revisi 5 - 2018
TRANSCRIPT
RenstraDeputiBidangTIEM2015-2019 Page1
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN MATERIAL
(TIEM)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Revisi 5 - 2018
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 1
KATA PENGANTAR
Deputi bidangBidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) – BPPT
dalam melaksanakan tugasnya, yaitu melakukan kegiatan inovasi dan layanan
teknologi serta pemasyarakatan hasil-hasil teknologi dibidang Informasi, Energi dan
Material, selalu didasarkan kepada sistem perencanaan program dan kegiatan yang
baik dengan cascading dan terstruktur.
Untuk itu, dalam rangka menjalankan tugas pokok tersebut,perlu disusun
sebuah rencana strategis (Renstra) yang merujuk pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2015-2019 dan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025, khususnya Rencana Pembangunan Bidang
Iptek serta visi dan misi BPPT maupun deputi bidang TIEM yang telah ditetapkan.
Renstra TIEM 2015 – 2019 Revisi 5, merupakan hasil revisi bulan Maret 2017
disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kegiatan TIEM dari
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Renstra TIEM ini juga mencakup strategi
pelaksanaan yang meliputi sumberdaya manusia, perencanaan anggaran maupun
sarana dan prasarana.
Renstra TIEM ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan
mekanisme pelaksanaan tata kelola deputi bidang yang transparan dan akuntable.
Semoga dokumen renstra ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana
maksud tersebut di atas.
Terima kasih.
Jakarta, Agustus2018
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Prof. Dr. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 2
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Kondisi Umum 4 1.1.1 Kondisi Global 5 1.1.2 Kondisi Nasional 6 1.2. Potensi dan Permasalahan 7 1.2.1. Potensi Internal 7 1.2.2. Potensi Eksternal 8 1.2.3. Permasalahan 9 1.3. Capaian Deputi bidang TIEM 2010-2014 10
BAB II TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM 22
2.1 Tujuan Deputi bidang TIEM 23
2.2 Kinerja Utama dan indikator 24
2.3. Indikator Kinerja Program Deputi bidang TIEM 24
2.3.1 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 24
2.3.2. Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Elektronika 31
2.3.3 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Kelistrikan 33
2.3.4 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Bahan Bakar & Industri Kimia 35
2.3.5 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Material 40
2.4 Pelayanan Teknologi 45
2.4.1 Bidang TIK 45
2.4.2 Bidang Teknologi Elektronika 45
2.4.3 Bidang Teknologi Energi Kelistrikan 46
2.4.4 Bidang Teknologi Enegi Bahan Bakar dan Industri Kimia 46
2.4.5 Bidang teknologi Material 47
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN 48
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan Strategi BPPT 49
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 3
3.2 Arah Kebijakan dan Stategi Deputi bidang TIEM 51
3.3 Keranagka Regulasi 52
3.4 Kerangka Kelembagaan 53
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 55
4.1 Target Kinerja 55
4.2 Kerangka Pendanaan 59
BAB V PENUTUP 69
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 –
2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh)
tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati
bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat
sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola
sikap dan pola tindak.
Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi
pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan
teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi
perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi
adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup
bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi,
dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain;
mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen
bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan;
mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan
dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun
pembiayaan Iptek.
1.1. Kondisi Umum Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan
dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan
masyarakat.Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 5
penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk
meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih
rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum
efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum
berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.
Dengan adanya perkembangan global, regional dan nasional di bidang
teknologi dan adanya tuntutan reformasi birokrasi tatakelola pemerintahan maka
BPPT telah melakukan reorganisasi/restrukturisasi. Sebagai konsekuensinyamaka
perlu dilakukan penyesuaian perencanaan strategis.
1.1.1 Kondisi Global Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi
antara lain adalah:
· Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari
kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
· Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk
manufaktur dalam tren meningkat.
· Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai
tanggal 31 Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas
dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang
berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah
ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar
internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser
struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan
jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia
melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi
pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan
menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 6
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang
perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu
diarahkan
pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi
dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya
saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang
kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi.
Peningkataninfrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan
konektivitas nasional,sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi
ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.
1.1.2 Kondisi Nasional Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan
tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya
saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global
Competitiveness Index –GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada
tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi
peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah
dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) dan lebih tinggi
dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95) dan Timor-Leste (136).
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai
pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi,
Infrastruktur,Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar,
Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga
Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis,
dan Inovasi.
Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan
langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
1). Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru,
Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi,
Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100
Penduduk;
2) . Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas
PemasokLokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif,
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 7
Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional,
Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk
Mendelegasikan Wewenang); dan
3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian
Ilmiah,Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri,
PengadaanPemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan
dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar
TenagaKerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan
Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-
7) dibandingkandengan sembilan pilar lainnya. Hal inimencerminkan bahwa iptek
belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan dayasaing Indonesia.
Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi
dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.Hal ini telah
mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta
kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya
saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Analisis potensi dan permasalahan di lingkungan TIEM dilakukan dengan
melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh baik dari lingkungan
internal maupun eksternal sebagai dasar untuk melakukan perencanaan strategis.
1.2.1. Potensi Internal
Sesuai dengan hasil reorganisasi, Deputi bidangTIEM tetap dipimpin oleh
deputi kepala setingkat eselon I, yang berada dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala BPPT. Struktur organisasi deputi bidang TIEM yang baru terdiri dari
dari 5 unit kerja setingkat eselon II yang terdiri dari Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi (PTIK), Pusat Teknologi Elektronika (PTE), Pusat Teknologi
Sumberdaya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK), Balai Besar Teknologi Konversi
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 8
Energi (B2TKE), dan Pusat Teknologi Material (PTM). Untuk unit kerja setingkat
eselon III terdiri dari Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK), Balai
Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain (BTBRD), dan Balai Teknologi Polimer
(BTP). Masing-masing pusat dan balai mempunyai tugas, fungsi dan kedudukannya
bersinergi menjalankan misi BPPT yang terkait dengan tugas dan fungsi deputi
bidang TIEM.
1.2.2. Potensi Eksternal Faktor-faktor eksternal yang bisa dianggap menguntungkan dan dapat
menjadikan peluang adalah :
• Sudah dimulainya upaya-upaya penguasaan dan pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi, energi kelistrikan, bahan bakar dan teknologi
material untuk peningkatan kemampuan daya saing industri nasional.
• Adanya komitmen pemerintah untuk melakukan pengembangan energi baru
terbarukan, program konservasi energi dan pengembangan material maju.
• Terbukanya pasar bagi pemanfaatan sumber daya alam nabati, sebagai
implementasi peraturan pemerintah 28/2008 tentang kebijakan industri
nasional dengan adanya mandatori pembatasan ekspor bahan mentah, serta
upaya penyerapan sumber nabati mentah sebagai bahan baku industri
terbarukan.
• Komitmen pemerintah dalam penggunaan bahan nabati sebagai bahan bakar
nabati (BBN) dengan diberikannya subsidi untuk pemakaian BBN.
• Adanya mandatori presiden dalam upaya memenuhi kebutuhan energi di
Indonesia dalam jangka panjang, dengan ditetapkann Perpres No. 5 Tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang berisi mandat pemenuhan
kebutuhan energi berdasarkan potensi sumberdaya energi di Indonesia,
dengan memberikan target peningkatan penggunaan energi baru (batubara,
gas alam) dan energi terbarukan (panas bumi, biofuel/bahan bakar nabati,
angin, surya dll) dari 45.6 % (2003) menjadi lebih dari 80 % (2025) dan target
penurunan minyak bumi 41,7 % (2003) menjadi kurang dari 20 % (2025).
• Potensi pasar/ pelanggan yang masih terbuka baik di dalam negeri maupun di
luar negeri dalam pemanfaatan bahan polimer untuk high value, tenaga
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 9
konsultan dalam penyusunan regulasi terkait aplikasi polimer di bidang
pangan dan medis.
1.2.3. Permasalahan a. Permasalahan Internal
• Sumberdaya manusia (SDM) yang berstatus sebagai PNS jumlahnya masih
sangat terbatas dimana kompetensi manajerial dan perilaku SDM masih
lemah.
• Masih rendahnya insentif bagi pegawai dibanding beban kerjanya dan
terbatasnya dana pengembangan/ investasi bagi keperluan pengembangan
teknologi baik hardware dan software serta infrastruktur pendukungnya.
• Lokasi deputi bidang TIEM sebagian besar adalah di kawasan PUSPITEK
Serpong yang jauh dari pusat bisnis dan pusat pemerintahan; sehingga
memakan waktu jika mau menjalin kerjasana dengan pihak di pusat Jakarta.
• Peralatan laboratorium sebagian sudah tua dan masih perlu dilengkapi.
b. Permasalahan Eksternal
• Produktivitas intelektual yang sangat rendah, daya saing industri berbasis TIK
yang masih rendah, kesenjangan digital hingga pelanggaran hukum berkaitan
dengan HKI bidang TIK adalah di antara persoalan/tantangan serius bidang
TIK.
• Penggunaan energi terbarukan masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 3 %
dari energi final total yang disebabkan antara lain masih diberikannya subsidi
untuk sumber energi fosil seperti BBM. Agar pemanfaatan sumber energi
terbarukan dapat lebih cepat diperlukan keberpihakan dari pemerintah, baik
dalam bentuk dukungan pendanaan maupun kebijakan khusus. Namun
demikian, penguasaan teknologi juga penting dan menjadi syarat utama
dalam rangka peningkatan kemandirian bangsa dan daya saing industri.
Untuk mendorong percepatan penguasaan teknologi energi baik dari segi
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 10
bahan bakar maupun kelistrikan perlu juga didukung oleh kegiatan penelitian
dan perekayasaan.
• Iklim politik yang kurang mendukung kegiatan inovasi teknologi terutama
teknologi di hulu seperti teknologi material juga menjadi permasalahan utama
di bidang pengembangan material bahan baku.
1.3. Capaian Deputi bidang TIEM 2010 dan 2014 Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan
dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan
masyarakat. Beberapa capaian BPPT selama periode 2010-2014 antara lain :
BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI: E-Service (E-KTP; E-voting; E-government)
Penyelenggaraan sistem elektronik untuk E-Services saat ini sangat
dibutuhkan, sebagai salah satu upaya optimalisasi pemanfaatan KTP Elektronik
yang telah menjadi program nasional sejak tahun 2009, dimana NIK (nomor induk
kependudukan) yang unik merupakan basis utama penyaluran layanan pemerintah
dan dunia usaha kepada masyarakat serta pengembangan demokrasi. Selain itu
KTP elektronik digunakan dalam otentikasi pada pemilihan mengunakan peralatan
elektronik.Pada akhirnya produk perangkat pembaca dan perangkat pemilu
elektronik diproduksi oleh industri dalam negeri sehingga meningkatkan produktivitas
industri nasional.
Perisalah
Perisalah adalah sistem pembuat risalah dan resume
pertemuanmenggunakan teknologi pengenal wicara (speech recognition) dan
peringkasdokumen (document summarization) dengan bahasa Indonesia.
Perisalahmerekam suara percakapan manusia dan mengubahnya langsung
menjaditeks secara real time, runut sesuai jam, menit dan detiknya.
Multimedia Digital Network (MDN)
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 11
Kegiatan MDN mewadahi beberapa aktifitas terutama dalam hal
penyelenggaraan siaran TV Digital.Dimulai tahun 2010, BPPT telah melakukan
penelitian dan pengembangan Sistem Peringatan Dini (Early Warning Systems –
EWS) pada siaran TV Digital di Indonesia. Dan atas usulan BPPT, Kementrian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah menerbitkan Keputusan
Menteri yang mengatur tentang kewajiban industri perangkat penerima siaran TV
digital (Set Top Box - STB maupun pesawat televisi digital) yang akan dijual di
Indonesia, diharuskan mempiliki fitur EWS. Untuk menjamin kualitas dari EWS,
maka BPPT menjadi salah satu institusi yang berhak melakukan pengujian terhadap
fitur ini.
Automatic Dependent Surveillance – Broadcast (ADS-B) Tujuan program adalah menjaga kedaulatan atas ruang udara Indonesia
dengan menyiapkan implementasi teknologi CNS/ATM yang dibutuhkan untuk
peningkatan kualitas layanan bagi penerbangan sipil dengan meningkatkan
keselamatan dan efisiensi penggunaan ruang udara untuk penerbangan domestik
maupun internasional serta peningkatan partisipasi berbagai institusi pemerintah,
BUMN dan industri swasta nasional. Program yang telah dilaksanakan
adalahPenyempurnaan platform pengujian teknologi baru CNS/ATM dengan fokus
pada sub-sistem ADS-B Receiver, ADS-B data processor dan Radar display (HMI).
Pengembangan, pengujian dan pemanfaatan ”Sistem Pemantauan
Penerbangan Berbasis ADS-B” di Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara
Husein Sastranegara Bandung. Hasil program sampaidengan 2014 adalah berupa
Rekomendasi Pengembangan dan Pengujian Prototipe Sistem Pemantauan
Penerbangan Berbasis ADS-B di Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara
Husein Sastranegara Bandung. Dan Rekomendasi Pengembangan Prototipe ADS-
B Receiver berstandar RCTA DO-260A yang siap dikembangkan oleh Industri
nasional.Dua (2) rekomendasi BPPT ini disampaikan kepada Dirjen Perhubungan
Udara, Kementerian Perhubungan dan Perum LPPNPI (Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia).
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 12
BIDANG ENERGI KELISTRIKAN: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Skala Kecil
Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (PLTP) skala kecil hingga kapasitas 3 MW dengan menerapkan
teknologi condensing turbine and binary cycle melalui kerjasama dengan industri
manufaktur dalam negeri seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur
turbin), PT. Pindad (generator), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet
ejector), dan lain-lain dengan target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri
(TKDN) secara maksimal.
Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun
di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, melalui kerjasama dengan PT.
Pertamina Geothermal Energy (suplai uap panas bumi) dan Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Jawa Barat (menyediakan lahan), serta PT. PLN (penyaluran
listrik).Pilot plant PLTP binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan
panas bumi Wayang Windu, Jawa Barat, melalui kerjasama dengan Star Energy
Geothermal Ltd. (menyediakan brine dan lahan). Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 5MW,
Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013
dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW, Pengujian Pilot Plant PLTP Binary
Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.
Audit Energi di Industri Pada kegiatan ini terdapat dua sub kegiatan yaitu perekayasaan peralatan
hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu output dari kegiatan ini
adalah rekomendasi teknologi salah satunya teknologi kogenerasi. Penerapan
teknologi kogenerasi yang direkomendasikan oleh Balai Besar Teknologi Energi-
BPPT telah diterapkan di PT. Semen Padang dimana salah satunya adalah
penerapan Waste Heat Recovery Boiler yakni pemanfaatan gas panas buang dari
Kiln sebagai pembangkit tenaga listrik. Proyek tersebut pada perkembangannya
dilakukan bekerjasama dengan NEDO - Jepang dan selesai pada tahun 2011 yang
menghasilkan penghematan di bidang energi listrik sebesar ± Rp. 30 Milyar/ Tahun.
Dalam hal penerapan manajemen energi, pada tahun 2014 telah dipasang
prototipe Sistem Informasi Managemen Energi (SIME) yang di terapkan di Gedung
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 13
B2TKE, BPPT gedung 620 Kawasan Puspiptek Serpong. Dengan adanya prototipe
ini, maka kegiatan ini telah membantu pemerintah dalam program penerapan
teknologi efisiensi energi khususnya program konservasi energi.
Pelaksanaan audit energi di Indonesia telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No.79 tahun 2009 dan Peraturan Menteri (PerMen) ESDM No 14
tahun 2012 yang menyatakan bahwa pengguna energi sebesar 6000 TOE atau lebih
wajib melakukan audit energi secara berkala. Audit energi dilakukan untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai pemakaian energi di
organisasi/perusahaan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan efisiensi
penggunaan energi melalui identifikasi sumber pemborosan energi dan memberikan
rekomendasi langkah-langkah penghematan energi. Tahapan proses audit energi
adalah meliputi kegiatan;
a) Survey
b) Pengukuran/audit di lapangan
c) Analisis data
d) Identifikasi peluang penghematan energi
e) Penyusunan rekomendasi penghematan energi (No Cost, Low Cost,
Medium/High Cost Investment)
f) Penyusunan laporan
Kegiatan audit energi di industri ini difokuskan pada salah satu industri padat
energi seperti Industri Kimia, Industri Baja, Industri Manufaktur, Industri Pulp dan
Paper, Agro Industri dan industri tekstile.Hasil kegiatan ini berupa rekomendasi
langkah-langkah penghematan energi yang dapat diimplementasikan oleh industri
mitra dan penyusunan benchmarking intensitas konsumsi energi di industri sebagai
referensi nasional.
Smart Micro Grid
Menurut Badan Energi Amerika Serikat, “smart grid” merupakan kelas
teknologi yang digunakan untuk sistem pengantar listrik di abad 21, menggunakan
pengendali berbasis komputer dan mesin. Teknologi ini menghubungkan
pembangkit-pembangkit dari berbagai macam kepada konsumen baik rumah atau
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 14
bisnis. Teknologi berbasis komunikasi dua arah ini sudah dipakai di industri lain,
namun baru menjelang abad 21 ini diterapkan di industri perlistrikan.
Indonesia mulai menerapkan teknologi pembangkit smart grid yang
merupakan teknologi mengoperasikan sistem tenaga listrik dengan
mengombinasikan teknologi komputer, komunikasi dan jaringan. Untuk Indonesia,
teknologi ini pertama kali diterapkan di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur
Jadi saat ini, smart grid di Indonesia sudah masuk tahap pembuatan
kebijakan. Diharapkan ke depannya, Indonesia sudah menjadi salah satu negera
yang mengimplementasikan smart grid secara keseluruhan. Contoh
penerapan smart grid di Indonesia adalah pembangunan ‘Plant Smart Micro Grid’ di
Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur oleh BPPT (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi) (sumber: teknologi.news.viva.co.id). Smart MicroGrid yang
dikembangkan oleh BPPT ini menggabungkan antara dua PLTD dan satu PLTMH
dan dikontrol oleh sebuah server pengatur. Ke depannya, Indonesia akan terus
mengembangkan smart micro grid dan saling terhubung satu dengan lainnya.
Keuntungan teknologi smart grid tidak hanya di sisi pelanggan saja, tetap juga di
pembangkit listrik. Dengan sistem smart grid, kerja pembangkit akan disesuaikan
dengan beban puncak listrik dan apabila melebihi kapasitas, pembangkit listrik akan
dibantu oleh pembangkit listrik yang lain. Contohnya adalah ketika sedang beban
puncak, suatu PLTA yang mengalami kelebihan beban akan dibantu oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Walaupun turbin angin tidak menghasilkan energi
listrik secara terus menerus, tetapi cukup membantu saat kondisi beban puncak..
Teknologi ini membantu mengurangi beban produksi pembangkit dalam pemenuhan
kebutuhan pasokan listrik konsumen. Selain itu, teknologi smart grid juga
menawarkan solusi perawatan yang lebih intensif untuk mesin-mesin turbin
pembangkit listrik tanpa harus terjadinya pemadaman bergilir. Berbicara masalah
pemadaman bergilir, teknologi smart grid mampu mengantisipasi masalah itu
dengan pengaturan transmisi listrik yang efisien. Nantinya masalah-masalah yang
biasanya diakibatkan dari sisi produsen atau penyedia energi listrik menjadi
seminimal mungkin.
Dari sisi pelanggan, teknologi smart grid menawarkan penghematan energi yang
dikonsumsi. Contohnya adalah lampu ‘smart’ yang bisa menyesuaikan kebutuhan
pencahayaan sesuai dengan kondisi ruangan. Ada juga pengkondisi udara pintar
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 15
atau Smart Air Conditionerdimana AC ini memiliki sensor yang akan menyesuaikan
dengan jumlah orang dalam ruangan. Dengan teknologi ini, jumlah pengeluaran
energi di pelanggan dapat ditekan dan tentu saja mengurangi biaya pemaikan
energi listrik. Tidak hanya di sektor pelanggan rumahan saja, sekarang dapat kita
lihat di pusat-pusat perbelanjaan sudah menggunakan eskalator atau tangga
berjalan yang bisa menyesuaikan dengan penggunanya. Ketika tidak ada yang
menggunakan, eskalator akan berjalan lambat cenderung mati dan ketika ada yang
menggunakan akan berjalan seperti biasa. Jadi, smart grid ini menawarkan
penghematan di kedua sisi, yaitu penyedia energi listrik dan pengguna energi listrik.
Mengingat energy yang berasal dari fosil (BBM) akan habis di tahun 2025.
Sudah saatnya Indonesia mengembangkan energi terbarukan seperti menggunakan
tenaga surya / matahari, air dan angin.
Pada tahun 2010-2014, kegiatan Smart Grid difokuskan pada pembangunan
pilot plant smart grid. Pada tahun 2014 telah terbangun pilot plant smart Grid
kapasitas 500 kW di Sumba.Pada tahun 2016 hingga tahun 2019, smart grid akan
difokuskan pada smart gridfor smart city.
Smart Charging Station untuk Mobil Listrik
Mobil listrik telah menjadi program nasional Indonesia di pemerintahan Jokowi
– JK 2015-2019. Pada tahun 2015 telah dilakukan kajian yang focus pada baterai
mobil listrik. Baterai merupakan komponen utama untuk mensukseskan
pengembangan mobil listrik nasional. Di masa lalu mobil listrik menggunakan baterai
jenis lead-acid yang mempunyai densitas rendah (± 30 Wh/kg) sehingga diperlukan
jumlah baterai yang banyak. Hal ini mengakibatkan berat kendaraan menjadi
meningkat yang berimbas pada jangkauan jarak tempuh yang relative dekat.
Kegiatan perekayasaan teknologi baterai pada tahun 2015 ini meliputi kajian tentang
baterai lithium dan sistem pengisian baterai untuk mobil listrik.Metode penelitian
meliputi survey, disain dan pengujian. Survey untuk mendapatkan data teknologi
baterai, mobil listrik, dan battery charging. Disain difokuskan pada kapasitas baterai
mobil listrik dan battery charging. Pengujian baterai lithium mengacu pada standard
SNI 04-6392-2000 dan IEC 62660-1:2010.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 16
Hasil kajian pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sistem pengisian baterai
mobil listrik menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hybrid dengan
jaringan listrik PLN sebagai energi cadangan, cocok dengan kondisi geografi
Indonesia dan menunjang program mobil listrik nasional. Sementara itu,
penggunaan dan pengujian baterai lithium secara signifikan dapat meningkatkan
kinerja mobil listrik.
Kawasan Baron Technopark (BTP)
Pada tahap awal pengembangan“Baron Teknopark”, BPPT mendapatkan
dana hibah dari NORAD-Norwegia sebesar USD 1.180.000. Dana tersebut
dipergunakan untuk membangun gedung kontrol kelistrikan dan gedung pabrik
pengolah minyak nabati. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pengadaan
peralatan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrida (PLTH), yang terdiri atas PLT Surya
36kWp, PLT Bayu (5kW, dan 10 kW) dengan back-up PLT Diesel berbahan bakar
biofuel 25kVA dan pabrik pengolah minyak nabati dengan kapasitas 150kg/ batch.
Selain itu, BPPT juga telah melengkapi kawasan tersebut dengan peralatan
desalinasi air laut kapasitas 10 ton/ hari dan Ice maker serta cold storage.dengan
kapasitas masing-masing864 liter/hari dan Kapasitas cold storage : 24 balok dan
Shelter Cold storage. di latar belakang gedung pabrik Biofuel
Beberapa aktifitas juga telah dilaksanakan, diantaranya adalah sosialisasi
IPTEK untuk anak sekolah dan melakukan kerjasama riset dengan Mitsubishi
Research Institute–Jepang (MRI). Dalam kerjasama riset tersebut, MRI telah
menghibahkan satu unit turbin angin berkecepatan rendah “Tomono Kaze” 4kW.
Baron Technopark juga telah banyak mendapatkan kunjungan diantaranya
Departemen Fisika IPB (Bogor), Jurusan Teknik Elektro UNJ (Jakarta), Jurusan T.
Elektro Universitas Semarang, Universitas Islam Negeri Malang, SMK Negeri 26
Jakarta, SMP Al Azhar Jogja, Kementerian Transmigrasi, ESDM dan beberapa
Pemda, LSM serta Lembaga riset asing.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 17
BIDANG BAHAN BAKAR: Penerapan Pure Plant Oil (PPO) sebagai Bahan Bakar Subtitusi Solar.
Penerapan PPO untuk pembangkit listrik juga telah menjadi keluaran deputi
bidang TIEM yaitu diterapkannya subtitusi bahan bakar solar menggunakan bahan
bakar PPO untuk pembangkit listrik. Untuk penerapan pada gas turbin juga telah
dilakukan diPLN Sumatra Barat.
Up-grading Batubara Untuk PLTU Untuk bidang energi fosil pengujian coal up-grading dari berbagai
sumberbatubara telah dilakukan dalam rangka pengujian dan teknology clearing
house, sehingga sudah mempunyai modal kuat untuk melakukan implementasi di
masa mendatang. Program ini juga telah bekerjasama dengan mitra industri dalam
degeri dan luar negeri.Demikian juga tentang penerapan teknologi gasifikasi untuk
pembangkit listrik telah dilakukan piloting dan pengujian. Disamping itu juga telah
dilakukan prototiping untuk tar upgrading yaitu pengolah limbah tar (produk
gasifikasi) menjadi minyak setara dengan kerosin.
Biogas Bahan bakar biogas merupakan bahan bakar yang diperoleh dengan
teknologi yang relative sederhana dan telah diterapkan sebagai suatu percontohandi
Propinsi Lampung.
Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan pengganti minyak solar/diesel yang
dibuat dari minyak nabati atau lemak hewani. Biodiesel generasi pertama dibuat
melalui proses transesterifikasi/esterifikasi. Sampai dengan saat ini, BPPT telah
mengembangkan proses produksi biodiesel generasi pertama dan membangun
setidaknya 12 pabrik biodiesel di seluruh Indonesia. Berbagai inovasi produksi
biodiesel terus dilakukan, diantaranya inovasi untuk pemurnian biodiesel melalui
proses pencucian kering dengan menggunakan sistem yang sederhana dan biaya
operasi yang rendah. Pabrik Biodiesel yang dikembangkan BPPT ini, didisain
mampu mengolah minyak dengan kandungan lemak jenuh bebas kurang dari 4%,
dengan kapasitas 3 ton per hari yang. Proses komisioning sudah dilaksanakan untuk
menguji kinerja baik proses maupun peralatan dengan spesifikasi biodiesel yang
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 18
diproduksi sudah memenuhi target SNI 7182:2012.BPPT juga berperan aktif
mendukung program pemerintah untuk mendorong pemakaian campuran biodiesel
ke dalam minyak solar sampai dengan 20% (B-20), melalui uji jalan dan sosialisasi
pemanfaatan B-20 di seluruh Indonesia bekerjasama dengan Kementerian ESDM.
BIDANG TEKNOLOGI MATERIAL: Teknologi Implant untuk Alat Kesehatan.
Implan stainless steel 316L dikembangkan untuk menjawab kebutuhan implan
generik murah dan berkualitas dalam rangka mendukung program BPJS Kesehatan.
Implan stainless steel 316L dibuat melibatkan industri pengecoran lokal
menggunakan bahan baku feronikel produk nasional (PT. Aneka Tambang).
Penguatan teknologi produksi material meliputi pemurnian, pemaduan stainless steel
316L di dapur induksi berbasis bahan baku feronikel lokal serta pembuatan implan
menggunakan teknologi investment casting. Penguatan proses produksi dilakukan
dengan teknologi pengecoran investment casting dalam meningkatkan kapasitas
produksi implan dengan geometri produk yang presisi. Teknologi investment casting
sebagai teknologi produksi masal masih bisa dioptimasikan melalui pemilihan
casting lay-out, disamping peningkatan mutu kualitas produk cor. Hasil inovasi
dalam skala laboratorium ini untuk selanjutnya perlu ditingkatkan dalam skala
produksi untuk mendapatkan outcome dan impak dari kegiatan.
Pengolahan Karet Alam BPPT melalui program “Revitalisasi Sarana Produksi Kompon dan Vulkanisir
Ban” berupaya mendorong peningkatan penggunaan karet sebagai bahan baku
industri hilir dengan melakukan peranmemperbaiki teknologi yang ada melalui
peningkatan efisiensi proses dan tingkat keamanan (safety level) terhadap sarana
produksi. Program ini telah memberikan impact berupa kemampuan mengolah
bahan karet menjadi bahan baku kompon dan vulcanisir bahkan sampai produk hilir
karet sehingga mempunyai nilai tambah yang tinggi.Keluaran dari kegiatan ini
adalah beroperasinya sarana produksi kompon karet yang menggunakan bahan
baku karet alam lokal sebagai bahan baku industri karet. Industri hilir karet yang
akan didukung oleh sarana produksi ini antara lain industri komponen otomotif dan
vulkanisir ban. Dengan adanya pasokan kompon karet yang diproduksi secara lokal,
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 19
diharapkan akan tumbuh industri barang jadi karet lokal. Untuk jangka panjang,
inovasi pengolahan karet mentah sebagai barang baku industri hilir, termasuk
barang jadi karet, perlu dilakukan lebih banyak lagi agar semakin mendorong
terjadinya hilirisasi penyerapan karet alam di industri.
Rumah Komposite /Rumah Polimer Ringan Tanggap Darurat
Rumah tinggal adalah kebutuhan dasar rakyat merupakan salah satu
indikator kesejahteraan yang diperlukan untuk menggerakkan ekonomi. Perhatian
khusus diberikanterutama untuk daerah bencana alam dan daerah yang sebagian
besar penduduknyamemiliki kemampuan ekonomi yang lemah, misalnya daerah
terpencil dan daerah pesisir. Sebagai sebuah inovasi penyediaan sarana tempat
tinggal secara cepat, mudah didistribusikan, dibangun, serta tahan korosi dan
gempa, maka BPPT telah mengembangkan sebuah rancang bangun rumah polimer
tanggap darurat yang memiliki konsep ringan dan knock down menggunakan
perpaduan komponen komposit sintetis dan bahan alam. Inovasi ini diharapkan
dapat mengurangi kendala konektivitas di remote areaakibat keterbatasan dan
mahalnya sistem transportasi apalagi ketika infrastruktur jalan dan jembatan rusak
akibat bencana sehingga menyulitkan pengiriman bahan bangunan. Prototip
rancangan rumah tinggal ini merupakan solusi teknologi. Kedepan, solusi teknologi
ini akan lebih dipacu untuk industrialisasinya sehingga memberikan kontribusi bagi
penyediaan kebutuhan rumah tinggal dan pemukiman.
Logam Tanah Jarang (LTJ) Logam tanah jarang (LTJ) oksida merupakan bahan baku untuk pembuatan
produk berteknologi canggih dan berkekuatan tinggi. Unsur-unsur LTJ oksida
mempunyai ciri istimewa yaitu mampu bereaksi dengan unsur-unsur lain untuk
menghasilkan sesuatu yang baru. LTJ oksida mampu menghasilkan neomagnet
yaitu magnet berkekuatan tinggi mencapai 10-20 kali magnet biasa sehingga
memungkinkan munculnya dinamo kuat yang mampu menggerakkan mobil. LTJ dan
unsur oksidanya juga mampu meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan,
kekerasan, dan ketahanan terhadap panas sehingga mineral ini dapat ditambahkan
pada pembuatan baja berkekuatan tinggi. LTJ juga digunakan sebagai bahan
pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan keramik. Mineral ini juga
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 20
dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan vital militer, mulai dari sonar kapal
perang, alat pembidik meriam tank, hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru
kendali. Pendek kata, hampir semua produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari
televisi, telepon seluler, sampai mobil hibrida dan perangkat pemandu rudal nuklir
membutuhkan LTJ.
Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009, permintaan
pasar LTJ dunia dan unsur oksidanya mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas
produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai 180.000 ton.
Sebagai negara yang menguasai 97 persen LTJ dunia, China mampu
mengoptimalkan pemanfaatan LTJ untuk menunjang perkembangan industri
mereka. Dengan produksi LTJ yang besar dan kemampuan menggunakannnya,
China mampu membangun industri elektronik nasional yang kuat. Saat ini China
menguasai hampir semua lini industri dengan harga yang sangat kompetitif, mulai
dari industri elektronik seperti komponen komputer, televisi, monitor dan handycam
hingga industri manufaktur seperti industri baja, otomotif dan lainnya. Sadar akan
pentingnya LTJ dalam menghasilkan produk teknologi tinggi dengan nilai tambah
yang tinggi, sejak tahun 2007 China menurunkan kuota ekspor secara bertahap
sehingga pada 2010 ekspor LTJ China tinggal 50% dibanding tahun 2005.
Kegiatan riset kajian telah dilaksanakan untuk mengidentifikasi tantangan
penguasaan teknologi nanomaterial logam tanah jarang untuk menghasilkan
material yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan bahan baku lokal
sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara bertahap seperti aplikasi
untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor display, baterei, magnet,
hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor, dan lain sebagainya. Logam
Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri dari 17 unsur dalam tabel periodik
yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida ditambah Scandium dan Yttrium. Scandium
dan Yttrium dimasukan sebagai rare earth element (REE) karena cenderung hadir
dalam deposit yang sama dengan grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan
sifat sifat kimia (IUPAC, International Union of Pure and Applied Chemistry).
Material Energi Peluang bisnis di bidang energi pembangkit listrik tenaga surya demikian
besar. Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4.8 KWh/m2 setara 112.000
GWp sepuluh kali lipat dari potensi Jerman dan Eropa. Sumber energi yang
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 21
mengandalkan pemanfaatan fosil tidak lama lagi bakal berakhir. Kebutuhan listrik
terus meningkat sesuai dengan kemajuan masyarakat. Apabila pemerintah kurang
berhasil memenuhinya keadaan menjadi masalah besar. Energi listrik yang mampu
dipasok oleh PLN baru 1500-2000 MW. Oleh karena itu, PLN sering melakukan
pemadaman listrik bergilir. Proyek listrik 10.000MW yang sudah selesai dibangun
belum mampu memenuhi permintaan listrik yang terus melonjak tiap tahun.
Diharapkan agar sumber energi alternatif tidak hanya bersifat renewable dan mudah
dikonversi menjadi energi listrik, dan juga ramah lingkungan. Energi yang paling
sesuai adalah energi surya.
Pembangunan industri sel surya nasional sudah harus disiapkan segera,
karena selain merupakan peluang bisnis yang sangat besar, juga untuk memperkuat
kedaulatan energi nasional di sektor pembangkitan energi baru terbarukan.
Demikian pula penyiapan industri bahan baku sel surya, yaitu industry wafer silikon
polikristal yang dimodifikasi menjadi mono-like silikon sudah sangat mendesak.
Pasokan industri wafer tidak hanya untuk dalam negeri namun dapat lebih luas lagi.
Kegiatan riset telah diawali dengan mengidentifikasi pasokan bahan baku bagi
industri sel surya nasional yang dapat disediakan secara mandiri di dalam negeri
dapat meningkatkan daya saing disektor industri. Kedepan, kegiatan prototyping
pembuatan silikon grade photovoltaic perlu didorong untuk memicu terwujudnya
industri baru dibidang energi terbarukan berbasi energi surya.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 22
BAB II TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
Sesuai dengan “Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun
2OO1 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 52 Tahun 2005”, BPPT mempunyai tugas “Melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dalam melaksanakan
tugas tersebut , BPPT mempunyai fungsi sebagai berikut;
a. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT;
b. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi
pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi
dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta
membina alih teknologi;
c. Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan & rumah
tangga.
Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan
yang akan dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya,
maka BPPT telah menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019, visi BPPT
adalah:“Menjadi lembaga unggulan Teknologi dalam pengkajian dan penerapan teknologi untuk meningkatkan daya saing menuju kemandirian bangsa”
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 23
Sedangkan Misi BPPT yang terkait dengan deputi bidang TIEM adalah
1. Merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional di bidang teknologi
informasi, energi dan materialuntuk peningkatan daya saing menuju kemandirian
bangsa.
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan inovasi
teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan layanan teknologi di
bidang teknologi informasi, energi dan material.
Penyusunan Renstra TIEM 2015 – 2019 dilakukan dengan
mempertimbangkan lingkungan strategis dan kondisi terkini serta mengacu pada
prioritas dan strategi pembangunan yang terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) 2015 – 2019 dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 -2025 serta TUPOKSI BPPT. Secara khusus di
dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan, pengembangan, dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan pada 7 (tujuh)
bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii) pembangunan teknologi
transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi
kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan teknologi material maju.
2.1 Tujuan Deputi bidang TIEM
Berkaitan dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ,
maka tujuan deputi bidang TIEM adalah mewujudkan inovasi untuk mendukung
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa serta mewujudkan layanan
teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dalam
bidang teknologi informasi, energi, industri kimia dan material.
1. Menghasilkan Rekomendasi Kebijakan nasional dibidang Teknologi
informasi, energi dan material untuk peningkatan daya saing menuju
kemandirian bangsa, dengan indikator jumlah rekomendasi yang
dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan nasional.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 24
2. Menghasilkan inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih
teknologi dan layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi dan
materialuntuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, dengan
indikator:
a.) Jumlah Inovasi teknologi, yaitu jumlah inovasi yang dimanfaatkan oleh
industry untuk kegiatanperekonomian nasional dalam rangka
mendukung peningkatan dayasaing menuju kemandirian bangsa
b.) Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi
c.) Jumlah Audit Teknologi
d.) Jumlah Kliring Teknologi
e.) Jumlah Alih teknologi
f.) Jumlah Layanan Teknologi
2.2. Kinerja Utama dan Indikator Tujuan deputi bidang TIEM adalah meningkatkan Inovasi dan Layanan
teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsadalam
bidang teknologi informasi,energi dan material, yang dapat dicapai dengan beberapa
sasaran; yaitu:
1. Sasaran Program 1-TIEM adalah terwujudnya Rekomendasi kebijakan
Nasional di bidang Teknologi informasi, energi dan material.
2. Sasaran Program 2-TIEM adalah terwujudnya inovasi teknologi di bidang
Teknologi informasi, energi dan material untuk mendukung peningkatan daya
saing menuju kemandirian bangsa
3. Sasaran Program 3-TIEM adalah terwujudnya audit teknologi, kliring
teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang Teknologi informasi,
energi dan material untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian
bangsa
2.3 Indikator Kinerja Program Deputi Bidang TIEM
2.3.1. Indikator Kinerja ProgramBidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang
peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang
(riset) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi difokuskan pada:
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 25
1. Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security
2. Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis
Open source khususnya industri TIK pendukung e-Government dan e-
business
Oleh karenanya, sasaran program bidang TIK adalah meningkatnya
penyelenggaraan system elektronik untuk e-government dan e-bussiness berbasis
identifikasi dan/atau sertifikat elektronik.
Sasaran program bidang TIK yang ada di deputi bidang TIEM mengikuti
Cascadinggambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Cascading impact, outcome dan output Bidang TIK
Indikator Kinerja :
• Jumlah layanan e-Goverment dan e-business berbasis identifikasi dan
sertifikat elektronik, dengan target kinerja 2 layanan baru.
• Jumlah infrastruktur TI berkeamanan yang dapat digunakan bersama, dengan
target kinerja adalah 1 pilot project Data Center berkeamanan.
• Jumlah inovasi teknologi intelligent computing untuk human information
processing dengan target kinerja 2 inovasi teknologi.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 26
Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui
kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem e-Government dan e-
business, maka akan melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni :
1. Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing dan
certifite authority(CA), di mana akan dikembangkan sistem layanan storage dan
aplikasi (software-as-a-service/saas) yang dapat digunakan secara bersama-
sama oleh lembaga pemerintah maupun swasta sehingga memudahkan
konsolidasi data dan membuat lebih efisien pengelolaan perangkat keras
maupun lunak. Dalam kegiatan ini juga akan dikembangkan layanan sertifikat
keamanan digital bagi lembaga pemerintah maupun UKM yang memastikan
keamanan tukar-menukar data antara lembaga/institusi dengan pelanggannya
2. Inovasi dalam pengembangan layanan e-governement dan e-business
berbasis identifikasi dan / atau sertifikat elektronik.
3. Pengembangan perangkat lunak strategis yakni algoritma dan pendataan untuk
biometrik dan korpus bahasa
4. Layanan ICT Supporting termasuk teknologi infrastruktur data center untuk
cloud computing dan CA, di mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah
dikembangkan di atas bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang
membutuhkan dan termasuk pengujian, inspeksi dan sertifikasi perangkat lunak
/ keras yang digunakan dalam berbagai kegiatan e-government maupun e-
business.
Keempat kegiatan di atas adalah merupakan implementasi dari arah
kebijakan program Bidang TIK 2015 – 2019 sebagaimana pada gambar 2 di bawah.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 27
Gambar 2. Arah Kebijakan Program Bidang TIK 2015-2019
CLUSTER: IT Security Infrastructure
Cyber Security dan Digital Forensic
1. Kajian Infrastruktur Kritis. Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber
defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran
dikalangan militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang
harus diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam perang
siber (cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat dengan
mudah diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan merusak
sistem informasi dan komunikasi dari infrastruktur kritis dari suatu negara,
sehingga mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu kegiatan pada
tahun 2015 ini melakukan kajian beberapa infrastruktur kritis.
2. Digital Forensic Security. Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan analisa
keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan melakukan
kejadian forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses investigasi
peranti komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah komputer/piranti
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 28
sistem tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal, tidak sah atau tidak
biasa. Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan kapabilitas SDM dalam
melakukan analisa keamanan (Security Analytic) dan juga melakukan forensic
sistem informasi seperti jaringan, komputer dan lainnya yang berhubungan
dengan sistem informasi dan komunikasi
Inovasi Teknologi Infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority (CA)
Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh
peningkatan kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis
maupun non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi TI
yang teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis
pemerintahan dalam mendukung sektor produksi.
Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data
center untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk
cloud computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis
komputasi awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a Service
(IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).
Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK) sebagai salah satu unit kerja
di BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis TIK kepada mitranya berkomitmen
untuk terus mengembangkan layanan-layanan tersebut sesuai dengan
perkembangan teknologi. Setelah 3 (tiga) tahun terakhir menyelesaikan proses
instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari IaaS dan PaaS, mulai
tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada implementasi layanan Software
as a Service (SaaS).
Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan
konsolidasi data dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan
dilengkapi dengan Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk
keperluan tersebut. Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun
infrastruktur Certificate of Authentication yang merupakan bagian dari IT security
guna menjamin keabsahan laman web layanan pemerintah.
Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data
center untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data center
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 29
untuk CA yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis IT
security.
Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal
implementasi Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan
Kemenkominfo dan instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi,
IPTEKnet akan mulai membuat prototipe country level root CA untuk menjawab tren
kebutuhan sertifikat enkripsi yang terus meningkat akhir-akhir ini.
Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority/CA
Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh
BJIK kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data
Center (Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan
pemanfaatan perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan
pembuatan Certificate digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun
UKM dalam rangka e-government dan e-business. Kegiatan-kegiatan ini akan
dibiayai oleh mitra melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun
aktivitas pendampingan swakelola.
Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara
bertahap layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP)
yang merupakan layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan
bisnis baru ini akan ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3
Certification dari Uptime Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi
personelnya.
Cluster System & Framework e-Services
Innovative e-Services berbasis identifikasi dan / atau sertifikat elektronik
Dalam kegiatan ini dilaksanakan pengkajian, pengembangan dan
implementasi berbagai layanan pemerintah berbasis elektronik. Dengan tujuan
adalah mendekatkan, mempermudah dan melaksanakan secara efisien berbagai
layanan pemerintah pada masyarakat. Dalam kegiatan ini dikembangkan berbagai
perangkat lunak e-Pemerintahan, e-Pemilu, e-Kesehatan, e-Pendidikan dan
berbagai aplikasi lainnya. BPPT melakukan kajian, pengembangan dan
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 30
implementasi prototipe / pilot project yang pada sistem produksi / implementasi
realnya akan dilaksanakan oleh kementrian / institusi yang berwenang pada
sektornya dengan didampingi oleh industri nasional.
System Intelligent Computing
Kegiatan ini mewadahi berbagai pengkajian dan pengembangan teknologi
yang tidak selalu bersifat komersial akan tetapi strategis bagi negara. Seperti
pengembangan teknologi korpus bahasa yang berguna dalam pengembangan
teknologi speech-to-speech translation, maupun teknologi biometrik yang digunakan
dalam sistim keamanan data maupun pengamanan lokasi. Disamping itu masih juga
terdapat berbagai teknologi maju baru yang penerapannya secara komersial masih
membutuhkan pematangan dan waktu yang cukup lama.
Gambar 3. Kurva Teknologi Maturity CLUSTER: IT Supporting Pengujian, Inspeksi dan Sertifikasi Peralatan TIK
Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan
operasional sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji, termasuk di
dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana Standar
Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Akreditasi laboratorium serta Pusat.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 31
2.3.2. Indikator Kinerja ProgramBidang Teknologi Elektronika
Sasaran program di bidang Elektronika mengikuti cascading gambar 4 seperti
terlihat di bawah :
Gambar 4. Cascading impact, outcome dan output Bidang TE
Sasaran Program Bidang Elektronika adalah meningkatnya inovasi dan layanan
teknologi elektronika dalam mendukung terlaksananya konektivitas/transportasi
udara dan laut, pengembangan serta implementasi teknologi pemerataan layanan
kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia (telemedicine). Semua itu terlaksana
sebesar mungkin dengan menggunakan peralatan dan jasa dari perusahaan-
perusahaan nasional.
Indikator Kinerja :
• Jumlah layanan teknologi elektronika navigasi yang dimanfaatkan untuk
transportasidengan target kinerja 3 layanan teknologi
• Jumlah paket teknologi konvergensi yang dimanfaatkan untuk telemedicine
dengan target kinerja 5 paket teknologi.
Dilengkapinya 5 Pus-kesmas terpencil dngalkes memadai
24
Terwujudnya teknologi elektronika
navigasi dan telemedicine
Terwujudnya konvergensi
teknologi elektronika
untuk telemedicine
Terwujudnya elektronika
navigasi untuk meningkatkan
keselamatan dan layanan
transportasi
Layanan Konvergensi Teknologi Elektronika dan Telekomunikasi
Sistem Telemedicine
Layanan teknologi elektronika navigasi yang
dimanfaatkan untuk transportasi
Standardisasi Kualitas Mutuproduk dan jasa bidang TIK
Impact
Outcome
Output
Sub output, Komponen dan Sub Komponen
Buku 1 dan Buku 2 RPJMNv
Sasaran Strategis BPPT
Sasaran Program TIEM
Terpantaunya kegiatan transportasi di 2
area
3 Industri nasional menguasai mayoritas pasar pemantauankeselamatan transportasi khusus dan alkes
Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang teknologi informasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material
Terwujudnya konvergensi teknologi elektronika untuk telemedicine; Terwujudnya elektronika navigasi untuk meningkatkan keselamatan dan layanan transportasi
Berfungsinya sistem telemedicine dan elektronika navigasi untuk transportasi
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 32
Inovasi dan Layanan Konvergensi Teknologi Telemedicine
Kumpulan kegiatan yang melakukan kajian, pengembangan, ujicoba hingga
sertifikasi dan produksi bersama industri nasional di bidang peralatan-peralatan
kesehatan yang menggunakan komponen elektronika seperti USG, EKG,
Haemodialisa dan sebagainya. Alkes ini masih 100% di import dan dibutuhkan di
seluruh Indonesia sehingga merupakan pasar yang besar untuk industri nasional
tumbuh dan berkontribusi.
Inovasi teknologi elektromedika digabungkan dengan konvergensi teknologi
telekomunikasi menghasilkan inovasi teknologi telemedicine yang memungkinkan
layanan kesehatan spesialis secara jarak jauh. Kegiatan inovasi konvergensi
teknologi telekomunikasi merupakan kumpulan kegiatan yang melakukan kajian
tentang infrastruktur telematika dan telekomunikasi, pengembangan peralatan,
pengujian dan pemberian rekomendasi penggunaan guna tercapainya pemerataan
akses telekomunikasi multimedia di seluruh Indonesia. Akses telekomunikasi ini
menjadi penting mengingat dengan cara ini dapat dilaksanakan berbagai aktivitas
seperti tele-edukasi, tele-medicine, tele-governance dll dimana layanan pemerintah
dapat dilakukan tanpa memerlukan kehadiran seseorang / secara virtual sehingga
dapat dilaksanakan secara merata ke seluruh rakyat Indonesia.
Inovasi dan Layanan Teknologi Navigasi Udara dan Laut Merupakan kumpulan kegiatan pengkajian, pengembangan, ujicoba hingga
sertifikasi dan penggunaan masal bersama industri nasional di bidang pemantauan
posisi geografis suatu peralatan / kegiatan ekonomis. Teknologi ini akan berguna
untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari kebutuhan militer (radar), hingga
perikanan di mana dapat dipantau posisi setiap kapal nelayan untuk menjadi dasar
penegakan hukum bila nelayan mengambil ikan di daerah-daerah terlarang.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah teknologi Commmunication Navigation
Surveillance / Air Traffic Management (CNS/ATM) yang digunakan untuk
mengelola ruang udara Indonesia. Teknologi yang sama digunakan dengan
Automatic Vessel Information System (AVIS) dengan menerapkan untuk
memantau keberadaan dan status kapal – kapal laut di perairan Indonesia.
Untukmendukung keselamatan transportasi juga dilakukan pengkajian,
pengembangan, inspeksi, ujicoba, verifikasi teknologi yang dibutuhkan untuk
keselamatan transportasi seperti signalling kereta, automatic vehicle avoidance,
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 33
tactical collision avoidance system. Teknologi ini digunakan untuk mencapai yang
utama dalam pengembangan transportasi umum yakni keselamatan penumpangnya.
Standarisasi Kualitas Mutu Produk dan Jasa bidang TIE
Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan
operasional sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji melalui akreditasi,
termasuk di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana
Standar Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Elektronika.
2.3.3. Indikar Kinerja Program Bidang Kelistrikan
Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya
didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa.
Gambar 5. Cascading impact outcome dan output Bidang Kelistrikan.
Dalam gambar di atas, dapat dilihat bahwa sasaran strategis bidang
kelistrikan ada 2, yaitu Sasaran Strategis15 adalah termanfaatkannya penggunaan
energi terbarukan untuk pembangkit listrik, dan sasaran strategis 16 adalah
CASCADING IMPACT, OUTCOME DAN OUTPUT BIDANG KELISTRIKAN
12Sub output, Komponen dan Sub Komponen
Buku 1 dan Buku 2 RPJMN
1 unit PLTP 500 kW Binary Cycle yang beroperasi
3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial
Inovasi PLTP Skala kecil Binary Cycle dan Kondensing
Inovasi dan Layanan
Teknologi SMART GRID
Layanan Teknologi Konservasi dan Audit Energi
Terwujudnya Layanan Teknologi untuk
Peningkatan kualitas kelistrikan energi
terbarukan
Termanfaatkannya penggunaan energi terbarukan untuk
pembangkit listrik
Kawasan Baron Technopark
• 1 unit PLTP skala kecil 3 MW dan 1 unit 500 kW Binary Cycle
• 3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial
• 230 layanan pengujian energi terbarukan
Terwujudnya pemanfaatan rekomendasi audit energi
Termanfaatkannya penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik
Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang teknologi informasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material
1.Pemanfaatan EBT untuk pembangkit listrik
2. Pemanfaatan Layanan Teknologi untukPengujian sistem energi baru terbarukan
3. Peningkatan pemanfaatan rekomendasi audit energi
Termanfaatkanya layanan
audit energi di industri dan bangunan komersial
peningkatan efisiensi energi
nasional
Pengujian Komponen Pembangkit Energi Baru
Terbarukan
Dihasilkannya inovasi dan layanan teknologi energi kelistrikan
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 34
termanfaatkannya layanan audit energi di sektor industri untukpeningkatan efisiensi
energi nasional.
Untuk mewujudkanoutcomedeputi bidang TIEM termanfaatkannya energi baru
terbarukan untuk pembangkit listrik, maka bidang kelistrikan melaksanakan
kegiatantechno parkEnergi Terbarukan di daerah pantai Baron, Kab. Gunung Kidul,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sarana wisata edukasi dan
demonstrasi teknologi energi baru dan terbarukan untuk pembangkit listrik. Indikator
kinerja program tersebut adalah jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT
Baron sebanyak 4000 wisatawan sampai 2019.
Selain itu, untuk mendukung sasaran kelistrikan tersebut di atas, dalam jangka
menengah juga akan dihasilkan sebuah inovasi dan layanan teknologi smart grid
ketenaga-listrikan. Adapun indikator kinerjakegiatan tersebut adalah jumlah pilot
plant SCADA smard grid for smart city. Disamping menghasilkan Inovasi teknologi
smart grid kelistrikan, dalam jangka menengah ini deputi bidang TIEM
merencanakan untuk menghasilkan Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi
dengan sasaran kegiatan berupa adalah termanfaatkannya rekomendasi audit
energi dan terwujudnya layanan pengujian efisiensi peralatan pengguna energi listrik
dan indicator kinerja kegiatan berupa jumlah rekomendasi audit energi yang
dimanfaatkan mitra dan jumlah sertifikasi pengujian peralatan listrik berbasis
standard nasional.
Guna mencapai masing-masing indikator sasaran strategis sebagaimana
tertulis pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 2 sasaran Program di bidang
kelistrikan di deputi bidang TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di
mana 2 sasaran program merupakan program yang mendukung sasaran strategis
lembaga yang mendukung program nasional, yaitu termanfaatkannya penggunaan
energi terbarukan untuk pembangkit listrik dan terwujudnya pemanfaatan
rekomendasi audit energi.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 35
Indikator Kinerja :
• Jumlah Alih teknologi PLTP Skala Kecil ke industri dalam negeri/konsorsium
PLTP (Multiplikasi), dengan target kinerja 2 alih teknologi.
• Jumlah alih teknologi charging station untuk mobil listrik, dengan target 1
prototipe.
• Jumlah Kliring Teknologi Smart Grid Uutuk Peningkatan Kualitas Urban
Electrification, dengan target 1 kliring teknologi.
• Jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT Baron, dengan target
4000 kunjungan.
• Jumlah sertifikat pengujian energi terbarukan dengan target 230 sertifikat
pengujian.
• Prosentase peningkatan efisiensi energi di industri yang menerapkan
rekomendasi audit energi, dengan target 10 % sampai dengan 2019
• Jumlah layanan pengujian peralatan pengguna listrik, dengan 20 layanan
sampai dengan 2019
2.3.4. Indikator Kinerja Program Bidang Bahan Bakar dan Industri Kimia
Sasaran program TIEM untuk progam bidang bahan bakar dan industri kimia
pada RPJMN ke–3 terdiri dari empatprogram yang merepresentasikan kompetensi
dari masing-masing bidang dan menghasilkan outcome, yaitu :
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 36
Gambar 6. Cascading impact, outcome dan output Bidang Bahan Bakar dan
Industri Kimia
1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar Nabati Untuk Substitusi BBM
Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM
bidang bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai
outcome yang berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bio-energi untuk
substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel,
biomethanol/bioDME/biohythane yang ditargetkan akan tercapai pada tahun
2019.
Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga
selalu menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang
sangat dominan di sektor ini. Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi
mengingat kebutuhan minyak secara nasional tidak bisa diimbangi oleh
penyediaannya melalui produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan
pentingnya keberlanjutan dalam penyediaan energi nasional dan dalam rangka
meningkatkan kemandirian nasional di bidang bahan bakar, maka dipandang
sangat urgen bahwa Indonesia harus segera memberdayakan dan membangun
industri nasional untuk bahan bakar cair, yakni bio-energi.
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT
sebesar 23 % dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 37
Biomassa menjadi salah satu opsi strategis penyediaan bio-energi untuk
substitusi BBM. Namun, potensi yang ada saat ini belum bisa langsung dan
maksimal dimanfaatkan tanpa melalui rekayasa teknologi.
Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk
menghasilkan teknologi bio-energi yang kompetitif sehingga industri dapat
memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini
ditargetkan bisa menghasilkan 1 produk inovasi teknologi bio-energi dalam
bentuk demo plant yang dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.
Program inovasi dan layanan teknologi bio-energi bertujuan untuk
menghasilkan teknologi produksi bio-energi yang dapat dimanfaatkan oleh
industri. Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan
peningkatan mandatori pemanfaatan bio-energi.
Percepatan peningkatan pemanfaatan bio-energi merupakan tindak lanjut
4 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya
adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas
dengan cara meningkatkan pemanfaatan biodiesel.
Mandatori bio-energi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada
energi fosil khususnya BBM. Untuk pengembangan industri bio-energi dalam
negeri perlu segera dilakukan dalam rangka memberikan nilai tambah pada
perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi fosil, serta
untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat (penghematan devisa
akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat
melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel
untuk kebutuhan dalam negeri.
Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan
dimanfaatkan oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol.Teknologi biodiesel
dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome pada tahun
2019, demikian juga teknologibio-methanol diharapkan dapat memberikan
outcome pada tahun 2019.
2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan pemanfaatan migas dan batubara
Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pembangkit
listrik yang dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 38
adalah masih batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia
kebanyakan adalah Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading
batubara sehingga batubara tersebut mempunyai kalor yang relative cukup untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk mensuport program pemerintah
dibidang bahan bakar cair (BBM), batubara juga bisa berkontribusi memenuhi
kebutuhan BBM transportasi yaitu dengan proses pencairan batubara dengan
teknologi hidrogenasi.Kedua upaya ini meningkatkan peranan secara nasional
bahwa saat ini pemakaian nasional hanyalah 23% sedangkan untuk ekspor
adalah 77%.
Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya
sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya untuk
transportasi, rumah tangga, industri kimia dan pembangkit listrik. Disamping itu
juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari bahan bakar
lainnya sehingga dapat dihasilakan bahan bakar yang cukup.
Untuk peningkan ketersediaan pasokan bahan bakar perlu dilakukan
upaya untuk memanfaatkan potensi sumber minyak maka upaya pemanfaatan
kilang mini sangat diperlukan.
3. Terwujudnya hasil layanan teknologi di bidang perencanaan dan optimalisasi sistem energi nasional
Perencanaan energi nasional adalah mutlak diperlukan untuk
menghasilkan perencanaan pembangunan yang optimum.Hal ini disadari karena
energi memegang peranan yang cukup penting di dalamnya.Untuk itu Kajian
outlook energi di BPPT berharap bisa menjadi rujukan utama nasional dan
merupakan outcomedeputi bidang TIEM.
4. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi industri kimia. Permasalahan utama industri petrokimia ada pada 3 komponen yaitu
teknologi, bahan baku dan katalis yang semuanya masih bergantung pada lisensi
asing, ditambah dengan permasalahan penggunaan pupuk nasional yang tidak
efisien menyebabkan beban subsidi pemerintah yang cukup tinggi yaitu
mencapai Rp. 18 trilyun/tahun. Keppres No. 4 tahun 2010 tentang revitalisasi
industri pupuk nasional ditindaklanjuti oleh pemerintahdengan menyediakan dana
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 39
untuk melakukan optimalisasi pabrik pupuk yang ada dan membangun pabrik
pupuk baru untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 3 juta ton/tahun menjadi
7 juta ton/tahun.
Dengan melihat potensi tersebut, dan modal invensi pupuk SRF/CRF yang
mampu menghemat penggunaan pupuk 30-50%, Deputi bidang TIEM
melanjutkan kegiatan pengembangan kedepan untuk menghasilkan paten yang
dimanfaatkan oleh mitra/lisensi pupuk SRF/CRF kapasitas 10.000 – 100.000
ton/th dan dilengkapi dengan pupuk mikro nutrient 1.000 – 10.000 ton/th yang
diharapkan dapatmengurangi beban subsidi sekitar Rp.5,4 trilyun per tahun.
Sedangkan faktor hambatan eksternal BPPT antara lain: banyak perusahaan
yang terikat oleh peraturan prinsipal di luar negeri, serta political will pemerintah
lemah (misalnya aturan tentang royalty untuk peneliti dan perekayasa).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu disusun strategi yang
mencakup apa yang ingin dicapai, langkah-langkah dan tahapan untuk
mencapainya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian
dimaksud.
Formulasi Strategis
Program Inovasi Teknologi Industri Petrokimia mendukung program
prioritas nasional pembangunan kedaulatan pangan, terutama dalam hal
peningkatan produksi padi dan pangan lainnya. Sebagai outcome dari program
ini adalah dimanfaatkannya teknologi produksi pupuk SRF/CRF oleh mitra
industri dengan kapasitas (10.000 – 100.000 ton per tahun). Beberapa impact
yang dapat dicapai dari implementasi pupuk SRF/CRF diantaranya : menghemat
penggunaan pupuk sekitar 30 – 50%, fleksibelitas formulasi pupuk yang
dihasilkan menyesuaikan dengan spesifikasi lokasi (speklok) dan komoditas,
memulihkan kesuburan lahan karena matriks yang digunakan, mengurangi
beban subsidi sekitar Rp. 5 - 9 (Trilyun) per tahun, meningkatkan panen rata-rata
sekitar 10%. Sesuai dengan target yang diharapkan maka pada tahun 2017/2018
pupuk SRF/CRF sudah diproduksi dan didistribusikan oleh mitra. Mitra pengguna
teknologi ini antara lain Industri Pupuk (BUMN), BUMD/Perusda, swasta.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 40
Adapun untuk mengatasi shortage gas alam sebagai bahan baku
petrokimia (pupuk), maka diharapkan adanya sumber gas alternative yang
diperoleh melalui inovasi teknologi produksi syngas. Syngas ini dapat diproduksi
dengan menggunakan bahan baku batubara maupun biomassa yang berlimpah
di Indonesia.Program migas diharapkan menghasilkan penguasaan teknologi
kilang mini dalam rangka mendukung program prioritas nasional pembangunan
kedaulatan energy, khsususnya kegiatan pembangunan kilang minyak yang
dicanangkan secara nasional. Kilang Mini ini dipersiapkan untuk daerah, remote
area yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Indikator Kinerja :
• Jumlah inovasi teknologi produksi BBN yang dimanfaatkan dengan target
kinerja 1inovasi teknologi.
• Jumlahinovasi teknologi pupuk SRF/CRF yang dimanfaatkan, dengan target
kinerja 1 inovasi teknologi.
2.3.5. Indikator Kinerja Program Bidang Material
Sasaran Program bidang Material, dapat dijabarkan secara cascading
sebagai berikut :
Gambar 7. Cascading impact, outcome dan output Bidang Material
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 41
1. Terwujudnya inovasi Teknologi Material Biocompatible
Urgensi dari kegiatan penerapan teknologi material untuk alat
kesehatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku
biocompatible material untuk alat kesehatan (alkes) implan yang diperlukan
pada penyelenggaraan jaminan kesehatan, seiring meningkatnya angka
kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidupmanusia Indonesia
dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (karena penyakit).
Selain itu, adalah untuk meningkatkan kemandirian bangsa, khususnya dalam
memenuhi kebutuhan bahan baku (biomaterial atau biocompatible materials)
untuk produksi alkesimplan yang selama ini sangat bergantung pada produk
impor; serta untuk meningkatkan pemanfaatan dan memberi nilai tambah
padabahan baku lokal yang diperlukan dalam pembuatan alkes implan.
2. Terwujudnya Inovasi Teknologi Material Pengolahan Bahan Baku
Salah satu bahan baku strategis untuk industri maju adalah Logam
tanah jarang (LTJ) oksida untuk pembuatan produk berteknologi canggih dan
berkekuatan tinggi. Unsur-unsur LTJ oksida mempunyai ciri istimewa yaitu
mampu bereaksi dengan unsur-unsur lain untuk menghasilkan sesuatu yang
baru. LTJ oksida mampu menghasilkan neomagnet yaitu magnet berkekuatan
tinggi mencapai 10-20 kali magnet biasa sehingga memungkinkan munculnya
dinamo kuat yang mampu menggerakkan mobil. LTJ dan unsur oksidanya
juga mampu meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan,
kekerasan, dan ketahanan terhadap panas sehingga mineral ini dapat
ditambahkan pada pembuatan baja berkekuatan tinggi. LTJ juga digunakan
sebagai bahan pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan
keramik. Mineral ini juga dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan
vital militer, mulai dari sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, hingga
perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali. Pendek kata, hampir semua
produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari televisi, telepon seluler, sampai
mobil hibrida dan perangkat pemandu rudal nuklir membutuhkan LTJ.
Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009,
permintaan pasar LTJ dunia dan unsur oksidanya mencapai 134.000 ton,
sementara kapasitas produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 42
dunia mencapai 180.000 ton. Sebagai negara yang menguasai 97 persen LTJ
dunia, China mampu mengoptimalkan pemanfaatan LTJ untuk menunjang
perkembangan industri mereka. Dengan produksi LTJ yang besar dan
kemampuan menggunakannnya, China mampu membangun industri
elektronik nasional yang kuat. Saat ini China menguasai hampir semua lini
industri dengan harga yang sangat kompetitif, mulai dari industri elektronik
seperti komponen komputer, televisi, monitor dan handycam hingga industri
manufaktur seperti industri baja, otomotif dan lainnya. Sadar akan pentingnya
LTJ dalam menghasilkan produk teknologi tinggi dengan nilai tambah yang
tinggi, sejak tahun 2007 China menurunkan kuota ekspor secara bertahap
sehingga pada 2010 ekspor LTJ China tinggal 50% dibanding tahun 2005.
Kegiatan riset ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan penguasaan
teknologi nanomaterial logam tanah jarang untuk menghasilkan material yang
bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan bahan baku lokal sehingga
dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara bertahap seperti aplikasi
untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor display, baterei,
magnet, hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor, dan lain
sebagainya. Logam Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri dari 17
unsur dalam tabel periodik yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida ditambah
Scandium dan Yttrium. Scandium dan Yttrium dimasukan sebagai rare earth
element (REE) karena cenderung hadir dalam deposit yang sama dengan
grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan sifat sifat kimia (IUPAC,
International Union of Pure and Applied Chemistry).
Sementara bahan baku alam yang masih tersedia dalam bentuk
komoditas adalah Karet Alam, merupakan salah satu komoditi hasil
perkebunan yang mempunyai peran cukup strategis dalam kegiatan
perekonomian Indonesia. Karet juga salah satu ekspor Indonesia yang cukup
penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Sekitar 90
persen produksi karet alam Indonesia diekspor ke manca negara dan hanya
sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri. Peranan karet terhadap ekspor
nasional tidak dapat dianggap kecil, mengingat Indonesia merupakan
produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand dengan
produksi sebesar 2,751 juta ton pada tahun 2008. Namun dari sisi luasan
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 43
Indonesia memiliki luas lahan karet terbesar didunia yaitu 3,42 juta hektar dan
volume ekspor 2,295 juta ton dengan nilai US$ 6,06 Milyar pada tahun 2008.
Walaupun telah banyak dilakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan arah
pengembangan perkaretan nasional, namun masih belum terlihat sinergis.
Dengan pengembangan Advanced Rubber Technology Center, diharapkan
akan lebih aktif jaringan antar pemangku kepentingan. Saat ini sudah
diinisiasi dengan informasi harga karet harian per kawasan. Industri hilir yang
akan berkembang banyak, memerlukan pusat perekayasaan yang dapat
membantu inovasi dan standarisasi produk. Pengembangan ban pesawat
menjadi penting karena penggunaan karet alam sangat dominan.
Untuk program pemerintah yang penting terkait perumahan dan
pemukiman diperlukan bahan baku komposit untuk konstruksi bangunan
tempat tinggal, khususnya hunian khusus yang memiliki sifat ringan, mudah
ditransportasi dan cepat dalam proses instalasi. Dari sisi material, tentunya
diperlukan teknologi material ringan sehingga dapat dibawa dan dirakit oleh
manusia. Dari sisi sistem struktur, harus dapat mengakomodasi proses
instalasi yang cepat dan memiliki kapasitas yang besar. Karena itu, melalui
penelitian jembatan sementara, diharapkan dapat memperoleh teknologi
struktur jembatan sementara yang ringan, cepat dalam proses instalasi dan
memiliki kapasitas yang cukup baik.
Bahan Komposit yang ada di pasaran Indonesia memiliki karakteristik
yang getas dengan transisi antar fase leleh sehingga keruntuhan yang sangat
singkat (ductilitas rendah). Hal ini tentunya sangat tidak diharapkan untuk
bangunan sipil apalagi rumah dan tempat tinggal pada umumnya. Di samping
itu, belum cukupnya database penggunaan bahan komposit lengkap dengan
karakterisasinya sehingga diperlukannya kajian untuk mengetahui
karakteristik bahan komposit plastik untuk konstruksi jembatan. Berdasarkan
hal-hal di atas, diharapkan kita dapat mengembangkan teknologi peningkatan
kualitas komposit untuk konstruksi.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi terbarukan, dibutuhkan
bahan baku material yang sesuai dengan pemanfaatan energi surya. Peluang
bisnis di bidang energi pembangkit listrik tenaga surya demikian besar.
Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4.8 KWh/m2 setara 112.000
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 44
GWp sepuluh kali lipat dari potensi Jerman dan Eropa. Sumber energi yang
mengandalkan pemanfaatan fosil tidak lama lagi bakal berakhir. Kebutuhan
listrik terus meningkat sesuai dengan kemajuan masyarakat. Apabila
pemerintah kurang berhasil memenuhinya keadaan menjadi masalah besar.
Energi listrik yang mampu dipasok oleh PLN baru 1500-2000 MW. Oleh
karena itu, PLN sering melakukan pemadaman listrik bergilir. Proyek listrik
10.000MW yang sudah selesai dibangun belum mampu memenuhi
permintaan listrik yang terus melonjak tiap tahun. Diharapkan agar sumber
energi alternatif tidak hanya bersifat renewable dan mudah dikonversi menjadi
energi listrik, dan juga ramah lingkungan. Energi yang paling sesuai adalah
energi surya.
Pembangunan industri sel surya nasional sudah harus disiapkan
segera, karena selain merupakan peluang bisnis yang sangat besar, juga
untuk memperkuat kedaulatan energi nasional di sector pembangkitan energi
baru terbarukan. Demikian pula penyiapan industry bahan baku sel surya,
yaitu industry wafer silikon polikristal yang dimodifikasi menjadi mono-like
silikon sudah sangat mendesak. Pasokan industri wafer tidak hanya untuk
dalam negeri namun dapat lebih luas lagi. Pasokan bahan baku bagi industry
sel surya nasional yang dapat disediakan secara mandiri di dalam negeri
dapat meningkatkan daya saing disektor industri.
3. Layanan Teknologi Polimer
Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari material ringan berupa
plastik yang telah digunakan dalam seluruh lini kehidupan baik untuk
perangkat rumah tangga, komponen elektronika, komponen transportasi, dll.
Untuk mendukung industri yang memanfaatkan material polimer, diperlukan
akses teknologi oleh masyarakat/industri dalam peningkatan kualitas dan
standarisasi produk. Untuk keperluan itu, disiapkan layanan teknologi polimer
dan material yang memadai sesuai dengan standar internasional untuk
kepentingan perdagangan global.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 45
Indikator Program:
1. Persentase penggunaan material biocompatible dalam negri di rumah
sakit orthopedhi terpilih dengan target 10% sampai tahun 2019.
2. Jumlah Inovasi teknologi material pengolahan bahan baku yang
dimanfaatkan oleh industri dengan target 1 inovasi teknologi
3. Jumlah layanan sertifikasi material dan/atau produk polimer yang
dimanfaatkan oleh industri dengan target 5 layanan sertifikasi.
4. Jumlah Layanan Pengujian polimer dengan target 1470 pengujian.
2.4. Pelayanan Teknologi
Layanan teknologi merupakan jembatan yang baik untuk implemetasi hasil
inovasi teknologi kepada semua pemangku kepentingan baik pemerintah, BUMN,
swasta dan rakyat. Berikut adalah target layanan teknologi yangada di deputi bidang
TIEM.
2.4.1. Bidang TIK
Dalam melaksanakan tupoksinya yakni melaksanakan tugas pemerintah di
bidang pengkajian dan penerapan teknologi di bidang teknologi informasi dan
komunikasi, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) juga melaksanakan
layanan teknologi yang diminta oleh masyarakat secara langsung dengan
mekanisme yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Mekanisme tersebut adalah melalui Pusat Layanan Teknologi BPPT dengan kontrak
kerja untuk instansi pemerintah dan swasta, atau dengan mekanisme swakelola
pihak pertama untuk instansi pemerintah.
2.4.2. Bidang Teknologi Elektronika Layanan di bidang teknologi elektronika terdiri dari beberapa bentuk, antara
lain: konsultansi penerapan teknologi, pendampingan teknis, studi kelayakan
penerapan teknologi, kajian regulasi dan standar terkait, pengujian perangkat
elektronika, sertifikasi produk dan audit teknologi. Semua layanan teknologi
elektronika dilakukan melalui Pusat Layanan Teknologi yang merupakan BLU di
BPPT.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 46
2.4.3. Bidang Teknologi Energi Kelistrikan Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 buku II, tertulis tentang pentingnya layanan perekayasaan dan teknologi
didalam sebuah bisnis. Layanan tersebut bisa berupa jasa-jasa pengujian bahan,
jasa perancangan produk dan perekayasaan, problem solving dan juga jasa
pelatihan dan pendidikan.
Salah satu strategi yang diterapkan pemerintah untuk mencapai RPJMN
tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu dilaksanakan
peningkatan kapasitas layanan dan revitaslisasi peralatan laboratorium serta
peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan di biayai dari dana pemerintah.
Berdasarkan buku RPJMN 2015-2019, B2TKE direncanakan berfungsi
sebagai fasilitas untuk pengujian refrigerator, pendingin ruangan (AC), Kuakitas
solar PV sesuai IEC 61215, perancangan sistem pembangkit panas surya dan
laboratorium kalibrasi. Untuk itu, peralatan yang telah berumur lebih dari 20 tahun
perlu direvitalisasi.
Disamping peningkatan fasilitas di bidang teknologi energi kelistrikan
dilakukan pula kegiatan di bidang layanan teknologi konservasi dan audit energi
serta standardisasi efisiensi penyediaan dan penggunaan energy serta Inovasi.
Layanan teknologi juga mencakup layanan uji batere mobil listrik.
2.4.4. Bidang Teknologi Energi Bahan Bakar dan Industri Kimia Bidang teknologi bahan bakar dan industri kimia, secara umum dapat
memberikan pelayanan teknologi jasa konsultansi, rekayasa disain,jasa pengujian
bahan bakar,jasa pelatihan dan alih teknologi, jasa analisa, pendampingan proses
konstrusi (owner consultant).
Jasa Konsultansi mencakup: studi kelayakan (feasibility study), disain dasar
(basic design), disain rinci (detailed design), supervisi pembangunan (construction
supervision) dan uji komisioning (comissioning test). Pekerjaan yang ditangani mulai
dari disain dan pemodelan untuk proses (process), peralatan (equipment), kelistrikan
(electrical), instrumentas (intrumentation), sipil (civil works), pemipaan (piping),
struktur (structurs), sampai dengan manajemen proyek (project management).
Untuk pelaksanaan jasa tersebut didukung software yang sesuai.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 47
Jasa pengujian bahan bakar saat ini mencakup pengujian dan karakterisasi
bahan bakar nabati (biofuel), pengujian dan karakterisasi batubara dan uji bakar
batubara. Selain itu juga menangani juga pengujian dan karakterisasi bahan bakar
minyak dan gas.
2.4.5. Bidang Teknologi Material Layanan bidang material adalah alih teknologi, pengembangan teknologi,
pengujian mutu kualitas produk, konsultasi dan pendampingan
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 48
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam
RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan
ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Agenda Prioritas
tersebut yang secara langsung dapat didukung oleh BPPT khusunya deputi bidang
TIEM yaitu:
Nawa Cita 1 : Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasaaman kepada seluruh warga negara.
Nawa Cita 2 : Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
Nawa Cita 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
Nawa Cita 6 : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
Nawa Cita 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektorsektorstrategis ekonomi domestik.
Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi
pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan
diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1). Sasaran Makro; 2).
Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3). Sasaran Pembangunan
Sektor Unggulan; 4). Sasaran Dimensi Pemerataan; 5). Sasaran Pembangunan
Wilayah dan Antarwilayah; 6). Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 49
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan
dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan
nasional 2015-2019 adalah:
1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang
Berkelanjutan.
3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan
Pemerataan
4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan
Penanganan Perubahan Iklim.
5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh.
6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat
Yang Berkeadilan.
7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah
Sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yangdijabarkan
sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan
penerapan iptek yang mendukungdaya saing sektor produksi barang dan
jasa;keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; sertapenyiapan
masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.
2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM,
sarana prasarana, kelembagaan, jaringan.
3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di
setiap provinsi.
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi BPPT
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis
BPPT untukmendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT
pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan
layananteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri melalui :
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 50
1. Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi
dalambidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material,
transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan dan
pertanian, sistiminovasi untuk pembangunan taman tekno dan sains,
dan inkubasi teknologi.
2. Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian
danpenerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium.
3. Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman Tekno
danTaman Sains.
b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam
bidangteknologi: obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan
kelautan,lingkungan dan kebencanaan.
c. Meningkatnya tatakelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi
danlayanan teknolog
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:
a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga)program
utamayaitu:
1. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT),
2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BPPT,
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPPT.
b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui
pembidanganteknologi yang ada di BPPT
c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional
d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 51
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi bidang TIEM
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta arah kebijakan dan strategi
BPPT, maka deputi bidang TIEM merumuskan arah kebijakan dan strategi
pencapaian sasaran program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2015-
2019 kedepan, seperti berikut.
No Arah Kebijakan Strategi
1 Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan/atau layanan teknologi TIK
Pemanfaatan dan pelayanan teknologi e-services berbasis identifikasi dan/atau sertifikat elektronik (KTP-el dan sertifikat dijital) pada perusahaan
2 Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan/atau layanan teknologi elektronika
Pemanfaatan layanan teknologi elektronika navigasi untuk keselamatan transportasi
3 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/atau layanan teknologi energi
Pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik
4 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/atau layanan teknologi audit energi
Pemanfaatan rekomendasi audit energi
5 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/atau layanan teknologi bahan bakar nabati
Pemanfaatan inovasi teknologi produksi Bahan Bakar Nabati
6 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/ atau layanan teknologi industri kimia
Pemanfaatan inovasi teknologi industri kimia
7 Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan/atau layanan teknologi material
Pemanfaatan layanan teknologi material biocompatible dalam negri
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 52
3.3. Kerangka Regulasi
• Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas ,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia No 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019.
• Undang Undang republik Indonesia No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
• Undang Undang Republik Indonesia No. 1 th 2014 ttg Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil
Disamping itu terkait dengan Penguasaan dan Pemanfaatan Teknologi ada
beberapa peraturan perundangan yaitu Undang-Undang no 18 tahun 2002
mengamanatkan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pencapaian tujuan negara.
Teknologi sebagai cara atau metode serta proses atau produk yang
dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan
disiapkan untuk menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan
peningkatan mutu kehidupan manusia dan dituntut penguasaannya untuk
memudahkan industri memproduksi produk-produk yang dibutuhkan masyarakat.
Penguasaan Teknologi untuk Pembangunan dan Penguatan Struktur
Industri:Sesuai amanat UU no 3 tahun 2014, Industri merupakan sektor usaha yang
terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi ekonomi baik, negara
dapat membiayai pembangunan di segala bidang.
Industri manufaktur harus memiliki Sumber daya teknologi, SDM kompeten
dan pasokan bahan baku yang aman. Struktur industri nasional harus diperkuat
untuk penguasaan pasar maupun untuk kedalaman jaringan pemasok bahan baku
dan bahan pendukung, komponen, dan barang setengah jadi bagi industri hilir.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 53
3.4. Kerangka Kelembagaan Penyesuaian kerangka kelembagaan BPPT (struktur organisasi,
ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan
Rencana Strategis BPPT 2015 – 2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang
pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi
dan visi/misi BPPT;
2. Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas
organisasi dan dukungan sumber daya BPPT;
3. Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari
duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT dalam
melaksanakan program-program pembangunan nasional;
4. Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.
Struktur organisasi BPPT merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan
diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-
beda dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam
organisasi BPPT;
2. Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin
terlaksananya kegiatan yang telah direncanakan;
3. Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;
4. Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi
(letak) kekuasaan pembuatan keputusan;
5. Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 54
Berdasarkan tujuan reformasi birokrasi untuk membentuk organisasi yang
tepat fungsi maka, struktur organisasi deputi bidang TIEM telah direorganisasi
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor :
009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi digambarkan pada berikut:
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 55
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Dalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan
di Deputi bidang TIEM 2015-2019, ada dokumen utama yang menjadi acuan adalah
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019 dan Renstra BPPT 2015-2019
termasuk revisinya yang antara lain yang termuat dalam buku 1 dan buku 2.
Berdasarkan acuan diatas, kemudian dilakukan sinkronisasi dengan
kompetensi dan sumber daya di deputi bidang TIEM yang selanjutnya menghasilkan
15 (Lima Belas) inovasi dan 3 (tiga) layanan TIEM 2015-2019 terpilih yaitu:
• Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi : 1. Inovasi dan layanan teknologi Penyelenggaraan Sistem Elektronik untuk E-
Pemerintahan dan E-Business
2. Inovasi dan layanan teknologi Intelligent Computing
3. Inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur dan Keamanan Informasi
• Bidang Teknologi Elektronika : 1. Inovasi dan layanan teknologi Elektronika Navigasi
2. Inovasi Konvergensi teknologi Elektronika dan Telekomunikasi Sistem
Telemedicine
• Bidang Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia: 1. Inovasi Teknologi Produksi Bio Energi
2. Inovasi Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Migas dan Batubara
3. Inovasi Teknologi Perencanaan Energi dan Optimalisasi Sistem
EnergiNasional
4. Inovasi Teknologi Industri Petrokimia
5. Layanan Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain
• Bidang Teknologi Konversi Energi: 1. Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil s/d 5 MW
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 56
2. Inovasi Teknologi Smartgrid
3. Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi
4. Kawasan Techno Park Energi Terbarukan (Baron Techno Park)
5. Layanan Teknologi pengujian peralatan energi baru terbarukan
• Bidang Teknologi Material: 1. Inovasi Teknologi Material Biocompatible
2. Inovasi Teknologi Material Bahan Baku Industri
3. Layanan sertifikasi material dan/atau produk polimer
Rangkuman sasaran program dan indikator kinerja program serta target kinerja
Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material tahun 2015 – 2019 dapat
dilihat dalam tabel dibawah.
Tabel 1: Sasaran Program dan Target Kinerja Tahun 2015 – 2019
Sasaran Program IKP Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Catatan
SP-1 Terwujudnya rekomendasi kebijakan nasional di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Jumlah rekomendasi
kebijakan
Buku 1
SP-2 Terwujudnya inovasi teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi, Material untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Jumlah inovasi
inovasi 2 5 7 7
SP-3 Terwujudnya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Jumlah audit teknologi,
kliring teknologi, alih teknologi dan
layanan teknologi
audit tekno, kliring tekno,
alih tekno. dan
layanan tekno.
1 1 1 3 1
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 57
Tabel 2. Indikator Kinerja Program Jumlah Rekomendasi Kebijakan
Sasaran Program Indikator Kinerja Program
Target Unit
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
SP-1 Terwujudnya rekomendasi kebijakan nasional di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material
Jumlah rekomendasi kebijakan teknologi e-Pemilu
1 PTIK
Tabel 3. Indikator Kinerja Program Jumlah Inovasi
Sasaran Program Indikator Kinerja Program
Target Unit
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
SP-2 Terwujudnya inovasi teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi, Material untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Jumlah inovasi sistem elektronika navigasi untuk meningkatkan keselamatan transportasi udara
produk 1 PTE
Jumlah inovasi sistem elektronika untuk pemantauan transportasi laut
produk 1 1 PTE
Jumlah inovasi konvergensi elektromedika
produk 1 1 PTE
Jumlah inovasi sistem keuangan daerah berbasis cloud
produk 1 1 PTIK
Jumlah inovasi sistem e-Pemilu
produk 1 1 1 PTIK
Jumlah inovasi teknologi PLTP CT 3 MW dng TKDN maksimal - Kamodjang
produk 1 B2TKE
Jumlah inovasi PLTP Binary Cycle 500 KW - Lahendong
produk 1 B2TKE
Jumlah inovasi smartgrid pada iconic Sumba
produk 1 1 B2TKE
Jumlah inovasi Teknologi Pupuk Lepas Lambat (SRF)
produk 1 PTSEIK
Jumlah inovasi teknologi BBN
produk 1 1 PTSEIK
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 58
Jumlah inovasi teknologi Material biocompatible (implant SS316L)
produk 1 PTM
Jumlah inovasi Rubber Air Bag utk industri kemaritiman
produk 1 PTM
Jumlah inovasi teknologi material karet utk Retread Ban Twin Otter
produk 1 1 PTM
Tabel 4. Indikator Kinerja Program Jumlah audit teknologi, kliring teknologi, alih
teknologi dan layanan teknologi
Sasaran Program Indikator Kinerja Program
Target Unit
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
SP-3 Terwujudnya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa
Jumlah kliring teknologi
Buku 1 PTIK
Jumlah audit teknologi
Laporan 1 PTIK
Layanan teknologi implementasi SIMRAL
Layanan teknologi perencanaan energi dan optimalisasi system energi nasional
Kontrak 1 1 1 1 1 PTSEIK
A. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Capaian Kinerja (Impact) BPPT merupakan kontribusi secara konvergen dan
berjenjang dari capaian kinerja (outcome) Eselon I dan capaian kinerja
(output) Eselon II Unit/Satuan Kerja sebagai hasil dari pelaksanaan program
dan kegiatan.Alur Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) untuk 15 (Lima
Belas) kegiatan Program Pengkajian dan Penerapan teknologi (PPT
Selanjutnya berdasarkan alur pikir seperti yang diperlihatkan pada gambar
disusun formulasi strategis program Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(PPT) Deputi bidang TIEM 2015-2019 yang memuat Sasaran Program untuk
mendukung Sasaran Strategis dapat diuraikan dalam indikator dan target
kinerja.
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 59
B. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya,
dengan 5 sasaran program sebagai berikut :
1. Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi .
2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja.
3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik Kepada Masyarakat
4. Tercapainya transparansi, kualitas pengawasan, dan percepatan
penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan dan memenuhi harapan
pemangku kepentingan
5. Tercapainya Penerapan Manajemen Risiko pada pelaksanaan
Program/Kegiatan.
C. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan sasaran
program terwujudnya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
4.2 Kerangka Pendanaan Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar
efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang
dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun
sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program
terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada
output/keluaranserta komponen-komponen dibawahnya. Dengan
mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka
dilakukan review baseline yang meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta
komponen yang berlanjut maupun yang baru; volume target pada masing-masing
tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.
Perhitungan pada KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) yang
melalui perhitungan khususnya sampai dengan awal 2016 yang sudah dilakukan di
awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar
mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang
sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi
dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan
sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 60
tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen dikalikan dengan
satuan biaya dan inflasinya.
Lampiran Perpres No. 2 RPJMN 2015-2019 tentang RPJMN Tahun 2015–
2019 menjadi acuan asumsi dasar pendanaan kegiatan-kegiatan inovasi dan
layanan teknologi diatas. Alokasi baseline anggaran program deputi bidang TIEM
berdasarkan lampiran PerpresNo. 2/2015 terbagi kedalam 11 (sebelas) kode/nomor
program
Anggaran diatas merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan
Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan
kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik.
Selanjutnya berdasarkan uraian Arsitektur Data dan Informasi Kegiatan
(ADIK), maka alokasi baseline anggaran diatas dioptimasi untuk mendapatkan
kerangka Pendanaan Program dan Kegiatan TIEM Tahun 2015-2019 untuk
pencapaian Sasaran Program Deputi bidang TIEM
Sasaran Kegiatan Tahunan PTIK
2015 2016 2017 2018 20191 Terwujudnya rekomendasi
kebijakan nasional di bidang Teknologi Informasi
Jumlah Rekomendasi Kebijakan Nasional Pemanfaatan sertifikat digital dalam Pemilu Nasional
Buku 1
2 Terwujudnya e-service (e-Govt & e-business) berbasis identitas dan/atau elektronik
Jumlah inovasi teknologi di bidang e-Government dan e-business yang dimanfaatkan mitra
Paket Teknologi
1 1 1
2,7 4 4,5 4,5
3 Terwujudnya penggunaan bersama infrastruktur data center untuk cloud computing dan certificate authority
Jumlah pengguna hasil inovasi teknologi infrastruktur TIK khususnya IT security
Bahdan Hukum 4 4 4 4 4
2,8 6 5 3
4 Terwujudnya penggunaan inovasi teknologi intelligent computing untuk human information processing
Jumlah inovasi teknologi intelligent computing yang digunakan oleh instansi pemerintah/ industri/ akademisi
Paket Teknologi
1 1
1,8 7 2,5 2
Anggaran (Milyar Rp)
Anggaran (Milyar Rp)
Anggaran (Milyar Rp)
Target (Kinerja & Anggaran)No. Sasaran Indikator Satuan
Anggaran (Milyar Rp)
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 61
Sasaran Kegiatan Tahunan PTE
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 62
Sasaran Kegiatan Tahunan B2TKE
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
1
SK 1
Dihasilkannya Alih
Teknologi Pembangkit
Listrik tenaga Panas
Bumi (PLTP) Skala kecil
dengan TKDN Maksimal
Jumlah Alih teknologi PLTP Skala Kecil ke industri
dalam negeri/konsorsium PLTP (Multiplikasi)
Pilot plant 1 1 1 1 1
ANGGARAN (JUTA) 17.100 5.667 2.839 8.488 5.000
2
Terwujudnya pilot plant
smart charging station
untuk mobil listrik
Jumlah prototipe charging station untuk mobil listrik Prototipe - - - 1 -
Jumlah pilot plant charging station untuk mobil listrik Pilot plant - - - - 1
Jumlah pilot plant lab uji baterai untuk mobil listrik Pilot plant - - - 1 -
Jumlah akreditasi lab uji baterai untuk mobil listrik Akreditasi - - - - 1
ANGGARAN (JUTA) - - - 5.080 8.000
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 63
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
3
Terwujudnya Kawasan
Techno Park Energi
(Baron Techno Park)
Jumlah Layanan Kunjungan Edukasi Techno Park EBT
Baron Layanan 700 1000 400 4000 4500
Jumlah Pelatihan IPTEK EBT di Baron Layanan 1 1 1 2 2
Jumlah Paket Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pendukung Baron Techno Park Prototipe - 1 1 - -
ANGGARAN (JUTA) 7.000 5.481 2.845 983 5.000
4
Terwujudnya Penerapan
Teknologi Konservasi
Energi untuk Industri
Jumlah Rekomendasi Desain Teknologi Kogenerasi
untuk Industri
Rekomend
asi - 1 - - -
Jumlah prototipe boiler dg efisiensi tinggi untuk PLTU
dg batu bara kualitas rendah Prototipe - - - - 1
Jumlah prototipe Teknologi Peningkatan Produktifitas
Pembangkit dengan Optimasi Heat Rate Prototipe - - - - 1
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 64
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Pedoman Teknis Penghematan energi dan
Manajemen Energi untuk Pemda Reff Teknis - - - - 1
Jumlah Pengembangan Lab Pengujian Peralatan
Listrik untuk Mendukung Label Tingkat Hemat Energi Reff Teknis - - - - 1
ANGGARAN (JUTA) - 430 - - 9.000
5
Terwujudnya Pilot Plant
smart grid untuk
peningkatan kualitas
kelistrikan di pedesaan
atau perkotaan
Jumlah desain SCADA Smart Grid di Kawasan
PUSPIPTEK Reff Teknis - 1 - - -
Jumlah prototipe smartgrid di Kawasan PUSPIPTEK Prototipe - - 1 1 -
Jumlah kliring teknologi Smart Grid untuk pedesaan
atau perkotaan
Kliring
teknologi - - - - 1
ANGGARAN (JUTA) 1.500 1.800 2.323 2.730 5.000
6 Terwujudnya Jumlah Pilot Plant Peralatan Laboratorium konversi Pilot plant - - 1 1 1
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 65
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
pengembangan dan
revitalisasi peralatan
laboratorium konversi
energy dan teknologi
kelistrikan
energy dan teknologi kelistrikan
ANGGARAN (JUTA) - - 28.000 50.000 44.000
7
Terlaksananya layanan
jasa teknologi konversi
energi (PNBP)
Jumlah Layanan Pengujian Peralatan EBT Pengujian 35 40 45 50 68
Jumlah Layanan Pengujian Peralatan Listrik Berbasis
Standar Nasional atau Internasional Pengujian 6 7 8 10 12
Jumlah Jasa Konsultansi pengembangan dan
penerapan teknologi energi Konsultansi 2 2 2 3 4
Indeks Kepuasan Masyarakat IKM -- -- B B B
ANGGARAN (JUTA) 5.579 5.161 4.368 5.316 5.327
8 Terlaksananya layanan Jumlah layanan pembayaran belanja pegawai Layanan 12 12 12 12 12
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 66
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
perkantoran untuk
mendukung inovasi dan
layanan teknologi
Jumlah layanan jasa operasional dan pemeliharaan
perkantoran Layanan 12 12 12 12 12
ANGGARAN (JUTA) 11.736 12.125 17.418 21.598 25.012
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 67
Sasaran Kegiatan Tahunan PTSEIK
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 68
Sasaran Kegiatan Tahunan PTM
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 69
BAB V
P E N U T U P
Renstra TIEM 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun program, kegiatan,
dan anggaran serta indikator kinerja dan targetnya di lingkungan TIEM. Renstra ini
selanjutnya akan menjadi bahan untuk laporan akuntabilitas deputi bidang kepada
stakeholders dan customers dalam perencanaan program, perencanaan
sumberdaya, perencanaan kelembagaandan pengendalian pelaksanaan program
serta pengawasan agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsi TIEM.
Rencana strategis deputi bidangTIEM merupakan cerminan dari program, kegiatan,
anggaran, indikator kinerja, dan target yang lebih operasional yang disusun dan
ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur
pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah. Pelaksanaan pengukuruan
kinerja dilakukan secara berkala.