resume mikrobiologi

22
TUGAS MIKROBIOLOGI Disusun oleh : Luchan Syella Samudra NIP.P07131011 019 Semester / Program : III / D-III Gizi Mata Kuliah : Mikrobiologi KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN GIZI 2012

Upload: luchan-lophely-arby

Post on 02-Aug-2015

165 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Mikrobiologi

TUGAS MIKROBIOLOGI

Disusun oleh :Luchan Syella Samudra

NIP.P07131011 019

Semester / Program : III / D-III GiziMata Kuliah : Mikrobiologi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN GIZI2012

Page 2: Resume Mikrobiologi

KERACUNAN MAKANAN

1820 Justinus Kerner melaporkan keracunan sosis di Jerman (kemungkinan

karena

botulism)

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes

Kelas : Clostridia

Ordo : Clostridiales

Famili : Clostridiaceae

Genus : Clostridium

Species : Clostridium botulinum

Pada kasus intoksikasi melalui makanan, tidak ada kasus yang lebih

berbahaya dibandingkan dengan botulisme. Penyebabnya adalah Clostridium

botulinum. Botulisme ini sudah menyebar hampir ke seluruh dunia. Bakteri ini

menghasilkan racun yang sangat berbahaya; 1 ons racun yang dihasilkan mampu

mebunuh semua penduduk Amerika Serikat!

Botulisme biasa terjadi karena mengonsumsi makanan yang sudah

terkontaminasi Clostridium botulinum. Botulisme dapat dihindari dengan

memanaskan makanan sebelum dikonsumsi. Kasus – kasus yang terjadi selalu

berkaitan dengan mengonsumsi makanan dingin. Contohnya, kasus terbesar di

Michigan, Amerika Serikat pada tahun 1977 ketika 58 orang menderita botulisme

setelah memakan makanan kaleng di sebuah restoran. Pada tahun 1982, seorang

pria Belgia meninggal karena botulisme setelah makan makanan yang terbuat dari

daging salmon kaleng yang telah terkontaminasi Clostridium botulinum.

Botulisme juga dapat terjadi pada bayi tapi, hal ini jarang terjadi. Hal ini

tejadi sejak masa kehamilan enam bulan pertama. Selain itu, terdapat pula

Page 3: Resume Mikrobiologi

botulisme pada luka yang merupakan analog dari tetanus. Namun, botulisme pada

luka ini sangat langka.

Sejarah

Penyakit botulisme, mirip seperti penyakit tetanus, sudah dikenal dalam

waktu yang lama sebelum etiologinya dapat dijelaskan. Pada tahun 1820, Justinus

Kerner menamakan toksin botulinum sebagai “sausage poison” atau racun sosis.

Justinus Kerner merupakan orang yang pertama kali mengemukakan penggunaan

racun botulinum sebagai alat terapi.

Pada tahun 1897, van Ermengem mempublikasikan penemuan dari

penelitiannya tentang penyakit botulisme yang mendadak menyerang warga di

Ellezelles, Belgia. Ia menunjukkan bahwa penyakit yang diderita berasal dari

racun yang terdapat di dalam makanan. Racun tersebut diproduksi oleh bakteri

anaerob yang diisolasinya. Bakteri tersebut kemudian diberi nama Bacillus

Botulinus.

Sebelum tahun 1880, organisme ini diklasifikasikan dalam genus Bacillus

karena bentuknya yang silindris. Namun, pada tahun 1880, ada sebuah genus baru

yaitu Clostridium, yang dideskripsikan oleh Prazmowski sebagai organisme

anaerob dan menghasilkan spora. Bacillus Botulinus ini kemudian berganti nama

menjadi Clostridium botulinum.

Morfologi

Sel vegetatif C. botulinum berbentuk batang dan berukuran cukup besar

untuk ukuran bakteri. Panjangnya antara 3 μm hingga 7 – 8 μm. Lebarnya antara

0,4 μm hingga 1,2 μm.

Pada pengecatan Gram, C. botulinum yang mengandung spora bersifat

Gram positif, sedangkan C. botulinum yang tidak mengandung spora bersifat

Gram negatif. Namun, C. botulinum termasuk bakteri Gram positif.

Spora yang dihasilkan oleh sel Clostridium secara struktural sangat

berbeda dengan sel pada spesies itu sendiri, tapi yang terkenal adalah spora pada

Clostridia yang bersifat patogen. Lapisan paling luar spora disebut dengan

exosporium. Exosporium ini bervariasi antara masing – masing species, terkenal

Page 4: Resume Mikrobiologi

pada species yang bersifat patogen, termasuk C. botulinum. Lapisan di bawah

exosporium disebut dengan membran spora, terdiri atas protein yang strukturnya

tidak biasa. Bagian tengah spora mengandung DNA spora, ribosom, enzim, dan

kation. Kandungan logam pada spora C. botulinum berbeda dari kandungan metal

pada Bacillus. Strain proteolitik C. Botulinum dapat menghasilkan spora yang

sangat resisten dengan pemanasan tinggi.

C. botulinum merupakan bakteri anaerob yang tidak dapat tumbuh di

lingkungan anaerob. Hasil uji pertumbuhan pada media agar aerob adalah negatif.

C. botulinum bersifat motil atau dapat bergerak dengan flagel yang

berbentuk peritirik. Motilitas C. botulinum ini umumnya sulit ditunjukkan,

terutama pada strain yang sudah cukup lama ditanam.

C. botulinum merupakan bakteri Gram positif yang memiliki kandungan

peptidoglikan antara 80 – 90% dari komponen dinding sel.

C. botulinum tidak dapat membentuk kapsula maupun plasmid.

Bakteriofag pada genus Clostridium dapat diasosiasikan dengan

neurotoksisitas dari C. botulinum tipe C dan D.

Toksin

C. botulinum p menghasilkan toksin yang disebut neurotoksin atau BoNT

(botulinum neurotoxin). Neurotoksin ini merupakan eksotoksin karena toksin

dikeluarkan oleh bakteri ke lingkungan. Toksin botulinum ini memiliki struktur

dan fungsi yang sama dengan toksin tetanus. Namun, toksin botulinum

mempengaruhi syaraf periferi karena memiliki afinitas untuk neuron pada

persimpangan otot syaraf.

Terdapat tujuh macam toksin yang berbeda – beda yang dihasilkan oleh C.

botulinum, yaitu tipe A, B, C, D, E, F, dan G. Toksin tipe A, B, dan E 9 (dan

kadang – kadang F) merupakan toksin yang menyebabkan penyakit botulisme

pada manusia. Tujuh macam toksin yang dihasilkan oleh C. botulinum ini telah

diidentifikasi dan sudah dapat disintesis sebagai polipeptida rantai tunggal dengan

bobot molekul 150.000 dalton yang kurang toksik. Setelah dipotong dengan

protease, akan terbentuk dua rantai polipeptida, yaitu rantai ringan atau sub unit A

dengan bobot molekul 50.000 dalton dan rantai berat atau sub unit B dengan

Page 5: Resume Mikrobiologi

bobot molekul 100.000 dalton. Kedua rantai ini dihubungkan oleh ikatan

disulfida. Sub unit A merupakan toksin yang paling toksik yang pernah diketahui.

Beberapa strain C. botulinum pembentuk toksin menghasilkan bakterifaga

yang dapat menginfeksi straun lain yang nontoksin dan mengubahnya menjadi

toksigenik.

Penyebaran dan siklus hidup

Penyebaran bakteri C. botulinum melalui spora yang dihasilkan oleh

bakteri tersebut. Spora C. botulinum dapat ditemukan di saluran pencernaan

manusia, ikan, burung, dan hewan ternak. Selain itu, spora C. botulinum juga

dapat ditemukan di tanah, pupuk organik, limbah, dan hasil panen. Spora tersebut

dapat berakhir di usus hewan yang memakan hewan atau tumbuhan yang

terkontaminasi spora tersebut kemudian memasuki rantai makanan manusia.

Jika spora memasuki lingkungan yang anaerob, misalnya pada kaleng

makanan, spora – spora tersebut akan tumbuh menjadi bakteri yang dapat

menghasilkan neurotoksin.

Pada makanan yang tertutup dan pH nya rendah (lebih dari 4,6)

merupakan tempat pertumbuhan bakteri C. botulinum yang kemudian dapat

memproduksi racun. Faktor lain yang mendukung tumbuhnya spora menjadi sel

vegetatif adalah kadar garam yang di bawah 7%, kandungan gula di bawah 50%,

temperatur 4oC – 49oC (suhu kamar), kadar kelembapan tinggi, serta sedikitnya

kompetensi dengan bakteri flora.

Penyakit

Botulisme adalah suatu penyakit neurologik akut dan dapat menyebebkan

kematian karena neuroparalisis yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan

oleh C. Botulinum. Terdapat empat macam botulisme, yaitu :

Botulisme yang disebabkan mengonsumsi makanan yang

terkontaminasi C. botulinum

Botulisme pada luka; toksin akan dihasilkan pada luka yang telah

terinfeksi dan ditumbuhi oleh C. botulinum

Botulisme pada bayi

Page 6: Resume Mikrobiologi

Botulisme yang disebabkan oleh kolonisasi C. botulinum pada anak –

anak dan dewasa

Gejala dimulai 18 – 24 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi

C. botulinum. Gejala – gejalanya yaitu : bibir kering, gangguan penglihatan

(inkoordinasi otot – otot mata, penglihatan ganda), ketidakmampuan menelan,

sulit berbicara; tanda – tanda paralisis bulbar berlangsung secara progresif, dan

kematian terjadi karena paralisis pernapasan atau henti jantung. Gejala – gejala

gastrointestinal biasanya tidak menonjol. Tidak ada demam. Penderita tetap sadar

sampai segera sebelum mati.

Pada siklus yang normal, asetilkolin neurotransmitter akan dilepaskan oleh

vesikel di junction pada ujung serabut saraf. Asetilkolin akan memasuki sinapsis

dan memfasilitasi transfer impuls saraf dengan membuat jembatan pada gap

antara ujung serabut saraf dengan sel reseptor otot sehingga komunikasi sel dapat

berlangsung.

Pada orang yang mengalami keracunan akibat toksin botulisme, racun

akan memasuki deaerah membran sel ujung serabut saraf. Molekul – molekul

toksin tersebut akan menutupi permukaan bagian dalam dari membran sel tersebut

sehingga menghalangi vesikel yang akan melepaskan asetilkolin. Terjadi paralisis.

Page 7: Resume Mikrobiologi

Botulisme pada bayi cukup sering terjadi di Amerika Serikat. Botulisme

ini disebabkan karena bayi menelan bakteri C. botulinum, bukan racunnya. Usia

bayi yang mengalami botulisme adalah 3 minggu hingga 363 hari. Spora yang

mungkin terdapat pada madu dan dikonsumsi oleh bayi menjadi penyebab

botulisme ini. Botulisme pada bayi ini disebabkan kolonisasi baktei C. botulinum

pada saluran pencernaan bayi. Spora yang masuk ke saluran pencernaan dan

tumbuh di sana membentuk sel vegetatif yang mampu mrnghasilkan neurotoksin.

Gejala – gejala botulisme ini adalah bayi – bayi pada bulan pertama awal

kehidupannya menjadi tidak mau makan, lemah, dan ada tanda – tanda paralisis.

Botulisme pada bayi ini menyebabkan kematian mendadak kematian pada bayi –

bayi.

Botulisme pada anak – anak dan dewasa juga disebabkan menelan bakteri

C. botulinum secara tidak sengaja. Namun, anak – anak dan dewasa jarang terkena

efeknya karena sistem kekebalan tubuh dapat menghancurkan spora sebelum

tumbuh menjadi sel vegetatif dan mengeluarkan racun.

Page 8: Resume Mikrobiologi

KERUSAKAN MAKANAN

1780 Scheele mengidentifikasi asam laktat sebagai senyawa asam utama

pada susu

Asam laktat (Nama IUPAC: asam 2-hidroksipropanoat (CH3-CHOH-

COOH), dikenal juga sebagai asam susu) adalah senyawa kimia penting dalam

beberapa proses biokimia. Seorang ahli kimia Swedia, Carl Wilhelm Scheele,

pertama kali mengisolasinya pada tahun 1780. Secara struktur, ia adalah asam

karboksilat dengan satu gugus [hidroksil] yang menempel pada guguskarboksil.

Dalam air, ia terlarut lemah dan melepas proton (H+), membentuk ion laktat.

Asam ini juga larut dalam alkohol dan bersifat menyerap air (higroskopik).

Asam ini memiliki simetri cermin (kiralitas), dengan dua isomer: asam L-

(+)-laktat atau asam (S)-laktat dan, cerminannya, iasam D-(-)-laktat atau asam

(R)-laktat. Hanya isomer yang pertama (S) aktif secara biologi.

Bakteri asam laktat merupakan jenis bakteri yang mampu menghasilkan

asam laktat, hidrogen peroksida, antimikroba dan hasil metabolisme lain yang

memberikan pengaruh positif bagi produktivitas ternak. Istilah bakteri asam laktat

(BAL) mulanya ditujukan hanya untuksekelompok bakteri yang menyebabkan

keasaman pada susu (milk-souring organisms). Secara umum BAL didefinisikan

sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk

bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik

utama selama fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa

genus antara lain Streptococcus (termasuk Lactococcus), Leuconostoc,

PediococcusLactobacillus.

Bakteri asam laktat terutama dari kelompok bifidobakteria dan beberapa

spesies laktobasili telah diketahui mempunyai peranan penting dalam menjaga

fungsi fisiologis dan kesehatan manusia yaitu berfungsi menjaga sistem kekebalan

tubuh. Sepanjang hari bakteri-bakteri ini akan mengidentifikasi mikroorganisme

patogen berbahaya dan bahan-bahan asing lainnya yang ada dalam tubuh kita.

Selama proses ini, sel kekebalan dan antibodi akan bekerja bersama dalam aliran

darah untuk menghentikan sebaran virus dan bakteri jahat (Pato, 2003).

Page 9: Resume Mikrobiologi

Isolasi bakteri asam laktat dilakukan untuk menghasilkan antimikroba

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan mengetahui aktivitas

antimikroba terhadap bakteri tertentu sangat penting peranannya dalam

meningkatkan produksi ternak maupun mencegah terkontminasinya produk-

produk pertenakan oleh bakteri, khususnya bakteri patogen yang berbahaya

sehingga dapat menimbulkan penyakit baik pada hewan ternak maupun pada

manusia (Iqbal, 2008). Bakteri asam laktat diisolasi untuk menghasilkan

antimikroba yang dapat digunakan sebagai probiotik.

Probiotik yaitu mikroba hidup yang bila dikonsumsi akan menimbulkan

efek terapeutik pada tubuh dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroflora

dalam saluran pencernaan (Fueller, 1989). Manfaat kesehatan dan terapeutiki

diperoleh akibat terbawanya bakteri-bakteri hidup ke dalam saluran pencernaan

yang mampu memperbaiki komposisi mikroflora usus sehingga mengarah pada

dominansi bakteri-bakteri yang menguntungkan kesehatan (Prangdimurti, 2001).

Pangan probiotik yang telah lama dikenal antara lain produk susu fermentasi oleh

bakteri asam laktat (Lactobacilli danBifidobacterium) seperti yogurt, yakult, susu

asidofilus dan lain-lain.

PROKARIOTIK EUKARIOTIK

Pengertian

Prokariota adalah mahluk hidup yang tidak memiliki membran inti sel ,

sedangkan eukaryota memiliki membran inti sel. Semua prokariota adalah

uniseluler , kecuali mixobacteria yang sempatmenjadi multiseluler di salah satu

tahap siklus hidup biologinya. Kata prokaryota berasal dri yunani pro = sebelum

karyon = kacang atau biji. Prokariota terbagi menjadi dua domain yaitu bacteri

dan aechaea.

Perbedaan eukariota dan prokariota

Eukariota punya inti sel yang mengandung DNA, sedangkan prokariotik

tidak punya inti sel dan materi genetiknya tidak berada dalam membran. Karena

terlalu besarnya perbedaan struktur dan genetik dari keduanya, pada tahun 1977

Page 10: Resume Mikrobiologi

Carl Woese memecah prokariota menjadi Bakteri dan Archaea (sebelumnya

Eubacteria dan Archaebacteria), dengan mengusulkan sistem tiga-domain yang

terdiri dari Eukariota (atau "Eukarya"), Bacteria, dan Archaea, yang merevisi

sistem dua empire.

Genom dari prokariota berada dalam suatu kompleks DNA/protein dalam

sitosol, namanya nucleoid, yang tidak punya membran nukleus. Prokariota pada

umumnya tidak punya kompartemen membran sel seperti mitokondria dan

kloroplas sehingga fosforilasi oksidatif dan fotosintesis terjadi di sepanjang

membran plasma. Tapi prokariota punya struktur internal, seperti sitoskeleton dan

khusus bakteri ordo Planctomycetes punya membran di sekitar nucleoid dan

mempunyai organel membran sel

Prokariota juga hanya mengandung satu lingkaran DNA kromosomal yang

stabil, tersimpan dalam nucleoid, sedangkan DNA dalam eukariota ditemukan

dalam kromosom yang tertutup rapat dan terorganisasi. Meskipun beberapa

eukariota memiliki struktur DNA satelit bernama plasmid, biasanya plasmid

identik dengan prokariota, dan banyak gen penting dalam prokariota tersimpan

dalam plasmid.

Prokariota memiliki rasio luas permukaan terhadap isi sehingga memiliki

taraf metabolik yang lebih tinggi, taraf pertumbuhan yang lebih tinggi dan

otomatis durasi perkembangbiakan yang pendek dibanding Eukariota. Di samping

itu, Sel prokariota biasanya lebih kecil daripada eukariota.

Kesamaannya, eukariota dan prokariota sama-sama mengandung struktur

RNA/protein yang besar, dinamakan ribosom, yang memproduksi protein.

Prokariota hidup di hampir semua lingkungan di bumi selama ada airnya.

Beberapa archaea dan bakteri tumbuh dengan baik dalam lingkungan yang

ekstrem, seperti suhu tinggi (termofilia) atau salinitas tinggi (halofilia). Makhluk

hidup seperti ini disebut juga ekstremofilia. Banyak archaea yang berperan

sebagai plankton di laut. Prokariota simbiotik hidup di dalam atau pada tubuh

makhluk hidup lain, termasuk manusia.

ARCHAEBACTERIA

Page 11: Resume Mikrobiologi

Pengertian

Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan gas

metan dari sumber karbon yang sederhana, uniseluler, mikroskopik, dinding sel

bukan peptidoglikon, dan secara biokimia berbeda dengan Eubacteria.

Ciri-ciri

Sifat Archaebacteria adalah bersifat anaerob, dapat hidup di sampah,

tempat-tempat kotor, saluran pencernaan manusia atau hewan, halofil ekstrem,

lingkungan bergaram, serta termoplastik pada suhu panas dan lingkungan asam.

Archaebacteria dianggap sebagai nenek moyang dari bakteri yang ada sekarang

ini.

Archaebacteria mencakup makhluk hidup autotrof dan heterotrof.

Archaebacteria terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

a. Bakteri metanogen.

b. Halobakterium. Genus Halobacterium dan Halococcus mencakup bakteri yang

halofil ekstrem, bersifat aerob, dan heterotrof. Bakteri genus ini banyak

ditemukan di tambak garam laut.

Pada saat terjadi penggandaan sel dari halobakterium yang mengandung

karotenoid, air akan berwarna merah intensif. Selain itu, Halobakterium dan

Halococcus dapat tumbuh optimum pada larutan NaCl, 3,5 sampai 5 molar, serta

mampu memanfaatkan energi cahaya untuk metabolisme tubuhnya.

c. Bakteri termo-asidofil. Dalam kelompok ini, terhimpun Archaebacteri yang

bersifat nonmetanogen yang berbeda-beda. Di dalamnya juga terdapat wakil

autotrof dan heterotrof, asidofil ekstrem, neurofil, serta aerob dan anaerob.

EUKARYOTA

Pengertian

Eukariota berasal dari bahasa Yunani ''eu'' yang artinya "baik", dan

''karyon'' yang artinya menunjuk pada nuklei sel adalah organisme dengan sel

(biologi)|sel kompleks, di mana bahan genetika disusun menjadi nuklei yang

terikat membran. Eukariota termasuk hewan.

Page 12: Resume Mikrobiologi

Tumbuhan, dan jamur yang kebanyakan multiselular serta berbagai

kelompok lainnya yang diklasifikasikan secara kolektif sebagai protista (banyak di

antaranya uniselular). Sebaliknya, organisme-organisme lainnya, misalnya

bakteri, tidak mempunyai nuklei dan struktur sel kompleks lainnya, organisme-

organisme seperti itu disebut prokariota.

Ciri-ciri

Pada umumnya, sel eukariota memiliki ukuran yang lebih besar dari

prokariota dan memiliki bagian-bagian sub-Sel (biologi)|selular yang disebut

dengan organel dan sitoskeleton yang terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen dan

filamen antara. Berbeda dengan prokariota, DNA eukariota disimpan dalam

kumpulan kromosom yang tersimpan di dalam nuklei yang terbungkus membran

nuklei. Selain melakukan[pembelahan sel secara aseksual, kebanyakan eukariota

juga bisa melakukan reproduksi seksual melalui proses fusi sel, yang tidak

ditemukan pada prokariota.

EUBACTERIA

Pengertian

Eubacteria adalah bakteri yang bersifat prokariot. Inti dan organelnya tidak

memiliki membran, bersifat uniseluler, bersifat mikroskopik, serta mempunyai

dinding sel yang tersusun dari peptidoglikon. Selnya dapat berbentuk bulat atau

batang yang lurus, terpisahpisah atau membentuk koloni berupa rantai, serta

bertindak sebagai dekomposer pengurai. Bakteri ini hidup secara parasit dan

patogenik.

Akan tetapi, ada pula yang bersifat fotosintetik dan kemoautotrof. Eubacteria

menjadi unsur yang sangat penting dalam proses daur ulang nitrogen dan elemen

lain. Selain itu, beberapa Eubacteria dapat dimanfaatkan dalam proses industri.

Eubacteria terbagi menjadi enam filum, yaitu bakteri ungu, bakteri hijau, bakteri

gram positif, Spirochaet, Prochlorophyta, dan Cyanobacteria.

Page 13: Resume Mikrobiologi

Ciri-ciri

Beberapa Eubacteria bergerak secara peritrik atau tidak bergerak. Beberapa kelas

dalam Eubacteria adalah sebagai berikut.

a . Kelas Azotobacteraceae

Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri kelas Azotobacteraceae adalah sel berbentuk

batang, hidup bebas di dalam tanah, mirip sel khamir, dan pada kondisi aerob

dapat menambat N2. Misalnya, Azotobacter Chlorococcum, Azotobacter indicus,

dan Azotobacter agilis.

b . Kelas Rhizobiaceae

Ciri-ciri bakteri kelas Rhizobiaceae adalah sel berbentuk batang atau bercabang,

bersimbiosis dengan legominosae, membentuk bintil akar, dan mengonversi

nitrogen udara yang dapat bermanfaat bagi tumbuhan leguminosae. Misalnya,

Rhizobium leguminosarum membentuk bintil akar pada akar Lathyrus, Pisum,

Vicia; Rhizobium japonicum pada kedelai; Agrobacterium tumefaciens

menimbulkan pembengkakan pada akar pohon.

c . Kelas Micrococcaceae

Ciri-ciri bakteri kelas Micrococcaceae adalah sel berbentuk peluru, berbentuk

koloni tetrade, serta kubus dan massa tidak beraturan. Contohnya, Sarcia dan

Staphyloccus aureus yang bersifat patogen serta dapat menimbulkan berbagai

penyakit.

d . Kelas Enterobacteriaceae

Eubacteria yang terdapat dalam kelas Enterobacteriaceae dapat menimbulkan

fermentasi anaerobik pada glukosa atau laktosa, hidup sebagai dekomposer pada

serasah atau patogen pada manusia, juga pada saluran pernapasan dan saluran

kencing Vertebrata. Contohnya, E. coli yang terdapat di usus besar manusia dan

Vertebrata; Salmonela typhosa, yaitu patogen penyebab penyakit tifus; serta

Shigella dysenteriae penyebab disentri.

e . Kelas Lactobacillaceae

Sel Lactobacillaceae berbentuk peluru dan dapat menimbulkan fermentasi asam

Page 14: Resume Mikrobiologi

laktat. Contohnya, Lactobacillus caucasicus yang membantu pembuatan yogurt;

Streptococcus pyogenes yang dapat menimbulkan nanah atau keracunan darah

pada manusia; serta Diplococcus pneumoniae sebagai penyebab pneumonia.

f . Kelas Bacillaceae

Sel Bacillaceae berbentuk batang dan berfungsi sebagai pembentuk endospora.

Misalnya, Bacillus antraks penyebab penyakit antraks dan Clostridium

pasteurianum, yaitu bakteri anaerob penambat N2.

g. Kelas Neisseriaceae

Sel Neisseriaceae berbentuk peluru dan umumnya berpasangan. Misalnya,

Neisseria meningitidis, yaitu bakteri penyebab meningitis; Neisseria gonorrhoeae

penyebab penyakit kencing nanah; serta Veillonella parvula berada di mulut dan

saluran pencernaan manusia dan hewan.

Page 15: Resume Mikrobiologi

DAFTAR PUSTAKA

http://biologi.blogsome.com/2011/07/23/archaebacteria-dan-eubacteria/

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0

CCoQFjAC&url=http%3A%2F%2Fmikrobia.files.wordpress.com

%2F2008%2F05%2F07060.doc&ei=XGdeULOcJMjsrAeD04GQDA&usg=AFQj

CNHxjGpyyM5Sn3dk4KvOIwwDuqFFyA

http://lestarieka.wordpress.com/2011/07/01/asam-laktat/

http://id.wikipedia.org/wiki/Prokariota

http://id.wikipedia.org/wiki/Eukariota