s fis 0700554 chapter3 - digital...
TRANSCRIPT
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara
acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam batas-
batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan khususnya dalam
pebelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan
seleksi subjek secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu
kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam
satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas.
Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam penelitian eksperimen murni tidak
dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek
penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan
dengan menggunakan intact group yang dikenal dengan metode penelitian Quasi
Experiment.
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment (Eksperimen
Semu). Metode penelitian ini merupakan pengembangan dari True Experiment
yang memiliki kelemahan dalam menentukan kelas kontrol. Metode penelitian
eksperimen semu mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek,
yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan
kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut (Luhut Panggabean, 1996:27).
37
Sehingga dalam metode ini pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel
saja, yaitu variabel yang dianggap paling dominan.
Dalam penelitian ini, pengontrolan variabel tidak dilakukan terhadap
seluruh variabel, tetapi hanya pada variabel tertentu yang dianggap paling
dominan berpengaruh dalam penelitian, sehingga peningkatan pemahaman konsep
fisika siswa seolah-olah hanya dipengaruhi oleh model inkuiri laboratorium
terbimbing yang diterapkan pada pembelajaran fisika.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan
Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa setelah diterapkan model pembelajaran
inkuiri laboratorium terbimbing. Maka dari itu, peneliti hanya memerlukan satu
kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah One group Pretest-
Postest Design. Dalam desain ini, kelompok yang menjadi subjek penelitian
merupakan kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok ini diberi pretest (tes awal) dan setelah
diberi perlakuan, kelompok ini diberi postest (tes akhir). Banyaknya pretest dan
posttest yang diberikan pada siswa adalah satu kali. Jika digambarkan maka akan
seperti ini :
Pretest Treatment Postest T1 X T2
Keterangan :
T1 : Pretest (tes awal)
Gambar 3.1. Desain penelitian One Group Pretest-Postest Design
38
X : Treatment (Perlakuan) yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation
T2 : Postest (tes akhir)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel ialah sebagian dari populasi
yang dianggap mewakili seluruh karakteristik populasi (sampel representatif).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII di salah satu SMP negeri di kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian
di sekolah tersebut dikarenakan beberapa hal:
1. sekolah tersebut memiliki sarana laboratorium yang lengkap yang menunjang
penelitian yang fokus pada pembelajaran inkuiri di laboratorium;
2. sumber daya manusia (siswa) yang baik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu kelas VIII
dengan siswa berjumlah 32 orang yang diambil dengan metode sampel bertujuan
(purposive sample). Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk melihat peningkatan
aspek prestasi belajar dan keterampilan proses sains dasar siswa pada salah satu
kelas di sekolah yang peneliti telah pilih. Dengan mempertimbangkan tidak
mungkin peneliti merusak sistem kelas yang telah ada, maka peneliti memilih
teknik sampling bertujuan tersebut.
39
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes yang digunakan berupa tes prestasi atau achievement test, yaitu tes
yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari
sesuatu (Arikunto, 2006: 151). Instrumen tes digunakan untuk mengukur prestasi
belajar dan keterampilan proses sains siswa. Tes yang diberikan untuk mengukur
prestasi belajar berbentuk pilihan ganda, sedangkan tes Keterampilan Proses Sains
berbentuk piliha ganda beralasan. Tes ini diberikan kepada siswa sebelum
diberikan treatment (pre-test) dan setelah diberikan treatment (post-test). Lembar
soal tes prestasi belajar dan Keterampilan Proses Sains (KPS) terdapat pada
lampiran B.3.
2. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis
(Arikunto, 2009: 30). Jenis observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah
observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor yang diamati sudah diatur
menurut kategorinya. Instrumen lembar observasi digunakan sebagai alat
penilaian Keterampilan Proses Sains siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar
observasi dibuat oleh peneliti dan digunakan oleh observer untuk mengamati
kegiatan siswa selama pembelajaran. Lembar observasi yang berbentuk check-list
ini terdapat pada lampiran B.1.b
40
E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
1. Tes
Tes yang diberikan terdiri dari tes prestasi belajar dan tes Keterampilan
Proses Sains. Tes dilakukan dua kali dalam penelitian ini. Tes pertama diberikan
pada siswa sebelum diberikan treatment (pre-test). Tes berikutnya dilakukan pada
siswa setelah diberikan treatment (post-test). Hasil dari tes diolah dengan
menggunakan cara yang dijelaskan pada lampiran C.2.a.
2. Observasi
Data yang didapat dari hasil observasi berupa frekuensi dari tiap siswa
berkenaan dengan suatu aspek keterampilan proses yang akan dinilai. Siswa
dinilai dalam suatu lembar observasi dengan metode check-list. Observer akan
diberi suatu rubrik yang akan menjadi patokan penilaian keterampilan proses
siswa.
Data yang didapat dari hasil observasi selanjutnya ditabulasi. Skor untuk
tiap-tiap aspek keterampilan proses sains dijumlahkan. Selanjutnya dengan hasil
tersebut peneliti bisa menentukan siswa berada pada kategori sangat terampil,
terampil, cukup terampil, kurang terampil, atau tidak terampil dengan
menggunakan aturan pada tabel 3.1 di bawah ini.
% Hasil Observasi Kriteria 80,1% - 100,0% Sangat terampil 60,1% - 80,0% Terampil 40,1% - 60,0% Cukup terampil 20,1% - 40,0% Kurang terampil 0,0% - 20,0% Tidak terampil
Tabel 3.1 Persentase Hasil Observasi KPS dan interpretasinya
41
F. Prosedur Penelitian
Secara umum penelitian ini diselenggarakan dalam tiga tahapan besar yaitu tahap
persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian.
Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan-persiapan yang akan dilakukan peneliti sebelum melakukan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Studi pendahuluan mengenai pendekatan inkuiri laboratorium terbimbing dan
juga objek penelitiannya meliputi:
1) Paper: mempelajari dokumen, buku sumber, laporan penelitian sejenis, artikel,
jurnal, dsb;
2) Person: berkonsultasi pada dosen pembimbing, berkonsultasi dengan ahli yang
berkaitan dengan teori yang akan diuji, mewawancarai guru sekolah yang akan
dijadikan objek penelitian
3) Place: menentukan sekolah yang cocok dengan kriteria objek penelitian yang
telah disesuaikan dengan hal yang akan diteliti
b. Menentukan SMP yang akan dijadikan objek penelitian berdasarkan beberapa
kriteria yang telah dijelaskan dibagian populasi;
c. Menyiapkan administrasi perizinan penelitian;
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran, skenario pembelajaran, LKS, dan media pembelajaran
kemudian mengkonsultasikannya pada dosen pembimbing;
e. Membuat instrumen penelitian berupa tes, lembar observasi, dan angket
42
1) Tes
Tes diberikan untuk menguji kemampuan konsep dan keterampilan proses
sains siswa sebelum treatment diberikan (pre-test) dan setelah treatment diberikan
(post-test) untuk mengetahui pengaruh dri treatment terhadap hasil belajar kognitif
siswa.
2) Lembar Observasi
Penilaian terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa meliputi aspek
mengamati, mengajukan hipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan,
melakukan percobaan, dan menerapkan konsep. Instrumen untuk mengukur
keterampilan proses sains dasar siswa terdiri dari 11 aspek. Skor yang digunakan
adalah 0 dan 1, maka skor tertinggi 1 X 11 = 11 dan skor terendah 0 x 11 = 0.
Untuk mendapatkan nilai KPS dihitung dengan persamaan (1) sebagai berikut.
����� = ∑ �� � �� ��� � � ���� �� � ���� � �100%
f. Melakukan uji coba instrumen
Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan untuk melihat validitas dan
realibilitas instrumen sehingga ketika instrumen diberikan pada siswa, instrumen
tersebut telah valid dan reliabel. Uji coba instrumen ini dilakukan pada kelas yang
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas yang akan dijadikan objek
penelitian.
(1)
43
1) Analisis Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut
mengukur yang hendak diukur (Arikunto, 2009: 65).
Nilai validitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2):
��� = � ∑ �� !∑ �"!∑ �"#!� ∑ �$ !∑ �"$"!� ∑ �$ !∑ �"$"
Keterangan:
��� : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X : skor tiap butir soal
Y : skor total tiap butir soal
N : jumlah siswa
Nilai validitas yang sudah didapat selanjutnya diinterpretasikan dengan
menggunakan aturan pada tabel 3.2 di bawah ini.
Nilai rxy Interpretasi 0,800 – 1,00 Sangat tinggi 0,600 – 0,800 Tinggi 0,400 – 0,600 Cukup 0,200 – 0,400 Rendah 0,00 – 0,200 Sangat rendah
2) Analisis Realibilitas Instrumen
Realibilitas didefinisikan sebagai kestabilan hasil yang diperoleh orang
yang sama jika dites dengan instrumen yang sama pada waktu yang berbeda.
Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat relibilitas suatu instrumen adalah
( 2)
Tabel 3.2 Nilai korelasi dan interpretasinya (Arikunto, 2009: 75)
44
dengan menggunakan metoda belah dua (split half method). Dalam menggunakan
metode ini penguji hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali.
Realibilitas tes dapat dihitung dengan persamaan (3):
�%% = &' $( ' $()%*' $( ' $( +
Keterangan:
�%% : realibilitas instrumen
�% &( % &( : korelasi antara skor-skor tiap belahan tes
Nilai realibilitas yang sudah didapat selanjutnya diinterpretasikan pula dengan
menggunakan aturan pada tabel 3.2 di atas.
3) Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
yang diujikan tergolong soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitung
tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan (4):
, = -./
Keterangan:
, : indeks kesukaran
0 : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
1� : jumlah peserta tes
Nilai tingkat kesukaran yang sudah didapat selanjutnya diinterpretasikan dengan
menggunakan aturan pada tabel 3.3.
(3)
( 4)
4) Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda
soal ditunjukkan oleh indeks diskriminasi (D).
Untuk menentukan daya pembeda pada suatu soal, seluruh pengikut tes
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok A
(upper group) dan kelompok B dengan nilai terendah (
dibagi dua kelompok, maka dapat dilihat jumlah siswa pada masing
kelompok yaitu JA untuk skor total pad
untuk skor total pada kelompok bawah (
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok atas, dan BB
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok bawah.
Jika keempat nilai tersebut sudah diketahui, maka dapat ditentukan nilai P
pada setiap kelompok di setiap butir soalnya. Dengan
(5):
Nilai koefisien tingkat kesukaran
Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda
soal ditunjukkan oleh indeks diskriminasi (D).
Untuk menentukan daya pembeda pada suatu soal, seluruh pengikut tes
ompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok A32 dengan nilai tertinggi
) dan kelompok B dengan nilai terendah (lower group
dibagi dua kelompok, maka dapat dilihat jumlah siswa pada masing
kelompok yaitu JA untuk skor total pada kelompok atas (upper group
untuk skor total pada kelompok bawah (lower group). Sedangkan BA
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok atas, dan BB
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok bawah.
Jika keempat nilai tersebut sudah diketahui, maka dapat ditentukan nilai P
pada setiap kelompok di setiap butir soalnya. Dengan menggunakan persamaan
atau
Nilai P Klasifikasi 0,00 – 0,29 Soal sukar 0,30 – 0,69 Soal sedang 0,70 – 1,00 Soal mudah
Tabel 3.3 Nilai koefisien tingkat kesukaran dan interpretasinya
(Arikunto, 2003: 210)
45
Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda
Untuk menentukan daya pembeda pada suatu soal, seluruh pengikut tes
dengan nilai tertinggi
lower group). Setelah
dibagi dua kelompok, maka dapat dilihat jumlah siswa pada masing-masing
upper group) dan JB
). Sedangkan BA
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok atas, dan BB
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh siswa di kelompok bawah.
Jika keempat nilai tersebut sudah diketahui, maka dapat ditentukan nilai P
menggunakan persamaan
interpretasinya
(5)
46
Keterangan : DP = Daya Pembeda
BU = Jumlah siswa kelompok atas yang benar
BL = Jumlah siswa kelompok atas yang salah
NU = Banyak siswa kelompok atas
NL = Banyak siswa kelompok bawah
Dengan klasifikasi daya pembeda seperti pada tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Instrumen Tes (Arikunto, 2008: 218)
Nilai P Kategori 0 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik sekali
Bertanda negatif Tidak baik
Uji coba dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2011. Instrumen tes prestasi
belajar yang diujicobakan terdiri dari 26 item pilihan ganda biasa. Tabel 3.5
menunjukkan hasil ujicoba instrumen tes prestasi belajar berdasarkan tingkat
kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Pengolahan hasil uji coba
dapat dilihat pada Lampiran C.1.a.
No. Soal
Ranah Kognitif
Tk. Kesukaran Daya Pembeda Validitas Ket.
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria 1. C4 0,26 Sukar 0,43 Baik 0,37 Rendah Dipakai 2. C4 0,88 Mudah 0,19 Jelek 0,09 Sangat rendah Direvisi 3. C3 0,91 Mudah 0,24 Cukup 0,38 Rendah Dibuang 4. C5 0,44 Sedang 0,24 Cukup 0,39 Rendah Dipakai 5. C2 0,47 Sedang 0,19 Jelek 0,24 Rendah Dibuang 6. C5 0,39 Sedang -0,05 Tidak baik 0,13 Sangat rendah Direvisi 7. C5 0,28 Sukar 0,29 Cukup 0,26 Rendah Dipakai 8. C4 0,44 Sedang 0,33 Cukup 0,25 Rendah Dipakai
Tabel 3.5 Tabulasi Analisis Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
47
No. Soal
Ranah Kognitif
Tk. Kesukaran Daya Pembeda Validitas Ket.
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria 9. C4 0,19 Sukar 0,19 Jelek 0,24 Rendah Dibuang 10. C2 0,21 Sukar 0,24 Cukup 0,32 Rendah Dipakai 11. C3 0,23 Sukar -0,09 Tidak baik 0,01 Sangat rendah Dipakai 12. C2 0,37 Sedang 0,19 Jelek 0,16 Sangat rendah Dipakai 13. C2 0,70 Sedang 0,29 Cukup 0,32 Rendah Dibuang 14. C2 0,77 Mudah 0,33 Cukup 0,30 Rendah Dipakai 15. C2 0,14 Sukar 0,19 Jelek 0,51 Cukup Dibuang 16. C3 0,54 Sedang 0,14 Jelek 0,20 Rendah Dibuang 17. C3 0,39 Sedang 0,24 Cukup 0,45 Cukup Direvisi 18. C3 0,26 Sukar -0,05 Tidak baik 0,09 Sangat rendah Dibuang 19. C3 0,33 Sedang 0,29 Cukup 0,49 Cukup Dibuang 20. C3 0,21 Sukar 0,14 Jelek 0,12 Sangat rendah Dibuang 21. C3 0,28 Sukar 0,48 Baik 0,63 Tinggi Dipakai 22. C3 0,23 Sukar 0,29 Cukup 0,38 Rendah Dibuang 23. C3 0,23 Sukar 0,09 Jelek 0,07 Sangat rendah Dipakai 24. C3 0,16 Sukar 0,05 Jelek 0,27 Rendah Dipakai 25. C2 0,49 Sedang 0,33 Cukup 0,33 Rendah Dibuang 26. C4 0,95 Mudah 0,05 Jelek 0,02 Sangat rendah Dipakai
Realibilitas Tes : 0,08 (Sangat rendah)
Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran dari 26 soal
prestasi yang telah diujicobakan adalah 15,38% dikategorikan soal yang mudah,
38,46% dikategorikan soal yang sedang, dan 46,15% dikategorikan soal yang
sukar. Apabila dilihat dari daya pembedanya, 11,54% dikategorikan tidak baik,
38,46% dikategorikan jelek, 42,31% dikategorikan cukup, dan 7,69%
dikategorikan baik. Tingkat validitas dari soal prestasi ini adalah 30,77%
dikategorikan sangat rendah, 53,85% dikategorikan rendah, 11,53% dikategorikan
cukup dan 3,85% dikategorikan tinggi. Soal ini memiliki tingkat
reliabilitas sangat rendah dengan nilai 0,08. Berdasarkan analisis soal yang telah
dilakukan, maka diperoleh 15 soal yang layak digunakan dan 11 soal tidak layak
digunakan.
Hasil uji coba soal prestasi belajar pada 43 siswa di kelas yang memiliki
karakteristik yang hampir sama dengan kelas yang dijadikan objek penelitian
menunjukkan tingkat realibilitas yang sangat rendah dan mayoritas soal yang
48
diujikan memiliki tingkat validitas yang rendah. Hal tersebut dimungkinkan
karena siswa yang dijadikan objek uji coba tidak siap dengan tes yang dilakukan.
Siswa tidak diberi tahu sebelumnya bahwa pada hari uji coba, mereka akan
melakukan tes. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mempersiapkan tes terlebih
dahulu. Soal prestasi yang diberikan pun terlalu banyak untuk bisa dikerjakan
dalam waktu 40 menit.
Instrumen tes Keterampilan Proses Sains (KPS) yang diujicobakan terdiri
dari 16 item pilihan ganda biasa. Tabel 3.6 menunjukkan hasil ujicoba instrumen
tes prestasi belajar berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan
reliabilitasnya. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.b.
No. Soal KPS
Tk. Kesukaran Daya Pembeda Validitas Ket.
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria 1. Mengamati 0,26 Sukar 0,19 Jelek 0,28 Rendah Dipakai 2. Berhipotesis 0,88 Mudah 0,38 Cukup 0,55 Cukup Direvisi 3. Berhipotesis 0,91 Mudah 0,33 Cukup 0,42 Cukup Dibuang 4. Berkomunikasi 0,44 Sedang 0,38 Cukup 0,42 Cukup Dipakai
5. Menerapkan konsep
0,47 Sedang 0,19 Jelek 0,52 Cukup Dibuang
6. Berkomunikasi 0,39 Sedang 0,19 Jelek 0,22 Rendah Direvisi
7. Merencanakan percobaan
0,28 Sukar 0,14 Jelek 0,32 Rendah Dipakai
8. Menerapkan konsep
0,44 Sedang 0,19 Jelek 0,49 Cukup Dipakai
9. Melakukan percobaan
0,19 Sukar 0,19 Jelek 0,26 Rendah Dibuang
10. Merencanakan percobaan
0,21 Sukar 0,24 Cukup 0,38 Rendah Dipakai
11. Berhipotesis 0,23 Sukar 0,43 Baik 0,47 Cukup Dipakai
12. Menerapkan konsep
0,37 Sedang 0,24 Cukup 0,38 Rendah Dipakai
13. Merencanakan percobaan
0,70 Sedang 0,38 Cukup 0,48 Cukup Dibuang
14. Berkomunikasi 0,77 Mudah 0,14 Jelek 0,39 Rendah Dipakai 15. Berhipotesis 0,14 Sukar 0,05 Jelek 0,47 Cukup Dibuang
16. Merencanakan percobaan
0,54 Sedang 0,09 Jelek 0,06 Sangat rendah
Dibuang
Realibilitas Tes : 0,67 (Tinggi)
Tabel 3.6 Tabulasi Analisis Hasil Uji Coba Keterampilan Proses Sains
49
Berdasarkan tabel 3.6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran dari 16
soal Keterampilan Proses Sains yang telah diujicobakan adalah 18,75%
dikategorikan soal yang mudah, 43,75% dikategorikan soal yang sedang, dan
37,50% dikategorikan soal yang sukar. Apabila dilihat dari daya pembedanya,
56,25% dikategorikan jelek, 37,50% dikategorikan cukup, dan 6,25%
dikategorikan baik. Tingkat validitas dari soal prestasi ini adalah 6,25%
dikategorikan sangat rendah, 43,75% dikategorikan rendah, dan 50,00%
dikategorikan cukup. Tingkat reliabilitasnya soal ini memiliki tingkat reliabilitas
tinggi dengan nilai 0,67 Berdasarkan analisis soal yang telah dilakukan, maka
diperoleh 12 soal yang layak digunakan dan 4 soal tidak layak digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut:
a. Melakukan pre-test terhadap objek penelitian (siswa)
b. Melakukan pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri lab terbimbing
sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat
c. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aspek keterampilan
proses siswa dalam kegiatan praktikum
d. Melakukan post-test terhadap objek penelitian (siswa)
Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri klaster satu di kota Bandung
tepatnya di kelas VIII A. Tabel 3.7 menunjukkan jadwal penelitian yang telah
dilakukan.
50
3. Tahap Akhir Penelitian
Tahap akhir penelitian diuraikan sebagai berikut:
a. Melakukan pengolahan data dan analisis terhadap seluruh data yang dipeoleh
b. Menentukan pengaruh suatu variabel (pendekatan inkuiri laboratorium
terbimbing) terhadap variabel lainnya (hasil belajar dan keterampilan proses
siswa).
c. Menarik kesimpulan penelitian
d. Menyajikan kekurangan dan faktor pendukung selama penelitian sebagai
patokan untuk penelitian selanjutnya
No Hari, Tanggal Pukul Kegiatan Penelitian 1 Rabu, 18-05-2011 07.20-08.40 Pre-Test 2 Rabu, 18-05-2011 10.20-11.40 Pembelajaran pertama 3 Kamis, 19-05-2011 10.20-11.40 Pembelajaran kedua 4 Selasa, 24-05-2011 12.20-13.40 Pembelajaran ketiga 5 Rabu, 25-05-2011 10.20-11.40 Pembelajaran keempat 6 Rabu, 25-05-2011 11.40-13.00 Post-Test
Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
51
Menentukan Masalah
(Studi pendahuluan)
Studi Litelatur
Studi Kurikulum
Pembuatan Instrumen Penelitian dan Perangkat
Pembelajaran
Pretest
Kegiatan Belajar
Mengajar dengan
Model
Pembelajaran
Inkuiri Lab
Terbimbing
Pengolahan Data
Uji Coba dan Analisis Instrumen
Pretest
Kegiatan Belajar
Mengajar dengan
Model Pembelajaran
Kombinasi Model
Pembelajaran DL, ID,
dan IL
Posttest
Observasi
Kesimpulan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Persiapan
Tahap Akhir
Gambar 3.2. Prosedur Penelitian
52
G. Teknik Pengolahan Data
Jika instrumen yang telah dibuat telah diujicobakan maka instrumen tersebut
diberikan pada siswa. Setelah data didapatkan, maka dilakukan pengolahan data
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas mempunyai fungsi untuk menguji kenormalan data yang
diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas juga berfungsi untuk mengetahui
apakah sampel telah mewakili populasi atau tidak. Uji normalitas pada penelitian
ini menggunakan rumus chi kuadrat. Data yang terkumpul disusun dalam satu
distribusi frekuensi terlebih dahulu. Langkah-langkah uji normalitas adalah
sebagai berikut:
a. Data yang terkumpul disusun dalam satu distribusi frekuensi;
b. Menentukan batas-batas kelas interval;
c. Menentukan titik tengah kelas interval;
d. Menuliskan frekuensi (f) bagi tiap-tiap kelas interval;
e. Menentukan fx, yaitu hasil kali frekuensi dengan titik tengah. Berdasarkan
jumlah fx dapat dihitung rerata dan standar deviasi;
f. Dengan menggunakan rerata dan standar deviasi yang telah diketahui,
selanjutnya menghitung angka standar atau z score batas nyata kelas interval
2 = 3� �45
g. Menentukan batas daerah dengan menggunakan tabel “luas daerah di bawah
lengkung normal standar dari 0 ke z;
h. Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval dengan cara sebagai berikut:
(6)
53
6 = |6% − 6&| dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas atas kelas interval,
I2 yaitu luas daerah batas bawah kelas interval;
i. Luas daerah menggambarkan presentase bagian dalam bandingannya dengan
luas seluruh kurva yang berjumlah 100%. Bilangan yang menunjukkan luas
daerah ini kemudian dikalikan dengan bilangan 100. Bilangan hasil perkalian
dengan 100 itulah frekuensi yang diharapkan (fh) dari perhitungan Chi-
kuadrat yang akan dilakukan;
j. Dalam menggunakan rumus Chi-kuadrat biaya bilangan yang menunjukkan
frekuensi yang diobservasi (fo) dan frekuensi yang diharapkkan (fh). Di dalam
tabel kerja telah tertera bilangan-bilangan dimaksud. Frekuensi yang
diobservasi (fo) adalah frekuensi pada setiap kelas interval tersebut.
2. Uji Hipotesis
a. Uji statistik parametrik
Uji statistik parametrik adalah uji t satu perlakuan yaitu untuk menguji
apakah data yang diperoleh mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak. Uji
statistik parametrik digunakan jika data memenuhi asumsi statistik, yaitu jika
terdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen.
Uji t dilakukan dengan mencari harga thitung dari selisih antara skor pretes
dan postes dengan menggunakan rumus:
9 = :�; ∑ �&<=!= − 1"
(6)
(7)
54
Dengan:
Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest
xd = deviasi dari masing-masing subjek
x2d = jumlah kuadrat masing-masing deviasi
N = subjek pada sampel
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel distribusi t untuk tes
dua ekor. Jika –ttabel < thitung < ttabel maka disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan mean yang signifikan antara skor pretes dan skor postes. Cara
mengkonsultasikan thitung dengan ttabel yaitu:
1) Menentukan derajat kebebasan v= Ni-1
2) Melihat tabel distribusi t untuk tes dua ekor pada taraf signifikansi tertentu,
misalnya pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95%. Bila pada v yang
diinginkan tidak ada maka diadakan interpolasi.
b. Uji t’
Jika setelah uji homogenitas ternyata data tidak memiliki variansi yang
tidak homogen namun terdistribusi normal, maka statistik yang dapat digunakan
adalah uji t’ yaitu sebagai berikut:
9′ = |�4' �4$|>?'$@'*?$$@$
Dengan kriteria pengujian adalah terima hipotesisi H1 jika:
9′ ≥ B%9% + B&9&B% + B& , Dengan B% = 5'$�' ; B& = 5$$�$ ; 9% = 9!% F"!�' %" ; 9& = 9!% F"!�$ %".
(8)
(9)
55
c. Uji statistik non-parametrik
Uji statistik non-parametrik digunakan jika sampel tidak terdistribusi
normal, maka dapat menggunakan uji wilcoxon. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam uji Wilcoxon adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftar rank
2) Menghitung nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif
dan rank negatif. Nilai W diambil salah satunya.
3) Menentukan nilai W dari tabel. Jika n>25, maka nilai W dihitung dengan
rumus:
G = �!� + 1"4 − I>�!� + 1"!2� + 1"24
(Panggabean, 2001: 159)
4) Pengujian hipotesis
Jika W > Wα(n), maka hipotesis H1 ditolak.
Jika W < Wα(n), maka hipotesis H1 diterima.
3. Uji Gain Ternormalisasi
Pretest dan posttest serta keterampilan-keterampilan yang diperoleh dari
pengamatan selama proses pembelajaran ditabulasikan dan ditentukan rata-rata
prosentasenya. Rata-rata skor pre test dan post test yang menunjukkan penguasaan
konsep serta rata-rata skor keterampilan awal dan akhir yang menunjukkan aspek
56
psikomotorik dianalisis untuk menentukan gain atau peningkatannya dengan rumus
Hake (Hake, 2002).
Keterangan : g(gain)= peningkatan hasil belajar
Spre-test = rata-rata pre-test atau keterampilan awal (%)
Spost-tes t= rata-rata post-test atau keterampilan akhir (%)
Hake ( 2002) mengklasifikasikan gain sebagai berikut:
<g> -tinggi : <g> > 0.7;
<g> - Sedang : 0.7 > <g> > 0.3;
<g> - Rendah : <g> < 0.3.
(10)