review 1 teori hubungan internasional a 1106016941
TRANSCRIPT
![Page 1: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/1.jpg)
Tugas Review I untuk mata kuliah Teori Hubungan Internasional 1 (Realisme)
NPM : 1106016941
Kelas : Hubungan Internasional A
Sumber : Schweller,R. (1995). Bandwagoning for Profit : Bringing the Revisionist State Back
In. In M.Brown,S. Lynn Jones, & S. Miller, The Perils of Anarchy: Contemporary
Realism and International Security ( pp 72-107). The Mitt Press.
Sistem internasional di dunia sekarang ini yang menurut Kenneth N Waltz adalah suatu
keadaan yang anarki membuat Negara-Negara di dunia ini menjadi dilema harus beraliansi kepada
pihak yang lemah agar mendapat banyak dukungan atau harus berpihak kepada pihak yang kuat
agar kejayaan suatu Negara tetap terjaga? Karena pada masa sekarang ini, permasalahan tentang
bagaimana suatu Negara akhirnya memilih untuk berpihak dalam konflik telah memicu perdebatan
teoritis. Schweller dalam jurnal nya Bandwagoning for Profit : Bringing the Revisionist State Back
In mengungkapkan tentang kontroversi perdebatan suatu Negara, Apakah suatu Negara akan
mengambil sikap untuk menjadi balancing atau bandwagoning? Menurut Schweller, telah terjadi
kekeliruan selama ini atas perdebatan balancing dan bandwagoning. Karena bagi Schweller tujuan
balancing dan bandwagoning adalah bukan untuk mendapatkan security yang lebih aman terlebih
lagi masing masing konsep tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan dari balancing
menurut Schweller adalah sebagai self-preservation dan perlindungan nilai-nilai yang sudah
dimiliki, Sedangkan tujuan dari bandwagoning itu sendiri adalah sebagai self-extension dan
mendapatkan nilai-nilai yang ingin dicapai.1 Selain menjelaskan perdebatan tentang balancing dan
bandwagoning, Schweller membahas tentang mengapa Negara melakukan bandwagoning bukan
malah melakukan balancing.dan tidak lupa Schweller mengkritik definisi bandwagoning menurut
Walt. Selain itu Schweller juga mengkritik teori yang diciptakan oleh Stephen Walt yaitu balance
of threat theory. Penulis juga akan membandingkan pemikiran Schweller dengan Stephen Walt dan
Sweeney & Fritz yang memiliki pandangan sedikit berbeda tetapi masih saling terkait. Selanjutnya
penulis akan menganalisis persamaan dan perbedaan dari ketiga pemikiran tersebut, lalu
memberikan argumen penulis mengenai topik tersebut.
Menurut Schweller,balancing adalah Negara kuat berkoalisi dengan Negara-negara lemah
untuk mendapatkan suatu dukungan agar Negara lain merasa terancam jika koalisi ini semakin
meningkat . Sedangkan, bandwagoning adalah koalisi yang dilihat dari perspektif negara lemah.
Dalam sistem internasional yang anarkis, negara yang berada di dekat atau di antara superpower
“mengekor” kepada salah satu negara superpower tersebut agar kepentingan dan keamanan
1Randall, Schweller. (1995). Bandwagoning for Profit : Bringing the Revisionist State Back In. In M.Brown,S. Lynn Jones, & S. Miller, The Perils of Anarchy: Contemporary Realism and International Security . The Mitt Press.Page 74
1
![Page 2: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/2.jpg)
nasionalnya terjamin. Di dalam jurnal nya, Schweller mengkritik definisi bandwagoning yang
dikemukakan oleh Stephen Walt. Scheweller mengkritik definisi bandwagoning menurut Walt
karena menurut Schweller definisi yang disampaikan Walt berasal dari bentuk umum dan
merefleksikan status quo bias. Walt mendefinisikan bandwagoning mengacu kepada teori yang di
buatnya yaitu balance of threat theory. ketika dihadapkan dengan ancaman eksternal yang
signifikan, baik negara dapat melakukan balancing atau bandwagoning. balancing didefinisikan
sebagai bersekutu dengan Negara lain terhadap ancaman yang berlaku, sedangkan bandwagoning
mengacu pada keselarasan dengan sumber bahaya. Dengan definisi ini Walt memposisikan
balancing dan bandwagoning sebagai hal yang beroposisi atau berlawanan. Dan hal ini lah yang di
tentang oleh Schweller. Menurut Schweller, bandwagoning dan balancing adalah bukan sesuatu
yang berlawanan. Motivasi suatu Negara melakukan bandwagoning sama sekali berbeda dengan
balancing. Tujuan bandwagoning berakhir hanya untuk membuat keuntungan sedangkan balancing
hanya untuk masalah security dan selalu berhubungan dengan cost.
Namun Schweller setuju dengan pendapat Walt yang menyatakan bahwa kepemilikan
power oleh sebuah negara akan mengancam keamanan dan kepentingan nasional negara-negara lain
terutama yang berada di sekitarnya. Schweller juga sepakat dengan Walt tentang sumber-sumber
ancaman bagi negara.2 Pertama, aggregate power. Jenis ancaman ini berasal dari level atau jumlah
relative power yang dimiliki oleh suatu negara. Semakin besar kekuatan yang dimiliki seperti
populasi, industri, militer, teknologi, dan lain sebagainya, akan semakin besar potensi ancamannya
bagi negara lain. Kedua, geography proximity. Semakin dekat dekat jarak sebuah negara, semakin
besar potensi ancaman yang dimiliki bagi negara lain. Ketiga, offensive power. Negara yang
memiliki kapabilitas militer kuat lebih memprovokasi terjadinya aliansi dalam sistem daripada
negara yang kemampuan militernya lemah atau yang militernya hanya untuk pertahanan diri.
Keempat, offensive intention. Negara yang agresif selalu memicu terbentuknya aliansi negara-
negara lain. Keempat sumber ancaman tersebut merupakan kondisi-kondisi yang menggiring
negara-negara dalam sistem internasional untuk menjadi balancing atau melakukan bandwagoning.3
Mengapa pada akhirnya suatu Negara memutuskan untuk melakukan bandwagoning bukan
nya melakukan balancing ? Walt mengatakan terdapat 2 alasan yang kemudian alasan yang pertama
Schweller menyetujui nya namun pada alasan yang kedua Schweller mengkritiknya. Alasan yang
pertama adalah untuk menghindari serangan. Suatu Negara memutuskan untuk berkoalisi dengan
pihak yang lebih kuat karena adanya alasan keselamatan dan kelangsungan hidup suatu Negara
yang bisa terjamin apabila mereka bergantung kepada pihak yang menang. Sumber bahaya terbesar
bagi negara tidak datang dari satu sisi atau yang lain tetapi dari konsekuensi berada di pihak yang
2 Ibid,page 753 Ibid,page 76
2
![Page 3: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/3.jpg)
kalah. Alasan yang kedua adalah untuk mendapatkan spoils of victory. Negara menjalin koalisi
dengan negara lain yang kekuatannya lebih dominan agar mendapatkan the spoils of victory dalam
melawan negara atau aliansi lain baik berupa territorial maupun pengaruh. Namun Schweller sedikit
berargumen bahwa alasan ini mengingkari teori yang diciptakan oleh Walt sendiri yaitu balancing
dan bandwagoning yang dipandang sebagai respon atas adanya ancaman bukan nya sebagai
ketidakseimbangan power. Menurut Schweller, bandwagoning adalah bentuk umpan balik yang
bersifat positif. Sebaliknya, tujuan dari perilaku balancing adalah untuk mencegah
ketidakseimbangan sistemik atau ketika pencegahan gagal, untuk mengembalikan keseimbangan
dunia. Dan balancing ini dianggap oleh Schweller sebagai bentuk feedback yang bersifat negatif.
Namun hal ini tidak mensuggest bahwa efek dari bandwagoning adalah hal yang selalu diinginkan.
Hal ini bergantung kepada keteraturan atau order yang ada.
Jika ditandai dengan konflik Schweller percaya bahwa bandwagoning dapat meningkatkan
prospek perdamaian yang lebih tahan lama. Schweller mengatakan ada 3 jenis bandwagoning.4
pertama, jackall bandwagoning. Bandwagoning ini dilakukan dengan cara menaikkan ekspansi
Negara atau koalisi yang berusaha untuk menggulingkan status quo sehingga bisa menurunkan
kemampuan sistem. sebaliknya, "pilling on" bandwagoning dengan koalisi Status quo yang kuat
sehingga bisa meningkatkan kemampuan sistem. Tujuan bandwagoning ini termotivasi oleh adanya
harapan munculnya prospek mendapatkan keuntungan yang besar. Di sinilah letak perbedaan
mendasar antara bandwagoning dan balancing. bandwagoning jarang melibatkan biaya dan
biasanya dilakukan dengan harapan keuntungan.5 Ini adalah alasan mengapa bandwagoning lebih
umum, sehingga Schweller bisa mematahkan pendapat Walt yang mengatakan bahwa balancing
lebih umum daripada bandwagoning.
Schweller percaya bahwa negara melakukan bandwagoning dengan menghitung sisi positif
yang apabila mereka bergabung menjadi satu aliansi akan menghasilkan manfaat yang lebih bagi
mereka serta Negara tersebut bisa terlepas dari ancaman. Schweller juga berpendapat bahwa negara,
dibagi dengan 4 jenis (Lion, Wolf, Jackal, dan Lambs) dan memiliki niat yang berbeda dalam
aliansi dan tidak semua jenis negara terutama berusaha untuk memaksimalkan kekuatan mereka
tetapi hanya hanya untuk bertahan hidup dan melestarikan apa yang mereka sudah mendapat,
kecuali Jenis singa dan jenis Wolf, Negara yang berusaha untuk memaksimalkan kekuatan mereka
dengan mempertaruhkan keamanan mereka sendiri6.
Menurut Schweller, Teori Walt mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang tidak
mampu dijelaskan oleh teori Balance of Power. Teori Walt adalah teori yang mengesankan dan bisa
menyanggah teori Balance Of Power. Namun, perdebatan tentang teori Balance of Threat ini
4 Ibid, Page 935 Ibid,page 936 Ibid,Page 100
3
![Page 4: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/4.jpg)
tetaplah ada. Dalam mengkritik teori ini, Schweller mengambil pembanding lain yaitu pendapat dari
Robert Kaufman dan Deborah Larson. Menurut Robert Kaufman dalam jurnal yang ditulis
Schweller, demokrasi tidak berperilaku sebagai keseimbangan teori yang bisa memprediksi
ancaman di masa yang akan datang karena adanya kendala dari berbagai tujuan domestik7. Lalu
Deborah Larson berkata hal lain. Larson dalam jurnal Schweller mengungkapkan bahwa ia
menawarkan pendekatan institusionalis dalam menjawab perdebatan, mengapa terkadang Negara
kuat cenderung bersikap bandwagon dan Negara lemah terkadang bersikap balance? Menurut
Larson, bandwagoning bisa membantu Negara yang lemah, mempertahankan otoritas dengan
mengakhiri subversi eksternal, merusak rival domestik dan memberikan bantuan ekonomi.8 Setelah
menganalisis ketiga pendapat tersebut, Schweller juga memberikan opininya. Menurut Schweller,
teori Walt memprediksi sebagian besar kasus bandwagoning yang notabene berisi tentang kritik
atribut sumber-sumber dalam negeri. Negara dengan pemimpin yang tidak sah, lembaga pemerintah
yang lemah, dan sedikit kemampuan untuk memobilisasi sumber daya ekonomi adalah negara
lemah yang cenderung ber bandwagoning9. Menurut pandangan Schweller,ia tidak sepaham dengan
Walt yang berkata bahwa balancing lebih umum daripada bandwagoning. Karena bagi Schweller
bandwagoning yang lebih umum dibandingkan balancing.
Pendapat Schweller yang menyetujui tentang suatu Negara yang memutuskan melakukan
bandwagoning tidak dididukung oleh Stephen Walt. Walt percaya bahwa balancing lebih
menawarkan keamanan yang lebih10. Selain itu balancing menurut Walt lebih bersifat rasional dan
tingkat resiko yang lebih rendah daripada bandwagoning. Menurut Walt, potensial untuk dikhianati
oleh Negara lain juga sedikit jika suatu Negara melakukan balancing. Selain itu, balancing berarti
menempatkan negara sebagai salah satu yang menonjol sehingga Negara-Negara lain yang lemah
bisa menjadi aliansi sehingga suatu Negara yang kuat bisa meningkatkan pengaruh terhadap
Negara lemah yang lainnya dan hasil yang akan didapat adalah Negara kuat tersebut akan
mendapatkan lebih banyak kekuatan dan sumber daya untuk mengatasi suatu ancaman11.
Sebaliknya, menurut Walt tindakan bandwagoning adalah hanya sebagai suatu aksi untuk
menunjukan kehebatan Negara yang mempunyai kekuatau yang besar terhadap Negara yang lemah.
Dengan demikian aksi ini membuat bandwagoner hanya mengikuti suatu Negara yang
mendominasi dan hanya bisa berharap bahwa aliansinya akan bersikap baik dan netral. Namun jika
aliansi nya memiliki niat lain atau mengkhianati kebaikan nya, kemudian Negara yang menjadi
bandwagoner akan merasa hanya diperalat oleh Negara yang kuat.Hal inilah yang menyebabkan
7 Schweller,R. (1995). Bandwagoning for Profit : Bringing the Revisionist State Back In. In M.Brown,S. Lynn Jones, & S. Miller, The Perils of Anarchy: Contemporary Realism and International Security. The Mitt Press. Page 768 Ibid,Page 779 Ibid,Page 7810 Walt, Stephen M. Spring 1985. Alliance Formation and The Balance of World Power, dalam International Security. Vol.9, No.4 Page 20
11 Ibid,Page 25
4
![Page 5: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/5.jpg)
mengapa Walt lebih setuju terhadap balancing karena bandwagoning lebih berisiko daripada
balancing.
Walaupun Walt tidak setuju dengan ada nya bandwagoning, namun Kevin Sweeney dan
Paul Fritz menyetujui nya sesuai dengan apa yang Schweller katakan. Menurut Sweeney dan Fritz,
mereka menguji apa yang selalu diperdebatkan oleh para scholars dalam studi hubungan
internasional. Para ahli hubungan internasional telah lama berpendapat bahwa Negara kebanyakan
melakukan balancing daripada melakukan bandwagoning. Sementara argumen ini telah diterima
oleh sebagian orang , Namun Sweeney dan Fritz melakukan penelitian dan menemukan fakta
terbaru bahwa Negara – Negara adalah sebagai mungkin untuk bersekutu dengan pihak yang lebih
kuat karena mereka harus bersekutu menentangnya. Mereka menjelaskan penemuan ini dengan
menyatakan bahwa suatu Negara yang kuat akan memilih aliansi mereka berdasarkan interest
Negara mereka masing-masing, bukan karena pembagian kekuasaan dalam sistem12. Untuk
memperkuat argumen ini Sweeney dan Fritz menyajikan hasil statistik yang berasal dari sampel
antara 1816 dan 1992. Sepanjang, hasil analisis yang dilakukan oleh Sweeney dan Fritz
menunujukan bahwa interest setiap Negara di zaman sekarang ini menjelaskan bahwa
bandwagoning lah cara yang harus di tempuh oleh setiap Negara agar suatu Negara tersebut bisa
bertahan. Banyak ahli hubungan internasional mengatakan bahwa bandwagon akan membuat suatu
sistem internasional menjadi lebih berbahaya. Meskipun begitu, Sweeney dan Fritz berargumen
bahwa bandwagon adalah hal yang baik berdasarkan status quo suatu Negara. Berdasarkan
penelitian nya, Sweeney dan Fritz menemukan suatu fakta bahwa jika suatu Negara sedang berada
di dalam status quo, maka Negara tersebut akan melakukan bandwagon bersama-sama dengan
Negara-negara lain untuk berkoalisi dan melindungi apapun yang Negara itu miliki. Perdebatan ini
sudah terjadi sejak berakhirnya perang dingin. Namun Sweeney dan Fritz yakin bahwa suatu
Negara akan bersama sama berkoalisi apabila interest Negara mereka similar. Dan Sweeney dan
Fritz mengungkapkan bahwa dua variabel penting seperti threat dan security yang selama ini
dicurigai sebagai hal yang paling berpengaruh dalam suatu Negara melakukan bandwagoning
ternyata hanya mewakili sebagian kecil alasan Negara mewakili bandwagoning13.
Salah satu alasan mengapa mengejutkan untuk menemukan bandwagoning menjadi
umum di antara negara-negara yang kuat, Sweeney dan Fritz menunjukannya bahwa, jika ada
negara cenderung untuk melakukan bandwagoning itu adalah karena suatu Negara dengan kekuatan
lemah yang tak punya pilihan kecuali untuk melakukan bandwagoning. Hal ini memungkinkan
menjadi hal yang umum bandwagoning di antara negara-negara yang lemah daripada di antara
negara-negara yang kuat. Menurut Sweeney dan Fritz, keadaan bandwagoning bisa membuat
12 Kevin,Sweeney. Paul,Fritz. Jumping on the Bandwagon: An Interest-Based Explanation for Great Power Alliances. Source: The Journal of Politics, Vol. 66, No. 2 (May, 2004), published by: Cambridge University Press on behalf of the Southern Political Science Association Stable Page 43313 Ibid,page 441
5
![Page 6: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/6.jpg)
Negara memajukan keamanan dan kepentingan nonsecurity Negara tersebut, membuatnya sama
sekali tidak mengejutkan bahwa Negara akhirnya lebih sering bergabung dengan sisi yang lebih
kuat14. Ini adalah pertimbangan kepentingan pertama yang mendorong pembentukan aliansi.
Dengan menganalisis ketiga pendapat tersebut, penulis menganalisis persamaan dan
perbedaan dari pandangan Schweller, Walt dan Sweeney&Fritz. Persamaan dari ketiga analisis
tersebut bahwa sistem internasional itu berubah lalu dibutuhkan suatu hal yang membuat sistem
internasional itu tidak menjadi anarchy. Dan ketiga tokoh tersebut percaya bahwa kepemilikan
power oleh sebuah negara akan mengancam keamanan dan kepentingan nasional negara-negara lain
terutama yang berada di sekitarnya. Schweller juga sepakat dengan Walt tentang sumber-sumber
ancaman bagi negara. Namun perbedaan pandangan mereka adalah bagaimana suatu Negara
menempatkan posisinya dalam sistem internasional tersebut. Schweller dalam memandang
bandwagon sebagai suatu hal yang dilakukan Negara untuk “mengekor” kepada Negara yang lebih
kuat karena hal tersebut jarang melibatkan biaya dan biasanya dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan. Bagi Schweller walaupun “mengekor” dan terkesan tidak mandiri namun keselamatan
dan keamanan Negara adalah hal terpenting di saat ini. Walaupun Schweller menentang pendapat
Walt yang lebih menekankan unsur balancing, mungkin dikarenakan adanya perbedaan dimensi
waktu Schweller dan Walt menganalisisnya. Schweller menganalisis masalah ini setelah perang
dingin berakhir yaitu tahun 1994 disaat kekuatan dunia bertumpu hanya kepada Amerika Serikat
sedangkan Walt membuat analisis ini saat tahun 1985 dimana sistem internasional saat itu bipolar
yaitu adanya dua kubu yang saling bersaing memperebutkan kekuasaan yaitu kubu Amerika Serikat
dan kubu Uni Soviet dimana pada saat masa itu balancing atau berkoalisi dengan Negara-negara
lemah demi mendapatkan keuntungan dan dukungan adalah hal yang selayaknya dilakukan. Dari
dimensi waktu ini saja sudah berbeda. Sehingga konteks balancing menurut Walt sudah tidak
relevan lagi. Karena tidak munafik di zaman sekarang ini security adalah hal yang terpenting. Lebih
baik menjadi seorang followers tetapi Negara tersebut aman daripada sibuk untuk mencari koalisi
dengan Negara-negara lemah namun integrasi dalam Negara tersebut tidak cukup kuat. Pendapat
Sweeney dan Fritz pun menguatkan pendapat Schweller yang mengatakan bahwa bandwagoning
adalah jalan terbaik saat ini. Sweeney dan Fritz membuktikan nya dengan beberapa eksperimen
yang ternyata hasilnya pun menunjukan bahwa bandwagoning adalah hal yang terbaik yang
dilakukan Negara saat ini.
Penulis lebih cenderung setuju kepada pendapat Schweller, Sweeney dan Fritz yang lebih
menekankan bahwa bandwagoning adalah hal yang harus dilakukan Negara pada zaman sekarang
ini. Mengapa? Karena dizaman globalisasi seperti ini Negara yang cenderung untuk melakukan
balancing menjadi suatu hal yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Karena apabila suatu Negara 14 Ibid,page 442
6
![Page 7: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/7.jpg)
melakukan balancing maka mereka akan bersekutu dengan Negara-Negara lemah agar mendapatkan
suatu dukungan. Mungkin pada saat era perang dingin seperti yang dikatakan oleh Walt kondisi
balancing ini masih bisa menjadi suatu hal yang relevan untuk suatu Negara karena saat perang
dingin mencari dukungan Negara- Negara lain adalah hal yang terpenting. Karena pada saat itu
terdapat dua kubu utama yaitu kubu USA dan kubu Uni Soviet. Namun ketika perang dingin usai,
dan kekuatan Uni Soviet mulai pudar kekuatan dunia menjadi bertumpu kepada Amerika Serikat.
Dewasa ini, banyak Negara yang akhirnya ber bandwagon kepada Amerika Serikat karena suatu
Negara x berfikir agar Negara nya aman dan kesejahteraan masyarakatnya terjaga lebih baik
“mengekor” saja ke Negara yang lebih kuat agar bisa terhindar dari ancaman yang suatu saat bisa
mengancam Negara x tersebut. Karena saat ini USA lah satu satunya aggressor yang memimpin
sistem internasional saat ini. Sehingga sampai saat ini banyak Negara yang tunduk terhadap
Amerika Serikat.
Interest suatu Negara pada sekarang ini terfokus pada hal security. Jika suatu Negara
melakukan balancing, maka akan menimbulkan Negara lain untuk menguatkan security Negara nya
karena takut Negara nya akan terancam. Tidak bisa dipungkiri dengan segala macam masalah yang
sangat kompleks yang terjadi di dunia saat ini, memaksa Negara untuk melakukan bandwagon.
Betapa tidak? Untuk bertahan dari serangan ancaman dan suatu Negara tersebut dan mengetahui
bahwa kekuatan Negara nya tidak sekuat Negara lain maka hal yang paling relevan dilakukan
adalah beraliansi dengan Negara lain yang lebih kuat dan menjadi pengikut Negara tersebut.
Daripada melakukan hal ekstrem walaupun sebenarnya kita tidak mau “mengekor” namun keadaan
yang memaksa suatu Negara demi terwujudnya interest dan security yang menjanjikan. Walaupun
menjadi bandwagoner terdapat juga resiko yang berat seperti dikhianati oleh Negara yang lebih
kuat namun tetap sebagai Negara Negara yang beraliansi trust adalah suatu hal yang harus dijaga
setiap Negara di dunia ini. Apabila trust antar Negara tidak dijaga, maka dunia ini pasti akan
menjadi anarchy.
Kesimpulannya, bandwagoning adalah suatu hal yang tepat dilakukan oleh suatu Negara
di masa globalisasi seperti ini. Karena tidak munafik di masa sekarang ini dimana masalah semakin
pelik dan kompleks, Negara cenderung untuk “mengekor” kepada Negara super power agar
keamanan Negara nya terjamin. Sekarang, Negara di dunia ini cenderung berbandwagoning kepada
Amerika Serikat karena USA lah satu-satunya aggressor sementara di dunia ini.
7
![Page 8: Review 1 Teori Hubungan Internasional a 1106016941](https://reader030.vdocuments.site/reader030/viewer/2022013108/557211d0497959fc0b8f882c/html5/thumbnails/8.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Schweller,R. (1995). Bandwagoning for Profit : Bringing the Revisionist State Back In. In
M.Brown,S. Lynn Jones, & S. Miller, The Perils of Anarchy: Contemporary Realism and
International Security ( pp 72-107). The Mitt Press.
Sweeney,Kevin. ,Fritz,Paul. Jumping on the Bandwagon: An Interest-Based Explanation for Great Power Alliances.
Source: The Journal of Politics, Vol. 66, No. 2 (May, 2004), published by: Cambridge
University Press on behalf of the Southern Political Science Association Stable Page 428-229
Walt, Stephen M. Spring 1985. Alliance Formation and The Balance of World Power,
dalam International Security. Vol.9, No.4: 3-43.
Waltz, Kenneth N. 1979. Theory of International Politics. Philippines: Addison-Wesley
Publishing Company, Inc.
8