rks baru
DESCRIPTION
ksrTRANSCRIPT
RENCANA KERJA
DAN SYARAT-SYARAT
PROYEK : PT. RUBICON
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN GEDUNG 2 LANTAI
LOKASI : Semarang
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM
Pasal I.01. PERATURAN UMUM
Tata laksana dalam penyelenggaraan pembangunan ini dilaksanakan berdasarkan peraturan-
peraturan sebagai berikut :
1. Sepanjang tidak ada ketentuan lain untuk melaksanakan pekerjaan bangunan borongan di
Indonesia, maka yang sah dan mengikat adalah Syarat-syarat Umum (SU) untuk
melaksanakan pekerjaan borongan bangunan di Indonesia (AV) Nomor 9 tanggal 28 Mei
1941 dan tambahan Lembaran Negara No. 14571.
2. Peraturan-peraturan Daerah setempat yang berlaku dan tidak bertentangan.
Pasal I.02. PEMBERI TUGAS PEKERJAAN
Pemberi Tugas Pekerjaan ialah : Universitas Diponegoro , Semarang
Pasal I.03. DIREKSI
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan oleh Direksi yang terdiri dari :
1. PT. RUBICON
1
2. Unuversitas Diponegoro
Pasal I.04. PERENCANA
1. Perencana untuk pekerjaan ini adalah perorangan/badan hukum yang ditunjuk oleh PT.
Rubicon.
2. Perencana secara berkala berkewajiban untuk berkonsultasi dengan Panitia Pembangunan
pada tahap perencanaan dan dalam penyusunan dokumen lelang.
3. Perencana berkewajiban pula untuk mengadakan pengawasan berkala dalam pelaksanaan
proyek.
4. Perencana tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan sebelum
mendapat ijin dari Panitia Pembangunan.
5. Bilamana Perencana menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan atau
menyimpang dari Bestek supaya segera memberitahukan kepada Panitia
Pembangunan.
Pasal I.05. PENGAWAS LAPANGAN
1. Didalam pelaksanaan sehari-hari ditempat pekerjaan sebagai Pengawas Lapangan
perorangan/badan hukum yang ditunjuk oleh PT. Rubicon.
2. a. Pengawas tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan
sebelum mendapat ijin dari Panitia Pembangunan.
b. Bilamana Pengawas Lapangan menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam
pelaksanaan atau menyimpang dari bestek supaya segera memberitahukan kepada
Panitia Pembangunan.
3. Pengawas diwajibkan menyusun rekaman Pengawasan selama pelaksanaan berlangsung
dari 0% - 100%, disampaikan kepada Panitia Pembangunan.
2
Pasal I.06. PEMBORONG
Perusahaan berstatus Badan Hukum yang usaha pokoknya adalah melaksanakan
pekerjaan pemborongan bangunan yang memenuhi syarat-syarat bonafiditas dan kualitas
menurut Panitia Lelang yang ditunjuk oleh Panitia Pembangunan untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut setelah memenangkan pelelangan ini / dengan penunjukan langsung dan
penawarannya telah disetujui Panitia Pembangunan.
Pasal I.07. PEMBERIAN PENJELASAN
1. Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) akan diadakan pada:
a. Hari : Senin
b. Tanggal : 21 September 2015
c. Waktu/Jam : 09.00 WIB
d. Tempat : Gedung Prof. Soedharto , Kampus Undip Tembalang , Semarang
2. Bagi mereka yang tidak mengikuti aanwijzing tidak diperbolehkan mengikuti lelang.
3. Berita Acara Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) dapat diambil :
a. Hari : Senin
b. Tanggal : 21 September 2015
c. Waktu/Jam : 13.00 wib
d. Tempat : Gedung Prof. Soedharto , Kampus Undip Tembalang , Semarang
3
Pasal I.08. PELELANGAN
1. Peserta Lelang adalah mereka yang datang secara resmi pada saat pemberian penjelasan
(aanwijzing).
2. Setiap peserta lelang hanya boleh menyampaikan satu penawaran.
3. Pemasukan Surat Penawaran paling lambat pada :
a. Hari : Senin
b. Tanggal : 21 Desember 2015
c. Waktu/Jam : 08.00
d. Tempat : Gedung Prof. Soedharto , Kampus Undip Tembalang , Semarang
4. Pembukaan Surat Penawaran akan dilaksanakan oleh Panitia Lelang dihadapan para
peserta lelang :
a. Hari : Senin
b. Tanggal : 21 Desember 2015
c. Waktu/Jam : 09.30
d. Tempat : Gedung Prof. Soedharto , Kampus Undip Tembalang , Semarang
Peserta lelang tidak dapat diwakilkan , dengan menunjukkan identitas diri ( Kartu Tanda
Mahasiswa atau Kartu Tanda Penduduk ).
5. Peserta lelang harus menanggung semua biaya yang berkenaan dengan penyiapan dan
pemasukan penawarannya.
Pasal I.09. SAMPUL SURAT PENAWARAN
1. Sampul Surat penawaran berukuran 25 x 40 cm berwarna putih dan tidak tembus baca.
(kertas manila)
2. Sampul surat penawaran yang sudah berisi surat penawaran lengkap dengan lampiran-
lampirannya supaya ditutup (dilem) dan diberi lak ( tempelan bulat warna merah ) di lima
4
tempat seperti ditunjukkan pada gambar berikut dan tidak diberi kode cap cincin atau kop
perusahaan dan kode-kode lainnya.
3. Sampul surat penawaran disebelah kiri atas dan disebelah kanan atas supaya ditulisi dan
diketik langsung (boleh tempelan ) (periksa contoh sampul surat penawaran).
HARI : ..........................
TANGGAL : ..........................
WAKTU/ JAM : ..........................
25 cm
lak
lak
lak
lak
lak
40 cm
40 cm
25 cm
KEPADA YTH.
PANITIA PELELANGAN PT. SUMARECONJl. Plamongan Indah No. 5Semarang. Telp. (024) 7474943
SURAT PENAWARAN
PEMBANGUNAN GEDUNG 3 LANTAI PT. PELITA PROPERTINDO
SEJAHTERATEMBALANG - SEMARANG
NO UNDIAN
5
Pasal I.10. SAMPUL SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH
Sampul surat penawaran tidak sah dan dinyatakan gugur bilamana:
1. Sampul surat penawaran dibuat menyimpang dari atau tidak sesuai dengan syarat-syarat
dalam Pasal I.09.
2. Sampul surat penawaran terdapat nama penawar atau terdapat harga penawarannya, atau
terdapat tanda-tanda diluar syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Pasal I.09.
Pasal I.11. PERSYARATAN PENAWARAN
1. Penawaran yang diminta adalah penawaran yang lengkap menurut gambar, ketentuan-
ketentuan RKS, serta Berita Acara Aanwijzing.
2. Surat-surat yang dibuat oleh Pemborong harus dibuat diatas kertas yang ada kop nama
perusahaan (Pemborong) dan harus ditandatangani oleh Direktur Pemborong yang
bersangkutan dan dibawah tanda tangannya supaya disebutkan nama terangnya.
3. Surat Penawaran diberi materai Rp 6.000,- dan materai supaya diberi tanggal, bulan, tahun
terkena tanda tangan dan cap perusahaan.
4. Surat Penawaran termasuk lampiran-lampirannya supaya dimasukkan ke dalam satu
amplop sampul surat penawaran yang tertutup.
5. Surat penawaran bermaterai Rp 6.000,- dengan lampiran-lampiran sebagai berikut:
1). Rekapitulasi dan Rencana Anggaran Biaya.
2). Daftar Harga Satuan Pekerjaan.
3). Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
4). Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah Tenaga.
5). Uraian metode pelaksanaan pekerjaan.
6). Daftar Personil Inti dan Pendukung untuk melaksanakan pekerjaan.
7). Foto copy SIUJK yang masih berlaku (asli ditunjukkan saat lelang).
6
8). Foto copy NPWP (asli ditunjukkan saat lelang).
9). Foto copy Akte Pendirian Perusahaan beserta perubahan-perubahannya (asli
ditunjukkan saat lelang).
10). Foto copy Referensi Bank Umum bukan BPR (asli diserahkan kepada Panitia)
11). Jaminan Penawaran berupa Jaminan Bank dari Bank Umum bukan BPR atau Surety
Bond dari Perusahaan Asuransi yang mempunyai Program Surety Bond, minimal
sebesar 2% dari harga penawaran diatas materai Rp 6.000,00 .
12). Surat Pernyataan tunduk dan sanggup melaksanakan pekerjaan dan mentaati
Peraturan-Peraturan Pemerintah yang dibubuhi materai Rp 6.000,00 dan diberi
tanggal, bulan, serta tahun dan cap perusahaan..
6. Bagi Pemborong yang sudah memasukkan surat penawaran, tidak dapat mengundurkan diri
dan tetap terikat untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut bilamana
pekerjaan diberikan kepadanya menurut penawaran yang diajukan.
7. Bilamana Pemborong yang telah ditunjuk ternyata mengundurkan diri, maka pekerjaan
diberikan kepada pemenang urutan kedua dan dapat menerima persyaratan yang sama
dengan pemenang pelelangan yang pertama.
8. Bagi Pemborong yang mengundurkan diri setelah ditunjuk dikenakan sanksi ialah:
a. Tidak diikutsertakan dalam pelelangan yang akan datang
b. Dicatat dalam konduite.
Pasal I.12. SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH
Surat penawaran yang tidak sah dan dinyatakan gugur bilamana:
1. Surat penawaran tidak dimasukkan dalam sampul tertutup.
2. Surat penawaran, surat-surat pernyataan kesanggupan, rekapitulasi dan RAB, Analisa
Harga Satuan Pekerjaan, Daftar Harga Satuan Pekerjaan, Daftar Harga Satuan Bahan dan
Upah Tenaga dibuat tidak menggunakan kertas kop nama dari Pemborong yang
bersangkutan.
7
3. Surat penawaran tidak bermaterai Rp 6.000,- dan atau tidak diberi tanggal dan tidak terkena
tanda tangan penawar dan tidak ada cap perusahaan.
4. Surat penawaran tidak ditandatangani oleh penawar.
5. Harga penawaran yang tertulis dengan angka tidak sesuai dengan yang tertulis dengan
huruf.
6. Tidak jelas besarnya jumlah penawaran baik tertulis dengan angka maupun dengan huruf.
7. Surat penawaran dari Pemborong yang tidak diundang
8. Surat penawaran yang tidak lengkap lampirannya seperti Pasal I.11.5. atau terdapat
lampiran surat penawaran yang tidak sah.
Pasal I.13. CALON PEMENANG
1. Apabila harga penawaran telah dianggap wajar dalam batas ketentuan mengenai harga
satuan (harga standard) yang telah ditetapkan serta telah sesuai dengan ketentuan yang
ada, maka panitia menetapkan 5 (lima) peserta yang telah memasukkan penawaran yang
paling menguntungkan dalam arti:
a. Penawaran secara administrasi dapat dipertanggungjawabkan
b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran yang tersebut adalah yang terendah diantara penawaran yang memenuhii
syarat seperti tersebut pada No. 1a dan 1b diatas.
2. Jika 2 (dua) peserta lelang atau lebih mengajukan harga penawaran sama, maka panitia
memilih peserta menurut pertimbangan mempunyai kecakapan dan kemampuan yang
terbesar setelah melalui tahapan presentasi.
Jika bahan-bahan untuk menentukan, pilihan itu tidak ada, maka penilaiannya dilakukan
dengan undian hal mana harus dicatat dalam berita acara.
3. Panitia membuat laporan kepada pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai
penetapan calon pemenang. Laporan tersebut disertai usulan serta penjelasan tambahan
dan keterangan untuk mengambil keputusan.
8
Pasal I.14. PENETAPAN PEMENANG
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh panitia, pejabat yang berwenang menetapkan
pemenang pelelangan dan cadangan pemenang pelelangan urutan kedua diantara calon yang
diusulkan oleh Panitia.
Pasal I.15. PENGUMUMAN PEMENANG
1. Pengumuman pemenang dilakukan oleh Panitia setelah ada penetapan pemenang
pelelangan dari pejabat yang berwenang.
2. Kepada Pemborong yang berkeberatan atas penetapan calon pemenang pelelangan yang
berhak mengikuti tahapan presentasi/klarifikasi diberikan kesempatan untuk mengajukan
sanggahan secara tertulis kepada pejabat yang bersangkutan selambat-lambatnya 30 menit
setelah pengumuman / penetapan pemenang.
Sanggahan hanya dapat diajukan terhadap pelaksanaan prosedur pelelangan.
3. Jawaban terhadap sanggahan diberikan secara lisan / tertulis selambat-lambatnya dalam
waktu 30 menit setelah diterimanya sanggahan tersebut.
Pasal I.16. PEMBATALAN LELANG
Lelang dibatalkan bilamana:
1. Penawaran yang memenuhi syarat-syarat/yang sah kurang dari 3 (tiga) peserta.
2. Berhubung berbagai hal tidak memungkinkan penetapan
Pasal I.17. PEMBERIAN / PELULUSAN PEKERJAAN
1. Panitia Pembangunan/ Panitia Pembangunan akan memberikan pekerjaan kepada
Pemborong sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9
2. SPK (Gunning) akan diberikan kepada Pemborong yang telah ditunjuk paling cepat dalam
waktu 1/2 jam ( 30 menit ), paling lambat dalam waktu 60 menit setelah pengumuman
pemenang pelelangan.
Pasal I.18. PELAKSANA / PEMBORONG
1. Bilamana akan memulai di lapangan, pihak Pemborong supaya memberitahukan secara
tertulis kepada Panitia Pembangunan yang bersangkutan.
2. Pemborong supaya menempatkan seorang Kepala Pelaksana yang ahli dan diberi kuasa
penuh oleh Direktur Pemborong untuk bertindak atas namanya.
3. Kepala Pelaksana yang diberi kuasa penuh harus selalu berada ditempat pekerjaan agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang ditugaskan oleh Proyek.
4. Kepala Pelaksana disyaratkan yang berpengalaman dan pembantu-pembantunya minimal
dapat memahami bestek dan mengerti gambar.
Pasal I.19. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
Pemborong sebelum mulai melaksanakan pekerjaan diharuskan mengadakan penelitian /
pemeriksaan bersama (mutual check),meliputi :
1. Lapangan / bahan yang tersedia
2. Gambar-gambar secara menyeluruh
3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing
Pekerjaan harus dilaksanakan antara lain menurut:
a. RKS dan gambar-gambar detail untuk pekerjaan ini
b. RKS dan segala perubahan-perubahannya dalam aanwijzing (Berita Acara Aanwijzing)
c. Petunjuk-petunjuk dari Panitia Pembangunan dan Direksi.
10
Pasal I.20. PENETAPAN UKURAN-UKURAN DAN PERUBAHAN- PERUBAHAN
1. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran-ukuran yang
tercantum dalam gambar dan bestek.
2. Pemborong diwajibkan mencocokkan ukuran satu sama lain, apabila ada perbedaan ukuran
dalam gambar dan RKS segera dilaporkan kepada Panitia Pembangunan.
3. Bilamana ternyata terdapat selisih atau perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka
petunjuk Panitia Pembangunan / Direksi yang dijadikan pedoman.
4. Bila dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka Pemborong tidak
berhak minta ongkos kerugian, kecuali bilamana Pemborong dapat membuktikan bahwa
dengan adanya perubahan – perubahan tersebut Pemborong menderita kerugian.
5. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka perencana
harus membuat gambar perubahan (revisi) dengan tanda garis berwarna diatas gambar
aslinya, kesemuanya atas biaya Pemborong. Gambar perubahan tersebut harus disetujui
oleh Panitia Pembangunan.
6. Di dalam pelaksanaan, Pemborong tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan RKS
dan ukuran-ukuran gambar, kecuali seijin dan sepengetahuan Panitia Pembangunan.
Pasal I.21. PENJAGAAN DAN PENERANGAN
1. Pemborong wajib menjaga keamanan, ketertiban, dan norma kesusilaan di lingkungan
lokasi pekerjaan. Pemborong harus mampu mengendalikan dan mengawasi segala
perbuatan yang tidak menyenangkan orang lain yang dilakukan oleh personil maupun
tenaga kerja yang ditugaskan di lokasi pekerjaan.
2. Pemborong harus mengurus penjagaan diluar jam kerja (siang dan malam) dalam komplek
pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain-lain.
3. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan/lampu pada
tempat tertentu satu sama lain hal atas kehendak Proyek.
4. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lain yang disimpan
dalam gudang dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan pencurian, Pemborong
harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran pekerjaan.
11
5. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase ditempat
pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran atau alat bantu lain untuk keperluan yang sama
harus selalu berada ditempat pekerjaan.
6. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian-kerugian dalam
pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material juga gudang dan lain-lain, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemborong.
7. Pemborong supaya segera mengurus JAMSOSTEK.
Pasal I.22. KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Bilamana terjadi kebakaran, Pemborong harus segera mengambil tindakan dan segera
memberitahukan kepada Panitia Pembangunan.
2. Pemborong harus memenuhi / mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan korban dan
keluarganya.
3. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-syarat Palang
Merah dan setiap kali habis digunakan harus dilengkapi lagi.
4. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerja juga selalu memberikan
bantuan pertolongan kepada pekerja pihak ketiga dan juga menyediakan air minum yang
memenuhi syarat kesehatan.
5. Pemborong diwajibkan mentaati Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Pasal I.23. PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan-bahan bangunan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat
persetujuan dari Direksi terlebih dulu.
2. Semua bahan-bahan bangunan yang telah dinyatakan oleh Direksi tidak dapat dipakai
(afkeur) harus segera disingkirkan keluar lapangan pekerjaan dan hal ini menjadi tanggung
jawab Pemborong.
12
3. Bilamana Pemborong melanjutkan pekerjaan, dengan bahan-bahan bangunan yang telah
ditolak, maka Direksi berhak menyuruh membongkar dan harus diganti dengan bahan-
bahan yang memenuhi syarat atas tanggung jawab Pemborong.
4. Bilamana Direksi meragukan akan mutu (kualitas) bahan bangunan yang digunakan, Direksi
berhak minta kepada pihak Pemborong untuk memeriksakan bahan-bahan bangunan yang
akan ditentukan atas biaya Pemborong.
5. Diutamakan penggunaan bahan produksi Dalam Negeri.
Pasal I.24. KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEURE
1. Semua kenaikan harga yang bersifat biasa, Pemborong tidak dapat mengajukan klaim.
2. Semua kenaikan harga akibat kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dibidang moneter
yang bersifat nasional dapat mengajukan claim sesuai dengan keputusan Pemerintah dan
Pedoman resmi dari Pemerintah Republik Indonesia.
3. Semua kerugian akibat force majeure berupa bencana alam antara lain : gempa bumi, angin
topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain kejadian tersebut dapat dibenarkan
oleh Pemerintah, bukan menjadi tanggungan Pemborong.
Pasal I.25. LAIN-LAIN
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini dijelaskan didalam aanwijzing dan atau akan
diberikan petunjuk oleh Panitia Pembangunan dan atau Direksi.
2. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara gambar dan ukuran, yang dipakai sebagai acuan
adalah ukuran atau dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Direksi.
3. Bilamana jenis pekerjaan yang telah tercantum didalam RAB (daftar kuantitas dan harga)
ternyata terdapat kekurangan, maka kekurangannya tersebut dapat ditambahkan menurut
pos-pos masing-masing dengan cara menambah huruf alpabet pada nomor terakhir dari
pos yang bersangkutan, misalnya pos persiapan nomor terakhir 4, maka penambahannya
tidak nomor 5, tetapi nomor 4a, 4b, 4c dan seterusnya.
13
4. RAB (daftar kuantitas dan harga) yang diberikan, volumenya tidak mengikat dan
Pemborong harus menghitung sendiri.
5. RAB Penawaran yang diajukan Pemborong sudah mencakup semua syarat teknis dari
Gambar Bestek yang dikeluarkan Perencana.
BAB II
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI
14
Pasal II.01. JAMINAN PENAWARAN
1. Jaminan penawaran berupa Jaminan Bank dari Bank Umum bukan BPR (Bank Perkreditan
Rakyat) atau Surety Bond dari Perusahaan Asuransi yang mempunyai program itu dengan
nilai minimal 2 (dua) % dari harga penawaran. Jumlah penawaran dinyatakan dalam mata
uang rupiah.
2. Bagi Pemborong yang tidak ditetapkan sebagai pemenang pelelangan, jaminan penawaran
dapat diambil setelah Panitia mengumumkan Pengumuman Pemenang.
3. Bagi Pemborong yang ditetapkan menjadi pemenang pelelangan, Jaminan Penawaran akan
diberikan kembali pada saat Jaminan Pelaksanaan diterima oleh Panitia Pembangunan
sekaligus menerima SPK.
Pasal II.02. JAMINAN PELAKSANAAN
1. Jaminan pelaksanaan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh prosen) dari nilai kontrak berupa
jaminan Bank dari Bank Umum bukan BPR atau 30 % (tiga puluh prosen) dari nilai kontrak
berupa Surety Bond dari Perusahaan Asuransi yang mempunyai program itu.
2. Jaminan pelaksanaan diserahkan kepada Panitia Pembangunan pada saat Pemborong
menerima SPK.
3. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan bilamana prestasi mencapai penyelesaian 100%
dan pekerjaan sudah diserahkan sepenuhnya dan diterima baik oleh Proyek (disertai Berita
Acara Penyerahan Akhir).
Pasal II.03. UANG MUKA DAN JAMINAN UANG MUKA
1. Panitia Pembangunan akan menyediakan pembayaran uang muka yang besarnya 20 %
(dua puluh prosen) dari harga kontrak, asalkan Pemborong telah menyerahkan jaminan
tanpa syarat yang bernilai sama dengan jumlah uang muka dalam bentuk jaminan Bank dari
Bank Umum bukan BPR, atau Surety Bond yang dikeluarkan oleh Perusahaan Asuransi
yang mempunyai program itu dengan masa laku jaminan sampai dengan uang muka telah
dibayar kembali.
15
2. Pemborong wajib menggunakan uang muka hanya untuk membayar biaya peralatan,
peralatan instalasi, material atau bahan, mobilisasi dan biaya-biaya yang diperlukan khusus
untuk melaksanakan pekerjaan ini. Pemborong wajib membuktikan bahwa uang muka telah
digunakan sebagaimana mestinya dengan menyerahkan salinan kuitansi-kuitansi atau
dokumen lainnya kepada Panitia Pembangunan.
3. Uang muka akan dikembalikan dengan memotong sejumlah tertentu dari pembayaran-
pembayaran kepada Pemborong sesuai dengan prestasi capaian pekerjaan. Uang muka
dan pengembaliannya tidak diperhitungkan dalam penilaian pekerjaan yang telah
diselesaikan, instruksi perubahan, penyesuaian harga, peristiwa-peristiwa, kompensasi,
bonus, atau denda keterlambatan.
Pasal II.04. MASA PELAKSANAAN DAN PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 30 (tiga puluh hari) hari kalender termasuk
hari besar dan hari raya.
2. Pekerjaan dapat diserahkan yang pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah selesai 100%
dan dapat diterima dengan baik oleh Panitia Pembangunan dengan disertai Berita Acara
dan dilampiri Daftar Kemajuan Pekerjaan. Pada penyerahan pertama untuk pekerjaan ini,
keadaan halaman serta bangunan harus dalam keadaan rapi dan bersih.
3. Untuk memudahkan dalam suatu penelitian sewaktu diadakan pemeriksaan teknis dalam
rangka Penyerahan I, maka Surat Permohonan Pemeriksaan Teknis yang diajukan kepada
Panitia Pembangunan supaya dilampiri:
a. Daftar Kemajuan Pekerjaan 100%
b. Satu album berisi photo berwarna yang menyatakan prestasi kerja
4. Surat permohonan pemeriksaan teknis yang dikirim kepada Panitia Pembangunan harus
sudah dikirimkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum batas waktu penyerahan
pertama kalinya berakhir.
5. Dalam penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dan bilamana terdapat pekerjaan
instalasi listrik maka pihak Pemborong harus menunjukkan kepada Panitia Pembangunan,
keterangan dari Instalatur yang telah terdaftar di PLN.
16
6. Bilamana pihak Pemborong tidak dapat menunjukkan Surat Pengesahan Instalasi Listrik
kepada Proyek maka penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya ditangguhkan dahulu,
agar tidak menjumpai kesulitan dikemudian hari sewaktu akan menyambung aliran listrik.
Pasal II.05. RENCANA KERJA DAN TATA WAKTU
1. Pemborong harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan beserta tata waktu yang
disetujui oleh Panitia Pembangunan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah SPK
diterbitkan serta Daftar Nama Pelaksana yang dikerahkan untuk menyelesaikan proyek ini.
2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja tersebut dan tata
waktu yang telah disetujui Panitia Pembangunan.
Pasal II.06. LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN
1. Laporan Harian dan Mingguan dibuat oleh Pemborong dan harus mendapat persetujuan
dari Direksi.
2. Pengawas tiap minggu diwajibkan mengirim laporan kepada Panitia Pembangunan
mengenai prestasi pekerjaan disertai laporan harian. Laporan harian dan mingguan dibuat
oleh Pengawas Lapangan dan dilegalisir oleh yang berwenang (Direksi).
3. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak termasuk adanya
bahan-bahan ditempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran uang oleh
Pemborong.
4. Contoh blangko laporan harian dan mingguan dapat dikonsultasikan dengan Direksi dan
Pengawas.
5. Atas keterlambatan pembuatan laporan harian dan mingguan oleh Pengawas akan ditegur
secara tertulis oleh Panitia Pembangunan.
Pasal II.07. CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran akan dilakukan sebagai berikut:
17
a. Angsuran I (Pertama), dibayar 30%, bilamana pekerjaan telah mencapai 35%
b. Angsuran II (Kedua), dibayar 30%, bilamana pekerjaan telah mencapai 65%
c. Angsuran III (Ketiga), dibayar 35%, bilamana pekerjaan telah mencapai 100% dan
seluruh pekerjaan sudah diserahkan yang pertama kalinya dan dapat diterima baik oleh
Panitia Pembangunan.
d. Angsuran IV (Keempat), dibayar 5%, bilamana masa pemeliharaan telah berakhir dan
sudah diserahkan kedua kalinya (penyerahan terakhir) dan diterima baik oleh Panitia
Pembangunan.
e. Disesuaikan dengan Kontrak Pemborongan dan pengembalian uang muka.
2. Tiap mengajukan pembayaran angsuran (termijn) dan penyerahan pertama harus disertai
Berita Acara Pemeriksaan, dilampiri daftar hasil kemajuan pekerjaan dan photo berwarna.
Pasal II.08. SURAT PERJANJIAN (KONTRAK)
1. Surat perjanjian Pemborongan / kontrak seluruhnya dibubuhi materai sebesar Rp 6.000,-
atas biaya Pemborong.
2. Surat perjanjian Pemborongan (kontrak) dibuat rangkap 4 (empat) atas biaya Pemborong.
3. Konsep Kontrak dibuat oleh Panitia Pembangunan, sedangkan lampiran-lampiran dan
seluruh kontrak disiapkan oleh Pemborong antara lain:
a. Bestek dan Voorwaarden / RKS yang disahkan
b. Berita Acara Aanwijzing yang disahkan
c. Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran
d. Berita Acara Evaluasi
e. Usulan Penetapan Pemenang
f. Penetapan Pemenang
g. Pengumuman Pemenang
h. SPK (Gunning)
18
i. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya.
j. Foto copy Jaminan Pelaksanaan
k. Gambar pelaksanaan
Pasal II.09. PERMULAAN PEKERJAAN
1. Selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu terhitung dari SPK (Gunning) dikeluarkan
Panitia Pembangunan, pekerjaan harus sudah dimulai.
2. Bilamana ketentuan seperti tersebut Pasal II.09.1 diatas tidak dipenuhi maka jaminan
pelaksanaan dinyatakan hilang dan menjadi milik Pemerintah.
3. Pemborong wajib memberitahukan kepada Panitia Pembangunan, bila akan memulai
pekerjaan.
Pasal II.10. MASA PEMELIHARAAN
1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 30 ( tiga puluh) hari kalender setelah penyerahan
pertama.
2. Bilamana dalam masa pemeliharaan terjadi kerusakan akibat kurang sempurnanya dalam
pelaksanaan atau kurang baiknya mutu bahan-bahan yang dipergunakan, maka Pemborong
harus segera memperbaiki dan menyempurnakan atas biaya Pemborong sendiri.
Pasal II.11. PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN
1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang diajukan kepada Panitia
Pembangunan harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum
batas waktu penyerahan pertama kali berakhir dan surat tersebut supaya dilampiri:
a. Data-data yang lengkap
b. Rencana kerja baru dan tata waktunya yang sudah disesuaikan dengan sisa pekerjaan
2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap tidak akan
dipertimbangkan.
3. Permintaan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dapat
diterima oleh Panitia Pembangunan bilamana:
19
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer of minder-werk) yang tidak dapat
dielakkan lagi setelah atau sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak
b. Adanya surat perintah tertulis dari Panitia Pembangunan tentang pekerjaan tambahan
c. Adanya perintah tertulis dari Panitia Pembangunan yang menyatakan pekerjaan untuk
sementara waktu dihentikan.
d. Adanya force majeure (bencana alam, gangguan keamanan, pemogokan, perang)
kejadian mana harus diteguhkan oleh yang berwenang.
e. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus ditempat pekerjaan secara langsung
mengganggu pekerjaan yang dilaporkan oleh Pengawas dilegalisir oleh Unsur Teknis
yang bersangkutan.
f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktunya yang telah ditentukan karena lahan
yang akan dikerjakan masih belum siap.
Pasal II.12. SANKSI / DENDA ATAS KETERLAMBATAN DAN KELALAIAN
1. Bilamana batas waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dilampaui (tidak
dipenuhi) maka Pemborong dikenakan denda/diwajibkan membayar denda satu 1o/oo
(permil) tiap hari. Keterlambatan sampai sebanyak-banyaknya 5 % (lima prosen) dari nilai
kontrak. Uang denda harus dilunasi pada waktu pembayaran angsuran pertama.
2. Menyimpang dari pasal 49 A.V. terhadap segala kelalaian mengenai peraturan atau tugas
yang tercantum dalam bestek ini, maka sepanjang dalam Bestek ini tidak ada ketetapan
denda lainnya, Pemborong dapat dikenakan denda sebesar 1o/oo (satu permil) tiap kali
terjadi kelalaian dengan tidak ada pengecualian.
3. Bilamana ada perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambahan dan tidak disebutkan jangka
waktu pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaannya tidak akan diperpanjang.
4. Bilamana jangka waktu penyerahan kedua yang telah ditetapkan dilampaui, maka
Pemborong dikenakan sama dengan butir 1.
20
Pasal II.13. PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN
1. Harga untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh Panitia
Pembangunan, Pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.
2. Sebelum pekerjaan tambahan dikerjakan, Pemborong supaya mengajukan kepada Panitia
Pembangunan agar dapat memperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat
dibayar atau tidak.
3. Untuk memperhitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan menggunakan harga
satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran / kontrak.
4. Bilamana harga satuan pekerjaan belum tercantum dalam surat penawaran yang diajukan,
maka akan disesuaikan secara musyawarah.
Pasal II.14. D O K U M E N T A S I
1. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih 0% supaya
diadakan pemotretan ditempat yang dianggap penting menurut pertimbangan Direksi
dengan ukuran 9 x 14 cm2 sebanyak 3 (tiga) stel.
2. Setiap permintaan pembayaran termijn (angsuran) dan penyerahan pertama harus
diadakan pemotretan yang masing-masing menurut pengajuan termijn dengan ukuran 9 x
14 cm2 sebanyak 1 (satu) stel.
Pasal II.15. PENCABUTAN PEKERJAAN
1. Sesuai dengan pasal 62 A.V. Sub 3b. Panitia Pembangunan berhak membatalkan atau
mencabut pekerjaan dari tangan Pemborong apabila ternyata pihak Pemborong telah
menyerahkan pekerjaan keseluruhannya atau sebagian pekerjaan kepada Pemborong lain,
semata-mata mencari keuntungan saja dari pekerjaan tersebut.
2. Pada pencabutan pekerjaan, Pemborong hanya dapat dibayar pekerjaan yang telah selesai
dan telah diperiksa serta disetujui oleh Panitia Pembangunan, sedangkan bahan bangunan
yang berada ditempat menjadi resiko Pemborong sendiri.
3. Penyerahan bagian-bagian dari atau seluruh pekerjaan kepada Pemborong lain (order
aanemer) tanpa seijin tertulis dari Panitia Pembangunan tidak diijinkan.
21
4. Bilamana terjadi pihak kedua menyerahkan seluruhnya maupun sebagian pekerjaan kepada
pihak ketiga tanpa seijin pihak kesatu, maka akan diperingatkan oleh pihak kesatu secara
tertulis.
22
BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pasal III.01. LINGKUP DAN URAIAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Pemborong ialah pekerjaan konstruksi, meliputi :
a. Gedung Lantai I
1). Lantai seluas 400 m2
2). Tangga seluas 5x 3,4 m2
3). Dan pekerjaan lain-lain sesuai gambar dan RAB.
b. Gedung Lantai II
4). Lantai seluas 400 m2
5). Tangga seluas 5x 3,4 m2
6). Dan pekerjaan lain-lain sesuai gambar dan RAB.
2. Pekerjaan instalasi dalam
a. Pemasangan Instalasi listrik dan lampu-lampu penerangan lengkap dengan stop kontak,
saklar, dan lain-lain
3. Pekerjaan instalasi luar
- Pembuatan saluran
Dan lain-lain, sesuai gambar, Rencana Anggaran dan petunjuk direksi.
23
4. Pemberian Pekerjaan meliputi:
1). Mendatangkan, mengelola, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja,
pengadaan alat-alat bantu dan sebagainya, yang pada umumnya langsung atau tidak
langsung termasuk di dalam usaha penyelesaian dengan baik dan menyerahkan
pekerjaan dengan sempurna dan lengkap.
2). Termasuk juga disini pekerjaan-pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang walaupun
tidak disebutkan di dalam bestek dan gambar tetapi masih dalam lingkup pekerjaan yang
harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
3). Tanah bangunan termasuk segala sesuatu yang berada diatasnya dan diserahkan
kepada Pemborong dalam keadaan yang ada pada waktu aanwijzing.
4). Pemborong harus menyerahkan hasil pekerjaan dengan sempurna, termasuk
pembersihan peralatan, halaman, dan sebagainya. Penempatan dan pemindahan
barang maupun hasil bongkaran sesuai petunjuk direksi.
5. Peraturan-peraturan pembangunan yang mengikat dalam pekerjaan ini adalah:
1). Peraturan syarat-syarat umum pelaksanaan pekerjaan Pemborongan di Indonesia
2). Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI. 2
3). Peraturan Umum untuk pemeriksaan bahan bangunan NI.3
4). Peraturan kapur sebagai Bahan Bangunan NI.7
5). Semen Portland NI.8
6). Bata merah sebagai bahan bangunan NI.10
7). Peraturan Muatan Indonesia NI.13
8). Peraturan Umum Instalasi Listrik SI-14/S.I/72
9). Peraturan Bangunan dari Kabupaten setempat.
10). Peraturan dari Pemerintah setempat.
24
Pasal III.02. TEMPAT TITIK DUGA DAN UKURAN-UKURAN
1. Lokasi pekerjaan di jalan Prof. Soedharto Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang.
2. Titik duga (0,00) permukaan lantai bangunan ditentukan sama dengan titik nol lantai
bangunan sebelah kanan atau kemudian di lapangan oleh Direksi.
3. Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-
gambar dengan catatan :
a. Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar, maka yang digunakan adalah ukuran-
ukuran pada gambar dengan skala yang lebih besar, atau yang menguntungkan.
b. Jika terdapat ketidaksesuaian antara gambar dengan RKS, maka harap dikonsultasikan
dengan Direksi.
c. Pemakaian dan pengambilan ukuran yang keliru sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan dilaksanakan menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
d. Penetapan ukuran dan sudut-sudut siku agar tetap dijaga dan diperhatikan ketelitiannya.
Pasal III.03. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pemborong diwajibkan untuk membuat papan nama Proyek. Tulisan dan ukuran harus
dikoordinasikan dengan Panitia Pembangunan
2. Pemborong harus membuat ruang direksi atau (minimum sewa) seluas sesuai dengan RAB
dengan spesifikasi :
Lantai batu bata diplester atau disesuaikan lokasinya.
Kap dari kayu kruing dan penutup atas asbes gelombang.
Pintu dan jendela yang dapat dikunci.
Yang dilengkapi dengan :
- 1 (satu) set meja tamu
- 2 (dua) buah meja tulis dengan ukuran sedang
25
- 1 (satu) set almari yang dapat dikunci untuk menyimpan kertas gambar dan dokumen
lainnya.
- 1 (satu) buah meja gambar
- 1 (satu) buah buku direksi
- 1 (satu) buah buku tamu
- Softboard untuk memasang gambar rencana pelaksanaan:
3. Pembuatan saluran pembuangan air sementara guna menjaga daerah pelaksanaan tetap
kering dan bebas dari genangan air hujan atau air limbah.
4. Ukuran tinggi lantai diberi tanda + 0,00 cm dari peil lantai yang akan ditentukan kemudian.
5. Pemborong harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran (tabung gas) dan peti
PPPK lengkap dengan isinya.
6. Pembuatan jalan masuk sementara untuk orang, barang dan kendaraan, letaknya harus
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lalu lintas kerja.
Pasal III.04. AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA
1. Pemborong harus memperhitungkan penyediaan air untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan yaitu dengan pemasangan Instalasi air dari sumber air ke pekerjaan. Sesuai
petunjuk Direksi dengan terlebih dahulu mengajukan ijin kepada Panitia Pembangunan.
2. Pemakaian listrik harus sesuai petunjuk Direksi dengan terlebih dahulu mengajukan ijin
kepada Panitia Pembangunan.
Pasal III. 05. PEKERJAAN BONGKARAN
1. Semua pekerjaan bongkaran sudah termasuk membuang atau mengangkut keluar
lokasi/lingkungan kampus sesuai petunjuk Direksi.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan pembongkaran, Pemborong harus memperhitungkan agar
tidak mengganggu lingkungan sekitarnya terutama suara-suara yang dapat mengganggu
aktifitas masyarakat.
3. Pemborong harus memperhatikan jaringan ataupun peralatan mekanikal elektrikal yang ada
sehingga fungsi kegiatan belajar mengajar pada bangunan yang lain tidak terganggu.
26
4. Apabila dijumpai suatu jaringan yang berhubungan dengan bangunan lain, Pemborong
harus mengkoordinasikan kepada Panitia Pembangunan/Pengguna Anggaran ataupun
pihak masyarakat dan memberikan upaya pengatasannya.
5. Pemborong harus bertanggung jawab terhadap adanya gangguan terhadap bangunan lain.
6. Bahan bongkaran yang masih berguna atau akan dipergunakan lagi diletakkan atau
ditempatkan yang akan ditentukan oleh Direksi. Pemborong bertanggung jawab terhadap
keutuhannya.
Pasal III. 06. PEKERJAAN TANAH GALIAN DAN URUGAN PONDASI
1. Pemborong perlu memperhitungkan keprasan dan timbunan tanah disesuaikan dengan
gambar rencana, setelah peil-peil rencana selesai dikerjakan, Pemborong mulai pasang
papan bangunan/bouwplank dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan
disetujui Direksi, selanjutnya pekerjaan galian tanah dimulai.
2. Semua urugan (Tanah Urug dan Sirtu) serta galian harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar-gambar & syarat-syarat yang diperlukan serta kemiringan lereng-lereng, untuk
lubang galian harus cukup agar tidak mudah atau mencegah longsor. Bila pada dasar galian
terdapat akar-akar pohon dan lain-lain, sisa jasad atau bagian-bagian yang gembur, semua
harus digali keluar dan diisi kembali dengan pasir yang dipadatkan/diairi selapis demi
selapis hingga waterpas kembali. Apabila terjadi penggalian yang melebihi kedalaman yang
ditentukan maka kelebihannya harus ditutup kembali dengan pasir yang dipadatkan dan
diairi lapis demi lapis dengan ketebalan masing-masing 15 cm, sampai kembali rata sesuai
dengan ketentuan.
3. Kelebihan tanah bekas galian atau bongkaran segera disingkirkan keluar dari halaman
pekerjaan supaya tidak mengganggu pekerjaan.
4. Terhadap kemungkinan berkumpulnya air di dalam galian-galian, baik pada waktu
penggalian ataupun pengerjaan pondasi harus disediakan pompa lumpur /pekerjaan
dewatering yang jika diperlukan bekerja terus-menerus.
5. Urugan tanah bekas pondasi harus dipadatkan dengan menggunakan stamper selapis demi
selapis dengan tebal tiap lapisnya 25 cm sampai diperoleh kepadatan yang memenuhi
syarat.
27
Pasal III. 07. PONDASI BATU BELAH
1. Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah
diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan as-asnya oleh Direksi.
2. Jika pemasangan pondasi batu belah terpaksa dihentikan maka ujung penghentian pondasi
harus bergigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan
sempurna.
3. Pondasi yang digunakan adalah sesuai dengan gambar bestek.
a. Pondasi batu kali didasari dengan lantai kerja/aanstamping dari pemasangan batu
kosong diurug pasir dan siram air / dipadatkan.
b. Sebagai adukan dipakai 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps.
c. Pondasi batu kali yang terletak pada tanah urugan harus didasari dengan lapisan pasir
sampai benar-benar stabil, kemudian diberi lantai kerja / aanstamping dari batu kosong
diurug dengan pasir dan disiram air / dipadatkan setebal 20 cm.
4. Diatas Pondasi dipakai sloof beton bertulang dengan adukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
5. Pada pondasi untuk kolom-kolom praktis, sloof, beton dan lain-lain (pekerjaan bukan
struktur) harus disesuaikan dengan stek-stek tulangan kolom yang tertanam baik pada
pondasi sedalam 20 cm dan yang terlihat di luar sepanjang 40 cm diatas sloof dengan
diameter dan jumlah besi sesuai gambar.
Untuk kolom struktur yang diteruskan dengan pemasangan batu bata harus ada stek-stek
besi untuk penguat pasangan batu bata tersebut. Untuk satu dan lain hal disesuaikan
dengan keadaan.
6. Pondasi batu belah dengan batu warna abu-abu, tidak berupa batu glondong dan bersisi
pecahan minimum 3 (tiga) sisi.
Pasal III. 08. PEKERJAAN BETON BERTULANG.
Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi : Sloof/tie beam, Kolom, Balok, Ringbalk, Kolom praktis,
Pelat lantai dan listplang.
28
STANDAR
1. Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971) dan SKSNI ’91: terkecuali bila dinyatakan atau
diinstrusikan lain oleh Pengawas.
2. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam peraturan tadi, maka ketentuan-
ketentuan berikut ini dapat dipakai, dengan terlebih dahulu memberi tahu dan
memintakan ijin dari Pengawas.
SEMEN
1. Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, semen yang digunakan adalah semen PC
Gresik jenis A dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71. Semen
yang digunakan harus merupakan produk dari suatu pabrik yang telah mendapat
persetujuan terlebih dahulu.
2. Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-
semen tersebut.
3. Pemborong harus menyediakan tempat / gudang penyimpanan semen pada tempat-
tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang dapat merusak semen, terutama sekali pada
lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan
tanah.
4. Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pemakaian semen harus
diatur secara kronologi sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang
kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
AIR UNTUK ADUKAN.
1. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan, bahan pencuci
agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam, silt
(lanau).
29
2. Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan adalah 0,5 % atau
5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat keraguan
mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebut ke Laboratorium
pemeriksaan yang diakui.
3. Pemborong tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur.
4. Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan aquadest
dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu sumber, dan
hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam mutu beton walaupun telah
digunakan semen yang sama telah disetujui, maka air test tadi menunjukkan
harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 15%. Test dapat dibandingkan mutu kekuatan
dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini, Pemborong diwajibkan
mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui Pengawas.
AGREGAT HALUS (PASIR)
1. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan
oleh Pemborong dan diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber alam yang disetujui.
Jika pasir alam di dapat sumber-sumber yang tidak dimiliki atau dikuasai Pemborong,
Pemborong harus mengadakan persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus
membayar semua sewa atau lain-lain biaya yang bersangkutan dengan hal tersebut.
2. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan
keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut, dan Pemborong harus
bertanggung jawab untuk kualitas satu demi satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam
pekerjaan.
3. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam yang butirannya
kasar (ex. Muntilan), pasir hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk
mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai mempunyai kadar
air yang merata dan stabil dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain. Sedang untuk pasir urug dapat dipakai ex Bodri.
4. Pasir yang ditolak oleh Pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam
membuat adukan baik untuk digunakan plesteran maupun grouting, pasir tidak dapat
digunakan sebelum persetujuan Pengawas mengenai mutu dan jumlahnya.
30
5. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali, bahan-bahan
organik dan kotoran-kotoran yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh
lebih dari 5%.
AGREGAT KASAR (KERIKIL)
1. Agregat kasar untuk beton adalah batu pecah dan mempunyai kadar air yang merata
dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, harus cukup keras, padat, tidak porous dan
tidak terselaput material lainnya. Dalam penggunaannya koral harus dicuci terlebih
dahulu.
2. Kerikil ukuran berkisar 1 s/d 2 cm (atau batu pecah 1 - 2 cm) yang sudah tersedia tidak
dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas baik
mengenai mutu ataupun jumlahnya.
3. Pemborong diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan,
baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu beton yang
direncanakan, memberikan kepadatan maksimum, baik workabilitinya dan memberikan
kondisi water cement ratio yang optimum.
BAHAN PENCAMPUR (ADMIXTURES)
Penggunaan bahan pencampur (admixtures) harus dengan ijin tertulis dari Pengawas dan
admixtures ini yang merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang dibuat.
BAJA TULANGAN
1. Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T 15-1991-03 dengan mutu
baja U.32 untuk tulangan ulir dan U24 untuk tulangan polos. Pemborong harus
memberikan sertifikat dan hasil test dari pabrik kepada Pengawas untuk setiap
pengiriman.
2. Tulangan yang dipakai untuk diameter 12 adalah tulangan polos, sedangkan untuk
diameter >12 adalah tulangan ulir (deform).
3. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
31
4. Pemborong harus mengadakan pengujian mutu baja beton yang akan dipakai sesuai
dengan petunjuk Pengawas. Batang percobaan diambil dengan disaksikan Pengawas
sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis baik mutu maupun pengiriman
masal atau bilamana terjadi keraguan terhadap mutu baja yang dikirim ke proyek.
Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pemborong, sedangkan panjang setiap benda uji adalah 100 cm.
5. Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambar bestek.
6. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan bahan dalam keadaan dingin
dan dengan cara yang tidak merusak bahan tersebut.
7. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selama dan sesudah
pengecoran tidak bergeser tempatnya.
8. Terhadap kecepatan serta untuk mendapatkan penutup beton (beton decking) yang
tertentu dan sama harus dipasang blok beton (beton tahu). Penahan jarak yang
berbentuk blok persegi terbuat dengan campuran 1 pc: 3 ps dipasang 4 buah/m2
cetakan dan harus tersebar merata.
TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL
1. Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
lembab dan sinar matahari. Semen harus dikirim ke lapangan dalam jumlah yang harus
mendapat ijin dari Pengawas dahulu, dengan mernperhatikan kemajuan pekerjaan
beton.
2. Segera setelah tiba dilapangan, semen harus disimpan dalam tempat penyimpanan
yang kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai ventilasi baik. Lantai tempat
penimbunan sedikitnya berada 500 mm diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat
penyimpanan harus mendapat persetujuan Pengawas dan memungkinkan dilakukannya
pemeriksaan dengan mudah.
3. Semen dengan tipe dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang berbeda
pula. Kantung-kantung harus ditumpuk dengan tinggi tumpukan tidak melebihi 13
kantung untuk sampai 30 hari, atau tinggi maksimum 7 kantung untuk periode yang
lebih lama. Semen yang sudah rusak atau yang kena lembab harus dengan segera
disingkirkan dari lapangan.
32
4. Agregat yang berbeda harus disimpan secara terpisah, mempertimbangkan
kemungkinan tercampur.
5. Agregat yang telah tercemar ataupun berubah gradasinya akibat transportasi, harus
disingkirkan atau diganti dengan material yang baik atas biaya Pemborong.
6. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarinya baja
tulangan mengenai tanah. Bila baja tulangan telah mengalami kemunduran dalam mutu
akibat dari karat ataupun hal-hal lain akibat transportasi atau penyimpanan, maka baja
tersebut tidak dapat dgunakan. Batang baja dengan mutu dan ukuran yang berbeda
harus disimpan secara terpisah dan diberi label tentang mutunya dari test pabrik.
PERBANDINGAN ADUKAN
1. Seluruh beton konstruksi menggunakan mutu beton K-300 atau sesuai dengan bestek
yang ada.
2. Pemborong harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya.
3. Sedikitnya 8 (delapan) minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton,
Pemborong harus mengajukan usulan asal-usul dan gradasi dari agregat, metode
pengadukan yang dipakai, metode pengecoran, harus ikut diberitahukan kepada
Pengawas. Setelah itu Pemborong harus membuat trial test (percobaan pendahuluan),
dengan membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dapat diketahui sebelum
pekerjaan pengecoran. Test yang diadakan harus dilakukan dengan diawasi Pengawas
dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang sesuai dengan kondisi yang akan
dipakai nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak Pengawas puas
dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang digunakan akan menghasilkan
beton dengan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Kekuatan
silinder test untuk di test di laboratorium yang kesemuanya harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam SKSNI T 13-1991-03.
5. Kekentalan beton uji dengan percobaan slump nilai slump ditentukan sebagai berikut :
Jenis pekejaan beton Nilai Max
( cm)
Nilai min
( cm)
- Beton bawah tanah 10 5,00
33
- Pelat, balok, kolom 12 7,50
Material dan komposisi adukan yang konsisten harus ditetapkan agar tercapai hal-hal
sebagai berikut :
a. Kekuatan beton rencana.
b. Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dari lingkungan.
c. Pengaruh kembang susut yang kecil.
Perbandingan air dan semen (water cement ratio) untuk seluruh klas beton tidak boleh
lebih dari 0,6.
7. Pada penggunaan adukan beton “ready mix” Pemborong harus mendapat ijin terlebih
dahulu dari Pengawas, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama dan alamat
supplier untuk beton ready mix tadi.
Dalam hal ini Pemborong tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply
benar-benar memenuhi syarat-syarat di dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas
dan kualitas yang kontinu pada setiap pengiriman. Semua test silinder yang harus
dilakukan dilapangan tetap dijalankan dan Pengawas supply beton ready mix bilamana
diragukan kualitasnya. Semua resiko dan biaya akibat dari hal tersebut diatas sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemborong.
TESTING
1. Testing mutu beton harus dilakukan Pemborong dengan diawasi Pengawas.
Pemborong harus menyiapkan segalanya agar semua proses Pengawasan dan
pengambilan sampel dapat diawasi dengan baik dan mudah didekati selama periode
proyek. Pengambilan sampel harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam SKSNI.
Benda uji yang dipergunakan harus berupa silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm,
dimana cetakan untuk benda uji harus dari besi sehingga didapat benda uji yang
sempurna.
2. Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh Pengawas untuk dapat dinyatakan
suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi spesilikasi dan juga untuk menolak
pekerjaan yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan perlu atau tidaknya
merubah komposisi adukan beton.
34
3. Pengujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test) dan
kekentalan (slump test). Kesemua test ini harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71,
tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan sampel test. Selain mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBI 71 juga harus dilakukan bilamana ditentukan oleh
Pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan beton
baik test kuat tekan (crushing test) maupun slump test sesegera mungkin disampaikan
kepada Pengawas.
5. Bila ternyata hasil test sampel beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang
disyaratkan, maka Pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
b. Memperlama proses penjagaan dalam masa pengecoran beton.
c. Non - destructive testing.
d. Core drilling.
e. Test-test yang dianggap relevan dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam PBI 71
harus tetap diikuti.
6. Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas, dan
ternyata mutu beton untuk setiap ketentuan bestek tetap tidak dapat memenuhi
spesifikasi, maka Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran beton yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
7. Semua biaya pengambilan sampel, pemeriksaan, pembongkaran pekerjaan, perbaikan
dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang dibongkar tadi, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemborong.
PENGADUKAN
1. Pemborong harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik, sehingga dapat
dihasilkan mutu adukan yang homogen. jumlah tiap bagian dari komposisi adukan
beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan ke dalam alat pengaduk dan
diukur dapat berdasarkan berat dan volume.
35
2. Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai kapasitas
memadai dengan volume bagian-bagian yang akan dicor dengan waktu tidak kurang
dari 5 menit setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali
air yang dapat dimasukkan sebagian terlebih dahulu. Pengawas berhak untuk
memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan yang
ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya dan kekentalan tidak merata.
Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai
komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
3. Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu pengadukan
dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses pengeluaran dari
adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan air yang berlebihan
yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan tidak dibenarkan.
Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil tidak dapat memuaskan, harus segera
diperbaiki atau diganti dengan yang baik lainnya. Pemborong harus menyediakan
sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang tidak
mengganggu pelaksanaan pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan untuk
mengaduk adukan dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan
Pengawas.
4. Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya yang menunjukkan :
a. Gross volume dari ruang pengaduk.
b. Maksimum dan minimum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data
tentang ruang, pengaduk, sirip pengaduk dan lain-lain.
5. Alat pengaduk beton mollen harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi
bahan-bahan untuk mengaduk beton dan harus segera dicuci bersih setelah selesai
mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada
suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah bersih, pengadukan yang pertama
harus mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari jumlah
perbandingan normalnya untuk menjaga adanya material halus dan semen yang
tertinggal pada bagian dalam beton mollen. Juga lama pengadukan dengan kondisi
pertama ini harus dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu
pengadukan.
36
6. Pengadukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk suatu jumlah
yang kecil sekali dan hal ini diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari
Pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing) ini harus dilakukan pada
suatu platform yang mempunyai tepi-tepi penghalang. Pada proses pengadukan ini
bahan-bahan yang akan diaduk harus diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya tiga
kali pengadukan, untuk kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang air
dan setelah itu dilakukan kembali dengan sedikitnya tiga kali pengadukan sampai
didapati suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini
kekentalan dapat dinaikkan dengan 10%, secara tidak diperkenan melakukan
pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari ½ m3 diaduk
sekaligus.
TRANSPORTASI
1. Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat pengecoran
dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya harus mendapat persetujuan
Pengawas terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus menjaga jangan sampai terjadi
pemisahan bahan-bahan adukan beton (segregation) kehilangan unsur-unsur betonnya
dan menjaga tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur atau
berubahnya kadar air pada adukan.
2. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada formwork (bekisting) yang
sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut,
serta pula penuangan adukan tidak diperkenankan dengan adukan dengan
menjatuhbebaskan adukan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter.
3. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari metal
permukaannya, halus dan kedap air.
4. Adukan beton harus sampai di tempat dituangkan dengan kondisi benar-benar merata
(homogen), slump test yang dilakukan untuk sampel yang diambil pada saat adukan
dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas toleransi yang ditentukan
diatas.
PENGECORAN
1. Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam
37
kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam
bekisting harus dengan segera dibersihkan.
2. Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus
segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah
dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan metode lain yang disetujui
Pengawas. Untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis pada
saat atau setelah proses pengecoran.
3. Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan,
kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Pengawas. Setelah diperiksa
dan disetujui Pengawas, maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan
dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton pada daerah yang
telah disetujui terkecuali dengan seijin Pengawas.
4. Pada tiap pengecoran, Pemborong diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang bepengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini harus
hadir, mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang semua
pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang terlatih, yang
jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
5. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton
yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas (Inspektur).
6. Pemborong harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar
didapat suatu rangkaian yang kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
7. Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak diperkenankan.
Adukan beton yang sudah agak mengeras tapi belum dicorkan harus segera dibuang.
8. Seluruh pekerjaan-pekerjaan beton harus diselesaikan segera sebelum adukan
betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan
beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
9. Dalam hal terjadinya kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan
suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Pemborong harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan
kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis. Bidang
38
pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam
keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum
nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan
pengecoran yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pihak
Pengawas.
10. Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat
sinar matahari ataupun hujan, juga mungkin air yang menganggu beton yang sudah
dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Pengawas
terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran
beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu
upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam keadaan
cuaca yang panas sekali,dan dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk
mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Pengawas.
11. Pengecoran terhadap struktur beton yang tidak selesai (kasus-kasus) harus seijin
Pengawas, terhadap bagian-bagian yang harus dibuang (diketrik).
PEMADATAN ADUKAN BETON
1. Adukan beton harus dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang maksimum
sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara
celah-celah koral, gelembung udara dan adukan tadi harus benar-benar memenuhi
ruang yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya terbenam dalam
beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus dipadatkan dengan
menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan pengecoran yang
dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur
sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisah unsur-unsur
pembentuk beton.
2. Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran
dengan sedikitnya selama 1 (satu) minggu. Pembasahan harus dilakukan dengan
menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap
lembab. Proses pembasahan beton setelah dicor minimal dikakukan rutin selama
seminggu pada pagi jam 8.00- siang jam 13.00 dan sore jam 15.00. Air yang digunakan
untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.
PERBAIKAN BETON
39
1. Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Pengawas. Bila dianggap
oleh Pengawas perlu dilakukan perbaikan atau pembongkaran, maka langkah tadi harus
sepenuhnya dikerjakan atas beban biaya Pemborong.
2. Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli.
Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal yang kurang baik
pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing. Kecuali dinyatakan lain,
maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam
semenjak pembukaan bekisting. Tonjolan-tonjolan pada permukaan beton harus
dihilangkan.
3. Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan
permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya beton
tadi untuk kemudian dilakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-batas daerah
yang harus dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak Pengawas, begitu juga langkah
pengecoran dan material yang akan digunakan.
4. Keretakan-keretakan pada beton baik akibat panas hidrasi atau pembebanan awal
harus diisi kembali dengan grouting beton.
JOINT/SAMBUNGAN
1. Lokasi dan tipe dari construction joints harus sesuai dengan pada gambar rencana atau
sebagaimana ditentukan Pengawas. Penambahan construction joints yang dikehendaki
Pemborong demi pertimbangan pelaksanaan, harus mendapat persetujuan Pengawas
terlebih dahulu. Penentuan letak joint tadi harus memperhatikan pola gaya-gaya yang
bekerja ataupun untuk menghindari terjadinya retak.
2. Khusus pada joint yang menghubungkan balok kantilever diberikan tulangan tumpuan
tambahan di lapis atasnya sebagaiman ditentukan perencana.
3. Pengecoran beton harus dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti. Bila terjadi
penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada pengecoran nantinya
beton baru tidak akan tercampur dengan beton lama, maka batas tadi harus
diperlakukan seperti construction joints, dimana permukaan consrtuction joints harus
dikasarkan, dibersihkan dengan air hingga bersih.
4. Pengecoran pada struktur balok yang belum selesai dicor hendaknya tetap memberi
penyangga terhadap balok yang sudah dicor (disampingnya).
40
Pasal III. 9. BEKISTING
U MUM
Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan gambar
rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Pengawas, sebelum
pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini walaupun Pengawas telah menyetujui
untuk digunakannya suatu rencana bekisting dari Pemborong, segala sesuatunya yang
diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
MATERIAL
1. Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material yang disetujui
Pengawas. Semua tIpe material bila digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk
bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata
dan sesuai dimensi yang direncanakan.
2. Bekisting yang digunakan untuk beton exposed, harus benar-benar mempunyai
permukaan yang halus. Dalam hal ini digunakan bekisting kayu, sambungan antar
tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga didapatkan permukaan cetakan
yang benar dan rata sesuai yang direncanakan.
PELAKSANAAN
1. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan beton
tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan
pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah terjadinya pergeseran
ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada
bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus mengunakan alat-alat
yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian
bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan
agar dalam proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton untuk pengikatan
dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya.
2. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan
teliti sebelum kembali, dan bekisting yang telah digunakan berulang kali dan kondisinya
sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat
dipergunakan lagi atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
PEMBASAHAN DAN MEMINYAKI BIDANG BEKISTING
41
1. Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-stining mineral oil
dengan sepengetahuan Pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan dengan hati-hati
agar aliran tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga pembesian.
2. Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus dibasahi
hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
PEMBONGKARAN BEKISTING
1. Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Pengawas, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak tergantungnya kemajuan
pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan bila perlu, bekisting
harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyaj kekerasan dan kekuatan
seperlunya. Bekisting untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus segera
dibongkar segera setelah beton mempunyai kekakuan untuk mencegah berubahnya
bentuk permukaan beton. Bilamana diperlukan perbaikan pada bidang atas beton yang
miring, maka perbaikan tadi harus sesegera mungkin dan dilanjutkan dengan langkah-
langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
2. Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur
sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk
menahan gaya-gaya yang akan ditahan. Pembongkaran bekisting harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton. Bilamana timbul
kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikan
harus sesegera mungkin dilakukan.
Daftar ketentuan diperkenankannya dibuka suatu bekisting bila dihitung sejak selesaj
pengecoran
a. Sisi-sisi balok, dinding & kolom yang tidak dibebani.
b. Plat beton (penyangga tidak dibuka).
c. Tiang-tiang penyangga plat bila plat tidak mendapat beban.
d. Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani.
e. Tiang-tiang penyangga cantilever
Untuk kondisi-kondisi dimana plat dan balok yang masih ada sistern lantai diatasnya,
maka pembukaan bekisting dan penyangga harus dengan persetujuan Pengawas,
42
dimana dalam hal ini segala kemungkinan beton yang akan bekerja serta umur beton
yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
Pasal III. 10. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1. Bahan penutup atap menggunakan plat beton setebal 7 cm dengan pembesian khusus yaitu
diberi tulangan susut tiap 1,5 meter dengan diameter tulangan yang sama dengan tulangan
platnya.
2. Bagian permukaan harus dibuat miring bentuk punggung sapi dengan gradien minimal 2 %
untuk drainase air agar tidak menggenang lama. Dan tepi tepi luasan plat diberi cekungan
sedalam 1 cm untuk jalur pembuangan ke bawah atau mengarah kepada pipa drainase atau
talang khusus.
3. Permukaan plat atap harus dilakukan pelapisan/ treatment dengan water proofing yang
dikombinasi dengan adukan semen.
4. Pemborong harus memastikan bahwa atap telah kedap air dan tidak bocor selama tiga hari
berturut-turut dengan cara menyiramkan air ke permukaan plat atap sebanyak satu galon
tiap pagi jam 8.00. Pengawas berkewajiban memeriksa kekedapan plat atap satu jam
setelah itu dan membuat laporan setelah tiga hari itu kepada Panitia Pembangunan.
Pasal III.11. PEKERJAAN PASANGAN TEMBOK
I. TRASSRAM
1. Pasangan bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : (Trassram) digunakan pada pekerjaan :
a. Pasangan bata mulai dari sloof atau balok-balok hingga setinggi 40 cm di atas
permukaan lantai.
b. Bagian-bagian lain yang ditetapkan dalam gambar kerja atau menurut petunjuk
Direksi.
II. BIASA
1. Pasangan dinding bata biasa dengan campuran 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps . Untuk semua
pasangan dinding bata yang naik mulai dari pasang trassram.
2. Siar-siar harus dikorek masuk sebelum diberi plesteran dan pasangan batu bata tidak
boleh ditembus andang-andang (scaffolding).
43
3. Pada dinding setengah bata, tempat-tempat tertentu sesuai dengan gambar kerja dan
perhitungan beton, diberi kolom pengaku/kolom praktis dengan ukuran yang disesuaikan
dengan ukuran pasti (jadi) 15 x 15 cm.
4. Di atas lubang-lubang pintu dan jendela harus diberi balok latai dengan adukan 1Pc : 2
Ps : 3 Kr dan diplester dengan adukan 1 Pc : 3 Ps, dan ukuran yang disesuaikan
dengan perhitungan beton untuk tiap-tiap bentangan.
Pasal III.12. PEKERJAAN PLESTERAN
Campuran yang dipergunakan untuk pasangan dan plesteran bata adalah campuran 1 Pc: 3
Kp: 10 Ps, plesteran untuk semua pekerjaan beton adalah 1 Pc : 3 Ps
1. Tebal plesteran tidak boleh kurang dari 1 cm, atau lebih dari 2 cm kecuali ditetapkan lain,
dengan acian dari Pc.
2. Pekerjaan plesteran akhir harus betul-betul lurus, rata, datar ataupun tegak lurus dan pada
bagian-bagian sudut harus betul-betul siku dan tegak lurus ke atas.
3. Pada plesteran beton adukan yang digunakan adalah 1Pc : 3 Ps dan permukaan beton-
beton yang diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu, disiram dengan air semen baru
kemudian diplester.
Pasal III.13. PEKERJAAN RABAT BETON
1. Sebelum pelaksanaan lokasi harus dibersihkan dari semua kotoran.
2. Lantai dasar dibuat rata dengan pasir.
3. Kemiringan rabat beton dibuat ke arah saluran (2 %).
4. Setiap jarak tertentu diberi nat, sesuai gambar bestek.
Pasal III.14. PEKERJAAN KOSEN, KACA DAN AKSESORIS
Pasal III.14.1. PEKERJAAN KOSEN, DAUN PINTU, JENDELA KACA
1. Kosen untuk bangunan menggunakan rangka aluminium ukuran 4/10 cm tebal 3 mm
dengan warna coklat. Pemasangan rangka aluminium untuk kosen harus sudah dipasang
44
balok latai pada bingkai tumpuannya dan dipastikan cukup kuat untuk konstruksi jendela
terpasangnya.
2. Untuk rangka daun pintu dan jendela menggunakan aluminium ukuran 4/10 cm tebal 3 mm
dengan warna coklat. Ukuran untuk pintu ambang atas dan tengah menggunakan ukuran
3,5/10 cm2 dan ambang bawah 3,5/20 cm2 , dan untuk rangka jendela kaca ukuran 3/8 cm2 .
3. Pemborong harus menggunakan tenaga ahli berpengalaman yang bersetifikasi atau
profesional untuk pekerjaan yang menyangkut bahan aluminium dan harus mendapat
persetujuan Panitia Pembangunan atau direksi dan secara teknis disetujui Pengawas
pekerjaan.
Pasal III.14.2. PEKERJAAN KACA
1. Kualitas kaca bening/es/rayband harus kaca standart dari pabrik. setebal 5 mm untuk luas
lebih dari 0,8 cm2 Kaca tidak boleh bergaris-garis / berbunga-bunga yang mengganggu
penglihatan.
2. Cacat bahan sebelum dan sesudah pemasangan kaca dengan ukuran-ukuran besar harus
diperhitungkan syarat-syarat khusus lainnya yang diajukan untuk maksud tersebut.
3. Pada semua pemasangan kaca dan bahan kayu harus didempul terlebih dahulu, sesuai
dengan petunjuk khusus untuk tujuan tersebut.
Pasal. III.14.3. PEKERJAAN BESI, PENGGANTUNG, DAN PENGUNCI
1. Untuk penggantung daun pintu digunakan sesuai dengan engsel dari pabrik aluminiumnya
dipasang sebanyak 3 (tiga) buah.
2. Tiap pintu tunggal diberi satu kunci tanam yang baik mutunyasesuai dengan pabrik
aluminiumnya dengan 2 (dua) kali putaran.
Pasal III.15. PEKERJAAN PLAFOND
1. Rangka plafond juga dibuat dari kayu Kanfer dengan ukuran penampang sebagai berikut :
Maximum jarak 3 m, penampang 6x 12 cm
Maximum jarak 2 m, penampang 5x 7 cm
Lis tepi plafond menggunakan gypsum. Bentuk dan cara pemasangan sesuai dengan
gambar detail.
45
2. Seluruh rangka kayu distel rata pada bagian bawah dan cara pemasangannya dengan
sistem klos yang dibuat dari reng ukuran 2/3 cm dan dipaku
3. Pemasangan rangka plafond sesuai dengan gambar detail dan setelah rangka plafond
terpasang bidang permukaan harus rata, lurus, waterpass dan tidak ada bagian yang
bergelombang serta difinish dengan cat tembok sampai baik.
4. Seluruh permukaan plafond digunakan gypsum tebal 9 mm
Pasal III.16. PEKERJAAN LANTAI
1. Pemasangan lantai baru boleh dimulai / dikerjakan apabila seluruh pekerjaan telah selesai,
kecuali cat-catan dan pengolotan paling cepat dikerjakan 2 ( dua) hari setelah ubin
dipasang.
2. Bahan penutup lantai yang retak, cacat tepinya, dan tidak sama warnanya tidak boleh
dipasang.
3. Di bawah spesi untuk lantai/ubin harus diberi lapisan pasir pasang setebal 5 cm yang
dipadatkan lebih dulu.
4. Seluruh lantai ruang dalam menggunakan keramik produk Mulia ukuran 40 x 40 cm2 dan
atau sesuai gambar dalam petunjuk Direksi serta dipasang menggunakan campuran 1 PC :
4 Pasir.
5. Penutup lantai yang dipasang harus sama kualitasnya dengan contoh yang disetujui Direksi.
Pemasangan harus benar-benar datar, rata, halus serta siar-siarnya lurus dan kuat.
Pasal III.17. PEKERJAAN CAT
1. Warna harus asli dari kalengnya dan tidak dibenarkan menggunakan warna campuran.
2. Tembok mempergunakan cat dengan mutu yang baik / dengan merk Decolith atau yang
setara kualitasnya.
3. Semua dinding tembok bagian dalam yang akan dicat sebelumya harus diplamur dengan
plamur tembok, semua bidang permukaan dinding-dinding diplamur sampai halus dan rata.
Sedangkan semua dinding luar tidak perlu diplamur tetapi langsung dicat minimal 3x
pengecatan sampai rata.
46
4. Warna cat tembok dinding sebelah dalam akan ditentukan kemudian, Warna cat tembok
dinding sebelah luar akan ditentukan kemudian.
Pasal III.18. PEKERJAAN INSTALASI DALAM (PEKERJAAN LISTRIK)
1. Pekerjaan Instalasi Listrik :
1. Yang dimaksud pekerjaan listrik adalah pemasangan listrik dalam bangunan lengkap
dengan stop kontak, sakelar dan lain-lain, tidak termasuk dalam penyambungan dari
PLN.
2. Pelaksanaan pekerjaan listrik harus oleh Badan Usaha terdaftar sebagai Instalater yang
telah mendapat pengesahan dari PLN.
3. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam
VDE / DIN dan Peraturan Umum Instalasi Listrik yang dikeluarkan oleh PLN.
4. Penilaian baik terhadap hasil pekerjaan diputuskan oleh hasil pemeriksaan Direksi.
5. Pemborong diwajibkan menyediakan gambar-gambar kerja (shop drawing) dan gambar
hasil akhir pemasangan gambar revisi sesuai dengan standar PLN setelah terlebih
dahulu disetujui Direksi.
6. Untuk Instalasi listrik/ titik lampu stop kontak biasa digunakan kabel jenis dan ukuran
sesuai dengan gambar serta memenuhi persyaratan untuk tegangan 220 Volt.
7. Stop kontak dan sakelar digunakan merk Broco dan kualitas yang baik dan disetujui oleh
Direksi. Dipasang pada ketinggian 1,50 meter dari muka lantai untuk sakelar dan stop
kontak.
8. Semua titik lampu dan stop kontak dilengkapi dengan arde kawat, pengawatan arde
untuk lampu-lampu dan stop kontak dilakukan untuk setiap grup pasang berukuran
minimal 1,50 mm. Arde panel utama ditanam minimal 6 m mencapai air tanah dengan
menggunakan pipa besi 1,5” serta dengan kawat minimal BC 6 mm dan dilengkapi bak
kontrol.
2. Pekerjaan lampu :
1. Lampu pijar yang digunakan ialah lampu pijar merk Philips ex dalam negeri dengan
daya sesuai dengan gambar, sedangkan stop kontak dan sakelar dengan merk Broco.
47
2. Sedang untuk semua lampu TL digunakan dengan kualitas baik merk Philips (asli bukan
tiruannya).
Pasal III.19. PEKERJAAN INSTALASI LUAR
Pasal III.19.1. PEKERJAAN SALURAN
1. Pekerjaan pemasangan saluran air hujan :
a. Sekeliling bangunan dipasang saluran terbuka dengan buis beton berukuran U.20.
b. Pembuatan bak-bak kontrol tertutup ukuran sesuai dengan gambar dengan ukuran 1 Pc :
3 Ps dan dibuat dengan baik / rapi.
c. Untuk saluran di luar bangunan ke arah saluran pembuangan utama dibuat sesuai
gambar.
Pasal III.19.2. PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
1. Penggunaan penangkal petir dengan sistem konvensional dipasang sesuai gambar
rencana/ dengan hasil akhir mendapat persetujuan dari instansi berwenang
2. Penangkal petir dipasang dengan spit dan arde, jumlah sesuai gambar. Arde dilengkapi
dengan box pengontrol. Kawat BC yang digunakan ialah BC 50 mm terbungkus.
3. Kawat BC yang dari atas supaya kelihatan rapi dimasukkan ke dalam pipa galvanis
diameter 2 inchi dan pipa tersebut dimasukkan dalam pasangan, kemudian diplester.
4. Ke dalam arde harus memenuhi persyaratan yang ditentukan atau sesuai standar yang
diisyaratkan oleh Bina Lindung.
Pasal III. 20. LAIN-LAIN
1. Semua bahan dan alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada bangunan ini
sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diluluskan oleh Direksi (Perencana/Pegawas)
dan Panitia Pembangunan secara tertulis.
2. Pemasangan dan penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat seperti
tersebut di atas akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah Direksi dengan segala resiko
Pemborong.
48
3. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan, maka biaya pemeriksaan
ditanggung Pemborong.
Rektor Universitas Diponegoro, Ketua Panitia Pembangunan
Prof. DR. Yos Johan Utama, SH., MH. DR. Eng., Muhammad Fachri Rais, ST., M.Eng
Keterangan :
1. Materai 6000 adalah kertas hvs putih berukuran seperti materei 6000 asli yang
tertera angka Rp. 6000,- baik dengan diketik , maupun tertulis tangan (bukan
fotocopy)
2. Yang dimaksud Pejabat Berwenang adalah Direktur Utama PT. RUBICON
49