revisi tugas 13 makalah f0310085 tika triwik
TRANSCRIPT
TUGAS 13: MAKALAH
“RANGKUMAN TEORI AKUNTANSI: PERSPEKTIF POSITIF DAN NORMATIF”
TIKA TRIWIK RAHMADI
F0310085
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
0
PENDAHULUAN
Pena seorang akuntan bisa merubah dunia, pena tersebut mampu membenarkan yang
salah dan juga menyalahkan yang benar. Kasus Enron yang melibatkan auditor dari KAP besar
dunia, yaitu Arthur Enderson merupakan contoh riilnya. Kasus serupa meski tak sama juga
muncul di Indonesia, seperti kasus skandal laporan keuangan ganda Bank Lippo pada tahun
2002, kasus Letter of Credit fiktif Bank BNI tahun 2003, dan kasus pembekuan usaha Bank
Global pada tahun 2004 karena melakukan tindak pidana perbankan dengan memanipulasi data
rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) (http://www.tempo.co.id). Dari beberapa
bukti diatas telah menggambarkan betapa pentingnya pena seorang akuntan, yang jika
disalahgunakan akan berimbas pada keuangan negara secara makro yang bisa memberikan efek
domino atas munculnya permasalahan lainnya. Penyalahgunaan tersebut bisa disebabkan karena
ketidaktahuan akan akuntansi atau memang kesengajaan dengan memanfaatkan pengetahuan atas
akuntansi itu sendiri.
Dalam makalah ini, penulis lebih berorientasi pada penyalahgunaan yang disebabkan
karena ketidaktahuan akan akuntansi. Sehingga penulis mencoba menjabarkan mengenai
fundamental akuntansi yang nantinya bisa dijadikan pedoman dalam melakukan praktik
akuntansi, sehingga masalah serupa tidak akan muncul nantinya. Fundamental yang digunakan
sebagai landasan pemikiran ini lah yang penulis sebut dengan teori akuntansi.
Tapi kemudian muncul sebuah pertanyaan, “Pembahasan yang terkandung dalam teori
tersebut sebaiknya, apakah yang nyatanya dipraktikan dalam kehidupan nyata atau yang
seharusnya dipraktikkan?”. Lalu teori yang mana yang seharusnya dipelajari oleh mahasiswa
agar tidak terjebak dalam berbagai kasus seperti Enrorn tersebut? Sejatinya antara teori dan
praktik haruslah berjalan seimbang agar kasus seperti Enron tidak terulang. Sehingga sebagai
seorang mahasiswa yang notabene merupakan calon akuntan, harusnya membekali diri dengan
teori yang membahas kedua-duanya. Pembahasan tersebut secara singkat akan penulis sajikan
dalam makalah berjudul “Rangkuman Teori Akuntansi: Perspektif Positif Dan Normatif “.
Makalah ini menggunakan dua referensi utama yaitu buku “Teori Akuntansi: Perekayasaan dan
1
Pelaporan Keuangan” karangan Suwardjono (2008) dan “Financial Accounting Theory“
karangan William R. Scott (2009).
Suwardjono lebih menekankan pembahasan pada teori akuntansi normatif karena beliau
berpandangan bahwa suatu teori bukan hanya membahas mengenai apa yang benar dan salah
tetapi juga harus bisa menilai apa yang baik dan tidak. Dengan adanya teori akuntansi bisa
digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah praktik akuntansi yang berjalan itu baik atau
tidak, sehingga kasus-kasus yang melibatkan pena seorang akuntan tidak terjadi lagi. Hal ini
berbeda dengan yang dibahas oleh William Scott (2009), dimana Scott lebih menekankan pada
apa yang nyatanya dipraktikkan atau membedakan mana yang benar dan salah tanpa mengetahui
apakah praktik tersebut baik atau tidak. Dengan kata lain Scott lebih menekankan pembahasan
pada teori akuntansi positif. Selama teori membenarkan, maka praktik yang tidak baik pun
dihalalkan. Karena pada dasarnya teori akuntansi positif berisi pernyataan tentang sesuatu seperti
adanya atau sesuai fakta atas dasar empiris, tetapi kita tidak mengetahui apakah sesuatu itu lebih
baik dari yang lain atau tidak. Sehingga sebagai mahasiswa hendaknya kita mempelajari baik itu
teori akuntansi positif maupun normatif supaya bisa membedakan mana praktik yang benar dan
baik, mana praktik yang benar tetapi tidak baik, praktik yang salah tetapi benar, dan praktik yang
salah juga tidak baik.
2
KERANGKA BERPIKIR
Pembahasan makalah ini menekankan pada perspektif teori akuntansi sebagai teori akuntansi
positif dan normatif. Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan,
perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar pengamatan
empiris. Penjelasan normative berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai apakah sesuatu itu
baik atau buruk. Berikut kerangka berpikir dalam makalah ini :
3
4
AKUNTANSI (1)AKUNTANSI (1)
SAINSSAINS TEKNOLOGITEKNOLOGI
PENALARAN (2)PENALARAN (2)
KONSEP DASAR (5)PENJELASAN ILMIAH
PENJELASAN ILMIAH
ILMU SOSIAL : GEJALA MANUSIA
ILMU SOSIAL : GEJALA MANUSIA
PEREKAYASAAN (3)
PEREKAYASAAN (3)
RERANGKA KONSEPTUAL (4)
RERANGKA KONSEPTUAL (4)
KONSEP DASAR (5)
TUJUANTUJUAN
KARAKTERISTIK KUALITATIFKARAKTERISTIK KUALITATIF
ELEMEN LAPKEU (6-11)ELEMEN LAPKEU (6-11)
PENYAJIAN (12, 13)PENYAJIAN (12, 13)
PENJELASAN ILMIAHPENJELASAN ILMIAH
KONDISI TIDAK IDEAL
KONDISI TIDAK IDEAL
KETERANGAN :
TEORI AKUNTANSI POSITIF SCOTT
TEORI AKUNTANSI NORMATIF SUWARDJONO
ASIMETRI INFORMASI
ASIMETRI INFORMASI
ADVERSE SELECTIONADVERSE SELECTIONMORAL HAZARDMORAL HAZARD
PROBLEM AKUNTANSIPROBLEM AKUNTANSIREAKSI PENYUSUN
STANDAR
POKOK BAHASAN
Teori membahas berbagai masalah konseptual dan ideal yang ada di balik praktik
akuntansi. Teori akuntansi juga mempunyai peran penting dalam pengembangan akuntansi yang
sehat. Secara umum, pemaknaan terhadap teori akuntansi tergantung pada point of view yang
digunakan. Jika akuntansi dipandang sebagai teknologi, maka akuntansi merupakan suatu
pengetahuan tentang perekayasaan informasi dengan menggunakan penalaran logis dan akan
menghasilkan rerangka konseptual. Jika dipandang sebagai sains, maka akuntansi merupakan
ilmu sosial yang mempelajari gejala manusia dengan menggunakan penjelasan ilmiah dan akan
menghasilkan teori sebagai dasar justifikasi.
Gambar 1
Perbedaan teori akuntansi sebagai sains dan teknologi
Atas point of view tersebut orientasi akuntansi dibedakan menjadi teori akuntansi
normatif (akuntansi sebagai teknologi) dan teori akuntansi positif (akuntansi sebagai sains). Hal
5
ini serupa dengan yang dikatakan oleh Suwardjono (2008) yang membagi teori akuntansi
kedalam teori positif dan teori normatif atas dasar sasaran yang ingin dicapai.
Selain atas dasar sasaran yang ingin dicapai, Suwardjono (2008) juga membagi teori
akuntansi menjadi teori semantik, sintaktik, dan pragmatik atas dasar sasaran semiotika dalam
teori komunikasi. Perbedaan antara ketiga teori tersebut adalah :
a. Teori Semantik
Memusatkan perhatian pada masalah-masalah penyimbolan, pengukuran, dan penyajian
kegiatan operasi dan objek fisis perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Teori ini
memberi penalaran mengapa kegiatan perusahaan disimbolkan dengan cara tertentu.
b. Teori Sintaktik
Teori ini berkepentingan dengan struktur pelaporan keuangan dan memberi penalaran
mengapa data/informasi disajikan dengan cara tertentu.
c. Teori Pragmatik
Teori ini berkepentingan untuk mengukur pengaruh dan kebermanfaatan informasi terhadap
perilaku pemakai (termasuk pasar modal).
Seperti pemabahasan diawal, Suwardjono (2008) menekankan pembahasan akan teori
normatif agar bisa menciptakan praktik akuntansi yang sehat. Teori normatif menggunakan
penalaran sebagai dasar untuk melakukan perekayasaan. Agar praktik akuntansi itu berjalan
dengan sehat, maka harus dilandasi oleh penalaran yang sehat pula. Yang dimaksud penalaran
adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan
akan asersi. Penalaran ini menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid
(benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut. Sehingga praktik sehat yang
diidam-idamkan bisa terwujud.
Penalaran bisa menentukan benar tidaknya suatu pernyataan karena mengandung unsur-
unsur seperti asersi, keyakinan, dan argument. Interaksi antara ketiganya merupakan bukti
rasional untuk mengevaluasi kebenaran suatu pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan
bahwa sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan merupakan
kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan. Sedangkan argument, merupakan
proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa asersi yang berkaitan secara logis.
6
Penalaran logis tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan perekayasaan
pelaporan keuangan. Perekayasaan Pelaporan Keuangan, menurut Suwardjono (2008) adalah
proses pemikiran logis, deduktif, dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori,
konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk
mencapai tujuan negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan faktor
sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara.
Gambar 2
Proses perekayasaan
Hasil perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka
konseptual yang fungsinya dapat dianalogikan dengan konstitusi. Menurut Suwardjono (2008),
rerangka konseptual merupakan beberapa tujuan dan hal mendasar yang saling berkaitan yang
membentuk suatu sistem/rerangka terpadu yang dapat menghasilkan standar akuntansi yang
konsisten dan yang menetapkan sifat, fungsi, dan keterbatasan pelaporan keuangan dan statemen
keuangan.
Indonesia sendiri menggunakan rerangka konseptual adopsi dari FASB. Rerangka
konseptual model FASB yang dituangkan dalam Statements of Financial Accounting Concepts
7
merupakan teknologi penalaran yang dapat dijadikan contoh untuk ditransfer, diadopsi, atau
diadaptasi.
Isi dari Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) adalah:
SFAC No. 1 Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises
SFAC No. 2 Qualitative Characteristics of Accounting Information
SFAC No. 3 Elements of Financial Statements of Business Enterprises
SFAC No. 4 Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Enterprises
SFAC No. 5 Recognition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises
SFAC No. 6 Elements of Financial Statements (mengganti SFAC No. 3)
SFAC No. 7 Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement
Rerangka Konseptual FASB memuat empat komponen konsep utama yaitu tujuan
pelaporan keuangan (bisnis dan nonbisnis), karaktersitik kualitatif informasi, elemen statemen
keuangan, dan pengukuran dan pengakuan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah
menyediakan informasi bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan. Sedangkan
untuk organisasi nonbisnis, tujuan pelaporan adalah melayani berbagai keputusan rasional
tentang alokasi dana ke organisasi nonbisnis.
Tujuan pelaporan keuangan menentukan karakteristik kualitatif informasi yang harus
disedikan. Agar bermanfaat, informasi akuntansi harus berpaut dengan keputusan (relevan) dan
terandalkan (reliabilitas). Keberpautan (Relevan) adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam membedakan beberapa alternative keputusan sehingga pemakai dapat dengan
mudah menentukan pilihan. Dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki nilai prediksi,
nilai balikan (feedback value), dan ketepatwaktuan (timeliness). Sedangkan keterandalan
(reliabilitas) adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut
benar atau valid. Dikatakan reliable apabila informasi tersebut memiliki ketepatan penyimbolan
(representational faithfulness), keterujian (verifiabilitas), dan netral.
Atas dasar tujuan pelaporan dan kualitas informasi, harus diidentifikasi fenomena atau
realitas dan disimbolkannya secara tepat melalui statemen keuangan. Elemen Statemen keuangan
adalah makna (meaning) atau konstruk yang sengaja ditentukan untuk merepresentasi realitas
kegiatan perusahaan sehingga orang dapat membayangkan realitas tersebut tanpa harus
8
menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Elemen-elemen statemen keuangan terdiri
dari asset, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi ke pemilik, laba komprehensif,
pendapatan, biaya, untung, dan rugi.
Elemen-elemen statemen keuangan tersebut harus diukur untuk membentuk informasi
semantik yaitu elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Atribut elemen harus
diidentifikasi dan artibut pengukuran yang sesuai dipilih untuk mendapatkan ketepatan
penyimbolan.
Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu
objek yang terlibat dalam transaksi, kejadian, dan keadaan untuk merepresentasi makna (atribut)
objek tersebut sehingga dua objek atau lebih dapat dibedakan dan diperbandingkan atas dasar
makna tersebut.
FASB mengidentifikasi atribut pengukuran yang sekarang diterapkan dan masih dapat
dilanjutkan penggunaanya yaitu:
a. Kos Historis atau Perolehan Kas Historis (Historical Cost)
b. Kos Sekarang (Current Cost)
c. NIlai Pasar Sekarang (Current market value)
d. Nilai terealisasi/penulasan neto (net realizable/settlement value)
e. Nilai sekarang atau diskon aliran kas masa datang (present or discounted value of
future cash flows)
Setelah elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui statemen keuangan atau
media pelaporan yang lain. Oleh karena itu diperlukan pengakuan atas elemen yang dipilih,
pengukuran yang tepat, dan karakteristik kualitatif. Empat kriteria pengakuan utama
(fundamental) adalah definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup
kualitas informasi batas atas (benefit > kos) dan batas bawah (materialitas).
Pembahasan diatas merupakan komponen-komponen utama dari rerangka konseptual
yang merupakan hasil dari perekayasaan. Dalam basis penyimpulan rerangka konseptual tersebut
terdapat suatu konsep dasar. Menurut Suwardjono (2008), konsep dasar merupakan abstraksi
atau konseptualisasi karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan
keuangan. Selain terefleksi sebagai basis penyimpulan rerangka konseptual, dalam melakukan
9
perekayasaan atau penalaran juga perlu konsep dasar yeng berfungsi untuk melandasi atau basis
perekayasaan tersebut.
Banyak sumber yang yang menyajikan konsep dasar. Salah satunya adalah Paton dan
Littleton (P&L). Konsep dasar yang dikemukakan P&L terbagi menjadi:
1. Entitas Bisnis atau Kesatuan Usaha
Kesatuan usaha harus dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak
atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik.
Gambar 3
Visualisasi Konsep Kesatuan Usaha
2. Kontinuitas Kegiatan Usaha
Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroperasi terus dan tidak ada maksud
membubarkan.
3. Penghargaan sepakatan
Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling objektif. Kos
merupakan pengukur atau pengkuantifikasi untuk menyatakan berbagai macam objek.
4. Kos Melekat
Kos melekat pada objek yang kontinus dalam upaya menghasilkan pendapatan. Untuk
merepresentasi kegiatan tersebut, akuntansi menggunakan kos untuk merunut kegiatan
produktif kesatuan usaha.
10
5. Upaya dan Capaian Hasil
Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa pendapatan. Tidak ada pendapatan
tanpa biaya.
6. Bukti Terverifikasi dan Objektif
Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan kalau informasi tersebut
didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (terverifikasi).
7. Asumsi
Akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran.
Konsep dasar lainnya adalah :
1. Substansi Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat perekayasaan atau
dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan makna
atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada maka yuridisnya meskipun
makna yuridis mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.
2. Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis.
3. Keanekaragaman Akuntansi Antar entitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metoda) akuntansi antarkesatuan usaha
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi
dan karakteristik kesatuan usaha individual.
4. Konsevatisme
Konsevatisme adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk
mengambil tindakan atau keputusan atas dasar outcome yang terjelek dari ketidakpastian
tersebut.
5. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan
sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi.
Konsep-konsep dasar tersebut diatas menjadi basis penyimpulan dalam rerangka
konseptual, salah satunya pada komponen elemen-elemen satemen keuangan. Seperti
pembahasan sebelumnya, elemen-elemen statemen keuangan terdiri dari asset, kewajiban,
11
ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi ke pemilik, laba komprehensif, pendapatan, biaya,
untung, dan rugi. Berikut pembahasan lebih lanjut dari elemen-elemen tersebut :
1. Asset
Asset menurut IAI merupakan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable)
yang diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian masa
lalu.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat beberapa karakteristik utama asset yaitu:
a. Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti (probable). Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut
terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan
atau aliran kas di masa datang melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan
pertukaran.
b. Dikuasai oleh Entitas
Atas dasar konsep substansi daripada bentuk, suatu objek cukup dikuasai dan tidak perlu
dimiliki oleh kesatuan usaha untuk dapat disebut sebagai aset kesatuan usaha.
c. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Asset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan criteria untuk pengakuan.
Sedangkan karakteristik pendukung asset adalah melibatkan kos, berwujud, tertukarkan,
terpisahkan, dan penegasan atau kekuatan secara legal.
Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap
perlakuan sejalan dengan aliran fisis kegiatan usaha yaitu:
1. Tahap Pemerolehan (acquisition)
2. Tahap Pengolahan (processing)
3. Tahap Penjualan/Penyerahan (Sales/Delivery)
Secara aliran informasi, aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus direpresentasi
dalam kos sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan
12
representasi kuantitatif suatu objek. Oleh karena itu, kos juga mengalami tiga tahap akuntansi
mengikuti aliran fisis yaitu:
1. Pengukuran (Measurement)
2. Penelusuran (Tracing)
3. Pembebanan (Charging)
2. Kewajiban
Kewajiban merupakan pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
timbul dari keharusan (obligations) sekarang suatu entitas untuk mentransfer aset atau
menyerahkan jasa kepada entitas lain di masa datang sebagai akibat dari transaksi atau
kejadian masa lalu.
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:
1. Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas (duty) atau
tanggung jawab (responsibility) kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha
untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik yang cukup pasti di masa datang.
2. Menjadi keharusan sekarang (obligations)
Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan keharusan sekarang pada tanggal
pelaporan yang berarti bahwa seandainya pada saat sekarang perusahaan harus
mengorbankan manfaat ekonomik maka hal tersebut harus dilakukan.
3. Timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi atau
kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang pemerolehan manfaat ekonomik
masa datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebut menimbulkan keharusan
sekarang pengorbanan manfaat ekonomik masa datang.
Kewajiban juga mengalami tiga tahap perlakuan yaitu: penanggungan (pengakuan
terjadinya), penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian). Secara umum, kewajiban harus
diakui pertama kali dengan penghargaan sepakatan dan bukan dengan nilai nominal
kewajiban atau utang.
13
3. Ekuitas atau aset bersih
Ekuitas pemegang saham (ekuitas) menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan
dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen penting
yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan suatu
bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan
merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset, modal setoran
merupakan perubahan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) segangkan laba
ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).
Modal setoran dapat bertambah karena:
1. Pemesanan saham
2. Konversi status obligasi
3. Konversi status saham istimewa
4. Dividen saham
5. Hak beli saham
Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan
sebagai penyesuai laba ditahan adalah:
1. Penyesuaian periode-lalu
2. Koreksi kesalahan
3. Pengaruh perubahan akuntansi
4. Kuasi-reorganisasi.
Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapat defisit yang cukup besar tetapi perusahaan
masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula.
Ekuitas didefinisi secara sintaktik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban. Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal yaitu hal atas
penyelesaian klaim, hak penggunaan aset dan substansi perjanjian (yuridis).
14
4. Investasi oleh pemilik
Investasi oleh pemilik adalah kenaikan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai akibat dari
transfer ke suatu badan usaha dari entitas lain sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau
menaikan hak kepemilikan (atau entitas) di dalamnya. Aset yang diterima dari investasi oleh
pemilik pada umumnya berupa aset, tetapi yang diterima meliputi pula berupa jasa atau
pelunasan atau konversi kewajiban badan usaha bersangkutan.
5. Distribusi ke pemilik
Distribusi ke pemilik adalah penurunan dalam ekuitas suatu badan usaha sebagai akibat
pentranferan aset, penyerahan jasa, dan penimbulann kewajiban oleh badan usaha tersebut
kepada pemilik. Distribusi ke pemilik mengurangi hak pemilikan atas ekuitas dalam suatu
badan usaha.
6. Laba komprehensif
Laba komprehensif merupakan perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha selama suatu
periode yang berasal dari transaksi dan kejadian lain dan kondisi dari sumber-sumber
nonpemilik. Suatu badan usaha meliputi semua perubahan dalam ekuitas selama periode
kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh pemilik dan distribusi ke pemilik.
Berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran
yaitu semantik, sintaktik, dan pragmatik. Konsep laba dalam tataran semantic meliputi
pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator
laba ekonomik. Dalam tataran sintaktik, teori laba berkepentingan dengan bagaimana laba
diukur dan disajikan. Laba dapat diukur dan diakui atas dasar pendekatan kegiatan,
pendekatan transaksi, atau pemertahanan kapital. Pada tataran pragmatik, teori laba
berkepentingan untuk menyakinkan bahwa laba merupakan predictor aliran kas ke investor,
bahwa laba akuntansi bermanfaat dalam perkontrakan dan pengendalian manajemen, dan
bahwa laba akuntansi mengandung informasi yang bermanfaat bagi investor.
Menurut Suwardjono (2008), atas dasar berbagai teori dan konsep tentang makna laba, dapat
diajukan definisi formal laba sebagai berikut:
15
Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan capital
dalam suatu periode yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat
dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik capital tanpa mengurangi
kemampuan ekonomik capital mula-mula (awal periode)
Siapa yang dituju oleh angka laba juga menentukan bagaimana laba diukur. Siapa yang dituju
berkaitan dengan teori entitas yang dianut. Teori entitas meliputi entitas usaha bersama,
entitas bisnis, entitas investor, entitas pemilik, entitas pemilik residual, entitas pengendali,
dan entitas dana. Teori ini menentukan dan membedakan antara biaya dan pembagian laba
sehingga menentukan pula bagaimana komponen-komponen laba-rugi disajikan dalam
statemen laba-rugi.
7. Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau
penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama
dan berlanjut dari entitas tersebut.
Pendapatan mempunyai dua karakteristik utama yaitu:
1. Aliran masuk aset atau Kenaikan asset
Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau
kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset.
2. Operasi utama atau sentral Berlanjut
Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan
pendanaan.
Karakteristik pendukung dari definisi pendapatan yaitu:
1. Operasi dan Nonoperasi
2. Penurunan kewajiban
3. Suatu Entitas
4. Produk perusahaan
5. Pertukaran produk
16
6. Berbagai bentuk dan nama
7. Kenaikan Ekuitas
Kriteria Pengakuan Pendapatan adalah :
1. Telah terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi (realized atau realizable)
Telah terealisasi bilamana produk (barang atau jasa), barang dagangan, atau aset lain
telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Cukup pasti terealisasi
bilamana aset berkaitan yang berterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau
klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.
2. Telah terbentuk/terhak (earned)
Telah terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang
harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.
8. Biaya
Biaya merupakan aliran keluar aset atau penyerapan aset lainnya pada suatu entitas atau
penimbulan kewajiban entitas tersebut (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau
produksi barang, produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang
membentuk operasi sentral atau utama dan belanjut dari entitas tersebut.
Karakteristik utama biaya berdasarkan definisi yaitu:
1. Penurunan Aset atau aliran keluar
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan aset atau menimbulkan aliran keluar aser atau sumber ekonomik.
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus
Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau
sentral kesatuan usaha, yaitu kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi
dalam kegiatan memproduksi/mengirim barang atau menyerahkan/melaksanakan jasa.
Karakteristik pendukung dari definisi Biaya yaitu:
1. Kenaikan Kewajiban
2. Penurunan Ekuitas
3. Aliran Fisis atau Moneter
17
Kriteria pengakuan biaya adalah :
1. Pemanfaatan
Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam rangka penyerahan
barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan.
2. Kelenyapan
Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik masa datang telah lenyap.
Biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang sebagai
bagian kos yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan pendapatan. Bagian kos yang
terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab-akibat, dasar
rasional, dan alokasi sistemik atau pengakuan segera.
9. Untung
Untung adalah kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral
atau incidental suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
Makna yang terkandung dalam definisi Untung:
1. Kenaikan ekuitas bersih
2. Periferal atau insidental
3. Selain yang dicakupi pendapatan
4. Selain investasi oleh pemilik atau transaksi yang berkaitan dengan pemilik
FASB perlu membedakan pendapatan dan untung karena sumber untung berbeda dengan
operasi utama. Karakteristik sumber untung adalah :
1. Periferal atau insidental
2. Transfer nontimbal-balik
3. Penahanan aset
4. Faktor lingkungan
10. Rugi
18
Rugi adalah penurunan dalam ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi peripheral atau
incidental suatu entitas dan dari semua transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang
mempengaruhi entitas tersebut kecuali penurunan sebagai akibat dari biaya atau distribusi
oleh pemilik.
Karakteristik rugi berdasarkan definisi yaitu:
1. Penurunan ekuitas (aset bersih)
2. Transaksi Periferal dan Insidental
3. Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik
Empat sumber rugi yaitu:
1. Periferal dan incidental
2. Transfer nontimbal-balik
3. Penahanan aset
4. Faktor lingkungan
Pada intinya, perlakuan akuntansi terhadap elemen-elemen statemen keuangan tersebut
adalah terkait empat hal, yakni definisi, pengakuan, pengukuran, dan penyajian dan
pengungkapan. Pada bahasan diatas telah dijelaskan mengenai definisi masing-masing elemen,
kapan diakui dan bagaimana mengukurnya. Setelah elemen diukur, apakah elemen harus
disajikan melalui statemen keuangan atau media pelaporan yang lain? Hal ini terkait dengan
pengungkapannya. Secara umum, pengungkapan menurut Suwardjono (2008) adalah konsep,
metode, dan media tentang bagaimana informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan. Statemen keuangan dasar dan penyajian informasi selain statemen keuangan
merupakan bentuk pengungkapan informasi. Dalam arti sempit, pengungkapan berarti
penyampaian informasi relevan selain melalui statemen keuangan termasuk penyampaian sarana
interpretif. Artinya, pengungkapan adalah pengungkapan secara keuantitatif, kualitatif, atau
deskriptif lebih dari apa yang telah termuat dalam statemen keuangan pokok sebagai ciri sentral
pelaporan keuangan (SAFC No. 1, prg. 5).
Masalah teoritis pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan berikut :
1. Untuk siapa informasi diungkapkan ?
19
Secara pragmatis, pengungkapan diarahkan untuk memenuhi kepentingan yang dituju oleh
pelaporan keuangan (investor dan kreditor)
2. Mengapa pengungkapan harus dilakukan ?
Hal ini terkait dengan tujuan atau fungsi dari pengungkapan sendiri yaitu untuk tujuan
melindungi, informatif, dan memenuhi kebutuhan khusus.
3. Seberapa banyak dan informasi apa yang harus diungkapkan ?
Seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan terkait dengan tingkat pengungkapan
(levels of disclosure). Evans mengidentifikasikan tiga tingkat pengungkapan yaitu : memadai
(adequate disclosure), wajar atau etis (fair of ethical disclosure), dan penuh (full disclosure).
4. Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi ?
Bagaimana secara teknis informasi disajikan kepada pemakai ini terkait dengan metode
pengungkapan. Menurut Suwardjono (2008), informasi dapat disajikan dalam pelaporan
keuangan sebagai antara lain pos statemen keuangan, catatan kaki (catatan atas statemen
keuangan), penggunaan istilah teknis (terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran,
penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat
atau pernyataan resmi.
Pengungkapan yang masih menjadi pembahasan dalam tataran teoritis adalah
pengungkapan perubahan nilai dan kedudukannya dalam pelaporan keuangan. Pengungkapan
perubahan nilai mempunyai implikasi terhadap apa yang disebut dengan rerangka akuntansi
pokok yang sampai saat ini masih dilandasi dengan pengukuran atas dasar kos historis.
Persoalannya adalah apakah rerangka pokok berbasis kos hostoris harus diganti dengan rerangka
pokok berbasis nilai. Lebih dari itu, karena satuan uang sebagai pengukur berfluktuasi nilainya,
perlukah perubahan nilai uang diperhitungkan dalam pelaporan keuangan? Permasalahan
tersebut memicu munculnya sarana interpretif, yaitu upaya-upaya untuk meningkatkan
kebermanfaatan rerangka akuntansi pokok dengan berbagai usulan untuk mengatasi kelemahan
kos historis sebagai basis penilaian.
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa satuan uang sebagai pengukur bahan olah
akuntansi tidak stabil daya belinya. Artinya, kos tercatat yang merupakan jumlah rupiah
kesepakatan akan berbeda dalam dua titik waktu yang berbeda kalau dinyatakan dalam tingkat
harga umum yang berlaku pada dua waktu tersebut. Sebagai konsekuensi, kos historis yang
20
diukur dengan daya beli pada saat tertentu dapat menyesatkan, sehingga memunculkan sarana
interpretif. Salah satu pembahasannya adalah akuntansi perubahan harga yang disebabkan oleh
satuan uang yang tidak stabil nilainya dan perubahan nilai barang.
Menurut Suwardjono (2008), akuntansi perubahan harga (accounting for price changes)
mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap perubahan atau selisih harga dan masalah akuntansi
dalam kondisi yang didalamnya harga-harga berubah. Perubahan harga ini menimbulkan
masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur dan pemertahanan kapital. Masalah
penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu
saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli akibat perubahan tingkat
harga umum. Masalah pemertahanan kapital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua
kapital yang harus ditentukan jenisnya (finansial/fisis). Model akuntansi untuk mengatasi
masalah perubahan harga adalah akuntansi kos sekarang untuk masalah penilaian, akuntansi daya
beli konstan untuk masalah unit pengukur, dan akuntansi hibrida untuk masalah pemertahanan
kapital.
Perubahan harga dibedakan menjadi tiga yakni perubahan harga umum, perubahan harga
spesifik, dan perubahan harga relative. Perubahan harga umum adalah perubahan karena inflasi
atau daya beli. Terjadi perubahan meskipun manfaat atau daya tukar barang sama. Perubahan
harga spesifik adalah perubahan karena persepsi terhadap manfaat barang atau perubahan
teknologi. Terjadi perubahan meskipun tidak terjadi perubahan daya beli. Perubahan harga
relative merupakan perubahan harga spesifik setelah pengaruh perubahan daya beli dipisahkan
atau diperhitungkan.
Berbagai pembahasan diatas, mulai dari penalaran sebagai dasar perekayasaan yang
menghasilkan rerangka konseptual dimana terdapat berbagai komponen yang salah satunya
adalah elemen-elemen statemen keuangan, lalu juga terkait penggunaan konsep dasar dalam
penalaran sampai dengan pengungkapan dan sarana interpretif yang salah satunya membahas
akuntansi perubahan harga adalah pembahasan terkait teori akuntansi normatif. Pembahasan
tersebut memberikan gambaran bagaimana membedakan antara praktik yang baik dan tidak.
Untuk mengimbangi bahasan tersebut, penulis juga membahas secara singkat terkait mana
21
praktik yang benar atau salah (yakni terkait teori akuntansi positif) sehingga para calon akuntan
tidak akan terjebak pada kasus sejenis Enron.
Dalam bukunya “Financial Accounting Theory”, William Scott (2009) mencoba
memberikan pemahaman tentang lingkungan akuntansi dan pelaporan keuangan yang ada
sekarang ini, dari sudut pandang investor maupun manajer. Menurutnya, lingkungan akuntansi
dan pelaporan keuangan sangat kompleks karena produk akuntansi adalah informasi, yakni
komoditas yang berpengaruh dan penting. Scott membahas mengenai suatu kondisi ideal.
Menurut Scott (2009), karakteristik kondisi ideal dalam kepastian (certainty) adalah arus kas
masa depan dan tingkat bunga bebas risiko dipublikasi dan pasti. Apabila kedua hal ini terjadi
maka disebut kondisi ideal. Tetapi, kondisi ideal ini tidak mungkin terjadi. Dalam kehidupan ada
problema yang disebut dengan asimetri informasi yakni ketidakseimbangan informasi yang
terjadi karena ada pihak yang dapat memperoleh dan memanfaatkan informasi untuk
kepentingannya sedangkan pihak lain tidak dapat memperoleh informasi yang sama.
Asimetri informasi dibedakan menjadi dua yakni adverse selection dan moral hazard.
Adverse selection yaitu jenis asimetri informasi di mana ada pihak yang terkait dengan transaksi
perusahaan yang memiliki manfaat informasi sedangkan pihak lain tidak memiliki manfaat
informasi yang sama. Hal ini dapat dilakukan oleh manajer atau orang dalam perusahaan dengan
mengendalikan penyerahan informasi kepada investor sesuai dengan kepentingannya. Untuk
mengatasi permasalahan adverse selection, manajer harus menyebarkan informasi dalam kepada
pihak lain secara bersamaan dan merata. Sedangkan moral hazard adalah jenis asimetri
informasi di mana ada pihak yang terkait dengan transaksi perusahaan yang dapat mengamati
secara langsung berjalannya transaksi tersebut, sedangkan pihak lain tidak dapat melakukan yang
sama. Hal ini dapat terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian terhadap
perusahaan. Pemilik dan kreditor tidak mungkin dapat secara langsung mengamati berjalannya
transaksi perusahaan. Ada dua cara untuk mengendalikan masalah moral hazard. Pertama, laba
bersih dapat dijadikan sebagai dasar penentuan kompensasi manajer. Kedua, laba bersih dapat
menggambarkan kondisi pasar sekuritas dan pasar tenaga kerja perusahaan, sehingga manajer
yang lalai akan mengakibatkan laba bersih perusahaan menurun, reputasi manajer yang jelek,
dan nilai pasar sekuritasnya menurun.
22
Asimetri informasi tersebut akan menyebabkan munculnya masalah fundamental teori
akuntansi keuangan, yaitu tentang bagaimana melakukan rekonsiliasi perbedaan relevansi dan
reliabilitas informasi akuntansi. Informasi yang relevan adalah informasi yang memampukan
investor untuk menilai prospek ekonomi masa depan perusahaan. Sedangkan informasi yang
reliabel adalah informasi yang bebas dari bias atau manipulasi manajemen. Kedua hal tersebut,
relevansi dan reliabilitas, harus dapat direkonsiliasi.
Lalu bagaimana reaksi badan penyusun standar terhadap masalah fundamental teori
akuntansi keuangan? Menurut Scott (2009), ada dua reaksi terhadap permasalahan fundamental
akuntansi keuangan, yaitu
1. Biarlah kekuatan pasar yang menentukan apa dan berapa banyak informasi yang dibutuhkan.
Kita dapat menganggap investor sebagai pihak yang meminta dan manajer sebagai pemasok
informasi, seperti halnya dalam permintaan dan penawaran pasar mobil.
2. Pembuatan regulasi untuk melindungi investor. Kompleks dan pentingnya komoditas
informasi tidak mampu dikendalikan oleh kekuatan pasar sendiri dalam rangka mengatasi
permasalahan adverse selection dan moral hazard. Tidak ada akuntansi di suatu negara yang
unregulated, semua negara meregulasi akuntansi.
23
KESIMPULAN
Pengertian teori akuntansi tergantung pada sudut pandang atas pemahaman akuntansi
apakah sebagai sains atau teknologi. Ketika dipandang sebagai teknologi maka akan melibatkan
proses perekayasaan yang memerlukan penalaran logis dan pada akhirnya akan menghasilkan
rerangka konseptual. Dalam melakukan perekayasaan atau penalaran perlu adanya konsep dasar
yeng berfungsi untuk melandasi perekayasaan tersebut. Konsep dasar ini juga akan terefleksi
dalam rerangka konseptual sebagai basis penyimpulan. Rerangka konseptual dan konsep dasar
ini akan memberikan pedoman terkait pelaporan keuangan, apakah tujuan laporan keuangan,
karakteristiknya, elemen-elemennya, termasuk juga bagaimana pendefinisian, penilaian,
pengakuan, pengukuran dan penyajian elemen-elemen laporan keuangan tersebut. Ketika laporan
keuangan selesai, bukan berarti akuntansi berhenti sampai disini. Masalah yang muncul
selanjutnya adalah bagaimana pelaporannya. Terkait pelaporan sendiri, banyak ahli yang
memberikan opini yang berbeda-beda, tetapi FASB sendiri lebih condong untuk melaporkan
informasi bukan hanya dari statemen keuangan. Dalam pelaporan, mengingat nilai uang selalu
berfluktuasi tiap tahunnya, maka masalah penilaian juga menjadi perdebatan, sehingga
memunculkan akuntansi terhadap perubahan harga. Pembahasan diatas yang bersumber dari
Suwardjono (2008), semuanya termasuk teori akuntansi normatif. Untuk teori akuntansi positif
dijelaskan dalam buku Scott (2009), yang menekankan pembahasan pada munculnya situasi
tidak ideal akibat asimetri informasi. Asimetri informasi ini akan memunculkan berbagai
problema fundamental teori akuntansi keuangan dan menuntut reaksi dari para penyusun standar
untuk menyelesaikan problema tersebut.
Jadi singkatnya, ada dua orientasi perkembangan akuntansi, yakni:
1. Normatif proses penalaran atau rekayasa dalam membangun sistem pelaporan keuangan
dalam satu wilayah atau negara Buku: Suwardjono
24
2. Positif proses aktualisasi manfaat informasi keuangan dan peran penelitian akuntansi
dalam menjelaskan manfaat akuntansi keuangan tersebut Buku: Scott
DAFTAR PUSTAKA
Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory 5th Ed. Toronto: Pearson Prentice Hall
Suwardjono. 2008. Teori akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3. Yogyakarta:
BPFE
25