rmk chapter 3 afai kelompok 3
DESCRIPTION
Rmk Chapter 3 Afai Kelompok 3TRANSCRIPT
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF
KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Disusun Oleh Kelompok 3 :
Ahmad Badrus Salam (F1314005)
Dony Pratomo (F1314033)
Mochammad Riza Hari (F1314060)
Yusuf Bastian Wija Martono (F1314094)
S-1 JURUSAN AKUNTANSI NON-REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
0 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
CHAPTER 02. KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Kecurangan laporan keuangan merupakan satu dari dua ranting dari Fraudulent Statements
yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan, yang menjadi perhatian auditor,
masyarakat, atau para LSM (Lembaga Sosial Masyarakat). Kecurangan ini berupa salah saji
yang terdiri dari dua jenis yaitu penyajian aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang
sebenarnya (Asset/ Revenue Overstatements) atau penyajian aset atau pendapatan lebih
rendah dari yang sebenarnya (Asset/ Revenue Understatements).
I. KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DALAM BEBERAPA TAHUN
TERAKHIR
Laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
organisasi terkadang dengan sengaja salah disajikan sebagai akibat dari adanya tindakan
manipulasi, pemalsuan, atau melakukan perubahan dalam catatan akuntansi. Hal tersebut
menimbulkan kerugian besar bagi para investor, kurangnya kepercayaan pada pasar dan
sistem akuntansi yang ada, serta proses peradilan juga rasa malu yang harus ditanggung
oleh individu atau organisasi yang terlibat dalam kecurangan laporan keuangan.
Beberapa penyelewengan yang terjadi selama periode 2000-2002 dan paling terkenal
dalam sejarah perusahaan di Amerika Serikat:
- Salah saji laporan keuangan atau “pengolahan pembukuan-cooking the books”;
- Pemberian pinjaman secara tidak tepat kepada para eksekutif dan corporate looting;
- Skandal perdagangan yang melibatkan orang dalam perusahaan;
- Mengistimewakan Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering-IPO),
termasuk di antaranya spinning dan laddering;
- Tunjangan pension yang berlebihan pada CEO;
- Kompensasi yang berlebihan (baik secara tunai maupun dalam bentuk saham)
kepada para eksekutif;
- Pinjaman untuk fee perdagangan dan transaksi-transaksi quid pro quo lainnya;
- Kebangkrutan dan utang dalam jumlah yang sangat besar;
- Kecurangan dalam skala besar yang dilakukan oleh pegawai.
- Penanggalan kembali (Backdating), praktik yang secara sengaja mengubah tanggal
efektif dari opsi saham dengan tujuan mendapatkan tambahan kompensasi bagi
manajemen.
1 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
II. MENGAPA PERMASALAHAN INI TERJADI
Terdapat 3 (tiga) elemen yang muncul bersamaan dan mendorong terjadinya
kecurangan secara keseluruhan yang sering disebut dengan istilah “Fraud Triangle”
yaitu:
A. Tekanan yang dirasakan, faktor-faktor pemicunya meliputi: kerugian finansial,
kegagalan dalam memenuhi ekspektasi pendapatan di pasar saham,
ketidakmampuan untuk bersaing dengan entitas lain, atau sistem kompensasi opsi
saham yang melebihi kompensasi dalam bentuk lain.
B. Peluang/ kesempatan yang dimiliki, faktor-faktor pemicunya meliputi: lemahnya
keberadaan dewan direksi, adanya pengendalian internal yang tidak memadai, atau
kemampuan untuk menyembunyikan kecurangan di balik transaksi-transaksi dengan
pihak-pihak terkait lainnya.
C. Kemampuan untuk merasionalisasi kecurangan sebagai sesuatu yang dapat diterima.
Selain itu, terdapat 9 (sembilan) faktor yang muncul secara bersamaan yang
menyebabkab munculnya “Perfect Storm”, antara lain:
- Ledakan ekonomi;
- Kemerosotan nilai-nilai moral;
- Kesalahan alokasi insentif;
- Tingginya ekspektasi Analis;
- Tingginya tingkat utang;
- Fokus pada aturan daripada prinsip akuntansi;
- Kurangnya independensi auditor;
- Keserakahan; dan
- Kegagalan Pendidik.
III. SIFAT DASAR KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Sangat sulit mengetahui seberapa sering kecurangan laporan keuangan terjadi karena
sebagian kecurangan laporan keuangan tidak terdeteksi. Namun, indicator kecurangan
dan sejumlah indicator lainnya yang biasanya dapat diamati. Karena apa yang muncul
sebagai indicator dapat disebabkan oleh faktor lain yang masuk akal, munculnya
indicator kecurangan tidak selalu mengindikasikan adanya kecurangan. Tanpa adanya
pengakuan, dokumen yang benar-benar terlihat fiktif, atau sejumlah tindakan
kecurangan yang sama dan dilakukan berulang-ulang, menuduh seseorang melakukan
kecurangan laporan keuangan dapat menjadi sangat sulit, sehingga investigator harus
2 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
sangat berhati-hati dalam melakukan pemeriksaan kecurangan, menghitung jumlah
kecurangan, atau melakukan berbagai macam perikatan kerja terkait dengan
kecurangan.
IV. MOTIVASI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Motivasi untuk menyajikan laporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan
cukup beragam, beberapa di antaranya yaitu untuk:
- memberikan dukungan agar harga saham tetap tinggi;
- memberikan dukungan terhadap penawaran obligasi dan saham;
- meningkatkan harga saham perusahaan; atau
- memaksimalkan bonus bagi manajemen.
V. KERANGKA KERJA UNTUK MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN
KEUANGAN
Untuk mengidentifikasi eksposur kecurangan dengan benar, seorang auditor dan
investigator harus memahami secara jelas antara lain: (1) kegiatan operasional dan sifat
dasar dari organisasi; (2) Pengelolaan suatu organisasi dan apa yang memotivasi
mereka; (3) hubungan organisasi dengan pihak-pihak lain dan pengaruh dari masing-
masing pihak tersebut terhadap manajemen. Selain ketiga hal tersebut, seorang auditor
dan investigator harus menggunakan penalaran strategik yang mengacu pada
kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan metode penyembunyian kecurangan
yang digunakan oleh pelaku kecurangan.
Kecenderungan manajemen untuk melakukan kecurangan tergantung dari audit yang
telah diperhitungkan sebelumnya dan pendekatan auditor untuk mendeteksi kecurangan
dipengaruhi oleh potensi manajemen untuk melakukan kecurangan.
Ada berbagai tingkatan penalaran strategic dalam pengaturan audit, yaitu:
1. Zero-order Reasoning, auditor dan auditee hanya mempertimbangkan kondisi yang
secara langsung mempengaruhi mereka, tetapi bukan pihak-pihak lain;
2. First-order Reasoning, auditor mempertimbangkan kondisi yang secara langsung
mempengaruhi auditee; dan
3. Higher-order Reasoning, auditor mempertimbangkan adanya tambahan tingkatan
kompleksitas termasuk bagaimana manajemen mengantisipasi perilaku auditor.
Ketika menerapkan penalaran strategic, auditor akan mempertimbangkan berbagai
pertanyaan berikut:
3 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
- Skema kecurangan apa yang mungkin akan digunakan oleh manajemen untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan?
- Jenis pengujian seperti apa yang akan digunakan untuk mendeteksi skema tersebut?
- Bagaimana manajemen dapat menyembunyikan skema tersebut dari jenis pengujian
yang akan dilakukan?
- Bagaimana jenis pengujian tertentu dapat dimodifikasi agar dapat mendeteksi skema
penyembunyian aset?
VI. MANAJEMEN DAN DEWAN DIREKSI
Dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan, terdapat 3 (tiga) aspek
manajemen yang harus diinvestigasi:
- Latar belakang manajemen, dimana investigator harus memahami jenis organisasi
dan aktivitas pihak manajemen dan direksi yang terkait di periode sebelumnya;
- Motivasi manajemen; dan
- Pengaruh manajemen dalam pembuatan keputusan untuk organisasi, karena
melakukan kecurangan jauh lebih mudah ketika satu atau dua individu memiliki
kekuasaan besar dalam pengambilan keputusan daripada ketika organisasi memiliki
pola kepemimpinan yang lebih bersifat demokratis.
VII. HUBUNGAN DENGAN PIHAK-PIHAK LAIN
Kecurangan laporan keuangan sering kali dilakukan dengan bantuan dari organisasi
lain, baik secara riil ada ataupun yang fiktif. Hubungan dengan pihak-pihak lain yang
harus diuji untuk menentukan apakah hubungan tersebut memberikan peluang atau
eksposur kecurangan bagi manajemen, antara lain:
1. Hubungan dengan lembaga keuangan;
2. Hubungan dengan organisasi dan individu yang terkait;
3. Hubungan dengan auditor;
4. Hubungan dengan pengacara;
5. Hubungan dengan investor; dan
6. Hubungan dengan badan regulasi.
Selain hubungan dengan pihak-pihak lain, beberapa hal yang harus diuji oleh auditor
dan investigator untuk mendeteksi potensi kecurangan laporan keuangan yaitu: (1) Sifat
yang melekat pada organisasi dan jenis industry dari organisasi tersebut; dan (2) Pola
hubungan-hubungan keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan organisasi.
4 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
CHAPTER 03. KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN TERKAIT
PENDAPATAN DAN PERSEDIAAN
I. KECURANGAN PENDAPATAN
Akun yang paling sering dimanipulasi ketika melakukan kecurangan laporan keuangan
adalah pendapatan dan/ atau piutang dagang. Ada dua alasan umum kecurangan laporan
keuangan terkait pendapatan, yaitu: (1) Ketersediaan berbagai alternative yang dapat
diterima dalam pengakuan pendapatan; dan/ atau (2) mudahnya manipulasi pendapatan
bersih menggunakan akun pendapatan dan piutang dagang.
Bagaimana cara mengidentifikasi kecurangan laporan keuangan terkait pendapatan?
Ada beberapa tahap untuk mengidentifikasi terjadinya kecurangan laporan keuangan
terkait pendapatan:
A. Identifikasi Eksposur Kecurangan Pendapatan
Eksposur kecurangan pendapatan melibatkan berbagai macam skema yang dapat
digunakan untuk memanipulasi pendapatan dan sering kali juga digunakan untuk
memanipulasi piutang. Beberapa skema kecurangan pendapatan yang umum
dilakukan, meliputi: Transaksi dengan pihak terkait; Penjualan fiktif; Faktur
diterbitkan tetapi barang ditahan (bill-and-hold sales); Kesepakatan sepihak;
Penjualan konsinyasi; Channel Stuffing; Lapping atau Kitting; Penanggalan atau
pembaruan transaksi; Kebijakan pengembalian bebas; Pengiriman sebagian; Pisah
batas yang tidak tepat; dan/ atau Round-tripping. Salah satu cara terbaik untuk
memahami bagaimana kecurangan pendapatan dapat dilakukan adalah dengan
memahami berbagai transaksi pendapatan dalam perusahaan.
B. Identifikasi Indikator Kecurangan Pendapatan
Indikator kecurangan dapat dibagi menjadi 6 (enam) kategori, yaitu:
1. Pencarian secara Aktif Indikator Analitis terkait Pendapatan
Cara praktis untuk mulai melakukan pencarian indicator analitis adalah berfokus
pada perubahan dan perbandingan dalam laporan keuangan. Analisis secara
khusus yang biasanya dilakukan adalah:
- Melakukan analisis terhadap saldo keuangan dan hubungannya dalam
laporan keuangan. Terdapat dua cara yang paling umum digunakan dalam
analisis laporan keuangan yaitu dengan mencari perubahan yang tidak wajar
5 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
dalam: (a) saldo akun dari periode ke periode; atau (b) hubungan terkait
pendapatan dari periode ke periode.
- Membandingkan jumlah atau hubungan dalam laporan keuangan dengan
informasi di luar laporan keuangan. Terdapat dua jenis analisis terkait hal ini
yaitu: (a) membandingkan hasil keuangan dan tren antara perusahaan dengan
perusahaan-perusahaan sejenis dalam industry yang sama atau dengan rata-
rata industry; atau (b) membandingkan jumlah pendapatan yang tercatat
dalam laporan keuangan dengan aset atau informasi finansial ataupun non-
finansial lainnya.
2. Pencarian secara Aktif Indikator Akuntansi atau Indikator Dokumentasi
Salah satu cara yang umum digunakan yaitu mendeteksi adanya upaya
manajemen melakukan posting satu atau lebih ayat jurnal yang tidak seharusnya
secara langsung pada catatan akuntansi, sehingga mengabaikan proses
pengendalian internal. Apalagi dengan kemajuan teknologi perangkat lunak
seperti Picalo, ACL© atau IDEA©, pemeriksa kecurangan dapat dengan mudah
melakukan investigasi terhadap jutaan ayat jurnal untuk menemukan potensi
kecurangan. Selain itu, ayat jurnal tersebut harus dianalisis untuk menentukan
apakah ayat jurnal tersebut tidak wajar terkait 5W (Who, What, When, Where,
dan Why).
3. Pencarian secara Aktif Indikator Pengendalian
Terdapat 2 (dua) faktor terkait dengan pengendalian dalam hubungannya dengan
kecurangan pendapatan, yaitu: (a) Akuntan dan auditor laporan keuangan
terbiasa mendapatkan pengecualian pengendalian dalam jumlah yang terbatas,
ketika menilai kecukupan dari sistem pengendalian internal; (b) Lingkungan
pengendalian (komite audit atau dewan direksi lemah).
4. Pencarian secara Aktif Indikator Perilaku, atau Pencarian secara Aktif Indikator
Verbal dan Indikator Gaya Hidup
Indikator gaya hidup lebih banyak membantu ketika berusaha mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan dengan kecurangan
laporan keuangan karena banyak kecurangan laporan keuangan tidak secara
langsung mendatangkan keuntungan bagi pelakunya. Selain itu, pencarian
informasi secara verbal dan pengamatan pribadi secara efektif yang dilakukan
oleh auditor terhadap pihak-pihak yang terkait (manajamen, anggota komite
6 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
audit, personil audit internal, dan/ atau pegawai-pegawai lainnya) dapat
mengidentifikasi adanya kecurangan pendapatan.
5. Pencarian secara Aktif untuk Informasi dan Pengaduan
Cara terbaik untuk melakukan pencarian informasi dan pengaduan untuk
berbagai macam kecurangan adalah dengan membuat saluran pengaduan, sistem
whistle-blower, atau sistem lainnya yang memungkinkan orang-orang dapat
menyampaikan informasi dan pengaduan secara anonym, sehingga auditor dan
pemeriksa kecurangan laporan keuangan dapat melakukan tinjauan terhadap
catatan dan transkrip saluran pengaduan untuk mengetahui informasi yang telah
dikumpulkan dan untuk melakukan tinjauan terhadap proses tindak lanjut yang
dilakukan perusahaan terhadap informasi dan pengaduan tersebut.
Namun demikian dalam mendeteksi kecurangan, indicator seharusnya hanya dilihat
berdasarkan konteks. Selain itu, indicator kecurangan juga harus diamati dan
diketahui.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan riset tentang kecurangan, saat ini
auditor memiliki alat dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mencari
indicator kecurangan secara proaktif, tergantung pada jenis indicator yang
diperkirakan menimbulkan adanya kecurangan.
II. KECURANGAN PERSEDIAAN DAN HARGA POKOK PENJUALAN
Selain skema kecurangan pendapatan, terdapat pula skema kecurangan berupa
manipulasi akun persediaan dan harga pokok penjualan, sebagai contoh terdapat
persediaan yang lebih saji yang mengakibatkan harga pokok penjualan kurang saji dan
margin kotor serta laba bersih menjadi lebih saji dengan jumlah yang sama (tidak
termasuk pajak).
Sama halnya dengan proses identifikasi kecurangan pendapatan, terdapat beberapa
tahap untuk mengidentifikasi terjadinya kecurangan terkait persediaan dan harga pokok
penjualan, antara lain:
A. Identifikasi Eksposur Kecurangan Persediaan
Terdapat sejumlah potensi skema kecurangan persediaan, beberapa yang paling
umum meliputi: (1) Pencatatan ganda; (2) Kapitalisasi biaya yang seharusnya
dibebankan; (3) Permasalahan pisah batas; (4) Estimasi berlebihan terhadap
persediaan; (5) Faktur diterbitkan tetapi barang ditahan (bill-and-hold sales); (6)
Persediaan konsinyasi. Salah satu cara terbaik untuk mengidentifikasi eksposur
7 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
kecurangan laporan keuangan adalah dengan membuat diagram mengenai berbagai
jenis transaksi terkait persediaan yang terjadi dalam organisasi.
B. Identifikasi Indikator Kecurangan Persediaan
Indikator kecurangan dapat dibagi menjadi 6 (enam) kategori, antara lain:
1. Pencarian secara Aktif Indikator Analitis Persediaan dan Harga Pokok Penjualan
Cara praktis untuk mulai melakukan pencarian indicator analitis adalah berfokus
pada perubahan dan perbandingan dalam laporan keuangan. Analisis secara
khusus yang biasanya dilakukan adalah:
- Melakukan analisis terhadap saldo keuangan dan hubungannya dalam
laporan keuangan. Terdapat dua cara yang paling umum digunakan dalam
analisis laporan keuangan yaitu dengan mencari perubahan yang tidak wajar
dalam: (a) saldo akun dari periode ke periode; atau (b) hubungan dari
periode ke periode.
- Membandingkan jumlah atau hubungan dalam laporan keuangan dengan
informasi di luar laporan keuangan. Terdapat dua jenis analisis terkait hal ini
yaitu: (a) membandingkan informasi laporan keuangan antara perusahaan
dengan perusahaan lainnya; atau (b) membandingkan jumlah yang tercatat
dalam laporan keuangan dengan jumlah aset yang direpresentasikan.
2. Pencarian secara Aktif Indikator Akuntansi atau Indikator Dokumentasi
Salah satu cara yang umum digunakan yaitu mendeteksi adanya upaya
manajemen melakukan posting satu atau lebih ayat jurnal yang tidak seharusnya
secara langsung pada catatan akuntansi, sehingga mengabaikan proses
pengendalian internal. Apalagi dengan kemajuan teknologi perangkat lunak
seperti Picalo, ACL© atau IDEA©, pemeriksa kecurangan dapat dengan mudah
melakukan investigasi terhadap jutaan ayat jurnal untuk menemukan potensi
kecurangan. Selain itu, ayat jurnal tersebut harus dianalisis untuk menentukan
apakah ayat jurnal tersebut tidak wajar terkait 5W (Who, What, When, Where,
dan Why).
3. Pencarian secara Aktif Indikator Pengendalian Persediaan
Terdapat 2 (dua) faktor terkait dengan pengendalian dalam hubungannya dengan
kecurangan persediaan, yaitu: (a) Akuntan dan auditor laporan keuangan
terbiasa mendapatkan pengecualian pengendalian dalam jumlah yang terbatas,
ketika menilai kecukupan dari sistem pengendalian internal; (b) Lingkungan
pengendalian (komite audit atau dewan direksi lemah).
8 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
4. Pencarian secara Aktif Indikator Perilaku, atau Pencarian secara Aktif Indikator
Verbal dan Indikator Gaya Hidup
Indikator gaya hidup lebih banyak membantu ketika berusaha mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan dengan kecurangan
laporan keuangan karena banyak kecurangan laporan keuangan tidak secara
langsung mendatangkan keuntungan bagi pelakunya. Selain itu, pencarian
informasi secara verbal dan pengamatan pribadi secara efektif yang dilakukan
oleh auditor terhadap pihak-pihak yang terkait (manajamen, anggota komite
audit, personil audit internal, dan/ atau pegawai-pegawai lainnya) dapat
mengidentifikasi adanya kecurangan persediaan.
5. Pencarian secara Aktif untuk Informasi dan Pengaduan
Cara terbaik untuk melakukan pencarian informasi dan pengaduan untuk
berbagai macam kecurangan adalah dengan membuat saluran pengaduan, sistem
whistle-blower, atau sistem lainnya yang memungkinkan orang-orang dapat
menyampaikan informasi dan pengaduan secara anonym. Meskipun sebagian
besar perusahaan saat ini memiliki sistem whistle-blower, namun harus tetap
meminta informasi secara aktif baik kepada pengelola persediaan maupun
kepada pemasok.
9 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
CHAPTER 4. KECURANGAN TERKAIT LIABILITAS, ASET, DAN
PENGUNGKAPAN YANG TIDAK MEMADAI
Pada umumnya, audit laporan keuangan menggunakan prosedur audit yang dapat
diprediksi, yang diwajibkan dalam Standar Audit Berlaku Umum, sehingga
memungkinkan pelaku kecurangan dapat menemukan cara untuk menyembunyikan
skemanya dari auditor. Kecurangan laporan kuangan dapat dipandang sebagai
rangkaian kesatuan dari “yang mudah terdeteksi dan mungkin seharusnya dapat
terdeteksi oleh auditor yang bekerja sesuai Standar Audit Berlaku Umum” sampai “sulit
untuk terdeteksi dan bahkan mungkin tidak akan pernah terdeteksi oleh setiap auditor
yang melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Berlaku Umum”.
I. KECURANGAN LIABILITAS YANG KURANG SAJI
A. Cara Memanipulasi Liabilitas
Salah satu cara untuk memanipulasi liabilitas adalah menggunakan
restrukturisasi dan cadangan-cadangan liabilitas lainnya secara tidak sesuai.
B. Identifikasi Eksposur Kekurangan Liabilitas yang Kurang Saji
Cara paling mudah dalam mengidentifikasi eksposur kecurangan terkait
liabilitas yang kurang saji adalah dengan melakukan identifikasi terhadap
berbagai transaksi yang melibatkan liabilitas dan yang dapat disajikan terlalu
rendah, sehingga mengakibatkan adanya kurang saji pada liabilitas.
Terdapat 4 kategori skema kecurangan laporan keuangan terkait liabilitas,
antara lain:
1. Utang Dagang yang Kurang Saji;
2. Nilai Liabilitas yang Masih Harus Dibayar Kurang Saji;
3. Mengakui Pendapatan Diterima di Muka (Liabilitas) sebagai
Pendapatan; dan
4. Pencatatan Kewajiban di Masa yang Akan Datang secara Tidak
Lengkap.
10 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
C. Tidak Mencatat atau Mencatat Berbagai jenis Utang secara Tidak
Lengkap (Utang Wesel, Utang Hipotek, dan Lain-lain)
Selain pinjaman tidak diotorisasi dengan jaminan pada kepemilikan atas aset
perusahaan, terdapat beberapa cara untuk mencatat utang atau liabilitas yang
serupa secara tidak lengkap, yaitu:
- Tidak melaporkan atau mencatat utang pada pihak-pihak terkait secara
tidak lengkap;
- Meminjam tapi tidak mencantumkan nilai utang yang muncul karena
adanya batasan kredit maksimum yang diperbolehkan (lines of credit);
- Tidak mencatat nilai pinjaman yang terjadi;
- Mengajukan klaim bahwa utang yang ada telah dihapuskan oleh pihak
kreditur; dan/ atau
- Mengajukan klaim bahwa utang yang ada dalam pembukuan perusahaan
adalah utang pribadi dari pemilik atau pihak-pihak yang berkepentingan
dalam perusahaan dan bukan utang perusahaan.
Statement of Financial Accounting Standards No. 5 “Akuntansi untuk
Kontingensi”, mengharuskan liabilitas bersyarat untuk dicatat sebagai
liabilitas dalam laporan posisi keuangan jika kemungkinan adanya kerugian
atau pembayaran bersifat “mungkin”. Jika kemungkinan adanya kerugian
adalah kemungkinan yang cukup beralasan, maka liabilitas bersyarat harus
diungkapkan dalam catatan kaki sebuah laporan keuangan. Jika probabilitas
kerugian bersifat “jauh”, tidak ada keharusnan untuk mencantumkan
liabilitas bersyarat tersebut dalam laporan keuangan.
D. Mendeteksi Indikator Kecurangan Liabilitas yang Kurang Saji
Cara paling efektif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan terkait
liabilitas, yaitu auditor berfokus pada:
1. Indikator Analitis; dan
2. Indikator Akuntansi atau Dokumentasi.
E. Pencarian Proaktif Indikator terkait Pelaporan Liabilitas yang Tidak
Lengkap
Pencarian indicator analitis secara proaktif berarti bahwa auditor mencari
akun-akun yang tidak biasa dilihat dalam berbagai cara, yaitu dengan
melakukan evaluasi terhdap perubahan dan perbandingan-perbandingan
yang ada. Analisis secara khusus yang biasanya dilakukan adalah:
11 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
1. Analisis terhadap saldo keuangan dan hubungannya dalam laporan
keuangan. Terdapat dua cara yang paling umum digunakan dalam
analisis laporan keuangan yaitu dengan mencari perubahan yang tidak
wajar dalam saldo liabilitas dari periode ke periode dengan cara: (a)
berfokus pada perubahan angka-angka laporan keuangan yang aktual;
atau (b) mempelajari laporan arus kas; dan (3) Menggunakan analisis
horizontal.
2. Membandingkan jumlah-jumlah atau hubungan dalam laporan keuangan
dengan informasi di luar laporan keuangan, yaitu membandingkan hasil-
hasil keuangan dan tren dengan perusahaan sejenis dalam industry yang
sama.
II. KECURANGAN ASET YANG LEBIH SAJI
Salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan terkait aset yang lebih saji yaitu
ketika aset yang mengalami penurunan nilai tidak dinilai secara tepat, sehingga
biaya atau kerugian perusahaan menjadi kurang saji dan laba bersih akan
menjadi lebih saji.
A. Identifikasi Kecurangan Aset yang Lebih Saji
Terdapat 5 (lima) aset yang paling umum untuk dibuat menjadi lebih saji
nilainya, yaitu: (1) Kas, investasi jangka pendek, dan surat-surat berharga
yang lebih saji; (2) Piutang dan persediaan yang lebih saji; (3) Aset yang
lebih saji melalui merger dan akuisisi, atau dengan memanipulasi akun atau
transaksi antarperusahaan; (4) Aset tidak berwujud atau aset yang
ditangguhkan yang lebih saji; dan/ atau (5) Aset tetap yang lebih saji.
B. Bagian Mengkhawatirkan dari Manajemen Laba
Kecurangan laporan keuangan sering dimulai ketika manajemen menerapkan
metode atau asumsi akuntansi yang agresif ketika hal yang terlihat sebagai
perubahan yang “tidak ada salahnya” pada metode akuntansi akan
memberikan organisasi keuntungan yang dibutuhkan untuk memenuhi target
laba. Beberapa bentuk kecurangan antara lain:
1. Penggelembungan Aset melalui Merger dan Akuisisi (atau
Restrukturisasi) atau dengan Memanipulasi Akun dan/ atau Transaksi
Antarperusahaan.
12 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
Skema yang digunakan dalam mencatat nilai pasar aset secara tidak tepat
adalah kesalahan memilih entitas yang bertindak sebagai pembeli atas
entitas lain, mengalokasikan nilai buku atas aset-aset secara tidak tepat
atau dengan cara-cara lainnya.
2. Aset Tetap yang Lebih Saji (Properti, Pabrik, dan Peralatan)
Beberapa cara yang paling umum dilakukan adalah membiarkan aset
tidak berharga atau habis masa manfaatnya pada pembukuan (tidak
menghapuskan aset), melaporkan biaya depresiasi dengan nilai yang
lebih rendah atau pencatatan nilai sisa yang lebih saji, mencatat aset
tetap pada nilai yang sudah digelembungkan atau hanya merekayasa nilai
aset tetap untuk dicatat dalam laporan keuangan.
3. Kecurangan Kas dan Investasi Jangka Pendek
Bentuk skema kecurangan ini meliputi: sekuritas berharga telah dibuat
lebih saji nilainya secara material, melaporkan kas yang penggunaannya
dibatasi secara curang sebagai kas yang penggunaannya tidak dibatasi
pada laporan posisi keuangan, dan/ atau pegawai atau pemasok mencuri
kas dalam jumlah yang signifikan.
4. Piutang Dagang yang Lebih Saji (Tidak Terkait Pengakuan Pendapatan)
atau Persediaan (Tidak Terkait dengan Harga Pokok Penjualan)
Piutang dagang atau persediaan dapat dibuat dengan nilai yang lebih
tinggi dalam upaya agar aset menjadi lebih saji dan menutupi adanya
pencurian kas dan bukan untuk melaporkan laba yang lebih saji.
C. Identifikasi dan Pencarian secara Aktif Indikator Kecurangan Aset
yang Lebih Saji
Sama seperti kasus kecurangan liabilitas, cara paling efektif untuk
mendeteksi jenis kecurangan laporan keuangan terkait aset yang lebih saji,
yaitu auditor berfokus pada:
1. Indikator Analitis; dan
2. Indikator Akuntansi atau Dokumentasi.
III. KECURANGAN PENGUNGKAPAN YANG TIDAK MEMADAI
Kecurangan pengungkapan yang tidak memadai termasuk penerbitan laporan
keuangan yang mengandung kecurangan atau pernyataan yang menyesatkan
13 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
dalam pengungkapannya. Kecurangan tersebut dapat juga termasuk pernyataan
yang seharusnya dibuat oleh manajemen, namun tidak dibuat oleh manajemen.
A. Jenis-jenis Kecurangan Pengungkapan
Kecurangan pengungkapan dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok
berikut:
1. Representasi yang salah terkait sifat dasar atau produk perusahaan;
2. Representasi yang salah dalam MD&A dan informasi lain yang bersifat
non-keuangan dalam laporan keuangan; dan
3. Representasi yang salah atau penghilangan dalam catatan kaki laporan
keuangan.
B. Mendeteksi Kecurangan Pengungkapan yang Tidak Memadai
Biasanya akan lebih mudah mendeteksi kecurangan pengungkapan yang
menyesatkan daripada mendeteksi kecurangan pengungkapan yang berupa
ketiadaan pengungkapan. Selanjutnya, indicator-indikator yang akan dicari
berbeda, tergantung dari jenis kecurangan pengungkapan yang sedang
menjadi perhatian.
C. Kecurangan Pengungkapan terkait Laporan Keuangan dan Catatan
Kaki Laporan Keuangan
Beberapa teknik pemeriksaan kecurangan dapat digunakan untuk mendeteksi
pengungkapan yang tidak memadai, yaitu:
1. Melihat ketidakkonsistenan antara pengungkapan dan informasi yang
ada dalam laporan keuangan dan informasi lainnya yang tersedia;
2. Membuat pertanyaan pada manajemen dan pihak lainnya dalam
perusahaan tersebut berkenaan dengan transaksi yang dilakukan dengan
pihak-pihak yang terkait, liabilitas bersyarat, dan kewajiban kontraktual;
3. Melakukan tinjauan terhadap dokumen dan catatan perusahaan pada
komite audit dan lembaga regulasi lainnya mengenai nama-nama pejabat
dan direksi yang menempati posisi manajemen atau direktur pada
perusahaan lain.
IV. JENIS LAIN DALAM KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Terdapa beberapa jenis kecurangan laporan keuangan yang tidak begitu umum
dijumpai, antara lain:
A. Akuntansi untuk Transaksi Non-moneter yang Tidak Tepat
14 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
B. Akuntansi untuk Transaksi Roundtrip yang Tidak Tepat
C. Akuntansi untuk Pembayaran di Luar Negeri yang Tidak Tepat atas
Pelanggaran terhadap Foreign Corrupt Practices Act (FCPA)
D. Penggunaan Ukuran Keuangan Non-PABU (Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum) secara Tidak Tepat; dan
E. Penggunaan Pengaturan Akun di Luar Laporan Posisi Keuangan yang Tidak
Tepat.
15 | P a g e
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF STAR-PRO BPKP
CONTOH KASUS:
Kasus dugaan kecurangan yang diungkapkan oleh salah seorang komisaris PT. KAI
berupa adanya manipulasi atas laporan keuangan pada PT. KAI Tahun 2005. Kasus ini
bermula pada perbedaan persepsi pihak manajemen dengan pihak komisaris, dimana
pihak komisaris menolak laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik S. Manan yang menyatakan bahwa perusahaan BUMN tersebut tercatat telah
meraup keuntungan sebesar Rp 6,9 milyar. Sedangkan menurut pihak komisaris, PT.
KAI seharusnya merugi sebesar Rp 63 milyar. Perbedaan pandangan tersebut antara
lain mengenai: (1) Kewajiban perseroan membayar Surat Ketetapan Pajak PPN sebesar
Rp 95,2 milyar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003
disajikan oleh auditor (KAP) dalam laporan keuangan sebagai piutang/ tagihan kepada
beberapa pelanggan. Komisaris dalam hal ini berpendapat bahwa pencadangan kerugian
harus dilakukan karena kecilnya kemungkinan tertagihnya pajak kepada para
pelanggan. (2) Terkait sisa saldo penurunan nilai persediaan suku cadang dan
perlengkapan di akhir tahun 2005 yang belum dibebankan sebagai kerugian oleh pihak
manajemen sebesar Rp 6 milyar, dimana menurut pihak komisaris seharusnya saldo
penurunan tersebut dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005. (3) Masalah Bantuan
Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYDBS) sebesar Rp 674,5 milyar dan
Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 70 milyar oleh pihak manajemen
disajikan sebagai bagian dari utang dalam neraca per 31 Desember 2015, sedangkan
menurut pihak komisaris bantuan pemerintah tersebut seharusnya disajikan sebagai
bagian dari modal perseroan.
(sumber : http://bisnis.tempo.co/read/news/2006/08/07/05681332/laporan-keuangan-
kereta-api-diduga-salah)
16 | P a g e