sebagai media pembelajaran berhitung anak...
TRANSCRIPT
9
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER “MANTAP”
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG
ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.
A. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan adalah kelompok anak tunagrahita yang tergolong
ringan bila dibandingkan dengan anak tunagrahita lainnya. Istilah yang lain
digunakan untuk menyebut anak tunagrahita ringan diantaranya ialah anak debil
(sudah ditinggalkan) atau anak mampu didik. Dalam bahasa asing digunakan
istilah Educable Mentally Retarted On Mild.
Menurut Amin, M (1994;33-34) anak tunagrahita ringan sebagai berikut :
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun
kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terlambat, namun mereka
mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam pelajaran
akademik, penyesuain sosial dan kemampuan bekerja. Dalam mata
pelajaran akademik, mereka pada umumnya mampu mengikuti mata
pelajaran tingkat lanjutan, baik SLTPLB dan SMALB maupun
sekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringannya
ketunagrahitaan yang disandangnya. IQ mereka berkisar 50-70. Dalam
penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri
dalam lingkungan sosial tidak saja dalam lingkungan yang terbatas
tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari
mereka dapat berdiri sendiri dalam masyarakat.
Berdasarkan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa anak tunagrahita ringan
merupakan anak yang masih memiliki potensi dan kemampuan untuk di didik
baik dalam bidang akademik, penyesuaian sosial maupun dalam pekerjaan.
10
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pelajaran yang diberikan pada anak-anak ini tentunya bersifat sederhana sesuai
dengan kemampuan berfikir mereka masing-masing.
Anak tunagrahita ringan dengan demikian dapat dikatakan: mereka yang
mengalami hambatan perkembangan mental dimana tingkat kecerdasannya (IQ)
berkisar antara 50-70. Mereka masih dapat mengikuti bidang akademik seperti
membaca, menulis dan berhitung maupun dalam penyesuaian sosial bahkan tidak
menutup kemungkinan bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik anak tunagrahita
ringan pada umumnya, seperti yang dikemukakan oleh Amin, M dan Entang,M
dalam Cahyadi (2004; 15) sebagai berikut:
a) Karakteristik mental
Mereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan berulang
terhadap pertanyaan yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik dan
kemampuan menyimpan instruksi dalam jiwanya/ ingatannya.
Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit dari pada abstrak,
mereka tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam
pertanyaan, terbatas kemampuannya dalam penalaran dan visualisasi
dan mengalami kesulitan dan konsentrasi.
b) Karakteristik fisik
Bagi yang mengalami keterbelakangan ringan sebagai besar tidak
mengalami kelainan fisik.
c) Karakteristik sosial ekonomi
Minat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia
mentalnya dari pada usia kronologisnya, memiliki problema dalam
tingkah laku, danagak lebih banyak nakal dari pada anak normal
intelegensinya.
d) Karakteristik akademis
Kemampuan belajar mereka rendah dan lambat, bagi mereka yang
ringan
11
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masih dapat diberikan pelajaran akademis (membaca, menulis dan
berhitung).
e) Karakteristik pekerjaan
Yang dapat dituntut untuk bekerja hanya mereka yang tergolong ringan
pada usia dewasa dapat belajar bekerja yang sifatnya ”skiled” dan ”semi
skiled”.
Jika memperhatikan karakteristik akademis seperti yang diterangkan di atas
implikasinya dalam pengajaran berhitung (matematika) semestinya dilaksanakan
dari yang konkrit menuju ke yang abstrak atau dari yang sederhana menuju
kepada yang kompleks.
Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan belajar matematika.
Salah satu kesulitan yang paling berat dialami mereka adalah
ketidakmampuannya dalam mengorganisasikan pengetahuan yang dipelajarinya,
Mereka dapat belajar matematika bila kita menyediakan pendekatan aktif dan
terstruktur. Thorton & Wilmar dalam Cahyadi (2004;17) mengemukakan bahwa
mereka harus dibantu dengan memanipulasi obyek-obyek secara aktif dengan
visualisasi, verbal, dan gerak baik dalam konsep maupun keterampilan
matematika.
Harwell dalam Cahyadi (2004;17) menambahkan bahwa pengalaman visual,
kinestetik, dan verbal sangat membantu anak-anak berkesulitan belajar, termasuk
pada anak tunagrahita untuk mengingat apa yang dipelajarinya. Estiningsih, E
dalam Cahyadi (2004;17) menganjurkan bahwa dalam pengajaran matematika
bagi murid-murid SD termasuk yang berkesulitan belajar dan anak tunagrahita
12
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ringan harus meliputi tiga tahap : penanaman konsep (menggunakan obyek
konkrit), penanaman konsep (pengertian) dan keterampilan atau latihan soal-soal.
B. Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan
1. Hakekat Berhitung
Berhitung dalam istilah matematika disebut aritmatika. Menurut Dali S. N
(Ehan, 2001) “Dalam aritmatika dipelajari tentang hubungan bilangan-bilangan
nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian”. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah
pengetahuan tentang bilangan. Berhitung atau arimatika merupakan salah satu
studi matematika yang diajarkan di SD selain dua studi lainnya yaitu aljabar dan
geometri.
Taylor dan Mills (Sukarno, 1999 : 24) mengemukakan pendapatnya tentang
aritmatika „Arithmetics is a method of thinking in which we neglect all aspects of
experience except those that can becounted and mensured’. Artinya bahwa
aritmatika adalah sebuah metode berfikir dimana kita mengabaikan semua aspek
pengalaman kecuali sesuatu tersebut dapat dihitung dan diukur.
2. Tujuan Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan
13
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tujuan pengajaran berhitung bagi anak tunagrahita ringan dapat dibedakan
secara umum dan khusus. Tujuan pengajaran secara umum antara lain agar dapat
memberikan : a) pengertian yang jelas tentang bilangan, b) pandangan system
bilangan, c) tentang kecekatan bekerja yaitu menambah (+), mengurang (-),
memperbanyak (x), dan membagi (:), d) pengertian kecil/besar, panjang/pendek,
rendah/tinggi, banyak/sedikit, kurang/lebih, e) istilah-istilah yang diperlukan
dalam berhitung seperti menambah (+), mengurang (-), memperbanyak (x), dan
membagi (:) (Pakasi dalam Sunarsih,2008 : 26).
Tujuan pengajaran secara khusus sebagaimana yang tercantum dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, tujuan dari mata pelajaran matematika di SLB C
tingkat sekolah dasar (2004:3) sebagai berikut: a) melatih cara berfikir dan
menalar untuk menarik kesimpulan, b) meningkatkan aktifitas kreatif, c) sebagai
alat untuk memecahkan masalah, d) sebagai alat komunikasi informasi atau ide.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa meskipun
anak-anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan terutama dalam hal belajar,
namun mereka tetap diberikan pelajaran matematika agar dapat memecahkan
permasalahan yang sifatnya sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang sifatnya fungsional.
3. Pentingnya Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan
Berhitung merupakan cabang matematika yang dipelajari oleh semua siswa
dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi, tak terkecuali bagi
14
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
siswa tunagrahita. Ada banyak alasan mengapa siswa perlu belajar matematika.
Menurut Cornelius (Sunarsih, 2008 ; 27) bahwa:
Setiap siswa perlu belajar matematika karena matematika
merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-sehari, sarana mengenal pola-
pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk
mengembangkan kreativitas, dansebagai sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan berhitung merupakan hal yang
penting dan memberikan manfaat yang luas, karena berhubungan dengan
keperluan di sekolah dan di masyarakat. Berhitung penting untuk kehidupan
praktis sehari-hari maupun untuk keperluan melanjutkan sekolah
(Ruseffendi,1995: 91).
Sedangkan menurut Cockroft (Sunarsih, 2008;28) mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena matematika
selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana
komunikasi yang kuat dan singkat serta jelas, dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan
kemampuan berfikir logis, ketelitian, serta kesadaran ruangan, dan
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakekatnya adalah karena masalah kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak sekali berhubungan dengan berhitung. Misalnya saat
berbelanja, kita tidak mungkin lepas dari menghitung uang. Mengenai berapa
uang yang harus dibayarkan dan berapa uang kembaliannya. Pemahaman-
pemahaman seperti pada anak tunagrahita penting dalam kehidupan dimasyarakat.
15
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Oleh karena itu keterampilan matematika menjadi sangat fungsional bagi
mereka.Dalam kehidupan kelak anak-anak ini akan ada ditengah-tengah
masyarakat. Perhitungan-perhitungan sederhana itu hendaknya dipahami.
4. Bahan Pembelajaran Berhitung Bagi Siswa Tunagrahita Ringan
Siswa tunagrahita ringan memerlukan sebuah pemikiran yang sistematis
serta matematis dalam pelajaran berhitung. Maksudnya adalah pengajaran soal
berhitung harus berurutan dan pasti, untuk itu seorang guru siswa tunagrahita
ringan hendaknya selektif dalam memilih materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mulai dari bentuk yang sederhana hingga pada bentuk yang lebih kompleks, dari
konkrit ke abstrak. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan siswa serta
karakteristiknya dan berpedoman pada kurikulum yang telah ditetapkan. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa kemampuan siswa tunagrahita ringan itu terbatas,
maka ruang lingkup pengajarannya sedikit berbeda dengan bahan pengajaran di
sekolah dasar luar biasa. Bahan untuk pengajaran bagi siswa tunagrahita ringan
disesuaikan dengan tujuan yang telah tercantum dalam buku petunjuk pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi tingkat sekolah dasar. Apabila seorang guru akan
menyusun program pembelajaran maka diperlukan perhatian khusus terhadap
unsur-unsur pembelajaran yang meliputi fakta, konsep, dan prinsip. Rochyadi. E
dan Alimin. Z (2003:155). Menjelaskan tentang fakta,konsep, dan prinsip, sebagai
berikut:
16
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Fakta, fakta merupakan pengetahuan yang lebih banyak mengandalkan
kemampuan ingatan. Dalam mempelajari fakta itu sama artinya dengan
memperhatikan, mengamati, menyimpan dalam ingatan, mentransfer
serta menyebutkan kembali. Contoh pengetahuan yang bersifat fakta
adalah 2 x 2 =4, Bandung adalah ibu kota Jawa Barat, lima kelereng
lebih banyak dari tiga kelereng.
b. Konsep, mengetahui fakta perkalian 2 x 2 = 4 dengan memahami
konsep perkalian 2 x 2 = 4 merupakan dua hal yang berbeda. Orang
yang mengetahui fakta perkalian hanyalah sekedar dapat menyebutkan
hasil kalinya sewaktu ditanya oleh orang lain. Sedangkan orang yang
memahami konsep perkalian memahami bahwa mangalikan itu
merupakan proses penjumlahan yang berulang.
c. Prinsip, untuk mempelajari prinsip dasar, yang digunakan ialah
pemahaman terhadap konsep, sebab prinsip merupakan pertanyaan
hubungan antar konsep.Prinsip benda yang bulat dapat bergelinding,
membuat siswa dapat memahami dan mengontrol lingkungan. Dapat
menduga apa yang akan terjadi jika semua benda yang bulat dapat
bergelinding, maka bola, kelereng, uang logam, ban mobil akan
bergelinding.
5. Problematika Anak Tunagrahita Ringan Dalam Pelajaran Berhitung.
17
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam pelajaran berhitung, kesulitan
ini dapat terlihat dari hasil kerja siswa atau bagaimana perilaku siswa ketika
melaksanakan tugas tersebut, kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Kesulitan memahami konsep dasar dalam berhitung
Kesulitan ini akan terjadi bila siswa belum memiliki konsep bilangan,
membilang maju, mundur, satu-satu atau dua-dua, belum mampu membuat
korespondensi satu-satu dan membandingkan objek-objek himpunan. Siswa akan
menampakkan kesulitan baik dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian,
maupun pembagian.
b. Kesulitan dalam mengelompokkan bilangan
Siswa kesulitan mengelompokkan objek-objek, suatu kemampuan yang
sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasikan jumlah objek dalam kelompok.
Contohnya, setelah belajar tentang penjumlahan anak normal menentukan dengan
cepat hasil penjumlahan dan melepaskan dari objek konkrit. Namun tidak
demikian dengan anak tunagrahita ringan, mereka dalam penjumlahan 3 + 2 masih
tetap menghitung satu persatu untuk menentukan hasilnya.
c. Kesulitan dalam berhitung yang berhubungan dengan bilangan nol (0)
Siswa menyimpan puluhan, ratusan, atau ribuan dalam penjumlahan. Dalam
pengurangan siswa tidak melakukan peminjaman, hal ini terjadi bila siswa belum
memiliki keterampilan nilai tempat.
18
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Kesulitan dalam membaca simbol
Siswa kesulitan dalam melihat atau membedakan angka misalnya 6 dibaca 9,
sedangkan 8 dibaca 3. Matematika adalah bahasa simbol, kurang persepsi tentang
simbol-simbol bilangan akan sangat menyulitkan anak dalam belajar matematika.
e. Gangguan hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, jauh-dekat, kiri-kanan,
tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir, umumnya telah dikuasai oleh anak
sejak kecil. Anak-anak memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep
hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi
dengan lingkungan sosial mereka atau melalui permainan. Adanya gangguan
dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu
pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keseluruhan. Karena adanya
gangguan tersebut, anak mungkin tidak mampu merasakan jarak antara angka-
angka pada garis bilangan atau penggaris dan mungkin anak juga tidak tahu
bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
f. Kesulitan dalam sensori motor
Siswa yang mengalami gangguan sensori motor, sering tidak bisa
menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya
“satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga
tetapi telah mengucap “lima”. Atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima
19
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tetapi baru mengucapkan “tiga”. Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan
mereka hanya menghapal bilangan tanpa memahami maknanya.
6. Prinsip Pengajaran Berhitung
Ada tujuh prinsip pengajaran berhitung yaitu sebagai berikut:
a. Menyiapkan Anak untuk Belajar Berhitung
Glan Doman dalam Tambunan, M (2006 : 47) mengemukakan bahwa:
Agar penyiapan belajar berhitung dimulai sejak anak
masih kecil. Penyiapan belajar berhitung merupakan suatu
kegiatan belajar yang tujuannya memberikan landasan yang
kokoh bagi anak dalam belajar berhitung. Berbagai bentuk
kegiatan belajar tersebut sebagian besar merupakan kegiatan
belajar prasangka, terutama tentang berbagai konsep dasar
yang bermanfaat bagi anak untuk belajar berhitung
selanjutnya.
Berbagai bentuk kegiatan belajar tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Mengelompokkan berbagai bentuk menurut sifatnya
2) Mengenal banyaknya anggota kelompok benda
3) Membilang secara urut berbagai jenis benda
4) Memberi nama angka yang muncul setelah angka tertentu (misalnya,
“Angka berapa yang muncul setelah angka 6?”)
5) Menuliskan angka 0 sampai 10 dalam urutan yang benar
6) Mengukur dan membelah
7) Mengurutkan benda-benda dari yang besar ke yang kecil, dari yang
panjang ke yang pendek, atau sebaliknya.
8) Menyusun bagian-bagian gambar menjadi keseluruhan
20
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Mengembangkan dari Konkit ke Abstrak
Anak dapat memahami berbagai konsep dengan baik jika pengajar memberi
pengalaman kepada anak tentang konsep yang dipelajari mulai dari bentuk
konkrit, semi konkrit dan abstrak. Guru hendaknya merancangkegiatan
pembelajaran berdasarkan ketiga tahapan tersebut. Pada tahapan konkrit anak
diminta melihat, meraba, memindahkan atau mengumpulkan benda-benda.
Dengan menanyakan jumlah benda yang dikumpulkan, anak akan mengenal
konsep jumlah. Pada tahapan semi konkrit benda aslinya dapat diganti dengan
gambar yang sama dengan bentuk aslinya dan kemudian gambar yang hanya
menunjukkan lambang benda seperti garis-garis untuk menunjukkan jumlah orang
atau benda yang dikumpulkan. Gambar-gambar tersebut pada dasarnya
merupakan jembatan untuk memahami konsep angka yang abstrak seperti : /// +
//// = //////. Setelah anak memahami gambar sebagai wakil dari suatu item maka
pengajaran tentang kalimat matematika yang bersifat abstrak seperti 3 + 4 = …
dapat dilakukan.
c. Memberikan Kesempatan untuk Berlatih dan Mengulang
Orang yang memiliki pengetahuan belum tentu mampu mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam kehidupan sehari-hari secara baik. Agar
pengetahuannya menjadi keterampilan diperlukan waktu yang cukup untuk
berlatih dan mengulang. Jika anak dituntut untuk mampu mengaplikasikan
21
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berbagai konsep secara otomatis, terutama dalam kaitannya dengan menambah,
mengurangi, mengalikan dan membagi, anak harus diberi kesempatan berlatih dan
mengulang. Ada banyak cara untukmelakukan latihan dan ulangan, dan guru
hendaknya menggunakan metode yang bervariasi.
d. Generalisasi ke Situasi Baru
Anak hendaknya memperoleh kesempatan yang cukup untuk
menggeneralisasikan keterampilannya ke dalam berbagai situasi baru atau situasi
yang berbeda-beda. Sebagai contoh anak dapat menggunakan keterampilan
menjumlahkan, mengalikan, dan membagi dalam menyelesaikan berbagai soal
cerita baik yang dibuat oleh guru maupun oleh anak sendiri. Tujuannya adalah
anak dapat memperoleh keterampilan dalam mengenal dan mengaplikasikan jenis
operasi hitung dalam situasi baru yang berbeda-beda.
e. Bertolak dari Kekuatan dan Kelemahan Anak
Sebelum membuat keputusan tentang metode pengajaran yang akan
digunakan, guru hendaknya memahami kekuatan dan kelemahan anak. Kekuatan
dan kelemahan mencakup penguasaan anak dalam berhitung dan berbagai jenis
operasi hitung. Ada berbagai pertanyaan yang perlu dijawab oleh guru untuk
memahami kekuatan dan kelemahan anak. Berbagai pertanyaan tersebut antara
lain sebagai berikut:
22
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Bagaimana kelemahan anak mempengaruhi proses belajarnya dalam
berhitung?
2) Sejauh mana guru perlu kembali ke belakang untuk membentuk suatu
dasar yang kokoh bagi anak untuk belajar berhitung?
3) Dengan kesadaran terhadap kekuatan dan kelemahan tersebut, teknik
pendekatan dan bahan belajar apa yang sesuai untuk anak
4) Apakah anak mampu memahami makna bilangan yang diucapkan?
5) Dapatkan anak membaca dan menulis angka dengan benar?
6) Dapatkan anak melakukan berbagai operasi dasar mencakup
menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi?
7) Sejauh mana kemampuan berbahasa anak menimbulkan kesulitan
dalam belajar berhitung?
8) Apakah ada problem memori atau ingatan dan perhatian yang
menyebabkan anak berkesulitan belajar berhitung?
Berbagai pertanyaan dapat diajukan sebagai upaya untuk
memahami kekuatan dan kelemahan anak sebagai landasan dalam
menentukan strategi dan bahan belajar yang sesuai dengan anak.
f. Membangun Dasar yang Kokoh tentang Konsep dan Keterampilan
Berhitung.
23
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Belajar berhitung hendaknya mempunyai dasar yang kokoh tentang konsep
dan keterampilan. Berbagai prinsip yang perlu diperhatikan olehguru agar anak
memiliki dasar yang kokoh antara lain sebagai berikut:
1) Pengajaran berhitung didasarkan pada pengertian sebelum pembinaan
keterampilan dilaksanakan. Dengan demikian terjadi anak menghafal tanpa
pemahaman.
2) Diberikan kesempatan yang cukup kepada anak untuk melakukan
generalisasi dan aplikasi berbagai konsep dan keterampilan berhitung ke
dalam segala hal yang dipelajari anak.
3) Berhitung diajarkan secara koheren, yang mengaitkan antara topik yang
satu dengan topik yang lain
4) Menggunakan program pengajaran yang sistematis yang memungkinkan
konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dapat dikuasai oleh anak
dengan baik
g. Penggunaan Kalkulator
Kalkulator dapat digunakan setelah anak memiliki keterampilan berhitung
atau kalkulasi. Dengan demikian penggunaan kalkulator bukan untuk
menanamkan penalaran atau konsep berhitung. Dengan menggunakan kalkulator
anak dapat terbebas dari kendala kalkulasi dan dapat memusatkan perhatian dalam
memahami konsep berhitung. Dan dapat memusatkan perhatian dalam memahami
konsep berhitung. Dan dapat digunakan untuk latihan atau memeriksa ulang
pekerjaan sendiri.
24
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Media “MANTAP” Animasi Komputer Sebagai Media Pembelajaran
Berhitung Anak Tunagrahita Ringan.
1. Media Animasi Komputer “MANTAP”
Animasi mulai dikenal secara luas sejak populernya media televisi yang
mampu menyajikan gambar- gambar bergerak hasil rekaman kegiatan dari
makhluk hidup , baik manusia, hewan dan tumbuhan. Jika di komparasikan
dengan gambar foto / lukisan yang diam ( tidak bergerak ) maka secara umum
animasi lebih disukai penonton karena mampu membangkitkan antusiasme dan
emosi. Sesuai dengan namanya, animasi ini secara keseluruhan dikerjakan di
komputer, animasi merupakan suatu fungsi utama dari flash.
Animasi komputer adalah seni menghasilkan gambar bergerak melalui
penggunaan komputer dan merupakan sebagian bidang grafik dan animasi.
(Animasi komputer ,Wikipedia bahasa melayu, 23 januari 2007). Trimagono,
seorang praktisi LIPI Jakarta (1999:157) dalam Erma (2009:31) mengemukakan
bahwa animasi merupakan bagian bentuk variasi instruksi, dibuat untuk
mengungkapkan isi informasi yang terkandung dalam suatu teks agar lebih jelas.
Animasi adalah rangkaian gambar diam secara inbeethwin dengan jumlah yang
banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah-olah hidup (bergerak).
Animasi merupakan teknik dan proses memberikan gerakan yang Nampak
pada objek yang mati. Gerak gambar animasi dihasilkan dari suatu rangkaian
gambar tak hidup yang tersusun dengan urut dalam perbedaan gerak yang minimal
25
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada setiap frame. Frame adalah struktur gambar dasar pada suatu gerakan
animasi/ gambar-gambar yang berkesinambungan sehingga menghasilkan gerak
baik dalam film kartun maupun dalam video. Animasi dalam media ini berfungsi
sebagai penyampain informasi berupa gambar gerak, teks atau ikon bergerak
sehingga pengguna bias lebih tertarik untuk mempelajari materi.
Keberadaan animasi menambah kekuatan dalam mempengaruhi visualisasi
dari produk multimedia kepada kita. Animasi lebih dari sekedar efek visual
namun animasi merupakan satu-satunya sumber gerak dinamik yang terdapat pada
setiap presentasi.
Animasi dalam media ini berfungsi sebagai penyampai informasi berupa
gambar gerak, teks atau ikon bergerak sehingga pengguna bisa lebih tertarik untuk
mempelajari materi. Melalui pembelajaran dengan sistem animasi, kemampuan
seseorang dalam memahami informasi secara menyeluruh dapat ditingkatkan. Hal
ini disebabkan animasi yang dibentuk ditujukan untuk membangun mental
seseorang menjadi lebih terarah. Animasi juga dapat menyederhanakan informasi
yang bersifat kompleks atau membuat abstrak menjadi lebih konkrit baik sevara
spasial, temporal maupun melalui hubungan fungsi secara sederhana. Hasil
gambar animasi dapat meningkatkan daya ingat dan imajinasi siswa menjadi lebih
tinggi.
Kelebihan media komputer dalam pembelajaran dibandingkan dengan media
konvensional menurut Papert (Thomas 1987:49) dalam Aminarti 2004 bahwa
komputer memiliki efek yang lebih fundamental dibandingkan teknologi lain
26
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
termasuk televisi dan media cetak. Hal ini disebabkan sebagus apapun tayangan
pendidikan melalui televisi, ia tetap memiliki keterbatasan. Televisi hanya satu
arah sehingga hanya mengaktifkan pendengaran saja, sungguh berbeda dengan
program komputer yang sifatnya dua arah sehingga sangat memungkinkan
terjadinya transformasi proses belajar, komputer lebih aktif dan individual.
Adapun kelemahan penggunaan komputer dalam pembelajaran adalah
harganya yang sangat mahal. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa masih sedikit
jumlah sekolah yang memiliki fasilitas komputer di sekolah. Selain itu juga
dengan mahalnya harga komputer saat ini dan kurangnya kemampuan guru dalam
mengoprasikan komputer hal ini menjadi kendala bagi sekolah-sekolah untuk
menjadikan komputer sebagai alternatif media pembelajaran. Selain itu,
penyediaan dan pemanfaatan alat dan sarana yang menunjang media ini relative
rumit. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang matang sebelum menggunakannya
di dalam proses pembelajaran.
2. Peningkatan Kemampuan berhitung Anak Tunagrahita Ringan
dengan Menggunakan Media Animasi Komputer “MANTAP”.
Banyak alat peraga yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
belajar berhitung, seperti dekak-dekak, abakus, dan lain-lain. Penelitian ini
mencoba menggunakan animasi komputer “MANTAP” dalam mengajarkan
kemampuan berhitung khususnya pada pembelajaran membaca bilangan,
27
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengurutkan bilangan, menghitung jumlah benda, dan melakukan operasi
penjumlahan bilangan 1-10.
Media animasi Komputer “MANTAP” merupakan singkatan dari
Matematika untuk anak pintar, media ini merupakan hasil seni yang menghasilkan
gambar bergerak melalui penggunaan Komputer dan merupakan sebagian bidang
komputer dan animasi. Media animasi komputer mantap ini merupakan hasil
karya dari dua orang anak kakak beradik yaitu Fahma dan Hania yang merupakan
pemenang lomba pembuatan “sofware“ Asia Pasifik Information And
Communication Technology Award (APICTA) International 2010 di Kuala
Lumpur, Malaysia Oktober Yang Diikuti 16 Negara.
Media animasi komputer ini dapat mempermudah pembelajaran dengan
adanya visualisasi abstrak, menampilkan gambar angka- angka, dan lambang
bilangan yang bergerak, dan dapat memunculkan suara sehingga dengan ini
pembelajarannya menjadi menarik dan anak pun termotivasi untuk belajar.
Peranan animasi Komputer dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah penting.
Selain membantu proses belajar mengajar. Sehingga siswa tidak merasa jenuh
dalam melaksanakan pembelajaran berhitung, karena media animasi komputer
mantap ini, memiliki konsep permainan, sehingga akan menarik perhatian anak
untuk belajar.
Menurut Papert (Thomas 1987:49) dalam Neneng A. (2004)
Mengungkapkan bahwa :
“Kelebihan lain media Komputer dalam pembelajaran
dibandingkan dengan media konvensional bahwa computer lebih
memiliki efek yang lebih fundamental dibandingkan dengan
28
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
teknologi lain, termasuk media televisi dan media cetak. Hal ini
disebabkan sebagus apapun tayangan pendidikan melalui
televisi, ia tetap memiliki keterbatasan. Televisi hanya satu arah
sehingga hanya mengaktifkan pendengaran siswa saja. Sungguh
berbeda dengan program Komputer yang sifatnya dua arah
sangat memungkinkan terjadinya transformasi proses belajar,
komputer lebih aktif dan individual (menghargai kemampuan
siswa yang berbeda)”
Berikut ini ilustrasi “MANTAP” Media animasi komputer :
Gambar 2.1
Permainan Media animasi Komputer “MANTAP”
Gambar 2.2
Permainan Media animasi Komputer “MANTAP‟ animasi ke -1
29
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.3
Permainan Media animasi Komputer “MANTAP‟
D. Penelitian terdahulu yang relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dan menguatkan asumsi penulis dalam
melakukan penelitian ini adalah:
1. “Animasi komputer sebagai media pengenalan huruf vocal pada anak
tunagrahita ”( Kurniasari,2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kurniasari dapat disimpulkan
bahwa media animasi komputer dapat digunakan sebagai salah satu media
untuk mengenalkan huruf pada anak tunagrahita ringan. Hal ini membuktikan
bahwa media animasi komputer dapat dijadikan media dalam membantu
proses pembelajaran pada ank tunagrahita ringan.
2. “Penggunaan animasi komputer dalam meningkatkan kemampuan
memahami bilangan pada anak tunagrahita ringan. ”(Erma
Nurhamidah,2009)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Erma Nurhamidah dapat
disimpulkan bahwa media animasi komputer dapat digunakan sebagai salah
satu media untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak tunagrahita
ringan. Hal ini dapat memperkuat asusmsi media animasi komputer dapat
30
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dijadikan media dalam membantu proses pembelajaran pada anak tunagrahita
ringan.
3. “Pengaruh penggunaan media permainan Dot cards terhadap peningkatan
kemampuan berhitung (penjumlahan dan pengurangan ) anak tunagrahita
ringan”(Mia Eka Devita Oktafiani,2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mia Eka Devita Oktafiani
dapat disimpulkan bahwa media Dot Cards dapat meningkatkan kemampuan
berhitung. Hal ini membuktikan bahwa dalam proses memahami suatu konsep
anak tunagrahita ringan membutuhkan bantuan alat atau media yang sesuai
dengan materi yang akan diberikan.
E. Kerangka Berfikir
Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian,
cenderung memiliki kemampuan konkrit dari pada abstrak. Pemahaman terhadap
konsep yang kurang dan sulit dimengerti disebabkan IQ yang dimilikinya dibawah
rata-rata, sehingga harus dilakukan proses pengulangan agar anak menjadi
mengerti dan paham. Terutama dalam pembelajaran matematika, dimana dalam
pelaksanaannya bahasa yang digunakan adalah bahasa simbol dan angka yang
tidak cukup dijelaskan secara verbal, diperlukan media pembelajaran agar materi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak.
Dalam permasalah diatas, seorang guru dituntut untuk memilih media
pengajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik salah satunya
31
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan Kegiatan bermain, kegitan bermain merupakan kegiatan yang selalu
menyatu dengan kehidupan anak. Untuk itu peneliti mencoba menggunakan
Media animasi “MANTAP”, yang dalam pengoperasiannya diperlukan alat bantu
komputer, yang menggabungkan unsur audio dan visual dalam satu kemasan.
Didalamnya ada kombinasi angka, text, gambar, animasi, suara, dan video yang
diasumsikan dapat mempermudah anak dalam menerima pelajaran.
Fungsi dari media ini salah satunya adalah membantu proses pembelajaran
sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah. Anak
tunagrahita kurang mampu memahami dengan baik apa yang dipelajarinya
sehingga mereka sering mengalami kegagalan dalam belajar diharapkan dengan
media ini memberikan kesempatan kepada anak agar dapat belajar dan
berinterkasi dengan gaya belajar yang menyenangkan.
Penggunaan media animasi komputer “MANTAP” ini diharapkan dapat
menumbuhkan minat belajar karena dapat melengkapi pengalaman-pengalaman
belajar siswa karena dengan kegiatan bermain, ditambah penampilan atau cara
penyajiannya dengan menggunakan animasi yang menarik bagi siswa dan
diharapkan memunculkan minat belajar matematika. Selain itu, dengan
menggunakan media ini guru dapat mengidentifikasi kesulitan berhitung
berhitung pada bagian yang mana anak kurang mampu untuk melakukannya yang
kemudian akan diberikan perlakuan sesuai dengan kebutuhan anak. Sehingga
diduga berdampak positif bagi meningkatnya kemampuan berhitung anak
tunagrahita ringan.
32
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Hipotesis
Pada hakikatnya, hipotesis ialah acuan atau tolak ukur dalam melakukan
penelitian yang merupakan pedoman dan arah pada tujuan penelitian berupa
jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah disusun. Sehingga,
kebenaran dari hipotesis harus dibuktikan melalui penelitian. Hal ini, sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2010:159) yang menyatakan “hipotesis merupakan
sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Terdapat pengaruh cukup besar Media Animasi Komputer “MANTAP”
terhadap peningkatan kemamapuan berhitung anak tunagrahita ringan”.