rumah kasih fitri

Upload: ken-adi-sayekti

Post on 10-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Contoh sinopsis cerpen yang ga logis.

TRANSCRIPT

RUMAH KASIH FITRI

RUMAH KASIH FITRI

Pemain:

1. Ibu Panti Pemilik rumah singgah yang baik hati dan bijaksana, berumur pertengahan 50. Impiannya membuka sebuah rumah singgah tercapai ketika suatu hari salah seorang kerabatnya menitipkan anaknya karena ia hendak bekerja menjadi TKI.2. Bibi Pembantu Rumah Tangga yang sudah bekerja di rumah Ibu Panti sejak bertahun-tahun lalu, berumur akhir 403. Pak Kebun Tukang Kebun yang bertugas menjaga kebun sayur dan bunga di panti agar tetap subur dan aman dari gangguan anak-anak panti yang jahil.4. Dinda Gadis berusia 12 tahun, duduk di kelas 1 SMP yang energik tapi sembrono dan pelupa. Ia kadang tinggal dengan kerabat dari ibunya. Tetapi karena jauh dari tempatnya bersekolah, ia lebih memilih tinggal di panti.5. Ranti Gadis berusia 14 tahun berambut panjang yang pendiam. Anak-anak panti yang punya PR susah seringkali bertanya padanya. Yatim-piatu dan tidak memiliki kerabat lagi.6. Tia Teman sekamar Dinda yang berusia 12 tahun. Dititipkan oleh orang tuanya di panti karena alasan biaya. Memiliki beberapa kerabat yang kadang datang menjenguknya.7. Bagas Remaja berusia 12 tahun yang sebatang kara tapi sangat suka membaca dan menulis, bercita-cita menjadi seorang jurnalis suatu saat nanti.8. Agus Remaja 14 tahun, mantan anak jalanan yang ditemukan oleh Ibu Panti dan diajak tinggal di panti dan disekolahkan. Orang tuanya kadang suka menjenguknya.Sinopsis:

Dinda, Ranti, Tia, Bagas, Agus dan sejumlah anak lain adalah anak-anak yang tumbuh bersama di sebuah rumah singgah yang dikelola Ibu Panti. Dengan beragam latar belakang mereka berusaha memahami satu sama lain. Walaupun berasal dari berbagai tempat dan keluarga namun mereka merupakan sebuah keluarga besar yang selalu berusaha untuk memecahkan masalah bersama-sama, dengan bantuan Ibu Panti, Bibi, dan Pak Kebun.

Suatu siang yang panas, sementara Pak Kebun berusaha menyelamatkan tanaman-tanamannya dari teriknya matahati dengan dibantu beberapa anak panti, tiba-tiba terdengar jeritan dari dalam kamar Dinda. Ibu Panti yang sedang memasak segera datang tergopoh-gopoh.

Ada apa Dinda? Tanya Ibu Panti. Dinda menoleh dengan bingung sambil memegangi dompet dan tasnya.

Anu, Buuang saya hilang. Seratus ribu rupiah. Semalam sebelum saya tidur, uang ini saya masukkan ke dalam dompet yang kemudian saya masukkan ke dalam tas. Tapi barusan, ketika hendak saya ambil untuk saya gunakan membeli beberapa keperluan, uang itu tidak bias saya temukan dimanapun, jawab Dinda yang terlihat hamper menangis.

Ibu Panti masuk ke dalam kamar Dinda sambil merangkul dan menenangkannya.

Sudahkah kamu mencarinya dengan lebih teliti? Mungkin saja kamu lupa dimana kamu menaruh uang tersebut, kata Ibu Panti. Dinda menggeleng dan mulai menangis, saya yakin, bu. Saya menaruhnya di dalam dompet lalu dompetnya saya masukkan ke dalam tas.

Tenanglah dulu. Sekarang berhentilah menangis dan cuci mukamu. Ibu tunggu di ruang makan. Jangan lupa panggil anak-anak lain ya.

Setelah Ibu Panti pergi untuk kembali memasak, Dinda menutup pintu kamarnya sambil mulai berpikir, siapakah pencuri uangnya. Tia, teman sekamarnya, tidak mungkin karena Tia sedang menginap di rumah sepupunya sejak dua hari yang lalu. Sedangkan Dinda baru mendapatkan uang itu semalam dari salah seorang kerabat ibunya yang datang berkunjung. Lalu siapa? Di dalam kepalanya ia mulai merunut kejadian-kejadian yang ia dan teman-temannya sesama penghuni panti sejak semalam ketika Bagas mengetuk pintu kamarnya.

DindaDin, ayo makan. Ibu Panti menyuruh aku memanggil kamu, teriak Bagas dari balik pintu. Dengan pikiran yang masih terus bekerja mencari tahu siapa pencurinya ia segera keluar dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Di ruang makan, suasana makan siang bersama tidak terlalu bersemangat. Ayo anak-anak, bereskan piringnya. Hari ini giliran siapa membantu Bibi mencuci piring? Sudahkah kalian mengerjakan PR kalian? Yang sudah menyelesaikan tugasnya jangan membuat keributan ya, kata Ibu Panti mengingatkan sambil menghampiri Dinda yang masih duduk di meja makan.

Ayo kita ke ruang duduk. Ibu akan memanggil anak-anak lain dan kita akan menyelesaikan masalah uangmu, kata Ibu Panti kepada Dinda yang segera beranjak menuju ruang tamu.

Sambil menunggu Ibu Panti datang beserta anak-anak lainnya, Dinda mulai teringat akan hal-hal yang dilihatnya sepanjang pagi hingga siang ini. Semalam, setelah sang paman pulang, seingatnya ia memasukkan uangnya ke dalam dompet. Tapi ketika uang itu tak ditemukannya, ia mulai mencurigai beberapa anak panti.

Tadi pagi kulihat Bagas di sekolahnya sedang membeli banyak sekali makanan. Darimana ia mendapatkan uang? Tidak ada kerabat yang pernah mengunjungi Bagas, apalagi memberinya uang. Lalu darimana ia mendapatkan uang untuk jajan sebanyak itu? Pikir Dinda. Kecurigaannya terhadap Bagas semakin menjadi ketika ia teringat tadi sepulang sekolah Bagas membawa dua kantong belanja dari sebuah minimarket dekat panti. Pasti dia!! Hampir tidak pernah kulihat Bagas berbelanja kebutuhannya. Belum lagi tadi ia sempat memamerkan sebuah buku baru untuk dipinjamkan padaku. Bah!! Pasti dia pencurinya

Dengan marah Dinda bangkit dan segera menuju ke kamar Bagas. Tetapi yang dicari ternyata tidak ada di dalam kamarnya. Huh, pasti dia sedang pergi menghambur-hamburkan uang hasil curiannya. Awas nanti, kulaporkan pada Ibu Panti, piker Dinda berang. Dalam perjalanannya menuju dapur, ia bertabrakan dengan Ibu Panti yang sedang menuju ruang duduk.

Ada apa Dinda? Apakah kamu sudah berhasil menemukan uangmu atau ingat dimana kamu letakkan? Kelihatannya kamu sangat terburu-buru, kata Ibu Panti.

Tidak, bu. Tapi saya sudah tahu siapa pencurinya. Apakah Ibu sudah menyuruh anak-anak lain berkumpul di ruang duduk?

Sudah, mereka akan segera datang setelah mereka menyelesaikan tugas mereka. Tapi barusan kamu berkata bahwa kamu sudah tahu siapa pencurinya. Apakah kamu punya bukti kuat, Dinda? tegur Ibu Panti. Bagaslah pencuri uang saya, bu! Saya tahu pasti dia! Bagaimana tidak, buBagas tidak memiliki keluarga yang pernah datang mengunjunginya dan memberinya uang. Lalu pagi tadi di sekolah, saya melihatnya membeli banyak sekali makanan. Belum lagi siang tadi saya berpapasan dengan Bagas dan ia membawa beberapa kantong belanja dari minimarket. Darimana ia mendapatkan uangnya jika bukan dari mencuri uang saya, bu? jawab Dinda dengan penuh emosi.

Kita tidak tahu darimana Bagas mendapatkan uangnya. Tapi tidak baik menuduh orang seperti itu jika kita tidak memiliki bukti yang kuat, Dinda. Jawab Ibu Panti.

Sambil terburu-buru masuk ke kamar, Dinda menyambar tasnya. Alangkah terkejutnya ia ketika novel yang dibacanya semalam jatuh dan di sanalah, di lantai, tergeletak selembar uang seratus ribuannya. Pikirannya kembali melayang kepada kejadian semalam, rupanya setelah mendapat uang itu, ketika kembali ke dalam kamar alih-alih ia menyimpan uangnya di dalam dompet, ia malah naik ke tempat tidurnya dan melanjutkan bacaannya dan menyelipkan uangnya di antara lembaran novelnya. Ketika mengantuk, ia kemudian meletakkan buku tersebut di atas meja belajarnya dan melupakan bahwa seharusnya ia menyimpan uang tersebut di dalam dompetnya.

Dengan rasa bersalah ia menghampiri Bagas yang sedang diinterogasi oleh Ibu Panti di ruang duduk.

Maafkan aku, Gas. Aku tidak seharusnya menuduhmu seperti itu. Aku yang salah. Uangku kutemukan terselip di novel yang kubaca semalam. Dan aku tidak ingat menaruhnya di situ. Karena kulihat kamu begitu royal hari ini, kupikir kamulah yang mencuri uangku, kata Dinda dengan penuh penyesalan. Tetapi Bagas hanya tertawa, Aku tidak marah. Waktu Ibu Panti menanyaiku, aku hanya berkata bahwa aku tidak mencuri uangmu. Aku mendapat uang itu dari memenangkan lomba menulis cerpen di sebuah majalah. Tidak ada yang tahu karena aku melakukannya diam-diam. Dan malam ini sebenarnya aku berniat membeli sedikit kue untuk kita makan bersama di sini sekaligus merayakan kemenanganku. Aku sudah menjelaskan ke Ibu Panti juga.

Dinda, Ibu sudah bilang bahwa tidak baik menuduh seseorang jika kita tidak memiliki bukti yang kuat. Tapi karena kamu sudah minta maaf kepada Bagas dan Bagas juga sudah memaafkan kamu, kasus ini sudah selesai. Ibu harap kamu akan lebih teliti lagi dalam menyimpan barang-barangmu sehingga tidak ada lagi kejadian seperti ini ke depannya. Kata Ibu Panti seraya merangkul mereka berdua.