resume rph.doc
TRANSCRIPT
A. Rumah Pemotongan Hewan Ayam (RPH-A)
Proses penyembelihan ayam meliputi :
1. Sortasi dan Pencucian
Sortasi atau seleksi bertujuan memisahkan ayam yang layak dan tidak
layak untuk dipasarkan dan untuk memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah atau pasar. Setelah sortasi, beberapa ayam
tersebut dimasukkan ke dalam keranjang agar tidak berkeliaran saat
melakukan proses selanjutnya. Menurut buku pedoman produksi dan
penanganan daging ayam yang higienis bahwa jumlah ayam dalam satu
keranjang tidak terlalu penuh. Apabila terlalu penuh akan menyebabkan
ayam susah bernafas dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi.
2. Penggantungan
Penggantungan dilakukan yang bertujuan agar bakteri dapat jatuh ke
bawah sehingga bakteri yang bersifat patogen keluar dari daging ayam
tersebut. Alat penggantungnya menggunakan sistem rel berjalan.
Berdasarkan literatur buku pedoman produksi dan penangan ayam yang
higienis adalah ayam sebaiknya dipotong dalam posisi digantung, dengan
kepala dibawah agar darah dapat keluar sampai habis pada saat setelah
proses penyembelihan .
3. Pembersihan
Pembersihan dilakukan untuk membersihkan kotoran yang masih
menempel pada permukaan tubuh ayam. Pada proses pembersihan, ayam
masih dalam keadaan hidup.
4. Pembiusan atau Pemingsaan
Karena RPH-A yang menggunakan sistem rel berjalan maka alat
pemingsanan atau pembiusan (stunner) dengan mesin yang menggunakan
media air yang menggunakan listrik. Tujuan pembiusan atau pemingsanan
adalah untuk membuat ayam tidak sadar sebelum dilakukan
penyembelihan, sehingga dapat mengurangi rasa sakit, mempermudah
proses penyembelihan dan mempercepat proses pengeluaran darah.
Setelah ayam pingsan, maka harus segera diikuti dengan proses
penyembelihan. Berdasarkan literatur buku pedoman produksi dan
penangan ayam yang higienis, pemingsanan ayam dilakukan dengan air
panas yang dialiri aliran listrik 15-25 volt, 0,1-0,3 ampere, 5-10 detik pada
ayam yang dipotong. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemingsanan
adalah ayam tidak sampai mati sebelum disembelih. Waktu pulih setelah
pemingsanan 45 detik, dengan artian apabila setelah 45 detik dipingsankan
dan ayam tidak disembelih maka ayam kembali berdiri.
5. Penyembelihan
Penyembelihan harus segera dilakukan sesaat ayam tersebut pingsan.
Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam dan bersih
sehingga penyembelihan hanya dilakukan sekali sayat untuk memotong.
6. Penirisan Darah
Kesempurnaan pengeluaran darah sangat berpengaruh terhadap daging
ayam yang dihasilkan. Ayam sebaiknya dipotong dalam posisi digantung,
dengan kepala dibawah agar darah dapat keluar sampai habis. Berdasarkan
literatur buku pedoman produksi dan penangan ayam yang higienis, untuk
RPH-A, yang menggunakan sistem rel berjalan, waktu antara
penyembelihan sampai masuk ke air panas (scalder) haruslah
diperhitungksn dengan benar (rata-rata waktu untuk pengeluaran darah
ayam sampai sempurna adalah 3-5 menit).
7. Perendaman dalam Air Panas
Perendaman ayam yang telah dipotong dalam air panas bertujuan untuk
mempermudah pencabutan bulu. Di RPH-A modern, bak perendaman air
panas sudah menggunakan sistem steam pada sistem tersebut, ayam yang
digantung dalam rel berjalan akan masuk secara otomatis ke dalam scalder
dengan waktu dan suhu yang telah diatur.
8. Pencabutan Bulu
Secara garis besar pencabutan bulu dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan menggunakan mesin dan secara manual dengan menggunakan
tangan. Karena melihat kurang efisien dan menguras banyak waktu jadi
RPH-A modern menggunakan mesin pencabut bulu secara otomatis.
9. Pengeluaran Jeroan
RPH-A modern pada saat pengeluaran jeroan dilakukan dengan
menggunakan mesin pengeluar jeroan secara otomatis. Proses pengeluaran
jeroan melalui beberapa tahap, meliputi :
a. Pemotongan kaki ayam
b. Pembuatan irisan pada anus sehingga jeroan dapat dikeluarkan
c. Pemotongan kepala dan leher pada batas badan, sehingga saluran
pernapasan dan saluran makanan ikut terpotong
d. Pembersihan atau pencucian dengan penyemprotan pada karkas
e. Pemotongan sayap
f. Pemotongan dada dan paha karkas menjadi dua bagian
10. Pemeriksaan postmortem
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengeliminasi kelainan-kelainan pada
karkas sehingga karkas tersebut aman dan layak dikonsumsi.
Potensi meningkatnya masyarakat dalam mengkonsumsi kebutuhan
daging, dimanfaatkan oleh para pelaku usaha RPH (Rumah Pemotongan Hewan).
Namun, perkembangan usaha tersebut tidak diimbangi dengan aspek higiene-
sanitasi, bahkan telah mengabaikan hak konsumen mendapatkan pangan yang
aman dan layak konsumsi. RPH sapi tempatnya membutuhkan ruang yang sangat
luas dalam penanganannya. Proses penyembelihannya adalah sebagai berikut :
1. Pemberian Label
Perlakuan ini dalakukan untuk mengetahui kelayakan hewan tersebut
produktif untuk disembelih. Pelabelan pada hewan ternak terdapat pada
telinga hewan.
2. Digiring menuju tempat penyembelihan
Sapi setelah melalui tahap pemberian label kemudian sapi digiring sesuai
jalurnya untuk memasuki tempat penyembelihan. Penggiringan tersebut
agar sapi tidak bingung, karena jika sapi stres maka berpengaruh pada
kualitas dagingnya. Menurut buku prosedur standar operasional untuk
kesejahteraan ternak bahwa jika meninggalkan sapi dalam waktu yang
lama dalam jalur ternak dapat mengurangi bobot karkas dan kualitas
daging.
3. Penyembelihan
Proses penyembelihan dilakukan dengan bantuan manusia dan menganut
ajaran islam sehingga dagingnya tentu merupakan daging yang halal. Sapi
memasuki suatu ruang dimana terdapat alat pengekangan kepala agar
kepala sapi dapat mendongak ke atas, kemudian pekerja yang ahli dalam
penyembelihan segera menyembelih sapi tersebut dengan cepat. Menurut
buku prosedur standar operasional untuk kesejahteraan ternak bahwa jika
tidak dilakukan dengan cepat maka akan memperburuk pendarahan sapi
dan pisau yang digunakan untuk menyembelih sapi harus cukup panjang
sehingga ujung pisau tetap berada diluar daerah sayatan.
4. Penggantungan
Penggantungan dilakukan bertujuan untuk mempermudah pengulitan dan
pengambilan tanduk pada sapi. Selain itu, agar bakteri dapat jatuh ke
bawah sehingga bakteri yang bersifat patogen keluar dari daging sapi
tersebut.
5. Pengambilan tanduk
Proses pertama pada saat pengambilan tanduk adalah pengulitan pada
bagian kepala sapi terlebih dahulu, kemudian pengambilan tanduk dengan
cara dicatut meggunakan alat pencatut besar. Pengambilan tanduk ini
dilakukan karena bagian tanduk sapi tidak dibutuhkan sehingga perlu
dihilangkan. Setelah pengambilan tanduk dilanjut dengan pengambilan
kepala sapi dimana hal ini dilakukan karena bagian kepala juga tidak
diperlukan lagi.
6. Pengulitan
Pada RPH sapi, pengulitan dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama,
sapi disayat kulitnya dengan menggunakan pisau tajam pada bagian yang
mudah disayat. Tahap kedua, kulit sapi yang sudah tersayat sebagian
kemudian dijepit pada alat seperti penggulung lalu alat tersebut diaktifkan
dan bergerak ke bawah sehingga kulit sapi tertarik dan kulit sapi tergulung
pada mesin tersebut. Hal tersebut membuat daging sapi terpisah dari
kulitnya.
7. Pengeluaran Jeroan
Pemotongan daging sapi diawali dengan pemotongan bagian perut sapi
menggunakan alat mesin. Tujuannya untuk mengeluarkan bagian isi perut
sapi yang tidak diperlukan. Kemudian daging sapi dipotong menjadi dua
bagian dan hasil dari pemotongan tersebut diperiksa kembali yang
mungkin masih tersisa bagian sapi yang tidak diperlukan.
8. Pembersihan Daging
Sebelum daging melalui tahap pembersihan, daging sapi diperiksa untuk
kelayakan dalam penyimpanannya. Daging sapi kemudian diberi cap pada
bagian tertentu dan dilanjut pada tahap pembersihan daging yang mana
daging sapi digeser pada tempat penyemprotan agar daging sapi bersih.
Pembersihan daging bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa darah pada
daging tersebut.
9. Pemotongan Daging
Setelah tahap pembersihan selesai, selanjutnya pemotongan daging
menjadi beberapa bagian dalam skala besar dan diberi cap kembali pada
bagian daging tertentu. Kemudian pemisahan daging dengan tulangnya
secara manual. Hal ini dilakukan karena tulang sapi besar sehingga
membutuhkan ketelitian yang tepat dalam penanganannya. Tahap
pemotongan daging berikutnya ,daging dipotong dalam skala kecil (sesuai
ketentuan untuk dikemas).
10. Pengemasan
Daging yang telah dipotong dalam skala kecil tersebut (sesuai ketentuan
untuk dikemas) kemudian memasuki tahap pengemasan yang mana daging
dikemas dalam plastik dan dipres. Selanjutnya, sebelum dikemas dalam
kardus, daging tersebut ditimbang terlebih dahulu mengupayakan standar
yang akan dipasarkan. Setelah itu dikemas dalam kardus dan diberi label.
11. Ejing
Daging-daging yang ada didalam kardus kemudian disimpan (ejing).
Namun kardus-kardus daging tersebut diperiksa kembali untuk mendeteksi
daging yang mungkin terdapat mikroba patogennya. Kemudian diberi
label kembali dan dari beberapa kardus tersebut ditumpuk menjadi satu
dan disimpan (ejing). Dari sini pemasaran daging halal dimulai pada
wilayah tertentu.