road map program konservasi energi … reduksi emisi 9.1 maksud dan tujuan maksud dari penyusunan...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-1
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
BAB IX
ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI
DAN REDUKSI EMISI
9.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penyusunan Road-map program konservasi energi dan reduksi emisi
CO2E di industri baja dan pulp &kertas ini adalah agar tersedia suatu peta program
pelaksanaan/implementasi konservasi energi dan reduksi emisi CO2E yang jelas
(memiliki arah dan target) serta berkesinambungan.
Tujuan dari roadmap adalah:
1. Mengoptimalkan penggunaan/konsumsi energi di industri baja dan pulp
&kertas melalui program monitoring dan evaluasi indikator intensitas konsumsi
energi serta memetakan kendala (teknologi) sehingga ditemukan solusi yang
tepat/sesuai kebutuhan industri baja dan pulp & paper dalam rangka
optimalisasi konsumsi energi dan reduksi emisi CO2E.
2. Pencapaian target penurunan emisi CO2E di industri baja dan pulp & paper
sebesar 5% di tahun 2020.
Fokus area yang dikaji untuk penyusunan road-map ini dibatasi pada area konsumsi
energi industri, parameter konsumsi energi, kuantitas/kapasitas produksi, teknologi
yang digunakan serta kondisi kualitas SDM dan organisasi energi.
9.2 METODOLOGI DAN PENDEKATAN TEKNIS
Perbaikan IKE dan Penurunan jumlah emisi/faktor emisi di Industri Baja dan Pulp &
Kertas diarahkan dapat berlangsung secara berkesinambungan sehingga diperlukan
suatu inisiasi program yang terarah, terencana dan memiliki target pencapaian. Oleh
karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1) Transfomasi (perubahan) paradigma di industri baja dan pulp & kertas
mengenai program KE dan PE;
2) Inisiasi implementasi teknologi efisiensi energi (teknologi yang memiliki
intensitas konsumsi energi lebih baik dari eksisting);
3) Pelaksanaan program KE & RE di Industri Baja dan Pulp & kertas secara
holistic dan berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero)
Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor
faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. Alur pikir
yang dikembangkan untuk menyusun strategi t
berdasarkan:
1) Pre-disposing factors;
(sumber daya manusia) berdasarkan perspektif organisasi energi, faktor pola
sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses y
digunakan.
2) Enabling factors;
(enabling) dari faktor
antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan
teknologi yang lebih efi
3) Reinforcing factors; pemetaan faktor
faktor predisposing dan enabling faktor. Perspektif
lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat
membantu implementasi
Gambar 9.1Faktor
Dengan terpetakannya berbagai
pelaksanaan yang efektif
Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
ementerian Perindustrian Republik Indonesia
Energy Management Indonesia (Persero)
Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor
faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. Alur pikir
yang dikembangkan untuk menyusun strategi tersebut melalui pemetaan
disposing factors; pemetaan faktor-faktor kendala pada faktor SDM
(sumber daya manusia) berdasarkan perspektif organisasi energi, faktor pola
sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses y
Enabling factors; pemetaan faktor-faktor yang dapat mengaktifkan
(enabling) dari faktor-faktor predisposing. Perspektif dari faktor enabling
antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan
teknologi yang lebih efisien.
Reinforcing factors; pemetaan faktor-faktor yang dapat memperkuat faktor
faktor predisposing dan enabling faktor. Perspektif reinforcing factor
lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat
membantu implementasi teknologi hemat energi.
Faktor-faktor pengaruh pelaksanaan konservasi energi di industri
engan terpetakannya berbagai faktor-faktor tersebut maka strategi dan metode
pelaksanaan yang efektif (tepat sasaran) dan optimal dapat dicapai.
Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
9-2
2011
Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor-
faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. Alur pikir
ersebut melalui pemetaan
faktor kendala pada faktor SDM
(sumber daya manusia) berdasarkan perspektif organisasi energi, faktor pola
sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses yang
faktor yang dapat mengaktifkan
faktor predisposing. Perspektif dari faktor enabling
antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan
faktor yang dapat memperkuat faktor-
reinforcing factor antara
lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat
faktor pengaruh pelaksanaan konservasi energi di industri
strategi dan metode
dapat dicapai.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-3
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Pendekatan teknis dan tahapan analisis yang dilakukan dapat dilihat pada diagram
berikut.
Gambar 9.2 Diagram alir penyusunan roadmap KE dan RE
1. Audit energi di industri baja (35 industri )dan industri pulp & kertas (15
industri). Melalui pelaksanaan audit energi diperoleh beberapa hal berikut:
� Kondisi masing-masing industri mencakup kapasitas dan jenis produksi,
potret penggunaan energi, potret kondisi SDM dan manajemen energi,
peluang konservasi energi dan reduksi emisi.
� Karakteristik operasi dan penggunaan energi di masing-masing industri.
� Berbagai kegiatan konservasi energi dan reduksi emisi yang telah dilakukan
oleh pihak industri.
2. Pemetaan dan evaluasi berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh
industri dalam implementasi konservasi energi dan reduksi emisi.
� Faktor-faktor hambatan/kendala berdasarkan aspek ketersediaan energi;
teknologi; SDM; Finansial.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-4
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
� Strategi implementasi (pemberdayaan enabling factors dan regulasi yang
diperlukan sebagai reinforcing factors) untuk menurunkan intensitas
konsumsi energi dan penurunan emisi.
3. Tinjauan perencanaan strategis eksisting yang memiliki keterkaitan dengan
road map konservasi energi dan penurunan emisi di industri baja.
� Kebijakan program konservasi energi dan reduksi emisi eksisting yang
menguatkan pada program insentif dan pilot project yang dapat digunakan
sebagai testimoni keberhasilan program implementasi program KE & RE.
� Strategi pengembangan industri baja nasional yang dapat mendukung road
map KE dan RE.
� Strategi pengembangan infrastruktur yang dapat mendukung akselerasi
implementasi KE dan RE.
4. Kerangka waktu penyusunan road map implementasi Konservasi Energi dan
Reduksi Emisi di Industri Baja dan industri Pulp-Kertas. Kerangka waktu di awali
pada tahun 2011 hingga 2020.Langkah-langkah strategis (hasil evaluasi) akan
disusun berdasarkan program 5 tahunan dan masing-masing akan diuraikan
dalam berbagai program dan rencana aksi tahunan.
� Time-line penurunan intensitas konsumsi energi dan penurunan emisi di
industri baja apabila timeline teknologi yang lebih efisien
diimplementasikan.
� Matrik road map berupa strategi pokok dan strategi operasional program
KE dan RE di industri baja.
5. Evaluasi dan analisis terhadap kebijakan dan peraturan yang diharapkan dapat
dijadikan faktor pendorong akselerasi implementasi KE dan RE di industri baja
dan industri kertas.
9.3 POTENSI KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI
9.3.1 Sektor Industri Baja
Potensi konservasi energi dalam hal ini adalah berbagai peluang penghematan
energi, perbaikan efisiensi atau penurunan intensitas konsumsi energi di berbagai
area proses yang dapat diperoleh melalui implementasi konservasi energi.
Penurunan intesitas konsumsi energi tersebut secara langsung akan berdampak
pada penurunan faktor emisi di masing-masing industri (35 industri baja).
Rangkuman potensi konservasi energi dan reduksi emisi yang diperoleh
berdasarkan hasil audit energi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-5
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.1Potensi konservasi energi dan reduksi emisi berdasarkan hasil pelaksanaan audit
energi di 35 industri baja.
No NamaIndustri
Produksi Potensi KE Potensi RE
Ton/tahun GJ/tahun % Ton
CO2/tahun %
1 PT. BangunSarana Baja (BSB) 18.145 10.217,3 20,8% 1.712,6 54,7%
2 PT. BintangTimur Steel (BTS) 31.214 26.002,1 24,6% 5.758,4 22,5%
3 PT. Era Baja Prima (EBP) 26.438 5.093,6 4,8% 342,9 3,7%
4 PT. Ispat Bukit Baja (IBB) 49.332 14.724,4 7,5% 1.057,6 9,5%
5 PT. Krakatau Wajatama (KW) 190.214 42.492,1 5,2% 2.483,0 13,8%
6 PT. Jakarta Steel MegahUtama
(JSMU) 46.514 51.898,6 45,2% 4.846,1 18,2%
7 PT. Sanex Steel (SS) 252.300 25.075,9 4,4% 3.388,5 2,7%
8 PT. TriekaAimex 444 403,7 10,3% 53,5 8,1%
9 PT. Pindad 2.876 1.445,6 17,6% 320,1 18,3%
10 PT. Jakarta Cakratunggal Steel
(JCS) 500.000 173.753,1 17,8% 11.727,6 7,1%
11 PT. Power Steel Indonesia (PSI) 180.000 30.314,2 7,0% 2.278,1 9,8%
12 PT. Indohanco 559 89,6 10,3% 19,8 8,8%
13 PT. Inti General (IG) 27.453 1.627,2 0,7% 1.006,6 15,9%
14 PT. RiaSarana Putra Jaya (RSPJ) 11.140 9.880,4 12,1% 1.067,3 10,8%
15 PT. Hanil Jaya Steel (HJS) 171.304 3.226,2 0,4% 536,7 0,3%
16 PT. Ispatindo 460.752 58.886,0 2,9% 13.421,2 2,9%
17 PT. MajuWarna Steel (MWS) 390 37,1 1,7% 8,2 1,9%
18 PT. Gunawan Dian Jaya Steel
(GDJS) 272.265 51,2 0,0% 11,3 0,0%
19 PT. Yuan Teai (YT) 829 100,4 1,5% 11,9 1,1%
20 PT. Surabaya Wire (SW) 3.410 102,6 1,2% 22,7 0,7%
21 PT. Liyang Ying (LY) 4.620 444,3 2,2% 76,0 1,6%
22 PT. BumisakaSteelindo (BS) 420 68,6 6,1% 15,2 14,9%
23 PT. Surya Steel (SS) 4.172 79,1 1,5% 43,7 2,0%
24 PT. Jaya Pari Steel (JPS) 40.152 190,0 0,1% 38,0 1,7%
25 PT. Itokoh 24.000 127,9 0,0% 9,4 0,2%
26 KoperasiBatur Jaya (KBJ) 432 3,3 0,2% 0,7 1,3%
27 PT. Jindal 140.000 613,1 0,4% 242,1 3,0%
28 PT. Abadi Jaya Manunggal (AJM) 18.744 2.541,5 5,6% 478,7 2,6%
29 PT. Growt Asia Foundry (GAF) 40.779 30.044,8 14,3% 4.694,2 11,5%
30 PT. Asia Raya Foundry (ARF) 9.830 12.903,5 23,5% 2.181,4 26,5%
31 PT. Baja Pertiwi (BP) 429 476,3 19,1% 87,9 10,0%
32 PT. Growth Sumatera Industri
(GSI) 197.000 150.946,2 23,5% 22.693,6 26,2%
33 PT. GunungGahapiSakti (GGS) 75.000 45.061,9 12,9% 7.698,3 14,7%
34 PT. Putra Baja Deli (PBD) 60.000 36.033,7 25,7% 2.674,3 16,7%
35 PT. Surya BuanaMandiri (SBM) 17.178 5.034,9 30,9% 458,0 40,0%
TOTAL 2.878.335 739.991 8,0% 91.466 5,8%
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-6
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Gambar 9.3 Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario BAU dan
Konservasi Energi dari 35 industri baja.
Gambar 9.4 Proyeksi pertumbuhan produksi emisi CO2 berdasarkan skenario BAU dan
Konservasi Energi dari 35 industri baja.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-7
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
9.3.2 Sektor Industri Pulp-Kertas
Potensi konservasi energi dalam hal ini adalah berbagai peluang penghematan
energi, perbaikan efisiensi atau penurunan intensitas konsumsi energi di berbagai
area proses yang dapat diperoleh melalui implementasi konservasi energi.
Penurunan intesitas konsumsi energi tersebut secara langsung akan berdampak
pada penurunan faktor emisi di masing-masing industri (15 industri pulp-kertas).
Rangkuman potensi konservasi energi dan reduksi emisi yang diperoleh berdasarkan
hasil audit energi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8.2 berikut.
Tabel 9.2 Potensi konservasi energi dan reduksi emisi berdasarkan hasil pelaksanaan audit
energi di 15 industri pulp-kertas.
Indu
stri
Produ
ksi ton)
Total Konsumsi
Energi 2010(GJ)
PeluangPenghema
tanEnergi (GJ)
Total
Emisi CO2
2010 (ton
CO2 eq)
ReduksiEmisi
CO2 (ton CO2 eq)
% Penghematandari
Konsumsi Energy Total
% ReduksiEmisid
ariEmisi Total (%)
IPK1 388.906
11.902.736 428.906 64.111
30 3,6% 0,0%
IPK2 170.000
9.495.949 2.820.450 125.189
15.818 29,7% 12,6%
IPK3 128.524
1.055.208 151.539 154.191
13.920 14,4% 9,0%
IPK4 372.843
3.903.979 255.685 179.053
21.700 6,5% 12,1%
IPK5 59.145
1.293.283 157.994 140.512
9.060 12,2% 6,4%
IPK6 752.630
6.590.926 2.146.320 375.935
116.506 32,6% 31,0%
IPK7 1.441.510
22.473.624 1.222.632 2.096.083
113.224 5,4% 5,4%
IPK8 49.536
775.838 39.763 96.882
18.293 5,1% 18,9%
IPK9 32.380
146.867 6.281 17.998
694 4,3% 3,9%
IPK10 1.245.964
9.976.960 29.893 701.693
313.089 0,3% 44,6%
IPK11 48.320
495.899 26.163 66.040
2.751 5,3% 4,2%
IPK12 19.838
268.507 13.720 35.209
4.876 5,1% 13,8%
IPK13 3.030.693
61.386.188 3.094.988 3.110.677
143.487 5,0% 4,6%
IPK14 760.009
23.481.638 154.182 786.731
9.457 0,7% 1,2%
IPK15 2.903.444
67.056.173 0 360.696
0 0,0% 0,0%
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero)
Gambar 9.5 Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario
Gambar 9.6 Proyeksi produksi emisi
Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
ementerian Perindustrian Republik Indonesia
Energy Management Indonesia (Persero)
Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario
Konservasi Energi dari 15 industri pulp-kertas.
produksi emisi berdasarkan skenario BAU dan Konservasi Energi dari 1
industri pulp-kertas.
Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
9-8
2011
Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario BAU dan
BAU dan Konservasi Energi dari 15
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-9
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
9.4 FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KONSERVASI ENERGI
Berdasarkan hasil audit dan evaluasi yang dilakukan, faktor-faktor utama yang
mempengaruhi konservasi energi di sektor industri adalah:
1. Teknologi, aspek teknologi ini sangat penting peranannya/kontribusinya
terhadap intensitas konsumsi energi. Secara sederhana, teknologi yang telah
berumur akan memiliki nilai intensitas konsumsi energi yang lebih tinggi (lebih
buruk) dibandingkan dengan teknologi yang baru, hal ini disebabkan oleh
salah satu faktor yaitu tingkat efisiensi peralatan. Kemudian teknologi ini juga
memiliki keterkaitan dengan tingkat produksi, apabila tingkat produksi
dibawah nilai produktivitas maka efisiensi peralatan akan turun sehingga
untuk suatu tingkat produksi akan mengkonsumsi energi lebih besar. Dengan
demikian teknologi termasuk salah satu aspek strategis dalam upaya
menurunkan indeks intensitas konsumsi energi yang dapat berdampak positif
terhadap penurunan produksi emisi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek teknologi adalah:
� Kurang/tidak adanya kemudahan baik dari segi materi maupun
birokrasi pemerintah untuk mendapatkan teknologi tersebut.
� Kurangnya kesadaran dan dorongan untuk penggunaan teknologi
baru yang berdampak pada konservasi energi dikarenakan tidak
adanya reward and punishment dari pemerintah.
� Banyaknya perubahan layout dan proses yang pada akhirnya
mengganggu siklus produksi industri.
2. Ketersediaan energi, masalah energi ini sangat penting bagi industri baja
dan industri pulp & paper, karena kedua jenis industri ini merupakan industri-
industri yang menggunakan energi sangat besar untuk melakukan operasional
produksinya. Ketika suplai energi terganggu dan/atau harga suatu jenis energi
naik akan banyak pengaruhnya terhadap operasional industri dan energi
merupakan salah satu komponen yang signifikan dalam suatu struktur biaya
produksi. Dalam kontek daya saing, secara cost kenaikan harga energi dapat
berpengaruh dalam naik/turunnya daya saing. Pengaruh kebijakan suplai
energi (bauran energi) yang didukung dengan infrastruktur akan sangat
membantu Industri dimana industri dapat melakukan switching energi.
� Untuk beberapa industri khususnya yang berada di kota Medan
kendala terbesar pada sistem supply energi listrik, pada saat beban
puncak PLN industri baja tidak dapat beroperasi (stop produksi). Hal
ini menyebabkan interval start stop produksi yang tidak diperlukan
terjadi terlalu lama dan membuat efisiensi kinerja peralatan utama
yang menggunakan energi listrik membuang energi cukup banyak
pada saat pemanasan awal untuk mencapai suhu yang diinginkan.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-10
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Jika hal ini dapat diminimalisir maka dapat mengurangi beban start
up (pemanasan) pada peralatan reheating.
� Kendala suplai energi juga terjadi pada pasokan natural gas yang
membuat industri khususnya yang mempunyai proses heat
treatmentdan proses pembakaran lainnya harus menggunakan
alternatif energi lainnya (gasifikasi batubara, BBM, LPG, Batubara).
3. Sumber Daya Manusia (SDM), kontek SDM disini adalah SDM yang secara
kapasitas mampu menjalankan kebijakan konservasi energi di Industrinya.
Pengelolaan energi sama pentingnya dengan pengelolaan produksi sehingga
dalam hal pengelolaan energi perlu adanya suatu perencanaan dan
pengendalian energi (SME, Sistem Manajemen Energi). Dengan implementasi
SME akan ter-realisasi manfaat (value added) dari suatu pemanfaatan energi
karena SME ini sama dengan teknik-teknik manajemen lainnya yaitu membuat
suatu pola operasi yang terarah, terrencana, terpadu/terstruktur dan
berkelanjutan. Apabila kontek pengembangan SDM dalam wacana konservasi
energi dapat terwujud di industri baja maka secara time-line, intensitas
konsumsi energi akan mengalami perbaikan, daya saing meningkat sehingga
industri dapat berkontribusi secara internal & eksternal, maksudnya secara
internal industri memberikan profit kepada pemegang saham dan secara
ekternal industri memberikan kontribusi terhadap GDP dan lingkungan hidup
(dapat menurunkan emisi).
� Meskipun secara umum industri yang disurvai telah mengetahui
fungsi dan manfaat konservasi energi namun mayoritas industri
(90%) belum didukung oleh kebijakan dan komitmen TOP
manajemen untuk membentuk suatu organisasi/gugus tugas energi.
� Dari jumlah SDM yang menangani masalah energi (bag. Utility,
Engineering, dll.) hanya sebagian kecil (manager/kepala teknik) yang
mengetahui teknik-teknik konservasi energi.
� Ada beberapa industri bahkan belum mengetahui fungsi dan manfaat
konservasi energi.
4. Finansial (Skala Usaha/Asset),Umumnya tingkat usaha atau asset sangat
mempengaruhi terlaksananya implementasi konservasi energi. Suatu
rekomendasi potensi penghematan energi dengan kategori high cost mungkin
menjadi kategori low atau medium cost bagi suatu industri yang memiliki
tingkat usaha yang besar. Dengan demikian rekomendasi akan bersifat relatif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor finansial adalah:
� Skala usaha industri berbeda-beda. Diperlukan suatu simulasi
pembiayaan yang sesuai sehingga dapat diimplementasikan disemua
semua industri;
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero)
� Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya
antara Kementerian Perindustrian, Kementerian
Kementerian ESDM.
- Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh
bantuan/insentif;
- Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran;
- Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau
insentif;
- Membuat sistem pengawasan dan evaluasi
5. Regulasi/Kebijakan
keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena
regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat.
Gambar 9.6 Peta kondisi
9.5 PERENCANAAN PROGRAM
9.5.1 Rencana Pokok Program Dan Strategi Pelaksanaan
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya pada besaran peluang
konservasi energi dan reduksi emisi dengan
memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi
Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp
Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
ementerian Perindustrian Republik Indonesia
Energy Management Indonesia (Persero)
Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya
antara Kementerian Perindustrian, Kementerian
Kementerian ESDM.
Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh
bantuan/insentif;
Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran;
Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau
insentif;
Membuat sistem pengawasan dan evaluasi program.
/Kebijakan, peranan regulasi ini sangat penting terhadap
keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena
regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat.
Peta kondisi faktor-faktor konservasi energi di industri dan dampak yang terjadi.
PERENCANAAN PROGRAM
Rencana Pokok Program Dan Strategi Pelaksanaan
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya pada besaran peluang
konservasi energi dan reduksi emisi dengan berbagai faktor
memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi
Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp
Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
9-11
2011
Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya
antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan dan
Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh
Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran;
Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau
program.
, peranan regulasi ini sangat penting terhadap
keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena
regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat.
faktor konservasi energi di industri dan dampak yang terjadi.
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya pada besaran peluang
berbagai faktor-faktor yang
memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi
Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp-kertas.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-12
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
1. Periode 2011-2015.
- Penguatan kapasitas SDM industri dan Pembentukan Organisasi Energi
- Implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat no/low cost
- Penguatan sinergi dan koordinasi lintas kementerian, pemda, asosiasi dan
industri.
- Inisiasi implementasi peluang KE dan RE yang bersifat medium cost.
- Monitoring dan evaluasi reguler program.
- Perbaikan program dan tindak lanjut.
2. Periode 2015-2020.
- Akselerasi implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat
medium cost yang ditargetkan dapat diselasaikan pada tahun 2017.
- Akselerasi implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat high
cost yang ditargetkan dapat diselasaikan pada tahun 2019-2020.
- Monitoring dan evaluasi reguler program.
Adapun strategi pelaksanaan yang perlu dilakukan dibagi menjadi strategi pokok
dan strategi operasional. Strategi pokok pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi program konservasi energi;
2. Peningkatan Kapasitas SDM (Bantuan Non Teknologi);
3. Peningkatan perangkat kebijakan/ Teknologi (kebijakan/stimulus
Teknologi);
4. Implementasi & Supervisi;
5. Monitoring & Evaluasi Program.
Sedangkan strategi operasional adalah sebagai berikut;
1. Koordinasi Program (pemerintah pusat-daerah)
2. Pelatihan teknik KE dan RE secara reguler.
3. Technology Improvement (Lembaga Riset, Vendor & Industri)
4. Implementasi program KE (Bantuan Audit & Stimulation Project)
5. Pengembangan perangkat sistem informasi dan Monitoring.
6. Pengembangan Industri Percontohan KE dan RE.
7. Stimulasi Insentif.
8. Market driven untuk meningkatkan produktivitas.
9. Penguatan pasokan energi
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-13
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Secara lengkap rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi
emisi di industri baja dan industri pulp-kertas dapat dilihat pada Tabel berikut.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero)
Tabel 9.2a. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp
2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp
9-14
2011
. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas (2011-2015)
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-15
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.2b. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas (2015-2020)
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-16
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
9.5.2 Rencana Aksi Program
Dari hasil perencanaan pokok program implementasi konservasi energi dan reduksi
emisi di industri baja dan industri pulp-kertas selanjutnya dilakukan perumusan
rencana aksi program. Dalam perumusan rencana aksi ini, peluang konservasi
energi yang dihasilkan dari pelaksanaan audit energi di 35 industri baja dan
industri kertas menjadi acuan utama. Berbagai faktor-faktor pendukung dan faktor
kendala dijadikan sebagai aspek pertimbangan untuk sehingga rencana aksi yang
disusun dapat menghasilkan pencapaian sesuai dengan target yang ditetapkan.
Tabel berikut merupakan rencana aksi yang perlu dilakukan sesuai dengan
program pokok kegiatan. Waktu pelaksanaan masing-masing rencana aksi
kegiatan tersebut secara langsung disesuaikan dengan kerangka waktu yang
terdapat pada rencana pokok program. Secara lengkap program rencana aksi dari
masing-masing rencana pokok program dapat dilihat pada Tabel berikut.
LAPORAN AKHIR 9-17
”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.3. Rencana program aksi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas (2011-2020)
LAPORAN AKHIR 9-18
”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
LAPORAN AKHIR 9-19
”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
LAPORAN AKHIR 9-20
”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
LAPORAN AKHIR 9-21
”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Tabel 9.3. Lanjutan
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-22
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
9.6 PROGRAM PENDUKUNG
Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja
dan industri pulp-kertas ini dapat memanfaatkan berbagai rencana pengembangan
infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah. Pengembangan infrastruktur yang
secara langsung akan mendukung pelaksanaan KE dan RE antara lain adalah
pembangunan jaringan infrastruktur pasokan gas, energi listrik, panas bumi dan
berbagai infrstruktur pendukung lainnya. Ketersediaan infrastruktur tersebut akan
meminimasi masalah kekurangan pasokan energi khusunya gas dan listrik.
Penguatan pasokan energi tersebut akan menghindari operasi beban rendah
ataupun operasi intermitent di beberapa industri (potensi penghematan energi 3%-
5%).
Rencana pengembangan industri hulu baja juga secara langsung akan memperkuat
pasokan bahan baku ke industri hilir. Kepasitian dan kemudahan pasokan bahan
baku ini akan memberikan perencanaan operasi industri baja yang lebih baik dan
secara langsung akan memberikan penurunan intensitas konsumsi energi (operasi
pada kapasitas optimum).
Saat ini ada terdapat 2 program utama pemerintah yang dapat dijadikan sebagai
program pendukung akselerasi implementasi KE & RE, yaitu:
1. Road map pengembangan industri baja nasional dan;
2. Program MP3EI (Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi
Indonesia).
9.6.1 Road Map Pengembangan Industri Baja Nasional
Road map pengembangan industri baja nasional telah disusun, dan beberapa poin
(tantangan) yang harus dihadapi oleh Industri baja Nasional dalam rangka
pengembangan adalah harus mampu mengatasi hal-hal berikut:
⇒ Ketergantungan bahan baku impor iron-ore/pellet dan serta produk antara tertentu;
⇒ Keterbatasan pendanaan dan litbang untuk memanfaatkan sumber daya bijih besi lokal bagi industri baja;
⇒ Daya saing produk baja yang rendah karena produksi yang tidak effisien;
⇒ Belum menunjangnya infrastruktur di luar Jawa yang diperlukan bagi pengembangan industri baja;
⇒ Belum didukungnya pendanaan murah jangka panjang oleh Perbankan Nasional bagi pengembangan industri baja hulu;
⇒ Kurang dukungan dalam hal perpajakan dan insentif bagi industri baja hulu;
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-23
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
⇒ Kurangnya sinkronisasi antara Kebijakan Pusat dan Daerah.
Langkah strategik untuk menjawab tantangan-tantangan diatasdirancang melalui
tiga tahapan implementasi:
Tahap 1:
Integrasi Industri Hulu dan Peningkatan Kapasitas Produksi yaitu
menyeimbangkan struktur industri dan perbaikan kinerja industri baja
nasional serta meningkatkan kapasitas produksi.
Tahap 2:
Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Produk Baru yaitu peningkatan
kapasitas produksi yang baru.
Tahap 3:
Peningkatan Daya Saing Produksi dan Pertumbuhan Berkelanjutan yaitu
sebagai Industri Baja yang Tangguh dan Mandiri.
Dalam pencapaian tahapan-tahapannya strategi pokok dalam road-map
pengembangan industri baja nasional adalah Peningkatan daya saing produk baja
melalui efisiensi produksi. Sedangkan upaya pencapaian atau strategi
operasional dalam road-map pengembangan industri baja nasional adalah;
⇒ Menumbuh kembangkan iklim usaha yang kondusif
⇒ Mengembangkan industri berdasarkan prioritas
⇒ Pengembangan industri dengan pendekatan klaster
⇒ Pengembangan kemampuan inovasi teknologi
⇒ Pengembangan peningkatan kemampuan SDM
⇒ Mendorong penggunaan energi alternatif
⇒ Penerapan SNI dan Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Korelasi road-map KE &RE terhadap road-map pengembangan industri baja
nasional adalah:
1. Melalui optimalisasi energi akan diperoleh perbaikan salah satunya
komponen biaya energi (dengan turunnya biaya energi, biaya produksi
akan turun dan daya saing meningkat).
2. Pengembangan Teknologi merupakan target suatu konservasi energi,
karena peralatan merupakan komponen yang menggunakan energi,
dengan peralatan yang menggunakan teknologi hemat energi/efisien
(memiliki intensitas energi yang lebih baik) akan dicapai suatu penggunaan
energi yang sustainable.
3. SDM yang memiliki wawasan konservasi energi akan senantiasa berupaya
melakukan langkah-langkah konservasi energi disetiap lini/rantai nilai
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-24
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
proses operasi industri, hal ini akan selaras dengan program yaitu
meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi.
4. Industri (dalam hal ini manajemen) yang telah terkonsep dalam suatu
koridor konservasi energi akan berupaya menerapkan manajemen energi
sebagai perangkat strategis untuk perencanaan dan pengelolaan
energinya, dengan demikian dalam hal pemenuhan energi, manajemen
akan berupaya mencari alternatif energi guna merealisasikan tujuannya
yaitu mencapai nilai tambah dari pemanfaatan energinya.
5. Dalam koridor ramah lingkungan, konservasi energi memiliki linkage
backward-forward artinya pengelolaan energi yang berwawasan konservasi
energi akan memperoleh manfaat ganda antara lain meningkatkan daya
saing sehingga perspektif finansial perusahaan baik serta memiliki lini
produksi yang ramah lingkungan sehingga dampak pengrusakan
lingkungan minimal.
6. Apabila industri baja dan kertas telah memperoleh manfaat linkage
backward-forward konservasi energi, dan daya saing industri meningkat
sehingga akumulasi ini akan membawa manfaat positif antara lain
kontribusi terhadap GDP bertambah sehingga ekonomi negara membaik
dan iklim usaha akan kondusif yang pada akhirnya manfaat ini akan
kembali dirasakan oleh industri berupa kondusifnya market yang dapat
meningkatkan tingkat produktivitasnya.
9.6.2 ProgramMP3EI (Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi
Indonesia/Koridor Ekonomi Indonesia).
Pemerintah Indonesia saat ini tengah meluncurkan suatu master plan “Percepatan
Pengembangan Ekonomi Indonesia” atau “Percepatan Pengembangan Koridor
Ekonomi Indonesia. Koridor ekonomi yang berada dalam cakupan master plan ini
sebanyak 7 (tujuh) koridor ekonomi, antara lain:
1. IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan EJBNT/East
Java Bali Nusa Tenggara;
2. IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan
ESNWJ/Eastern Sumatera North West Java;
3. IEDC Masterplan Kalimantan;
4. IEDC Masterplan NJ/Nothern Java;
5. IEDC Masterplan Papua;
6. IEDC Masterplan Sulawesi;
7. MPA/Metropolitan Priority Area Jakarta.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-25
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Dalam kaitannya dengan road map KE & RE, ada beberapa rencana strategis
(rencana aksi interdepartemen) dalam master plan pengembangan percepatan
koridor ekonomi ini antara lain:
⇒ Kementerian ESDM memberikan rencana strategis berupa pemetaan
sumber-sumber daya energi, mineral dan bahan-bahan tambang dalam
bentuk pemetaan SDA (Sumber Daya Alam) berdasarkan rantai nilai
guna meningkatkan nilai tambah dari sektor SDA.
⇒ Kementerian PU bersinergi dengan Kementerian Perhubungan
memberikan rencana strategis berupa pembangunan beberapa sarana
dan prasarana (Infrastruktur Jalan, Jembatan, Pelabuhan dan fasilitas
pelabuhan) yang akan memudahkan akses masing-masing koridor
ekonomi (meningkatkan nilai tambah dari dukungan infrastruktur).
⇒ Kementerian Perindustrian memberikan rencana strategis berupa
pengembangan kawasan-kawasan industri strategis (kawasan industri
yang mudah dalam mengakses energi, sarana angkut, penyimpanan,
pengelolaan limbah, dll.) dengan harapan terwujudnya nilai tambah
industri melalui aglomerasi industri sehingga struktur industri baja
nasional akan semakin kuat dengan semakin efisiennya rantai nilai
dimasing-masing industri inti, industri pendukung dan industri terkait.
Koridor ekonomi yang ada kaitannya dengan pengembangan/jaminan ketersediaan
energi bagi industri baja nasional adalah:
⇒ IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan
ESNWJ/Eastern Sumatera North West Java;
Gambar 8.7 Peta M3EI koridor Sumatera-Jawa Barat
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-26
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Sumatera memiliki potensi besar untuk meningkatkan kapasitas pembangkit
listrik.Nilai tambah/manfaat dari Indonesia Economic Development Coridor (IEDC)
– ESNWJ untuk pengembangan industri baja nasional dalam kerangka optimalisasi
pemanfaatan energi melalui jaminan ketersediaan energi adalah:
Dengan adanya koridor ekonomi ini, maka:
1. Akses terhadap energi semakin baik (meningkatkan jaminan ketersediaan
energi) dengan adanya peningkatan infrastruktur;
2. Energi alternatif berupa bio-fuel yang disuplai dari industri palm-oil, dapat
dijadikan sebagai energi alternatif bagi industri dalam rangka pemenuhan
konsumsi energi pabrik;
3. Pembangunan pembangkit listrik di mulut tambang akan membantu dalam
hal pemenuhan kebutuhan daya (energi listrik).
Korelasi road-map KE &RE terhadap MP3EI:
1. Saat ini tengah diluncurkan suatu master plan percepatan pengembangan
ekonomi Indonesia, dimana pengembangan didasarkan pada potensi-
potensi daerah (koridor ekonomi). Masing-masing koridor memiliki potensi
yang berbeda-beda, terutama yang ada kaitannya dengan road map KE &
PE antara lain potensi cadangan/sumber daya energi, tambang dll.
2. Dalam kaitannya dengan industri baja dan kertas adalah, dengan
terpetakannya potensi ekonomi maka:
� Kedepannya industri-industri pendukung dan industri terkait akan
tumbuh sehingga industri inti akan memperoleh manfaatnya (akses
terhadap raw material, akses transportasi, dan akses energi).
� Aglomerasi industri akan terwujud, akibat adanya perbaikan-
perbaikan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri.
� Industri yang tersentra dalam suatu kawasan akan lebih optimal baik
dari sisi penyediaan energinya maupun sisi pengelolaan limbahnya.
� Seperti halnya di China industri diklasterkan dalam suatu kawasan,
apabila hal ini diterapkan di Indonesia maka dapat dikonsepkan
dalam suatu kawasan konservasi energi.
9.7 PERAN DAN FUNGSI PIHAK-PIHAK TERKAIT
9.7.1 Peran & Fungsi Industri:
Sektor industri baja dan industri pulp-kertas merupakan pemegang peran utama
dalam implementasi berbagai program konservasi energi dan reduksi emisi di
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-27
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
masing-masing industrinya. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh masing-
masing industri khususnya top manajemen antara lain adalah:
1. Berkomitmen (sisi manajemen puncak) menjadikan sistem perencanaan &
pengelolaan energi sebagai bagian strategis perusahaan.
2. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan operasional sistem manajemen
energi diperusahaan.
3. Membangun sistem perencanaan & pengelolaan energi melalui sistem
manajemen dan informasi energi dan emisi (SMIEE).
4. Membangun kelembagaan/organisasi energi.
5. Mengimplementasikan potensi penghematan energi yang dapat
diaplikasikan di industri.
6. Memonitoring intensitas konsumsi energi dan emisi, kemudian melaporkan
kepada Kemenperin.
Berkaitan dengan fungsi dan peran Asosiasi, dukungan Asosiasi Baja adalah:
1. Ikut membantu/berpartisipasi pelaksanaan program KE & RE di industri.
2. Memberikan masukan/kontribusi untuk keberlangsungan program KE & RE
di Industri.
3. Selalu melakukan koordinasi sehingga pemerintah dapat memperoleh data
dan informasi yang tepat/akurat yang dapat digunakan sebagai data &
informasi untuk menilai pencapaian program KE & RE di industri.
9.7.2 Peran & Fungsi Kementerian Perindustrian:
Kementerian Perindustrian sebagai salah satu lembaga pemerintah yang secara
langsung memiliki keterkaitan dengan industri memiliki fungsi dan peran yang
mampu menstimulus implementasi dan percepatan program KE & RE di industri
Baja dan industri Pulp-Kertas. Fungsi utama Kementerian Perindustrian dalam hal
ini adalah sebagai lembaga pengatur dan pembuat kebijakan (regulator),
pengarah dan perencana progran KE dan RE secara nasional (director & main
designer), sebagai lembaga yang memfasiliatsi berbagai program kegiatan dan
penguatan kordinasi (fasilitator) dan sebagai lembaga yang memonitor dan
mengevaluasi pencapian pelaksanaan program (evaluator).
Berikut merupakan uraian fungsi dan peran Kementerian Perindustrian terkait
dengan program implementasi Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di sektor
industri baja dan industri pulp dan kertas.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-28
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
Fungsi Peran
Pengatur/Regulator Mengeluarkan aturan/regulasi dalam bentuk
peraturan menteri tentang pelaksanaan program KE
&RE di industri baja & Pulp and Paper.
Mereview program KE &RE untuk tujuan percepatan
dan menjaga kondusifitas program KE &RE.
Pengarah Mengarahkan program KE &RE sesuai dengan arah,
tujuan dan target pencapaian program KE &RE di
industri Baja & Pulp and Paper.
Melakukan supervisi implementasi program-program
KE yang sifatnya menggunakan
bantuan/kemudahan/insentif dari pemerintah.
Fasilitator Memfasilitasi program KE & RE melalui bantuan-
bantuan yang akan menstimulus program KE & PE.
Melakukan koordinasi dengan lembaga
pemerintah/Kementerian lain sehubungan dengan
upaya percepatan dan kondusifitas program KE &
PE.
Monitoring dan
Evaluasi
Melakukan Kontrol/pengendalian dan
Monitoring/pengawasan pelaksanaan program KE
&RE agar Program yang tengah berjalan sesuai
dengan perencanaan.
Melakukan evaluasi program KE &RE untuk menilai
Program dari sisi:
� Kendala/hambatan yang dapat menghambat
pelaksanaan program KE &RE.
� Pencapaian program KE &RE berdasarkan
indikator (KPI, key performance indicator)
masing-masing program
implementasi/operasional.
Berkaitan dengan fungsi dan peran Kementerian perindustrian, dukungan
Kemenperin adalah:
1. Mengeluarkan regulasi berupa peraturan menteri berupa pelaksanaan
program KE & RE di industri baja & Pulp and paper.
2. Memberikan bantuan teknis energy assesment bagi industri yang telah
melakukan MoU (program kemitraan) dengan Kemenperin.
LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-29
PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011
3. Memfasilitasi industri berupa peningkatan kapasitas SDMnya melalui
pelatihan.
4. Memberikan Workshop/FGD program KE & RE sebagai upaya sosialisasi
bagi industri yang belum MoU dan bagi pemerintah daerah sebagai mitra
pemerintah di daerah (sinergi pemerintah) guna terlaksananya program KE
& RE secara kondusif.
5. Memberikan bantuan/insentif berupa skema kemudahan/pengurangan
pajak untuk beberapa proyek implementasi konservasi energi.
6. Melakukan koordinasi (inter-departemen/kementerian):
⇒ Dengan Kementerian Keuangan:
� Menyiapkan skema yang tepat (ramping/mudah/aplikatif)
berkaitan dengan program bantuan stimulus/insentif yang akan
digunakan pada program konservasi energi dan penurunan
emisi di industri Baja dan Pulp & paper.
⇒ Dengan Kementerian ESDM:
� Memberikan informasi/masukan mengenai hambatan-hambatan
yang dialami oleh industri berkaitan dengan masalah energi.
� Memberikan informasi/masukan mengenai
percepatan/peningkatan program infrastruktur penyediaan
energi, sehingga diperoleh suatu prioritas perencanaan
penyediaan energi ke industri sehingga akses industri ke
sumber energi tidak mengalami kesulitan.