sejarah batik jambi

Upload: syad-riderss

Post on 02-Mar-2016

1.042 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

tentang batik jambi

TRANSCRIPT

SEJARAH BATIK JAMBIPada zaman kesultanan, perdagangan dan produksi batik jambi secara terbatas. Batik jambi adalah hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki sembarang orang, ia dikomsumsi hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial tinggi, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya pemerintahan kesultanan jambi, produksi batik jambi menurun secara drastis. Kalaupun ada pengrajin batik, itu pun dikerjakan oleh beberapa pengrajin yang sudah berusia tua.Pada masa penjajahan belanda, berita tentang batik jambi kembali di marakkan dengan munculnya berbagai artikel yang ditulis oleh para penulis belanda , salah satunya adalah B.M. Goslings. Dalam artikelnya, Goslings menyatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta Residen Jambi H.E.K. Ezermann untuk meneliti batik Jambi. Sekitar oktober 1928 dtg tnggapan dari Ezermann, bhwa di Dsun tngah pada wktu itu mmang ssungguhnya ada pengrajin seni batik dan menghasilkan karya yang sangat indah. (B.M. Goslings, 1928, 141)Brdasarkn itu pla sudah trlihat bahwa smenjak jaman ksultanan jambi, jaman penjajahan belanda, jepang dan sampai perang kemerdekaan, terdapat kerajinan batik di daerah jambi akan tetapi belum berproduksi secara massal seperti sekarang.Semenjak pembangunan Orde Baru, pembinaan dan pengembangan batik jambi telah dilakukan kembali secara insentif dan massal, jika pda era 1980an yang dominan adalah warna-warna jambi asli, pada era 90an yang digunakan adalah warna-warna pekalongan dan cirebonan .namun Kini batik Jambi kembali ke warna aslinya. yang cerah dan berkarakter khas.Sedangkan batik tulis jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya sediri. Sebagian besar pewarnaan batik jambi diambil dari bahan-bahan alami yang ada di alam sekitar jambi, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan, seperti getah kayu lambato dan buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi dan kayu sepang. Dan, ada juga campuran dari dua jenis bahan yang tidak terdapat di jambi seperti biji pohon tinggi dan daun nila, yang biasanya didatangkan langsung dari Yogyakarta.Selain bahan pewarnanya, batik tulis jambi juga kaya dengan aneka motif dengan warna cerah sebagai simbol keceriaan dan keriangan masyarakat jambi. Tercatat lebih dari 31 motif batik tulis jambi yang masih dapat dijumpai, seperti candi muara jambi,kaca piring, puncung rebung, angso duo bersayap mahkota, bulan sabit, pauh ( mangga ), Antlas ( Tanaman ), Awan Berarak, dan Riang-Riang.

Batik sebagai warisan budaya Indonesia telah mendapat pengakuan dunia dengan ditetapkannya Batik sebagai warisan budaya Indonesia dan benda milik Bangsa Indonesia oleh Badan Dunia PBB UNESCO 2 Oktober 2009. Sehingga tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasioanal.

Sejarah

Kain batik dibawa dan diperkenalkan pertama kali di daerah Jambi oleh Haji Muhibat pada tahun 1875. Saat itu, ia berserta keluarganya datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi.Pada masa itu produksi batik Jambi dan perdagangannya secara terbataspada kaum bangsawan dan raja Melayu Jambi sebagai pakaian adat. Motifnya pun masih sangat terbatas, bercorak ukiran seperti yang ada pada rumah adat Jambi.Di masa ini batik Jambi merupakan hasil karya seni yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Batik Jambi di konsumsi hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial yang tinggi, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi, kebutuhan akan batik Jambi menurun secara drastis, sehingga jarang ditemukan ada pengrajin batik Jambi. kalaupun ada, pengrajin itu sudah tua.

Pada zaman penjajahan Belanda, berita tentang batik Jambi marak kembali dengan munculnya berbagai artikel yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Belanda. Salah satunya adalah B.M. Gosligs yang dalam artikelnya mengatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta residen Jambi Tuan H.E.K. Ezermenn untuk meneliti batik Jambi. Sekitar bulan oktober 1928 datang tanggapan dari Ezernann, bahwa di dusunkampung Tengah (kelurahan Tengah) pada waktu itu memang sesungguhnya ada pengrajin batik dan menghasilkan karya-karya seni batik yang Indah. (B.M Goslings halaman 1411)

Dari keterangan di atas, sejak zaman Kesultanan, zaman Belanda, zaman Kemerdekaan di Jambi memang terdapat seni batik, walaupun produksi dan pemakaiannya masih terbatas. Setelah zaman orde baru terutama sejak tahun 80-an hingga sekarang, perkembangan batik Jambi sangat pesat sekali. Pembinaan terhadap sanggar-sanggar batik, dilakukan secara intensif dan massal. Pemakaian batik Jambi tidak lagi terbatas pada kalangan-kalangan tertentu tetapi sudah memiliki kebebasan. Batik Jambi menjadi milik masyarakat dan kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal bukan hanya di Indonesia tetapi sampai ke manca Negara.

Nama-nama Motif Batik Jambi

Batik Jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya sediri. Sebagian besar pewarnaan batik Jambi diambil dari bahan-bahan alami yang ada di alam sekitar Jambi, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan, seperti : Kayu Sepangmenghasilkan warna kuning kemerahan. Kayu Ramelangmenghasilkan warna merah kecokelatan. Kayu Lambatomenghasilkan warna kuning. Kayu Nilomenghasilkan warna biru. dsbMotif batik Jambi sebagian besar diambil dari bentuk flora dan fauna, sebagai mana motif batik yang terdapat di Indonesia pada umumnya. Namun dilihat dari bentuk motif corak dan pewarnaannya, batik Jambi memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan batik yang ada di daerah lain.

Keunikan seni batik Jambi terletak pada kesederhanaan bentuk motif dan pewarnaan yang khas, yaitu bentuk motif yang tidak berangkai (ceplok-ceplok) dan berdiri sendiri-sendiri.

Pemberian nama pada motif batik Jambi, diberikan pada setiap satu bentuk motif, seperti motif bunga melati, motif bungo tanjung, motif riang-riang dan sebagainya. Jadi bukan diberikan pada suatu rangkaian bentuk dari berbagai unsur atau elemen yang telah di desain sedemikian rupa yang telah menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian baru diberi nama.

Adapun motif batik Jambi yang hingga saat ini masih bisa dirangkum adalah sebagai berikut :

1. Motif wayang Gengseng2. Motif bungo Durian3. Motif Keris4. Motif pucuk Rebung5. Motif tabor titik6. Motif Potong Intan7. Motif tabor bengkok8. Motif Siput9. Motif Kepiting10. Motif Ikan11. Motif Bungo Tanjung12. Motif Jangkar13. Motif Daun Kangkung14. Motif Riang-riang15. Motif Bungo Matahari16. Motif Kaca Piring17. Motif Kepak Lepas18. Motif Taritang19. Motif Bungo Pauh20. Motif Bungo Melati21. Motif Bungo Jatuh22. Motif Kapal Sanggat23. Motif Tagapo24. Motif Antalas25. Motif Keluk Paku26. Motif Keladi Durian Pecah27. Motif Biji Timun28. Motif Ancak29. Motig Bungo Cengkeh30. Motif Merak ngeram31. Motif Ayam Lepas32. Motif Galo-galo33. Motif Bungo Bintang34. Motif Bungo Lumut35. Motif tampuk Manggis36. Motif Bungo Rambat37. Motif Patola38. Motif Kuao berhias39. Motif Kaligrafi

Rangkuman nama-nama motif ini diperoleh dari data koleksi batik Museum Negeri Jambi pada tahun 1994/1995.Pertumbuhan dan perkembangan batik Jambi pada masa sekarang memberi dampak yang sangat baik bagi penambahan perbendaharaan motif batik Jambi. Diantara penambahan perbendaharaan motif Jambi sebagai ciptaan masa kini oleh para designer motif batik Jambi adalah sebagai berikut :

1. Motif angso duo2. Motif keris siginjai3. Motif kerang4. Motif sungai batanghari5. Motif Daun keladi6. Motif kajang lako7. Motif incung8. Motif cendawan9. Motif bungo kopi10. Motif sapit udang11. Motif Anggur

Dari kebanyakan motif diatas lebih didominasi hiasan ragam berupa bunga dan daun yang akan mendekatkan kepada unsur alam melayu Jambi. Seolah tak habis disana, tak habis hanya sampai di motif saja. Ada juga hal-hal menarik yang perlu dicermati dalam memaknai batik Jambi, sekaligus memaknai Indonesia.

Gambar motif yang melekat pada batik Jambi merupakan wujud-sadar dari watak dan karakter masyarakat melayu Jambi. Ya, tipikal orang melayu Jambi adalah sederhana, egaliter dan terbuka terhadap budaya luar, namun agak lamban merespon perubahan. Tipikal ini dilukiskan dengan sangat apik dengan menampilkan unsur-unsur yang tak rumit dan fleksibel ditiap motifnya.

Pertama, Motif Durian Pecah menggambarkan dua bagian kulit durian yang terbelah, tapi masih beertautan pada pangkal tangkainya. Dua belah kulit itu memiliki makna pada masing-masing bagiannya. Belahan pertama bermakna pondasi iman dan takwa. Bagian kedua lebih bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi. Makna yang dapat ditangkap disini adalah, pada motif Durian Pecah, adalah segala pekerjaan mesti dilandasi oleh iman dan takwa serta ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya agar pekerjaan itu mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.

Kedua, Motif Tampuk Manggis, melukiskan penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Ilustrasi ini bermakna kebaikan budi pekerti, kehalusan akhlak, dan kebaikan hati tak dapat dilihat dari kulit luarnya saja.

Ketiga, Motif Kapal Sanggat, mengisyaratkan keharusan untuk berhati-hati dalam menjalankan sesuatu pekerjaan. Tidak boleh lalai dalam melaksanakan tugas, selalu waspada dan paham aturan. karena kelalaian dalam pekerjaan akan menyebabkan musibah dan mala petaka bagi yang si pekerja.

Keempat, Motif Kuao Berhias menggambarkan seekor burung Kuao yang tengah bercermin sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Makna yang terkandung adalah sebagai pengenalan diri. Dalam penjabarannya, kembangan kepakan dan bagian lain dari tubuh burung ini merupakan pantulan cermin yang memperlihatkan siburung tengah berhias. Dengan bercermin dan introspeksi diri daapat diketahui bagianbagian tubuh, keleihan dan kekurangan termasuk hal spiritual. Pada manusia, dengan mengenal diri sendiri diharapkan mampu menutup atau menyempurnakan bagian-bagian yang kurang pantas termasuk berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar.

Hingga kini, satu-satunya ciri khas khas motif Jambi yang dapat dipertanggungjawabkan orisinalitas keberadaan adalah kesederhanaan bentuk dan kemandirian objek motif tersebut. Motif batik Jambi berdiri sendiri, tak berangkai dan merangkai, terlepas dari yang lainnya, sehingga banyak ruang kosong didalamnya. Pada batik Jambi ruang kosong itu biasanya diber isian ragam hiasan berupa bentuk tabur titik.

Penghargaan di tingkat Nasional

Kini batik Jambi telah menjadi salah satu komoditi unggulan daerah Jambi, selain telah dapat membantu pemerintah daiam menanggulangi pengangguran, juga telah mendapat penghargaan baik dari masyarakat daerah maupun tingkat nasional. Dalam perjalanannya, batik Jambi telah beberapa kali mendapat penghargaan di tingkat nasional yaitu :1. Upakarti tahun 1988 atas nama "Batik Relita"( H. Amran Abdullah )2. Upakarti tahun 1990 atas nama "Batik Nova"( Yuliawati }3. Upakarti tahun 1993 atas nama Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Jambi (Hj. Lily Abdurrahman Sayoeti )4. Upakarti tahun 1994 atas nama "Batik Mawarda"( Hj. Juriah ).

Sejarah

Pada akhirabadke XIX di daerah Jambi terdapat kerajaan atau Kesultanan Jambi.Pemerintahan kerajaaninidipimpin oleh seorang Sultan dibantu oleh Pangeran Ratu (Putra Mahkota) yang mengepalai Rapat Dua Belas yang merupakan Badan Pemerintahan Kerajaan.

Wilayah administrasi Kerajaan Jambi meliputi daerah-daerah sebagaimana tertuang dalam adagium adat "Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo" yang artinya : Pucuk yaitu ulu dataran tinggi, sembilan lurah yaitu sembilannegeriatau wilayah dan batangnya Alam Rajo yaitu daerah teras kerajaan yang terdiri dari dua belas suku atau daerah.

Secara geografis keseluruhan daerah Kerajaan Jambi dapat dibagi atas dua bagian besar yakni : Daerah Huluan Jambi : meliputi Daerah AliranSungaitungkal Ulu, Daerah Aliran Sungaijujuhan, Daerah Aliran SungaiBatangTebo, Daerah Sungai Aliran Tabir, daerah AliranSungai Merangin dan Pangkalan Jambu. Daerah Hilir Jambi :meliputi wilayah yang dibatasi oleh Tungkal Ilir, sampai Rantau Benarke Danau Ambat yaitu pertemuan Sungai Batang Hari dengan Batang Tembesi sampaiperbatasan dengan daerah Palembang.Sebelum diberlakukannya IGOB(Inlandsche Gemente Ordonantie Buitengewesten),yaitu peraturan pemerintahan desa diluarJawa dan Madura, di Jambi sudah dikenal pemerintahan setingkat desa dengan nama marga atau batin yang diatur menurut Ordonansi Desa 1906. Pada ordonansi itu ditetapkan marga dan batin diberi hak otonomi yang meliputi bidang pemerintahan umum, pengadilan, kepolisian, dan sumber keuangan.

Pemerintahan marga dipimpin oleh Pasirah Kepala Marga yang dibantu oleh dua orang juru tulis dan empat orang kepala pesuruh marga. Kepala Pesuruh Marga juga memimpin pengadilan marga yang dibantu oleh hakim agama dan sebagai penuntut umum adalah mantri marga. Di bawah pemerintahan marga terdapat dusun atau kampung yang dikepalai oleh penghulu atau kepala dusun atau Kepala Kampung.

Pada masa pemerintahan Belanda tidak terdapat perubahan struktur pemerintahan di daerah Jambi. Daerah ini merupakan salah satu karesidenan dari 10 karesidenan yang dibentuk Belanda di Sumatera yaitu: Karesidenan Aceh, Karesidenan Tapanuli, Karesidenan Sumatera Timur, Karesidenan Riau, Karesidenan Jambi, Karesidenan Sumatera Barat, Karesidenan Palembang, Karesidenan Bengkulu, Karesidenan Lampung, dan Karesidenan Bangka Belitung.

Khusus Karesidenan Jambi yang beribu kota di Jambi dalam pemerintahannya dipimpin oleh seorang Residen yang dibantu oleh dua orang asisten residen dengan mengkoordinasikan beberapaOnderafdeeling.Keadaan ini berlangsung sampai masuknyabalatentera Jepang ke Jambi pada tahun 1942.Arti Logo

Lambang Daerah Tingkat I Provinsi Jambi, berbentuk Bidang Dasar Segi Lima, menggambarkan lambang Jiwa dan semangat Pancasila.

Masjid, melambangkan Ketuhanan dan Keagamaan;

Keris, melambangkan kepahlawanan dan Kejuangan;

Gong, melambangkan jiwa musyawarah dan Demokrasi.Nilai Budaya

Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari perkataan "jambe" yang berarti "pinang". Nama ini ada hubungannya dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenaiRaja Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul provinsi Jambi.

Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai Batanghari.

Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain. Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang menyatakan bahwa suku ini merupakan keturunan dari percampuran suku Wedda dengan suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai suku Weddoid.Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan "jinak" diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tempat tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Sedangkan yang disebut "liar" adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan-hutan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.

Suku-suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam beberapa larik (kumpulan rumah panjang beserta pekarangannya). Setiap desa dipimpin oleh seorang kepala desa(Rio), dibantu olehmangku,canang, dantua-tua tengganai(dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat desa.Strata Sosialmasyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi yang jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu jarang bahkan tidak pernah terdengar istilah-istilah atau gelar-gelar tertentu untuk menyebut lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka hanya mengenal sebutan-sebutan yang "kabur" untuk menunjukkan status seseorang, seperti orang pintar, orang kaya, orang kampung dsb.

PakaianPada awalnya masyarakat pedesaan mengenal pakaian sehari-hari berupa kain dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses akulturasi dengan berbagai kebudayaan, pakaian sehari-hari yang dikenakan kaum wanita berupa baju kurung dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai penutup kepala. Sedangkan kaum pria mengenakan celana setengah ruas yang menggelembung pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat leluasa bergerak dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pakaian untuk kaum pria ini dilengkapi dengan kopiah.

Keseniandi ProvinsiJambi yang terkenal antara lainBatanghari, Kipas perentak, Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang.

Upacara adatyang masih dilestarikan antara lainUpacara Lingkaran Hidup Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa,Perkawinan, Berusik sirih bergurau pinang,Duduk bertuik, tegak betanyo, ikat buatan janji semayo, Ulur antar serah terimo pusako dan Kematian.

Filsafat HidupMasyarakat Setempat:Sepucuk jambi sembilan lurah, batangnyo alam rajo.

Video ssyoutube.com/watch?v=6YFZ4wzNXyMhttp://www.amali-muadz.com/2014/02/batik-jambi.html

Ragam hias batik jambi ditentukan faktor estetika dan filosofis yang digali dan diperkaya dari muatan lokal yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni juga kerajinan.

Secara umum ragam hias batik jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalui pengulanagan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang memiliki bobot kultur setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.

Biji Timun

Buah Anggur

Bungo Cendawan

Bungo Keladi

Bungo Matahari

Durian Pecah

Kaca Piring

Kampung Manggis

Kapal Sangat

Kepiting

Melati

Pauh

Riang-Riang

Tampuk Manggis

Bungo Kopi

Merak Ngerem

Sumber:http://umzaragallery.wordpress.com/2011/04/18/gambar-motif-batik-jambi/

Motif Batik Jambi

Seperti halnya daerah lain di Indonesia yang memiliki kain khas, kota Jambi juga mempunyai kekayaan tekstil yang begitu indah berupa kain Batik Jambi. Tak bisa dipastikan kapan tepatnya Batik Jambi ditemukan. Pada masa Kesultanan Melayu Jambi, Batik Jambi sudah dibuat dengan motif khas fauna dan flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan Kesultanan. Saat itu, perdagangan dan produksi Batik Jambi masih terbatas. Batik Jambi merupakan hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki sembarang orang dan hanya dimiliki masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial tinggi, misalnya kerabat kesultanan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya Pemerintahan Kesultanan Jambi, produksi Batik Jambi menurun secara drastis.

Pembinaan dan pengembangan Batik Jambi dilakukan kembali secara insentif dan massal pada pembangunan Orba (Orde Baru). Tahun 1980-an, Batik Jambi masih banyak menggunakan warna khas Jambi, namun tahun 1990-an yang digunakan adalah warna-warna Pekalongan dan Cirebonan. Saat ini Batik Jambi kembali ke warna aslinya yang cerah dan berkarakter khas.

Jika dilihat dari segi geografis dan historis, Jambi merupakan daerah yang strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam hubungan dengan Tiongkok dan Selat Malaka. Jambi juga menjadi salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pedagang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi dalam bidang kebudayaan, termasuk motif Batik Jambi. Pengaruh kebudayaan Arab terlihat pada ragam hias kaligrafi serta pengaruh Cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.Penggambaran motif Batik Jambi merupakan representasi watak dan karakter masyarakat Melayu Jambi dengan tipikalnya yang sederhana, egaliter dan terbuka terhadap hal-hal lain di luarnya, walau cenderung lamban merespon perubahan. Tiap motifnya memiliki makna dan filosofi tertentu. Motif utama pada Batik Jambi sangat sederhana, tidak rumit dan cenderung konvensional. Mencirikan watak asli masyarakat Melayu Jambi. Jika ada motif Batik Jambi yang rumit dan detailnya kompleks, maka bisa jadi itu merupakan motif pengembangan baru yang muncul pada dekade 80-an. Beberapa daerah penghasil Batik Jambi diantaranya: Kota Jambi, Batanghari, Soralangun, Merangin, Tebo dan Bungo.

Seiring berjalannya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana. Motif Batik Jambi saat ini telah mengalami modifikasi atau pengembangan sesuai dengan selera pasar.Batik Jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya sediri. Sebagian besar pewarnaan batik Jambi diambil dari bahan-bahan alami yang ada di alam sekitar Jambi, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan, seperti getah kayu lambato, buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi, kayu sepang, dan lain sebagainya.

Keunikan Batik Jambi terletak pada kesederhanaan bentuk motif dan pewarnaan yang khas, yaitu bentuk motif yang tidak berangkai (ceplok-ceplok) dan berdiri sendiri-sendiri. Pemberian nama pada motif batik Jambi, diberikan pada setiap satu bentuk motif, seperti Batang Hari, Bungo Pauh, Duren Pecah, Kapal Sanggat, Merak Ngeram, Tampok Manggis, Candi Muara Jambi, Kaca Piring, Puncung Rebung, Angso Duo Bersayap, dan lain sebagainya. Jadi bukan diberikan pada suatu rangkaian bentuk dari berbagai unsur atau elemen yang telah didesain sedemikian rupa yang telah menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian baru diberi nama. Dalam penerapannya tentu saja tidak monoton terdiri dari satu bentuk motif saja. Sehelai kain biasanya diterapkan beberapa bentuk motif pokok, dan diisi atau didampingi dengan bentuk motif lainnya. Motif2 isian itu adalah motif tabor titik, motif tabor bengkok, motif belah ketupat dan bentuk motif-motif isian lainnya. Batik Jambi juga kaya dengan aneka motif dengan warna cerah sebagai simbol keceriaan dan keriangan masyarakat Jambi.

Berikut adalah motif-motif dari Batik Jambi :1.Motif Angso Duo Bersayap

Motif Durian Pecah menggambarkan dua bagian kulit durian yang terbelah, tapi masih bertaut pada pangkal tangkainya. Dua belah kulit itu memiliki makna pada masing-masing bagiannya. Belahan pertama bermakna pondasi iman dan taqwa. Bagian satunya lagi lebih bernuansa ilmu pengetahuan dan tehnologi. Makna yang disimpulkan motif ini yaitu melaksanakan pekerjaan berlandaskan iman dan taqwa, serta ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi akan memberikan hasil yang baik bagi yang bersangkutan serta keluarga.2.Motif Sungai Batanghari

Kearifan lokal yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni sangat mempengaruhi motif, sehingga Batik Jambi sarat dengan estetika dan filosofi. Secara umum motif Batik Jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui pengulangan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang mengandung kebudayaan setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.

3.Motif Kaca Piring

Perendaman kain batik pada pewarna di dalam gentong dilakukan dalam waktu yang lama. Gentong yang sudah diberi air dan pewarna disimpan dalam ruangan tertutup. Ruangan harus benar-benar kedap cahaya. Pengrajin batik akan mencelup-celupkan kain di dalam air rendaman selama 24 jam. Ia harus mengulang proses tersebut keesokan harinya. Begitu seterusnya selama 6 bulan. Bahkan, ada yang melakukan proses ini selama setahun nonstop. Itu sebabnya, warna batik gentongan tahan sangat lama, bahkan hingga puluhan tahun.

Harganya? Jangan ditanya. Setelah melalui proses yang rumit dan memakan waktu lama, wajar saja kalau kain batik gentongan berharga jutaan rupiah. Batik gentongan berharga antara 2,5 juta hingga 5 juta rupiah bahkan lebih.

Batik gentongan memiliki ciri khas warna yang berani (colour full), pengerjaan yang halus, batik gentongan makin lama warnanya makin cemerlang meski kainnya telah rapuh dan memiliki aroma rempah-rempah karena perendaman. Motif-motifnya beragam, namun tidak dapat diketahui secara pasti apakah yang menjadi motif klasik batik gentongan. Seperti yang kebanyakan, motif kembang randu, burung hong, sik melaya, ola-ola dan banyak lagi.

Pada zaman dahulu, membatik menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan untuk batik gentongan bisa mencapai satu tahun proses hanya untuk sepotong batik. Hal ini karena motif yang sangat rumit dan detail. Luar biasa..... :). Dahulu batik menjadi pekerjaan perempuan di daerah itu untuk mengisi waktu luang menunggu suami mereka yang bekerja sebagai pelaut pergi ke daerah yang jauh, seperti ke pulau Kalimantan dan Sulawesi. Bagi perempuan Tanjungbumi, menunggu kedatangan suami merupakan saat-saat paling panjang dan menegangkan. Mereka selalu gelisah apakah suaminya bisa pulang kembali dengan selamat dan bisa membawa uang untuk menghidupi rumah tangganya. Untuk mengurangi rasa gelisah tersebut, akhirnya mereka mulai belajar membatik. Namun, hingga kini belum ada yang dapat memastikan kapan para istri itu mulai membatik. Selain itu masyarakat disana juga memiliki budaya, batik digunakan untuk simpanan. Yang diperlakukan sebagai emas atau tabungan. Atau disimpan untuk diserahkan kepada anak dan cucu, sebagai tanda kasih dan cinta ibu. Terutama bagi yang memiliki anak perawan, batik simpanan ini akan diberikan manakala mereka mulai berumah tangga. Batik menjadi salah satu sumber kekayaan dan kebanggaan mereka. Tak heran mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Nilai ini semakin bergeser karena zaman, membatik bukan lagi sebagai tanda kasih dan cinta ibu, namun semata-mata untuk mencari uang. Nilai komersial ini menjadi salah satu sebab mengapa hasil penggarapan batik tidak lagi sebagus yang dahulu... sangat disayangkan yahhhh....L. Namun kegiatan yang dilakukan untuk membunuh waktu itu sekarang menjadi industri rakyat yang cukup besar.4.Batik Bungo Keladi

Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan, Araceae). Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas (Colocasia).

Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia. Penciri yang paling khas dari keladi adalah bentuk daunnya yang seperti simbol hati/jantung. Daunnya biasanya licin dan mengandung lapisan lilin. Ukuran keladi tidak pernah lebih daripada 1m. Beberapa jenis dan hibridanya dipakai sebagai tanaman hias pekarangan.

Sekian ulasan tentang Batik Jambi! Terima kasih sudah mengunjungi blog kami!-Salam Sprachklasse-

http://jambibatik.org/news/newsall/http://www.motifbatik.web.id/makna-motif-batik-jambi.htmlhttp://batik-nusantara-sprachklasse.blogspot.com/2013/11/batik-jambi.html

http://jambibatik.org/news/newsall/http://www.motifbatik.web.id/makna-motif-batik-jambi.html