sahabat dunia akhirat - s3.amazonaws.com · (2) setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa...
TRANSCRIPT
SahabatDunia Akhirat
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana pen-jara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pen-cipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng-gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di-pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Faidatur Robiah
Penerbit PT Elex Media Komputindo
SahabatDunia Akhirat
Sahabat Dunia Akhirat
Ditulis oleh Faidatur Robiah
© 2018 Faidatur Robiah
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang
Diterbitkan Pertama kali oleh:
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia–Jakarta
Anggota IKAPI, Jakarta
718100419
ISBN: 978-602-04-5642-3
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Daftar Isi
Ucapan Terima kasih v
Prolog: Genggaman Cinta seorang Sahabat xi
Genggaman Satu: Sesosok Penuh Makna 1
Derita sang Penyendiri 3
Siapa Sahabat Itu? 9
Sahabat Sejati, Langka Dicari 17
Nikmat Bertemu 23
Teman tapi Sayang 29
Genggaman Dua: Rambu-Rambu Persahabatan 35
Bukan Sahabat untuk Memberi 37
Ketika Sahabatku Berbeda Denganku 45
Aku, Mereka, dan Agamaku 53
Sahabat Dunia Akhirat
viii
Sahabat Dunia Maya 61
Sahabat Sejati Bergaul Secara Syar’i 69
Genggaman Tiga: Bersahabat Sampai ke Surga 75
Taklim Cinta Para Sahabat 77
Sahabat Sejati, Sahabat Selepas Mati 83
Lo, Gue = End 89
Buatlah Aku Menangis 95
Genggaman Empat: Hikmah di Balik Kisah 101
Bersahabat dengan Seekor Kepiting 103
Sahabat Menjadi Musuh 109
Ketulusan Pohon Apel 115
Menjamu Datangnya Sahabat 123
Hamka, Tak Pernah Ada Luka 131
Di Atas Batu Kautulis Namaku 139
Genggaman Lima: Agar Persahabatanmu Langgeng 145
Memperkuat Sikap Shiddiq 147
Amanah Menjadi Fondasi 151
Sesosok Penuh
Makna
Genggaman
Satu
Sahabat, biarlah tangan kita saling mengerat tak terlepas.
Sebab engkaulah tanda kasih sayang Allah yang dihadirkan-Nya bersama dengan kehadiranmu.
#suratcintauntuksahabat
Derita sang Penyendiri_________________
Kita semua sama, terpenjara dalam kesendirian.
Hanya saja, ada yang terkurung dalam ruang gelap tanpa cahaya,
sementara yang lain menghuni kamar berjendela.
(Kahlil Gibran)
_________________
Seorang pemuda duduk bersila dalam kamarnya yang
sunyi. Tak ada siapa pun membersamainya di sana.
Ia mengurung dalam sepi, seolah muak pada hiruk
pikuknya dunia. Sudah beberapa tahun terakhir ia dalam
keadaan begitu, entah apa yang diingini. Keluarga sudah
memaklumi kebiasaan si pemuda, bahwa ia lebih senang
menyendiri daripada di tengah keramaian. Aktivitas sehari-
hari masih tetap dilakoni, berangkat kuliah atau melakukan
kegiatan lain, ia lakukan seperti sewajarnya. Hanya saja, ia
tak pernah terlihat memiliki banyak teman. Ia lebih senang
sendiri, meskipun satu atau dua orang teman terkadang turut
bersamanya.
Sahabat Dunia Akhirat
4
“Aku nggak habis pikir, bagaimana bisa dia mengurung
dalam kamar seperti itu berjam-jam lamanya,” celetuk salah
satu anggota keluarga di rumah itu. Mungkin ia sudah mulai
jengkel dengan kebiasaan adiknya itu. Bicara pun hanya se-
patah dua kata, seolah ia lebih nyaman menggunakan bahasa
isyarat. Dahulu, ia tak separah seperti saat ini. Berbincang dan
mengobrol dengan keluarga masih sering dilakoni. Namun,
semenjak menjadi mahasiswa ia mulai sering menyendiri di
kamarnya. “Ah, semoga ia tidak melakukan hal yang negatif,”
batin semua anggota keluarga.
Dalam keluarga lain pun mungkin masih banyak ditemui
yang memiliki kebiasaan seperti si pemuda itu. Apalagi me-
reka yang baru beranjak gede, usia remaja tepatnya. Terka-
dang keengganan dan ketidaknyamanan akan suatu hal se-
makin membuatnya menarik diri dari lingkungannya. Ia lebih
suka sendiri, bersama dengan gadget, game, dan teman dunia
mayanya. Sangat disayangkan memang, remaja dengan kebi-
asaan demikian banyak ditemui dalam lingkungan.
Karakter remaja memang serba ingin tahu dan tergolong
masih labil. Jika sedikit saja emosi terganggu, selamanya,
kisah itu akan terpatri dalam dirinya. Seperti dendam se-
orang nyai tatkala sedang disakiti. Begitulah adanya. Apalagi
zaman sekarang, era gadget. Sudah tidak zamannya jika re-
maja itu gaptek, nggak punya akun medsos, apalagi nggak pu-
nya gadget, waahh… kuno kata mereka. Maka, berbondong-
bondonglah orangtua merogoh kocek mereka karena setiap
detik sang anak merongrong menagih, “Pah… aku beliin hape
Genggaman Satu: Sesosok Penuh Makna
5
seperti punya temanku.” Terkadang di situlah orangtua di-
hadapkan pada dilema besar antara menuruti atau meng-
hakimi.
Beda dengan zaman dahulu. Remaja berkembang sesuai
usianya. Mereka mencari teman dalam bilik jendela, saling
mengetuk pintu rumah, pergi bermain bersama, bercerita,
bersenda gurau dengan teman, dan sanak saudara. Kini, hal
semacam itu sepertinya telah sulit ditemui. Bahkan, di desa
pun mulai dari usia balita hingga dewasa, semua sibuk de-
ngan gadget-nya. Maka benarlah, mencari teman di dunia
maya seakan lebih mudah mereka lakukan daripada harus
mengetuk pintu rumah.
“Sekarang, jika sudah bisa mendapatkan sahabat dengan
cara mudah untuk apa melakukan hal yang susah,” celoteh
mereka. Maka, benar saja, semakin banyak yang mengurung
diri di kamarnya. Ditegur sapa oleh orangtua, tapi tetap asyik
saja dengan ponselnya. Sungguh sangat menyakitkan, tapi
sayang sekali mereka tidak merasakan bahwa sebenarnya
ia sedang dalam keadaan sakit. “Duhai anakku, sendiri itu
sumber derita.” Pepatah mengatakan bahwa semakin banyak
teman maka semakin banyak jendela yang terbuka. Ya, dari
situlah akan muncul cahaya terang.
“Nak, janganlah kau tutup pintu dan jendela kamarmu,
sama saja kau menolak datangnya rezeki,” nasihat itu tiba-
tiba terdengar. Benarlah, sendiri memang sebuah pen-
deritaan di bumi dan terbawa sampai dibangkitkan kembali.
Bahkan ketika hidup pun kita senantiasa berdoa agar kelak
Sahabat Dunia Akhirat
6
ketika tiada kita tidak dalam keadaan sendiri di kubur me-
lainkan ada yang menemani. Sesungguhnya jika amalan kita
baik, maka itulah sebaik-baik teman untuk kita, namun jika
sebaliknya, maka sungguh tak pernah sekalipun kita dapat-
kan ketenangan. Gusar tiada tara seolah tak ada teman yang
memedulikan kita. “Derita… sungguh derita berkubang dalam
kesendirian.”
Maka saat kau ingat kisah Qais yang mengasingkan dirinya
di hutan seorang diri, hanya berteman burung-burung, tak ada
manusia tempatnya berbagi, sungguh saat itu ia ter kurung
dalam penderitaan. Kisah cintanya dengan Laila kandas dan
ia memilih menjalani penderitaannya tanpa seorang pun di
sisinya. Sungguh merana nasib sang penyendiri. Padahal se-
jatinya sendiri di dunia adalah sebuah pilihan. Dan menjalin
persahabatan adalah usaha kita untuk membuka tangan le-
bar-lebar. Ketika jendela itu akan terbuka, maka kita tak akan
terkurung dalam kubangan sepi, namun justru menjadi peng-
hantar menuju cahaya Ilahi.
“Sahabat lebih baik dari kesendirian dan kesendirian lebih
baik dari sahabat yang buruk.” Agaknya, itulah pepatah yang
sering kita dengar. Betapa berperannya seorang sahabat,
hingga kehadirannya dapat mengusir kesendirian. Namun,
melalui kekuatannya dapat pula menambah keburukan. Ini-
lah yang harus kita pahami, bahwa ternyata memilih saha-
bat pun tidaklah sembarangan. Ada berbagai anjuran dalam
memilih seorang sahabat dan Islam sangat menekankan hal
ini agar kita lebih teliti.
Faidatur Robiah yang akrab dipanggil Faida adalah pe-rempuan yang lahir di De-
sa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 20 Desember 1989 silam. Bungsu dari empat bersaudara ini merampungkan S1 di tahun 2012, ia mengambil prodi Jurusan Pen-didikan Bimbingan dan Kon seling, Universitas Negeri Malang.
Tiga tahun bekerja sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Gresik, dan kini memutuskan untuk me-nekuni dunia tulis-menulis sambil tetap menjadi salah satu pengajar di Taman Pendidikan Al-Quran Ar-Rahmat Gresik.
Ibu dari Radiv Himada ini, telah menulis beberapa karya baik antologi maupun pribadi. Buku yang pernah ditulis-nya antara lain: “Mawar di Serambi Masjid” (Quanta Elex Media Komputindo, 2016), “Marketing Hebat Ala Rasulullah
Tentang Penulis
Sahabat Dunia Akhirat
184
Saw” (Tinta Medina, Tiga Serangkai Group, Maret 2017, cetakan kedua; Desember 2017), “Menyulam Sayap Bidadari, Memantaskan Diri Bersanding dengan Pujaan Hati” (Quanta Elex Media Komputindo, Juni 2017), buku antologi “Quantum Belajar: Membangun Gelora untuk Hidup Bahagia” (Genius Media, 2016), “Merawat Nusantara” (Genius Media, Mei 2017), serta beberapa buku lain yang masih dalam tahap penulisan dan beberapa sedang proses terbit di penerbit.
Penulis dapat dihubungi melalui e-mail; faidawachid @gmail.com, HP 085 855 113 332, akun facebook; Faidatur Robiah atau instagram: @faidatur_robiah