research method final assignment
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan
perekonomian di Indonesia. Sampai era reformasi sekarang tampaknya sektor
pertanian masih dan akan tetap akan merupakan sektor penting dalam
pertumbuhan ekonomi nasional (Daniel, 2001). Hal ini dapat dilihat dari begitu
banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor ini, terutama di daerah pedesaan,
profesi sebagai petani masih banyak diminati.
Namun melihat kenyataan di lapangan, para petani di Indonesia
kebanyakan cenderung memiliki usaha dalam skala kecil sampai menengah dan
tidak terorganisir dengan baik, karena para petani tidak melihat usahanya tersebut
sebagai suatu sistem bisnis (Daniel, 2001). Hal ini juga berlaku di lapangan
pertanian terutama pada para petani sayuran di Desa Rurukan, Kecamatan
Tomohon Utara. Kenyataan ini mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan
para petani. Kecilnya modal kewirausahaan seorang petani menjadi penyebab
rendahnya tingkat kesejahteraan para petani. Modal-modal kewirausahaan itu
adalah modal intelektual, modal sosial dan modal moral, modal mental, dan modal
material.
Menurut Meredith (1996), berwirausaha berarti memadukan watak
pribadi, keuangan, dan sumberdaya. Keberhasilan usaha para petani ini sangat
dipengaruhi oleh peran jiwa kewirausahaan dari seorang petani untuk mengelola
semua modal kewirausahaannya yang dimilikinya baik lahan, modal (dana), bahan
dan peralatan, serta sumberdaya manusianya sendiri, sehingga terbentuk suatu
sistem usaha yang tepat dan berhasil.
1
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah berapa besar pengaruh modal-modal kewirausahaan terhadap tingkat
kesejahteraan hidup petani sayuran di Tomohon?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh modal-
modal kewirausahaan terhadap tingkat kesejahteraan hidup petani sayuran di Kota
Tomohon.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para petani sayuran dalam
upaya memperbaiki manajemen usahataninya guna meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, dan menjadi acuan bagi rekan mahasiswa yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan menurut Suryana (2006) adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang
menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran yang kreatif dan tindakan
inovatif demi terciptanya peluang.
Sejalan dengan pemikiran Suryana, Hirsch dan Peters (1999)
mendefinisikan kewirausahaan adalah sebuah proses menciptakan sesuatu yang
baru dan memiliki nilai dengan meluangkan seberapa besar waktu dan usaha yang
diperlukan dengan mengetahui resiko keuangan, mental dan sosial yang
menyertainya dan menerima hasilnya berupa materi, kepuasaan pribadi, dan
kebebasan menjalankan usaha.
Kewirausahaan menurut Blawatt (1998) adalah sebuah bisnis yang
bertujuan untuk berkembang, memberi keuntungan, menerapkan strategi dan
manajemen yang inovatif dan mengejar peluang-peluang baru.
2.2 Modal Kewirausahaan
Berdasarkan tulisan Suryana (2006) dan menggabungkan pandangan
Hirsch dan Peters (1999) modal-modal kewirausahaan yang menjadi kunci
sukses suatu bisnis yang harus dimiliki oleh setiap wirausaha, dibagi menjadi
empat, sebagai berikut:
1. Modal Intelektual
Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal
utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan
tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang
membentuk modal lainnya. Jelas dalam modal intelektual diperlukan latar
3
belakang pendidikan yang memadai guna menciptakan ide cemerlang. Dalam
modal intelektual dikenal dengan kompetensi inti (core competency) yaitu
kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih
keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan
(citra).
2. Modal Sosial dan Moral
Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan,
sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha memiliki etika wirausaha
seperti kejujuran, memiliki integritas, tepat janji, kesetiaan, kewajaran, suka
membantu orang lain, menghormati orang lain, warganegara yang baik dan
taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab. Modal ini sangat
dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan tumbuh wirausaha tersebut
yang membentuk pribadi wirausaha tersebut.
3. Modal Mental
Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama dan
motivasi serta pengalaman kerjanya, yang diwujudkan dalam bentuk
keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan.
4. Modal Material
Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini
terbentuk apabila seseorang memiliki ketiga jenis modal di atas.
2.3 Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan
Menurut Bounds & Lamb (1998), suatu bisnis, menghendaki banyak
pekerjaan tangan dan beberapa keahlian dasar dalam meraih sukses, yaitu:
1. Management Skills
Keahlian untuk mengorganisir dan mengontrol sumberdaya secara baik dan
tepat guna.
2. Technical Skills
Keahlian untuk memutuskan kerja spesifik dari kegunaan suatu teknologi
yang dipergunakan.
4
3. Human Skills
Keahlian untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain baik dalam
kelompok maupun secara person to person.
4. Conceptual Skills
Keahlian dalam menggunakan segala pengetahuan dan data-data pendukung
dalam pengambilan suatu keputusan.
5. Vision
Keahlian untuk membayangkan peluang dan segala kemungkinan yang bisa
terjadi di masa depan dan menginspirasikan orang lain untuk mengikutinya.
Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan Mclelland (1961),
Thomas F. Zimmerer (1996), Suryana (2006) dalam bukunya Kewirausahaan,
Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, memperluas karakteristik sikap
dan perilaku wirausaha yang berhasil sebagai berikut:
1. Commitment and Determination
Seorang wirausaha harus memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk
mencurahkan semua perhatian terhadap usaha.
2. Desire for Responsibility
Seorang wirausaha harus memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan
sumberdaya yang digunakan dan keberhasilan berwirausaha.
3. Opportunity Obsession
Seorang wirausaha harus memiliki ambisi untuk selalu mencari peluang.
4. Tolerance for Risk, Ambiguity, and Uncertainty
Wirausaha harus tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausaha yang
berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan
ketidakpastian.
5. Self Confidence
Percaya diri. Wirausaha cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat
terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
6. Creativity and Flexibility
Berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk
menghadapi perubahan permintaan.
5
7. Desire for Immediate Feedback
Selalu memerlukan umpan balik dengan segera. Wirausaha selalu ingin
mengetahui hasil kinerjanya sehingga ia akan mempergunakan semua
kemampuannya dalam upaya perbaikan dan pengembangan usahanya.
8. High Level of Energy
Memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya
memiliki daya juang yang lebih tinggi dari kebanyakan orang.
9. Motivation to Excel
Memiliki dorongan untuk selalu unggul. Motivasi ini biasanya muncul dari
dalam diri sendiri dan sangat jarang dari luar diri sendiri.
10. Orientation to the Future
Berorientasi pada masa depan. Wirausaha selalu berpikir jauh ke depan demi
kemajuan usahanya.
11. Willingness to Learn from Failure
Selalu dan mau untuk belajar dari kegagalan.
12. Leadership Ability
Kemampuan seorang wirausaha dalam kepemimpinan.
Menurut Milton Rockeach (1973) yang dikutip oleh Suryana (2006)
dalam bukunya Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses, membedakan konsep nilai menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang berkaitan dengan objek.
Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai, yaitu sesuatu yang dijadikan
ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Watak dan perangai yang
melekat pada kewirausahaan dan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang
sebagai sistem nilai kewirausahaan.
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan sistem nilai yang melekat
pada sistem nilai manajer. Seperti yang dikemukakan oleh Andreas A.
Danandjaja (1986), Andreas Budihardjo (1991), dan Sidharta Poespadibrata
(1993), dalam sistem nilai manajer terdapat dua kelompok nilai, yaitu: pertama,
sistem nilai pribadi, yang terdiri dari nilai primer pragmatik (tercermin lewat
watak, jiwa, dan prilaku), nilai primer moralistik (keyakinan, jaminan, martabat
6
pribadi, kehormatan, dan ketaatan), nilai primer afektif, dan nilai bauran. Kedua,
sistem nilai kelompok atau organisasi.
Sejalan dengan pendapat Milton Rockeach (1973), maka Sujuti Jahja
(1977), membagi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam dua dimensi nilai
berpasangan, yaitu:
1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan nonmateri.
2. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.
Berdasarkan pembagian nilai-nilai kewirausahaan di atas, terdapat empat
nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:
1. Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya
adalah berani mengambil resiko, terbuka terhadap teknologi dan
mengutamakan materi.
2. Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar
materi. Wirusaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab,
pelayanan, sikap positif, dan kreativitas.
3. Wirausaha yang berorientasi pada materi dengan berpatokan pada kebiasaan
yang sudah ada, misalnya usaha dnegan perhitungan fengshui agar dapat
berhasil.
4. Wirausaha yang berorientasi nonmateri dengan bekerja berdasarkan
kebiasaan. Wirausaha model ini biasanya bergantung pada pengalaman,
memperhitungkan hal-hal mistik, etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.
Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki penting dari
kewirausahaan, yaitu:
1. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan sesorang
dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988).
Kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya.
2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang
selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
7
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,
energik, dan berinisiatif.
3. Keberanian Mengambil Resiko
Keberanian mengambil resiko itu bergantung pada daya tarik setiap alternatif,
kesiapan untuk mengalami kerugian (modal mental), dan kemungkinan relatif
untuk suskes atau gagal. Sedangkan, kemampuan untuk mengambil resiko itu
ditentukan oleh keyakinan pada diri sendiri, kesediaan untuk menggunakan
kemampuan, dan kemampuan untuk menilai resiko.
4. Kepemimpinan
Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat: kepeloporan, keteladanan,
tampil berbeda, dan mampu berpikir maju.
5. Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif
dan pandangan ke masa depan, yang selalu mencari peluang, tidak cepat puas
dengan keberhasilan, dan mempunyai visi yang jauh ke depan.
6. Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi
Kreativitas adalah kemampuan untuk melakukan pemikiran yang baru dan
berbeda. Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan solusi
kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih
memakmurkan kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, inovasi adalah
kemampuan untuk melakukan tindakan yang baru dan berbeda.
8
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rurukan, Kecamatan Tomohon Utara,
Kota Tomohon, dengan waktu penelitian selama tiga bulan, dimulai bulan Maret
2007 hingga bulan Mei 2007.
3.2 Desain Penelitian
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara
mendalam (in depth interview) dan pengisian kuisioner. Kegiatan wawancara dan
pengisian kuisioner dilakukan terhadap para petani sayuran yang berada di Desa
Rurukan, Kecamatan Tomohon Utara, sedangkan pengumpulan data sekunder
diperoleh dari instansi terkait di Kota Tomohon. Petani sayuran yang dijadikan
sampel terdiri dari 100 orang petani.
Dipilihnya para petani sayuran yang berada di Tomohon, dengan metode
Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2005) dalam bukunya Statistika untuk
Penelitian, metode Purposive Sampling adalah metode yang digunakan untuk
menentukan beberapa sampel yang dapat mewakili populasinya, berdasarkan
tujuan tertentu.
3.3 Prosedur Penelitian
1. Melakukan survei awal di tempat penelitian.
2. Menyusun daftar data-data yang diperlukan untuk kebutuhan penelitian.
3. Mewawancarai para petani dan pengisian kuisioner, serta mengumpulkan
data-data pendukung lainnya di Instansi terkait di Kota Tomohon.
4. Pengolahan data.
5. Hasil Penelitian.
9
3.4 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Modal Pengetahuan:
Jenjang pendidikan (SD-Perguruan Tinggi).
Manajemen usaha.
2. Modal Sosial dan Modal Moral:
Jumlah anggota keluarga (family size).
Pentingnya kredibilitas dan citra usaha (kejujuran, keuletan, dan tanggung
jawab).
3. Modal Mental:
Motivasi berusaha.
Agama.
Usia usaha (dalam tahun).
4. Modal Material:
Sumber modal (kredit/pribadi/keduanya).
Tingkat pendapatan (Rupiah/bulan).
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah analisa statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
sampel atau populasi sebagaimana adanya.
10
BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA TOMOHON
Tomohon sejak dahulu telah dituliskan dalam beberapa catatan sejarah.
Salah satunya terdapat dalam karya etnografis Pendeta N. Graafland yang ketika
pada tanggal 14 Januari 1864 di atas kapal Queen Elisabeth, ia menuliskan tentang
suatu negeri yang bernama Tomohon yang dikunjunginya pada sekitar tahun
1850. Perkembangan peradaban dan dinamika penyelenggaraan pembangunan dan
kemasyarakatan dari tahun ke tahun menjadikan Tomohon sebagai salah satu
ibukota kecamatan di Kabupaten Minahasa.
Dekade awal tahun 2000-an masyarakat di beberapa bagian wilayah
kabupaten Minahasa melahirkan inspirasi dan aspirasi kecenderungan lingkungan
strategis baik internal maupun eksternal untuk melakukan pemekaran daerah.
Berhembusnya angin reformasi dan diimplementasikannya kebijakan otonomi
daerah, semakin mempercepat proses akomodasi aspirasi masyarakat untuk
pemekaran daerah dimaksud. Melalui proses yang panjang secara yuridis dan
pertimbangan yang matang dalam rangka akselerasi pembangunan bangsa bagi
kesejahteraan masyarakat secara luas, maka Pemerintah Kabupaten Minahasa
beserta Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Minahasa merekomendasikan
aspirasi masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan, Kota
Tomohon, dan Kabupaten Minahasa Utara; yang didukung oleh Pemerintah
Propinsi Sulawesi Utara. Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota
Tomohon ditetapkan Pemerintah Pusat dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2003, dan pembentukan Kabupaten Minahasa Utara melalui
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003.
Terbentuknya lembaga legislatif Kota Tomohon hasil Pemilihan Umum
Tahun 2004, menghasilkan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 22 Tahun
2005 tentang Lambang Daerah dan Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 29
Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kota Tomohon. Kota Tomohon diresmikan oleh
Menteri Dalam Negeri Harry Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 4 Agustus 2003.
11
Pelantikan Walikota dan Wakil Walikota hasil Pemilihan Kepala Daerah
langsung, Jefferson S. M. Rumajar, SE dan Linneke S. Watoelangkow pada
tanggal 4 Agustus 2005 oleh Pejabat Gubernur Sulut Ir. Lucky Korah, M.Si
berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri No. 131.51-494 Tahun 2005, tanggal 13
Juli 2005 (Walikota) dan No. 131.51-495 tanggal 13 Juli 2005 (Wakil Walikota).
Penjabat Walikota Tomohon berturut-turut adalah:
● Drs. Boy S. Tangkawarouw, MSc (Pejabat Walikota), 4 Agustus 2003
sampai dengan 8 Maret 2005.
● Jefry Korengkeng, SH (Pelaksana Tugas Penjabat Walikota), 8 Maret 2005
sampai dengan 17 Mei 2005.
● Nico Pelealu, SH, MSi (Pejabat Walikota), 17 Mei 2005 sampai dengan 4
Agustus 2005.
● Jefferson S.M. Rumajar, SE (Walikota definitif) dan Linneke S.
Watoelangkow (Wakil Walikota definitif), 4 Agustus 2005 - 2010.
Kota Tomohon terletak pada 101º 5’ LU dan 124º 50’ BT dengan luas
wilayah sebesar 147,2178 km² atau 14.721,78 Ha. Kota Tomohon terdiri dari lima
kecamatan dan 35 kelurahan/desa. Secara geografis Kota Tomohon dikelilingi
oleh wilayah Kabupaten Minahasa. Artinya, dari bagian utara, selatan, timur dan
barat, berbatasan langsung dengan Kabupaten Minahasa. Secara umum, Kota
Tomohon terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Kota
Manado sebagai ibukota propinsi dan kota-kota lainnya yang berada di wilayah
Kabupaten Minahasa.
Jarak Kota Tomohon dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara adalah:
● Tomohon – Bitung berjarak ± 55,0 kilometer.
● Tomohon – Manado berjarak ± 22,0 kilometer.
● Tomohon – Tondano berjarak ± 15,0 kilometer.
Kota Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Kota Manado dan
pencapaian dari Bitung menuju Tomohon dapat melalui Kota Tondano atau
melintasi Manado. Aksesibilitas ke kota-kota lain di Propinsi Sulawesi Utara
cukup lancar, melalui jalan-jalan dengan kualitas yang baik.
Wilayah Kota Tomohon memiliki karakteristik topografi yang bergunung
dan berbukit yang membentang dari utara ke selatan. Akibat kondisi topografi
12
tersebut maka pengembangan wilayah kota menjadi terbatas. Terdapat empat buah
gunung di Kota Tomohon dan dua diantaranya adalah gunung berapi yang masih
aktif, yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu dimana Gunung Lokon adalah
gunung tertinggi di Kota Tomohon, memiliki ketinggian 1.580 meter.
Penduduk Kota Tomohon pada tahun 2004 dalam Draft Kota Tomohon
Dalam Angka Tahun 2005 berjumlah sebanyak 86.997 jiwa. Jumlah ini mencakup
penduduk yang bertempat tinggal tetap maupun penduduk yang tidak bertempat
tinggal tetap. Tabel di bawah memperlihatkan komposisi penduduk laki-laki dan
perempuan di tiap kecamatan.
4.1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kota Tomohon Tahun 2004
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2004
Jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Tomohon Utara 12.137 11.821 23.958
2. Tomohon Timur 4.954 4.753 9.707
3. Tomohon Barat 9.489 9.945 19.434
4. Tomohon Tengah 6.778 6.432 13.210
5. Tomohon Selatan 10.578 10.110 20.688
Jumlah 43.936 43.061 86.997
(Sumber: Draft Kota Tomohon Dalam Angka Tahun 2005 BPS & Bappeda Kota Tomohon)
Komposisi penduduk yang dirinci menurut jenis kelamin di Kota
Tomohon memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari
jumlah penduduk perempuan dengan angka ratio mencapai 102. Dari kelima
kecamatan hanya satu kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit
yaitu di Kecamatan Tomohon Tengah. Data estimasi hasil Survey Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) menunjukan Penduduk Tomohon pada tahun 2003 sebanyak
83.544 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,79% pertahun
13
(pertumbuhan penduduk sebelum tahun 2003). Secara umum apabila dihitung
sejak tahun 2000 maka angka pertumbuhan rata-rata penduduk di Kota Tomohon
(2000-2004) adalah 3,31 %.
Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat
Tomohon terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya
masyarakat di Kota Tomohon ber-etnis Minahasa, maka kebiasaan dan adat
istiadat Minahasa yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam sebuah
lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi bermasyarakat saat ini,
yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan bahkan pada kondisi asli tidak
memiliki batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Pola
pengelompokan berdasar ikatan kekeluargaan dan kekerabatan terlihat jelas dalam
permukiman.
Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada
umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan
Mapalus. Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu ini telah berakar
dan membudaya di kalangan masyarakat Minahasa. Budaya tersebut sampai saat
ini masih terjaga dan terpelihara. Pada kehidupan sehari-hari masih bisa dirasakan
sikap suka membantu dan bekerjasama. Kecuali beberapa kegiatan yang
merupakan rangkaian dari ‘mapalus’ seperti memakai alat tiup ketika mengajak
kelompok untuk ber’mapalus’ sudah mulai hilang. Perlahan keaslian mulai
terkikis dengan modernisasi.
Selain budaya gotong royong (MAPALUS) masyarakat Kota Tomohon
juga memiliki tari daerah seperti tari Kabasaran, tari Maengket,dan mempunyai
musik kolintang dan musik bambu. Selain itu, salah satu hasil kebudayaan lainnya
adalah bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan juga menggunakan
bahasa daerah Minahasa. Seperti diketahui di Minahasa terdiri dari delapan
macam jenis bahasa daerah yang dipergunakan oleh delapan etnis yang ada,
seperti Tountemboan, Toulour, Tombulu, dll. Bahasa daerah yang paling sering
digunakan di Kota Tomohon adalah bahasa Tombulu, karena memang wilayah
Tomohon termasuk dalam etnis Tombulu. Selain bahasa percakapan di atas,
ternyata ada juga masyarakat di Minahasa dan Kota Tomohon khususnya para
14
orang tua yang menguasai Bahasa Belanda karena pengaruh jajahan dari Belanda
serta sekolah-sekolah jaman dahulu yang menggunakan Bahasa Belanda. Saat ini,
semakin hari masyarakat yang menguasai dan menggunakan Bahasa Belanda
tersebut semakin berkurang seiring dengan semakin berkurangnya masyarakat
berusia lanjut.
15
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Kegiatan Perekonomian Kota Tomohon
Sebenarnya perdagangan bukan hal baru bagi Tomohon. Sejak masih
bergabung dengan Minahasa, pedagang di Tomohon selalu tercatat terbanyak di
antara kecamatan-kecamatan lain. Sebagai gambaran, pada tahun 2002 jumlah
pedagang di Tomohon 554 orang. Bandingkan dengan Tondano, ibu kota
Kabupaten Minahasa, ada 401 pedagang. Meski hanya satu pasar di Tomohon,
jumlah ruko setidaknya ada 12 di sepanjang jalan raya Tomohon–Tondano.
Selain pedagang lokal, banyak pedagang asal Minahasa dan Gorontalo.
Seperti dilakukan petani durian dari Sonder, Minahasa. Mereka lebih senang
berdagang durian di Tomohon daripada di Tondano atau Manado karena lebih
menguntungkan. Selain itu, jarak Sonder-Tomohon lebih dekat dibandingkan
dengan Sonder ke Manado atau Tondano.
Perdagangan di Tomohon juga terkenal sampai Tondano. Mayoritas
pembeli berasal dari Tondano, selain penduduk Tomohon. Jarak yang sekitar 12
kilometer atau 15 menit perjalanan dari Tondano membuat penduduk Tondano
lebih senang belanja ke Tomohon. Selain itu, kualitas dan kuantitas barang yang
diperdagangkan juga lebih banyak dan bervariasi. Agaknya, faktor kedekatan
dengan Manado membuat distribusi perdagangan dan jasa di Tomohon lebih
lancar.
Kegiatan perdagangan lebih diuntungkan dengan fungsi Tomohon sebagai
kota pendidikan dan daerah wisata. Sekurang-kurangnya enam perguruan tinggi
negeri dan swasta berlokasi di Tomohon. Menjamurnya perdagangan dan jasa
penunjang pendidikan seperti wartel, warnet, fotokopi, rumah kos, dan perbankan
tidak dapat dihindari. Begitu juga sebagai daerah wisata, predikat ini memicu
munculnya hotel dan restoran yang sudah berkembang sejak dulu. Namun, saat ini
belum tersedia hotel berbintang. Tomohon hanya difasilitasi 21 hotel kelas melati
yang kebanyakan berlokasi di lereng-lereng pegunungan. Hal ini juga membuat
sekitar 28 persen penduduk Tomohon bekerja di sektor jasa.
16
Tidak hanya perdagangan lokal yang berkembang. Perdagangan luar
negeri pun cukup berkembang. Hal ini dipicu oleh industri rumah panggung yang
cukup berkembang di Desa Woloan.
Kenyataan di atas, membuat hampir setiap jenis produk dapat
diperdagangkan dan mampu meraih sukses di Kota Tomohon. Hal ini pun berlaku
bagi pemasaran hasil produksi sektor pertanian khususnya sayur-sayuran.
Kegairahan perekonomian di Kota Tomohon memberikan peluang yang terbuka
lebar bagi petani sayuran untuk memasarakan hasil pertaniannya dengan harga
terjangkau.
5.2Gambaran Umum Kehidupan Petani Sayuran di Kota Tomohon
Secara garis besar yang diketahui, bahwa hampir 30 persen penduduk
Kota Tomohon bermata pencarian sebagai petani, baik petani buah-buahan
maupun petani sayuran, serta yang paling ngetop saat ini adalah petani tanaman
hias. Dengan keragaman jenis usahataninya, dapat dilihat hingga saat ini
kehidupan para petani tidak dapat dikatakan makmur. Salah satu penyebabnya
adalah budaya yang mendidik masyarakat untuk hidup tidak hemat. Akibatnya,
banyak masyarakat terutama di kalangan para petani khususnya petani sayuran
tidak mengerti pentingnya modal-modal kewirausahaan merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam usahataninya selain faktor keberuntungan.
Begitu kuatnya pengaruh adat-istiadat Minahasa, membuat para petani
sayuran di Kota Tomohon memiliki gaya hidup “manja”, hal ini terlihat dari
kebiasaan berpesta pora, pendidikan tidak menjadi prioritas hidup, dan pola hidup
konsumtif demi pamor atau gengsi pribadi, menjadi imej yang sulit dilepas dari
penduduk Minahasa, khususnya dalam penelitian ini adalah para petani sayuran,
menyebabkan tingkat kesejahteraannya tergolong rendah dan tidak maju-maju.
Sebenarnya, para petani sayuran tersebut memiliki semangat dan kerja
keras terhadap pekerjaannya, namun pola hidup mewah dan konsumtif serta tidak
adanya kemampuan dan jiwa kewirausahaan dalam mengelola keuangan dan
usahataninya membuat hidup mereka tidak mengalami kemajuan. Dari segi
tingkat kesejahteraan tergolong pas-pasan malah cenderung rendah. Hal ini
17
diperburuk dengan tidak adanya niat dari para petani tersebut untuk memperbaiki
taraf hidup mereka, keluar dari zona pas-pasan menuju tingkat kesejahteraan yang
lebih baik lagi.
5.3 Analisa Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon
Seperti yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, yang termasuk
dalam modal intelektual adalah semua ide, kreativitas dan inovasi yang betolak
dari tingkat pendidikan dan pengalaman kerja serta kemampuan seorang
wirausaha dalam bisnisnya. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
5.3.1 Tabel Data Tingkat Pendidikan Para Petani Sayuran di Tomohon
NO. PETANI TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAHSD SMP SMA PT
1. Wortel 25 20 10 5 602. Kubis 20 12 7 1 403. Bawang Daun 14 10 4 2 304. Sawi Putih 14 19 6 1 40
JUMLAH 73 61 27 9 170
Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa sebagian besar petani sayuran di
Kota Tomohon memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tidak cukup baik.
Hal ini terlihat jelas pada data tabel, menunjukkan bahwa kebanyakan petani
sayuran terutama di Desa Rurukan, hanya lulusan SD-SMP yaitu dengan poin 73
untuk lulusan SD yang jika dipersentasekan memiliki nilai sebesar 43%, untuk
tingkat pendidikan SMP dengan 61 poin dan besar angka persentasenya adalah 36
%. Sedangkan untuk petani lulusan SMA sekitar 16% atau dengan poin 27, dan
petani dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi (PT) sangat kurang petani
sayuran yang mencapai tingkat pendidikan ini walaupun masih ada dengan jumlah
yang sangat minim, yaitu dengan 9 poin, yang jika dipersentasekan adalah sebesar
5%. Hal ini menyimpulkan bahwa benar, petani sayuran di Kota Tomohon tidak
menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam hidup mereka, dan
18
pendidikan belum merupakan kebutuhan hidup yang mendesak, serta pendidikan
masih terkesan mahal dan buang-buang waktu. Yang penting bagi mereka adalah
kekuatan fisik dan jasmani yang sehat serta mampu untuk menggarap lahan guna
menghasilkan uang. Sehingga tanpa disadari para petani sayuran telah
melewatkan kesempatan untuk memiliki modal kewirausahaan terpenting yaitu,
pengetahuan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat mengefisienkan
alokasi usmberdaya yang dipakai. Hal ini menyebabkan, tidak adanya kreativitas
dan inovasi atau terobosan yang dapat dilakukan petani guna meningkatkan
produktivitas produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan
keluarganya.
5.3.2 Tabel Data Manajemen Finansial Petani Sayuran
NO. PETANI MANAJEMEN FINANSIAL JUMLAHYA KADANG-
KADANGTIDAK
1. Wortel 15 25 20 602. Kubis 10 12 18 403. Bawang Daun 4 10 16 304.. Sawi Putih 9 10 21 40
JUMLAH 38 57 75 170
Berdasarkan data di atas dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa para petani sayuran di Desa Rurukan, belum memiliki
kemampuan manajemen yang baik terutama manajemen finansial untuk mengatur
arus kas dalam usahatani yang dijalankan. Sebesar 44% dari responden menjawab
bahwa mereka tidak mengontrol arus kas dengan pembuatan pembukuan, 34%
responden menjawab kadang-kadang membuat pembukuan apabila ada waktu dan
jika tidak lupa, dan sebanyak 22% responden menjawab harus selalu membuat
pembukuan sebagai kontrol terhadap arus kas dan usahanya. Hal ini sangat
berkaitan dengan tingkat intelektual dari petani tersebut yang diindikasikan pada
faktor tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para petani, seperti pembahasan
pada tabel sebelumnya.
19
5.4 Analisa Pengaruh Modal Sosial dan Moral Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon
Dalam modal sosial dan modal moral, hal yang sangat penting adalah
perdan keluarga dan lingkungan sosial yang dipadukan dengan etika yang berlaku
dalam masyarakat, guna menilai kepribadian dan etika seorang wirausaha guna
menciptakan citra, dalam hal ini adalah citra petani sayuran di Kota Tomohon itu
sendiri. Di bawah ini disajikan dalam bentuk tabel data variabel peneletian dari
kedua modal kewirausahaan ini yang telah dianalisis, yaitu latar belakang
keluarga dan family size, kesadaran akan pentingnya kredibilitas dan citra usaha.
5.4.1 Tabel Data Ukuran Keluarga (Family Size) Petani Sayurandi Tomohon
NO. PETANI UKURAN KELUARGA JUMLAHKECIL SEDANG BESAR
1. Wortel 12 20 28 602. Kubis 7 13 20 403. Bawang Daun 10 10 10 304.. Sawi Putih 8 14 18 40
JUMLAH 37 57 76 170
Berdasarkan tabel data di atas diperoleh bahwa sebagian besar para petani
sayuran di Kota Tomohon memiliki ukuran keluarga yang sedang sampai ukuran
keluarga besar. Hal ini terlihat berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
yaitu, sebesar 34% para petani memiliki ukuran keluarga kategori sedang, dan
sebesar 45% petani sayuran di Desa Rurukan memiliki ukuran keluarga kategori
besar. Untuk ukuran keluarga kategori kecil terdapat sebesar 22%.Dimana, jumlah
anggota keluarga 3-4 orang adalah jenis ukuran keluarga kecil, jumlah anggota
keluarga 5-6 orang adalah jenis ukuran keluarga sedang, dan untuk ukuran
keluarga yang besar adalah lebih dari enam orang anggota keluarga.
jenis ukuran keluarga besar ini cenderung membuat para petani termotivasi untuk
memcari penghasilan yang cukup bahkan lebih baik lagi untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya, sayangnya tidak didukung dengan modal
intelektual yang memadai.
20
5.4.2 Tabel Data Kesadaran Petani akan Pentingnya Kredibilitas dan Citra Usaha
NO. PETANI KESADARAN AKAN KREDIBILITAS DAN CITRA
USAHA
JUMLAH
RENDAH SEDANG TINGGI1. Wortel 14 16 30 602. Kubis 10 15 15 403. Bawang Daun 9 11 10 304.. Sawi Putih 8 13 19 40
JUMLAH 41 55 74 170
Berdasarkan data di atas dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian di Tomohon, para petani
sayuran dari Desa Rurukan sangat menjujung tinggi kejujuran berusaha,
kepercayaan dan loyalitas pelanggannya. Sehingga, para petani akan
menggunakan cara yang tepat guna menjaga kredibilitas dan citra usahanya agar
tetap baik. Sebanyak 43,53% dari responden menjawab bahwa mereka memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap kredibilitas dan citra usaha agar senantiasa terjaga
dengan baik, kemudian sebanyak 32,35% dari responden memiliki tingkat
kesadaran sedang terhadap parameter ini, dan sebanyak 24,12% dari responden
memiliki tingkat kesadaran yang rendah terhadap pentingnya kredibilitas dan citra
usaha harus senantiasa terjaga dengan baik.
21
5.5 Analisa Pengaruh Modal Mental Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon
Modal mental yang diperlukan dalam kewirausahaan adalah motivasi dan
landasan agama yang melandasi setiap langkah seseorang dalam menjalankan
bisnisnya, baik dalam merespon peluang/tantangan, tetapi juga dalam rangka
menghadapi resiko yang mungkin terjadi dalam bisnisnya.
5.5.1 Tabel Data Agama yang Dianut Petani Sayuran di Tomohon
NO. PETANI AGAMA YANG DIANUT JUMLAHBUD. KAT. KRIS. ISL. HIN.
1. Wortel - 25 25 10 - 602. Kubis - 30 15 5 - 403. Bawang Daun - 13 10 7 - 304. Sawi Putih - 15 12 13 - 40
JUMLAH 0 73 62 35 0 170
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Lurah tempat domisili
masing-masing petani sayuran diperoleh bahwa mayoritas para petani sayuran
memeluk agama Kristen Katolik yaitu sebanyak 73 orang dari responden atau
sekitar 42,94%, kemudian sebanyak 62 petani beragama Kristen Protestan
(36,47%), sebanyak 35 petani beragama Islam (20,59%). Hal ini mempengaruhi
kesiapan mental dan motivasi seseorang dalam menjalankan usahanya, yang
diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk mengambil resiko dan tantangan,
yang diaplikasikan dengan caranya masing-masing berlandaskan ajaran agamanya
masing-masing.
22
5.5.2 Tabel Data Usia Usahatani Petani Sayuran
NO. PETANI USIA USAHA JUMLAH< 5 Thn 5 – 10
Thn> 10 Thn
1. Wortel 10 12 38 602. Kubis 5 9 26 403. Bawang Daun 6 11 13 304.. Sawi Putih 8 12 20 40
JUMLAH 29 44 97 170
Melalui data usia usahatani para petani usahatani di Desa Rurukan ini,
berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pengalaman dan ketekunan para petani
dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
sebesar 17,6% usia usahatani responden berumur kurang dari lima tahun, sebesar
25,88% usia usahatani respnden berkisar antara lima tahun hingga 10 tahun, dan
sebanyak 57,06% dari responden memiliki usia usahatani berumur lebih dari 10
tahun. Data ini menunjukkan tidak hanya pengaruh ajaran agama yang
menentukan motivasi petani dalam berusaha, juga pengalaman kerja dari petani
itu juga turut menjadi indikator yang penting dalam kemajuan usahataninya.
5.6 Analisa Pengaruh Modal Material Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Sayuran di Kota Tomohon
Modal material yang dimaksudkan dalam modal kewirausahaan ini adalah
modal dalam bentuk uang atau barang. Sumber modal dapat melalui dana pribadi
maupun melalui pinjaman dari Bank, atau lembaga keuangan lainnya. Data yang
telah diperoleh adalah sebagai berikut:
23
5.6.1 Tabel Data Sumber Permodalan Petani Sayuran di Tomohon
NO. PETANI SUMBER MODAL JUMLAHPRIBADI PINJAMAN KEDUANYA
B R LL1. Wortel 10 9 20 6 15 602. Kubis 7 8 10 5 10 403. Bawang Daun 9 4 7 3 7 304. Sawi Putih 11 8 9 3 9 40
JUMLAH 37 29 46 17 41 170
Berdasarkan data diatas dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh
data bahwa mayoritas petani sayuran di Desa Rurukan menggunakan sumber
modal melalui pinjaman (54,12%) terutama kepada rentenir dnegan persentase
sebesar 27,06%. Petani yang membiayai usahataninya melalui modal pribadi
ternyata sedikit hanya sekitar 21,76%. Sedangkan petani yang menggunakan
kombinasi sumber modal untuk usahataninya, yaitu modal pribadi dan pinjaman
dengan persentase sebesar 24,12%. Selain meminjam modal dari rentenir, para
petani juga memperoleh pinjaman modal dari Bank yaitu sekitar 17,06%, dan juga
dari lembaga keuangan lain, misalnya dari pegadaian dengan persentase sebesar
10%.
5.6.2 Tabel Data Tingkat Pendapatan Petani (Rupiah/Bulan)
NO. PETANI TINGKAT PENDAPATAN JUMLAH≤ 5 JUTA 5,5 – 10
JUTA≥ 10 JUTA
1. Wortel 22 20 18 602. Kubis 20 10 10 403. Bawang Daun 17 10 3 304. Sawi Putih 19 15 6 40
JUMLAH 78 55 37 170
Tabel data di atas menunjukkan, bahwa mayoritas petani sayuran di Desa
Rurukan ini mempunyai tingkat pendapatan di bawah lima juta Rupiah tiap
bulannya (45,88%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan para petani
sayuran di Desa ini masih sangat rendah, mengingat kebutuhan hidup yang
24
semakin membumbung tinggi harganya. Selanjutnya untuk petani dengan tingkat
kesejahteraan sedikit lebih baik adalah para petani dengan pendapatan per
bulannya sekitar 5,5 sampai 10 juta Rupiah yaitu sekitar 32,55%, sedangkan
petani dengan pendapatan di atas 10 Juta Rupiah per bulan adalah sebesar
21,76%.
25
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap petani sayuran
di Desa Rurukan selama kurang lebih tiga bulan, diperoleh data hasil bahwa
memang benar tingkat kesejahteraan para petani khususnya para petani sayuran di
di desa ini tergolong rendah. Kesimpulan lainnya bahwa seharusnya modal-modal
kewirausahaan seperti modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental,
dan modal material berperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan
kehidupan petani sayuran di Desa Rurukan, Kecamatan Tomohon. Sayangnya,
adat-istiadat dan budaya hidup mewah yang terlampau kuat mengakar dalam
tatanan hidup kemasyarakatan yang membuat petani sayuran di Desa tersebut
tidak menyadari peran penting dari kunci sukses dalam berusaha, yaitu modal-
modal kewirausahaan tersebut dan cenderung “manja”. Para petani tidak
memprioritaskan pendidikan guna memperkaya modal intelektualnya dan sebagai
kebutuhan yang mendesak, hal ini dapat dilihat pada hasil analisis data bahwa
sebesar 43% para petani hanya lulusan SD, lulusan SMP sekitar 36%, sedangkan
lulusan SMA dan PT hanya sebesar 16% dan 5%. Para petani juga tidak memiliki
kemampuan untuk melaksanakan manajemen yang baik terhadap usahataninya,
hal ini terbukti dengan hanya sekitar 22% dari responden yang selalu membuat
pembukuan untuk mengatur keuangannya, dan sekitar 44% tidak membuat
pembukuan untuk usahataninya, serta sebesar 34% yang hanya kadang-kadang
membuatnya. Selain itu dalam sumber modal (dana) pun sebagian besar petani
lebih memilih untuk meminjam dananya kepada para rentenir yang berada di
desanya walaupun bunganya jauh lebih besar (27,06%) ketimbang mengambil
kredit di Bank dengan bunga yang lebih rendah terlebih pada saat ini karena
adanya program revitalisasi pertanian yang memungkinkan petani memperoleh
kredit lebih mudah dan terjangkau. Selain itu, berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan diperoleh data bahwa, para petani sayuran tersebut sangat kurang dalam
26
kemampuan manajemennya, terutama untuk manajemen keuangan, sehingga
alokasi dana tidak tepat dari segi jumlah dana dan dari segi pos-pos alokasinya
dan oleh karena pola hidup mewahnya sehingga dana yang seharusnya untuk
kelangsungan usahataninya dipergunakan untuk hal-hal lain yang lebih bersifat
temporari konsumtif. Hal ini menjadi salah satu penyebab ridak berkembanganya
usahataninya, karena kredit yang diperoleh tidak dapat dikembalikan. Kehidupan
sosial setiap petani pastinya berbeda, tapi memiliki peran tersendiri dalam
menentukan performa usahatani tersebut.Hasilnya, taraf hidup mereka tidak
berubah ke arah yang lebih baik, malah cenderung mengalami penurunan yang
berakibat pada kemiskinan.
5.2 Saran
Bagi pemerintah, dapat melakukan sosialisai dan pelatihan serta
penyuluhan dengan melibatkan para penyuluh yang berkompeten dan profesional
dalam bidangnya guna mempercepat proses perbaikan tersebut. Selain itu,
pemerintah setempat dapat mendorong dan memotivasi para petani dengan
bantuan dan penyaluran kredit dengan bunga terjangkau, terutama pada saat
sekarang ini dengan program revitalisasi pertanian, pemerintah dan Bank, serta
koperasi di daerah setempat agar dapat bekerjasama dalam memudahkan
penyaluran kredit tersebut, serta mendidik petani untuk hidup hemat dan mulai
melepas budaya yang keliru, yaitu pola hidup mewah, serta menciptakan pasar
bagi pemasaran hasil produksi para petani sayuran yang kondusif dan kontinu. Di
pihak petani sendiri, harus memiliki tekad bulat dan kerja keras guna mampu
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Bagi masyarakat luas dan lembaga-
lembaga terkait, sudah sepatutnya mendukung kesuksesan misi ini, dengan saling
membantu dengan ikhlas tanpa saling menyulitkan
27
DAFTAR PUSTAKA
Blawatt, Ken R. 1998. Entrepreneurship: Process and Management. Prentice Hall. Ontario.
Bounds & Lamb. 1998. Business. South Western College Publishing. Ohio.
Hirsch, Robert D., Michael P. Peters. 1999. Entreperneurship 4th edition. McGraw-Hill. Boston.
Jahja, Sujuti. 1997. Penelitian tentang Kewirausahaan dalam Rangka Pengembangan Disiplin Ilmu Kewirausahaan. Makalah Seminar Nasional. Ex. 4,6. IKOPIN. Jatinagor.
Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.
Moehar, Daniel. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Poespadibrata, Sidharta. 1993. Sistem Nilai, Kepercayaan, dan Kepemimpinan Manajer Madya dalam Konteks Budaya Organisasi. Disertasi UNPAD. Bandung.
Rockeach, Milton N. 1973. The Nature of Human Value. The Free Press. McMillan Publ. Co., Inc. New York.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Kompas. (2005). Kota Tomohon. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0401/20/otonomi/810119.htm. Retrieved 8 Juni 2007. 13:23:31.
28
LAMPIRAN
Persentase Tingkat Pendidikan Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:
1) Tingkat Pendidikan SD:
73— x 100% = 43%170
2) Tingkat Pendidikan SMP:
61— x 100% = 36%170
3) Tingkat Pendidikan SMA:
27— x 100% = 16 %170
4) Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi (PT): 9— x 100% = 5 %170
Persentase Tingkat Manajemen Finansial Para Petani Sayuran di Desa
Rurukan:
1) Selalu Membuat Pembukuan:
38— x 100% = 22%170
2) Kadang Membuat Pembukuan:
5— x 100% = 34%170
3) Tidak Membuat Pembukuan:
75— x 100% = 44 %170
29
Persentase Ukuran Keluarga Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:
1) Ukuran Keluarga Kecil
37— x 100% = 22 %170
2) Ukuran Keluarga Sedang
57— x 100% = 34 %170
3) Ukuran Keluarga Besar
76— x 100% = 45 %170
Persentase Kesadaran akan Kredibilitas dan Citra Usaha Para Petani Sayuran Di Desa Rurukan:
1) Tingkat Kesadaran Rendah
41— x 100% = 24,12 %170
2) Tingkat Kesadaran Sedang
55— x 100% = 32,35 %170
3) Tingkat Kesadaran Tinggi
74— x 100% = 43,53 %170
Persentase Agama yang Dianut Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:
1) Katolik
73— x 100% = 42,94 %170
2) Kristen
62— x 100% = 36,47 %170
30
3) Islam
35— x 100% = 20,59 %170
Persentase Usia Usahatani Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:
1) Kurang dari 5 Tahun:
29— x 100% = 17,6 %170
2) 5 – 10 Tahun:
44— x 100% = 25,88 %170
3) Lebih dari 10 Tahun:
97— x 100% = 57,06 %170
Persentase Sumber Modal Usaha Para Petani Sayuran di Desa Rurukan:
1) Modal Pribadi:
37— x 100% = 21,76 %170
2) Pinjaman Bank:
29— x 100% = 17,06 %170
3) Pinjaman Rentenir:
46— x 100% = 27,06 %170
4) Pinjaman Lain-lain:
17— x 100% = 10 %170
5) Total Modal Pinjaman:
92— x 100% = 54,12 %170
31
6) Kombinasi Modal Pribadi dan Modal Pinjaman:
41— x 100% = 24,12 %170
Persentase Tingkat Pendapatan Para Petani Sayuran di Desa Rurukan (per Bulan):
1) Kurang Lebih sama dengan 2 Juta Rupiah:
78— x 100% = 45,88 %170
2) 2,5 – 5 Juta Rupiah:
55— x 100% = 32,35 %170
3) Lebih dari 5 Juta Rupiah:
37— x 100% = 21,76 %170
32