review iii thi a-denia ghaisani a-1106016941
TRANSCRIPT
![Page 1: Review III THI a-Denia Ghaisani a-1106016941](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082413/5572120f497959fc0b8ff8e8/html5/thumbnails/1.jpg)
Tugas Review III untuk mata kuliah Teori Hubungan Internasional (Konstruktivis)
NPM : 1106016941Kelas : Hubungan Internasional ASumber : Andrew Linklater, “Historical Sociology” in Burchill S., et.al., Theories of International
Relations, 4th Edition. (New York: Palgrave Macmillan, 2009), pp.136-157
Historical Sociology dan Relevansi nya Terhadap Hubungan Internasional
Historical Sociology fokus pada apa yang disebut "la longue duree", sebuah istilah yang
diciptakan oleh sejarawan Perancis, Braudel, untuk merujuk kepada suatu perkembangan
yang bergerak lambat dan hampir tidak kelihatan sehingga sering diabaikan oleh analisis
masalah profil tinggi kontemporer1. IR’s scholars tertarik dengan sosiologi sejarah justru
karena ia menawarkan bantuan dari apa yang telah digambarkan sebagai 'presentisme' yaitu
konsentrasi jangka pendek cakrawala dan urusan saat ini. Historical Sociology fokus terhadap
2 komponen yaitu: Struktur dan Perubahan. Interest Historical Sociology tidak hanya dalam
menjelaskan proses jangka panjang perubahan tetapi dalam memahami hubungan antara
struktur sosial dan politik dan perilaku sehari-hari2.
Andrew Linklater didalam Artikel "Historical Sociology, mencoba menjelaskan (1)
naiknya pamor sejarah sosiologi di Abad ke 19, (2) menganalisis pendekatan-pendekatan
yang mempengaruhi pemikiran nya pada Abad ke 20 Serta (3) mempertimbangkan yang
berbeda antara berbagai pendekatan yang terfokus pada bagian-bagian yang lebih luas.
Linklater mengatakan bahwa terdapat 3 pendekatan di dalam Historical Sociology.3
Pendekatan yang pertama yaitu era historic atau sistem politik. Pendekatan yang kedua
concern dengan hal pengembangan dunia modern yang semakin pesat beberapa waktu ini.
Lalu pendekatan yang ketiga yaitu rekaman perjalanan sejarah tentang manusia.
Linklater menunjukkan 'transformasi besar modernitas' yang meliputi industrialisasi,
demokratisasi, dll sebagai asal dari sosiologi Eropa. Dalam menggambarkan berbagai
pendekatan historical sociology , Linklater memulainya dengan era ketika material power dan
sistem produksi yang memiliki sorotan sebagai isu utama abad ke-204. Kapitalisme industri
dikatakan menjadi begitu kuat, memiliki hubungan kausal dengan perluasan kekuasaan
negara, termasuk kapasitas dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih kuat di
kedua bidang kebijakan yaitu politik dan ekonomi. Menjadi lebih besar dari sebelumnya,
negara-negara mulai mengejar keuntungan lebih dari satu sama lain. Dengan demikian,
1 Andrew Linklater, “Historical Sociology” in Burchill S., et.al., Theories of International Relations, 4th Edition. (New York: Palgrave Macmillan, 2009), pp 1362 Ibid, page 1443 Ibid,page 1384 Ibid,page 140
1
![Page 2: Review III THI a-Denia Ghaisani a-1106016941](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082413/5572120f497959fc0b8ff8e8/html5/thumbnails/2.jpg)
berangkat dari ide dasar Marx tentang perbedaan kelas, Wallerstein kemudian melihat dunia
sebagai ekonomi dunia kapitalis, dibedakan oleh posisi inti, perifer, dan semi-perifer5.
Wallerstein berpendapat bahwa negara dianggap sebagai instrumen dalam pengaturan
ekonomi global, di mana kekuatan besar cenderung menciptakan ketergantungan negara-
negara Dunia Ketiga. Anderson, di sisi lain, lebih memperhatikan fenomena negara-borjuis
aliansi karena persaingan geopolitik antara negara-negara yang mengarah ke transisi dari
feodalisme ke kapitalisme. Hubungan yang sulit antara 'politik' dan 'ekonomi' pada awal nya.
Mann juga memberikan kontribusi untuk penelitian yang terdiri dari ideologi kekuasaannya
yaitu 'IEMP yang terdiri dari Model', Ekonomi, Militer dan Politik sebagai sarana evolusi di
negara-negara pertama dan kerajaan6. Lalu Giddens pun berargumen pula bahwa dunia yang
modern harus mempunyai beberapaa kelompok pendekatan yang saling ketergantungan yaitu
'four logics': state-building, perang, kapitalisme, dan industrialisasi.
Terakhir yang Linklater sebutkan dalam artikelnya bahwa yang paling membedakan
dalam daftar, 'moralitas dan budaya' sesudahnya identitas, norma, dan nilai-nilai pasti
menjadi konsep yang-menurut Linklater-mempengaruhi bentuk struktur internasional.
Menurut Linklater bukan tidak mungkin untuk mengerti suatu struktur tanpa melihat
interdepensi suatu state dengan melihat juga aspek nilai, norma dan identitas. Interest suatu
state tidak dapat dipisahkan dari norma-norma yang ada. Selain itu Linklater juga
menyebutkan tentang’emotions’ atau emosi. Emosi seperti marah, kasih sayang dan
sebagainya adalah sebagai banyak penyebab sebagai akibat dari perubahan struktural besar
yang terjadi pada tingkat daya dan produksi. Analisis norma-norma global telah menekankan
pentingnya kausal tidak hanya kepentingan material, tetapi juga ide-ide moral dan emosi.
Sosiologi moral telah lama diakui penting. Minat, menurutnya, 'tidak terbentuk secara
terpisah dari struktur normatif, melainkan norma konstitusi yang sangat masuk ke dalam
suatu Negara. "Analisis emosi moral kolektif memberikan sanggahan penting untuk
keyakinan neo-realis bahwa norma-norma mempunyai pengaruh kecil dalam politik dunia.
Linklater menyimpulkan bahwa yang menjadi perhatian utama dari historical sociology
adalah mengerti atas perubahan konfigurasi power domestik dan internasional. Kebanyakan
pendekatan historical sociology sebagian besar tidak berkomitmen kepada Marxis karena
Marx hanya mengungkapkan poin tersebut yang hanya sekedar di interpretasikan namun
tidak ada usaha untuk merubahnya. Dan menurut Linklater, mengapa para scholars hubungan
internasional bisa mendapatkan banyak keuntungan dengan mempelajari historical sociology
karena para scholars dapat dengan mudah mengembangkan pemahaman mereka tentang
5 Andrew Linklater, “Historical Sociology” in Burchill S., et.al., Theories of International Relations, 4th Edition. (New York: Palgrave Macmillan, 2009), page 1416 Ibid,page 141
2
![Page 3: Review III THI a-Denia Ghaisani a-1106016941](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082413/5572120f497959fc0b8ff8e8/html5/thumbnails/3.jpg)
kenaikan dan penyebaran modern-territorial state, hubungan antara kapitalisme dan state-
system serta mempelajari apa pengaruhnya perubahan konsep morality dan legitimasi baik di
level domestik maupun level internasional.
Sejauh ini kita dapat melihat bahwa Linklater telah memberikan wawasan tentang
pertimbangan “historical sociology” pada dampak yang dibagi menjadi sebanyak tiga hal:
materi power dan sistem produksi, budaya dan identitas, juga moralitas dan emosi antara
masyarakat manusia.
Sebagai pembanding, penulis mencoba memaparkan pendapat ahli selain Linklater yaitu
John M. Hubson di dalam bukunya “The Historical Sociology of the State and the State of
Historical Sociology in International Relation", mengatakan ada enam prinsip utama yang
membuat para scholars hubungan internasional mengkaui adanya relevansi hubungan
internasional dengan historical sociology7 :
1. Studi sejarah sangat penting sebagai sarana kritis untuk mengeksplorasi asal-usul institusi
domestik dan internasional modern. Hal ini tertarik untuk memahami proses perubahan, baik
antara sistem (sistem perubahan) dan perubahan dalam sistem (intra-perubahan sistemik).
2. Ada penekanan khusus untuk 'multi-kausalitas' (yaitu pendekatan multi-factor) yang
menegaskan bahwa perubahan sosial dan politik hanya dapat dipahami melalui interaksi
kekuatan ganda.
3. Masyarakat, negara, dan sistem internasional (baik politik dan ekonomi) adalah suatu
komponen yang saling terkait dan tidak dapat terpisahkan.
4. Tidak mungkin untuk berbicara power actors seperti negara yang sepenuhnya otonom dan
bersifat self-constituing.
5. Masyarakat dan politik internasional paling baik dipahami sebagai subyek 'perintah imanen
perubahan dan diskontinuitas.
6. Saat sosio-logis teori negara semakin mendekati pandangan yang lebih tradisional dari negara
sebagai model aktor, sehingga untuk diklaim sebagai politik reduksionis.
Akhirnya, penulis menemukan apa yang menjadi relevansi antara historical sociology dan
hubungan internasional. Menurut John M. Hobson, ada empat sumber yang luas yang membuka
ruang bagi sosiologi sejarah baik secara eksplisit maupun implisit di IR: meningkatnya minat
'perubahan sistem internasional', keinginan untuk mengembangkan teori kritis hubungan
internasional; terbaru teoritis perkembangan dalam IR, dan akhirnya, panggilan eksplisit oleh
7 John M. Hobson in “The Historical Sociology of the State and the State of Historical Sociology in InternationalRelations”, in Review of International Political Economy, Vol. 5, No. 2 (NY: Taylor & Francis, Ltd., 1998), pp. 286-292 accessed from http://www.jstor.org/
3
![Page 4: Review III THI a-Denia Ghaisani a-1106016941](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082413/5572120f497959fc0b8ff8e8/html5/thumbnails/4.jpg)
beberapa untuk dialog antara sosiologi dan sejarah IR. Poin-poin inilah yang tidak ditulis
Linklater dalam artikelnya yang membuat penulis bingung.
Sebagai pendukung pendapat Linklater artikel lain, penulis menggunakan tulisan dari
Charles Tilly. Tilly mengungkapkan hal yang sama dengan Linklater dan Hobson bahwa di era
sekarang ini pendekatan historical sociology sudah meningkat dengan pesat. Tilly
mengungkapkan menganggap bahwa munculnya historical sociology dalam studi hubungan
internasional merupakan akar dari paradigma 'realisme' yang bercokol sebagai kerangka analisis
hubungan internasional yang bersifat dominan. Charles Tilly dan karyanya menyediakan potensi
besar bagi semua orang sama kecewa dengan 'paradigma' yang ada hubungan internasional. Tilly
mengungkapkan bahwa kajian hubungan internasional seharusnya akan lebih baik dikaji dengan
pendekatan historical sociology karena apabila mengkaji suatu kasus dengan melihat historis
yang ada akan lebih memudahkan para scholars dalam memecahkan suatu kasus yang ada8.
Kesimpulannya, banyak para scholars di Hubungan Internasional meyakini bahwa pada
zaman sekarang ini usaha untuk membangun jembatan antara disiplin ilmu hubungan
internasional dengan pendekatan historical sociology sudah semakin meningkat. Karena
kebanyakan para scholars HI menggunakan historical sociology sebagai kajian untuk mengamati
varietas-varietas tentang kehidupan politik internasional yang pendapatnya ditolak oleh
pandangan neo-realis. Linklater, Hobson dan Tilly sepakat dengan hal ini.
8 Charless Tilly in Historical Sociology in Martin Griffiths, Steven C. Roach and M. Scott Solomon, FIFTY KEY THINKERS IN INTERNATIONAL RELATIONS , Taylor & Francis e-Library, 2008 page 375
4
![Page 5: Review III THI a-Denia Ghaisani a-1106016941](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082413/5572120f497959fc0b8ff8e8/html5/thumbnails/5.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Linklater,Andrew. “Historical Sociology” in Burchill S., et.al., Theories of
International Relations, 4th Edition. (New York: Palgrave Macmillan, 2009),
pp.136-157
M. Hobson,John in “The Historical Sociology of the State and the State of
Historical Sociology in InternationalRelations”, in Review of International
Political Economy, Vol. 5, No. 2 (NY: Taylor & Francis, Ltd., 1998), pp. 286-292
accessed from http://www.jstor.org/
Tilly,Charles, in Historical Sociology in Martin Griffiths, Steven C. Roach and M.
Scott Solomon, FIFTY KEY THINKERS IN INTERNATIONAL RELATIONS ,
Taylor & Francis e-Library, 2008
5