rks bab i dan ii
DESCRIPTION
contoh berkas rencana kerja dan syarat - syaratTRANSCRIPT
BAB II
RENCANA KERJA PERSYARATAN
Penjelasan umum dan syarat-syarat administrasi:
Pasal 1 : Rencana Kerja (RKS) dan Surat Perjanjian
Pemborongan
1.1 Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan surat perjanjian
pemborongan bersifat saling melengkapi juga saling mengikat.
1.2 Dalam hal-hal yang baertentangan, maka yang berlaku adalah
yang disebut dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
Pasal 2 : Pendiri Bangunan (bowheer) dan Pengelola Proyek.
2.1 Pendiri bangunan ( bowheer) adalah pemerintah republik indonesia
dalam hal ini dapartemen kesehatan.
2.2 Penyelenggara pembangunan / pekerjaan ialah peminpin proyek
pendidikan dan pelatihan pegawai dep,kes, pusat di bapelkes
Yang tugasnya tercantumm dalam :
1. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Indosesia
No :KU.05,SJ,SK,111,088
2. Surat keputusan pinpinan proyek pendidikan dan pelatihan pegawai
dep,kes, pusat di bapelkes
Pasal 3 : Perencana peserta pelelangan / kontraktor.
3.1 Perencana adalah yang mengerjakan pembuatan dokumen
pelelangan atau pelaksanaan pembangunan / pekerjaan
pembangunan yang dalam hal ini adalah konsultan perencana.
3.2 Peserta pelelangan untuk pekerjaan rehabilitasi tersebut memiliki
sertipikasi dari asosiasi yang telah diakreditasi yang telah
diregistrasi oleh LPJK dengan kwalipikasi bidang sipil sub bidang
bangunan gedung serta memenuhi persyaratan sebagai berikut :
2-4
1. Memiliki sertifikat dengan klasifikasi yang sesuai dengan nilai
pekerjaan yang akan dilelangkan untuk bidang sipil, sub bidang
bangunan gedung, dan telah lulus bisang seleksi yang diadakan
oleh pasitia pelelangan.
2. Telah mendaftarkan diri untuk mengikuti pelelangan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam pengumuman pelelangan /
undangan serta telah mengambil dokumen pelelangan.
3. Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan / aanwijzing.
4. Memasukan berkas penawaran sesuai dengan dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
3.3 Pemborong pekerjaan ini adalah peserta pelelangan yang oleh
pejabat berwenang telah ditetapkan sebagai pemenang
pembangunan / pekerjaan dengan keputusan peminpin proyek
…….
Pasal 4 : Syarat Umum Pembangunan
4.1 Sejauh tidak ada ketentuan lain dalam rencana kerja dan syarat –
syarat (RKS) ini, maka berlaku peraturan umum tentang
pelaksanaan pembangunan di Indonesia ( Algemene voorwasen
voor de Uitvoering Bijaneming Van Openbare Worken ) atau
disingkat AV, yang disahkan oleh pemerintah tanggal 29 Mei 1941
Nomor 9 Lembaran Negara Nomor 14571 dan terjemahan ke
dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Juni 1978 ( disingkat SU – 41 ).
4.2 Pihak Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan, harus pula
mentaati peraturan – peraturan Pemerintah dan Peraturan
Pemerintah daerah setempat yang berlaku dan yang berhubungan
dengan pelaksanaan pembangunan/Pekerjaan antara lain :
2-5
1. Keputusan Prsiden Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2000
tentang pelaksaan pedoman pengadaan barang/jasa Instasi
Pemerintah.
2. Surat Edaran Bersama BAPPENAS dan Departemen Keuangan RI
No. S-42/A/2000
No.S-2262/D.2/05//2000tentang harga satuan tertinggi
Pembangunan Gedung Negara, serta keputusan Direktur jenderal
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No.
295/KPTS/CK/1997tanggal 1 april 1997 tentang Pedoman teknis
Pembangunan Gedung Negara.
3. Standart Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung Negara
antara lain :
a. SNI 03 – 3990 – 1995
Tentang tata cara instalasi penangkal petir untuk bangunan.
b. SNI 0255 – 1987 D
Tentang peraturan umum instalasi listrik 1987
c. SNI 03 – 1927 – 1989
Tentang cara perencanaa pembebanan untuk rumah dan
gedung
d. SNI 03 – 1727 - 1989
Tentang tata cara perencanaa baja untuk gedung
e. SNI 03 – 1937 – 1989
Tentang tata cara perencanaan struktur bangunan untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung.
f. SNI 03 – 2410 - 1989
Tentang tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat
emulsi
g. SNI 03 – 2847 – 1992
Tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung.
2-6
Selain ketentuan tersebut di atas juga terikat kepada peraturan
tentang bangunan lainnya yang berlaku.
4. Peraturan – peraturan daerah setempat yang berlaku
Selain ketentuan – ketentuan tersebut di atas berlaku pula dalam hal
ini adalah:
1. Gambar bestek yang di buat perencan yang sudah disahkan oleh
pemberi tugas, termasuk juga gambar – gambar kerja yang dibuat
oleh pemborong dan sudah disetujui / disahkan oleh pemberi tugas.
2. Rencana Kerja dan Syarat- syarat ( RKS ).
3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan / Aanwijzing.
4. surat perjanjian melaksanakan pekerjaan / kontrak.
Pasal 5 :Dokumen Pelelangan/Pelaksanaan Pekerjaan dan
Pemotretan.
5.1. Dokumen pelelangan / pelaksaan pekerjaan tersebut, diberikan
kepada setiap peserta pelelangna sebanyak satu set untuk di
pelajari, agar pada waktu penjelasan (Aanwidzing) dapat meminta
penjelasa yang lenih lengkap dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dianggap perlu kepada panitia pelelangan.
5.2. Pada umumnya gambar-gambar detail yang bersifat prinsip yang
dibuat oleh perencana, pemborong diharuskan pula membuat
gambar kerja mendapat persetujuan/ pengesahan dari pengawas
lapangan dan pengendalian teknis.
5.3. Jika terdapat perbedaan antara ganbar dan syarat- sayarat
pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku adalah syarat-syarat
pelaksaan pekerjaan dan ketentuan (perubahan)yang tercantum di
dalam berita acara penjelasan pekerjaaan (Aanwidzing).
5.4. Jika terdapat perbedaan gambar yang satu dengan gambar yang
lainnya, maka harus mengikuti gambar denagn skala besar, detail
satu dan lain hal atas persetujuan dari pengawas lapangan /
pengelola teknis.
2-7
5.5. Jika selama pelaksaan pekerjaan tersebut, terjadi perubahan
pelaksaan atas perintah pemberi tugas, maka gambar-gambar
revisi akan di nuat oleh konsultan, pengawas yang harus
diserahkan pada waktu penyerahan ke satu kepada pihak proyek.
5.6. Selama pelaksaan pekerjaan, pihak pemborong diwajibkan
membuat potret- poteret yang menggambarkan kemajuan
pekerjaan, dan hal lain yang dipandang perlu/penting. Waktu serat
cara pengambilan pemotretan akan di tentukan /di tetapkan oleh
konsultan pengawas dan pengendali teknis dilapanga minimum
empat kali pemotretan pada keadaan fisik 0%, 50%, 75% dan
100%. Pemborong diwajibkan mencetak poto-poto tersebut ukuran
kartu pos dalam rangkap tiga. Dan kemudian ditempelkan / disusun
didalam album dua album untuk pemimpin proyek dan satu album
untuk dinas bangunan . . . .
Album tersebut harus diserah kan pada waktu di lakukan
penyerahan pertama pekerjaan tersebut. Jika pemborong tidak
dapat melakukan pemotretan sendiri, maka pemotretan pekerjaan
tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain denga biaya pemborong,
mengingat hal ini penting untuk dokumentasi proyek.
Pasal 6 : Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
6.1. Panitia pelelangan akan memberikan penjelasan-penjealasan
pekerjaan, prosedur pelelangna serta syarat-syarat lainnya dalam
sebuah rapat penjelasan yang diadakan pada hari dan tanggal
tersebut didalam undangan, yang kemudian akan di lanjutkan
dengan penjeladsan dilapangan.
6.2. Peserta pelelangan harus hadir pada rapat penjelasan tersebut
dengan disertai staff teknik yang dapat memahami penjelasan-
penjelasan yang diberikan, mencatat hal-hal yang dianggap perlu
serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
2-8
pekerjaan yang dilelangkan, karena setelah rapat tersebut tidak
ada pnjelasan lagi.
6.3. Rekanan yang tidak mengikuti
Pasal 7 : Penawaran yang diminta dan ketentuannya
7.1 Penawaran yang diminta berdasarkan ketentuan dan syarat-syarat
yang tercantum dalam dekumen pelelangan / pelaksanaan
pekerjaan dan berita acara penjelasan pekerjaan (Asnwijzing)
harga penawaran yang diajukan oleh pemborong (kontraktor)
rekanan sudah termasuk keuntungan pemborong serta pajak-pajak,
izin mendirikan bangunan dan pula sudah termasuk asuransi sosial
tenaga kerja (ASTEK).
7.2 Pelelangan akan dilaksanakan dengan sistem 11 (dua) tahap.Para
peserta yang diundang dan telah mengikuti rapat penjelasan
pekerjaan (Aanwijzing), harus mempersiapkan sebagai berikut:
1. Yang berisi persyaratan administrasi.
a. Sertifikasi dengan bidang yang dimaksud yang masih
berlaku, asli dan 3 (tiga) lembar photo kopy.
b. Surat izin jasa kontruksi (SIUJK) asli dan 3 (tiga) lembar
photo kopy.
c. Nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan surat pengukuhan
pengusaha kena pajak (PKP) asli dan 3 (iga) lembar photo
kopy.
d. Kartu tanda anggota asosiasi yang masih berlaku, asli dan 3
(tiga) photo kopy.
e. Memiliki rekening koran dari bank dengan saldo yang cukup
selama 3 tahun terakhir atau surat keterangan dukungan
bank yang mencantumkan besaran nilai 10 % dari pagu
dana, asli dan 3 (tiga) lembar photo kopy.
f. Neraca perusahaan terakhir (……….), asli dan 3 (tiga)
lembat photo kopy.
2-9
g. Surat keterangan bukan pegawai negri/TNI, POLRI, asli, dan
3 (tiga) lembar photo kopy.
h. Surat kuasa bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)
apabila direktur berhalangan hadir, asli dan 3 (tiga) lembar
photo kopy.
i. Mempunyai kemampuan dasar (KD) sama atau lebih besar
dari nilai proyek, sejenis selama 5 (lima) tahun terakhir.
j. Memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidang yang
dimaksud, dan memperhatikan asli kontrak.
2. Yang berisi persyaratan teknis.
a. Time schedule, asli dan 3 ( tiga ) lembar photo kopy.
b. Daftar peralatan, asli dan 3 (tiga ) photo kopy.
c. Struktur organisasi perusahaan dan proyek, asli dan 3 (tiga)
lembar photo kopy.
d. Tenaga ahli yang dilibatkan dengan kopy izajahnya
curiculum vitae.
e. Metodologi pelaksanaan.
Semua dokumen asli disimpan dalam map tersendiri dan tidak
dimasukan sampul.
3. Yang berisi penawaran harga :
a. surat penawaran harga, asli bermaterai Rp. 6000,- ( enam
ribu rupiah ) dan 3 ( tiga ) lembar photo kopy.
b. Daftar perincian perhitungan penawaran ( RAB ), asli dan 3 (
tiga ) lembar photo kopy.
c. Daftar analisa harga pekerjaan, asli dan 3 ( tiga )n lembar
phoyo kopy.
d. Daftar harga satuan pekerja, daftar harga dan satuan dan
upah rangkap 3 ( tiga ).
Asli surat penawaran harus dibubuhi mterai tempel sebesar Rp.
6000,- ( enam ribu rupiah )dan bertangggal, surat penawaran
harus di tik diatas kertas yang memakai kop perusahaan asli,
2-10
pada bagian akhir harus ditanda tangani direktur perusahaan ,
diberi tanggal dan dicap perusahaan
Tanda tangan dan cap perusahaan harus mengenai materi
tempelnya. Lampiran – lampiran surat penawaran tersebut
diketik diatas kertas HVS biasa tanpa kop perusahaan, asalkan
pada sudut kanan atasnya dibubuhi paraf direktur dan dicap
perusahaan pada semua lembar lampiran, kecuali pada setiap
lembar akhir harus dibubuhi tanda tangan dan cap perusahaan.
Pengetikan surat penwaran berikut lampiran – lampirannya
harus cukup jelas, terang dan tidak terdapat kesalahan,
sehingga mudah di baca.
Sampul dokumen penawaran akan disediakan oleh panitia dan
pada bagian depan sampul tersebut sudah tertulis :
DOKUMEN PENAWARAN
JENIS PEKERJAAN :
HARI :
TANGGAL :
JAM :
Surat penawarar berikut lampirannya, harus dimasukkan ke
dalam sampul dalam dan dilem atau direkat rapat.Sampul luar /
penutup harus dilak polos pada 5 ( lima ) tempat.
Ketentuan – ketentuan pada 7.2 di atas harus ditaati oleh
peserta pelelangan dan bagi peserta yang menyimpang dari
ketentuan – ketentuan tersebut akan dinyatakan GUGUR
kecuali kekurangan membubuhkan materai, tanggal, tanda
tangan, paraf, dan cap perusahaan, dapat dipenuhi pada saat
pembukaan penawaran.
Pasal 8 : Pelelangan Pekerjaan ( Aanbestending )
8.1 Pelelangan pembangunan / pekerjaan ini dilakukan berdasarkan :
Kepres RI Nomor 18 tahun 2000
2-11
8.2 Pelelangan akan dilansungkan pada hari dan tanggal seperti
tersebut di dalam surat undangan. Sampul penawaran tertutup,
harus di masukkan dalam kotak / peti surat penawaran yang
disediakan oleh panitia pelelangan :
Di kantor :
Hari / tanggal :
Pukul :
Dan merupakan batas waktu pemasukan surat penawaran.
8.3 Setelah saat pemasukan surat penawaran sinyatakan ditutup, tidak
lagi diterima surat penawaran yang datangnya terlambat.
8.4 Peserta lelang yang sudah memasukkan penwarannya, tidak dapat
menarik/mengundurkan diri.
8.5 Kotak/peti lelang dibuka di depan peserta lelang. Amplop surat
penawaran dibuka satu persatu dan dinilai sah atau tidaknya.
Pembukaan kotak / peti dan surat – surat penawaran seta
penilaiannya akan dilakukan oleh 2 ( dua ) orang wakil dari peserta
pelelangan.
Pasal 9 : Penentuan Calon Pemenang yang Diusulkan
9.1 Pelaksanaan pekerjaan akan aiserahkan kepada peserta
penawarannya terendah dan menguntungkan negara sejauh
pesawaran tersebut memenuhi kriteria dan persyaratan yang
dirumuskan dalam rapat panitia pelelangan.
9.2 Kriteria dan persyaratan terhadap surat penawaran beserta
lampirannya berdasarkan kriteria dan persyaratan sebagai berikut :
1. Surat penawarannya dinyatakan sah.
2. Memenuhi persyaratan teknis dan perhitungannya.
3. Memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen
pelelangan / pelaksanaan dan berita acara penjelasan (Aanwijzing).
2-12
4. Memenuhi persyaratn harga standart dan biaya yang tersedia
dalam DIP serta harga penawaran tersebut jika dibandingkan
dengan harga pasaran setempat, dianggap wajar.
5. Penelitian / penilaian dimulai dari srutan penawar terendah
pertama.
6. Telah memperhatiakan pengguanaan semaksimal mungkin hasil
produksi dalam negeri.
9.3 Setelah panitia pelelangan dalam rapatnya melakukan penelitian /
penilaian atas penawaran yang sah berdasarka kriteria dan
persyaratan tersebut pada pasal 9.2 di atas, maka panitia
pelelangan yang penawarannya memenuhi persyaratan tersebut di
atas, terendah dan menguntungkan negara. Untuk diusulkan
kepada pemimpin proyek………………..
9.4 Rapat panitia pelelangan dalam penelitian penawaran akan dimuat
dalam berita acara penelitian penawaran.
9.5 Penentuan calon pemenang pelelangan tersebut pada pasal 9.3 di
atas, akan diajukan paling lambat 7 ( tujuh ) hari kerja sejak
pembukaan penawaran.
Pasal 10 : Penetap Pemenang Pelelangan
10.1 Setelah peminpin proyek menerima laporan pelaksanaan tugas
dan tanggung jawa panitia pelelangan serta usulan calon-calon
pemenang tersebut, dan usulan tersebut tel;ah disetujui, maka
peminpin proyek tidak akan menempatkan pemenang pertama dan
pemenang cadangan dari pelelangan yang telah diselenggarakan
oleh panitia pelelangan akan di umumkan kepada rekanan peserta
pelelangan selambat-lambatnya dua hari kerja setelah diterimanya
surat penetapan pemenang pelelangan.
10.2 Apabila peminpin proyek tidak dapat menyetujui calon-calon
pemenang yang diusulkan oleh panitia pelelangan tersebut,
peminpin proyek tidak dapat menetapkan pemenang pelelangan
2-13
diluar calon-calon yang diusulkan, tetapi peminpinproyek dapat
memutuskan agar diadakan pelelangan ulang dengan alasan-
alasan berdasarkan peraturan yang berlaku.
10.3 Setelah dilaksanakan pengumuman pemenang pelelangan, maka
bagi pihak peserta pelelangan yang merasa keberatan atas
penetapan pemenang tersebut,diberi kesempatan untuk
mengajukan sanggahan secara tertulis kepada atasan langsung
peminpin proyek selambat-lambatnya 4 hari kerja setelah tanggal
pengumuman pemenang pelelangan.
10.4 Setelah masa sanggahan berakhir dan tidak terdapat sanggajhan
maka pemimpin proyek akan menerbitkan surat penunjukan dan
perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK) paling lambat 6
(enam) hari kerja setelah tanggal pengumuman pemenang
pelelangan.
10.5 Jika pemborong / Pemenang pelelangan yang ditunjuk
mengundurkan diri, maka jaminan penawaran yang dimaksud pada
pasal 7 tersebut di atas, menjadi milik negara, dan pemimpin
proyek akan menunjuk pemenang cadangan untuk melaksanakan
pembangunan / pekerjaan tersebut.
Pasal 11 : Pembatalan Pelelangan
11.1 Pelelangan dinyatakan batal apabila :
1. Penawaran yang memenuhi syrat, ternyata kurang dari 3 (tiga)
penawaran.
2. Semua harga dari surat penawaran yang masuk, melampaui dan
yang tersedia.
3. Semua harga dari surat penawaran yang masuk, melampaui harga
setandart.
2-14
4. Harga-harga yang ditawarkan, dianggap tidak wajar atau tidak
dapat di pertanggung jawabkan secara teknis
5. Sanggahan dari peserta pelelangan, ternyata benar dan diterima
oleh atasan langsung pemimpin proyek.
11.2 Jika pelelangan dibatalkan, panitia pelelangan akan
menyelenggarakan pelelangan ulang. Untuk ini, panitia pelelangan
yang tidak terikat untuk mengikut sertakan peserta pelelangan yang
lama.
11.3 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal tersebut akan didasarkan pada
keputusan Presiden RI No. 16 Tahun 1994 dan No. 24 Tahun 1995.
Pasal 12 : Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan
12.1 Bagi pemborong/rekanan yang telah menerima penunjukan dan
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), sebelum menanda tangani
surat perjanjian melaksanakan pekerjaan/kontrak, diwajibkan
menyerahkan surat jaminan pelaksanaan berupa jaminan/garansi
bank dari bank pemerintah atau bank/lembaga keuangan lain yang
ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak dan
berlaku sampai dengan saat penyerahan kedua pekerjaan.
12.2 Bentuk mengikuti surat edaran Menteri Pekerjaan Umum No.
21/SE/M/1986, Tanggal 29 Oktober 1986.
12.3 Jaminan pelaksanaan tersebut harus diserahkan kepada proyek
paling lambat 1 bulan sejak SPK diterbitkan, bila pemborong lalai di
dalam menyerahkan surat jaminan pelaksanaan, maka pemborong
tersebut dianggap taidak berminat untuk melaksanakan
pekerjaan/mengundurkan diri, maka SPK menjadi batal dan
jaminan penawaran menjadi milik negra.
12.4 Apabila pemborong setelah menandatangani kontrak
mengundurkan diri atau berhalangan oleh karena kelalaian
pemborong sendiri yangmengakibatkan hubungan kerja dengan
2-15
penberi tugas terputus, maka jaminan pelaksanaan menjadi milik
negara
12.5 Jaminan pelaksanaan akan dikembalikan kepada pemborong,
setelah pelaksanaan pembangunan / pekerjaan selesai dansudah
dikerjakan untuk pertama kalinya kepada pemberi tugas.
Pasal 13 : Surat Perjanjian Melaksanakan Pekerjaan / Kontrak
13.1 Sebagai ikatan antara pemberi tugas selaku PIHAK KESATU
dengan pemborong selaku PIHAK KEDUA yang diberi tugas
melaksanakan pembangunan / pekerjaan, akan dibuat surat
perjanjian melaksanakan pekerjaan (kontrak).
13.2 Biaya-biaya untuk pembuatan surat perjanjian melaksanakan
pekerjaa/kontrak berikut lampiran-lampirannya dan bea materai,
menjadi tanggungan dan kewajiban PIHAK KEDUA (Pemborong).
Pasal 14 : Permulaan Pelaksanaan, Pelaksanaan Lapangan,
Penyerahan Pekerjaan, dan Masa Pemeliharaan.
14.1 Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penujukan
dan perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak pemborong
harus sudah mulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata
di lapangan. Jika setelah 1 (satu) minggu dari tanggal penunjukan
dan perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak pemborong
belum memulai pelaksanaan pembangunan fisik secara nyata di
lapangan tanpa alasan yang tepat, maka keputusan penunjukan
dan perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK) akan dibatalkan
dan dialihkan kepada pemenang kedua.
14.2 Pemborong harus menunjuk seorang pelaksana di lapangan yang
cakap, ahli, berpengalaman, dan bertanggung jawab serta dapat
mewakili pemborong dibidang pelaksanaan sehingga hasil-hasil
pekerjaan akan baik dan memuaskan.
2-16
Dengan ditunjuknya pelaksana di lapangan, tanggung jawab
terhadap semua bagian pekerjaan yang dilaksanakan, tetap ada
pada pemborong. Untuk itu harus dinyatakan proyek / pengelola
teknis, konsultan pengawas / pengawas lapangan dapat menolak
pelaksanatersebut di atas, apabila pelaksana yang ditunjuk
ternyata kurang cepat / ahli / pengalaman dan kurang bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya.
14.3 Pemborong Golongan Ekonomi Lemah (GEL) yang memperoleh
pekerjaan pemborongan, harus melaksanakan sendiri pekerjaan
pemborongan tersebut dan dilarang menyerahkan pekerjaannya
kepada pihak lain, kecuali bagian pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus, diizinkan untuk diserahkan kepada pihak lain
dengan pemberiatahuan tertulis kepada pemberi tugas.
14.4 Pelaksanaan pekerjaan harus sudah selesai dilaksanakan dan
diserahkan untuk pertama kalinya kepada pemberi tugas selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 30 ( tiga puluh ) hari kalender
dihitung mulai dari keputusan penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerja (SPK) diterbitkan. Apabila sekiranya akan
terjadi kelambatan waktu penyerahan pertama, maka 2 (dua)
minggu sebelumnya pihak pemborong harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada pemberi tugas / peminpin
proyek.
14.5 Masa pemeliharaan selama 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
penyerahan pertama, pihak pemborong berkewajiban
menyempurnakan bagian pekerjaan yang kurang baik/cacat. Jika
selama masa pemeliharaan tersebut pemboronglalai didalam
menjalankan kewajibannya dan telah diperingatkan tertulis sampai
3 (tiga) kali berturut-turut maka pemberi tugas / pemimpin proyek
akan memerintahkan kepada pihak ketiga untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan tersebut atas beban pihak kedua.
2-17
14.6 Setelah pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada pasal 14.5
tersebut diatas berakhir dan pekerjaan sudah diserahkan untuk
kedua kalinya / terakhir, pihak pemborong masih terikat dan
bertanggung jawab selama 10 (sepuluh) tahun terhadap hal-hal
yang dimaksud dalam ketentuan pasal 1609 KUH perdata dengan
tambahan Undang-undang RI tahun 1999 tentang jasa kontruksi.
Pasal 15 : Rencana Kerja
15.1 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Pemborong harus
membuat perencanaan kerja / work planning yang disetuji oleh
pengawas lapangan, kemudian diajukan selambat=-lambatnya 1
(satu) minggu setelah keputusan penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerjaan (SPK) kepada pemimpin proyek.
15.2 Pemborong harus mengusahakan bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan pekerjaan, sesuai dengan rencana kerja tersebut
pada pasal 14.1 diatas.
1.5.3 Sebelum melaksanakan pembangunan / pekerjaan, pihak
pemborong berkewajiban meneliti semua gambar konstruksi /
struktur, dan bila terdapat kekeliruan / kesalahan yang sekiranya
menurut anggapan pemborong akan membahayakan, maka pihak
pemborong harus segera memberitahukan secara tertilis kepada
pimpinan proyek untuk bahan pertimbangan penanggulangnya.
Pasal 16 : Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
16.1 Pengawas lapangan setiap hari membuat laporan harian mengenai
segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan /
pekerjaan, baik teknis maupun administrative, dan pada laporan
harian tersebut oleh pemborong atau pelaksana yang mewakilinya
harus di tandatangani.
2-18
16.2 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dari keadaan
sebenarnya.
16.3 Pengawas lapangan juga akan membuat laporan mingguan dan
bulanan secara rutin dan laporan-p[laporan tersebut diatas dibuat
dalam rangkap 5 (lima) dengan menggunakan format yang telah
ditentukan.
Pasal 17 : Los Pengawas, Los Kerja, Gedung Bahan dan Lain-lain
17.1 Pemborong harus membuat direksikeet maasing-masing paket
seluas 12 m² yang dilengkapi dengan kursi, meja seta alat-alat
kantor yang bdiperlukan tanpa dimunculkan dalam penawaran
17.2 Pemborong berkewajiban membuat los kerja untuk para pekerja
gudang yang dapat di kunci untuk menyimpan barang-barang yang
mana tempatnya ajkan ditentukan oleh pengawas lapangan /
personalia proyek
17.3 Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan direksikeet serta
inventarisnya yang dilengkapi dengan kursi, meja seta alat-alat
kantor yang bdiperlukan tanpa dimunculkan dalam penawaran
17.2 Pemborong berkewajiban membuat los kerja untuk para pekerja
gudang yang dapat di kunci untuk menyimpan barang-barang yang
mana tempatnya ajkan ditentukan oleh pengawas lapangan /
personalia proyek
17.3 Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan direksikeet serta
inventarisnya
17.4 Lapangan kerja bila dianggap perlu untuk keamanan, oleh
pemborong dapat diberi pagar sekelilingnya sehingga aman
17.5 Gudang, los-los kerja dan los lainnya (kecuali Direksikeet) yang
dibuat oleh pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan
/ pekerjaan tersebut harus segera dibongkar / dibersihkan oleh
2-19
pihak pemborong, dan bahan-bahan berkasnya menjadi milik
pemborong.
Pasal 18 : Kesejahteraan dan Keselamatan Pekerja
18.1 Pemborong beerkewajiban menyediakan air minum yang bersih,
dan cukup ditempat pekerjaan untuk para pekerja.
18.2 Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat
pekerjaan.
18.3 Apabila terjadi kecelakaan, maka pemborong selekas mungkin
memberi tahukan kepada pengawas lapangan dan mengambil
tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan.
18.4 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan
Umum dan Mentri Tenaga Kerja No 104/KPTS/1996 dan
keputusan 174/Men/1986 tyentang pelaksanaan peraturan
pemerintah, tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstruksi. Bagi tenaga kerja borongan harian lepas pada
Kontraktor induk maupun Sub Kontraktor, pihak pemborong yang
sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta
dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada
pimpinan proyek.
Pasal 19 : Pembayaran Angsuran
19.1 Pembayaran jumlah tanaga borongan tersebut, dilakukan secar
berangsur-angsur, dan setiap kali akan dilakukan pembayaran
kepada pemborong, penulis proyek akan membuat berita acara
kemajuan pekerjaan dari pengawas lapangan.
19.2 Jumlah serta prosedur pembayaran untuk angsuranm, akan
ditantukan kemudian dan akan dimuat dalam surat perjanjian
melaksanakan pekerjaan / kontrak.
2-20
Pasal 20 : Denda dan pemutusan surat perjanjian melaksanakan
pekerjaan atau kontrak.
20.1 Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 14 tersebut
diatas dilanggar, maka kontrak pekerjaan pemborongan tersebut
dapat dibatalkan secara sepihak dan pemborong yang
bersangkutan akan dikeluarkan dari daftar rekaman.
20.2 Apabila penyerhan pekerjaan untuk pertamakalinya tidak
dilangsungkan pada waktu yang telah ditetapkan, maka pihak
pemborong dikenakan denda sebesar 1/1000 (satu permil) dan
harga borongan untuk setip harinya dan setinggi-tingginya, 5 %
(lima persen) dari harga borongan, maka pihak pemimpin proyek
dapat memutuskan surat perjanjian nmelaksanakan pekerjaan
secara sepihak demi kelancaran pelaksanaan pembangunan
proyek tersebut.
Pasal 21 : Pekerjaan Tambah Kurang
21.1 Bila terdapat pekerjaan tambah-kurang, akan diperhitungkan
kemudian dengan harga-harga satuan pekerjaan / upah / bahan,
mengikuti harga satuan yang tercantum dalm penawaran
pemborong yang menjadi lampiran dalam surat perjanjian
melaksanakan pekerjaan / kontrak.
21.2 setip pekerjaan tambah / kurang harus dinyatakan dengan surat
perintah dari pemimpin proyek dan pihak pemborong haurs segera
mengajukan perhitungan biayanya berdasarkan revisi gamabr yang
dibuat oleh pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan
pemimpin proyek.
21.3 Pekerjaan tambah tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk
merubah waktu penyelesaian pekerjaan kecuali atas persetujuan
pihak pemimpin proyek secara tertulis.
Pasal 22 : Kenaikan Harga dan Force Majeure
2-21
22.1 Selama pelaksanaan pekerjaan tersebut, tidak diadakan klaim
kenaikan harga, keculai jika pemerintah mengeluarkan peraturan
yang mengatur masalah tersebut.
22.2 Apabila selama jangka waktu pelaksanaan terjadi beberapa hal
yang dianggap sebagai force majeure sehingga mengakibatkan
kerugian pihak pemborong, maka pihak pemborong wajib
melaporkan kegiatan tersebut untuk meminta pertimbangan pihak
pemimpin bagian proyek dalam jangka waktu paling lambat 2 x 24
jam.
22.3 Yang termasuk force majeure antara lain akibat-akibat yang
disebabkan perang / pemberontakan, banjir dan lain sebagainya.
22.4 Yang tidak termasuk force majejure antara lain akibat-akibat yang
disebabkan oleh pemborong sendiri karena kelalaian /
kecerobohan di dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut seperti :
kebakaran, pencurian, keributan buruh, dan lain-lain; gempa dan
angin dalam batas yang diperhitungkan, hujan dan lain sebagainya.
Pasal 23 : Ketentuan di Dalam Pelaksanaan
23.1.1 Jenis pekerjaan maupun volume yang tercantum dalam daftar
harga penawaran sebagai lampiran surat penawaran pihak
pemborong, didalam pelaksanaan pekerjaan sifatnya tidak
mengikat karena bukan taakwerk. Daftar perincian tersebut, hanya
menjadi dasar untuk menjadi penelitian / penilaian usulan calon
pemenang dan pada waktu mengambil pembayaran angsuran nati,
adapun yang mengikat dalam pelaksanaan adalah :
1. Surat perjanjian melaksanakan pekerjaan / kontrak berikut
surat penawaran serta harga satuan pekerjaan, upah, bahan
yang menjadi lampirannya dan keputusan penunjukan dan
perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPMK).
2-22
2. Dokumen pelelangan / pelaksanaan berikut berita acara
pekerjaan (aanwijzing) dan petunjuk / perintah pengawas
lapangan
23.2 Ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum di dalam rencana
kerja dan syarat-syarat ini tetap mengikat sejauh tidak ada
perubahan ketentuan lain di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan tersebut.
23.3 Pemborong yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
sebelum melalui pelaksanaan pekerjaan / bagian-bagian pekerjaan
diwajibkan untuk meneliti semua ketentuan konstruksi maupun
struktur yang tercantum di dalam dokumen. Pelaksanaan dan bila
terdapat kesalahan / kekeliruan yang menurut anggapan pihak
pemborong harus segera memberitahukan secara tertulis dengan
dilampiri pembuktiannya kepada pengawas lapangan untuk
pertimbangan lebih lanjut. Pelaksanaan pekerjaan / bagian
pekerjaan tersebut harus menunggu keputusan pemimpin proyek.
Pasal 24 : Perselisihan
24.1 Perselisihan yang bersifat teknis, akan diselesaikan oleh suatu
komisi arbitrage yang orang-orangnya ditunjuk oleh pemimpin
proyek.
24.2 Perselisihan antara pemimpin proyek dan pemborong yang tidak
dapat diselesaikan dengan musyawarah, akan diputuskan dengan
pasal 65 – AV, ayat 3 ; 4 ; 5 ; dan 8.
24.3 Apabila perselisihan sampai ke pengadilan, maka dipilih pengadilan
setempat.
Pasal 25 : Resiko
25.1 Jika hasil pekerjaan pemborong musnah dengan cara apapun
sebelum diserah terimakan kepada pemberi tugas, maka pihak
2-23
pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugian
yang timbul, kecuali jika pemberi tugas telah lalai untuk menerima
hasil pekerjaan tersebut.
25.2 Jika hasil pekerjaan pemborong sebagian atau seluruhnya musnah
diluar kesalahan kedua belah pihak (akibat keadaan memaksa /
force majeur) sebelum pekerjaan diserahkan kepada pemberi tugas,
dan pemberi tugas tidak lalai untuk menerima / menyetujui hasil
pekerjaan tersebut, maka segala kerugian yang timbul akibat
kadaan itu akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak secara
musyawarah dan mufakat.
25.3 Jika hasil pekerjaan pemborong sebagian atau seluruhnya musnah
disebabkan oleh suatu cacat tersembunyi dalam struktur atau
disebabkan oleh retaknya tanak, maka pemborong bertanggung
jawab selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal
penyerahan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
25.4 Jika hasil pekerjaan pemborong sebagian atau seluruhnya musnah
disebabkan karena kesalahan bestek dan atau disebabkan karena
berubahnya penggunaan / fungsi, maka segala kerugian yang timbul
ditanggung oleh pemberi tugas.
25.5 Jika pada waktu pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang
diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya bahan-bahan
dan alat-alat karena semata kesalahan pemborong, maka segala
resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi
tanggung jawab pemborong.
25.6 Segala persoalan dan tuntutan para pekerja menjadi beban dan
tanggung jawab sepenuhnya dari pemborong atau dengan kata lain
bahwa pemborong membebaskan pemberi tugas dari segala
tuntutan-tuntutan pad tenaga keja yang berkenan dengan
pelaksanaan pekerjaan ini baik di dalam maupun diluar pengadilan.
25.7 Bilamana selama pemborong melaksanakan pekerjaan pemborong
ini menimbulkan kerugian bagi pemberi tugas (orang-orang yang
2-24
tidak ada sangkut pautnya dalam perjanjian ini) maka segala
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemborong.
Pasal 26 : Ketentuan dan Syarat-syarat Bahan
Sepanjang tidak ada ketentuan/ketetapan lain dalam rencana kerja
dan syarat-syarat ini maupun dalam berita acara penjelasan
pekerjaan (Aanwijzing), bahan-bahan yang akan dipergunakan
maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syrat
yangtercantum dalam AV dan peraturan umum bahan bangunan /
PUBI – 1982, serat ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya
yang berlaku di Indonesia.
Pasal 27 : Pemeriksaan Bahan-bahan
27.1 Semua bahan yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan
tersebut pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-
contoh yangtelah disetujui oleh pengawas lapangan
27.2 Bahan-bahan yang tidak sesuai / tidak memenuhi syarat-syarat atau
berkualitas jelek dinyatakan afkir / ditolak oleh pengawas lapangan,
harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-
lambatnya dalam tempo 2 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
27.3 Apabila sesudah barang-barang tersebut dinyatakan ditolak oleh
pengawas lapangan dan ternyata masih digunakan oleh pelaksana,
maka pengawas lapangan wajib memerintahkan pembongkaran
kembali kepada pelaksana/ pemborong dimana segala kerugian
yang disebabkan oleh pemborong tersebut, menjadi tanggungan
pemborong sepenuhnya disamping pihak pemborong tetap
dikenakan denda menurut aturan yang berlaku.
27.4 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan. Tentang
pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, pengawas
lapangan berhak meminta pelaksana/ pemborong untuk mengambil
contoh-contoh dari bahan-bahan tersebut dan memeriksanya ke
2-25
laboratorium balai penelitian bahan-bahanmilik pemerintah yang
mana segala pemeriksaan tersebut biayanya menjadi tanggungan
pemborong.
27.5 Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas baik
tidaknya kualitas dari bahan –bahan tersebut, pelaksan/pemborong
tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut.
Pasal 28 : Penyimpanan bahan-bahan
Penyimpanan bahan-bahan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan, dan bahan-bahan tersebut tidak
rusak. Satu dan lain hal di atas petunjuk / perintah pengawas lapangan.
Persyaratan Teknis Pekerjaan
Pasal 1 : Situasi
1.1. Proyek perencanaan pembangunan rumah tinggal PT.Bandung
Indah Permai
Pekerjaan : Pembangunan Perumahan Vintage Indah
Permai
Lokasi : Jl. Cimanuk
Kecamatan : Sukasari
Kota : Bandung
1.2. Hal pembanguna akan diserahkan sepenuhnya kepada PT. Wijaya
Karya sebagai pemborong sebagaimana telah disepakati
sebelumnya, oleh karena itu pemborong harus meneliti situasi
medan terutama kondisi, sifat dan luas bangunan, karena kelalaian
2-26
dan kekurang telitian yang menyebabkan berubahnya penawaran
tidak bisa dirubah.
Pasal 2 : Lingkup Pekerjaan
2.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :
1. Pekerjaan pekerjaan
2. Pekerjaan pondasi
3. Pekerjaan brton bertulang
4. Pekerjaan dinding
5. Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
6. Pekerjaan lantai
7. pekerjaan plafond
8. Pekerjaan atap
9. Pekerjaan pengecatan
10.Pekerjaan intalasi
2.2. pemborong harus menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman
dan didukung dengan alat bantu yang memadai bagi pekerja
lapangan
Pasal 3 : Pekerjaan Pembongkaran
Secara umum pekerjaan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek-
aspek berikut ini:
Kondisi struktur bangunan/bagian sekitarnya agar tidak mengalami
perubahan geseran atau timbulnya lendutan
Tahapan pelaksanaan dilakukan sebaik mungkin agar tidak
merusak bagian yang tidak perlu dibongkar, bagian bagian yang
masih baik akan dipergunakan lagi.
Pemborong harus mengikuti aturan yang telah dibuat dalam hal
melaksanakan bongkaran.
2-27
3.1 Pekerjaan bongkaran genteng dan hubungan dilakukan terhadap
semua genteng terpasang dan hubungan karena akan diganti
dengan genteng dan hubungan dari jenis genteng murando glasur.
3.2 Pekerjaan bongkaraan rangka atap/reng dilakukan harus hati-hati
karena sebagian besar reng masih bisa dimanfaatkan.
3.3 Pekerjaan bongkaran keramik harus dilakukan seteliti mungkin
agar tidak menimbulkan kebocoran pada lantai dan harus
dibersihkan sebelum dilakukan pemasangan keramik.
3.4 Pekerjaan bongkaran fasilitas kamar mandi harus dilakukan
setelah bongkaran keramik selesai dan dilakukan secara hati-hati
karena kerusakan fasilitas kamar mandi yang ada merupakan
tanggungan pemborong seandainya terjadi kerusakan.
3.5 Pekerjaan bongkaran langit-langit hendaknya dilakukan penuh
perhitungan dengan pertimbangan agar tidak menambah
kerusakan pada bagian langit-langit yang akan dibongkar.
Pasal 4 : Pekerjaan Kayu
4.1 Lingkup pekerjaan
Pekerjaan kayu yang dilaksanakan hanya pekerjaan penggantian
reng dengan ukuran 3/4 cm.
4.2 Pernyaratan bahan
Semua reng yang akan dipakai harus kering, berumur tua lurus,
tidak retak, tidak bengkok dan mempuanyai derajat kelembaban
kurang dari 15% serta memenuhi persyaratan bahan yang trcantum
dalam PKKI 1970-N15.
Semua kayu harus diawetkan dengan bahan anti rayap.
4.3 Pekerjaan reng.
Reng yang akan dipergunakan berukuran ¾ cm, disesuaikan
dengan ukuran genteng yang akan dipergunakan, 20% persen reng
yang baru, berasal dari bahan borneo super.
2-28
Pasal 5 : Pekerjaan Penutup Atap
5.1 Bahan penutup atap dipakai genteng glatsur keramik kualitas baik
dan memenuhi persyaratan umum bahan bangunan di indonesia
(PUBI 1982).
5.2 Untuk seluruh bahan bangunan harus menggunakan bahan
penutup atap dari satu pabrik dipesan/dikirim kepekerjaan,
pemborong terlebih dahulu mengajukan contoh kepada direksi
untuk mendapatkan persetujuan, bahan penutup atap yang
cacatretak tidak dibenarkan utuk dipakai.
5.3 Sebelum pemasangan penutup atap dilaksanakan, nok/hubungan
asbes harus dicek kemiringan dan kerangka sehingga diperoleh
bidang yang rata.
Pasal 6 : Pekerjaan Keramik
6.1 Pendasaran keramik dibuat dengan lapisan beton tumbuk dengan
tebal minimal 5 cm, spesi tersebut harus bebas dari kotoran,
minyak dan sebagainya.
6.2 Sebelum pemasangan keramik, pemborongan harus mengecek
semua yang menyangkut pekerjaan persiapan seperti persiapan
untuk pipa yang ditanam dibawah beton/tanah untuk pembuangan
air dan sebagainya.
6.3 Sebelum dilakukan pemasangan keramik untuk kamar mandi lantai
2 harus dilapisi dengan perekat anti bocor bitutin.
6.4 Mortal yang diperuntukan untuk pemasangan keramik adalah 1 : 3
dengan tebal 2 cm jika dibawah lapisan beton dan 3 cm jika
dibawah lapisan air, untuk sambungan dipakai campuran 1 : 3.
6.5 Pemotongan keramik sedapat mungkin dihindari dan kalau
terpaksa harus dilakukan hati-hati dengan ukuran yang
dikehendaki. Kemudian permukaan yang dipotong tersebut harus
digosok dan dihaluskan sampai rata betul.
2-29
6.6 Pemasangan keramik harus diletakan pada mortal seperti yang
disebutkan pada bagian sebelumnya, permukaan keramik tersebut
harus dipasang sampai rata betul dan setiap sambungan harus
lurus benar. Setelah pemasangan berlangsung 29 jam maka pada
p[ermukaan lantai disiramkan bubuk semen dan diratakan serta
mengisi bagian antar keramik.
6.7 Keramik dinding dapat dipasang kelapisan lainnya dengan
memakai perekat yang telah disetujui. Pada dasar sement seperti
CT-W dari messrs, Dunlop Chemikal Product Division, Cester
Roadfactori, Brimingham 21 England, pemborong harus mengikuti
semua intruksi yang diberikan oleh pabriknya.
Pasal 7 : Pekerjaan Seniter
7.1 Pekerjaan sanitair disesuaikan dengan rencana perletakan
mengikuti kondisi kamar madi yang ada.
7.2 Perletakan sanitair dilakukan dengan cara hati-hati agar tidak
menimbulkan kebocoran pada lantai khususnya kamar mandi lantai
2 dan seterusnya.
7.3 Pipa-pipa penghubung sanitair dibuat dari pipa PVC kualitas baik,
dan setiap ujung pertemuan pipa harus dilem dengan baik agar
tidak bocor.
Pasal 8 : Pekerjaan Beton
8.1 Kualitas bahan yang dipergunakan seperti semen, pasir, split dan
bahan lainnya harus berkualitas baik.
8.2 Campuran cor untuk untuk beton bertulang berkualitas K 225
8.3 Besi beton yang dipergunakan harus bebas dari karat, sisik dan
lain-lain lapisan yang dapat mengurangi lekatnya pada beton,
memenuhi syarat SII 0136-84 kecuali ditentukan lain dalam
gambar.
2-30
8.4 Besi tulangan harus terpasang kuat sehingga tidak terjadi
pergerakan/pergeseran pada saat pengecoran, ukuran bentuk dan
posisi spacer harus memenuhi persetuajuan direksi.
8.5 Acuan/bekisting direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi perubahan bentuk yang dapat mempengaruhi kualitas
struktur beton.
8.6 Jenis pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air berasal dari
jenis PVC S 12,5.
8.7 Semua katup mempunyai flen.
8.8 Perlengkapan pipa harus sesuai dengan persyaratan standar ISO
atau SII lainnya yang menjamin mutu yang setara atau lebih tinggi.
Pasal 9 : Pekerjaan Pengecatan
9.1 Pengecetan dilakukan pada semua dinding bangunan yang akan
dilakukan pengecetan
9.2 Cat tembok yang digunakan adalah setara sanlex, semua contoh
cat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan direksi sebelum
dipakai.
9.3 Semua dinding yang akan dicat harus diplamir atau didempul
terlebih dahulu dan diamplas hingga licin dan rata.
9.4 Pengecetan dilakukan minimal 2 kali dengan kwas atau roll
9.5 Semua pekerjaan cat yang tidak rata, belang atau pecah-pecah
serta masih tipis harus diulang dan diperbaiki atas biaya-biaya
pemborong.
Pasal 10 : Pekerjaan Lain-Lain
10.1 Sebelum penyerahan pertama, pemborong wajib meneliti semua
bagian pekeerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki,
semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan
semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari lokasi
proyek.
2-31
10.2 Meskipun telah ada pengawasan dan unsur-unsur lainnya, semua
penyimpangan dari ketentuan bastek dan gambar menjadi
tanggungan pemborong.
10.3 Selama masa pemeliharaan, pemborong wajib merawat,
mengamankan dan memperbaiki segala cacat yang timbul,
sehingga sebelum penyerahan ke II dilaksanakan, pekerjaan
benar-benar sempurna.
10.4 Semua yang belom tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan.
2-32