review jurnal internasional filsafat · pdf filedalam hal membuat keputusan yang dapat...
TRANSCRIPT
1
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Review Jurnal Internasional Filsafat Ilmu
“Science, Philosophy, and Religion Find Ground
For Common Front”
By : Watson Davis
Oleh Kelompok 3A
Ketua : Ginanjar Gesang
(071311333082)
Sekretaris : Lidya Victorya
(071311333065)
Bendahara : 1. Rifqi Hamdani
(071311333099)
2. Ervan Wirawan
(071311333003)
3. Rifqih Maulana
(071311333077)
Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Airlangga
Semester Gasal 2013/2014
2
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini kami dari kelompok 3A menyatakan bahwa tugas
review jurnal yang berjudul “Science, Philosophy, Religion Find Ground
for Common Front” kami kerjakan secara berkelompok dan tidak ada
tindakan plagiat.
Surabaya, 23 Oktober 2013
Ginanjar Gesang (Ketua) Lidya Victorya (Sekretaris)
ginanjar-gesang-fisip13.web.unair.ac.id lidya-victorya-fisip13.web.unair.ac.id
Rifqi Hamdani (Bendahara I)
rifqi-hamdani-fisip13.web.unair.ac.id
Ervan Wirawan (Bendahara II) Rifqi Maulana ( Bendahara III)
ervan-wirawan-fisip13.web.unair.ac.id rifqi-maulana-fisip13.web.unair.ac.id
3
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Nama Kelompok 3A yang mengerjakan tugas review jurnal :
1.Ketua
Nama : Ginanjar Gesang Bayu Bisma
NIM : 071311333082
TTD :
2.Sekretaris
Nama : Lidya Victorya Pandiangan
NIM : 071311333065
TTD :
3.Bendahara I
Nama : Rifqi Hamdani
NIM : 071311333099
TTD :
4.Bendahara II
Nama : Ervan Wirawan
NIM : 071311333003
TTD :
5.Bendahara III
Nama : Rifqi Maulana
NIM : 071311333077
TTD :
4
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Daftar Isi
A.Kata Pengantar ...........................................................................................................
B.Isi Pokok ......................................................................................................................
C.Uraian dan Contoh .....................................................................................................
D.Analisis Kritis/Solusi ..................................................................................................
E.Kesimpulan dan Saran ..............................................................................................
5
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas review jurnal
Filsafat Ilmu ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Adib selaku Dosen mata kuliah Ilmu Filsafat.
Kami sangat berharap tugas review jurnal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Surabaya , 23 Oktober 2013
Penyusun
6
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Identitas Jurnal Internasional
Judul : Science, Philosophy, Religion Find Ground for Commont Front
(Ilmu Pengetahuan, Filosofi, dan Agama menemukan landasan untuk
publik)
Author (s) : Watson Davis
Reviewed Work
Source : The Science News-Letter, Vol.38, No.12 (Sep.21,1994),
pp 180+188+190
Published By : Society for Science & the Public
Stabie URL : http://www.jstor.org/stable/3916566
Accessed : 25/02/2013 19 :07
7
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Isi Pokok
1. Ilmu Pengetahuan, Filisofi dan Agama Menemukan Dasar untuk Publik
Para ilmuwan, filsufdan agamawan bertemu diKonferensi Ilmu Pengetahuan, Filsafat
danAgama yang tergabung dalam manifesto Amerika melaluipemimpinnya atau
perwakilannya yang intelektualdan spiritual. Konferensi ini diadakan di Teologi Yahudi
Seminari Amerika, New York, September 1940 di bawah pimpinan Presiden Louis
Finkelstein sebagai perwakilan dari tuan rumah. Berawal dari doktrin kuno yang membahas
tentang hakikat martabat manusia diformulasikan dalam bentuk modern Ilmu pengetahuan
dan Filsafat. Mereka mencoba mempertahankan kebebasan dengan mempersatukan berbagai
pendapat para ahli untuk menemukan kesepakatan guna mencegah kehancuran yang
disebabkan oleh negara-negara dominan yang totaliter.
Manifesto menjelaskan, “Penurunan menghormatinilai-nilai etika dan agama di
kalanganmasyarakat demokratis telah memperkenalkankebingungan intelektual dalam sistem
pendidikan, literatur, dandalam organ opini publik pada umumnya.” Dan dalam kondisi ini
Negara Totaliter mengambil keuntungan atas kebingungan yang terjadi terutama di negara
demokrasi, yang totaliter telah memenangkan cukup banyak penganutnya bahkan di kalangan
masyarakat bebas dunia. Hal itu menyebabkan semangat demokrasi memburukdan kekuatan
resistensike lengan totaliter dan diplomasi berkurang.
Mayoritas filsuf dan para teolog percaya bahwa ada dunia yang melebihi alam
semesta ini, seperti supranatural. Untuk para teolog ortodoks, mereka memiliki Tuhan
sendiri. Para filsuf, atau ahli metafisika, percaya bahwa dalam beberapa kasus, apa yang
mereka sebut dengan kebenaran filsafat adalah "superioritas" kepada kebenaran ilmu sensorik
eksperimental asal mula dari apa yang mereka anggap sebagai "kerendahan" dari
kebutuhan.Hal ini sama halnya dengan perbedaan antara Aristoteles dan Plato. Perbedaan ini
memiliki implikasi dengan zaman saat ini, meskipun Gereja otoriter dapat disejajarkan
dengan ilmuwan dalam menentang rezim nazi yang telah mendirikan agama lain dan
mencemooh atau menindas ilmu pengetahuan. Para filsuf dan teolog yang mengklaim
kebenaran hakiki mengalami kesulitan dalam memahami dan menghargai kesediaan ilmuwan
untuk mengubah pikiran mereka dalam menghadapi pembaharuan ilmu pengetahuan. Dalam
Konferensi Sains, Filosofi, dan Agama tersebut para filsuf dan teolog menyatakan
pemahaman mereka akan hubungan sains dengan realitas manusia dan demokrasi.
Para pembicara dalam bidang ilmu alam setuju bahwa empirisisme rasional dimana
ilmu pengetahuan saat ini telah mencapai perkembangan. Dengan empirisisme rasional
mereka menyadari bahwa metode penalaran didasarkan sepenuhnya pada data yang dirasakan
8
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
oleh indera dan penalaran konsekuensi yang mengarah pada kesimpulan yang diverifikasi
oleh indera.Para pembicara tidak setuju tentang batasan metode empirisisme rasional. Cita-
cita dari penelitian ilmiah bertepatan lebih dekat dengan orang-orang dari demokrasi
dibandingkan dengan bentuk lain dari masyarakat.
Agama,filsafat, dan ilmu pengetahuan menunjukkan kesediaannya untuk
meminjamkan metode yang telah berhasil menyelesaikan beberapa masalah yang paling
mendesak di dunia ini. Agama didefinisikan oleh Dr William E. Ritter, Veteran University of
California biologi dan presiden kehormatan Layanan Sains, sebagai respon sensorik-
ideasional dengan alam ketika alam diterima dalam keutuhannya yang tak terbatas sebagai
jumlah. Pemikiran metode ilmiah direkomendasikan oleh Prof Philipp Frank dari Harvard
sebagai pertahanan terhadap totalitarianisme, karena dalam pemikiran ilmuwan yang mampu
menjadi resistensi tertentu terhadap pemikiran regimented. Pelatihan dalam pekerjaan ilmiah
untuk semua pemuda Amerika memberi mereka petunjuk umum dan fundamental dari sudut
pandang demokrasi yang disarankan oleh Dr CP Haskins, dari Union College, Massachusetts
Institute of Technology dan Laboratoriesa Haskins, sebagai sarana untuk memberikan unsur-
unsur bermanfaat dalam mengatur pelatihan militer, karena implikasi mengerikan dari
pelatihan militer tersebut di bawah kediktatoran.
Mahasiswa fisika dan matematika yang paling rentan terhadap 4propaganda para
diktator, sementara penganut yang paling kritis dari totalitarianisme adalah salah satu siswa
dari ilmu-ilmu rekayasa. Para insinyur dan fisikawan mengenal dengan fakta-fakta yang
sama, tapi orang teknis harus selalu mempertimbangkan aplikasi langsung dari pengetahuan.
Keinginannya untuk mempertahankan struktur ekonomi yang menguntungkan untuk kegiatan
teknis membuatnya secara khusus rentan terhadap ideologi yang tampaknya mempertahankan
struktur itu. Salah satu karakteristik utama dari sikap ilmiah adalah penolakannya .
Dr Frank menjelaskan bahwa Proposisi umum mungkin terdengar pernah begitu indah
dan dapat dinyatakan dalam rumus-rumus matematika, tetapi untuk ilmu pengetahuan mereka
hanya untuk dihakimi oleh hasil penggunaannya.Jika prinsip membawa penderitaan bagi
umat manusia saat itu, Dr Frank berpendapat, itu harus menjadi prinsip palsu dan kepalsuan
yang dapat diakui melalui penderitaan ini.Pelatihan ilmiah adalah perlindungan terhadap
prinsip-prinsip berikut hanya karena mereka terdengar penting dan benar.Dr.Ritter menarik
kesimpulan bahwa manusia selalu berbicara tentang keindahan, agama, pemikiran, politik,
ekonomi, moral dan idealisasi.Bahkan Darwin di kenal karena pemikirannya tentang teori
evolusi yang membuka tabir kealamian dan kesatuan dunia kehidupan.Dengan
menghubungkan ilmu pengetahuan dan agama, Dr.Ritter menyatakan bahwa adanya
hubungan antara teori evolusi Darwin dengan aturan alam Tuhan. Ilmu baru yang di usulkan
Dr. Laswell di khwatirkan akan menimbulkan masalah mentransfer sumber daya lama,
material dan limbah manusia yang berdampak pada martabat manusia.
Status sosial dan ekonomi yang di sebut dengan “menganggur” harus di hapus sebab
tidak ada gunanya dalam sosial. Laki-laki membutuhkan keamanan dengan dihormatinya
pekerjaan dan ilmu demokrasi yang dapat memberikan pengalaman dalam krisis dunia untuk
9
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
mengintegrasikan kebutuhan kekuatan dalam perang teknis modern ini guna melestarikan
demokrasi vitalitas, jelas Dr.Laswell.
Ilmu demokrasi dapat memberikan aplikasi yang tepat dari pengalaman agar tidak
menghambat pertumbuhan ilmu pengetahuan. Ini akan dikhususkan untuk aplikasi waktu
yang tepat dari metode yang tersedia dan temuan ilmu pengetahuan sampai akhir
mewujudkan demokrasi dalam kehidupan. Setelah ilmu demokrasi tergantung realisasi
sepenuhnya dari kedua demokrasi dan ilmu pengetahuan.
Uraian dan Contoh
Uraian :
Menurut kelompok kami, review jurnal internasional ini memiliki relevansi dengan
Ilmu Administrasi Negara dalam hal :
1. Pertama, dalam hal totaliter di negara. Dimana kita tahu, Totaliter juga memiliki
dampak yang tidak selalu baik untuk Negara. Negara Indonesia yang merupakan Negara
demokrasi yang menjunjung nilai moral, kemanusiaan, dan mengakui keberadaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebagai calon birokrat atau pembuat kebijakan publik haruslah mengerti
dalam hal membuat keputusan yang dapat dijalankan melalui demokrasi.
2. Filsafat dan Agama berusaha untuk memperoleh kerjasama dari semua para
pemimpin ilmu pengetahuan, filsafat dan agama yang setuju dengan prinsip fundamental
untuk mempromosikan demokrasi cara hidup. Hal itu mengajarkan kita untuk menjaga kerja
sama ataupun musyawarah dalam hal untuk mencari kesepakatan dalam suatu urusan.
3. Kualitas pemikiran ilmiah mungkin menunjukkan jalan untuk kedua agama dan
filsafat. Dari artikel tersebut, kita dapat mengambil manfaat untuk senantiasa meningkatkan
kemampuan kualitas pemikiran kita sebagai calon pembuat keputusan yang cepat dan tepat.
4. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan yang diimbangi dengan filosofi dan agama yang
baik akan membentuk karakter yang kuat dalam menjadi manusia yang berkarakter. Memiliki
motivasi dan konsep-konsep yang kuat.
5. Dalam hal pembuatan kebijakan publik, kita harus memikirkan bagi kebaikan
masyarakat, bukan kemauan pemimpin Negara itu sendiri dan memaksakan kehendaknya
kepada rakyat.
10
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Contoh :
Daftar negara-nagara yang pernah menganut ideologi diktator :
Nama Negara Tahun
berkuasa
Akhir
berkuasa Ideologi
Abdullah dari
Arab Saudi
Arab Saudi 2005 petahana Islamik monarki
Isaias Afewerki Eritrea 1991 present Nasionalis Diktator konstitusional
Idi Amin Uganda 1971 1979 Diktator militer
Bashar al-Assad Syria 2000 petahana Ba'athisme
Hafez al-Assad Syria 1970 2000 Ba'athisme
Frank
Bainimarama
Fiji 2006 petahana Diktator militer
Siad Barre Somalia 1969 1991 Komunis Diktator militer
Omar al-Bashir Sudan 1989 petahana Militer/Diktator konstitusional
Fulgencio Batista Cuba 1952 1959 Anti-komunis Diktator militer
Gurbanguly
Berdimuhamedow
Turkmenistan 2006 petahana Nasionalis Diktator konstitusional
11
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Jean-Bédel
Bokassa
Central
African Republic 1966 1979 Anti-komunis Diktator militer
Hassanal Bolkiah Brunei 1967 petahana Sultan
Omar Bongo Gabon 1967 2009 Diktator konstitusional
François Bozizé
Central
African Republic 2003 petahana Diktator konstitusional
Fidel Castro Cuba 1959 2008 Marxis-Leninis Komunisme
Raúl Castro Cuba 2008 petahana Marxis-Leninis Komunisme
Nicolae Ceaușescu Romania 1965 1989 Komunisme
Chiang Kai-shek
Republic of
China 1927 1975
Nasionalis China/Anti-
komunis Diktator militer
Blaise Compaoré Burkina Faso 1987 petahana Diktator konstitusional
Idriss Déby Chad 1990 petahana Militer/Diktator konstitusional
Porfirio Díaz Mexico 1876 1911 Militer/Diktator konstitusional
Chun Doo-hwan South Korea 1979 1988 Militer/Diktator konstitusional
Engelbert Dollfuss Austria 1932 1934 Nasionalisme/Fasisme
François Duvalier Haiti 1957 1971 Anti-komunis Diktator militer
Mahathir
Mohamad
Malaysia 1981 2003 Diktator konstitusional
Jean Claude
Duvalier
Haiti 1971 1986 Anti-komunis Diktator konstitusional
Francisco Franco Spain 1939 1975 Nasionalis/Fasis Diktator militer
Alberto Fujimori Peru 1990 2000 Anti-komunis Diktator
konstitusional (Fujimorisme)
Muammar Gaddafi Libya 1969 2011 Sosialis Arab/Pan-
Afrikanisme (Gaddafisme)
12
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Maumoon Abdul
Gayoom
Maldives 1978 2008 Diktator konstitusional
Klement Gottwald Cekoslowakia 1948 1953 Komunisme
Ismaïl Omar
Guelleh
Djibouti 1999 petahana Sosialis Diktator konstitusional
Adolf Hitler Jerman 1933 1945 Nazisme
Enver Hoxha Albania 1944 1985 MarxisLeninis Komunisme, Maoisme
(Hoxhaisme)
Ho Chi Minh Vietnam Utara 1954 1969 Komunisme
Erich Honecker Jerman Timur 1971 1989 Komunisme
Miklós Horthy Hongaria 1920 1944 Anti-komunis/Fasis Diktator militer
Saddam Hussein Iraq 1979 2003 Ba'athisme
Paul Kagame Rwanda 1994 petahana Diktator militer/Diktator
konstitusional
Islam Karimov Uzbekistan 1990 petahana Nasionalis Diktator konstitusional
Ayub Khan Pakistan 1958 1969 Diktator militer/Kediktatoran
konsitusional
Yahya Khan Pakistan 1969 1971 Military/Kediktatoran konsitusional
Ayatollah
Khomeini
Iran 1979 1989 Islam Shia teokrasi
Ayatollah
Khamenei
Iran 1989 present Islam Shia theokrasi
Kim Il-sung North Korea 1948 1994 Juche
Kim Jong-il North Korea 1994 2011 Juche
Kim Jong-un North Korea 2011 present Juche
Alexander Belarus 1994 present Diktator konsitusional
13
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Lukashenko
Mahathir
Mohamad
Malaysia 1981 2003 Kediktatoran konsitusional
Mao Zedong China 1949 1976 Maoism
Ferdinand Marcos Philippines 1972 1986 Kediktatoran konsitusional
Mengistu Haile
Mariam
Ethiopia 1977 1991 Komunisme Diktator militer
Ioannis Metaxas Yunani 1936 1941 Nasionalisme/Fasisme Diktator militer
Mobutu Sese Seko Zaire 1967 1997 Diktator militer
Hosni Mubarak Egypt 1981 2011 Kediktatoran konsitusional
Robert Mugabe Zimbabwe 1980 present Kediktatoran
konsitusional, Nasionalisme hitam
Yoweri Museveni Uganda 1986 present Diktator militer/Kediktatoran
konsitusional
Pervez Musharraf Pakistan 1998 2008 Pakistani nasionalismeDiktator militer
Benito Mussolini Kerajaan Italia 1922 1943 Fasisme Diktator militer
Francisco Macías
Nguema
Equatorial
Guinea 1968 1979
Nasionalisme Kediktatoran
konsitusional
Teodoro Obiang
Nguema Mbasogo
Equatorial
Guinea 1979 present
Nasionalisme Kediktatoran
konsitusional
Denis Sassou
Nguesso
Congo 1979 present NasionalismeDiktator militer
Saparmurat
Niyazov
Turkmenistan 1990 2006 Nasionalisme Kediktatoran
konsitusional
Manuel Noriega Panama 1983 1989 Diktator militer
Juan Carlos
Onganía
Argentina 1966 1970 Diktator militer
14
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Park Chung-hee South Korea 1961 1979 Diktator militer
Ante Pavelic
Negara
Independen
Kroasia
1940 1944 Fasisme Diktator militer
Philippe Pétain France 1941 1945 Nationalist/Fasisme Nazisme puppet
regime
Józef Pilsudski Poland 1926 1935 Diktator militer/Kediktatoran
konsitusional
Augusto Pinochet Chile 1973 1990 Kediktatoran militer
Pol Pot Cambodia 1975 1979 Maoisme/Komunisme Kediktatoran
militer
Miguel Primo de
Rivera
Spain 1923 1930 Diktator militer
Emomalii Rahmon Tajikistan 1992 present Nasionalisme Kediktatoran
konsitusional
Efraín Ríos Montt Guatemala 1982 1983 Diktator militer
Gustavo Rojas
Pinilla
Colombia 1953 1957 Diktator militer/Kediktatoran
konsitusional
Vidkun Quisling Norway 1940 1945 Nazi puppet regime
António de
Oliveira Salazar
Portugal 1932 1968 Fasisme/Anti-
Komunisme kediktatoran militer
Santa Anna Mexico 1833 1855 Diktator militer
Than Shwe Myanmar 1992 2011 Diktator militer
Anastasio Somoza
García
Nicaragua 1936 1956 Military/Kediktatoran konsitusional
Luis Somoza
Debayle
Nicaragua 1956 1967 Military/Kediktatoran konsitusional
Joseph Stalin Uni Soviet 1922 1953 Komunis (Stalinisme)
15
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Alfredo Stroessner Paraguay 1954 1989 Anti-Komunisme Diktator militer
Soeharto Indonesia 1967 1998 Anti-komunisme Kediktatoran militer
Syngman Rhee South Korea 1948 1960
Anti-
komunisme/Kediktatoran konsitusiona
l
Josip Broz Tito Yugoslavia 1945 1980 Sosialisme (Titoisme)
Rafael Trujillo
Dominican
Republic 1930 1961
Diktator
militer/Kediktatoran konsitusional
Meles Zenawi Ethiopia 1991 2012 Kediktatoran konsitusional
Todor Zhivkov Bulgaria 1954 1989 Komunisme
Muhammad Zia-
ul-Haq
Pakistan 1978 1988 Diktator
militer/Kediktatoran konsitusional
16
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Analisis Kritis dan Solusi
Analisis Kritis :
Ideologi dictator sepertinya kurang cocok dalam tujuannya memimpin suatu Negara.
Karena dalam ideology tersebut sepertinya masih bertindak secara sewenang-wenangnya dan
sesuai keinginan hati para pemimpin saja. Itu juga tidak sesuai jika para rakyatnya masih
menderita dan tidak mempunyai hak untuk berpendapat. Beberapa pendapat mungkin juga
dapat diperluas mencakup semua realitas rakyat yang sepertinya terbebani dengan ideology
tersebut. Keinginan untuk mempertahankan struktur ekonomi yang juga menguntungkan juga
rentan terhadap ideology tersebut sehingga sulit tampaknya untuk mempertahankan struktur
tersebut. Kualitas pemikiran yang baik dan dapat dicerna oleh akal pikiran manusia juga
mungkin dapat merubah sistem tatanan ideologi yang bersifat dictator menjadi bersifat
demokrasi yang dapat membuat rakyat tidak menderita dan dapat mengeluarkan aspirasi
mereka untuk kepentingan bersama juga.
Solusi :
Dengan kata lain ideologi dictator ini juga sepertinya merugikan banyak pihak dan
hanya menguntungkan beberapa pihak saja, sehingga banyak hal negative yang bermunculan
dan juga dapat terjadi konflik jika ini terus berlanjut tanpa ada solusi yang tepat. Oleh karena
itu menurut kelompok kami, ideologidictator tersebut harus dihapus dan diganti dengan
ideologi yang baru. Tak dapat dipungkiri, mengganti ideology yang telah lama mengakar
dengan ideologi yang baru itu sangat sulit. Namun dengan pola fikir yang baik dan dengan
pengetahuan yang luas serta dengan tekad bersama mungkin hal itu dapat terjadi sehingga
tidak menimbulkan lagi hal negative serta konflik di kalangan masyarakat.
17
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Ideologi Diktator adalah ideology yang dimiliki seorang pemimpin negara
yang memerintah secara otoritarian dan menindas rakyatnya. Biasanya seorang diktator naik
takhta dengan menggunakan kekerasan, seringkali dengan sebuah kudeta. Tetapi ada pula
diktator yang naik takhta secara demokratis. Contoh yang paling terkenal adalah Adolf Hitler
seorang pemimpin partai nazi di jerman dikatakan “Diktator” karena selalu mempunyai
ambisi untuk menguasai, Soeharto di Indonesia yang menerapkan sistem otoritarian dimana
semua kehendak ada pada kendalinya, Josef Stalin dictator dari Uni Soviet yang
memperlakukan saingannya atau siapapun yang tidak sependapat dengannya secara kejam
dan tidak manusiawi, terutama pada masa pembersihan besar-besaran di Uni Soviet yang
memakan banyak korban jiwa.
Namun sistem seperti itu tidak akan berlangsung lama Adolf Hitler dengan kekuatan
militernya akhirnya menyerah ditangan amerika dan sekutunya begitu pula Soeharto di
Indonesia karena pada saat itu Negara mengalami krisis ekonomi semua kalangan yang
awalnya percaya kepadanya pada akhirnya juga menginginkan Soeharto turun seperti yang
dilakukan Demonstrasi para mahasiwa.
Para Filsuf, Ilmuwan dan agamawan memikirkan gimana cara untuk melawan
munculnya lagi Negara-negara yang memiliki Ideologi Diktator atau pemikiran Diktator dan
mencegah adanya pemikiran filsafat agama yang salah. Mereka mengadakan sebuah
konferensi untuk membahas melawan semua Ideologi Diktator yang menurut mereka tidak
pantas untuk diterapkan dalam suatu Negara sebagai bentuk penegakan martabat manusia
melalui perlawanan terhadap Ideologi Diktator.
Menurut Agamawan untuk menghindari Ideologi Diktator harus dilakukan
Musyawarah Mufakat dalam mengambil keputusan karena menurutnya agar semua kalangan
bisa mengeluarkan aspirasinya untuk kemajuan Negara-nya tanpa ada kesewenangan sepihak
sedangkan para Filsuf berpendapat bahwa ada sebuah kekuatan supranatural diluar alam yang
18
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
lebih hebat. Mereka sadar bahwa mereka bisa membedakan, memiliki fokus baru, suara
dalam sesi ilmu pengetahuan alam maupun sosialnya Konferensi Sains, Filosofi, dan Agama
menyatakan pemahaman mereka akan hubungan sains dengan realitas manusia dan
demokrasi.
Para filsuf dan teolog yang mengklaim kebenaran hakiki sebagai mereka prerogative
mengalami kesulitan dalam memahami dan menghargai kesediaan ilmuwan untuk mengubah
pikiran mereka dan mengubah pengetahuan. Dan menurut para pakar di bidang alam ilmu
seperti Dr William E. Ritter dari Universitas California , Dr Philipp Frank dari Harvard , Dr
C. P. Haskins dari Union College , Massachusetts Institute of Technology dan Haskins
Laboratories , Dr Harold D. Lasswell dari Sekolah Washington Psikiatri dan Dr William F.
Al dari Johns Hopkins University sepakat bahwa empirisisme rasional melalui mana ilmu
pengetahuan saat ini memiliki mencapai status yang sekarang adalah prasyarat situs untuk
pembangunan masa depan alam ilmu pengetahuan, sejauh yang kita tahu . oleh rasional
empirisme mereka berarti metode penalaran seluruhnya didasarkan pada data yang dirasakan
oleh indera dan penalaran berturut-turut yang mengarah ke conclusions diverifikasi oleh indra
Saran :
Saran kami, sebagai ilmuwan sudah selayaknya kita mencari metode yang paling tepat
dan relevan dengan permasalahan bangsa dan Negara-nya. Dan menurut hasil diskusi
kelompok kami praktek dan teori para filsuf, ilmuwan, dan agamawan selayaknya
dikombinasikan menjadi teori yang seharusnya di buat paham bernegara supaya Ideologi
Diktator tidak menguasai dalam kehidupan bangsa dan ber-negara karena Ideology Diktator
adalah Ideologi yang hanya menguntungkan salah satu pihak.
Menurut kelompok kami, ideologi t harus dihapuskan dari muka bumi ini, sebab
ideologi seperti ini dapat membuat warga masyarakat dimana negaranya menganut paham ini
menderita dan tidak dapat menyampaikan aspirasi mereka. Sebenarnya keberadaan ideologi
sekuler yang melahirkan demokrasi liberal telah memunculkan kediktatoran gaya baru yang
berlindung di balik baju demokrasi. Para diktator itu juga banyak berlindung di balik HAM.
Hal ini bisa kita saksikan ketika sebuah masyarakat (negara) dengan suara mayoritas
menghendaki tegaknya hukum Islam, maka para diktator (barat) itu dengan berbagai dalih
berupaya untuk menggagalkan yang mereka inginkan.
Sebaliknya, jika dengan demokrasi dan produk turunannya (pemilu) mereka
mendapatkan kemenangan (atau sesuai dengan apa yang mereka inginkan), maka dengan
mati-matian pula mereka akan membelanya.Keadaan ini boleh jadi akan terus berlangsung
hingga akhirnya masyarakat dunia mengetahui bahwa apa yang selama ini berlangsung
bukanlah hakikat dari demokrasi yang banyak mereka pahami, melainkan demokrasi liberal
yang diinginkan oleh barat.
Demokrasi ini adalah sebuah ideologi yang diproduksi untuk membela dan
melindungi kepentingan barat, bukan untuk kepentingan manusia seluruh dunia. Jika kondisi
ini terus berlangsung, maka dengan sendirinya kepercayaan masyarakat dunia hilang hingga
akhirnya demokrasi akan ditinggalkan. Dan nampaknya inilah fenomena yang banyak kita
saksikan terjadi pada negara-negara yang tengah mempraktikkan demokrasi liberal.
19
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Jika periode zaman diktator telah berakhir dengan kemunculan demokrasi sekuler
liberal, lalu ideologi ini juga dengan sendirinya runtuh dengan berbagai sebab yang telah kita
bicarakan di atas, maka konsekuensi yang akan muncul adalah kembalinya khilafah rasyidah
adalah sebuah kepastian, tidak mungkin tidak. Sebagai contohnya adalah Mahdi, seorang
pemimpin muslim yang akan mempraktikkan hukum Islam secara total dalam
kepemimpinannya, maka dengan sendirinya ideologi sekuler dan praktik demokrasi akan
dibersihkan dari wilayah kekuasaannya, dan itu akan terjadi pada seluruh dunia.