roseola infantum

Upload: theodoradolorosa

Post on 09-Oct-2015

141 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

pbl 12

TRANSCRIPT

Roseola Infantum

Ahmed Haykal Hilman10.2008.160Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Roseola infantum merupakan penyakit yang sering diderita pada bayi. Penyakit ini disebabkan oleh human herpesvirus 6 (HHV-6). Virus ini telah diisolasi pada tahun 1986. Kebanyakan (70-95%) bayi baru lahir adalah seropositif untuk HHV-6, menggambarkan antibodi transplasenta. Frekuensi seropositif turun antara umur 4 dan 6 bulan (5-50%). Pada umur 1-2 tahun, lebih dari 90% bayi adalah seropositif. Hampir semua orang dewasa adalah seropositif, walaupun titer HHV-6 mungkin lebih rendah daripada pada anak.

Infeksi yang terjadi sama pada kedua jenis kelamin dan terjadi di seluruh musim dalam setahun dengan insiden agak lebih tinggi pada akhir musim semi dan awal musim panas. Wabah kecil Roseola diperantarai HHV-6 terdokumentasi pada populasi yang padat, seperti panti asuhan. Masa inkubasi yang tercatat dari wabah kecil dan infeksi eksperimental adalah 5-15 hari. Belum ada profilaksis dan pengobatan bagi penderita yang terkena infeksi HHV-6.

ISI

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.

Hal-hal yang bisa ditanyakan adalah :

Identitas Menanyakan keluhan utama : Ruam kemerahan di seluruh tubuh, yang diawali dengan demam tinggi dan batuk pilek. Menanyakan lokasi ruam Kapankah mulai muncul ruam Apakah setelah ruam muncul demam tetap atau turun Adakah gejala lain seperti, batuk pilek, sakit kepala, sakit perut Bagaimana perjalanan ruam Menanyakan sudahkah dilakukan pengobatan Riwayat imunisasi Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan Fisik & Penunjang

Umum : Meliputi tingkat kesadaran. Antara lain pemeriksaan yang dilakukan ialah memeriksa suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan frekuensi nafas pasien.Inspeksi : Terlihat ruam makula eritematous di seluruh tubuh, terutama wajah, leher, punggung dan ekstremitas atas.Palpasi : -Perkusi : -Auskultasi : -

Penunjang : Dari pemeriksaan darah rutin, selama hari pertama demam angka sel darah putih rata-rata 8.000/mm dengan kenaikan neutrofil. Pada demam hari ke 3-4 angka sel darah turun sampai 6.000/mm, terkadang dengan neutropenia absolut dan limfositisis yang dapat setinggi 90%. Cairan serebrospinal normal, walaupun DNA HHV-6 mungkin terdeteksi dengan reaksi rantai polimerase (RRP).

Working Diagnosis

Roseola Infantum : Roseola Infantum mempunyai nama lain Exantem Subitum, merupakan suatu penyakit virus menular pada bayi atau anak-anak yang biasanya terjadi pada usia kurang dari 2 tahun. Biasanya menyerang bayi usia 9-12 bulan. Ditandai dengan demam tinggi selama 3-4 hari yang diikuti munculnya ruam makulopapular setelah demam turun.

Penegakan diagnosis dibuat dari gambaran klinis berupa adanya demam tinggi selama 3-4 hari dan setelah demam turun akan muncul ruam makulopapular di seluruh tubuh, mulai dari badan, menyebar ke lengan dan leher, dan melibatkan muka dan kaki. Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan akan menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa adanya hiperpigmentasi. Dapat terjadi pembengkakan limfonodi servikal, retroaurikular dan oksipital. Limpa juga agak membesar. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukopenia dan leukositosis relatif. Adanya HHV-6 dapat ditemukan dengan kultur darah, tes serologi atau PCR.

Differential Diagnosis

Morbili : Disebut juga Measles, Rubeolla atau Campak. Merupakan suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium : prodormal, erupsi dan konvalesence. Penyebabnya, virus Morbili, adalah virus RNA dari Famili Paramyxoviridae. Gejalanya dari stadium prodormal (3-5 hari), demam, 3C (cough, conjunctivitis, coryza) dan koplik spot. Stadium erupsi didapat ruam makulapopular eritematous, konfluens, menyebar dari belakang telinga ke seluruh tubuh, demam bertahan 3 hari sesudah menyebar ke seluruh tubuh, suhu badan mencapai puncak saat ruam mulai muncul. Stadium kovalesens, didapat demam turun dan ruam meninggalkan bekas hiperpigmentasi. Pemeriksaan lab didapatkan leukopenia, limfopenia, IgM anti Morbili (+) dan deteksi antigen dengan PCR dan fluorescent antibody stainning dari apus nasofaring. Diberikan terapi suportif Vit A, antipiretik, antikonvulsan, pemberian cairan dan nutrisi yang cukup. Pencegahan diberikan imunisasi campak dan imunisasi MMR.

Rubella : Disebut juga Campak jerman, adalah suatu penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola) dan pembesaran serta nyeri limfonodi paskaoksipital, retroaurikuler dan servikalis posterior. Penyebabnya, virus Rubella, adalah virus RNA dari Famili Togaviridae. Gejala dimulai dari fase prodormal (1-5 hari), dimana fasenya lebih pendek dari fase prodormal campak dan ringan. Onset dimulai sebelum muncul ruam, terdiri dari demam, nyeri mata, nyeri tenggorokan, artralgia. Tanda yang paling khas adalah adenopati retroaurikuler, servikal posterior dan dibelakang oksipital. Ruam terdiri dari bintik-bintik merah pada palatum molle yang dapat menyatu dan meluas pada rongga belakang mulut. Limfadenopati muncul sebelum ruam terlihat. Eksantem dan ruam mulai dari muka dan meluas ke seluruh tubuh. Demam ringan ada selama ruam dan meneteap 1-3 hari. Pada pemeriksaan lab, leukosit normal atau sedikit menurun dan trombositopeni jarang, IgM anti Rubella (+). Diberikan terapi suportif (self limited), simtomatis dan analgetik. Istirahat yang cukup. Untuk pencegahan diberikan imunisasi MMR.

Hand, Foot and Mouth Disease : merupakan suatu penyakit infeksi virus akut yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. Hand, foot, and mouth disease merupakan infeksi enteroviral yang mudah menular terutama pada anak-anak. Hand, foot, and mouth disease biasanya lebih sering menyerang anak-anak usia 2 sampai 10 tahun. Penyebab tersering disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA 16) dan human enterovirus 71 (HEV71). Gejalanya dimulai dari fase prodormal (1-2 hari) demam ringan, fatigue, malaise, nyeri tenggorokan dan mulut, lalu fase erupsi timbul lesi papulovesikuler dalam rongga mulut (oral mukosa, gusi, lidah), telapak tangan dan kaki yang bertahan 1 minggu. Perkembangan lesi dimulai dengan timbulnya makula merah yang berkembang cepat menjadi vesikel berbentuk oval, elips. Setelah vesikel pecah dan membentuk krusta, lesi akan sembuh dalam waktu 7 sampai 10 hari. Pada pemeriksaan lab, Jumlah leukosit berjumlah 4000-16000/L, Polymerase Chain Reaction untuk mendiagnosis secara tepat dan spesifik untuk membedakan penyebab HFMD apakah coxsackievirus A16 atau enterovirus 71. Penularan dapat melalui droplet dan kontak langsung lesi atau feses penderita. Terapi berupa edukasi untuk mencegah penularan, tatalaksana topikal dan sitemik. Tatalaksana topikal diantaranya yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi sebelum makan berupa larutan dyclonine hydrochlorida 0,5% atau gel lidokain untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada lesi di mulut saat penderita makan. Tatalaksana sistemik diantaranya berupa terapi simptomatik yaitu pemberian antipiretik untuk mengatasi demam dan analgesik untuk mengatasi arthralgia. Pencegahan vaksin belum ada, pencegahan sekunder dengan higienitas yang baik dan menghindari kontak dengan penderita.

Etiologi

HHV-6 adalah agen etiologi pada sekurang-kurangnya 80-92% kasus exanthema subitum. HHV-6 merupakan salah satu dari tujuh virus herpes manusia. Diameter virus ini besar (185-200 nm), berselubung, merupakan virus DNA helai ganda sekitar 170 kilobasa. Pada mulanya diisolasi dari sel darah perifer manusia, bereplikasi pada sel T manusia baik sel CD4 maupun CD8, monosit, megakariosit, sel pembunuh alamiah, sel glia, dan sel epitel serta sel salivarius. HHV-6 ini mempunyai 2 varian, yaitu human herpesvirus varian A yang tidak menyebabkan suatu penyakit, dan human herpes virus varian B yang paling banyak menyebabkan infeksi HHV-6 primer. Virus ini menyebar melalui air ludah (droplet) dan sekret genital.

Epidemiologi

Infeksi HHV-6 paling banyak ditemukan pada 2 tahun (puncak 9-12 bulan) pertama kehidupan. Kebanyakan (70-95%) bayi baru lahir adalah seropositif untuk HHV-6. Frekuensi seropositif turun antara umur 4-6 bulan. Pada umur 1-2 tahun lebih dari 90% bayi adalah seropositif. Morbiditas penyakit ini rendah pada bayi dengan imunokompenten karena menyebabkan gejala yang ringan, akan tetapi mortalitas tinggi pada orang dewasa yang menderita imunodefisiensi karena dapat menimbulkan beberapa gejala seperti depresi saluran pernapasan, kejang dan gangguan multiorgan sehingga dapat menyebabkan kematian. Insidens Roseola infantum tidak dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin. Infeksi terjadi secara sama pada kedua jenis kelamin dan terjadi di semua musim. Wabah kecil roseola terdokumentasi pada populasi yang rapat, seperti panti asuhan.

Patofisiologi

HHV-6 sering terdeteksi dalam saliva manusia dan kadang pada sekret genital. Infeksi primer dapat disertai dengan gejala-gejala atau dapat tidak bergejala. Viremia dapat dideteksi pada 4-5 hari pertama Roseola klinis dengan rata-rata sel terinfeksi 103 per 106 sel mononuklear. Jumlah virus dalam darah dihubungkan secara langsung dengan keparahan penyakit. Terdapat respon imun kompleks yang tersusun dari induksi berbagai sitokin (interferon alfa dan gamma, interleukin beta, faktor nekrosis tumor alfa), respon antibodi, dan reaktivitas sel-T.

Hilangnya viremia primer, demam, dan munculnya ruam biasanya dihubungkan dengan munculnya antibodi anti-HHV-6 neutralisasi serum dan mungkin menaikkan aktivitas sel pembunuh alami. Antibodi transplasenta melindungi bayi muda dari infeksi. Infeksi sel sumsum tulang in vitro menekan diferensiasi sel pendahulu dari semua deretan sel. Infeksi HHV-6 in vitro menghambat respon limfoproliferatif sel mononuklear darah perifer manusia.

Kadar antibodi yang tinggi pada orang dewasa, seiring dengan pelepasan virus dalam ludah, dan deteksi asam nukleat virus dalam kelenjar ludah dan sel mononuklear darah perifer pada anak yang seropositif dan orang dewasa mendukung keadaan latensi HHV-6 yang hidup lama. Sifat reaktivasi penyakit dapat terjadi pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, terutama pada mereka yang mempunyai defek pada imunitas seluler, seperti pada penderita transplan atau AIDS.

Manifestasi Klinis

Infeksi HHV-6 mulai dengan gejala mendadak, demam setinggi 39,4-41,2 C, fontanella anterior mencembung sehingga dapat timbul kejang. Kejang dapat terjadi pada stadium pra-eruptif Roseola. Mukosa faring mungkin sedikit meradang dan sedikit koryza, biasanya anak tampak relatif baik walaupun demam. Demam turun dengan cepat pada hari ke 3-4, ketika suhu kembali normal, erupsi berbentuk makulopapular tampak diseluruh tubuh, mulai pada badan, menyebar ke lengan dan leher, dan melibatkan muka dan kaki. Ruam menghilang dalam 3 hari. Deskuamasi jarang dan tidak ada pigmentasi. Limfonodi dapat membesar terutama di daerah servikal tetapi tidak meluas seperti pada ruam rubella.

Berikut uraian gejala klinis roseola terkait HHV-6 : Demam Tingkat maksimum : 39-40 oC Lamanya : 3-4 hari Ruam Hari kemunculan : 3-5 hari sesudah mulai demam Lamanya : 3-4 hari Tandanya : Makular, menyatu (seperti campak), 40%; Papular (seperti rubella), 55%. Tempat : leher, perut, badan, punggung, tungkai Tanda dan gejala terkait Adenopati oksipital atau servikal : 30-35% Tanda atau gejala pernafasan : 50-55% Diare ringan : 55-70% Kejang : 5-35% Edema palpebra : 0-30% Pencembungan fontanella anterior : 26-30% Faringitis papuler : 65%

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Tidak ada metode untuk profilaksis yang diketahui. Pada bayi dan anak muda yang cenderung konvulsi, pemberian sedatif ketika mulai muncul demam roseola mungkin efektif sebagai profilaksis terhadap kejang. Antipiretik mungkin membantu dalam mengurangi sebagian demam dan menenangkan kegelisahan. HHV-6 rentan pada gansiklovir dan jauh kurang pada asiklovir. Namun tidak ada penelitian yang menggunakan agen ini pada terapi untuk kasus infeksi HHV-6 berat.

Non Medikamentosa

Setelah demam turun, sebaiknya anak dikompres dengan menggunakan handuk atau lap yang telah dibasahi dengan air hangat guna menjaga tidak terjadinya demam kembali. Tidak menggunakan es batu, air dingin, alkohol maupun kipas angin.

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya penyakit ini, dapat dilakukan dengan menjaga daya tahan tubuh karena penyakit ini disebabkan oleh virus sehingga apabila daya tahan tubuh kita lemah maka virus akan dengan mudah menyerang.

Selain itu hendaknya menghindari kontak dengan penderita karena penularan penyakit ini melalui droplet dan dahak yang keluar saat mereka bicara, tertawa, bersin atau batuk sehingga dapat terhirup oleh kita. Untuk mencegah penularan Roseola infantum pada lingkungan, anak yang sakit diberi izin tidak masuk sekolah selama 10 hari.

Untuk pencegahan terjadinya dehidrasi akibat demam, anjurkan anak untuk minum banyak air putih.Komplikasi

Beberapa komplikasi dari roseola infantum :

Kejang demam Suhu tubuh anak dapat dengan cepat meningkat sehingga menyebabkan kejang. Ensephalitis Apabila infeksi sampai menuju otak dapat menyebabkan ensefalitis. Meningitis. Meningitis dapat terjadi pada 3 dari 8 anak dengan kejang demam dan 3 dari 3 anak dengan ensefalitis karena adanya HHV-6 pada cairan serebrospinal.

Prognosis

Prognosis Roseola adalah baik kecuali pada penderita yang jarang menderita hiperpireksia ekstrem, kejang-kejang menetap, ensefealitis berat atau hepatitis.

PENUTUP

Roseola infantum adalah suatu penyakit virus menular pada bayi atau anak-anak yang sangat muda, yang menyebabkan ruam dan demam tinggi. Menurut etiologinya Roseola infantum disebabkan oleh HHV-6. Gejala klinis dari Roseola infantum adalah adanya demam tinggi pada hari ke 3-4 kemudian munculnya ruam makulopapuler di seluruh tubuh ketika demam turun. Diagnosis ditegakkan dari gejala dan pemeriksaan fisik. Komplikasi dari Roseola infantum dapat berupa Kejang demam, Ensefalitis, dan Meningitis. Prognosis Roseola adalah baik. Pengobatan Roseola infantum dengan pemberian antipiretik, kompres hangat, asupan cairan yang manis, cairan elektrolit dan obat antivirus. Pencegahan penyakit ini adalah dengan menjaga daya tahan tubuh dan menghindari kontak dengan penderita. Penderita diisolasi 10 hari agar tidak menularkan pada lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman, Arvin, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Vol.2. Terjemahan Oleh : Wahab AS. Jakarta: EGC; 2000.2. Kohl, S. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta : EGC, 2002.3. Hassan, et all. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika, 2000.4. Jonathan Gleadle. Alih bahasa: dr. Annisa Rahmalia. Editor: Amalia Safitri. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : EMS; 20055. Davey Patrick. Alih bahasa : dr. Annisa Rahmalia, dr. Cut Novianty R. editor: Amalia Safitri. Manifestasi Klinis dan Penyakit Medis. Jakarta : Erlangga; 20036. Price, A.S et all. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol. II. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006 7. Starling JC. Virus Infection. In: Burn T et al, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 8th Ed. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2010.

12