resume mikrobiologi
TRANSCRIPT
TUGAS MIKROBIOLOGI
Disusun oleh :Luchan Syella Samudra
NIP.P07131011 019
Semester / Program : III / D-III GiziMata Kuliah : Mikrobiologi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI2012
KERACUNAN MAKANAN
1820 Justinus Kerner melaporkan keracunan sosis di Jerman (kemungkinan
karena
botulism)
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium botulinum
Pada kasus intoksikasi melalui makanan, tidak ada kasus yang lebih
berbahaya dibandingkan dengan botulisme. Penyebabnya adalah Clostridium
botulinum. Botulisme ini sudah menyebar hampir ke seluruh dunia. Bakteri ini
menghasilkan racun yang sangat berbahaya; 1 ons racun yang dihasilkan mampu
mebunuh semua penduduk Amerika Serikat!
Botulisme biasa terjadi karena mengonsumsi makanan yang sudah
terkontaminasi Clostridium botulinum. Botulisme dapat dihindari dengan
memanaskan makanan sebelum dikonsumsi. Kasus – kasus yang terjadi selalu
berkaitan dengan mengonsumsi makanan dingin. Contohnya, kasus terbesar di
Michigan, Amerika Serikat pada tahun 1977 ketika 58 orang menderita botulisme
setelah memakan makanan kaleng di sebuah restoran. Pada tahun 1982, seorang
pria Belgia meninggal karena botulisme setelah makan makanan yang terbuat dari
daging salmon kaleng yang telah terkontaminasi Clostridium botulinum.
Botulisme juga dapat terjadi pada bayi tapi, hal ini jarang terjadi. Hal ini
tejadi sejak masa kehamilan enam bulan pertama. Selain itu, terdapat pula
botulisme pada luka yang merupakan analog dari tetanus. Namun, botulisme pada
luka ini sangat langka.
Sejarah
Penyakit botulisme, mirip seperti penyakit tetanus, sudah dikenal dalam
waktu yang lama sebelum etiologinya dapat dijelaskan. Pada tahun 1820, Justinus
Kerner menamakan toksin botulinum sebagai “sausage poison” atau racun sosis.
Justinus Kerner merupakan orang yang pertama kali mengemukakan penggunaan
racun botulinum sebagai alat terapi.
Pada tahun 1897, van Ermengem mempublikasikan penemuan dari
penelitiannya tentang penyakit botulisme yang mendadak menyerang warga di
Ellezelles, Belgia. Ia menunjukkan bahwa penyakit yang diderita berasal dari
racun yang terdapat di dalam makanan. Racun tersebut diproduksi oleh bakteri
anaerob yang diisolasinya. Bakteri tersebut kemudian diberi nama Bacillus
Botulinus.
Sebelum tahun 1880, organisme ini diklasifikasikan dalam genus Bacillus
karena bentuknya yang silindris. Namun, pada tahun 1880, ada sebuah genus baru
yaitu Clostridium, yang dideskripsikan oleh Prazmowski sebagai organisme
anaerob dan menghasilkan spora. Bacillus Botulinus ini kemudian berganti nama
menjadi Clostridium botulinum.
Morfologi
Sel vegetatif C. botulinum berbentuk batang dan berukuran cukup besar
untuk ukuran bakteri. Panjangnya antara 3 μm hingga 7 – 8 μm. Lebarnya antara
0,4 μm hingga 1,2 μm.
Pada pengecatan Gram, C. botulinum yang mengandung spora bersifat
Gram positif, sedangkan C. botulinum yang tidak mengandung spora bersifat
Gram negatif. Namun, C. botulinum termasuk bakteri Gram positif.
Spora yang dihasilkan oleh sel Clostridium secara struktural sangat
berbeda dengan sel pada spesies itu sendiri, tapi yang terkenal adalah spora pada
Clostridia yang bersifat patogen. Lapisan paling luar spora disebut dengan
exosporium. Exosporium ini bervariasi antara masing – masing species, terkenal
pada species yang bersifat patogen, termasuk C. botulinum. Lapisan di bawah
exosporium disebut dengan membran spora, terdiri atas protein yang strukturnya
tidak biasa. Bagian tengah spora mengandung DNA spora, ribosom, enzim, dan
kation. Kandungan logam pada spora C. botulinum berbeda dari kandungan metal
pada Bacillus. Strain proteolitik C. Botulinum dapat menghasilkan spora yang
sangat resisten dengan pemanasan tinggi.
C. botulinum merupakan bakteri anaerob yang tidak dapat tumbuh di
lingkungan anaerob. Hasil uji pertumbuhan pada media agar aerob adalah negatif.
C. botulinum bersifat motil atau dapat bergerak dengan flagel yang
berbentuk peritirik. Motilitas C. botulinum ini umumnya sulit ditunjukkan,
terutama pada strain yang sudah cukup lama ditanam.
C. botulinum merupakan bakteri Gram positif yang memiliki kandungan
peptidoglikan antara 80 – 90% dari komponen dinding sel.
C. botulinum tidak dapat membentuk kapsula maupun plasmid.
Bakteriofag pada genus Clostridium dapat diasosiasikan dengan
neurotoksisitas dari C. botulinum tipe C dan D.
Toksin
C. botulinum p menghasilkan toksin yang disebut neurotoksin atau BoNT
(botulinum neurotoxin). Neurotoksin ini merupakan eksotoksin karena toksin
dikeluarkan oleh bakteri ke lingkungan. Toksin botulinum ini memiliki struktur
dan fungsi yang sama dengan toksin tetanus. Namun, toksin botulinum
mempengaruhi syaraf periferi karena memiliki afinitas untuk neuron pada
persimpangan otot syaraf.
Terdapat tujuh macam toksin yang berbeda – beda yang dihasilkan oleh C.
botulinum, yaitu tipe A, B, C, D, E, F, dan G. Toksin tipe A, B, dan E 9 (dan
kadang – kadang F) merupakan toksin yang menyebabkan penyakit botulisme
pada manusia. Tujuh macam toksin yang dihasilkan oleh C. botulinum ini telah
diidentifikasi dan sudah dapat disintesis sebagai polipeptida rantai tunggal dengan
bobot molekul 150.000 dalton yang kurang toksik. Setelah dipotong dengan
protease, akan terbentuk dua rantai polipeptida, yaitu rantai ringan atau sub unit A
dengan bobot molekul 50.000 dalton dan rantai berat atau sub unit B dengan
bobot molekul 100.000 dalton. Kedua rantai ini dihubungkan oleh ikatan
disulfida. Sub unit A merupakan toksin yang paling toksik yang pernah diketahui.
Beberapa strain C. botulinum pembentuk toksin menghasilkan bakterifaga
yang dapat menginfeksi straun lain yang nontoksin dan mengubahnya menjadi
toksigenik.
Penyebaran dan siklus hidup
Penyebaran bakteri C. botulinum melalui spora yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut. Spora C. botulinum dapat ditemukan di saluran pencernaan
manusia, ikan, burung, dan hewan ternak. Selain itu, spora C. botulinum juga
dapat ditemukan di tanah, pupuk organik, limbah, dan hasil panen. Spora tersebut
dapat berakhir di usus hewan yang memakan hewan atau tumbuhan yang
terkontaminasi spora tersebut kemudian memasuki rantai makanan manusia.
Jika spora memasuki lingkungan yang anaerob, misalnya pada kaleng
makanan, spora – spora tersebut akan tumbuh menjadi bakteri yang dapat
menghasilkan neurotoksin.
Pada makanan yang tertutup dan pH nya rendah (lebih dari 4,6)
merupakan tempat pertumbuhan bakteri C. botulinum yang kemudian dapat
memproduksi racun. Faktor lain yang mendukung tumbuhnya spora menjadi sel
vegetatif adalah kadar garam yang di bawah 7%, kandungan gula di bawah 50%,
temperatur 4oC – 49oC (suhu kamar), kadar kelembapan tinggi, serta sedikitnya
kompetensi dengan bakteri flora.
Penyakit
Botulisme adalah suatu penyakit neurologik akut dan dapat menyebebkan
kematian karena neuroparalisis yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh C. Botulinum. Terdapat empat macam botulisme, yaitu :
Botulisme yang disebabkan mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi C. botulinum
Botulisme pada luka; toksin akan dihasilkan pada luka yang telah
terinfeksi dan ditumbuhi oleh C. botulinum
Botulisme pada bayi
Botulisme yang disebabkan oleh kolonisasi C. botulinum pada anak –
anak dan dewasa
Gejala dimulai 18 – 24 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi
C. botulinum. Gejala – gejalanya yaitu : bibir kering, gangguan penglihatan
(inkoordinasi otot – otot mata, penglihatan ganda), ketidakmampuan menelan,
sulit berbicara; tanda – tanda paralisis bulbar berlangsung secara progresif, dan
kematian terjadi karena paralisis pernapasan atau henti jantung. Gejala – gejala
gastrointestinal biasanya tidak menonjol. Tidak ada demam. Penderita tetap sadar
sampai segera sebelum mati.
Pada siklus yang normal, asetilkolin neurotransmitter akan dilepaskan oleh
vesikel di junction pada ujung serabut saraf. Asetilkolin akan memasuki sinapsis
dan memfasilitasi transfer impuls saraf dengan membuat jembatan pada gap
antara ujung serabut saraf dengan sel reseptor otot sehingga komunikasi sel dapat
berlangsung.
Pada orang yang mengalami keracunan akibat toksin botulisme, racun
akan memasuki deaerah membran sel ujung serabut saraf. Molekul – molekul
toksin tersebut akan menutupi permukaan bagian dalam dari membran sel tersebut
sehingga menghalangi vesikel yang akan melepaskan asetilkolin. Terjadi paralisis.
Botulisme pada bayi cukup sering terjadi di Amerika Serikat. Botulisme
ini disebabkan karena bayi menelan bakteri C. botulinum, bukan racunnya. Usia
bayi yang mengalami botulisme adalah 3 minggu hingga 363 hari. Spora yang
mungkin terdapat pada madu dan dikonsumsi oleh bayi menjadi penyebab
botulisme ini. Botulisme pada bayi ini disebabkan kolonisasi baktei C. botulinum
pada saluran pencernaan bayi. Spora yang masuk ke saluran pencernaan dan
tumbuh di sana membentuk sel vegetatif yang mampu mrnghasilkan neurotoksin.
Gejala – gejala botulisme ini adalah bayi – bayi pada bulan pertama awal
kehidupannya menjadi tidak mau makan, lemah, dan ada tanda – tanda paralisis.
Botulisme pada bayi ini menyebabkan kematian mendadak kematian pada bayi –
bayi.
Botulisme pada anak – anak dan dewasa juga disebabkan menelan bakteri
C. botulinum secara tidak sengaja. Namun, anak – anak dan dewasa jarang terkena
efeknya karena sistem kekebalan tubuh dapat menghancurkan spora sebelum
tumbuh menjadi sel vegetatif dan mengeluarkan racun.
KERUSAKAN MAKANAN
1780 Scheele mengidentifikasi asam laktat sebagai senyawa asam utama
pada susu
Asam laktat (Nama IUPAC: asam 2-hidroksipropanoat (CH3-CHOH-
COOH), dikenal juga sebagai asam susu) adalah senyawa kimia penting dalam
beberapa proses biokimia. Seorang ahli kimia Swedia, Carl Wilhelm Scheele,
pertama kali mengisolasinya pada tahun 1780. Secara struktur, ia adalah asam
karboksilat dengan satu gugus [hidroksil] yang menempel pada guguskarboksil.
Dalam air, ia terlarut lemah dan melepas proton (H+), membentuk ion laktat.
Asam ini juga larut dalam alkohol dan bersifat menyerap air (higroskopik).
Asam ini memiliki simetri cermin (kiralitas), dengan dua isomer: asam L-
(+)-laktat atau asam (S)-laktat dan, cerminannya, iasam D-(-)-laktat atau asam
(R)-laktat. Hanya isomer yang pertama (S) aktif secara biologi.
Bakteri asam laktat merupakan jenis bakteri yang mampu menghasilkan
asam laktat, hidrogen peroksida, antimikroba dan hasil metabolisme lain yang
memberikan pengaruh positif bagi produktivitas ternak. Istilah bakteri asam laktat
(BAL) mulanya ditujukan hanya untuksekelompok bakteri yang menyebabkan
keasaman pada susu (milk-souring organisms). Secara umum BAL didefinisikan
sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk
bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik
utama selama fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa
genus antara lain Streptococcus (termasuk Lactococcus), Leuconostoc,
PediococcusLactobacillus.
Bakteri asam laktat terutama dari kelompok bifidobakteria dan beberapa
spesies laktobasili telah diketahui mempunyai peranan penting dalam menjaga
fungsi fisiologis dan kesehatan manusia yaitu berfungsi menjaga sistem kekebalan
tubuh. Sepanjang hari bakteri-bakteri ini akan mengidentifikasi mikroorganisme
patogen berbahaya dan bahan-bahan asing lainnya yang ada dalam tubuh kita.
Selama proses ini, sel kekebalan dan antibodi akan bekerja bersama dalam aliran
darah untuk menghentikan sebaran virus dan bakteri jahat (Pato, 2003).
Isolasi bakteri asam laktat dilakukan untuk menghasilkan antimikroba
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan mengetahui aktivitas
antimikroba terhadap bakteri tertentu sangat penting peranannya dalam
meningkatkan produksi ternak maupun mencegah terkontminasinya produk-
produk pertenakan oleh bakteri, khususnya bakteri patogen yang berbahaya
sehingga dapat menimbulkan penyakit baik pada hewan ternak maupun pada
manusia (Iqbal, 2008). Bakteri asam laktat diisolasi untuk menghasilkan
antimikroba yang dapat digunakan sebagai probiotik.
Probiotik yaitu mikroba hidup yang bila dikonsumsi akan menimbulkan
efek terapeutik pada tubuh dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroflora
dalam saluran pencernaan (Fueller, 1989). Manfaat kesehatan dan terapeutiki
diperoleh akibat terbawanya bakteri-bakteri hidup ke dalam saluran pencernaan
yang mampu memperbaiki komposisi mikroflora usus sehingga mengarah pada
dominansi bakteri-bakteri yang menguntungkan kesehatan (Prangdimurti, 2001).
Pangan probiotik yang telah lama dikenal antara lain produk susu fermentasi oleh
bakteri asam laktat (Lactobacilli danBifidobacterium) seperti yogurt, yakult, susu
asidofilus dan lain-lain.
PROKARIOTIK EUKARIOTIK
Pengertian
Prokariota adalah mahluk hidup yang tidak memiliki membran inti sel ,
sedangkan eukaryota memiliki membran inti sel. Semua prokariota adalah
uniseluler , kecuali mixobacteria yang sempatmenjadi multiseluler di salah satu
tahap siklus hidup biologinya. Kata prokaryota berasal dri yunani pro = sebelum
karyon = kacang atau biji. Prokariota terbagi menjadi dua domain yaitu bacteri
dan aechaea.
Perbedaan eukariota dan prokariota
Eukariota punya inti sel yang mengandung DNA, sedangkan prokariotik
tidak punya inti sel dan materi genetiknya tidak berada dalam membran. Karena
terlalu besarnya perbedaan struktur dan genetik dari keduanya, pada tahun 1977
Carl Woese memecah prokariota menjadi Bakteri dan Archaea (sebelumnya
Eubacteria dan Archaebacteria), dengan mengusulkan sistem tiga-domain yang
terdiri dari Eukariota (atau "Eukarya"), Bacteria, dan Archaea, yang merevisi
sistem dua empire.
Genom dari prokariota berada dalam suatu kompleks DNA/protein dalam
sitosol, namanya nucleoid, yang tidak punya membran nukleus. Prokariota pada
umumnya tidak punya kompartemen membran sel seperti mitokondria dan
kloroplas sehingga fosforilasi oksidatif dan fotosintesis terjadi di sepanjang
membran plasma. Tapi prokariota punya struktur internal, seperti sitoskeleton dan
khusus bakteri ordo Planctomycetes punya membran di sekitar nucleoid dan
mempunyai organel membran sel
Prokariota juga hanya mengandung satu lingkaran DNA kromosomal yang
stabil, tersimpan dalam nucleoid, sedangkan DNA dalam eukariota ditemukan
dalam kromosom yang tertutup rapat dan terorganisasi. Meskipun beberapa
eukariota memiliki struktur DNA satelit bernama plasmid, biasanya plasmid
identik dengan prokariota, dan banyak gen penting dalam prokariota tersimpan
dalam plasmid.
Prokariota memiliki rasio luas permukaan terhadap isi sehingga memiliki
taraf metabolik yang lebih tinggi, taraf pertumbuhan yang lebih tinggi dan
otomatis durasi perkembangbiakan yang pendek dibanding Eukariota. Di samping
itu, Sel prokariota biasanya lebih kecil daripada eukariota.
Kesamaannya, eukariota dan prokariota sama-sama mengandung struktur
RNA/protein yang besar, dinamakan ribosom, yang memproduksi protein.
Prokariota hidup di hampir semua lingkungan di bumi selama ada airnya.
Beberapa archaea dan bakteri tumbuh dengan baik dalam lingkungan yang
ekstrem, seperti suhu tinggi (termofilia) atau salinitas tinggi (halofilia). Makhluk
hidup seperti ini disebut juga ekstremofilia. Banyak archaea yang berperan
sebagai plankton di laut. Prokariota simbiotik hidup di dalam atau pada tubuh
makhluk hidup lain, termasuk manusia.
ARCHAEBACTERIA
Pengertian
Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan gas
metan dari sumber karbon yang sederhana, uniseluler, mikroskopik, dinding sel
bukan peptidoglikon, dan secara biokimia berbeda dengan Eubacteria.
Ciri-ciri
Sifat Archaebacteria adalah bersifat anaerob, dapat hidup di sampah,
tempat-tempat kotor, saluran pencernaan manusia atau hewan, halofil ekstrem,
lingkungan bergaram, serta termoplastik pada suhu panas dan lingkungan asam.
Archaebacteria dianggap sebagai nenek moyang dari bakteri yang ada sekarang
ini.
Archaebacteria mencakup makhluk hidup autotrof dan heterotrof.
Archaebacteria terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a. Bakteri metanogen.
b. Halobakterium. Genus Halobacterium dan Halococcus mencakup bakteri yang
halofil ekstrem, bersifat aerob, dan heterotrof. Bakteri genus ini banyak
ditemukan di tambak garam laut.
Pada saat terjadi penggandaan sel dari halobakterium yang mengandung
karotenoid, air akan berwarna merah intensif. Selain itu, Halobakterium dan
Halococcus dapat tumbuh optimum pada larutan NaCl, 3,5 sampai 5 molar, serta
mampu memanfaatkan energi cahaya untuk metabolisme tubuhnya.
c. Bakteri termo-asidofil. Dalam kelompok ini, terhimpun Archaebacteri yang
bersifat nonmetanogen yang berbeda-beda. Di dalamnya juga terdapat wakil
autotrof dan heterotrof, asidofil ekstrem, neurofil, serta aerob dan anaerob.
EUKARYOTA
Pengertian
Eukariota berasal dari bahasa Yunani ''eu'' yang artinya "baik", dan
''karyon'' yang artinya menunjuk pada nuklei sel adalah organisme dengan sel
(biologi)|sel kompleks, di mana bahan genetika disusun menjadi nuklei yang
terikat membran. Eukariota termasuk hewan.
Tumbuhan, dan jamur yang kebanyakan multiselular serta berbagai
kelompok lainnya yang diklasifikasikan secara kolektif sebagai protista (banyak di
antaranya uniselular). Sebaliknya, organisme-organisme lainnya, misalnya
bakteri, tidak mempunyai nuklei dan struktur sel kompleks lainnya, organisme-
organisme seperti itu disebut prokariota.
Ciri-ciri
Pada umumnya, sel eukariota memiliki ukuran yang lebih besar dari
prokariota dan memiliki bagian-bagian sub-Sel (biologi)|selular yang disebut
dengan organel dan sitoskeleton yang terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen dan
filamen antara. Berbeda dengan prokariota, DNA eukariota disimpan dalam
kumpulan kromosom yang tersimpan di dalam nuklei yang terbungkus membran
nuklei. Selain melakukan[pembelahan sel secara aseksual, kebanyakan eukariota
juga bisa melakukan reproduksi seksual melalui proses fusi sel, yang tidak
ditemukan pada prokariota.
EUBACTERIA
Pengertian
Eubacteria adalah bakteri yang bersifat prokariot. Inti dan organelnya tidak
memiliki membran, bersifat uniseluler, bersifat mikroskopik, serta mempunyai
dinding sel yang tersusun dari peptidoglikon. Selnya dapat berbentuk bulat atau
batang yang lurus, terpisahpisah atau membentuk koloni berupa rantai, serta
bertindak sebagai dekomposer pengurai. Bakteri ini hidup secara parasit dan
patogenik.
Akan tetapi, ada pula yang bersifat fotosintetik dan kemoautotrof. Eubacteria
menjadi unsur yang sangat penting dalam proses daur ulang nitrogen dan elemen
lain. Selain itu, beberapa Eubacteria dapat dimanfaatkan dalam proses industri.
Eubacteria terbagi menjadi enam filum, yaitu bakteri ungu, bakteri hijau, bakteri
gram positif, Spirochaet, Prochlorophyta, dan Cyanobacteria.
Ciri-ciri
Beberapa Eubacteria bergerak secara peritrik atau tidak bergerak. Beberapa kelas
dalam Eubacteria adalah sebagai berikut.
a . Kelas Azotobacteraceae
Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri kelas Azotobacteraceae adalah sel berbentuk
batang, hidup bebas di dalam tanah, mirip sel khamir, dan pada kondisi aerob
dapat menambat N2. Misalnya, Azotobacter Chlorococcum, Azotobacter indicus,
dan Azotobacter agilis.
b . Kelas Rhizobiaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Rhizobiaceae adalah sel berbentuk batang atau bercabang,
bersimbiosis dengan legominosae, membentuk bintil akar, dan mengonversi
nitrogen udara yang dapat bermanfaat bagi tumbuhan leguminosae. Misalnya,
Rhizobium leguminosarum membentuk bintil akar pada akar Lathyrus, Pisum,
Vicia; Rhizobium japonicum pada kedelai; Agrobacterium tumefaciens
menimbulkan pembengkakan pada akar pohon.
c . Kelas Micrococcaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Micrococcaceae adalah sel berbentuk peluru, berbentuk
koloni tetrade, serta kubus dan massa tidak beraturan. Contohnya, Sarcia dan
Staphyloccus aureus yang bersifat patogen serta dapat menimbulkan berbagai
penyakit.
d . Kelas Enterobacteriaceae
Eubacteria yang terdapat dalam kelas Enterobacteriaceae dapat menimbulkan
fermentasi anaerobik pada glukosa atau laktosa, hidup sebagai dekomposer pada
serasah atau patogen pada manusia, juga pada saluran pernapasan dan saluran
kencing Vertebrata. Contohnya, E. coli yang terdapat di usus besar manusia dan
Vertebrata; Salmonela typhosa, yaitu patogen penyebab penyakit tifus; serta
Shigella dysenteriae penyebab disentri.
e . Kelas Lactobacillaceae
Sel Lactobacillaceae berbentuk peluru dan dapat menimbulkan fermentasi asam
laktat. Contohnya, Lactobacillus caucasicus yang membantu pembuatan yogurt;
Streptococcus pyogenes yang dapat menimbulkan nanah atau keracunan darah
pada manusia; serta Diplococcus pneumoniae sebagai penyebab pneumonia.
f . Kelas Bacillaceae
Sel Bacillaceae berbentuk batang dan berfungsi sebagai pembentuk endospora.
Misalnya, Bacillus antraks penyebab penyakit antraks dan Clostridium
pasteurianum, yaitu bakteri anaerob penambat N2.
g. Kelas Neisseriaceae
Sel Neisseriaceae berbentuk peluru dan umumnya berpasangan. Misalnya,
Neisseria meningitidis, yaitu bakteri penyebab meningitis; Neisseria gonorrhoeae
penyebab penyakit kencing nanah; serta Veillonella parvula berada di mulut dan
saluran pencernaan manusia dan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologi.blogsome.com/2011/07/23/archaebacteria-dan-eubacteria/
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0
CCoQFjAC&url=http%3A%2F%2Fmikrobia.files.wordpress.com
%2F2008%2F05%2F07060.doc&ei=XGdeULOcJMjsrAeD04GQDA&usg=AFQj
CNHxjGpyyM5Sn3dk4KvOIwwDuqFFyA
http://lestarieka.wordpress.com/2011/07/01/asam-laktat/
http://id.wikipedia.org/wiki/Prokariota
http://id.wikipedia.org/wiki/Eukariota