat sebuah toilet
yang didisain berbentuk wanita muslimah yang berkerudung. Dan juga kasus karikatur
nabi Muhammad yang diedarkan dan diproduksi harian penerbit Jyllands Posten,
Denmark. Kasus-kasus ini dijustifikasi sebagai bagian dari kebebasan berpendapat, namun
bagi kelompok radikal di dunia Islam, kasus Islamophobia itu ditafsirkan sebagai perang
salib yang masih berlanjut. Pada akhirnya kelompok radikal akan beragumen bahwa kita
membenci non-Muslim, karena pada dasarnya sebagian non-Muslim juga nyata-nyata
membenci Islam. Bagi kelompok Islam radikal, Islamophobia merupakan wujud nyata
permusuhan Barat terhadap dunia Islam. Mereka melihat bahwa orang-orang Barat telah
lebih dahulu memprovokasi, sementara kelompok radikal hanya melakukan reaksi atas
kezaliman Barat. Islam radikal juga menilai beberapa penguasa di negara Islam bahkan
menjadi perpanjangan kepentingan Barat. Oleh karena itu, kelompok tersebut cenderung
tidak bisa percaya bahwa Barat punya niat tulus untuk berdamai dengan umat Islam.
Slogan kebebasan berekspresi dijadikan kedok oleh Barat untuk menghina Islam. Isu ini
menjadi tema bersama kelompok-kelompok Igaras. Bahkan para pelaku terrorisme
mengaku memiliki data-data yang dapat dipercaya terkait upaya-upaya de-Islamisasi.
6. Faktor Psikologis
Menurut A.M. Hendropriyono, bahasa yang digunakan dalam terorisme ternyata juga
terbelah atas dua tata permainan bahasa, yaitu mengancam dan berdoa yang digunakan
sekaligus. Tata permainan bahasa yang terbelah dalam terorisme tersebut menunjukkan
bahwa para teroris mempunyai kepribadian yang terbelah (split personality). Lebih lanjut
Hendropriyono menyimpulkan bahwa para pelaku terorisme mengalami kegalatan
kategori, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan pengetahuannya, sehingga
mengakibatkan subyek dan obyek terorisme menjadi tidak terbatas. Siapapun dapat
melakukan terorisme dan terhadap apa pun juga tanpa kecuali.
16
1.4. ISIS di Indonesia
Paham kelompok Islamic State (IS) yang berbasis di Timur Tengah terus menjalar ke
berbagai negara. Di Indonesia, ISIS mendapat dukungan di sejumlah wilayah yang selama ini
menjadi tempat kelompok-kelompok radikal, seperti di provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta,
Lampung, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Hal ini disebabkan oleh adanya fatwa
yang dikeluarkan oleh Daulah Islamiyah (IS) melalui juru bicaranya Abu Muhammad Al-
Adnaniy Asy Syamiy yang merilis pernyataan yang berjudul “Inna Rabbaka Labilmirshaad
(Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mengintai) sebagai respon atas serangan koalisi
Amerika ke wilayah Daulah Islamiyah/IS di Suriah dan Irak. Fatwa ini bersifat wajib untuk
ditaati dan dilaksanakan. Adapun isi fatwa tersebut adalah:
1) Seruan kepada tentara IS agar tidak gentar menghadapi “perang salib” melawan koalisi
Amerika, karena Allah telah menjanjikan kemenangan. IS menyatakan tantangan kepada
koalisi Amerika dan sekutunya untuk mengerahkan pasukan sebesar-besarnya karena
serangan tersebut akan menjadi yang terakhir bagi Amerika dan setelah itu IS yang akan
menginvasi mereka.
2) Seruan kepada muslimin Ahlus Sunnah agar berhati-hati terhadap Syiah yang akan
menindas Ahlus Sunnah setelah mereka memiliki kekuatan sebagaimana yang telah
terjadi di Irak.
3) Seruan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap pasukan negara-negara Arab yang
sebenarnya dibentuk dan dilatih pihak kafir yang nantinya akan memerangi muslimin.
Untuk itu diserukan kepada mujahidin agar menargetkan setiap orang yang bergabung
dengan bala tentara negara Arab yang menjadi sekutu Amerika.
4) Seruan kepada siapapun yang telah ber-bai’at kepada Daulah Islamiyah/IS dengan cara
menyerang para anshorut thogut seperti tentara, polisi, dan intelijen. Selain itu, diserukan
juga untuk membunuh warga asing terutama Amerika, Perancis, Kanada, dan Australia,
baik sipil maupun militer atau negara lainnya yang termasuk dalam koalisi Amerika.
Dengan beredarnya fatwa tersebut memberikan beberapa reaksi kepada kelompok-
kelompok radikal di Indonesia, karena diantaranya ada yang mendukung dan ada yang tidak.
Kelompok-kelompok tersebut adalah TWJ (Tauhid Wal Jama’ah) yang dipimpin oleh Aman
Abdurrahman, FAKSI (Forum Aktivis Syariat Islam) yang dipimpin oleh Fachry yang
memiliki Al-Mustaqbal sebagai ujung tombak kampanye ISIS, kemudian Rois kepala Ring
Banten, MIT (Majelis Indonesia Timur) yang dikepalai oleh Santoso, Kelompok Bima, NTB
17
yang dikepalai oleh Abu Qutaibah alias Iskandar, serta JAT (Jamaah Anshorul Tauhid) yang
dipimpin oleh Abu Bakar Ba’asyir.
Dalam hal dukungan kepada ISIS ini dibawa pertamakali oleh seorang warga negara
Indonesia bernama Abu Muhammad al Indunisi atau yang memiliki nama asli yaitu Bahrum
Syah. Bahrum Syah memiliki hubungan dengan sebuah organisasi ekstrimis yang dulu
dikenal sebagai Al-Mujahirun. Pendiri Al-Muhajirun, Omar Bakri Muhammad dan Anjem
Choudary telah berhasil membangun jaringan global sebuah kelompok yang mendukung
pembentukan syariat Islam, jika perlu dilakukan dengan cara kekerasan. Mereka berhasil
membentuk jaringan di Indonesia pada tahun 2010 dengan nama Sharia4Indonesia. Dalam
perkembangannya ada sekelompok kecil yang menjadi pro-ISIS di Indonesia. Jaringan ini
menjalankan sebuah situs bernama www.al-mustaqbal.net, selanjutnya disebut sebagai Al-
Mustaqbal. Jaringan ini memiliki keterkaitan dengan sekelompok teroris yang masih
beroperasi di Indonesia, termasuk MIT, dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Al-Mustaqbal
mensponsori sebagian besar deklarasi ba’iat kepada IS pada tanggal 29 Juni 2014 yang
mengumumkan pembentukan sebuah kekhalifahan. Bahrum Syah dan para pejuang Suriah
telah membangun unit Indonesia-Malaysia ISIS di Suriah yang nantinya bertujuan untuk
mendirikan IS di Asia Tenggara. Unit ini disebut Daulah Islamiyah Nusantara dan akan
menjadikan Indonesia sebagai Ibu Negara Daulah Islamiyah Nusantara.
Dukungan ISIS di Indonesia dibawa oleh seorang aktivis muda bernama Tuah
Febriansyah alias Muhammad Fachry. Fachry diberikan kepercayaan oleh Omar Bakri untuk
membuat Al-Muhajirun di Indonesia. Dalam sejarahnya Al-Muhajirun masuk ke Indonesia
melalui dunia maya (internet). Al-Muhajirun percaya bahwa negara seperti Indonesia yang
tiga perempat penduduknya adalah Muslim memiliki keinginan kuat menegakkan syariat
Islam. Didalam pergerakannya, Fachry membangun dua mailing list yang disebut dengan “Al
Ghuraba” dan “Ahlus Sunnah Wal Jama’ah” untuk mengirimkan materi Al-Muhajirun.
Setelah itu dia membeli domain www.almuahjirun.com. Bersama istrinya Ummu Fauzi,
mereka meng-upload dan menerjemahkan tulisan Omar Bakri dari Inggris kedalam situs
tersebut. Fachry dulu mengambil bagian dalam diskusi agama secara online yang dijalankan
oleh para jihadis yaitu Abdul Aziz dan Imam Samudra serta beberapa tulisan serta ajaran yang
sudah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang ditulis oleh Abdul Qadir bin
Abdul Aziz dan Abu Muhammad Al-Maqdisi. Pada tahun 2006, Fachry mendirikan sebuah
studi di dunia maya melalui Yahoo messenger dan MSN messenger. Mereka mengundang
orang-orang agar mendaftar untuk mengambil bagian dalam kuliah Omar Bakri melalui
18
Paltalk (www.paltalk.com) serta menyebarkan ajaran Bakri secara langsung melalui ceramah
dan khotbah.
Selain kegiatan online-nya, Fachry juga memulai untuk membuat majalah. Ia
meyakini bahwa musuh-musuh Islam menguasai media global, terutama Amerika dan
sekutunya. Pada pertengahan 2007, dia menampilkan profil dari negara Islam di Irak yang
merupakan cikal bakal ISIS dengan pemikiran pembentukan khilafah dengan membangun
politik Islam yang lebih kecil (Imarah Islam) yang akhirnya dapat disatukan bersama-sama.
Pada tahun 2007, Fachry bergabung dengan Muhammad Jibriel yaitu pemilik dan editor
www.arrahmah.com, yang merupakan situs jihad terbesar di Indonesia. Selanjutnya pada
tahun 2008, dia membuat The Arrahmah Media Network hingga sampai pada tahun 2009 ia
juga tetap menjalankan majalah Al-Muhajirun. Setelah adanya penangkapan terhadap
Muhammad Jibriel, pada tahun 2010 Fachry mulai mengkampanyekan Sharia4Indonesia, dan
Abu Shofiy yang merupakan teman Fachry menjadi kepala Sharia4Indonesia. Pada bulan
Maret 2010, Fachry mempromosikan Sharia4Indonesia di Islamic Book Fair ke-9 di Senayan,
akan tetapi kurang mendapat dukungan. Untuk itu dia membuat proyek “zona syariah” di
Indonesia dengan kampanye yang dilakukan di Jawa Timur yaitu Sharia4Jatim, di Bandung
yaitu Sharia4Bandung, dan di Sumatera utara yaitu Sharia4Tanjung Balai, yang bebas dari
judi, minuman beralkohol, prostitusi, dan kejahatan lainnya. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan dukungan masyarakat dan bersekutu dengan Front Pembela Islam (FPI).
Sepanjang tahun 2010 anggota Fachry mengambil peran aktif dalam kegiatan
mengkampanyekan pembebasan Murhali Barda (pemimpin FPI) yang ditangkap polisi.
Kemudian melakukan aksi penutupan gereja di Bandung dan Bekasi, dan juga
mengkampanyekan “Indonesia Menebus” yang mengatakan bahwa bencana yang menyerang
Indonesia dari tsunami, gempa bumi, sampai letusan gunung merupakan kegagalan
pemerintah dan komunitas Muslim di Indonesia dalam menerapkan hukum Islam. Akan tetapi
karena adanya perbedaan pemikiran dengan Arrahmah, pada bulan Maret 2012 Fachry
meninggalkan Arrahmah.
Pada tahun 2012 setelah berpisah dengan Arrahmah, Fachry membuat sebuah situs
web baru yang disebut Al-Mustaqbal (www.al-mustaqbal.net) untuk mengkampanyekan
Shariah4Indonesia yang dipimpin oleh Aman Abdurrahman. Kelompok Aman Abdurrahman
sendiri pecah dari kelompok yang dipimpin oleh Abu Jibriel, dan mendirikan kelompok
diskusi sendiri di masjid Al-Islam di Babakan Serpong, Banten. Tiga tokoh kunci dalam
kelompok baru tersebut adalah Fachry, Abu Shofiy, dan Bahrum Syah. Bahrum Syah adalah
seorang emir sebuah kelompok di Situ Gintung pada bulan Juli 2012, yang merupakan
19
jaringan lama JAT yang pada akhirnya terpecah. Salah satu faksi-nya mendirikan MIB.
Bahrum Syah memiliki perusahaan penerbitan yang bernama P-TA (Penegak Tauhid Press) di
Pamulang dan menjalankan kelompok diskusi di masjid Al-Islam. Fachry dan Bahrum Syah
percaya bahwa konflik di Suriah adalah pemenuhan prediksi dalam beberapa teks-teks Islam
bahwa pertempuran untuk akhir dunia antara Imam Mahdi, Mesiah Islam, Dajjal, dan Islam
yang setara dengan anti-Kristus, akan dimulai disana. Islam akan muncul sebagai pemenang
dan khilafah akan terbentuk. Oleh sebab itu, pada akhir tahun 2012 mereka memutuskan
untuk mempersiapkan tanah untuk Imarah Islam di Indonesia sehingga ketika khilafah
dikumandangkan, Indonesia bisa bergabung.
Pada awal 2013, Fachry dan teman-temannya mendirikan Forum Aktivis Hukum
Islam yaitu FAKSI. Fachry bertindak sebagai kepala, dan Bahrum Syah sebagai sekretaris
jenderal dan wakilnya. Anggota kelompok ini berasal dari Sharia4Indonesia serta pengikut
Aman Abdurrahman. Diantara mereka yang bergabung adalah Siswanto dari Lamongan,
Iskandar alias Abu Qutaibah dari Bima, dan Salim Mubarok dari Malang. Berikut ini adalah
keterangan dari profil mereka:
1. Siswanto merupakan pengajar di pesantren Al-Islam di Lamongan. Kemudian pada tahun
2007, Siswanto meninggalkan sekolah dan bergabung dengan FPI cabang Lamongan.
Ketertarikan dengan tulisan-tulisan Aman Abdurrahman, maka FPI-Lamongan menjadi
radikal. Ketika adanya perbedaan antara fraksi takfir mu’ayyan dan takfir am Siswanto
selalu berada di garis depan.
2. Iskandar alias Abu Quatibah dari Bima merupakan putra dari Natsir Kecil, seorang pria
dari Dompu, Bima, yang sudah bergabung dengan Abu Bakar Ba’asyir saat pertama kali
melarikan diri ke Malaysia pada tahun 1985. Iskandar lulusan pesantren Gontor di Jawa
Timur, dan mahasiswa Universitas Islam Negeri dan tinggal bersama orang tuanya di
Tanah Abang. Pada tahun 2002, ia mulai menghadiri ceramah Aman Abdurrahman di
masjid At-Taqwa di Tanah Abang. Pada tahun 2004 pada saat Aman ditangkap, dia
kembali ke rumah keluarga ayahnya di Bima dan mulai menyebarkan ide-ide Aman
Abdurrahman, khususnya di Masjid Istiqomah Bima. Pada bulan Februari 2009, Iskandar
mengundang Aman ke Bima. Selama hampir satu bulan, Aman memberikan kuliah di
beberapa masjid termasuk Istiqomah. Pada tahun 2008 Iskandar juga mengajar di
pesantren Umar Bin Khattab, dan bersekutu dengan organisasi Abu Bakar Ba’asyir yaitu
JAT. Akan tetapi, sikap Takfiri Aman dan Iskandar bermasalah dengan masyarakat Islam
di Bima, akhirnya mereka meninggalkan JAT, dan Iskandar mendesak pengikutnya untuk
mengambil bagian dalam persiapan militer (i’dad) dan mengirimkan sebagian
20
pengikutnya ke Poso agar berlatih dengan Santoso untuk bergabung dengan organisasinya
MIT.
3. Salim Mubarok at-Tamimi berasal dari Pasuruan, dan merupakan keturunan Arab Yaman
yang pernah menjadi mahasiswa pemimpin Salafi, Umar Thalib. Ketika konflik Maluku
meletus pada tahun 1999, ia bergabung dengan laskar jihad. Kemudian dia belajar di
Dammaj, Yaman di sekolah Darul Hadists. Dia menjadi murid pengajar Salafi Muqbil bin
Hadi al Qadi dan Yahua bin Ali Hajuri. Setelah ia kembali ke Malang, ia mengajarkan
ajaran Salafi. Pada awalnya dia tidak setuju dengan ajaran Aman Abdurrahman, akan
tetapi pada tahun 2010 berdebat dengan Aman dan kalah sehingga dia menjadi murid
Aman pada saat itu. Di Malang dia menyebarluaskan ajaran Aman Abdurrahman
bersama-sama dengan Mashudi, seorang aktivis JAT yang pernah menjadi guru di
Lamongan dan juga pernah belajar di Yaman. Dan juga mereka berdua menjadi promotor
paling menonjol dari ISIS di wilayah Malang.
FAKSI menggunakan media sosial, Al-Mustaqbal, yaitu forum diskusi terbuka yang
disebut Multaqad Da’wiy dengan tujuan membuat masyarakat menyadari pentingnya
mendirikan sebuah imarah Islam dan kekhalifahan. Namun, ketika adanya perbedaan yang
sengit yang dikarenakan adanya perpecahan JN dan ISIS, dan pernyataan Omar Bakri yang
memberi dukungan kepada ISIS pada tanggal 1 Oktober 2013, memiliki dampak yang besar
di Indonesia, yaitu antara pengikut FAKSI dan Aman Abdurrahman dengan kelompok
pendukung anti-ISIS. Aman Abdurrahman menerjemahkan tulisan-tulisan respon ISIS
terhadap Al-Maqdasi, dan anti-ISIS diterjemahkan dan diterbitkan di arrahmah.com, termasuk
penolakan Al-Zawahiri dimana ISIS memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Pertengkaran
berlanjut ketika Arrahmah membuat marah kelompok pro-ISIS, sehingga pada Januari 2014,
Fachry menerbitkan sebuah artikel mengenai nasihat Ustad Rois untuk Arrahmah mengenai
ISIS di dalam penjara Nusakambangan.
FAKSI mengorganisir kampanye dukungan publik terhadap ISIS. Dimulai pada bulan
Februari 2014 dengan menyelenggarakan program di Tangerang dan Bekasi. Lalu pada Maret
2014, program diadakan di Bima dan Sumbawa. Pada 16 Maret faksi menggelar demonstrasi
pro-ISIS di bundaran Hotel Indonesia dan Bahrum Syah berperan sebagai koordinator.
Didalam perkembangannya, para aktivis FAKSI berangkat ke Suriah untuk bertempur, salah
satunya adalah Bahrum Syah bersama Rosikien Noer pada tanggal 26 Mei 2014. Rosikien
adalah seorang aktivis dari Ring Banten yang dilatih di Mindanao dan juga teman dekat Iwan
Dharmawan alias Rois. Kemudian Salim Mubarok, yang merupakan anggota FAKSI Malang,
telah mencapai Suriah sebelum Bahrum Syah dengan membawa istri dan anaknya. Dengan
21
bahasa Arab yang sangat baik, dia dengan cepat mengembangkan jaringan yang luas didalam
ISIS dan membantu memfasilitasi penyelenggaraan untuk orang Indonesia lainnya yang mau
datang dan bergabung dengan ISIS, termasuk diantaranya adalah lima mantan siswa di
Malang yang kurang mampu untuk mendukung kekhalifahan di Malang. Salah satunya adalah
Muhammad Romly yang mengumumkan pembentukan kelompok baru yang bernama
Ansharul Khilafah Jawa Timur pada tanggal 20 Juli 2014. Kemudian Siswanto, mantan
anggota FPI dari Lamongan, Jawa Timur, telah membantu memfasilitasi perjalanan beberapa
alumni pelatihan MIT di Poso. Selain itu, Bagus Maskuron, mantan tahanan yang ditangkap
dalam perampokan CIMB Niaga di Medan, telah berangkat ke Suriah pada bulan November
2013.
Pada tanggal 29 Juni 2014, ISIS mendeklarasikan kekhilafahan Abu Bakar Al-
Baghdadi yang selanjutnya dikenal sebagai Khalifah Ibrahim, dan mengubah nama menjadi
Daulah Khilafah atau IS (Islamic State). Pendeklarasian tejadi setelah ISIS berhasil
menduduki kota Mosul. Pada tanggal 30 Juni 2014, Aman Abdurrahman mengucapkan
ba’iat-nya terhadap IS, dan beberapa pengikutnya di TWJ menjalankan aksi teror berupa
ightiyalat (pembunuhan/penculikan) terhadap personel aparat keamanan, warga sipil yang
membantu aparat keamanan, atau warga asing, yang sangat mungkin dilakukan oleh
kelompok-kelompok pendukung Daulah Islamiyah/IS di Indonesia.
Kemudian pada 5 Juli 2014 beberapa tersangka teroris yang ditahan di Kelapa Dua
Brimob juga melakukan hal yang sama. Lalu pada tanggal 20 Juli 2014 beberapa pengikut
dari Iskandar mengucapkan ba’iat-nya kepada ISIS di Masjid Istiqomah, Bima. Lalu pada
tanggal 7 Juli 2014, Fachry mengadakan pertemuan Multaqod Da’wiy di Masjid UIN di
Ciputat. Ia mengajak seluruh umat Islam untuk mendukung ISIS. Hingga pada bulan Agustus
2014 ada sekitar 2.000 orang telah melakukan ba’iat dengan ISIS. Akan tetapi sebelumnya
pada tanggal 2 Juli 2014 Abu Bakar Ba’asyir dan pengikutnya melakukan ba’iat dalam surat
yang sudah dipostingkan kepada al-mustaqbal.net yang mengatakan bahwa mereka
menganggap diri mereka sebagai bagian dari pasukan ISIS dan siap mematuhi perintah dari
Khilafah. Karena hal ini pada tanggal 17 Juli 2014, Ba’asyir bertemu dengan Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI) bersama dengan Abu Jibril, pada pertemuan itu Ba’asyir
menyalahkan Fuad Al-Hazimi sebagai kepala dewan agama dengan menentang keputusan
Ba’asyir. Pada akhirnya Muhammad Achwan, Fuad Al-Hazimi dan anak dari Ba’asyir yaitu
Abdurrahim alias Lim, memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi baru pada bulan
Agustus 2014 yang mereka sebut Jama’ah Ansharusy Syariah (JAS).
22