sawah pesisir kalbar

84
  ARAHAN DAN STRATEGI EKSTENSIFIKASI SAWAH DI WILAYAH PENGEMBANGAN PESISIR PROVINSI KALIMANTAN BARAT YUSTIAN  SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: alifanda-cahyananto

Post on 06-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 1/84

 

ARAHAN DAN STRATEGI EKSTENSIFIKASI SAWAHDI WILAYAH PENGEMBANGAN PESISIR

PROVINSI KALIMANTAN BARAT 

YUSTIAN  

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 2/84

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 3/84

 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* 

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Arahan dan StrategiEkstentifikasi Sawah di Wilayah Pengembangan Pesisir Provinsi KalimantanBarat adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belumdiajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumberinformasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidakditerbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalamDaftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada InstitutPertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Yustian  NIM. A156120324

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 4/84

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 5/84

 

RINGKASAN

YUSTIAN. Arahan dan Strategi Ekstentifikasi Sawah di Wilayah PengembanganPesisir Provinsi Kalimantan Barat. Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan

MUHAMMAD ARDIANSYAH.

Wilayah Pengembangan (WP) Pesisir merupakan sentra produksi dan pemasok beras bahkan untuk tiga WP lainnya di Provinsi Kalimantan Barat. Namun, dengan asumsi Indeks Pertanaman (IP) 130%, risiko gagal panen 5% pertahun dan konversi sawah 9,8% per tahun, produksi padi di WP Pesisir pada tahun2016 diprediksi mencapai 460.178 ton gabah kering giling (GKG) sehinggaterjadi defisit 9.922 ton GKG dari kebutuhan konsumsi penduduknya sebesar470.100 ton GKG. Apabila tidak diimbangi dengan ekstensifikasi sawah, maka

 perannya sebagai pemasok beras bagi tiga WP lainnya juga akan berakhir padatahun 2016 sehingga akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di Provinsi

Kalimantan Barat. Oleh karena itu diperlukan perencanaan, arahan dan strategiekstensifikasi sawah yang komprehensif di WP Pesisir Provinsi Kalimantan Barat.

Lokasi penelitian meliputi tujuh kabupaten/kota yang termasuk WP PesisirProvinsi Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak,Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya dan Kota Singkawang. Tujuan penelitian iniadalah: (1) mengidentifikasi lahan potensial untuk ekstensifikasi sawah, (2)mengetahui wilayah sentra produksi padi sawah berdasarkan keunggulankomparatif dan kompetitif, (3) mengetahui klaster dan tipologi tingkat

 perkembangan wilayah untuk ekstensifikasi sawah serta (4) merumuskan arahandan strategi ekstensifikasi sawah berbasis klaster wilayah di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat.

Analisis diawali dengan pembuatan peta penggunaan lahan 2013 melaluiinterpretasi citra  Landsat 8   menggunakan metode on screen digitation.  Lahan

 potensial untuk ekstensifikasi sawah diidentifikasi dengan overlay  peta penggunaan lahan 2013, peta kesesuaian lahan basah dari RePPProt dan petaRTRW Provinsi. Wilayah basis dan/atau unggulan produksi padi sawah dianalisis

 berdasarkan hasil Location Quotient  (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA). Klasterwilayah dan tipologinya diperoleh dari hasil Cluster Analysis  dan  Discriminant

 Analysis berdasarkan karakteristik aktivitas pertanian padi sawah. Arahan wilayah prioritas untuk ekstensifikasi sawah disusun berdasarkan sintesis terhadap hasil-hasil analisis sebelumnya dengan mengacu Peraturan Menteri Pertanian Nomor

50/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian dan untuk penentuan prioritas strateginya digunakan analisis SWOT.Tipe penggunaan lahan di WP Pesisir terdiri atas perkebunan campuran

seluas 1.143.710 ha (20% dari total wilayah provinsi seluas 5.664.580 ha), belukarrawa 582.700 ha (10%), semak belukar 308.590 ha (5%), ladang/tegalan 243.660ha (4%), sawah 189.420 ha (3%) dan rawa genangan 184.940 ha (3%). Belukarrawa dan semak belukar terluas dijumpai di Kabupaten Ketapang. Rawa genanganhanya dijumpai di Kabupaten Ketapang. Ladang/tegalan dan sawah dominandijumpai di Kabupaten Sambas dan Kubu Raya.

Dari hasil rekapitulasi areal eksisting dan potensial teridentifikasi 411.960ha lahan tersedia yang dapat dikembangkan untuk sawah, sebagian besar (>50%)

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 6/84

 berada di Kabupaten Sambas dan Ketapang. Lahan potensial bersyaratteridentifikasi seluas 230.560 ha dan lahan tidak potensial 4.862.950 ha.

Hasil analisis LQ dan SSA menunjukkan lima kabupaten/kota sebagaiwilayah basis dan padi sawah unggul di tiga kabupaten. Hasil analisis klaster

tingkat perkembangan wilayah untuk ekstensifikasi sawah membentuk tiga klasteryaitu wilayah berkembang (Kabupaten Sambas dan Kubu Raya), wilayah cukup

 berkembang (Kabupaten Bengkayang dan Pontianak) dan wilayah belum berkembang (Kabupaten Ketapang, Kayong Utara dan Kota Singkawang).

Prioritas ekstensifikasi sawah yang pertama dan kedua masing-masingdiarahkan ke Kabupaten Sambas dan Kubu Raya, disusul kabupaten lainnya.Strategi prioritas untuk klaster I adalah peningkatan ketersediaan dan aksesteknologi, permodalan dan penyuluhan; untuk k laster II adalah peningkatankuantitas dan kualitas produk dengan penerapan teknologi budidaya dan pasca

 panen; dan untuk klaster III adalah peningkatan daya saing, industri hilir, pemasaran dan orientasi industri padi.

Kata kunci: arahan dan strategi ekstensifikasi, Kalimantan Barat, sawah,Wilayah Pengembangan Pesisir.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 7/84

 

SUMMARY

YUSTIAN. Direction and Strategy for Wetland Ricefield Extensification inCoastal Development Region of West Kalimantan Province. Supervised by

UNTUNG SUDADI and MUHAMMAD ARDIANSYAH.

The Coastal Development Region (DR) is the rice production center andsupplier even for the other three DRs of West Kalimantan Province. However, byassuming cropping index of 130%, risk of harvest failure of 5% per year, andconversion of wetland ricefield of 9.8% per year, then the milled rice productionof the Coastal DR in 2016 was predicted to achieve 460,178 ton that resulted in adeficit up to 9,922 ton out of the consumption requirement of its population thatamounted to 470,100 ton. If it is not complemented with wetland ricefieldextensification, then its role as the rice supplier for the three other DRs will also

 be finished in 2016 and it the food security condition in West KalimantanProvince will be affected. Therefore, a comprehensive planning, direction, andstrategy for wetland ricefields extensification is needed in the Coastal DR of WestKalimantan Province.

The location of this research consisted of seven regency/city included in theCoastal DR of West Kalimantan Province, namely Regency of Sambas,Bengkayang, Pontianak, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, and city ofSingkawang. The objectives of this research were to: (1) identify potential landsfor wetland ricefield extensification, (2) identify regional wetland rice productioncenter based on comparative and competitive advantages, (3) identify cluster andtypology of regional development level for wetland ricefield extensification, and

(4) formulate regional cluster-based direction and strategy for wetland ricefieldsextensification in Coastal DR of West Kalimantan Province.Analysis was started with preparation of landuse map 2013 based on

interpretation of Landsat 8 imagery using on screen digitation method. Potentialarea for wetland ricefield extensification was identified by overlaying landusemap 2013, land suitability map for wetland from RePPProt, and provincial RTRWmap. The basis and/or leading region of wetland rice production was determined

 based on the results of Location Quotient (LQ) and Shift Share Analysis (SSA).Cluster and typology of the region was derived from the results of ClusterAnalysis and Discriminant Analysis based on rice farming activity characteristics.Direction of priority region for wetland ricefield extensification was based on

synthesis of results of the preceding analyses by referring to the Minister ofAgriculture Regulation Number 50/2012 concerning Guidelines for developmentof agricultural region, and SWOT analysis was used to determine strategy priority.

Landuse types in the Coastal DR consisted of mixed plantations coveringarea of 1,143,710 ha (20% of the total provincial area of 5,664,580 ha), swampyshrubs of 582,700 ha (10%), bushes and shrubs of 308,590 ha (5%), drylands of243,660 ha (4%), wetland ricefields of 189,420 ha (3%), and waterlogged swampsof 184,940 ha (3%). The largest swampy shrubs, and bushes and shrubs werefound in Ketapang Regency. Waterlogged swamps were only found in KetapangRegency. Drylands and wetland ricefields were dominantly found in Sambas andKubu Raya Regency.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 8/84

  Based on the results of recapitulation of the existing and potential areas, itwas identified available lands that could be used for wetland ricefieldextensification amounted to 411,960 ha; mostly (>50%) were in Sambas andKetapang Regency. The conditionally potential lands were identified to be

230,560 ha and those classified as not potential lands were 4,862,950 ha.The results of LQ and SSA analysis showed that five regencies/city were

classified as basis regions and three of them were as leading regions for wetlandrice production. Results of cluster analysis of the regional development levelformed three clusters of region, namely developed region (Sambas and KubuRaya regencies), moderately developed region (Bengkayang and Pontianakregencies), and less developed region (Ketapang, Kayong Utara regencies andSingkawang city).

The first and second priority for wetland ricefield extentification weredirected respectively to Sambas and Kubu Raya regencies, followed by the others.The priority strategy for cluster I was to increase the availability of and access to

technology, capital and outreach program; for cluster II was to increase thequantity and quality of the products with the application of cultivation and

 postharvest technology; and for cluster III was the improvement of competitive-ness of the rice downstream industry, marketing, and industrial orientation.

Keywords: Coastal Development Region, extensification direction and strategy,wetland ricefield, West Kalimantan.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 9/84

 

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

 penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

 IPB

 Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB 

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 10/84

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 11/84

 

Tesissebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

 padaProgram Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

ARAHAN DAN STRATEGI EKSTENSIFIKASI SAWAHDI WILAYAH PENGEMBANGAN PESISIR

PROVINSI KALIMANTAN BARAT 

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

YUSTIAN  

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 12/84

 

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 13/84

Judul Tesis

: Arahan dan Strategi Ekstentifikasi Sawah di Wilayah

Pengembangan Pesisir Provinsi Kalimantan Barat

Nama

: Yustian

N

 M

:

A1

56120324

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Untung Sudadi, MSc

Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

ILmu Perencanaan Wilayah

Prof

r

T Santun RP Sitorus

Tanggal Ujian: 6 Maret 201 4

Tanggal Lulu

s:

8 AR20 4

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 14/84

 

Judul Tesis : Arahan dan Strategi Ekstentifikasi Sawah di Wilayah PengembanganPesisir Provinsi Kalimantan Barat

 Nama : Yustian NIM : A156120324

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Untung Sudadi, MScKetua

Dr Ir Muhammad ArdiansyahAnggota

Diketahui oleh

Ketua Program StudiIlmu Perencanaan Wilayah

Prof . Dr . Ir Santun RP Sitorus

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr . Ir . Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 6 Maret 2014 Tanggal Lulus:

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 15/84

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas

ridho-Nya Tesis ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakansejak bulan Juni 2013 ini adalah ekstentifikasi sawah, dengan judul Arahan danStrategi Ekstentifikasi Sawah di Wilayah Pengembangan Pesisir ProvinsiKalimantan Barat.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaanyang setinggi-tingginya kepada:

1.  Dr Ir Untung Sudadi, MSc dan Dr Ir Muhammad Ardiansyah selaku KomisiPembimbing.

2. 

Prof Dr Ir Santun RP Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu PerencanaanWilayah, beserta segenap dosen dan manajemen Program Studi IlmuPerencanaan Wilayah.

3. 

Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku Dosen Penguji Luar Komisi.4.

 

Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yangdiberikan kepada penulis.

5. 

Sahabat-sahabat PWL, baik kelas khusus maupun reguler angkatan 2012 atassegala dukungan dan kerjasamanya.

6. 

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantudalam penyelesaian Tesis ini.

Akhirnya, terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan doa dan pengertian dari istri, anak-anak dan orang tua tercinta.

.

Bogor, Maret 2014

Yustian

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 16/84

 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix 

1  PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 2 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 2 

Ruang Lingkup Penelitian 2 

Kerangka Pemikiran 3 

2  TINJAUAN PUSTAKA 5 

Konsep Wilayah Pesisir 5 

Perencanaan Pengembangan Wilayah 5 

Ketersediaan dan Konsumsi Pangan 6 

Kebijakan Strategis Pengembangan Padi Sawah 7 

Sumberdaya Lahan untuk Padi Sawah 7 

3  METODE PENELITIAN 9 

Lokasi dan Waktu Penelitian 9 

Bahan dan Alat 9 

Prosedur Analisis Data 10 

Identifikasi dan Analisis Sawah Eksisiting dan Lahan Potensial 10 

Analisis Keunggulan Komparatif ( Location Quotient ) 11 

Analisis Keunggulan Kompetitif

( Differential Shift  dalam Shift Share Analysis) 11 

Analisis Tipologi Perkembangan Wilayah untuk Ekstensifikasi Sawah 12 

Analisis SWOT 13 

4  GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 15 

Letak dan Administrasi Wilayah 15 

Kondisi Demografis dan Kepadatan Agraris 16 

Kondisi Pertanian Padi Sawah 17 

Kondisi Geofisik 20 

Kondisi Pendapatan Regional 21 

5  HASIL DAN PEMBAHASAN 23 

Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2013 23 

Hasil Identifikasi Lahan Tersedia untuk Ekstentifikasi Sawah 25 

Keunggulan Komparatif Wilayah 28 

Keunggulan Kompetitif Wilayah 29 

Hasil Analisis Tipologi Perkembangan Wilayah 31 

untuk Ekstensifikasi Sawah 31 

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 17/84

Arahan untuk Ekstensifikasi Sawah 33 

Strategi untuk Ekstensifikasi Sawah 36 

6  SIMPULAN DAN SARAN 40 

Simpulan 40 Saran 40 

DAFTAR PUSTAKA 40 

LAMPIRAN 49

RIWAYAT HIDUP 65

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 18/84

 

DAFTAR TABEL

1.  Jenis Data Sekunder   92.

 

Matriks Strategi SWOT  13

3. 

Tujuan dan Metode Analisis Data  144.   Nama Kabupaten/Kota, Ibu Kota, Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan

dan Desa/Kelurahan di WP Pesisir   165.  Penduduk menurut Status Daerah dan Kepadatan per Kabupaten/Kota

di WP Pesisir   176.  Luas Panen, Rataan Produktivitas dan Produksi Padi Sawah di

WP Pesisir Tahun 2011  187.  Luas Lahan Sawah Hasil Pemetaan per Kabupaten di WP Pesisir

Tahun 2011  188.  Potensi Pengembangan Komoditas Pertanian di Kalimantan Barat  199.

 

Kelas Lereng Kabupaten/Kota WP Pesisir Kalimantan Barat  21

10. 

PDRB Atas Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota WP Pesisir   2211.  Penutupan/Penggunaan Lahan di Kabupaten/Kota WP Pesisir

Kalimantan Barat Tahun 2013  2312.  Status Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah di WP Pesisir   2513.

 

Rekapitulasi Sawah Eksisting dan Lahan Potensial  2514.  Nilai LQ Berdasarkan Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Tahun

2011 di WP Pesisir   2815.  Hasil Analisis Differential Shift  Tanaman Pangan di WP Pesisir   2916.

 

Hasil Analisis SSA Komoditas Tanaman Pangan di WP Pesisir   2917.  Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Kabupaten/Kota di WP Pesisir

Provinsi Kalimantan Barat untuk Pengembangan Padi Sawah  3018.

 

Variabel Tingkat Perkembangan Wilayah untuk Ekstensifikasi Sawahdi WP Pesisir   31

19. 

Hasil Analisis Klaster Tipologi Tingkat Perkembangan Wilayah untukEkstensifikasi Sawah di WP Pesisir   32

20. 

Arahan Prioritas Ekstensifikasi Sawah di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat  33

21. 

Ranking Prioritas Alternatif Strategi Klaster I  3722.  Ranking Prioritas Alternatif Strategi Klaster II  3823.

 

Ranking Prioritas Alternatif Strategi Klaster III  39

DAFTAR GAMBAR

1. 

Diagram Kerangka Pemikiran  42.  Proses Pembuatan Peta Areal Ekstentifikasi Sawah Tahun 2013  103.

 

Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat  154.  Rasio Jumlah Tenaga Kerja pada Subsektor Tanaman Pangan dan

Luas Panen di Provinsi Kalimantan Barat (2007 – 2011)  175.

 

Potensi Pengembangan Tanaman Pangan Lahan Basah  206.  PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota WP Pesisir

Tahun 2012  22

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 19/84

7.  Peta Penutupan/Penggunaan Lahan di Kabupaten/Kota WP PesisirProvinsi Kalimantan Barat Tahun 2013  24

8.  Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Lahan Sawah di WP PesisirProvinsi Kalimantan Barat  26

9. 

Peta Sawah Eksisting dan Lahan Potensial untuk Ekstensifikasi SawahTahun 2013 di WP Pesisir Provinsi Kalimantan Barat  27

10.  Peta Arahan Prioritas Ekstensifikasi Sawah  35

DAFTAR LAMPIRAN

1.  Proyeksi Kebutuhan Lahan Baku Sawah di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat Tahun 2012 - 2023  43

2.  Kunci dan Simbol Interpretasi Citra yang Digunakan dalam Penelitian  46

3. 

Ciri-ciri Kawasan Pertanian Menurut Tahapan Perkembangannya  494.  Data Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah

Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012  505.

 

Data Kelembagaan Petani di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011  516.  Keragaan Kelembagaan Penyuluh seKalimantan Barat Tahun 2011  527.

 

Jumlah Alsintan Bantuan UPJA di Provinsi Kalimantan Barat  538.  Luas Lahan Sawah Irigasi di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011  549.

 

Luas Lahan Sawah Non Irigasi di Provinsi Kalimantan Barat 2011  5510.  Output dari Metode K- Means Analisis Klaster untuk Kabupaten/Kota

di Provinsi Kalimantan Barat  5611.  Hasil Analisis Diskriminan  57

12. 

 Nilai Rata-Rata Variabel Penciri  5813.  Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Klaster I  5914.  Matriks SWOT Klaster I  6015.

 

Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Klaster II  6116.  Matriks SWOT Klaster II  6217.

 

Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Klaster III  6318.  Matriks SWOT Klaster III  64

 

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 20/84

 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam konsep pembangunannya Pemerintah Provinsi Kalimantan Baratmembagi wilayahnya ke dalam empat Wilayah Pengembangan (WP), yaitu WPTengah, WP Pesisir, WP Antar Provinsi dan WP Antar Negara, sebagaimanadituangkan dalam Peraturan Daerah Kalimantan Barat No. 7 Tahun 2008  tentangRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2007-2027. Pembagian wilayahtersebut memberikan arah dan acuan pengembangan wilayah bagi pemerintahdaerah, masyarakat dan dunia usaha.

Wilayah Pengembangan (WP) Pesisir merupakan sentra produksi dan pemasok beras bahkan untuk tiga WP lainnya di Provinsi Kalimantan Barat. Namun, dengan asumsi Indeks Pertanaman (IP) 130%, risiko gagal panen 5% per

tahun dan terjadi konversi sawah dengan laju 9,8% per tahun, maka produksi padidi WP Pesisir pada tahun 2016 diprediksi mencapai 460.178 ton gabah keringgiling (GKG) (Lampiran 1). Hal ini akan mengakibatkan defisit 9.922 ton GKGdari kebutuhan konsumsi penduduk WP Pesisir sebesar 470.100 ton GKG.Apabila tidak diimbangi dengan ekstensifikasi sawah, maka perannya sebagai

 pemasok beras bagi tiga WP lainnya juga akan berakhir pada tahun 2016 sehinggaakan mengganggu kondisi ketahanan pangan di Provinsi Kalimantan Barat.

Hasil analisis Tim Peneliti Pemetaan Sumberdaya Lahan, Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian tahun 2007menunjukkan bahwa luasan lahan potensial untuk pengembangan tanaman panganlahan basah di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 1.090.514 ha. Namun,

 penggunaan lahan sawah eksisting pada tahun 2012 hanya 307.016 ha, terdiri atassawah beririgasi seluas 103.255 ha dan sawah non irigasi seluas 203.761 (BPSKalimantan Barat 2012). Hal ini menunjukkan masih besarnya peluang untuk

 perluasan areal atau ekstensifikasi sawah di Kalimantan Barat.Kontribusi sektor pertanian mencapai 25% dari total PDRB Provinsi

Kalimantan Barat sebesar 60,48 trilyun rupiah (BPS Kalimantan Barat 2012).Kontribusi tertinggi berasal dari subsektor tanaman pangan, disusul perkebunan,

 peternakan, perikanan dan kehutanan. Dengan menerapkan prinsip pembangunanyang terintegrasi, terpadu dan serasi untuk mendorong kemampuan kompetitif dankeunggulan komparatif, WP Pesisir sangat potensial untuk pengembangan padisawah (Pemprov Kalimantan Barat 2008).

Keberhasilan ekstentifikasi sawah di WP Pesisir diharapkan dapatmeningkatkan pembangunan pertanian Kalimantan Barat, khususnya dalam hal

 peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi wilayah lokalmaupun regional. Oleh karena itu diperlukan perencanaan, arahan dan strategiekstensifikasi sawah yang komprehensif. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk

 berkontribusi dalam penyediaan informasi terkait aspek perencanaan dari perspektif pengembangan wilayah untuk ekstensifikasi sawah bercirikan WilayahPengembangan Pesisir di Provinsi Kalimantan Barat.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 21/84

 2

Perumusan Masalah

Total produksi padi sawah kabupaten/kota yang berada di WP Pesisirmencapai 867.464 ton atau 68% dari total produksi padi sawah Kalimantan Barat

sebesar 1.284.464 ton pada tahun 2012. Fakta ini mengindikasikan bahwa produksi padi di WP Pesisir lebih tinggi daripada WP lainnya. Meskipundemikian, situasi ketahanan pangannya dalam beberapa tahun kedepan dapatterganggu akibat ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan berassejalan dengan pertumbuhan penduduk dan konversi sawah. Untuk itu perludilakukan ekstentifikasi sawah dan disusun road map  perencanaan danimplementasinya berdasarkan pertimbangan ketersediaan dan kesesuaiansumberdaya lahan, kondisi sosial ekonomi serta aspek tata ruang wilayah.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, pertanyaan penelitianhendak dicarikan solusinya adalah sebagai berikut:

1.  Bagaimana sebaran spasial dan berapa luas sawah potensial yang dapatdikembangkan di WP Pesisir Kalimantan Barat?

2. 

Bagaimana keunggulan komparatif dan kompetitif pengembangan pertanian padi sawah antar kabupaten/kota di WP Pesisir Kalimantan Barat?

3. 

Bagaimana tipologi tingkat perkembangan wilayah dalam kaitannya denganekstensifikasi sawah di Wilayah Pesisir Kalimantan Barat?

4. 

Apa arahan dan strategi untuk ekstensifikasi sawah di WP Pesisir KalimantanBarat?

Tujuan Penelitian

1.  Mengidentifikasi lahan potensial untuk ekstensifikasi sawah di WP PesisirKalimantan Barat.

2.  Mengetahui wilayah sentra produksi padi sawah berdasarkan keunggulankomparatif dan kompetitif di WP Pesisir Kalimantan Barat.

3.  Mengetahui klaster dan tipologi tingkat perkembangan wilayah untukekstensifikasi sawah di WP Pesisir Kalimantan Barat.

4.  Merumuskan arahan dan strategi ekstensifikasi sawah di WP PesisirKalimantan Barat.

Manfaat Penelitian

1.  Sebagai bahan rujukan untuk penyusunan usulan perencanaan pengembanganlahan pertanian pangan berkelanjutan.

2.  Sebagai bahan pendukung bagi Pemerintah Daerah dalam pengambilankeputusan mengenai perencanaan ekstensifikasi sawah.

3.  Sebagai bahan masukan untuk revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsiterkait kawasan budidaya padi sawah.

Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini adalah ekstensifikasi sawah di Wilayah PengembanganPesisir Provinsi Kalimantan Barat yang mencakup Kabupaten Sambas, KabupatenBengkayang, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong

Utara, Kabupaten Kubu Raya dan Kota Singkawang. Ketujuh kabupaten/kota ini

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 22/84

 3

memenuhi definisi wilayah pesisir berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum PerencanaanPengelolaan Pesisir Terpadu yang mendefinisikan Wilayah Pesisir sebagaiwilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana

12 mil dari garis pantai ke arah laut untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah lautitu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat sampai dengan

 batas administrasi kabupaten/kota.

Kerangka Pemikiran

Ekstensifikasi sawah di WP Pesisir Provinsi Kalimantan Barat merupakanupaya memperkuat ketahanan pangan melalui pemenuhan kebutuhan padi ditingkat lokal dan regional. Untuk itu diperlukan analisis potensi wilayah yangmengacu pada aspek spasial, biofisik dan sosial ekonomi. Aspek spasial

 berhubungan dengan potensi sumberdaya lahan pertanian. Aspek biofisik

 berhubungan dengan tingkat kesesuaian lahan untuk padi sawah. Aspek ekonomimenyangkut aktivitas usaha pertanian padi sawah.

Identifikasi lahan potensial untuk ekstentifikasi sawah dilakukan denganmetode SIG melalui overlay  Peta Kesesuaian Lahan Aktual (Potensial danPotensial Bersyarat) untuk padi sawah yang diperoleh dari RePPProt dan PetaFungsi Kawasan dalam RTRW hingga dihasilkan Peta Potensi LahanPengembangan. Selanjutnya Peta Potensi Lahan Pengembangan dioverlaykandengan Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2013 hasil interpretasi Citra

 Landsat   8 sehingga diperoleh distribusi dan luasan spasial sawah eksisting danlahan tersedia untuk ekstensifikasi sawah.

Berikutnya ditentukan keunggulan komparatif dan kompetitif pertanaman

 padi sawah antar wilayah. Untuk penentuan keunggulan komparatif digunakan pendekatan berbasis ekonomi menggunakan analisis  Location Quotient (LQ) berdasarkan luas tanam padi sawah dengan wilayah administrasi kabupatensebagai satuan analisis. Dengan analisis ini didapatkan kabupaten yang menjadi

 basis atau non basis produksi padi sawah. Bila nilai LQ suatu wilayah lebih darisatu maka wilayah tersebut merupakan wilayah basis untuk pengembangan

 pertanian padi.Identifikasi daya saing usahatani padi sawah terhadap komoditas tanaman

 pangan lainnya dianalisis menggunakan  Differential Shift Component (DS) dalamShift Share Analysis (SSA)  untuk menilai pergeseran struktur atau kinerjaaktivitas usahatani padi sawah di kabupaten tertentu di WP Pesisir dibandingkan

dengan semua kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat sebagai daerah agregatyang lebih luas. Hasil DS dalam SSA menjelaskan tingkat persaingan ataukompetisi (competitiveness) usahatani komoditas tertentu dibandingkan dengan

 pertumbuhan usahatani total komoditas dalam wilayah.Selanjutnya dilakukan Cluster Analysis untuk mengelompokkan wilayah ke

dalam tiga klaster berdasarkan kemiripan variabel karakteristik aktivitas usahatani padi sawahnya dan  Discriminant Analysis  untuk menentukan variabel penciriyang membedakan tipologinya. Dari kedua analisis ini dihasilkan tiga klastertipologi tingkat perkembangan wilayah kabupaten/kota di WP Pesisir untukekstensifikasi sawah berdasarkan aktivitas pertanian padi sawah. Hasil identifikasi

lahan tersedia, keunggulan komparatif dan kompetitif padi sawah serta tipologi

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 23/84

 4

wilayah selanjutnya disintesis sebagai dasar penentuan arahan prioritas klasterwilayah untuk ekstentifikasi sawah.

Selanjutnya dilakukan analisis SWOT berdasarkan pendapat responden petani, pedagang dan Pemerintah daerah /instansi yang terkait sehingga dapat

ditentukan prioritas strategi ekstentifikasi sawah di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat. Secara keseluruhan, kerangka pemikiran dalam penelitian inidigambarkan dalam diagram alir pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram Kerangka Pemikiran

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 24/84

 5

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Wilayah Pesisir

Wilayah Pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayahdaratan dan wilayah perairan dimana proses kegiatan/aktivitas bumi dan

 penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan (Kay danAlder 1999). Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat danlaut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Pasal 1 Angka 2 UU

 Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-PulauKecil). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

KEP.10/MEN/ 2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan PesisirTerpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antaraekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil darigaris pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan

 provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat sampai dengan batasadministrasi kabupaten/ kota.

Menurut Rustiadi et al.  (2011), konsep klasifikasi wilayah yang lebihmampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah: (1)wilayah homogen (uniform), (2) wilayah fungsional dan (3) wilayah perencanaan/

 pengelolaan ( planning region). Adapun untuk wilayah pesisir, penentuan batasfisik ruang wilayah dalam kaitannya dengan usaha pengelolaannya dilakukansecara berbeda pada berbagai negara dan bahkan tiap daerah di Indonesia juga

 berbeda, kecuali pada wilayah-wilayah pantai yang relatif masih “perawan”. Padaumumnya, wilayah pantai yang telah atau sedang berkembang dikembangkan

menjadi suatu wilayah fungsional. Terkait hal itu, maka wilayah perencanaan dariwilayah pesisir dapat diambil secara kompromistis antara wilayah administratifdengan wilayah fungsional (Djunaedi dan Basuki 2002).

Perencanaan Pengembangan Wilayah

Kajian perencanaan pengembangan wilayah memiliki sifat-sifat yang berorientasi pada kewilayahan, futuristik dan publik. Selain mengkaji seluruhaspek-aspek kewilayahan, baik interaksi maupun interelasinya, dengan sifatfuturistiknya membuat prediksi dan peramalan yang dilakukan memiliki tujuanuntuk kepentingan publik. Pilar-pilar yang menunjang perencanaan

 pengembangan wilayah meliputi: (1) inventarisasi, klasifikasi dan evaluasisumberdaya, (2) aspek ekonomi, (3) aspek kelembagaan (institusional) dan (4)aspek lokasi/spasial (Rustiadi 2003).

Dalam kaitannya dengan perencanaan pengembangan wilayah, sasaran yangharus mendapat perhatian lebih besar adalah wilayah perdesaan di mana mayoritas

 penduduk Indonesia tinggal dengan aktivitas utama di sektor pertanian. Pertanianmemiliki peranan yang strategis bagi suatu negara yang secara umumkontribusinya dapat berupa: (1) penyedia bahan pangan, (2) penyedia lapangankerja, (3) penyedia bahan baku bagi industri, (4) sumber devisa dan (5) penjagakelestarian lingkungan (Subejo 2007).

Dalam pengembangan wilayah perlu terlebih dahulu dilakukan perencanaan

strategis pengembangan penggunaan lahan yang dapat memberikan keuntungan

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 25/84

 6

ekonomi wilayah (strategic land use development planning)  bagi pembangunanyang merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatansumberdaya lahan. Hal ini penting untuk mengetahui potensi pengembangan, dayadukung dan manfaat ruang wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian

keadaan/kondisi lahan, potensi dan pembatas-pembatas suatu daerah tertentu(Djakapermana 2010).

Perencanaan tata ruang strategis menyangkut pengembangan tata ruangwilayah utama yang mungkin timbul pada setiap skala, tetapi lebih detail dariwilayah dan skala nasional (Faludi 2001). Pada tingkat ini, perencanaan tata ruangstrategis biasanya untuk sektor publik yang bertujuan mempengaruhi kegiatandistribusi spasial masa depan (Albrechts 2004). Perencanaan tata ruang yangdilakukan di wilayah kota dan kabupaten berkaitan dengan tema-tema sepertiindustri, transportasi, komunikasi, perencanaan penggunaan lahan serta kerjasamadalam produksi dan jasa. Hal ini selain untuk tujuan perencanaan juga berupayauntuk melibatkan pihak yang berwenang, swasta dan masyarakat dalam bentuk

kemitraan dalam perencanaan dan pelaksanaan.

Ketersediaan dan Konsumsi Pangan

Ketahanan pangan adalah adanya keamanan pangan ketika semua orang,setiap saat, memiliki akses sosial, ekonomi dan fisik yang cukup serta makananyang aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi makanan untukhidup aktif dan sehat. Pilar dari ketahanan pangan adalah ketersediaan, akses,

 pemanfaatan dan stabilitas (FAO 1996). Hubungan antara pertumbuhan penduduk, perubahan lahan pertanian dan

degradasi lingkungan sangat kompleks. Tidak ada satu penjelasan yang

sepenuhnya memuaskan. Oleh karena itu, tidak ada hipotesis tunggal yangmungkin cukup mengenai hal tersebut (Holden dan Sankhayan 1998).Ketersediaan dan konsumsi memungkinkan setiap rumah tangga memperoleh

 pangan yang cukup dan memanfaatkannya secara bertanggung jawab untukmemenuhi kebutuhan gizi seluruh anggotanya. Ketahanan pangan rumah tanggaadalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanyadari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatansehari-hari. Kecukupan pangan mencakup segi kuantitas dan kualitas. Agar rumahtangga dapat memenuhi kecukupan pangan tersebut berarti rumah tangga harusmemiliki akses untuk memperoleh pangan baik dari produksi sendiri maupunmembeli dari pasar (Riyadi 2007).

Kebutuhan beras dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan penduduk. Polakonsumsi makanan penduduk merupakan salah satu indikator sosial ekonomimasyarakat yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat.Konsumsi beras terdiri atas konsumsi beras rumah tangga dan konsumsi beras diluar rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makananmaupun bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada

 pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/ pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain.Konsumsi di luar rumah tangga adalah konsumsi makanan yang berbahan baku

 beras yang diperoleh/dibeli di luar rumah tangga.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 26/84

 7

Konsumsi beras per kapita per tahun Indonesia meningkat nyata yaitu dari109 kg pada tahun 1970 menjadi 122 kg (1980), 149 kg (1990), 114 kg (2000) dan135 kg (2007). Bahkan berdasarkan konsumsi energi yang sesuai dengan PolaPangan Harapan (PPH) Nasional, konsumsi beras yang mencapai 140 kg/kapita/

tahun atau mendekati konsumsi beras nasional 139,15 kg/kapita/tahun adalahsangat besar jika dibandingkan dengan negara lainnya di Asia. Konsumsi beras diJepang hanya 60 kg/kapita/tahun, sedangkan di Malaysia hanya 80 kg/kapita/tahun (Nurwadjedi 2011).

Kebijakan Strategis Pengembangan Padi Sawah

Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi seperti pembangunan irigasi, subsidi benih, pupuk dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi dan pembinaan kelembagaan usahatani telah ditempuh. Demikian jugadalam pemasaran hasil, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan Harga Dasar

Gabah (HDG) atau Harga Dasar Pembelian Pemerintah (HDPP) untuk melindungi petani dari jatuhnya harga di bawah biaya produksi. Sementara itu, kebijakanimpor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkatdan agar harga beras terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Campur tanganyang sangat besar dan bersifat protektif telah membuahkan hasil yaitu tercapainyaswasembada beras pada tahun 1984. Namun demikian, swasembada yang dicapaihanya sesaat. Secara umum, selama lebih dari tiga dekade terakhir produksi berasdalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, Indonesiahampir selalu defisit, sehingga masih tergantung pada impor (Sudaryanto et al.

2006).Berdasarkan konteks kebijakan dan tantangan serta hambatan internal

 pembangunan agribisnis padi, maka reorientasi kebijakan pengembangan padihendaknya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan

 petani padi, memantapkan ketahanan pangan nasional dan mendinamisasi perekonomian desa. Di dalam merumuskan instrumen kebijakan peningkatan produksi padi, disamping reorientasi arah dan tujuan tersebut, juga perludipertimbangkan konteks kebijakan pangan global dan kebijakan di negarakompetitor utama di kawasan Asia. Upaya mempertahankan eksistensi lahansawah dan peningkatan pendapatan petani akan sangat ditentukan olehkeberhasilan program diversikasi usahatani. Kebijakan strategis dan langkahoperasional yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan diversifikasi dilahan sawah adalah: 1) peningkatan ketersediaan dan akses teknologi; 2)

 pengembangan infrastruktur irigasi pompa, peningkatan produktivitas dan program stabilisasi harga untuk komoditas alternatif bernilai ekonomi dan risikotinggi; 3) pemberdayaan kelembagaan kelompok tani dan membangun keterkaitanfungsional dan institusional dengan elemen agribisnis lainnya dalam rangkamendorong peningkatan produksi, pendapatan petani dan keberlanjutandiversifikasi usahatani (Sudaryanto dan Surastra 2006).

Sumberdaya Lahan untuk Padi Sawah

Mantra (1986) menyatakan bahwa penurunan daya dukung lahandipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang

semakin berkurang dan nisbah jumlah petani dan luas lahan yang diperlukan

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 27/84

 8

untuk hidup layak. Penurunan daya dukung lahan menurut Hardjasoemantri(1989) dapat diatasi antara lain dengan cara: 1) konversi lahan yaitu mengubah

 jenis penggunaan lahan ke arah usaha yang lebih menguntungkan tetapidisesuaikan wilayahnya; 2) intensifikasi lahan yaitu menggunakan teknologi baru

dalam usahatani dan 3) konservasi lahan yaitu usaha untuk mencegah kerusakansumberdaya lahan. Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yangterjadi selama ini berkaitan erat dengan tingkat pertambahan dan pola penyebaran

 penduduk yang kurang seimbang dengan jumlah dan pola penyebaran sumberdayaalam serta daya dukung lingkungan (Soerjani et al. 1987).

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, ditanami padisawah tanpa memandang darimana diperolehnya status lahan tersebut.Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, lahan sawahdapat dibedakan menjadi: 1) lahan sawah irigasi dan 2) lahan sawah non irigasi.Lahan sawah irigasi terdiri atas lahan sawah irigasi teknis, lahan sawah irigasi

setengah teknis, lahan sawah irigasi sederhana, lahan sawah irigasi desa/nonirigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan sawah lebak dan lahan sawah pasang surut.Lahan sawah non irigasi terdiri atas lahan sawah tadah hujan, lahan sawah pasangsurut, lahan sawah lebak dan sawah lainnya serta lahan sawah yang sementaratidak diusahakan (Departemen Pertanian 2007). Lahan sawah memiliki fungsiyang sangat luas yang terkait dengan manfaat langsung, manfaat tidak langsung,dan manfaat bawaan. Manfaat langsung berhubungan dengan perihal penyediaan

 pangan, penyediaan kesempatan kerja bidang pertanian, penyediaan sumber pendapatan bagi daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong),sarana pelestarian kebudayaan tradisional, sarana pencegahan urbanisasi sertasarana pariwisata. Manfaat tidak langsung terkait dengan fungsinya sebagai salahsatu wahana pelestari lingkungan. Manfaat bawaan terkait dengan fungsinyasebagai sarana pendidikan dan sarana untuk mempertahankan keragaman hayati(Irawan et al. 2002).

Definisi daya dukung dalam perspektif biofisik wilayah adalah jumlah populasi yang dapat didukung oleh suatu wilayah sesuai dengan kemampuanteknologi yang ada (Binder dan Lopez 2000). Aspek-aspek pengelolaansumberdaya lahan pertanian pangan menurut Rustiadi (2011) merupakan faktornyata yang dibutuhkan dalam proses penyediaan pangan. Lahan pertanian pangan,khususnya sawah, memiliki karakteristik sumberdaya yang dikategorikan sebagaicommon pool resources  (CPRs) karena memiliki dua kriteria utama yaitu unsur

substractability  karena ketersediaan lahan yang sesuai untuk pertanian pangansangat dan semakin terbatas dan setiap konversi penggunaan lahan ke penggunaanlahan lainnya akan mengurangi kemampuan dalam penyediaan pangan serta unsurnon excludable  karena dalam perspektif publik sangatlah sulit mencegahterjadinya alih fungsi lahan-lahan pertanian pangan yang subur.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 28/84

 9

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah dengan lokasi penelitianmencakup Wilayah Pengembangan (WP) Pesisir Provinsi Kalimantan Barat(Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Ketapang, Kayong Utara, KubuRaya dan Kota Singkawang) yang dilaksanakan selama 6 bulan yaitu Mei -Oktober 2013. Kabupaten/kota tersebut terletak di bagian Barat pulau Kalimantandengan koordinat 2o08’ LU - 3002’ LS dan 108o40’ BT - 111o20’ BT.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primerdiperoleh melalui wawancara dengan panduan kuesioner terhadap 10 responden

stakeholders  yang dipilih secara purposive sampling, yaitu: petani padi sawah, pedagang beras, BAPPEDA Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pertanian TPHProvinsi Kalbar, Balai Penyuluhan Pertanian, HKTI Provinsi, Badan KetahananPangan Provinsi Kalbar, Petugas Penyuluh Lapang, Gapoktan dan PNPM-Mandiri.

Data sekunder terdiri atas data statistik dan spasial. Data spasial yangdigunakan adalah Citra Landsat 8, Peta Penutup/Penggunaan Lahan tahun 2011,Peta RePPProt, Peta RTRW, Peta Administrasi dan Peta Lahan Baku Sawah,sedangkan data statistik adalah kepadatan penduduk, jumlah tenaga kerja subsektor tanaman pangan, luas areal tanam, PDRB per Kabupaten, luas panen dan

 produksi padi sawah dan produksi tanaman pangan lain. Peralatan yang digunakanadalah software  ArcGIS , Erdas Imagine dan Statistica.

Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait sebagaimanadisajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis Data Sekunder

Jenis Data  Skala  Tahun  Bentuk Sumber Data Citra Landsat  8 (sudahterkoreksi geometrik) 

Resolusi 30m x30m 

2013  Digital  Seameo-Biotrop 

Peta Kesesuaian Lahan 1:250.000  1987  Digital  RePPProT 

Peta RBI (Jalan/Sungai)  1:500.000  2010  Digital  Badan InformasiGeospasial 

Peta RTRW Provinsi 1:250.000  2007  Digital  Bappeda Kalbar  

Peta Lahan Baku Sawah  1:25.000  2012  Digital  Ditjen. PSP (Kementan) 

Peta Administrasi  1:50.000  2012  Digital  BPS Kalbar  

Peta Tutupan Lahan  1:50.000  2011  Digital  Ditjen. Planologi(Kemenhut) 

Jumlah Penduduk,Produksi, Produktivitas,Luas Panen dan LuasTanam, PDRB 

-  2000-2012 

Tabular   Dinas PertanianTanaman Pangan danHortikultura ProvinsiKalbar, BPS Kalbar  

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 29/84

 10

Prosedur Analisis Data

Identifikasi dan Analisis Sawah Eksisiting dan Lahan Potensial

Identifikasi dan analisis diawali dengan pembuatan peta baseline hasil union Peta Lahan Baku Sawah Tahun 2012 dan Peta Tutupan Lahan Tahun 2011dilanjutkan dengan interpretasi citra Landsat 8 dengan metode on-screen digitation. Digitasi manual yang dilakukan adalah mengedit peta baseline  yangdisesuaikan dengan batas-batas kenampakan objek pada citra tahun 2013menggunakan kunci interpretasi (Lampiran 2) hingga menjadi Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2013. Selanjutnya, Peta Kesesuaian Lahan Basah dariRePPProT ditumpang-tindihkan (overlay) dengan peta RTRWP dan PetaTutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2013 hingga dihasilkan Peta Sawah Eksistingdan Lahan Potensial untuk Ekstensifikasi Sawah Tahun 2013. Proses pembuatan

 peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Peta Kesesuaian

lahan basah

(RePPProT)

Peta Kesesuaian

Lahan Aktual

Peta Tutupan

Lahan Th 2011

Peta Lahan

Baku Sawah Th.

2012

Peta Fungsi Kawasan(RTRW Provinsi)

Th. 2007

Peta Baseline

Peta Penutupan/ 

Penggunaan

Lahan

Th. 2013

Peta

Administrasi

Cropping

 Area

Overlay

Overlay Citra

Kab/Kota WP

Pesisir

Overlay

On Screen

 Digitation

Mozaik 8

Scene Citra

Citra Landsat 8

(terkoreksi)

Th 2013

Peta Sawah Eksisting dan

Lahan Potensial untuk

Ekstensifikasi Sawah

Th.2013

Peta Areal

Tersedia untuk

Lahan Sawah

 

Gambar 2 Proses Pembuatan Peta Areal Ekstentifikasi Sawah Tahun 2013

Peta kesesuaian lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah petakesesuaian untuk lahan basah hasil  Regional Physical Planning Program for

Transmigration (RePPProT). Peta kesesuaian lahan basah ini menyajikan lahanyang memenuhi kriteria sesuai (S), sesuai bersyarat ($) dan tidak sesuai (N) untuk

 pertanian lahan basah yang dalam penelitian ini dianggap memenuhi kriteriauntuk sawah. Peta kesesuaian lahan untuk sawah menunjukkan sebaran area yang

secara fisik dapat dibudidayakan untuk padi sawah.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 30/84

 11

Analisis Keunggulan Komparatif ( Location Quotient)

Analisis LQ ( Location Quotient) digunakan untuk mengetahui pemusatansuatu aktivitas pada suatu wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas.

Analisis ini dapat mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu wilayah denganasumsi: 1) kondisi geografis relatif sama; 2) pola-pola aktivitas bersifat seragamdan 3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Pada penelitian inimetode LQ digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif sektor dansubsektor. Adapun nilai LQ diketahui dengan rumus berikut (Hendayana 2003).

 =  / .

 . / . . 

Keterangan:   , nilai luas tanam komoditas ke-j di kabupaten ke-i,;   ., total

luas tanam semua komoditas di kabupaten ke-i;  .  , total luas

tanam komoditas ke-j di WP Pesisir;  .., total luas tanam semuakomoditas di WP Pesisir.

Perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu:a.

 

LQ>1; artinya komoditas menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.Komoditas memiliki keunggulan komparatif jika hasilnya tidak saja dapatmemenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapatdiekspor ke luar wilayah.

 b.  LQ=1; komoditas tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatifdan produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri.

c.  LQ<1; komoditas termasuk non basis dan tidak dapat memenuhi kebutuhansendiri sehingga perlu pasokan dari luar.

Analisis Keunggulan Kompetitif

( Differential Shift dalam Shift Share Analysis)

Gambaran kinerja analisis ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasilanalisis yaitu:1.

 

Komponen Laju Pertumbuhan Total (komponen Share). Komponen inimenyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yangmenunjukkan dinamika total wilayah.

2.  Komponen Pergeseran Proporsional (komponen Proportional Shift ).Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif

dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yangmenunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah.3.  Komponen Pergeseran Diferensial (komponen  Differential Shift ). Ukuran ini

menjelaskan tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas dibandingkandengan pertumbuhan total sektor/aktivitas tersebut dalam wilayah. Komponenini menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidak-unggulan) suatu sektor/aktivitas di subwilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di subwilayah lain.

Persamaan analisis shift-share adalah sebagai berikut :

 

 

 

 −+

 

 

 

 −+

 

 

 

 −=

 X 

 X 

 X 

 X 

 X 

 X 

 X 

 X 

 X 

 X SSA

t i

t i

t ij

t ij

t i

t i

)0(

)1(

)0(

)1(

)0(

)1(

)0(

)1(

)0(

)1(

..

......

a b c

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 31/84

 12

Keterangan: a: komponen regional share; b: komponen proportional shift;

c: komponen  differential shift (DS); X..: total produksi semuakomoditas di WP Pesisir; Xi: total produksi padi sawah di WPPesisir; Xij: total produksi padi sawah di suatu kabupaten/kota; t1:

titik tahun akhir (2011); to: titik tahun awal (2008). Nilai DS>0 danSSA>1 menunjukkan suatu komoditas memiliki keunggulankompetitif diantara komoditas lainnya.

Analisis Tipologi Perkembangan Wilayah untuk Ekstensifikasi Sawah

Analisis tipologi perkembangan wilayah untuk ekstensifikasi sawahdilakukan dengan metode Cluster Analysis. Dengan metode ini beberapa variabelyang dianalisis dikelompokkan sedemikian rupa sehingga variabel dalam satukelompok memiliki karakteristik yang lebih mirip dibandingkan dengan variabeldalam kelompok lain. Dalam penelitian ini, analisis klaster digunakan untuk

mengelompokkan kabupaten/kota di WP Pesisir ke dalam tiga tipologi berdasarkan kemiripan variabel yang mencirikan karakteristik fisik wilayah danaktivitas pertanian untuk ekstensifikasi sawah.

Tipologi tingkat perkembangan wilayah diadopsi dari Peraturan Menteri

Pertanian No. 50/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian berdasarkan ciri kawasan pengembangan pertanian tanaman pangan (Lampiran 3)yang selanjutnya dideskripsikan untuk dijadikan variabel yang dianalisis. Wilayah

 penelitian dikelompokkan ke dalam tiga tipologi, yaitu wilayah berkembang,cukup berkembang dan kurang berkembang. Variabel yang digunakan meliputi:luas tanam padi sawah intensitas 1 kali pertanaman (ha) (X1); luas panen padisawah per tahun (ha) (X2); produktivitas padi sawah (ton/ha) (X3); proporsi

 jumlah hand tractor  per luas tanam (unit/ha) (X4), proporsi jumlah hand tractor   per luas tanam (unit/ha) (X5), proporsi sawah beririgasi terhadap total luas tanam(X6), jumlah penyuluh pertanian (X7), jumlah petani padi (X8) dan proporsi

 produksi padi sawah terhadap total produksi padi sawah provinsi (X9) berdasarkan data dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat agarmemenuh derajat bebas yang dipersyaratkan (Lampiran 4, 5, 6, 7, 8 dan 9).

Sebelum dilakukan pengelompokan terlebih dahulu dihitung jarak antaradua data atau gerombol data dengan ciri yang serupa menggunakan skala

 pengukuran yang sama. Jika skala pengukuran data tidak sama maka data perluditransformasikan atau distandarisasi ke dalam bentuk skor (Panudju dan Rustiadi2012). Ukuran jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak eucledian.

Asumsi yang harus dipenuhi dalam penggunaan jarak euclidean  adalah bahwaantar variabel tidak terjadi multikolinearitas atau saling ortogonal.

Untuk standarisasi data dan pengklasteran digunakan software Statistica

menggunakan fitur Standardize  dan Cluster Analysis dengan prosedur k-means. Metode k-mean adalah statistik yang berguna untuk mengelompokkan sejumlah objekdalam jumlah kelompok yang sudah ditentukan di mana karakteristik objek hanyadikelompokkan berdasarkan variabel tertentu, tetapi karakteristik latar belakang objek

 belum diketahui pasti (Yamin dan Kurniawan, 2011). Selanjutnya dilakukan analisisdiskriminan menggunakan fitur Discriminant Analysis untuk menentukan variabel

 penciri yang membedakan ketiga tipologi. Data variabel penciri tiap klasterselanjutnya dirata-ratakan menggunakan software MS Excell. Rataan data variabel

 penciri klaster tersebut menentukan tipologi wilayah ke dalam berkembang

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 32/84

 13

(rataan tertinggi), cukup berkembang (rataan tertinggi kedua) dan kurang berkembang (rataan terendah).

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis gunamerumuskan strategi atau kebijakan yang didasarkan pada logika yang dapatmemaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara

 bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat ).Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang danancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimiliki (Rangkuti 2009). Proses penyusunan strategi denganmetode SWOT dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap analisis masukan,tahap analisis pencocokan dan tahap analisis pengambilan keputusan.Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun

kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusanyang signifikan dengan kondisi yang ada.Data yang digunakan pada tahap analisis pertama adalah hasil wawancara

dengan responden dengan panduan kuesioner. Kuesioner diserahkan secaralangsung kepada responden. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu datainternal dan data eksternal. Data internal institusi meliputi data sumberdayamanusia, sumberdaya modal dan kegiatan operasional, sedangkan data eksternalinstitusi meliputi data kondisi sosial budaya masyarakat, kondisi lingkungan,kondisi pasar, kebijakan pemerintah dan kompetitor. Data persepsi responden

 perihal strategi ekstensifikasi sawah yang diperoleh dari wawancara diberi nilai 5(sangat penting), nilai 4 (penting), nilai 3 (cukup penting), nilai 2 (tidak penting)

dan 1 (sangat tidak penting) dan disusun ke dalam bentuk matriks.Tahap kedua dilakukan dengan menyusun 5 sampai 10 hasil inventarisasi

faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimasukkan dalam faktorinternal dan eksternal yang selanjutnya dilakukan pencocokan menggunakanmatriks SWOT. Dari hasil analisis pencocokan faktor internal dan eksternaldiperoleh empat tipe strategi (Tabel 2).

Tabel 2 Matriks Strategi SWOT

InternalEksternal

Kekuatan(Strength)

Kelemahan(Weakness)

Peluang

(Opportunity)

Strategi SOCiptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untukmemanfaatkan peluang

Strategi WOCiptakan strategi yang

meminimalkan kelemahanuntuk memanfaatkan peluang

Ancaman(Threat )

Strategi STCiptakan strategi

yangmenggunakan kekuatan untukmengatasi ancaman

Strategi WTCiptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan danmenghindari ancaman

Sumber : Rangkuti (2009)

Tahap ketiga dilakukan untuk menyusun daftar prioritas strategi yang harusdiimplementasikan. Strategi yang efektif adalah jika dapat memaksimalkankekuatan dan kesempatan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yangdihadapi. Secara keseluruhan prosedur analisis data dalam penelitian ini disajikan

dalam Tabel 3.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 33/84

14

Tabel 3 Tujuan dan Metode Analisis Data

No. Tujuan Analisis Metode Analisis Jenis Data yang Dianalisis Output

1 Mengidentifikasi sebaran dan luas penutupan/penggunaan lahan saatini

Interpretasi citra(on screen

digitation) 

Citra Landsat  8(akuisisi bulan Juni 2013)

Peta Penutupan/PenggunaanLahan Tahun 2013

2 Mengidentifikasi sebaran dan luaslahan yang sesuai untuk sawah

Overlay danquery spasial

Peta Administrasi, Peta KesesuaianLahan Basah RePPProt

Peta Kesesuaian Lahan AktualPadi Sawah

3 Mengidentifikasi sebaran dan luaslahan potensial untuk ekstentifikasisawah

Overlay danquery spasial

Peta Penutupan/Penggunaan Lahan,Peta Kesesuaian Lahan BasahRePPProt, Peta RTRW Provinsi

Peta Sawah Eksisting dan LahanPotensial untuk EkstensifikasiSawah Tahun 2013

4 Mengetahui sentra produksi padi berdasarkan keunggulan komparatif

 Location Quotient  (LQ)

Data luas areal tanam tanaman pangan tahun 2012

Kesimpulan keunggulankomparatif

5 Mengetahui sentra produksi padi berdasarkan keunggulan kompetitif

Shift Share

 Analysis (SSA)Data produksi tanaman pangantahun 2007 dan tahun 2011

Kesimpulan keunggulankompetitif

6 Mengetahui klaster dan tipologitingkat perkembangan wilayahuntuk ekstensifikasi sawah berbasisaktivitas pertanian padi sawah.

Cluster Analysis

(CA) dan 

 Discriminant

 Analysis(DA) 

Luas panen padi, indeks pertanaman padi, jumlah penyuluh, jumlah kiossaprotan, luas sawah, jumlahalsintan, jumlah kelompok tani

Kesimpulan klaster tipologiwilayah

7 Merumuskan prioritas arahanekstentifikasi sawah di WP PesisirKalimantan Barat

Sintesis Deskriptif Hasil identifikasi lahan potensialserta hasil analisis LQ, SSA, CAdan DA

Prioritas arahan ekstentifikasisawah di WP Pesisir KalimantanBarat

8 Merumuskan prioritas strategi

ekstentifikasi sawah di WP PesisirKalimantan Barat

SWOT Hasil wawancara dengan responden Prioritas strategi ekstentifikasi

sawah di WP Pesisir KalimantanBarat

   1   4

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 34/84

15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Administrasi Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat yang menjadi daerah otonom tingkat provinsisejak tahun 1957 telah mengalami pemekaran wilayah kabupaten/kota secara

 bertahap, dan pada saat ini telah terbagi menjadi 14 (empat belas) kabupaten/kota.Luas wilayah 146.807 km2  terletak di bagian Barat pulau Kalimantan, yakni diantara garis 2o08’ LU - 3o05’ LS serta di antara 108o00’ - 114o08’ BT seperti yangdisajikan pada Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 3). Dari

 posisi geografis ini, wilayah Kalimantan Barat dilalui oleh garis Khatulistiwayang tepat di atas Kota Pontianak. Secara lengkap batas wilayah provinsi adalah:

-  Utara : Sarawak (Malaysia)- 

Selatan : Laut Jawa dan Kalimantan Tengah

Timur : Kalimantan Timur- 

Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata

Dalam konsep pembangunannya, Kalimantan Barat dibagi kedalam empatWilayah Pengembangan (WP) yang meliputi WP Tengah, WP Pesisir, WP AntarProvinsi dan WP Antar Negara, sebagaimana dituangkan dalam Peraturan

 Daerah Kalimantan Barat Nomor 7 Tahun 2008   tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah 2007-2027.

Gambar 3 Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat

Masing-masing wilayah pengembangan dikategorikan berdasarkan letakkabupaten terhadap sumbu tengah dan batas dengan wilayah luar provinsi, antara

lain:

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 35/84

16

-  WP Tengah terdiri atas tiga kabupaten, yakni Kabupaten Sanggau, Sekadaudan Landak.

WP Pesisir terdiri atas delapan kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Pontianak,

Bengkayang, Sambas, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kota Pontianakdan Kota Singkawang.

-  WP Antar Provinsi meliputi Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu, Melawi danKetapang.

-  WP Antar Negara mencukup lima kabupaten yang meliputi Kabupaten KapuasHulu, Sintang, Sanggau, Bengkayang dan Sambas.

Adapun administrasi untuk WP Pesisir adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Nama Kabupaten/Kota, Ibu Kota, Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan danDesa/Kelurahan di WP Pesisir

Kabupaten/Kota IbukotaKabupaten

LuasWilayah

(km2)

JumlahKecamatan

JumlahDesa/

Kelurahan

Sambas Sambas 6.395 19 184

Bengkayang Bengkayang 5.397 17 124

Pontianak Mempawah 1.277 9 67

Ketapang Ketapang 31.241 20 249

Kayong Utara Sukadana 4.568 5 43

Kubu RayaSungaiRaya

6.9859 106

Kota Singkawang Singkawang 504 5 26

WP Pesisir 56.367 84 799

Kalimantan Barat 146.807 175 1.894

Sumber: BPS Kalimantan Barat Tahun 2012 (data diolah)

Kondisi Demografis dan Kepadatan Agraris

Persebaran penduduk Kalimantan Barat tidak merata antar wilayahkabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, maupun antar wilayah kawasan

 pantai dan bukan pantai atau perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan data BPStahun 2012 (Tabel 5), Wilayah Pengembangan Pesisir yang mencakup KabupatenSambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Ketapang,Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya dan Kota Singkawang dihunioleh 33% dari total penduduk Kalimantan Barat dengan kepadatan mencapai 39

 jiwa km2. Tujuh kabupaten lain (bukan pantai) selain Kota Pontianak secara rata-rata tingkat kepadatan penduduknya relatif lebih jarang.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 36/84

17

Tabel 5 Penduduk menurut Status Daerah dan Kepadatan per Kabupaten/Kota diWP Pesisir

Kabupaten/Kota

Kota

Urban(jiwa)

Desa/Rural(jiwa)

Jumlah

Penduduk(jiwa)

Luas

Wilayah(km2)

Kepadatan

(Jiwa perkm2)

Sambas 91.811 409.338 501.149 6.395 78

Bengkayang 19.016 201.051 220.067 5.397 41

Pontianak 54.386 183.336 237.722 1.277 186

Ketapang 101.034 336.579 437.613 31.241 14

Kayong Utara 9.874 87.769 97.643 4.568 21

Kubu Raya 154.053 356.320 510.373 6.985 73

Singkawang 130.643 60.158 190.801 504 379

WP Pesisir 560.817 1.605.745 2.155.904 56.367 39

Kalimantan Barat 1.354.450 3.122.898 4.477.384 146.807 30

Sumber: BPS Kalimantan Barat Tahun 2012 (data diolah)

Jumlah tenaga kerja sektor tanaman pangan Provinsi Kalimantan Baratadalah 323.386 orang (Kementerian Pertanian 2012a) yang kecenderungannyamenurun (-7,21%) sejak tahun 2007 hingga 2011 (Gambar 4). Apabiladibandingkan dengan luas lahan baku potensial untuk tanaman pangan seluas2.580.153 ha (berdasarkan data dari Hikmatullah et al. 2007), berarti kepadatanagrarisnya adalah 7,97 atau 8 tenaga kerja per hektar lahan. Tetapi apabilakepadatan agraris berdasarkan luas panen, maka nilainya adalah 1,11 atau 1tenaga kerja per hektar, dan bila diasumsikan panen 2 kali setahun berarti 2 tenagakerja per hektar lahannya.

Gambar 4 Rasio Jumlah Tenaga Kerja pada Subsektor Tanaman Pangan danLuas Panen di Provinsi Kalimantan Barat (2007 – 2011)

Kondisi Pertanian Padi Sawah

Provinsi Kalimantan Barat secara umum memiliki potensi yang besar danvariatif di sektor pertanian karena didukung oleh kondisi agroekosistem yang

sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Tenaga

Kerja

Luas Panen

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 37/84

18

 pangan, ternak, ikan dan hutan). Kalimantan Barat adalah produsen 40 komoditasagribisnis terbesar di Indonesia. Komoditas padi memberikan kontribusi sebesar17% terhadap produksi padi nasional. Penggunaan lahan untuk pertanian barumencapai 13,8%.

Variasi luas panen dan tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yangcukup tinggi membuat beberapa kabupaten/kota mendominasi produksi padi.Pertanian padi pada tahun 2011 didominasi produksi dari Kabupaten Sambas,Kabupaten Landak, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Bengkayang yangmencapai 61% dari total produksi provinsi sebesar 1.372.989 ton. Produktivitas

 padi pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010, yaitu dari3,14 ton/ha menjadi 3,09 ton/ha (BPS Kalimantan Barat 2012). Luas panen, rataan

 produktivitas dan produksi padi sawah di WP Pesisir disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas Panen, Rataan Produktivitas dan Produksi Padi Sawah di WPPesisir Tahun 2011

Kabupaten/Kota Luas Panen(ha)

Produktivitas(ton/ha)

Produksi (ton)

Sambas 86.714 3,45 298.989

Bengkayang 25.369 3,91 99.218

Pontianak 23.056 3,69 85.191

Ketapang 20.481 3,29 67.425

Kayong Utara 23.779 3,28 78.067

Kubu Raya 61.960 3,48 215.805

Singkawang 6.585 3,46 22.770

WP Pesisir 247.943 3,51 867.464Kalimantan Barat 367.054 3,45 1.284.834

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012 (datadiolah)

Secara rata-rata time series  (rentang waktu tahun 2000-2010), produktivitas padi Provinsi Kalimantan Barat adalah 3,11 ton/ha, dengan luas panen 428.461 hadan luas baku 423.110 ha pada tahun 2010 (Dinas Pertanian TPH KalimantanBarat 2012). Luas lahan sawah hasil pemetaan per kabupaten tahun 2011 di WPPesisir disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas Lahan Sawah Hasil Pemetaan per Kabupaten di WP Pesisir Tahun

2011

Kabupaten/Kota Luas Lahan (ha)

Sambas 56.006

Bengkayang 14.023

Kota Singkawang 4.306

Pontianak 13.342

Ketapang 27.150

Kayong Utara 16.001

Kubu Raya 52.137

Total 182.965

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 38/84

19

Sumber: Pusdatin Kementan Tahun 2012 (data diolah)

Secara umum pengembangan padi sawah yang dilakukan saat ini masih belum optimal/intensif, karena sebagian masih menggunakan varietas lokal, pengolahan tanah kurang intensif, pemupukan hanya sekali-sekali (karena pupuksulit didapat dan mahal) dan belum sepenuhnya 2 kali tanam dalam setahun.Intensifikasi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul, pengolahantanah intensif, pengendalian hama, pemupukan yang berimbang, perbaikan tataair, perbaikan pasca panen dan peningkatan indeks pertanaman padi.

Berdasarkan hasil analisis data potensi sumberdaya lahan (Hikmatullah et

al. 2008), Provinsi Kalimantan Barat dapat dikelompokkan menjadi empatkawasan potensi pengembangan pertanian (Tabel 8). Potensi pengembangankomoditas pertanian ditentukan antara lain oleh tingkat kesesuaian lahan,

 penggunaan lahan saat ini (existing landuse) dan status kawasan hutan.

Tabel 8 Potensi Pengembangan Komoditas Pertanian di Kalimantan Barat

Potensi Pengembangan Luas (ha) Persentase

Potensi pengembangan tanaman pangan lahan basah

Intensifikasi tan. pangan lahan basah (padi sawah) 221.381 1,51Ekstensifikasi tan. pangan lahan basah (padi sawah) 869.133 5,93Potensi pengembangan tanaman pangan lahan kering

Intensifikasi tan. pangan lahan kering (padi gogo, jagung)

173.581 1,19

Ekstensifikasi tan. pangan lahan kering (padi gogo, jagung)

1.316.058 8,99

Potensi pengembangan tanaman perkebunanIntensifikasi kebun campuran/kelapa 19.809 0,14Intensifikasi perkebunan karet 570.266 3,89Intensifikasi perkebunan kelapa sawit 146.181 1,00Ekstensifikasi tan. perkebunan (karet, sawit, kelapa,lada, kopi) di kebun inti

3.098.269 21,16

Ekstensifikasi tan. perkebunan (karet, sawit, kelapa,lada, kopi) di kebun plasma

1.300.374 8,88

Pengembangan perikanan air payau/tambak

Intensifikasi perikanan air payau (bandeng, udang) 7.394 0,05Ekstensifikasi tambak (udang, bandeng) 25.437 0,17

 Lain-lain (non pertanian)Pengembangan tanaman hutan (akasia, eucalyptus,gmelina, dan lain-lain)

262.207 1,79

Hutan produksi 1.173.821 8,02Kawasan lindung 5.252.186 35,86Pemukiman, badan air, danau, dan lain-lain 208.767 1,43Jumlah 14.644.864 100

Sumber: Hikmatullah et a.l (2008).

Lahan potensial yang diarahkan untuk pengembangan tanaman panganlahan basah (padi sawah) melalui intensifikasi seluas 221.281 ha dan melalui

ekstensifikasi seluas 869.133 ha (Gambar 5). Sebarannya terutama di dataran

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 39/84

20

aluvial dan fluvio-marin pada grup Endoaquepts, Humaquepts, Fluvaquents,Endoaquents dan Haplosaprists.

Gambar 5 Potensi Pengembangan Tanaman Pangan Lahan Basah

Program ekstensifikasi diarahkan pada lahan-lahan yang sesuai untuk padisawah dan tambak. Kondisi lahan saat ini umumnya berupa semak belukar danhutan lahan basah. Pada lahan basah juga dapat dikembangkan tanamanhortikultura, seperti buah-buahan (jeruk, nenas dan lain-lain) dan sayuran (cesin,kacang panjang, cabe, terong, tomat, bayam dan lain-lain) dengan penerapanteknologi pengelolaan air, seperti sistem surjan (saluran drainase dan guludan).Melalui pengembangan tanaman hortikultura pada lahan basah (grupEndoaquepts, Humaquepts dan Fluvaquents) diharapkan kebutuhan akan sayurandan buah-buahan di wilayah ini dapat dipenuhi sendiri dan sekaligus

meningkatkan pendapatan masyarakat/petani (Hikmatullah et al. 2008).

Kondisi Geofisik

Kondisi iklim di Kalimantan Barat yang dipengaruhi oleh suhu udara dikawasan laut Natuna dan kondisi hutan yang masih relatif lebat menyebabkansuhu udara maupun kelembaban udara di wilayah pesisir pantai cenderung lebih

 panas dibandingkan dengan wilayah pedalaman. Kabupaten/kota di WP Pesisirmemiliki curah hujan 2000-4100 mm per tahun, 4-12 bulan basah dengan rata-ratacurah hujan bulanan >200 mm. Kelembaban nisbi rata-rata tahunan di wilayahKalimantan Barat beragam dari 83,3 sampai 89,8%. Kecepatan angin rata-rata

tahunan berkisar antara 0,18 m/dt sampai 2,30 m/dt (Sardana et al. 2011).Provinsi Kalimantan Barat memiliki jenis tanah Podsolik Merah Kuning

dengan persentase luasan areal sekitar 17,28% dari areal Provinsi KalimantanBarat seluas 14,7 juta hektar. Hamparan tanah ini sebagian besar berbukit dan

 bergunung yang berada di pegunungan patahan yang tersebar luas di PegununganKapuas Hulu dan Pegunungan Muller di Kabupaten Kapuas Hulu. Daerah pesisir,sebagian besar memiliki jenis tanah OGH (Organosol Gley Humus) dan Aluvialyang sebagian besar terdapat di Kabupaten Pontianak, Kubu Raya, Ketapang danSambas (BPS 2012).

Daratan Kalimantan Barat secara umum merupakan dataran rendah yangdikelilingi ratusan sungai yang terhampar sepanjang Lembah Kapuas serta Laut

 Natuna/Selat Karimata dan perbukitan Muller - Schwarner yang membelah

1%

6%

93%

Intensifikasi padisawah 221,381

Ekstensifikasi padisawah 869,133

Penggunaan lain13,554,350

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 40/84

21

Provinsi Kalimantan Barat - Kalimantan Tengah. Menurut Sardana et al.  (2011),secara umum provinsi ini dibagi kedalam 3 bagian kenampakan utama fisiografi,sebagai berikut:

•  Bagian Utara-Timur merupakan daerah pinggiran yang mempunyai

kenampakan topografi relatif lebih tinggi dari bagian yang lain dan berupa perbukitan serta jalur pegunungan dengan tipe batuan sedimen. Daerah inimasih dominan tertutup hutan.

•  Bagian Tengah-Barat mempunyai topografi berupa dataran rendah yang luasdan merupakan daerah yang sudah terbuka (bukan hutan) dengan batuanmetamorf (batu malihan), juga terdapat perbukitan rendah dengan topografi

 berombak serta pegunungan yang masih tertutup hutan.

•  Bagian Barat-Selatan dominan mempunyai kenampakan topografi berupadataran aluvial yang relatif muda yang ditandai juga kenampakan rawa-rawadengan pertanian campuran dan hutan dataran rendah sebagai penutuplahannya.

Kelas lereng kabupaten/kota WP Pesisir Kalimantan Barat disajikan padaTabel 9.

Tabel 9 Kelas Lereng Kabupaten/Kota WP Pesisir Kalimantan Barat

Kabupaten/KotaLuas Kelas Lereng (ha)

<2% 2-15% 15-40% >40%

Sambas 307.800 124.442 160.396 46.832

Bengkayang 321.785 102.503 40.749 74.693

Pontianak 91.811 17.058 11.483 7.338Ketapang 1.342.977 751.729 355.378 673.990

Kayong Utara 274.386 130.474 11.516 40.450

Kubu Raya 686.434 11.701 385 0

Singkawang 8.000 4.800 33.190 4.410

Sumber: BPS Kalimantan Barat Tahun 2012 (data diolah)

Kondisi Pendapatan Regional

Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensisumberdaya alam yang dimiliki dan kemampuan daerah tersebut untukmengembangkan segala potensi yang dimiliki. Nilai PDRB Kabupaten/Kota WPPesisir disajikan pada Tabel 10.

PDRB Kalimantan Barat atas dasar harga berlaku tahun 2011 mencapai66,78 trilyun rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian(25,05%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (22,57%) dan sektor industri

 pengolahan (17,98%). Struktur ekonomi ini masih menempatkan sektor pertaniansebagai leading sector . Perbedaan PDRB antar Kabupaten/Kota relatif besar,namun masih didominasi sektor pertanian.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 41/84

22

Tabel 10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota WP Pesisir

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011

Sambas 4.673.551 5.251.569 5.904.021 6.646.942

Bengkayang 1.925.131 2.146.184 2.356.205 2.642.560

Singkawang 2.012.951 2.225.776 2.519.158 2.835.254

Pontianak 1.883.099 2.028.578 2.219.504 2.463.128

Ketapang 4.868.436 5.126.915 5.911.730 6.785.902

Kayong Utara 755.930 834.352 946.723 1.068.111

Kubu Raya 6.892.797 7.614.573 8.800.532 9.978.601

Sumber: BPS Kalimantan Barat Tahun 2012 (data diolah)

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa terjadi pertambahan PDRB setiaptahunnya pada masing-masing kabupaten/kota. PDRB tertinggi adalah KabupatenKubu Raya yang mencapai Rp.9,98 trilyun atau kontribusinya terhadap

 perekonomian Kalimantan Barat sebesar 15,37% dari Rp. 66,78 triliun.

Gambar 6 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota WP PesisirTahun 2012

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000

10.000.000

11.000.000

2008 2009 2010 2011

   T   o   t   a    l   P   e   n    d   a   p   a   t   a   n     (

   R   u   p   i   a    h    )

Sambas

Bengkayang

Singkawang

Pontianak

Ketapang

Kayong Utara

Kubu Raya

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 42/84

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2013

Interpretasi citra Landsat 8 menghasilkan data dan peta penutupan/ penggunaan lahan eksisting di WP Pesisir tahun 2013 yang disajikan pada Tabel11 dan Gambar 7.

Tabel 11 Penutupan/Penggunaan Lahan di Kabupaten/Kota WP PesisirKalimantan Barat Tahun 2013

 No. Penutupan/Penggunaan LahanLuas

ha %

1 Hutan Lahan Kering Primer 363.690 6

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 640.620 113 Hutan Mangrove Sekunder 116.980 2

4 Hutan Rawa Sekunder 829.830 15

5 Belukar Rawa 582.700 10

6 Semak Belukar 308.590 5

7 Perkebunan 950.030 17

8 Perkebunan Campuran 1.143.710 20

9 Sawah 189.420 3

10 Ladang/Tegalan 243.660 4

11 Pemukiman 16.910 0

12 Pertambangan 19.350 0

13 Rawa Genangan 184.940 3

14 Tambak 9.550 0

15 Tanah Terbuka 30.460 1

Jumlah 5.630.440 100

Tipe penggunaan lahan di WP Pesisir terdiri atas perkebunan campuranseluas 1.143.710 ha (20% dari total wilayah provinsi seluas 5.664.580 ha), belukar

rawa 582.700 ha (10%), semak belukar 308.590 ha (5%), ladang/tegalan 243.660ha (4%), sawah 189.420 ha (3%) dan rawa genangan 184.940 ha (3%). Belukarrawa dan semak belukar terluas dijumpai di Kabupaten Ketapang. Rawa genanganhanya dijumpai di Kabupaten Ketapang. Ladang/tegalan dan sawah dominandijumpai di Kabupaten Sambas dan Kubu Raya.

Jenis penutupan/penggunaan lahan berupa belukar rawa, semak belukar,ladang/tegalan serta perkebunan campuran pada umumnya dapat dikembangkanmenjadi areal potensial untuk pembukaan sawah baru. Semak belukar selama inidianggap sebagai lahan tidur.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 43/84

24

Gambar 7 Peta Penutupan/Penggunaan Lahan di Kabupaten/Kota WP PesisirProvinsi Kalimantan Barat Tahun 2013

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 44/84

25

Hasil Identifikasi Lahan Tersedia untuk Ekstentifikasi Sawah

Berdasarkan peta kesesuaian lahan basah yang merupakan hasil proyekRePPProT diketahui bahwa lahan di tujuh Kabupaten/Kota WP Pesisir yang

memenuhi kriteria lahan Sesuai (S) seluas 1.029.930 ha (18%), Sesuai Bersyarat($) seluas 614.960 ha (11%) dan Tidak Sesuai (N) seluas 4.019.690 ha (71%)untuk ekstensifikasi sawah sebagaimana disajikan pada Tabel 12 dan Gambar 8.Lahan Sesuai (S) umumnya berada pada dataran rendah (lereng 2 – 15%) dengan

 jenis tanah alluvial, sedangkan yang Tidak Sesuai lebih banyak berada di dataranagak tinggi dan rawa gambut. Lahan Sesuai Bersyarat tersebar diantaranya.

Tabel 12 Status Kesesuaian Lahan Aktual untuk Padi Sawah di WP Pesisir

Kabupaten /Kota 

Sesuai (S)  Sesuai Bersyarat ($)  Tidak Sesuai (N) Luas (ha)  %  Luas (ha)  %  Luas (ha)  % 

Bengkayang  73.090  7  219.590  36  267.230  7 Kayong Utara  60.070  6  -  -  400.680  10 

Ketapang  344.660  33  -  -  2.619.170  65 

Kubu Raya  197.840  19  294.270  48  365.710  9 

Pontianak   107.980  10  5.420  1  86.340  2 

Sambas  213.200  21  95.680  16  268.630  7 

Singkawang  33.090  3  -  -  11.930  0 

Jumlah  1.029.930  100  614.960  100  4.019.690  100 

Hasil tumpang tindih antara peta kesesuaian lahan, peta fungsi kawasan(RTRW Provinsi) serta Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2013menghasilkan Peta Sawah Eksisting dan Lahan Potensial untuk EkstensifikasiSawah Tahun 2013 (Gambar 9). Rekapitulasi sawah eksisting dan lahan potensialuntuk ekstentifikasi sawah (Tabel 13) menunjukkan bahwa saat ini tersedia411.960 ha lahan yang dapat dikembangkan menjadi sawah, yang sebagian besar(>50%) berada di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang. Lahan

 pengembangan ini terdiri atas tipe penutupan/penggunaan ladang/tegalan, semak belukar, belukar rawa dan perkebunan campuran.

Tabel 13 Rekapitulasi Sawah Eksisting dan Lahan Potensial

Kabupaten/Kota Luas (ha) 

Eksisting 

Sawah  Potensial 

Potensial

Bersyarat 

Tidak

Potensial  Jumlah Bengkayang  14.290  49.760  117.490  378.390  559.920 

Kayong Utara  18.720  21.880  -  420.140  460.750 

Ketapang  28.210  109.420  -  2.826.190  2.963.820 

Kubu Raya  51.160  57.670  77.940  671.050  857.820 

Pontianak   16.240  36.150  1.440  145.900  199.740 

Sambas  57.010  116.720  33.690  370.090  577.510 

Singkawang  3.790  20.350  -  20.880  45.020 

Jumlah  189.420  411.950  230.560  4.832.640  5.664.580 

Persentase (%)  3  7  4  85  100 

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 45/84

26

Gambar 8 Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Lahan Sawah di WP PesisirProvinsi Kalimantan Barat

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 46/84

27

Gambar 9 Peta Sawah Eksisting dan Lahan Potensial untuk Ekstensifikasi SawahTahun 2013 di WP Pesisir Provinsi Kalimantan Barat

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 47/84

28

Lahan berstatus Potensial Bersyarat meliputi area seluas 230.560 ha yangtersebar di Kabupaten Bengkayang dan Sambas dalam bentuk kebun campuran,masing-masing seluas 117.490 ha dan 33.690 ha serta di Kabupaten Kubu Rayadalam bentuk rawa gambut seluas 77.940 ha. Secara umum, kendala utama

 budidaya padi sawah di ketiga kabupaten tersebut adalah kurangnya ketersediaan pengairan untuk lahan sawah. Berdasarkan data BPS tahun 2012, luas sawah beririgasi yaitu 855 ha di Kabupaten Sambas, 2.810 ha di Kabupaten Bengkayangdan 6.494 ha di Kabupaten Kubu Raya. Oleh karena itu, komoditas yangdiusahakan pada daerah tersebut merupakan padi ladang atau sawah tadah hujanyang penggunaan lahannya cenderung relatif cepat dikonversi untuk penggunaanlain. Seluas 2.826.190 ha lahan yang tidak potensial untuk ekstensifikasi sawah

 berada di Kabupaten Ketapang yang umumnya adalah hutan lindung, cagar alam, perkebunan sawit maupun rawa gambut, sedangkan di kabupaten/kota lainnyasebagian besar adalah hutan produksi, perkebunan, rawa gambut fibrik pada hutanrawa sekunder serta daerah pasang surut dengan salinitas yang cukup tinggi.

Keunggulan Komparatif Wilayah

Hasil analisis LQ berdasarkan luas tanam menunjukkan bahwa komoditas padi sawah memiliki sebaran paling luas dibandingkan komoditas tanaman pangan lain dan secara merata diusahakan petani di seluruh kabupaten/kota. Halini disebabkan beras merupakan bahan pangan pokok masyarakat di WP Pesisir.Hasil analisis LQ untuk 7 Kabupaten/Kota di WP Pesisir Kalimantan Baratdisajikan pada Tabel 14.

Pada Tabel 14 terlihat bahwa kisaran nilai LQ padi sawah pada 7 kabupaten/kota adalah 0,50 – 1,24. Terdapat 5 kabupaten/kota yang mempunyai LQ>1.Artinya wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah basis untuk budidaya padisawah. Hanya 2 kabupaten dengan nilai LQ<1.

Tabel 14 Nilai LQ Berdasarkan Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Tahun2011 di WP Pesisir

Kabupaten/Kota Padi

Sawah Padi

Ladang Jagung  Kedelai 

KacangTanah 

KacangHijau 

UbiKayu 

UbiJalar  

Sambas  1,23  0,16  0,02  2,06  0,08  3,25  0,34  0,50 

Bengkayang  0,50  2,71  3,12  0,44  2,78  0,03  1,42  0,74 

Pontianak   1,21  0,16  0,24  0,90  0,59  0,19  1,21  2,25 

Ketapang  0,92  3,07  0,13  0,08  1,88  0,07  2,43  2,42 

Singkawang  1,17  -  0,62  0,08  -  -  0,29  4,40 

Kayong Utara  1,24  0,13  0,03  0,06  0,30  0,01  1,96  0,75 

Kubu Raya  1,14  0,11  0,78  0,27  0,36  0,19  0,56  0,78 

Untuk Kabupaten Bengkayang dan Ketapang yang memiliki nilai LQ<1 berarti tidak termasuk wilayah basis untuk ekstensifikasi sawah meskipunketersediaan lahan potensial di Kabupaten Ketapang masih cukup besar,sedangkan untuk Kabupaten Bengkayang dikarenakan orientasi tanaman pangan

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 48/84

29

lebih didominasi oleh jagung yang memiliki nilai LQ tertinggi yaitu 3,12mengingat aspek agribisnisnya untuk pakan ternak ayam di Kota Singkawang.

Keunggulan Kompetitif Wilayah

Hasil perhitungan  Differential Shift   terhadap produksi komoditas tanaman pangan masing-masing kabupaten/kota di WP Pesisir dari tahun 2007 hinggatahun 2011 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil Analisis Differential Shift  Tanaman Pangan di WP Pesisir

Kabupaten/Kota 

Padi Sawah 

PadiLadang 

Jagung  Kedele KacangTanah 

KacangHijau 

UbiKayu 

UbiJalar  

 Nilai DS 

Sambas 0.04  -0.53  0.62  -0.003  0.34  1.85  0.69  -0.05 

Bengkayang 0.23  0.47  -0.03  -0.01  0.26  -3.38  0.37  0.53 

Pontianak -0.08  0.69  -0.20  2.64  1.82  -3.39  -0.37  5.61 

Ketapang -0.14  -0.27  0.29  0.53  0.41  -2.91  0.46  0.46 

Singkawang -0.06  -0.76  0.04  -0.538  -  -  -0.49  -0.45 

Kayong Utara -0.19  -0.41  2.24  0.162  -0.297  0.285  1.10  0.47 

Kubu Raya 0.01  -0.47  0.24  -0.206  -0.342  -0.048  -0.31  -0.52 

Komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif dikatakan juga memilikiefisiensi secara finansial (Saptana 2008). Berdasarkan hasil perhitungankomponen DS (Tabel 15) pada tahun 2007 dan 2011 pada masing-masingkabupaten/kota menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif komoditas tanaman

 padi sawah ditempati oleh Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sambas danKabupaten Bengkayang karena mempunyai nilai DS>0, sedangkan kabupatenlainnya tidak dapat bersaing secara kompetitif karena nilai DS≤0. Demikian juganilai SSA untuk padi sawah yang lebih dari nol hanya ditempati ketiga kabupatentersebut yang mencerminkan pertumbuhan produksi padi selama periode tahun2007–2011 (Tabel 16). Kabupaten lain yang tidak memiliki nilai DS>0 sejalandengan nilai SSA yang juga negatif, yang artinya terjadi penurunan produksi padisawah pada wilayah tersebut. Hal ini tentunya mengindikasikan bahwa budidaya

 padi sawah kurang berkontribusi atas pendapatan daerahnya.

Tabel 16 Hasil Analisis SSA Komoditas Tanaman Pangan di WP Pesisir

Kabupaten/Kota  PadiSawah 

PadiLadang 

Jagung  Kedelai  KacangTanah 

KacangHijau 

UbiKayu 

UbiJalar  

Sambas  0,08  -0,77  0,44  0,47  0,22  5,09  0,40  -0,24 

Bengkayang  0,27  0,22  -0,21  0,46  0,14  -0,13  0,08  0,34 

Pontianak   -0,04  0,45  -0,37  3,11  1,70  -0,14  -0,66  5,42 

Ketapang  -0,10  -0,51  0,12  1,00  0,29  0,33  0,17  0,27 

Singkawang  -0,02  -1,00  -0,14  -  -  -  -0,77  -0,64 

Kayong Utara  -0,15  -0,65  2,06  -  -  -  0,81  0,28 

Kubu Raya  0,05  -0,71  0,06  -0,19  -0,77  -0,89  -0,60  -0,71 

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 49/84

30

Hasil analisis LQ, DS dan SSA dapat digunakan sebagai instrumen atauindikator ekonomi kewilayahan untuk menentukan tingkat perkembanganaktivitas ekonomi tertentu di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, integrasi hasilanalisis LQ, DS dan SSA menunjukkan keunggulan komparatif (sebagai wilayah

 basis jika LQ>1 atau non basis jika LQ≤1) dan keunggulan kompetitif (sebagaiwilayah unggulan jika DS>0 dan SSA >1 atau non unggulan jika DS<0 atauSSA<1) bagi wilayah kabupaten/kota di WP Pesisir Provinsi Kalimantan Baratuntuk pengembangan pertanian padi melalui ekstensifikasi sawah (Tabel 17).

Tabel 17 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Kabupaten/Kota di WP PesisirProvinsi Kalimantan Barat untuk Pengembangan Padi Sawah

Kabupaten/Kota LQ DS SSAKeunggulan

Komparatif Kompetitif

Sambas >1 >0 >1 Wilayah Basis Unggulan

Bengkayang ≤1  >0 >1 Wilayah Non Basis Unggulan

Pontianak >1 ≤0  ≤1  Wilayah Basis

Ketapang ≤1  ≤0  ≤1  Wilayah Non Basis

Singkawang >1 ≤0  ≤1  Wilayah Basis

Kayong Utara >1 ≤0  ≤1  Wilayah Basis

Kubu Raya >1 >0 >1 Wilayah Basis Unggulan

Dari Tabel 17 terlihat bahwa Kabupaten Sambas dan Kubu Raya merupakan

wilayah Basis Unggulan karena mempunyai keunggulan komparatif (LQ>1) dankompetitif wilayah (DS>0 dan SSA>1). Artinya, tanaman padi sawah di duakabupaten tersebut merupakan komoditas basis yang memiliki daya saing tinggiserta pertumbuhan yang cepat dan progresif. Berikutnya Kabupaten Kayong Utara,Kabupaten Pontianak dan Kota Singkawang merupakan wilayah basis (LQ>1)untuk pengembangan padi sawah, namun memiliki nilai DS≤0 dan SSA≤1 yangmenunjukkan produksi padi sawahnya tidak dapat bersaing dengan komoditas

 pangan lainnya dan diikuti dengan penurunan produksi padi sawah dalam kurunwaktu tahun 2007 hingga tahun 2011.

Kabupaten Ketapang mempunyai nilai LQ=0,92 untuk padi sawah (Tabel14). Hal ini menunjukkan kecenderungan Kabupaten Ketapang untuk menjadi

wilayah basis karena nilai LQ mendekati 1. Untuk mencapai kategori wilayah basis masih perlu dilakukan upaya perluasan sawah. Program Food Estate  yangdilaksanakan di wilayah ini sejak dua tahun terakhir belum mampu mencapai nilaiLQ>1. Sementara itu pertanian padi sawah di Kabupaten Bengkayang tidakunggul secara komparatif karena penggunaan lahan lebih dominan untuk budidayakomoditas sayuran dan pangan lainnya. Namun, Kabupaten Bengkayang masihmemiliki keunggulan kompetitif karena produksi padi sawahnya masih mampu

 bersaing dengan komoditas pangan lainnya sehingga menjadi wilayah non basisunggulan.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 50/84

31

Hasil Analisis Tipologi Perkembangan Wilayah

untuk Ekstensifikasi Sawah

Dalam penelitian ini, analisis klaster (pengelompokkan wilayah) melibatkan

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat kecuali Kota Pontianakkarena bukan termasuk wilayah pengembangan tanaman pangan. Tujuannya agartipologi yang dihasilkan berlaku secara menyeluruh dan terintegrasi dalam skala

 pengembangan wilayah tingkat provinsi. Namun demikian, pembahasandifokuskan pada tujuh kabupaten/kota yang berada di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat.

Variabel tingkat perkembangan wilayah untuk ekstensifikasi sawah di WPPesisir yang digunakan pada analisis klaster dan analisis diskriminan di dalam

 penelitian ini disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Variabel Tingkat Perkembangan Wilayah untuk Ekstensifikasi Sawahdi WP Pesisir

 No  Variabel per Kabupaten Simbol

1 Luas tanam padi sawah intensitas satu kali pertanaman (ha) X1

2 Luas panen padi sawah per tahun (ha) X2

3 Produktivitas padi sawah (ton/ha) X3

4 Proporsi jumlah hand tractor  per luas tanam (unit/ha) X4

5 Proporsi kios saprodi per luas tanam (unit/ha) X5

6 Proporsi sawah beririgasi terhadap total luas tanam X6

7 Jumlah penyuluh pertanian X7

8 Jumlah petani padi X8

9 Proporsi produksi padi sawah terhadap total produksi padi sawah provinsi

X9

Dengan menggunakan metode k-means  pada analisis klaster diperoleh tigaklaster wilayah (Lampiran 10). Klaster I meliputi Kabupaten Sambas danKabupaten Kubu Raya, klaster II meliputi Kabupaten Bengkayang dan KabupatenPontianak serta klaster III meliputi Kabupaten Ketapang, Kabupaten KayongUtara dan Kota Singkawang.

Dari hasil analisis diskriminan dengan prosedur forward stepwise diperolehtiga variabel penciri klaster tipologi wilayah, yaitu variabel X1, X6 dan X9(Lampiran 11), berturut-turut dengan nilai p = 0,000616, 0,138651 dan 0,266339.Variabel luas tanam padi sawah intensitas satu kali pertanaman (X1) merupakansatu-satunya dari tiga variabel tersebut yang memiliki nilai p<0,01 sehinggamenjadi variabel penciri tunggal yang dapat membedakan tipologi wilayah.Rataan nilai variabel X1 tertinggi, kedua dan terendah berturut-turut mencirikantipologi wilayah berkembang, cukup berkembang dan kurang berkembang (Tabel19 dan Lampiran 12).

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 51/84

32

Tabel 19 Hasil Analisis Klaster Tipologi Tingkat Perkembangan Wilayah untukEkstensifikasi Sawah di WP Pesisir

KlasterRataan Nilai

Variabel Penciri*Urutan Nilai

Variabel PenciriTipologiWilayah

Kabupaten/Kota

I 54.281 1 BerkembangSambas

Kubu Raya

II 15.953 2Cukup

BerkembangBengkayang

Pontianak

III 11.583 3Kurang

Berkembang

KetapangKayong UtaraSingkawang

*Luas tanam padi sawah intensitas satu kali pertanaman (ha)

 Nilai rata-rata lima variabel penciri seiring dengan trend tipologi wilayah,yaitu luas tanam padi sawah intensitas satu kali pertanaman (variabel penciri

utama), luas panen padi sawah per tahun, jumlah penyuluh, jumlah petani dan proporsi produksi padi sawah terhadap total produksi padi sawah provinsi.Artinya, peningkatan tipologi dari kurang berkembang ke berkembang diiringioleh trend peningkatan nilai rata-rata kelima variabel tersebut (Lampiran 12).

Kabupaten dengan tipologi wilayah berkembang (klaster I) dicirikan olehrata-rata variabel penciri utama (luas tanam padi sawah intensitas satu kali

 pertanaman) seluas 54.281 ha, luas panen padi sawah per tahun 67.928 ha, jumlah penyuluh 106 orang dan jumlah petani 24.726 orang serta proporsi produksi padisawah terhadap total produksi padi sawah provinsi 0,1855. Kabupaten dengantipologi wilayah cukup berkembang (klaster II) dicirikan oleh rata-rata luas tanam

 padi sawah intensitas satu kali pertanaman seluas 15.953 ha, luas panen padisawah per tahun 19.912 ha, jumlah penyuluh 83 orang dan jumlah petani 16.593orang serta proporsi produksi padi sawah terhadap total produksi padi sawah

 provinsi 0,0565. Kabupaten dengan tipologi wilayah kurang berkembang (klasterIII) dicirikan oleh rata-rata luas tanam padi sawah intensitas satu kali pertanamanseluas 11.583 ha, luas panen padi sawah per tahun 12.742 ha, jumlah penyuluh 33orang dan jumlah petani 8.864 orang serta proporsi produksi padi sawah terhadaptotal produksi padi sawah provinsi 0,0322.

 Nilai rata-rata empat variabel penciri lainnya tidak seiring dengan trendtipologi wilayah, yaitu produktivitas padi sawah dan proporsi jumlah hand tractor  

 per luas tanam yang mempunyai nilai rata-rata fluktuatif serta proporsi sawah

 beririgasi terhadap total luas tanam dan proporsi kios saprodi per luas tanam yangmempunyai nilai rata-rata dengan trend menurun dari tipologi kurang berkembangke tipologi berkembang (Lampiran 12). Nilai rata-rata dengan trend yang menurundari tipologi wilayah kurang berkembang ke berkembang ini lebih disebabkanoleh peningkatan luas tanam sebagai pembagi proporsi yang lebih tinggidibandingkan peningkatan luas sawah beririgasi maupun jumlah kios saprodi. Halini mengindikasikan bahwa perluasan sawah beririgasi melalui peningkataninfrastruktur irigasi dan peningkatan jumlah kios saprodi merupakan dasar

 penetapan strategi pengembangan yang perlu dipertimbangkan.Hasil analisis tipologi wilayah yang membagi WP Pesisir ke dalam tiga

karakteristik wilayah pengembangan diharapkan akan mempermudah pemerintah

daerah untuk mengambil kebijakan teknis terkait pengelolaan sektor pertanian

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 52/84

33

tanaman pangan khususnya padi sawah karena mengkaitkan fungsi hubunganspasial antar wilayah homogen. Hukum Geografi Tobler yang pertamamenyebutkan bahwa setiap hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya, namunyang lebih berdekatan memiliki keterkaitan lebih dari lainnya (Rustiadi et al. 

2011).Dari tujuh kabupaten/kota yang diklasterkan, hubungan jarak sangat

 berpengaruh dalam perkembangan aktivitas pertaniannya. Kabupaten yangtermasuk tipologi kurang berkembang yaitu Kabupaten Ketapang dan KayongUtara. posisinya paling jauh dari kabupaten/kota lainnya. Hubungan transportasiutama menuju kedua kabupaten tersebut tidak bisa melalui jalan darat, tetapi lewatlaut dan udara, sehingga interaksi dengan kabupaten/kota lainnya menjadi lebihrendah. Kecenderungan penggunaan lahan Kota Singkawang adalah untuk

 pemukiman karena sudah merupakan kota, sehingga areal sawah di wilayahtersebut semakin berkurang.

Kabupaten Bengkayang dan Pontianak termasuk dalam wilayah cukup

 berkembang, yang secara spasial menunjukkan hubungan kedekatan jarak dansaling bertetangga dalam jalur lintasan jalan raya dan antar kecamatan yang

 banyak terdapat hamparan sawah. Kabupaten yang bertipologi berkembang yaituKabupaten Sambas dan Kubu Raya memiliki konfigurasi spasial dengan polamenyebar. Artinya, kedua kabupaten sangat jauh jaraknya. Namun, hamparansawah di kedua kabupaten tersebut yang terluas karena secara historis keduanyamerupakan lumbung padi Kalimantan Barat.

Arahan untuk Ekstensifikasi Sawah

Berdasarkan hasil penilaian sektor wilayah (basis/non basis dan unggulan/

non unggulan), pengklasteran tipologi wilayah dan luas lahan tersedia untukekstensifikasi sawah diperoleh urutan prioritas sebagaimana disajikan pada Tabel20 dan Gambar 10.

Tabel 20 Arahan Prioritas Ekstensifikasi Sawah di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat

Kabupaten/Kota 

SektorWilayah 

TipologiWilayah 

TahapanPengembangan 

LahanTersedia

(ha) 

PrioritasEkstensifi-

kasi Sambas  Basis

Unggulan Berkembang  Pemantapan 

116.720  Prioritas 1 

Kubu Raya  BasisUnggulan  57.670  Prioritas 2 

Pontianak   Basis  CukupBerkembang 

Pengembangan 36.150  Prioritas 3 

KayongUtara 

Basis  BelumBerkembang 

Pertumbuhan 21.880  Prioritas 4 

Singkawang  Basis  BelumBerkembang 

Pertumbuhan 20.350  Prioritas 5 

Bengkayang   Non BasisUnggulan 

CukupBerkembang 

Pengembangan 49.760  Prioritas 6 

Ketapang   Non Basis  BelumBerkembang 

Pertumbuhan 109.420  Prioritas 7 

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 53/84

34

Penentuan kawasan baru dapat didasarkan pada komoditas yang potensialdan ketersediaan lahan yang sesuai untuk mendukung pengembangan komoditastersebut (commodity-driven). Ada kalanya lokasi potensial sudah ada, namun

 belum terdapat komoditas yang layak untuk dikembangkan. Oleh karenanya,

dalam pengembangan kawasan pertanian harus ditentukan terlebih dahulukomoditas yang tepat berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah.

Menurut Kementerian Pertanian (2012b), produktivitas padi yang lebihrendah dari rata-rata provinsi dan pemanfaatan lahan yang belum optimalmerupakan ciri kawasan pada tahap “pertumbuhan”. Produktivitas padi yanghampir sama dengan produktivitas rata-rata provinsi, pemanfaatan lahan hampiroptimal dan mutu hasil belum optimal merupakan ciri kawasan pada tahap“pengembangan”. Produktivitas padi yang sudah lebih tinggi dari produktivitasrata-rata provinsi namun mutu hasil belum optimal dan efisiensi usaha belum

 berkembang adalah ciri dari kawasan pada tahap “pemantapan”. Berdasarkan pentahapan ini, maka strategi pengembangan kawasan padi sawah di WP Pesisir

didasarkan pada tipologi perkembangan wilayahnya untuk ekstensifikasi sawahyang dimaksudkan untuk mengakomodasi keberadaan lahan-lahan sawaheksisting dan lahan potensial untuk pencapaian target swasembada beras.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 54/84

35

Gambar 10 Peta Arahan Prioritas Ekstensifikasi Sawah

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 55/84

36

Strategi untuk Ekstensifikasi Sawah

Perbedaan klaster tipologi wilayah berdasarkan aktivitas pertanian padisawah yang menentukan arahan prioritas wilayah ekstensifikasi sawah di WP

Pesisir Kalimantan Barat memerlukan strategi implementasi yang berbeda pula.Berdasarkan hasil analisis SWOT, selanjutnya diuraikan strategi berdasarkan hasilinventarisasi, klasifikasi dan analisis potensi kekuatan (strength), kelemahan(weakness), peluang (oppurtunity) dan ancaman/ kendala (threat). 

Strategi Ekstensifikasi Klaster I

Untuk merumuskan strategi ekstensifikasi sawah di wilayah klaster  I dengantipologi berkembang telah diidentifikasi faktor internal maupun faktor eksternalyang berpengaruh, sebagai berikut:

a. 

Kekuatan (Strength)

1. 

Luas lahan potensial atau tersedia masih cukup luas.2.

 

Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanian relatif besar.3.  Dukungan/kebijakan pemerintah cukup tinggi.4.  Produksi dan produktivitas padi cukup tinggi.5.  Nilai LQ>1 artinya merupakan wilayah basis.6.  Faktor sosiokultural sangat mendukung7.

 

Biaya input produksi (pupuk, bibit dan sebagainya) rendah b.  Kelemahan (Weakness) 

1. 

Ketersediaan pengairan sawah relatif kurang memadai.2.  Tingkat kehilangan hasil masih cukup tinggi3.

 

Kemampuan modal usaha petani masih rendah.c.

 

Peluang (Opportunity)

1. 

Permintaan gabah/beras terus meningkat2.  Potensi pasar masih terbuka luas.3.  Adanya kebijakan otonomi daerah sehingga kebijakan pemerintah daerah

lebih tepat sasaran.4.  Berkembangnya teknologi informasi sehingga mempermudah komunikasi.5.

 

Adanya Akses permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR).d.  Ancaman (Threatment)

1. 

Adanya kebijakan impor beras dari luar negeri.2.  Terjadi alih fungsi penggunaan sawah menjadi penggunaan lainnya.

3. 

Harga gabah berfluktuasi.4.  Fenomena musim kemarau/hujan yang tidak menentu.

Berdsarkan matriks SWOT faktor internal dan eksternal, komponenkekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam upaya ekstensifikasi sawahdiberi bobot penilaian sesuai dengan kepentingan (Lampiran 12) berdasarkan

 pengamatan lapangan, hasil wawancara dengan responden stakeholders dananalisis deskriptif. Selanjutnya, berdasarkan analisis pencocokan terhadap faktor-faktor tersebut (Lampiran 13) diperoleh beberapa alternatif strategi sebagai dasar

 penentuan prioritas kebijakan pengembangan wilayah untuk ekstensifikasi sawah(Tabel 21).

Pada klaster tipologi wilayah berkembang ini terdapat dua kabupaten yaitu

Sambas dan Kubu Raya yang sudah lebih maju pembangunan pertaniannya

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 56/84

37

dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat. Program-program pertaniantanaman pangannya lebih intensif karena faktor kesiapan teknis maupunkelembagaannya.

Tabel 21 Ranking Prioritas Alternatif Strategi Klaster I

 No.  Alternatif strategi  Keterkaitan  Kepentingan  Ranking 

1  Memanfaatkan potensi wilayah yangsesuai secara fisik melalui kebijakan pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi padaekstensifikasi sawah. 

(S1 2 3 5 6 7; O1 2 3 4 5) 

37  1 

2  Peningkatan daya saing, industri hilir pemasaran dan orientasi industri padi. 

(S4 7; O1 2 4 5)  19  2 

3  Meningkatkan keuntungan denganmenjual kelebihan produksi berupa beras bukan gabah. 

(S 4 ; O1 2)  9  5 

4  Pengembangan dan pengelolaancadangan air pertanian (embung). 

(W1 ; O 3)  7  6 

5  Menambah sarana prasarana secara semimekanik seperti alat penggulung rumput,lantai jemur, dryer, power thresher  dansebagainya. 

(W2 ; O1 2 3 4)  15  4 

6  Meningkatkan peran kelembagaan petaniuntuk melakukan kemitraan dengan pedagang dan stakeholders. 

(W 3 ;O1 2 4 5) 

16  3 

Berdasarkan Tabel 21, maka prioritas kebijakan yang direkomendasikanuntuk klaster I berturut-turut sebagai berikut:1.  Memanfaatkan potensi wilayah yang sesuai secara fisik melalui kebijakan

 pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi padaekstensifikasi sawah.

2.  Peningkatan daya saing, industri hilir pemasaran dan orientasi industri padi.3.

 

Meningkatkan peran kelembagaan petani untuk melakukan kemitraan dengan pedagang dan stakeholders.

4. 

Menambah sarana prasarana pasca panen secara semi mekanik seperti alat penggulung rumput, lantai jemur, dryer , power thresher  dan sebagainya.

5. 

Meningkatkan keuntungan dengan menjual kelebihan produksi berupa beras

 bukan gabah.6. 

Pengembangan dan pengelolaan cadangan air pertanian (embung).

Strategi Ekstensifikasi Klaster II

Penilaian pada klaster II berbeda dari penilaian pada klaster I dikarenakan perbedaan tingkat perkembangan wilayahnya. Dalam hal ini, meskipun KabupatenBengkayang bukan tergolong wilayah basis padi, namun kemiripan nilai variabel

 penciri karakteristik wilayahnya dari hasil analisis klaster menjadikannya satuklaster dengan Kabupaten Pontianak (Lampiran 14). Dari hasil matriks SWOT(Lampiran 15) diperoleh alternatif strategi seperti yang disajikan dalam Tabel 22.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 57/84

38

Tabel 22 Ranking Prioritas Alternatif Strategi Klaster II

 No. Alternatif strategi  Keterkaitan  Kepentingan  Ranking 

1  Memanfaatkan potensi wilayah yang sesuaisecara fisik melalui kebijakan pemerintahdengan pembukaan lahan baru yang berorientasi pada pengembangan padi. 

(S1 2 3 5 7 8; O3 4 5)  32  1 

2  Mendorong peningkatan kualitas dankuantitas produk dengan penerapanteknologi budidaya dan pasca panen. 

(S4 6 8; O1 2 3) 

19  3 

3  Sosialisasi melalui kelembagaan pertaniandan fasilitasi kelompok tani dalammengakses KUR. 

(S3 5 8 ; O4 5)  17  4 

4  Peningkatan ketersediaan dan aksesteknologi, permodalan dan penyuluhankomoditas alternatif non padi. 

(W1 2 3;O 2 4 5) 

20  2 

5  Pengembangan dan pengelolaan cadanganair pertanian (embung).  (W5 ; O3)  7  6 

6  Meningkatkan peran kelembagaan petaniuntuk melakukan kemitraan dengan pedagang dan stakeholders. 

(W1 6 ;O 2 5) 

14  5 

Berdasarkan Tabel 22, maka prioritas kebijakan yang direkomendasikanuntuk klaster II berturut-turut sebagai berikut :1.  Memanfaatkan potensi wilayah yang sesuai secara fisik melalui kebijakan

 pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi pada pengembangan padi.

2. 

Peningkatan ketersediaan dan akses teknologi, permodalan dan penyuluhankomoditas alternatif non padi. 

3.  Mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas produk dengan penerapanteknologi budidaya dan pasca panen.

4.  Meningkatkan peran kelembagaan petani untuk melakukan kemitraan dengan pedagang dan stakeholders. 

5.  Sosialisasi melalui kelembagaan pertanian dan fasilitasi kelompok tani dalammengakses KUR.

6.  Pengembangan dan pengelolaan cadangan air pertanian (embung).

Strategi Ekstensifikasi Klaster III 

Hasil penilaian strategi untuk klaster III bertipologi kurang berkembangyang terdiri atas tiga Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara dan KotaSingkawang disajikan pada Lampiran 16. Hanya Kabupaten Kayong Utara yangmenjadi wilayah basis, sedangkan dua lainnya adalah wilayah non basis. Atasdasar kesamaan tipologi dan hasil matriks SWOT (Lampiran 17), maka diperolehalternatif strategi seperti disajikan pada Tabel 23.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 58/84

39

Tabel 23 Ranking Prioritas Alternatif Strategi Klaster III

 No.  Alternatif strategi  Keterkaitan  Kepentingan  Ranking 

1  Memanfaatkan potensi wilayah yang sesuaisecara fisik melalui kebijakan pemerintah

dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi pada ekstensifikasi sawah. 

(S1 2 3 5 ;

O3 4)  21  1 

2  Mendorong peningkatan kualitas dankuantitas produk dengan penerapanteknologi budidaya dan pasca panen. 

(S4 5; O1 3)  13  4 

3  Menyediakan jaringan usaha antaragapoktan, pihak swasta dan BUMN. 

(S2 4 ; O1 2 6)  15  3 

4  Peningkatan ketersediaan dan aksesteknologi, permodalan, dan penyuluhankomoditas alternatif non padi. 

(W1 2 5 ; O1 5) 

17  2 

5  Pengembangan dan pengelolaan cadanganair pertanian (embung). 

(W6 7; O4)  12  5 

6  Kebijakan pemerintah daerah dalam rangkaoptimalisasi pemanfaatan lahan potensialyang menjadi lahan tidur dalam rangka peningkatan IP padi. 

(W7 ; O3)  7  6 

Berdasarkan Tabel 23, maka prioritas kebijakan yang direkomendasikan pada klaster III berturut-turut sebagai berikut:

1. 

Memanfaatkan potensi wilayah yang sesuai secara fisik melalui kebijakan pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi padaekstensifikasi sawah.

2.  Peningkatan ketersediaan dan akses teknologi, permodalan dan penyuluhan

komoditas alternatif non padi. 3.  Menyediakan jaringan usaha antara gapoktan, swasta dan BUMN.4.

 

Mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas produk dengan penerapanteknologi budidaya dan pasca panen.

5. 

Pengembangan dan pengelolaan cadangan air pertanian (embung).6.  Kebijakan pemerintah daerah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan

 potensial yang menjadi lahan tidur dalam rangka peningkatan IP padi.

Strategi yang direkomendasikan adalah untuk menuju terbentuknya kawasan pengembangan padi sawah yang ideal dan berkelanjutan. Untuk tipologi wilayah berkembang (klaster I) adalah tahap pemantapan, tipologi wilayah cukup berkembang (klaster II) adalah tahap pengembangan dan tipologi wilayah kurang

 berkembang (klaster III) merupakan tahap pertumbuhan, hingga selanjutnyaterbentuk integrasi kawasan wilayah pengembangan padi sawah.

Berbagai alternatif kebijakan untuk ekstensifikasi sawah yang akandilaksanakan dan dijabarkan menjadi program maupun kegiatan pembangunan dikabupaten/kota WP Pesisir perlu memperhatikan banyak aspek, baik aspek

 biofisik, sosial budaya maupun kebijakan pemerintah. Aspek biofisik meliputikesesuaian lahan maupun daya dukung dan daya tampungnya, sedangkan aspeksosial budaya lebih kepada adat-istiadat, budaya, kebiasaan maupun pola fikirmasyarakat. Adapun kebijakan pemerintah terutama dalam hal pengadaan sarana

 prasarana fisik yang menunjang ekstensifikasi sawah.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 59/84

40

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. 

Lahan tersedia yang dapat dikembangkan untuk ekstensifikasi sawahteridentifikasi seluas 411.960 ha dan lebih dari separuhnya berada diKabupaten Sambas dan Ketapang.

2.  Kabupaten Sambas, Kubu Raya, Pontianak, Kayong Utara, Kabupaten Sambas,Kubu Raya serta Kota Singkawang merupakan wilayah basis dan padi sawahunggul di Kabupaten Sambas dan Kubu Raya.

3.  Kabupaten Sambas dan Kubu Raya terklaster ke dalam tipologi wilayah berkembang, Kabupaten Bengkayang dan Pontianak ke dalam wilayah cukup berkembang dan Kabupaten Ketapang, Kayong Utara dan Kota Singkawang kedalam tipologi wilayah belum berkembang.

4.  Prioritas ekstensifikasi sawah yang pertama dan kedua diarahkan ke Kabupaten

Sambas dan Kubu Raya, disusul kabupaten lainnya. Strategi prioritas untukklaster wilayah belum berkembang adalah peningkatan ketersediaan dan aksesteknologi, permodalan dan penyuluhan; untuk k laster wilayah cukup

 berkembang adalah peningkatan kuantitas dan kualitas produk dengan penerapan teknologi budidaya dan pasca panen; dan untuk klaster wilayah berkembang adalah peningkatan daya saing, industri hilir, pemasaran danorientasi industri padi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan data dan skala analisis yanglebih detil yaitu pada tingkat kecamatan sehingga diperoleh masukan yang lebih

operasional bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota di WP Pesisir ProvinsiKalimantan Barat untuk implementasi program ekstensifikasi sawah.

DAFTAR PUSTAKA

Albrechts L. 2004. Strategic (spatial) planning reexamined in: Environment andPlanning B: Planning and Design 32(8): 743-758.

Binder C, Lopez R. 2000. Globalization and rural poverty in Latin America:Modelling the links to soil degradation.  J Sustainable Development  3(2): 159-169.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta(ID): BSN.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kalbar Dalam Angka. Pontianak (ID): BPS.[Dinas Pertanian TPH] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Kalimantan Barat. 2012.  Laporan Tahunan 2011. Pontianak (ID):Dinas Pertanian TPH.

Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi Kedua. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Djakapermana RD. 2010. Pengembangan Wilayah melalui Pendekatan

Kesisteman. Bogor (ID): IPB Press.Djunaedi AA, Basuki MN. 2002. Perencanaan pengembangan Kawasan Pesisir.

 Jurnal Teknologi Lingkungan 3(3): 225-231.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 60/84

41

Faludi A. 2001. The application of the European Spatial DevelopmentPerspective: Evidence from the North-West Metropolitan Area.  J   European

Planning Studies 9 (5): 663-675.[FAO] Food and Agriculture Organization. 1996. World Food Summit, 13-17

 November 1996. Rome (IT): FAO Food and Agriculture Organisation of TheUnited Nations.

Hendayana R. 2003. Aplikasi metode  Location Quetient   (LQ) dalam penentuanKomoditas Unggulan Nasional. J Informatika Pertanian 12 (1): 658-675.

Hikmatullah C, Tafakresnanto, Alkasuma, Suharta N. 2008. Potensi sumberdayalahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Provinsi Kalimantan Barat.

 J Sumberdaya Lahan 2 (1): 28-45.Holden S, Sankhayan PL. 1998. Population pressure, agricultural change and

environmental degradation in the Western Himalaya Region of India. J  Forum

 for Development Studies 29 (2): 271-300.Irawan B, Setyanto A, Rahmanto B, Agustin N, Askin A. 2002.  Analisis Nilai

 Ekonomi Sumberdaya Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan PengembanganSosial Ekonomi Pertanian.

Irawan B. 2005. Konversi lahan sawah: Potensi dampak, pola pemanfaatannyadan faktor determinan. J Forum Penelitian Agro Ekonomi (23) 1: 1-18.

Kay R, Alder J. 1999. Coastal Management and Planning. New York (NY): E &FN Spon.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2002. Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan. Nomor: KEP.10/MEN/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan

Pengelolaan Pesisir Terpadu. Jakarta (ID): Kementerian Perikanan danKelautan.

Kementerian Pertanian. 2012a. Perencanaan Tenaga Kerja Pertanian 2012-2014.Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2012b. Peraturan Menteri Pertanian. Nomor: 50/

Permentan/OT.140/8/2012 Tentang  Pedoman Pengembangan Kawasan

Pertanian. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.[Kemen PU] Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Penataan Ruang.

2003. Profil Penataan Ruang Propinsi Kalimantan Barat . Jakarta (ID):Kementerian Pekerjaan Umum.

Mantra IB. 1986. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta (ID): Nur Cahaya. Nurwadjedi. 2011. Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah untuk Mendukung

Penataan Ruang: Studi Kasus di Pulau Jawa [Disertasi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.Panuju DR, Rustiadi E. 2012. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan

Wilayah, Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah Departemen IlmuTanah dan Sumberdaya Lahan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Pemprov Kalbar] Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Peraturan

 Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2007 – 2027 . Pontianak (ID):BAPPEDA Provinsi Kalbar.

Rangkuti F. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated

 Marketing Communication. Jakarta (ID): PT.Gramedia Pustaka Utama.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 61/84

42

Riyadi S. 2007. Analisis Situasi Penyediaan Pangan dan Strategi untukMemantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Kota Baru di Era OtonomiDaerah. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rustiadi E. 2003. Makalah dalam Pelatihan Pengelolaan dan Perencanaan

Wilayah Pesisir secara Terpadu (ICZPM). Kerjasama PKSPL IPB denganDepartemen Kelautan dan Perikanan. Bogor .11 Agustus – 18 Oktober 2003.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Saptana. 2008. Keunggulan Komparatif-Kompetitif dan Strategi Kemitraan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan LitbangPertanian, Bogor (ID): Departemen Pertanian.

Soerjani M, Rofiq A, Rozy M. 1987.  Lingkungan: Sumberdaya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan.  Jakarta (ID): Penerbit UniversitasIndonesia (UI-Press). 

Subejo. 2007. Memahami dan Mengkritisi Kebijakan Pembangunan Pertanian di

Indonesia. Makalah Ilmiah pada Temu Nasional Mahasiswa PertanianIndonesia/Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM), 17Februari 2007. Yogyakarta (ID): Fakultas Pertanian. UGM.

Sudaryanto T, Swastika DKS, Sayaka B, Bahri S. 2006. Financial and economic profitability of rice farming across production environments in Indonesia.Paper presented at the International Rice Congress. 9-13 Oct 2006 in NewDelhi. India. 

Sudaryanto T, Rusastra IW. 2006. Kebijakan strategis usaha pertanian dalamrangka peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan.  J Litbang

Pertanian 25(4): 24-28.

Suryana A. 2002. Perspektif dan Upaya Pemantapan Ketahanan PanganBerkelanjutan. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian.Makalah pada Lokakarya Tekanan Penduduk, Degradasi Lingkungan danKetahanan Pangan. 1 Mei 2002. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yamin S, Kurniawan H. 2011. Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan

Partial Least Square Path Modeling: Aplikasi dengan Software XLSTAT,

SmartPLS  dan Visual PLS . Jakarta (ID): Salemba Infotek.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 62/84

43

Lampiran 1 Proyeksi Kebutuhan Lahan Baku Sawah di WP Pesisir Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012 - 2023

 No. Uraian SatuanProyeksi

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Jumlah penduduk jiwa 2.206.362 2.234.967 2.263.572 2.292.177 2.320.782 2.349.387

2 Konsumsi beras per kapita kg/kapita/th 135,01 132,98 130,99 129,02 127,09 125,18

3 Total kebutuhan beras ton 297.874 297.210 296.498 295.742 294.941 294.098

4 Konversi kebutuhan beras ke GKG ton 474.775 473.716 472.583 471.377 470.100 468.756

5 Produktivitas padi ton/ha 3,62 3,66 3,71 3,76 3,80 3,85

6 Kebutuhan luas panen ha 131.164 129.261 127.384 125.532 123.706 121.906

7 Luas lahan risiko gagal panen ha 6.558 6.463 6.369 6.277 6.185 6.095

8 Kebutuhan luas tanam ha 137.722 135.724 133.753 131.809 129.892 128.001

9 Indeks Pertanaman (IP) % 130 130 130 130 130 130

10Proyeksi kebutuhan luas bakusawah

ha 105.940 104.403 102.887 101.392 99.917 98.462

11 Data luas baku sawah ha 182.965 165.009 148.838 134.252 121.096 109.228

12 Jumlah produksi padi sawah ton 662.278 604.728 552.178 504.120 460.178 420.008

13 Surplus produksi padi sawah ton 187.503 131.011 79.595 32.744 -9.922 -48.748

14 Konversi sawah per tahun ha 17.956 16.171 14.586 13.157 11.867 10.704

   4   3

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 63/84

44

Lampiran 1 (lanjutan)

 No. Uraian SatuanProyeksi

2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 Jumlah penduduk jiwa 2.377.992 2.406.597 2.435.202 2.463.807 2.492.412 2.492.412

2 Konsumsi beras per kapita kg/kapita/th 123,30 121,45 119,63 117,84 116,07 116,07

3 Total kebutuhan beras ton 293.213 292.289 291.327 290.328 289.293 289.293

4 Konversi kebutuhan beras ke GKG ton 467.346 465.874 464.340 462.747 461.098 461.098

5 Produktivitas padi ton/ha 3,89 3,94 3,98 4,03 4,07 4,07

6 Kebutuhan luas panen ha 120.130 118.379 116.652 114.950 113.271 113.271

7 Luas lahan risiko gagal panen ha 6.007 5.919 5.833 5.747 5.664 5.664

8 Kebutuhan luas tanam ha 126.137 124.298 122.485 120.697 118.934 118.934

9 Indeks Pertanaman (IP) % 130 130 130 130 130 130

10Proyeksi kebutuhan luas bakusawah

ha 97.028 95.614 94.219 92.844 91.488 91.488

11 Data luas baku sawah ha 98.524 88.869 80.159 72.304 65.218 65.218

12 Jumlah produksi padi sawah ton 383.291 349.737 319.079 291.070 265.487 265.487

13 Surplus produksi padi sawah ton -84.055 -116.136 -145.261 -171.677 -195.611 -195.611

14 Konversi sawah per tahun ha 9.655 8.709 7.856 7.086 6.391 6.391

   4   4

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 64/84

45

Lampiran 1 (lanjutan)

Keterangan :

•  Jumlah penduduk berdasarkan data BPS tahun 2000-2012.

•  Asumsi pertambahan penduduk di kabupaten/kota WP Pesisir diproyeksikan dengan anlisis tren.

• 

Asumsi kebutuhan beras = 139,15 kg/kapita/tahun (sumber: Kementerian Pertanian tahun 2012).•  Asumsi konversi beras (kg) dari Gabah Kering Giling: 62%.

•  Asumsi produktivitas padi berubah berdasarkan data Dinas Pertanian TPH Prov. Kalimantan Barat (time series 2000-2010).

•  Luas panen (ha) = kebutuhan GKG (ton) / (produktivitas ton/ha).

•  Proyeksi luas baku lahan sawah = luas tanam/IP.

•  Asumsi Indeks Pertanaman (IP) tetap per tahun mulai thn 2010 sebesar 130%.

•  Asumsi laju konversi sawah adalah 9,8% dari luas baku lahan sawah dan terjadi hingga tahun 2023; Angka 9,8% diperoleh dari persentase luas baku sawah di WP Pesisir seluas 182.956 ha terhadap luas baku sawah di Provinsi Kalimantan Barat seluas 305.696ha (182.956 ha/305.696 ha x 100% = 9,8%); Rata-rata konversi sawah per tahun di Provinsi Kalimantan Barat adalah 30.000 ha(Irawan 2005). Dengan demikian, laju konversi sawah pada tahun awal proyeksi (tahun 2012) adalah: 9,8% x 30.000 ha/tahun =17.956 ha.

•  Asumsi luas lahan risiko gagal panen akibat banjir, kekeringan dan OPT dari tahun 2000 -2010 rata-rata 5% total produksi.

• 

Data luas baku sawah tahun 2011 menurut Pusdatin Kementerian Pertanian Tahun 2012.

   4   5

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 65/84

46

Lampiran 2 Kunci dan Simbol Interpretasi Citra yang Digunakan dalam Penelitian

Foto citra (band 543)Penutupan/Peng-

gunaan LahanSimbol Keterangan

Hutan lahankering primer

Seluruh kenampakan hutan di dataranrendah, perbukitan dan pegununganyang belum menampakkan penebangan.

Hutan lahan

kering sekunder

Seluruh kenampakan hutan di dataranrendah, perbukitan dan pegunungan

yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur pembalakan dan bercak bekas penebangan).

Hutan rawasekunder

Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa-rawa yang telah menampakkan bekas penebangan.

Hutan mangrovesekunder

Hutan bakau, nipah dan nibung yangtelah mengalami penebangan yangditampakkan oleh pola alur didalamnya.

Semak belukar

Lahan kering yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi alamiah heterogen

dengan tingkat kerapatan jarang hinggarapat dan didominasi oleh vegetasirendah (alamiah).

46

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 66/84

47

Lampiran 2 (lanjutan)

Foto citra (band 543)Penutupan/Peng-

gunaan LahanSimbol Keterangan

Belukar rawa

Seluruh kenampakan hutan di dataranrendah, perbukitan dan pegununganyang belum menampakkan penebangan.

PerkebunanLahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian tanpa pergantian tanaman

selama dua tahun.

PerkebunanCampuran

Lahan yang ditanami tanaman keraslebih dari satu jenis atau tidak seragamyang menghasilkan bunga, buah, sertagetah dan cara pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon.

Ladang/Tegalan

Pertanian lahan kering yang ditanamitanaman semusim, terpisah denganhalaman sekitar rumah serta penggunaannya tidak berpindah- pindah.

Sawah

Seluruh aktivitas pertanian lahan basah

yang dicirikan oleh pola pematang.

Tambak

Aktivitas pertambakan ikan di sekitar pantai yang ditandai dengankenampakan pola pematang, termasuktambak garam.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 67/84

48

Lampiran 2 (lanjutan)

Foto citra (band543)

Penutupan/Peng-gunaan Lahan

Simbol Keterangan

Pertambang-an

Lahan terbuka sebagai akibataktivitas pertambangan, dimana penutup lahan, batu ataupunmaterial bumi lainnyadipindahkan oleh manusia.

Permukiman

Kawasan permukiman baik perkotaan, perdesaan, pelabuhan,

 bandara, industri dan sebagainya.yang memperlihatkan pola alur jalan yang rapat

Tubuh air

Semua kenampakan perairan,termasuk laut, sungai, danau,waduk.

Tanah Terbuka

Seluruh kenampakan lahanterbuka tanpa vegetasi, tanahterbuka bekas kebakaran dantanah terbuka yang ditumbuhirumput/alang-alang.

Rawa tergenang

Semak belukar dari bekas hutan

di daerah bekas rawa yang selaludigenangi air dalam periode lebihdari setahun.

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 68/84

49

Lampiran 3 Ciri-ciri Kawasan Pertanian Menurut Tahapan Perkembangannya

 No.

Ciri-ciri Kelas Kawasan

Belum berkembang Cukup berkembang Sudah berkembang

1 Masih dominankegiatan on-farm 

Kegiatan on-farm

sudah berkembangKelembagaan pelayananterkait pertanian sudah

 beragam jenisnya2 Teknologi budidaya

 belum majuKelembagaan

 pelayanan terkait pertanian sudahmulai dibentuk

Pemasaran produk sudah berkembang, bahkankeluar wilayahnya

3 Sarana dan prasarana belum lengkap

Sarana dan prasarana sudahlebih lengkap

Kegiatan berproduksisudah mengutamakankualitas/mutu

4 Diperlukan penguatankegiatan on-farm  Diperlukan kegiatanindustri hilir Kegiatan o ff farm sudahmulai berkembang5 Masih memerlukan

 bimbingan dariPenyuluh Pertanian

Diperlukan penyuluhan bidang budidaya

Penguatan penyuluhan di bidang hilir dan pemasaran

Sumber: Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian (Permentan No. 50

Tahun 2012)

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 69/84

50

Lampiran 4 Data Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi SawahProvinsi Kalimantan Barat Tahun 2012

 No Kabupaten /Kota 

Luas Tanam (ha) 

LuasPanen(ha) 

Provitas(Ku/ha) 

Produksi(Ton) 

MT.2011/ 2012 

MT. 2012 MT.2011/2012

dan MT.2012 

1  Sambas  29.408  59.158  88.566  86.714  34,48  298.989 

2  Bengkayang  11.703  14.181  25.884  25.369  39,11  99.218 

3  Landak   27.811  28.420  56.231  55.111  36,37  200.292 

4  Pontianak   12.504  11.014  23.518  23.056  36,95  85.191 

5  Sanggau  11.274  7.322  18.596  18.227  34,42  62.738 

6  Ketapang  15.251  5.647  20.898  20.481  32,92  67.425 

7  Sintang  12.565  11.729  24.294  23.830  34,01  81.045 

8  Kapuas Hulu  7.448  1.817  9.265  9.079  38,39  34.855 

9  Sekadau  3.886  2.748  6.634  6.493  29,16  18.932 

10  Melawi  4.895  1.605  6.500  6.371  30,62  19.507 

11  Kota Singkawang  4.259  2.460  6.719  6.585  34,58  22.770 

12  Kayong Utara  18.872  5.511  24.383  23.779  32,83  78.067 

13  Kubu Raya  36.609  26.615  63.224  61.960  34,83  215.805 

Total  196.485  178.227  374.712  367.054  34,51  1.284.834 

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 70/84

51

Lampiran 5 Data Kelembagaan Petani di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011

 No.  Kab/ Kota Jumlah

Kecamatan Jumlah

BPP Desa/

Kelurahan Gapoktan  Poktan 

AnggotaPoktan 

1  Sambas  19  10  183  147  1.780  46.929 

2  Bengkayang  17  9  124  64  759  23.125 

3  Pontianak   9  9  67  61  581  19.455 

4  Landak   13  13  156  113  723  5.699 

5  Sanggau  16  13  167  45  435  10.246 

6  Sekadau  7  7  76  25  244  4.414 

7  Sintang  14  9  287  128  318  15.360 

8  Kapuas Hulu  23  6  213  88  739  14.780 

9  Ketapang  20  8  99  80  607  15.662 

10  Melawi  11  3  162  52  262  7.374 

11  Singkawang  5  3  26  28  257  10.592 

12  Kota Pontianak   6  1  24  21  99  986 

13  Kayong Utara  5  5  43  25  167  6.280 

14  Kubu Raya  9  9  84  96  952  21.550 

Kalbar 174 105 1.716 973 7.909 202.452

Sumber Data: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kalbar

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 71/84

52

Lampiran 6 Keragaan Kelembagaan Penyuluh seKalimantan Barat Tahun 2011

 NoProvinsi/ Jumlah Jumlah Jlh Bop Luh Luh Luh

Kab/Kota Kec BPP Luh Luhtan Tan Kan Hut

1 Provinsi Kalbar - - 13 7 13 - -

2 Sambas 19 10 88 79 88 - -

3 Bengkayang 17 9 49 50 46 3 -

4 Pontianak 9 9 91 81 82 5 4

5 Landak 13 13 146 37 146 - -

6 Sanggau 16 13 78 40 64 4 10

7 Sekadau 7 7 33 12 32 1 -

8 Sintang 14 9 118 65 96 5 17

9 Kapuas Hulu 23 6 80 66 75 3 2

10 Ketapang 20 8 67 59 67 - -

11 Melawi 11 3 17 17 13 4 -

12 Kt. Singkawang 5 3 26 21 23 2 1

13 Kt. Pontianak 6 1 9 6 6 3 -

14 Kayong Utara 5 5 21 19 21 - -

15 Kubu Raya 9 9 84 75 74 6 4

Kalbar 174 105 920 634 846 36 38

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Barat

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 72/84

53

Lampiran 7 Jumlah Alsintan Bantuan UPJA di Provinsi Kalimantan Barat

 No. Kabupaten/Kota

Jumlah Unit

Hand

Tractor

Power

Thresher

Pompa

Air RMU

1 Sambas 83 105 79 44

2 Bengkayang 47 51 31 23

3 Pontianak 72 62 12 27

4 Landak 65 38 4 16

5 Sanggau 60 42 41 22

6 Sekadau 22 26 19 33

7 Sintang 30 24 32 11

8 Kapuas Hulu 26 30 28 16

9 Ketapang 108 63 15 23

10 Melawi 12 2 0 1

11 Singkawang 24 20 10 5

12 Kayong Utara 42 39 9 13

13 Kubu Raya 50 50 11 6

Sumber: Ditjen PSP Kementerian Pertanian Tahun 2010

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 73/84

54

Lampiran 8 Luas Lahan Sawah Irigasi di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011

 No Kabupaten/KotaTanam 2kali (ha)

Tanam 1kali (ha)

TidakDitanami

(ha)

TidakDiusahakan

(ha)

Jumlah(ha)

1 Sambas 237 3.436 260 1.624 5.557

2 Bengkayang 5.968 3.824 451 446 10.689

3 Landak 5.872 13.001 2.029 2.308 23.210

4 Pontianak 4.371 1.401 345 700 6.817

5 Sanggau 2.035 6.804 2.262 2.244 13.345

6 Ketapang 280 2.703 1.088 1.365 5.436

7 Sintang 2.803 8.334 55 670 11.862

8 Kapuas Hulu 1.086 3.669 1.643 2.226 8.624

9 Sekadau 127 786 122 336 1.371

10 Melawi 543 1.289 507 872 3.21111 Kota Pontianak - - - - -

12 Kota Singkawang 903 115 - - 1.018

13 Kayong Utara 1.723 - - - 1.723

14 Kubu Raya 1.050 830 557 900 3.337

Jumlah 36.998 56.192 9.319 13.691 116.200

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 74/84

55

Lampiran 9 Luas Lahan Sawah Non Irigasi di Provinsi Kalimantan Barat 2011

 No. Kabupaten/KotaTanam 2 Tanam 1 Tidak Tidak

JumlahKali Kali Ditanami Diusahakan

1 Sambas 30.434 29.864 1.752 2.196 64.2462 Bengkayang 1.680 5.397 1.479 18.441 26.997

3 Landak 11.450 21.351 4.845 2.490 40.136

4 Pontianak 4.231 6.318 - 1.034 11.583

5 Sanggau 997 7.948 3.231 15.858 28.034

6 Ketapang 1.079 17.540 21.764 36.767 77.150

7 Sintang 3.105 4.889 - 766 8.760

8 Kapuas Hulu 170 4.735 5.318 30.083 40.306

9 Sekadau 1.347 5.659 1.014 7.447 15.467

10 Melawi 95 2.381 1.066 13.354 16.896

11 Kota Pontianak - 381 3 - 384

12 Kota Singkawang 1.997 540 171 607 3.315

13 Kayong Utara 337 18.473 1.900 8.296 29.006

14 Kubu Raya 7.664 37.654 11.001 21.795 78.114

Jumlah 54.586 153.130 53.544 169.134 430.394

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalimantan Barat

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 75/84

56

Lampiran 10 Output dari Metode K- Means Analisis Klaster untukKabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat

Cluster Kabupaten/Kota Distances

I Sambas 0,840386

Landak 0,792742

Kubu Raya 0,435094

II Bengkayang 0,502053

Pontianak 0,428329

Sanggau 0,336513

SintangKapuas Hulu 

0,5433310,558321

III Ketapang 0,554146

Sekadau 0,534911Melawi 0,522278

Kota Singkawang 0,696391

Kayong Utara 0,522405

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 76/84

57

Lampiran 11 Hasil Analisis Diskriminan

Discriminant Function Analysis Summary (Spreadsheet46) Step 3,

 N of vars in model: 3; Grouping: Kelas (3 grps) Wilks' Lambda: ,03240approx. F (6,16)=12,147 p< ,0000

VariabelPenciri

Wilks&apos;

PartialF-

remove p-level Toler. 1-Toler.

Luas tanam

padi sawah

intensitas satu

kali

pertanaman

0,205715 0,157523 21,39306 0,000616 0,826930 0,173070

Proporsi sawah

 beririgasiterhadap totalluas tanam

0,053104 0,610212 2,55510 0,138651 0,823552 0,176448

Proporsi produksi padisawah terhadaptotal produksi

 padi sawah provinsi

0,045108 0,718387 1,56803 0,266339 0,987197 0,012803

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 77/84

58

Lampiran 12 Nilai Rata-Rata Variabel Penciri

   K   l  a  s   t  e  r

   T   i  p  o   l  o  g   i   W   i   l  a  y  a   h

   K  a   b  u

  p  a   t  e  n   /   K  o   t  a

   L  u  a  s

   t  a  n  a  m  p  a   d   i

  s  a  w  a   h   i  n   t  e  n  s   i   t  a  s  s  a   t  u

   k  a   l   i  p  e  r   t  a  n  a  m  a  n   (   h  a   )   *

   L  u  a  s

  p  a  n  e  n  p  a   d   i

  s  a  w  a   h  p  e  r   t  a   h  u  n   (   h  a   )

   P  r  o   d  u

   k   t   i  v   i   t  a  s  p  a   d   i

  s  a  w  a   h

   P  r  o  p  o  r  s

   i   j  u  m   l  a   h   h  a  n   d

   t  r  a   k   t  o  r

  p  e  r   l  u  a  s   t  a  n  a  m

   (  u  n   i   t   /   h  a   )

   P  r  o  p  o  r  s   i   k   i  o  s  s  a  p  r  o   d   i

  p  e  r   l  u  a  s   t  a  n  a  m

   (  u  n   i   t   /   h  a   )

   P  r  o  p

  o  r  s   i  s  a  w  a   h

   b  e  r   i  r   i  g

  a  s   i   t  e  r   h  a   d  a  p

   t  o   t  a   l

   l  u  a  s   t  a  n  a  m

   J  u  m   l  a   h   P  e  n  y  u   l  u   h

   (  o  r  a  n  g   )

   J  u  m   l  a   h

   P  e   t  a  n   i   (  o  r  a  n  g   )

   P  r  o  p  o  r  s   i  p  r  o   d  u   k  s   i  p  a   d   i

  s  a  w  a   h   t  e  r   h  a   d  a  p   t  o   t  a   l

  p  r  o   d  u   k

  s   i  p  a   d   i  s  a  w  a   h

  p

  r  o  v   i  n  s   i

  X1  X2  X3  X4  X5  X6 X7  X8  X9 

1  Berkembang Sambas Kubu Raya Landak  

54.281  67.928  3,52  0,0011  0,0007  0,0604  106  24.726 0,1855 

2 Cukup

Berkembang 

Bengkayang Pontianak Sanggau Sintang Kapuas Hulu 

15.953  19.912  3,66  0,0047  0,0014  0,3632  83  16.593  0,0565 

3 Kurang

Berkembang 

Ketapang Kayong Utara Singkawang Sekadau 

Melawi 

11.583  12.742  3,20  0,0031  0,0019  0,4039  33  8.864  0,0322 

* Variabel penciri utama

   5   8

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 78/84

59

Lampiran 13 Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Klaster I

Alternatif Strategi Skor

S1 Luas lahan potensial yang masih tersedia cukup luas. 4

S2 Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanian relatif besar. 4S3 Dukungan/kebijakan pemerintah cukup tinggi baik pemerintah 3

S4 Produksi dan produktivitas padi cukup tinggi 3

S5 Nilai LQ masing-masing Kabupaten/Kota sudah >1 artinyamerupakan daerah basis.

4

S6 Faktor sosiokultural yang sangat mendukung 3

S7 Biaya input untuk produksi (pupuk, bibit dan sebagainya) rendah 3

W1 Ketersediaan pengairan sawah relatif kurang memadai 4

W2 Tingkat kehilangan hasil masih cukup tinggi 3

W3 Kemampuan modal usaha petani yang masih rendah 3

O1 Permintaan gabah/beras yang terus meningkat 3O2 Potensi pasar yang masih terbuka luas. 3

O3 Adanya kebijakan otonomi daerah sehingga kebijakan pemerintahdaerah lebih tepat sasaran.

3

O4 Berkembangnya teknologi informasi sehingga mempermudahkomunikasi

3

O5 Adanya akses permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR). 4

T1 Adanya kebijakan impor beras luar negeri 2

T2 Alih fungsi penggunaan lahan menjadi penggunaan lainnya 3

T3 Fluktuasi harga gabah yang tidak jelas 2

T4 Fenomena musim kemarau/hujan yang tidak menentu 4

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 79/84

60

Lampiran 14 Matriks SWOT Klaster I

Internal

Eksternal

Kekuatan (S):1. Luas lahan potensial yang masih

tersedia cukup luas.

2. 

Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanian relatif besar.

3. Dukungan/kebijakan pemerintahcukup tinggi baik pemerintah.

4. Produksi dan produktivitas padicukup tinggi

5.  Nilai LQ masing-masingkabupaten/kota sudah >1 artinyamerupakan daerah basis.

6. Faktor sosiokultural yang sangatmendukung

7. 

Biaya input untuk produksi(pupuk, bibit dan sebagainya)rendah

Kelemahan (W):1. Ketersediaan pengairan

sawah relatif kurang

memadai.2. Tingkat kehilangan hasil

masih cukup tinggi3. Kemampuan modal usaha

 petani yang masih rendah.

Peluang (O):1.  Permintaan gabah/beras

yang terus meningkat2.  Potensi pasar yang masih

terbuka luas.3.  Adanya kebijakan

otonomi daerah sehinggakebijakan pemerintah

daerah lebih tepatsasaran.4.  Berkembangnya

teknologi informasisehingga mempermudahkomunikasi

5.  Adanya akses permodalan Kredit UsahaRakyat (KUR).

1. Memanfaatkan potensi wilayahyang sesuai secara fisik melaluikebijakan pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi pada ekstensifikasisawah.

Strategi S-O

2. Peningkatan nilai tambah, daya

saing, industri hilir pemasarandan orientasi industri padi.3. Meningkatkan keuntungan

dengan menjual kelebihan produksi berupa beras bukangabah

1. Pengembangan dan pengelolaan cadangan air pertanian ( embung).

Strategi W-O

2. Menambah sarana prasarana on farm maupunoff farm (pasca panen)untuk budidaya secara semi

mekanik seperti alat penggulung rumput, lantai jemur, dryer, power

thresher ,dan sebagainya.3. Meningkatkan peran

kelembagaan petani untukmelakukan kemitraandengan pedagang danstakeholders.

Ancaman (T):1.  Adanya kebijakan impor

 beras luar negeri

2. 

Alih fungsi penggunaanlahan menjadi penggunaan lainnya

3.  Fluktuasi harga gabahyang tidak jelas

4.  Fenomena musimkemarau/hujan yang tidakmenentu.

Strategi S-T1. Penguatan sarana prasarana

 produksi pertanian seperti

 benih/bibit, pupuk dan obat-obatan harus dijaminketersediaannya, baik dalam jumlah dan ketepatan waktu.

2. Mengembangkan teknologi budidaya yang lebih toleranterhadap cekaman iklim.

Strategi W-T1. Meningkatkan kualitas

gabah agar memiliki harga

yang bersaing2. Penurunan tingkat

kehilangan hasil3. Pengembangan SDM

 petani melalui diseminasimaupunPelatihan

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 80/84

61

Lampiran 15 Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Klaster II

Alternatif Strategi Skor

S1 Luas lahan potensial yang masih tersedia cukup luas. 4S2 Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanian relatif besar. 4

S3 Dukungan/kebijakan pemerintah cukup tinggi baik pemerintah 3

S4 Kegiatan on-farm sudah berkembang 3

S5 Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk 4

S6 Produktivitas padi relatif sudah cukup tinggi 4

S7 Pengairan sawah relatif sudah cukup baik 4

S8 Biaya input untuk produksi (pupuk, bibit dan sebagainya) masihrendah

3

W1 Kurangnya tenaga penyuluh pertanian 4

W2 Penggunaan teknologi umumnya masih rendah 3W3 Kemampuan modal usaha petani yang masih rendah 3

W4 Rendahnya kesadaran petani terhadap kehilangan hasil selama proses panen dan pasca panen.

3

W5 Ketersediaan sarana dan prasarana kurang memadai 4

W6 Belum optimalnya kinerja kelompok tani 3

O1 Permintaan gabah/beras yang terus meningkat 3

O2 Potensi pasar yang masih terbuka luas. 3

O3 Adanya kebijakan otonomi daerah sehingga kebijakan pemerintahdaerah lebih tepat sasaran.

3

O4 Berkembangnya teknologi informasi sehingga mempermudahkomunikasi

3

O5 Adanya akses permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR). 4

T1 Adanya kebijakan impor beras luar negeri 2

T2 Alih fungsi penggunaan lahan menjadi perkebunan sawit 3

T3 Fluktuasi harga gabah yang tidak jelas 2

T4 Fenomena musim kemarau/hujan yang tidak menentu 4

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 81/84

62

Lampiran 16 Matriks SWOT Klaster II

Internal

Eksternal

Kekuatan (S):1.  Luas lahan potensial yang

masih tersedia cukup luas.

2. 

Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanianrelatif besar.

3.  Dukungan/kebijakan pemerintah cukup tinggi baik pemerintah

4.  Kegiatan on-farm sudah berkembang

5.  Kelembagaan pelayananterkait pertanian sudah mulaidibentuk

6.  Produktivitas padi relatifsudah cukup tinggi

7. 

Pengairan sawah relatif sudahcukup baik

8.  Biaya input untuk produksi(pupuk, bibit dan sebagainya)masih rendah

Kelemahan (W):1. Kurangnya tenaga penyuluh

 pertanian

2. 

Penggunaan teknologiumumnya masih rendah3. Kemampuan modal usaha

 petani yang masih rendah4. Rendahnya kesadaran

 petani terhadap kehilanganhasil selama proses panendan pasca panen.

5. Ketersediaan sarana dan prasarana kurang memadai

6. Belum optimalnya kinerjakelompok tani

Peluang (O):1.  Permintaan gabah/beras

yang terus meningkat2.  Potensi pasar yang masih

terbuka luas.3.  Adanya kebijakan otonomi

daerah sehingga kebijakan pemerintah daerah lebih

tepat sasaran.4.  Berkembangnya teknologi

informasi sehinggamempermudah komunikasi

5.  Adanya akses permodalanKredit Usaha Rakyat(KUR).

1.  Memanfaatkan potensiwilayah yang sesuai secarafisik melalui kebijakan

 pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi pada pengembangan padi.

Strategi S-O

Mendorong peningkatankualitas dan kuantitas produkdengan penerapan teknologi

 budidaya dan pasca panen.3.  Sosialisasi melalui

kelembagaan pertanian danfasilitasi kelompok tani dalammengakses KUR.

1. Peningkatan ketersediaandan akses teknologi,

 permodalan, dan penyuluhan komoditasalternatif non padi. 

Strategi W-O

2. Pengembangan dan pengelolaan cadangan air

 pertanian ( embung).3. Meningkatkan peran

kelembagaan petani untukmelakukan kemitraandengan pedagang danstakeholders.

Ancaman (T):1.  Adanya kebijakan impor

 beras luar negeri2.  Alih fungsi penggunaan

lahan lainnya

3. 

Fluktuasi harga gabah yangtidak jelas

4.  Fenomena musimkemarau/hujan yang tidakmenentu.

Strategi S-T1.  Penguatan sarana prasarana

 produksi pertanian seperti benih/bibit, pupuk dan obat-obatan harus dijamin

ketersediaannya, baik dalam jumlah dan ketepatan waktu.

.  Mengembangkan teknologi budidaya yang lebih toleranterhadap cekaman iklim.

Strategi W-T1. Meningkatkan kualitas

gabah agar memiliki hargayang bersaing

2. Penurunan tingkat

kehilangan hasil3. Peningkatan peran Bulog

dalam stabilitas harga gabah petani

4. Pengembangan SDM petanimelalui diseminasi maupunPelatihan

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 82/84

63

Lampiran 17 Penilaian Tingkat Kepentingan SWOT Klaster III

Alternatif Strategi Skor

S1 Luas lahan potensial yang masih tersedia cukup luas. 4S2 Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanian relatif banyak 4

S3 Dukungan/kebijakan pemerintah cukup tinggi baik pemerintah pusat maupun daerah

3

S4 Ketersediaan sarana dan prasarana produksi lebih memadai 3

S5 Penggunaan teknologi sudah relatif intensif dalam kegiatan usahatani 3

W1 Kurangnya tenaga penyuluh pertanian 4

W2 Petani masih kurang memahami tentang pemasaran hasil pertanian 3

W3 Produktivitas padi relatif rendah 4

W4 Kemampuan modal usaha petani yang rendah 3

W5 Pengairan sawah yang sangat minim 4W6 Indeks pertanaman padi masih rendah 4

O1 Potensi pasar yang masih terbuka luas 3

O2 Adanya kebijakan otonomi daerah sehingga kebijakan pemerintahdaerah lebih tepat sasaran

3

O3 Adanya program Food Estate yang dicanangkan pemerintah pusat. 4

O4 Akses permodalan Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) sudah lebih lancar 3

O5 Maraknya kerjasama kemitraan pihak swasta maupun BUMN dalamusahatani padi.

3

T1 Adanya kebijakan impor beras luar negeri 2

T2 Alih fungsi penggunaan lahan menjadi penggunaan lainnya 3T3 Fluktuasi harga gabah yang tidak jelas 2

T4 Fenomena musim kemarau/hujan yang tidak menentu 4

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 83/84

64

Lampiran 18 Matriks SWOT Klaster III

Internal

Eksternal

Kekuatan (S):1. Luas lahan potensial yang

masih tersedia cukup luas.

2. 

Sumberdaya manusia yang bekerja di sektor pertanianrelatif besar.

3. Dukungan/kebijakan pemerintah cukup tinggi baik pemerintah pusat maupundaerah

4. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi lebihmemadai

5. Penggunaan teknologi cukupdominan dalam kegiatanusaha.

Kelemahan (W):1.  Nilai LQ < 1 sehingga bukan

daerah basis

2. 

Kurangnya tenaga penyuluh pertanian3.  Petani masih kurang

memahami tentang pemasaran hasil pertanian

4.  Produktivitas padi relatifrendah

5.  Kemampuan modal usaha petani yang rendah

6.  Pengairan sawah yang sangatminim

7.  Indeks Pertanaman padisangat rendah

Peluang (O):1.  Potensi pasar yang masih

terbuka luas.2.  Adanya kebijakan otonomi

daerah sehingga kebijakan pemerintah daerah lebih tepatsasaran.

3.  Adanya program Food Estate

yang dicanangkan pemerintah pusat.

4.  Adanya akses permodalanKredit Usaha Rakyat ( KUR ).

5. 

Maraknya kerjasamakemitraan pihak swastamaupun BUMN dalamusahatani padi.

1. Memanfaatkan potensiwilayah yang sesuai secarafisik melalui kebijakan

 pemerintah dengan pembukaan lahan baru yang berorientasi pada pengembangan padi.

Strategi S-O

2. Mendorong peningkatankualitas dan kuantitas produkdengan penerapan teknologi

 budidaya dan pasca panen.

3. 

Menyediakan jaringan usahaantara gapoktan dengan pihakswasta maupun BUMN.

1. Peningkatan ketersediaan danakses teknologi, permodalan,dan penyuluhan komoditasalternatif non padi. 

Strategi W-O

2. Pengembangan dan pengelolaan cadangan air pertanian ( embung).

3. Meningkatkan perankelembagaan petani untukmelakukan kemitraan dengan

 pedagang dan stakeholders.

Ancaman (T):1.  Adanya kebijakan impor

 beras luar negeri2.  Alih fungsi penggunaan lahan

menjadi perkebunan sawit3.  Fluktuasi harga gabah yang

tidak jelas4.  Fenomena musim

kemarau/hujan yang tidak

menentu

Strategi S-T1. Penguatan sarana prasarana

 produksi pertanian seperti benih/bibit, pupuk dan obat-obatan harus dijaminketersediaannya, baik dalam

 jumlah dan ketepatan waktu.2. Mengembangkan teknologi

 budidaya yang lebih toleran

terhadap cekaman iklim.

Strategi W-T1. Meningkatkan kualitas gabah

agar memiliki harga yang bersaing

2. Penurunan tingkat kehilanganhasil

3. Peningkatan peran Bulogdalam stabilitas harga gabah

 petani

7/21/2019 Sawah Pesisir Kalbar

http://slidepdf.com/reader/full/sawah-pesisir-kalbar 84/84

65

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singkawang pada tanggal 17 Juli 1976 sebagai anak

 pertama dari pasangan M. Yusuf dan Sunarti. Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pontianak dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikannya padaProgram Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.Penulis menamatkan pendidikan pada Januari Tahun 2000.

Tahun 2003, penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan pada SPP-SPMA Negeri Provinsi Kalimantan Barat (UPT dari Dinas PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat) hingga saat ini.Pada tahun 2011, penulis memperoleh beasiswa program 13 bulan dari PusatPembinaan Pendidikan dan Latihan Perencanaan, Bappenas untuk melanjutkan

 pendidikan S2 di IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah.