reretak #1

20

Upload: reretakzine

Post on 07-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

reretak #1: Senja. September 2014. Yogyakarta, Indonesia.

TRANSCRIPT

Page 1: reretak #1
Page 2: reretak #1

2

reretak (#1 “Senja”)

Oleh : @ilhammmbp

Kontributor : @ngalimanbt, @annisasuke, @ferdemon, @ioktrgtmpl,

@arletafenty, @adamghifn, @tuankiki

Email : [email protected]

3

Senja? Ada apa dengan senja? Apakah senja apa adanya karena memang sudah terbiasa senja datang dan pergi? Senja. Iya ini gambar yang saya rekam dan coba ceritakan tentang senja ini sesuai dengan apa itu yang saya tahu. Ini rekam gambar dari kamera ponsel tanpa dibuat dengan olah digital berlebih. Cukup pangkas sepadan ukuran gambar dan memperjelas suasana senjanya.

Senja Ada Apanya

Berlokasi di Gantole Parangtritis. Dari sini nampak pantai selatan parangtritis dan pantai-pantai sekitarnya terlihat dari ketinggian dan senja akan lebih elok dengan sudut pandang luas. Berkunjunglah ke sana dan nikmati senja dengan cara apapun dan siapapun.

Adakah dari seseorang yang belum pernah sekedar singgah ke Stasiun Tugu Yogyakarta? Kalau belum atau pun sudah sering maka coba dokumentasikan suasana senja di sekitaran stasiun tersebut. Ini salah satu yang saya coba rekam dengan kamera ponsel suasana senja di

Senja Singgah di Stasiun Tugu

Senja di Atas Pantai

Foto dan teks oleh: @ngalimanbt

Rekam

“Nostalgia memang gejala mengenai dunia yang sudah hilang, rumah pada masa lalu yang sudah berjarak. Nostalgia selalu merupakan perlawanan terhadap kemodernan, ke-kini-an dan ke-di-sini-an, sebentuk usaha yang sering sia-sia terhadap roda sejarah yang maju melindas apa saja.”

-Zen R.S dalam Jalan Lain ke Tulehu

Wacana menahun akhirnya terealisasikan. Hore! Yap, media fisik bernama reretak ini adalah sebentuk “sik penting dadi” dari keinginan personal saya untuk membuat media beretoskan kesenangan. Meski jauh dari kata teratur, edukatif dan menarik, kegembiraan karena media ini lahir dengan selamat sudah cukup. reretak, lahir dari rahim kemalasan yang amat sangat.

Saya tidak terlalu memedulikan istilah yang tepat untuk media ini. Akan lebih menarik untuk menceritakan bagaimana akhirnya kumpulan kertas ini tergenggam. reretak dibuat dalam waktu satu minggu, dengan kontribusi konten dari kawan-kawan saya. Betapa menggembirakan mengetahui ketertarikan mereka untuk membantu edisi pertama ini, dalam tenggat waktu maksimal tiga hari. Seorang kawan bahkan menyelesaikan artikelnya setengah hari. Saya menghaturkan banyak terima kasih atas kebaikan mereka.

Selasar

reretak dibuat sembari

mendengarkan:�FSTVLST – Hits Kitsch album�Damon Albarn – Everyday Robots

album�Danilla – Terpaut oleh Waktu�Rusamilitan – Senandung Senja�Snowbird – All Wishes Are Ghosts�Gorillaz – On Melancholy Hill�Float - Sementara

membaca:

�Warn!ng Magz #1-#4

�Share Zine #1

Senja menjadi tema edisi pertama ini. tentu kawan-kawan saya tidak bisa protes atas tema tersebut. Tema ini saya pilih atas keyakinan saya bahwa manusia membutuhkan senja. Entah untuk disukai, atau dibenci. Entah sebagai hiburan, entah sebagai kambing hitam penderitaan.

Senja tidak mungkin terangkum dalam 20 lembar ini. Ini adalah 20 lembar yang saya bisa tulis dan minta.

Karena percayalah, senja adalah sebentuk romantisme yang tak pernah usang. Maka bergembiralah. Karena esok hari belum tentu senja akan datang.

Tabik!

Page 3: reretak #1

2

reretak (#1 “Senja”)

Oleh : @ilhammmbp

Kontributor : @ngalimanbt, @annisasuke, @ferdemon, @ioktrgtmpl,

@arletafenty, @adamghifn, @tuankiki

Email : [email protected]

3

Senja? Ada apa dengan senja? Apakah senja apa adanya karena memang sudah terbiasa senja datang dan pergi? Senja. Iya ini gambar yang saya rekam dan coba ceritakan tentang senja ini sesuai dengan apa itu yang saya tahu. Ini rekam gambar dari kamera ponsel tanpa dibuat dengan olah digital berlebih. Cukup pangkas sepadan ukuran gambar dan memperjelas suasana senjanya.

Senja Ada Apanya

Berlokasi di Gantole Parangtritis. Dari sini nampak pantai selatan parangtritis dan pantai-pantai sekitarnya terlihat dari ketinggian dan senja akan lebih elok dengan sudut pandang luas. Berkunjunglah ke sana dan nikmati senja dengan cara apapun dan siapapun.

Adakah dari seseorang yang belum pernah sekedar singgah ke Stasiun Tugu Yogyakarta? Kalau belum atau pun sudah sering maka coba dokumentasikan suasana senja di sekitaran stasiun tersebut. Ini salah satu yang saya coba rekam dengan kamera ponsel suasana senja di

Senja Singgah di Stasiun Tugu

Senja di Atas Pantai

Foto dan teks oleh: @ngalimanbt

Rekam

“Nostalgia memang gejala mengenai dunia yang sudah hilang, rumah pada masa lalu yang sudah berjarak. Nostalgia selalu merupakan perlawanan terhadap kemodernan, ke-kini-an dan ke-di-sini-an, sebentuk usaha yang sering sia-sia terhadap roda sejarah yang maju melindas apa saja.”

-Zen R.S dalam Jalan Lain ke Tulehu

Wacana menahun akhirnya terealisasikan. Hore! Yap, media fisik bernama reretak ini adalah sebentuk “sik penting dadi” dari keinginan personal saya untuk membuat media beretoskan kesenangan. Meski jauh dari kata teratur, edukatif dan menarik, kegembiraan karena media ini lahir dengan selamat sudah cukup. reretak, lahir dari rahim kemalasan yang amat sangat.

Saya tidak terlalu memedulikan istilah yang tepat untuk media ini. Akan lebih menarik untuk menceritakan bagaimana akhirnya kumpulan kertas ini tergenggam. reretak dibuat dalam waktu satu minggu, dengan kontribusi konten dari kawan-kawan saya. Betapa menggembirakan mengetahui ketertarikan mereka untuk membantu edisi pertama ini, dalam tenggat waktu maksimal tiga hari. Seorang kawan bahkan menyelesaikan artikelnya setengah hari. Saya menghaturkan banyak terima kasih atas kebaikan mereka.

Selasar

reretak dibuat sembari

mendengarkan:�FSTVLST – Hits Kitsch album�Damon Albarn – Everyday Robots

album�Danilla – Terpaut oleh Waktu�Rusamilitan – Senandung Senja�Snowbird – All Wishes Are Ghosts�Gorillaz – On Melancholy Hill�Float - Sementara

membaca:

�Warn!ng Magz #1-#4

�Share Zine #1

Senja menjadi tema edisi pertama ini. tentu kawan-kawan saya tidak bisa protes atas tema tersebut. Tema ini saya pilih atas keyakinan saya bahwa manusia membutuhkan senja. Entah untuk disukai, atau dibenci. Entah sebagai hiburan, entah sebagai kambing hitam penderitaan.

Senja tidak mungkin terangkum dalam 20 lembar ini. Ini adalah 20 lembar yang saya bisa tulis dan minta.

Karena percayalah, senja adalah sebentuk romantisme yang tak pernah usang. Maka bergembiralah. Karena esok hari belum tentu senja akan datang.

Tabik!

Page 4: reretak #1

Aku pernah menghabiskan sore di tepi

rel kereta api. Duduk di sekitar pintu

perlintasan tidak jauh dari stasiun bersama

anak-anak kecil yang didulang makan oleh

orang tuanya. Kereta melintas dengan pelan,

kecuali beberapa kereta eksekutif yang

memang tidak singgah di stasiun kecil. Latar

belakang langit lembayung membuat

lokomotif terlihat siluet dan gagah dengan

lampunya yang telah menyala.

Ingatan tersebut terpicu otomatis ketika

aku mendengarkan Kereta Senja; karya musik

yang direkam secara live dari konser

kolaborasi Suara Awan. Kalian bisa

mendengarnya lewat tautan ini;

https://soundcloud.com/gardika-gigih-

pradipta/kereta-senja-live-konser-suara-

awan-ananda-rara-pepi-gigih-alfin-jimi-suta.

Musik yang tenang ini dimainkan oleh

Gardika Gigih Pradipta bersama Banda Neira

dan beberapa musisi lainnya. Aku mengulang-

ulang musik tersebut di Soundcloud hingga

yang terpicu bukan hanya ingatan, namun

juga lamunan.

Aku menyandarkan punggung pada kursi

swivel yang agak rusak, menarik badan

menjauhi monitor. Kaki berusaha aku

luruskan. Volume aku naikkan sedikit. Penat

dan jenuh seharian perlu dihabiskan sebelum

malam tiba, dengan Kereta Senja.

Yang aku lamunkan dari kereta dan

senja adalah suasana. Senja hampir selalu

indah bagiku, dan perjalanan dengan kereta

api juga hampir selalu indah. Tapi entah

dengan Ananda Badudu dan Rara Sekar.

Kenapa mereka memasukkan lirik seperti ini,

“pernahkan kau sedekat ini, kuberlari…

kuberlari”? Kenapa Gardika Gigih

membunyikan musik dengan harmonis? Aku

menebak, pasti untuk memudahkan aku

melamun. Haha.

Semakin dalam suara biola dan cello

dibunyikan, semakin dalam pula lamunanku.

Ingatan-ingatan bermunculan secara acak.

Tidak peduli musik yang berdurasi hampir

tiga menit itu aku ulang-ulang, lamunanku

tetap dalam.

Aku pernah duduk menghabiskan sore

di tepi rel kereta api. Melihat sibuknya juru

langsir mengawasi lokomotif yang berpindah

jalur. Mengamati wesel-wesel bergeser.

Memandang gagahnya lokomotif yang sering

membunyikan klakson; semboyan 35. Aku

melihat gerbong-gerbong beruntun rapi.

Sesekali aku memotret dengan kamera

ponsel. Aku berada di sini hingga senja

hampir habis.

Kereta Senja Aku juga ingat pernah naik kereta api di

kala senja sewaktu masih kecil bersama

Mama. Kami ke Solo dengan kereta

Prambanan Express. Tiket kereta api waktu

itu masih seukuran kartu domino. Hujan di

luar membuat kaca jendela bertitik-titik air,

sesekali terkena pancaran lampu. Itulah

pengalamanku pertama kali naik kereta.

Aku pernah

mendengar lagu

Franky dan Jane

Sahilatua tentang

pertemuan di kereta

api yang berjudul

Perjalanan. Lagu

lawas yang agak

ngeri itu cukup populer. “Dia lalu bercerita

tentang anak gadisnya yang tlah tiada, karena

sakit dan tak terobati. Yang wajahnya mirip

denganku.” Lagu ini dibawakan ulang oleh

Sarasvati, dengan nuansa musik yang sedikit

lebih ngeri.

Lamunanku terhenti. Dari ingatanku

yang kesana kemari, muncul satu ingatan

yang saat itu sedang terjadi. Kekasihku

sedang berada di kereta senja! Dia sedang

ingin mencapai Rinjani bersama tiga orang

kawan. Aku harus menghubunginya. Aku

penasaran apakah dia sudah mulai bosan

berlama-lama di dalam gerbong ekonomi. :D

Itulah sederet lamunanku tentang kereta

senja. Aku harus segera bergegas ke ruang

sujud sebelum senja habis. Aku harus segera

pulang. Entah untuk meneruskan lamunan,

atau melakukan sesuatu agar aku punya

banyak bahan lamunan suatu saat nanti.

Melamun bukan

tindakan kriminal.

Terimakasih

kereta api dan senja.

Terimakasih Kereta

Senja. Semoga Kereta

Senja dapat memberi

inspirasi bagi pemain

musik dan pelantun syair. Semoga kereta

senja berjaya mengantar kekasihku dan

teman-temannya selamat sampai tujuan.

Di tautan ini;

https://soundcloud.com/gardika-gigih-

pradipta/07-kereta-senja-train-music, adalah

komposisi musik Kereta Senja lainnya dari

Gardika Gigih. Di menit akhir, kalian akan

menemukan bel stasiun yang dikomposisi

ulang dengan indah.

***

Teks oleh: @adamghifn

Dari ingatanku yang

kesana kemari, muncul satu

ingatan yang saat itu sedang

terjadi. Kekasihku sedang

berada di kereta senja!

SauhSauh

4 5

Page 5: reretak #1

Aku pernah menghabiskan sore di tepi

rel kereta api. Duduk di sekitar pintu

perlintasan tidak jauh dari stasiun bersama

anak-anak kecil yang didulang makan oleh

orang tuanya. Kereta melintas dengan pelan,

kecuali beberapa kereta eksekutif yang

memang tidak singgah di stasiun kecil. Latar

belakang langit lembayung membuat

lokomotif terlihat siluet dan gagah dengan

lampunya yang telah menyala.

Ingatan tersebut terpicu otomatis ketika

aku mendengarkan Kereta Senja; karya musik

yang direkam secara live dari konser

kolaborasi Suara Awan. Kalian bisa

mendengarnya lewat tautan ini;

https://soundcloud.com/gardika-gigih-

pradipta/kereta-senja-live-konser-suara-

awan-ananda-rara-pepi-gigih-alfin-jimi-suta.

Musik yang tenang ini dimainkan oleh

Gardika Gigih Pradipta bersama Banda Neira

dan beberapa musisi lainnya. Aku mengulang-

ulang musik tersebut di Soundcloud hingga

yang terpicu bukan hanya ingatan, namun

juga lamunan.

Aku menyandarkan punggung pada kursi

swivel yang agak rusak, menarik badan

menjauhi monitor. Kaki berusaha aku

luruskan. Volume aku naikkan sedikit. Penat

dan jenuh seharian perlu dihabiskan sebelum

malam tiba, dengan Kereta Senja.

Yang aku lamunkan dari kereta dan

senja adalah suasana. Senja hampir selalu

indah bagiku, dan perjalanan dengan kereta

api juga hampir selalu indah. Tapi entah

dengan Ananda Badudu dan Rara Sekar.

Kenapa mereka memasukkan lirik seperti ini,

“pernahkan kau sedekat ini, kuberlari…

kuberlari”? Kenapa Gardika Gigih

membunyikan musik dengan harmonis? Aku

menebak, pasti untuk memudahkan aku

melamun. Haha.

Semakin dalam suara biola dan cello

dibunyikan, semakin dalam pula lamunanku.

Ingatan-ingatan bermunculan secara acak.

Tidak peduli musik yang berdurasi hampir

tiga menit itu aku ulang-ulang, lamunanku

tetap dalam.

Aku pernah duduk menghabiskan sore

di tepi rel kereta api. Melihat sibuknya juru

langsir mengawasi lokomotif yang berpindah

jalur. Mengamati wesel-wesel bergeser.

Memandang gagahnya lokomotif yang sering

membunyikan klakson; semboyan 35. Aku

melihat gerbong-gerbong beruntun rapi.

Sesekali aku memotret dengan kamera

ponsel. Aku berada di sini hingga senja

hampir habis.

Kereta Senja Aku juga ingat pernah naik kereta api di

kala senja sewaktu masih kecil bersama

Mama. Kami ke Solo dengan kereta

Prambanan Express. Tiket kereta api waktu

itu masih seukuran kartu domino. Hujan di

luar membuat kaca jendela bertitik-titik air,

sesekali terkena pancaran lampu. Itulah

pengalamanku pertama kali naik kereta.

Aku pernah

mendengar lagu

Franky dan Jane

Sahilatua tentang

pertemuan di kereta

api yang berjudul

Perjalanan. Lagu

lawas yang agak

ngeri itu cukup populer. “Dia lalu bercerita

tentang anak gadisnya yang tlah tiada, karena

sakit dan tak terobati. Yang wajahnya mirip

denganku.” Lagu ini dibawakan ulang oleh

Sarasvati, dengan nuansa musik yang sedikit

lebih ngeri.

Lamunanku terhenti. Dari ingatanku

yang kesana kemari, muncul satu ingatan

yang saat itu sedang terjadi. Kekasihku

sedang berada di kereta senja! Dia sedang

ingin mencapai Rinjani bersama tiga orang

kawan. Aku harus menghubunginya. Aku

penasaran apakah dia sudah mulai bosan

berlama-lama di dalam gerbong ekonomi. :D

Itulah sederet lamunanku tentang kereta

senja. Aku harus segera bergegas ke ruang

sujud sebelum senja habis. Aku harus segera

pulang. Entah untuk meneruskan lamunan,

atau melakukan sesuatu agar aku punya

banyak bahan lamunan suatu saat nanti.

Melamun bukan

tindakan kriminal.

Terimakasih

kereta api dan senja.

Terimakasih Kereta

Senja. Semoga Kereta

Senja dapat memberi

inspirasi bagi pemain

musik dan pelantun syair. Semoga kereta

senja berjaya mengantar kekasihku dan

teman-temannya selamat sampai tujuan.

Di tautan ini;

https://soundcloud.com/gardika-gigih-

pradipta/07-kereta-senja-train-music, adalah

komposisi musik Kereta Senja lainnya dari

Gardika Gigih. Di menit akhir, kalian akan

menemukan bel stasiun yang dikomposisi

ulang dengan indah.

***

Teks oleh: @adamghifn

Dari ingatanku yang

kesana kemari, muncul satu

ingatan yang saat itu sedang

terjadi. Kekasihku sedang

berada di kereta senja!

SauhSauh

4 5

Page 6: reretak #1

kebetulan Bukit Bintang menghadap ke

barat sehingga kita dapat menikmati

langsung tenggelamnya matahari dengan

sempurna. Siapa yang mau melewatkan

adegan ketika matahari menurun ke barat,

biru beradu dengan jingga, dan redup

berganti dengan gemerlap. Percayaah kawan

lampu-lampu kota itu menjadi biasa-biasa

saja ketika kamu sudah menikmati adegan

sebelumnya.

2. Gunung Langgeran

Gunung Purba Langgeran merupakan

tempat kedua untuk menikmati senja,

dengan pemandangan kaki bukit yang masih

hijau kita akan diberikan suasana kalem dari

atas perbukitan. Meskipun tempat ini

menyenangkan namun tidak semua spot di

Gunung Purba Langgeran cocok untuk

menikmati senja, karena banyak batu dan

tebing vulkanik yang dapat menghalangi

pandangan ke ufuk barat. Over all,

setidaknya kamu tidak melulu berjumpa

senja diantara riuhnya manusia-manusia

yang baru pulang dari aktivitas

kemanusiaannya. Lekas sulut rokokmu dan

rasakan kehadiran 'dirimu sendiri'.

3. Stasiun Lempuyangan

Lebih tepatnya di bawah flyover timur

stasiun Lempuyangan, di sana ada palang

perlintasan kereta api disamping perlintasan

ada sebuah tempat tidak terlalu lebar, Disana

banyak anak-anak bermain bersama orang

tuanya, ada yang sekedar menikmati sore

dengan kopi, sampai cara mudah menyuapi

anak yang susah makan. Oiya, disana banyak

yang jualan jajan-jajan ada telur puyuh,

Ayo Menikmati Senja di Yogya!

Setengah gelap? Senja! Ya, sebuah adegan sederhana yang dimainkan oleh alam, ketika matahari kembali kebarat dan meninggalkan langit dengan jingga diantara biru yang mulai meredup. Senja adalah fade out-nya bumi, sekian menit ketika matahari mulai menyembunyikan dirinya.

Sekian menit ketika manusia-manusia

kembali dari aktivitas kemanusiaannya. Lalu

seberapa sering kamu berjumpa dengan

senja, pernahkan kamu merasakan

romantisme yang ia buat? Ah saya kira pasti

sudah, namun dimana kamu berjumpa

dengannya apakah cukup menyenangkan. Di

bawah ini adalah beberapa rekomendasi

tempat untuk menjumpai senja, tidak terlalu

muluk-muluk, namun intim.

1. Bukit Bintang

Beberapa orang mungkin bosan

mendengar tempat ini. sudah pernah, sering,

atau biasa saja. Banyak orang mendatangi

untuk menyaksikan gemerlapnya kota Jogja

dari ketinggian, namun tidak ada salahnya

kalau kawan coba datang lebih sore,

Jeda

bakwan kawi, siomay, sate lontong,

angkringan dll. Masalah perut, saya kira di

sini cukup termanjakan.

Untuk menikmati senja yang lebih,

kamu bisa turun dan menuju lokasi dekat pos

penjagaan ada gerbong tua yang sengaja

dipajang disana. sebelum ketempat itu

baiknya bawa pesanan kopi dan jajanmu,

disini kamu akan disuguhi kombinasi

suasana remang dengan suara sayup-sayup

informasi dari toa stasiun, paduan jingga dan

biru di langit, ambience light dari stasiun, dan

sorot lampu kereta yang baru saja datang.

Jangan gemetar kawan karena kamu sedang

berada di sudut kehidupan lain, yang bisa

jadi tak terasa dan tak pernah terbayang

sebelumnya.

4. Bukit Paralayang

Untuk menuju ke tempat ini kita harus

memasuki kawasan pantai Parangtritis

namun lupakan pantainya, tetap lurus melaju

ke arah timur ke arah Wonosari, jalan akan

mulai menanjak. Kurang dari satu kilo meter

Lihat di arah kanan, ada gang dengan

petunjuk jalan menuju Goa Langse coba

tanya penduduk sekitar arah ke Bukit

Paralayang, ikuti sampai menemukan sebuah

pendapa dan sebuah warung kecil disana.

Saya sebenarnya tidak benar-benar tahu

nama bukit yang berada tepat diatas pantai

Parangtritis ini, Saya sebut begitu karena

terdapat landasan paralayang di puncak

bukit-bukit ini. Untuk melepas lelah

perjalanan sebelum naik ke atas kamu bisa

pesan minuman hangat di warung yang ada

di bawah bukit lalu bawa naik keatas untuk

menyambut si senja. Kamu akan dimanjakan

pemandangan yang.... ah lihat saja sendiri.

Yang pasti satu itu kamu tidak sedang berada

di antara matahari, langit, samudera, dan

pantai karena saat itu mereka sedang berada

dalam dirimu, menjadi 'milikmu'.

Sudah.. tak usah lembur kerja hari ini, bolos

saja kuliah sore, buka tirai jendela kamarmu,

hubungi teman spesial, nyalakan GPS hapemu

dan ikuti petunjuk navigasi. Jangan sampai

ketinggalan senja sore ini, karena

sesungguhnya beruntunglah manusia-

manusia yang masih sempat berjumpa

dengan senja, karena esok hari kian tak ada

batasnya.

***

Teks oleh: @ferdemon

Over all, setidaknya kamu tidak melulu berjumpa senja

diantara riuhnya manusia-manusia yang baru pulang

dari aktivitas kemanusiaannya.

Jeda

6 7

Page 7: reretak #1

kebetulan Bukit Bintang menghadap ke

barat sehingga kita dapat menikmati

langsung tenggelamnya matahari dengan

sempurna. Siapa yang mau melewatkan

adegan ketika matahari menurun ke barat,

biru beradu dengan jingga, dan redup

berganti dengan gemerlap. Percayaah kawan

lampu-lampu kota itu menjadi biasa-biasa

saja ketika kamu sudah menikmati adegan

sebelumnya.

2. Gunung Langgeran

Gunung Purba Langgeran merupakan

tempat kedua untuk menikmati senja,

dengan pemandangan kaki bukit yang masih

hijau kita akan diberikan suasana kalem dari

atas perbukitan. Meskipun tempat ini

menyenangkan namun tidak semua spot di

Gunung Purba Langgeran cocok untuk

menikmati senja, karena banyak batu dan

tebing vulkanik yang dapat menghalangi

pandangan ke ufuk barat. Over all,

setidaknya kamu tidak melulu berjumpa

senja diantara riuhnya manusia-manusia

yang baru pulang dari aktivitas

kemanusiaannya. Lekas sulut rokokmu dan

rasakan kehadiran 'dirimu sendiri'.

3. Stasiun Lempuyangan

Lebih tepatnya di bawah flyover timur

stasiun Lempuyangan, di sana ada palang

perlintasan kereta api disamping perlintasan

ada sebuah tempat tidak terlalu lebar, Disana

banyak anak-anak bermain bersama orang

tuanya, ada yang sekedar menikmati sore

dengan kopi, sampai cara mudah menyuapi

anak yang susah makan. Oiya, disana banyak

yang jualan jajan-jajan ada telur puyuh,

Ayo Menikmati Senja di Yogya!

Setengah gelap? Senja! Ya, sebuah adegan sederhana yang dimainkan oleh alam, ketika matahari kembali kebarat dan meninggalkan langit dengan jingga diantara biru yang mulai meredup. Senja adalah fade out-nya bumi, sekian menit ketika matahari mulai menyembunyikan dirinya.

Sekian menit ketika manusia-manusia

kembali dari aktivitas kemanusiaannya. Lalu

seberapa sering kamu berjumpa dengan

senja, pernahkan kamu merasakan

romantisme yang ia buat? Ah saya kira pasti

sudah, namun dimana kamu berjumpa

dengannya apakah cukup menyenangkan. Di

bawah ini adalah beberapa rekomendasi

tempat untuk menjumpai senja, tidak terlalu

muluk-muluk, namun intim.

1. Bukit Bintang

Beberapa orang mungkin bosan

mendengar tempat ini. sudah pernah, sering,

atau biasa saja. Banyak orang mendatangi

untuk menyaksikan gemerlapnya kota Jogja

dari ketinggian, namun tidak ada salahnya

kalau kawan coba datang lebih sore,

Jeda

bakwan kawi, siomay, sate lontong,

angkringan dll. Masalah perut, saya kira di

sini cukup termanjakan.

Untuk menikmati senja yang lebih,

kamu bisa turun dan menuju lokasi dekat pos

penjagaan ada gerbong tua yang sengaja

dipajang disana. sebelum ketempat itu

baiknya bawa pesanan kopi dan jajanmu,

disini kamu akan disuguhi kombinasi

suasana remang dengan suara sayup-sayup

informasi dari toa stasiun, paduan jingga dan

biru di langit, ambience light dari stasiun, dan

sorot lampu kereta yang baru saja datang.

Jangan gemetar kawan karena kamu sedang

berada di sudut kehidupan lain, yang bisa

jadi tak terasa dan tak pernah terbayang

sebelumnya.

4. Bukit Paralayang

Untuk menuju ke tempat ini kita harus

memasuki kawasan pantai Parangtritis

namun lupakan pantainya, tetap lurus melaju

ke arah timur ke arah Wonosari, jalan akan

mulai menanjak. Kurang dari satu kilo meter

Lihat di arah kanan, ada gang dengan

petunjuk jalan menuju Goa Langse coba

tanya penduduk sekitar arah ke Bukit

Paralayang, ikuti sampai menemukan sebuah

pendapa dan sebuah warung kecil disana.

Saya sebenarnya tidak benar-benar tahu

nama bukit yang berada tepat diatas pantai

Parangtritis ini, Saya sebut begitu karena

terdapat landasan paralayang di puncak

bukit-bukit ini. Untuk melepas lelah

perjalanan sebelum naik ke atas kamu bisa

pesan minuman hangat di warung yang ada

di bawah bukit lalu bawa naik keatas untuk

menyambut si senja. Kamu akan dimanjakan

pemandangan yang.... ah lihat saja sendiri.

Yang pasti satu itu kamu tidak sedang berada

di antara matahari, langit, samudera, dan

pantai karena saat itu mereka sedang berada

dalam dirimu, menjadi 'milikmu'.

Sudah.. tak usah lembur kerja hari ini, bolos

saja kuliah sore, buka tirai jendela kamarmu,

hubungi teman spesial, nyalakan GPS hapemu

dan ikuti petunjuk navigasi. Jangan sampai

ketinggalan senja sore ini, karena

sesungguhnya beruntunglah manusia-

manusia yang masih sempat berjumpa

dengan senja, karena esok hari kian tak ada

batasnya.

***

Teks oleh: @ferdemon

Over all, setidaknya kamu tidak melulu berjumpa senja

diantara riuhnya manusia-manusia yang baru pulang

dari aktivitas kemanusiaannya.

Jeda

6 7

Page 8: reretak #1

Fiksi

Kala Senja Berwarna Merah Saga

Alunan musik sendu itu masih terngiang

jelas di otakku yang terlanjur mempat . Aku

berlari kencang menuju bukit diddepan

sekolahku dan Mas Bram dahulu ketika kami

Masih ada dibangku sekolah menengah

pertama. Sepuluh tahun ter lewati dengan

cepat. Memang benar kata Mas Bram, waktu

tanpa ampun mengelabuhi siapa saja yang

mencoba lari darinya.

***

Aku duduk diatas batu diantara rumput

yang tertiup angin, aku akan berada disini

sampai gelap, sampai aku melihat titik-titik

lampu dibawah sana. Hanya ada aku dan

beberapa muda-mudi yang sedang asik

bercumbu di ujung bukit , di bawahku pun

ada, aku bisa melihatnya, siapa peduli. Ingatan

tentang Mas Bram yang beberapa hari ini

semakin merobohkan keyakinanku begitu

kuat. Betapa tidak, dinding yang aku bangun

setiap harinya ambruk saat aku mendapat

pesan singkat bertuliskan “Aku akan menikah

seminggu lagi”, hanya ada pesan itu saja tak

ada yang lainnya.

***

Sore ini ketika senja merah merona

menampakkan segala keelokannya aku msih

saja muram, otakku serasa membeku. Aku

sudah tidak memperdulikan angin yang

sedari tadi mengoyak rambutku hingga

berantakan. Aku merasa berada pada tiitik

dimana semuanya berjalan melambat, terus

melambat hingga semuanya berhenti. Aku

hanya merasakan nafasku. Aku berada pada

dimensi lain saat Mas Bram masih

merengkuhku, saat aku Masih merasakan

detak jantung Mas Bram. Ironi yang

terbentuk saat ini tidaklah nyata, aku yang

belum memiliki keyakinan kepedihan adalah

nyata namun kematian sudah terlewatkan.

Jarak antara kenyataan dan harapan

kenyataan sudah tidak ada lagi. Aku telah

mencari Mas Bram pada puing-puing ingatan

yang terpecah belah, aku telah jauh

mencarinya hingga batas antara nyata dan

harapan kenyataan. Aku hanya mampu

mengingat setiap bisikan katanya-katanya

melalui angin, melalui bukit ini, melalui senja

yang hanya beberapa saat saja. Perlahan aku

menyadari setiap apa yang dikatakan Mas

Bram adalah kenyatan, ingatan kepedihan

dan peristiwa tragis macam apapun yang

mengganggu alam sadar selalu terekam,

seperti ombak yang menggulung hingga

tepian, ia pasti kembali, rekaman itu kembali

dalam bentuk yang sama berwujud

Fiksi

ketakutan. Takut hingga melupakan satu hal,

yaitu ia sudah terlewatkan. Terus disibukkan

dengan berbagai cara untuk melupakan

padahal ia satu paket dengan ingatan.

***

Aku tidak pernah menyangka saat aku

berada di pemakaman Mas Bram, Bramantyo

yang aku kenal akan menyatu dengan tanah.

Aku tidak bisa lagi merasakan detak jantung

dan nafasnya yang memburu dipelukanku.

Sepuluh tahun aku telah hidup bersama Bram,

aku hafal benar warna kesukannya, aku tahu

peris ia akan mulai nglantur ketika kita

berada di bukit saat menanti senja, aku tahu

persis bagaimana bau Mas Bram, aku tahu

bagaimana dia membuat sarapan hanya

dengan roti panggang dan telur, aku tahu

persis saat ia beranjak dewasa dan kata-

katanya nyaris selalu benar tentang

kehidupan bak para dewa. Hanya saja aku

tidak tahu mengapa ia meninggalkanku saat

aku mencoba menghianatinya.

***

Mas Bram selalu meyakinkanku untuk

tidak percaya dengan siapapun, dengan

dirinya sekalipun. Manusia tetaplah manusia,

janji tetaplah janji, bagaimana tidak mungkin

manusia bisa tidak menepati janjinya. Aku

tidak menyalahkan Bram mengapa aku bisa

hingga sejauh ini dengan lelaki itu, lelaki

yang memberiku fantasi dan mimpi, aku

hanya sedikit muak dengan Bram.

***

Ketika senja berwarna merah saga

disekelilingku menjadi kenyataan. Aku yang

telah ditinggalkan Mas Bram dengan beribu-

ribu penyesalan dan maaf yang belum

sempat kuucapkan. Aku telah menemukan

Mas Bram pada ingatan.

Ketika senja berwarna merah saga

disekelilingku menjadi kenyataan. Aku dan

janin ini, hasil hasrat dengan lelaki sialan

yang mengirimiku pesan singkat “Aku akan

menikah seminggu lagi”.

Ketika senja berwarna merah saga aku

menyusul Bramantyo untuk menebus

kesalahan, jerit suara muda-mudi tak ku

hiraukan, aku merasa terbang, aku

melayang.

Ketika senja berwarna merah saga aku

ada di pelukan Mas Bram, memeluk erat Mas

Bram tanpa janin hasil hasrat dengan lelaki

sialan.

***

Teks oleh: @annisasuke

8 9

Page 9: reretak #1

Fiksi

Kala Senja Berwarna Merah Saga

Alunan musik sendu itu masih terngiang

jelas di otakku yang terlanjur mempat . Aku

berlari kencang menuju bukit diddepan

sekolahku dan Mas Bram dahulu ketika kami

Masih ada dibangku sekolah menengah

pertama. Sepuluh tahun ter lewati dengan

cepat. Memang benar kata Mas Bram, waktu

tanpa ampun mengelabuhi siapa saja yang

mencoba lari darinya.

***

Aku duduk diatas batu diantara rumput

yang tertiup angin, aku akan berada disini

sampai gelap, sampai aku melihat titik-titik

lampu dibawah sana. Hanya ada aku dan

beberapa muda-mudi yang sedang asik

bercumbu di ujung bukit , di bawahku pun

ada, aku bisa melihatnya, siapa peduli. Ingatan

tentang Mas Bram yang beberapa hari ini

semakin merobohkan keyakinanku begitu

kuat. Betapa tidak, dinding yang aku bangun

setiap harinya ambruk saat aku mendapat

pesan singkat bertuliskan “Aku akan menikah

seminggu lagi”, hanya ada pesan itu saja tak

ada yang lainnya.

***

Sore ini ketika senja merah merona

menampakkan segala keelokannya aku msih

saja muram, otakku serasa membeku. Aku

sudah tidak memperdulikan angin yang

sedari tadi mengoyak rambutku hingga

berantakan. Aku merasa berada pada tiitik

dimana semuanya berjalan melambat, terus

melambat hingga semuanya berhenti. Aku

hanya merasakan nafasku. Aku berada pada

dimensi lain saat Mas Bram masih

merengkuhku, saat aku Masih merasakan

detak jantung Mas Bram. Ironi yang

terbentuk saat ini tidaklah nyata, aku yang

belum memiliki keyakinan kepedihan adalah

nyata namun kematian sudah terlewatkan.

Jarak antara kenyataan dan harapan

kenyataan sudah tidak ada lagi. Aku telah

mencari Mas Bram pada puing-puing ingatan

yang terpecah belah, aku telah jauh

mencarinya hingga batas antara nyata dan

harapan kenyataan. Aku hanya mampu

mengingat setiap bisikan katanya-katanya

melalui angin, melalui bukit ini, melalui senja

yang hanya beberapa saat saja. Perlahan aku

menyadari setiap apa yang dikatakan Mas

Bram adalah kenyatan, ingatan kepedihan

dan peristiwa tragis macam apapun yang

mengganggu alam sadar selalu terekam,

seperti ombak yang menggulung hingga

tepian, ia pasti kembali, rekaman itu kembali

dalam bentuk yang sama berwujud

Fiksi

ketakutan. Takut hingga melupakan satu hal,

yaitu ia sudah terlewatkan. Terus disibukkan

dengan berbagai cara untuk melupakan

padahal ia satu paket dengan ingatan.

***

Aku tidak pernah menyangka saat aku

berada di pemakaman Mas Bram, Bramantyo

yang aku kenal akan menyatu dengan tanah.

Aku tidak bisa lagi merasakan detak jantung

dan nafasnya yang memburu dipelukanku.

Sepuluh tahun aku telah hidup bersama Bram,

aku hafal benar warna kesukannya, aku tahu

peris ia akan mulai nglantur ketika kita

berada di bukit saat menanti senja, aku tahu

persis bagaimana bau Mas Bram, aku tahu

bagaimana dia membuat sarapan hanya

dengan roti panggang dan telur, aku tahu

persis saat ia beranjak dewasa dan kata-

katanya nyaris selalu benar tentang

kehidupan bak para dewa. Hanya saja aku

tidak tahu mengapa ia meninggalkanku saat

aku mencoba menghianatinya.

***

Mas Bram selalu meyakinkanku untuk

tidak percaya dengan siapapun, dengan

dirinya sekalipun. Manusia tetaplah manusia,

janji tetaplah janji, bagaimana tidak mungkin

manusia bisa tidak menepati janjinya. Aku

tidak menyalahkan Bram mengapa aku bisa

hingga sejauh ini dengan lelaki itu, lelaki

yang memberiku fantasi dan mimpi, aku

hanya sedikit muak dengan Bram.

***

Ketika senja berwarna merah saga

disekelilingku menjadi kenyataan. Aku yang

telah ditinggalkan Mas Bram dengan beribu-

ribu penyesalan dan maaf yang belum

sempat kuucapkan. Aku telah menemukan

Mas Bram pada ingatan.

Ketika senja berwarna merah saga

disekelilingku menjadi kenyataan. Aku dan

janin ini, hasil hasrat dengan lelaki sialan

yang mengirimiku pesan singkat “Aku akan

menikah seminggu lagi”.

Ketika senja berwarna merah saga aku

menyusul Bramantyo untuk menebus

kesalahan, jerit suara muda-mudi tak ku

hiraukan, aku merasa terbang, aku

melayang.

Ketika senja berwarna merah saga aku

ada di pelukan Mas Bram, memeluk erat Mas

Bram tanpa janin hasil hasrat dengan lelaki

sialan.

***

Teks oleh: @annisasuke

8 9

Page 10: reretak #1

Berbincang dengan Senja

Cengkrama

Bagaimana Senja membincangkan senja? Bagaimana Senja mengenal dirinya sendiri?

Sejauh ini baru seorang Senja yang saya

tahu (dan kenal). Kawan seangkatan di

salah satu UKM kampus. Mari simak

perbincangan dengan @SenjaDewanti (17/9/14). Senja yang berharap dapat

bertemu Senja lainnya, kelak.

Kenapa namamu Senja Permata Dewanti?Senja itu sebenernya karena Ibuku dulu pas mau ngelahirin, mulai ngerasa sakitnya pas sore Mas, tapi aku lahirnya tengah malem. Jadi Bapak ngasih nama Senja. Kalo Permata Dewanti-nya gak tau, katanya bagus aja gitu

Apa sih sisi bagus punya nama Senja?

Sisi bagusnya ya aku ngerasa unik aja. Jarang-

jarang kan yang punya nama Senja, kalo Fajar

banyaaak, apalagi Ilham #eh. Jadi selama aku

sekolah dr TK sampai lulus kuliah kayaknya

gak ada yang nyamain namaku. Hahaha. Jadi

banyak yang gampang hapal.

Kalo sisi buruknya?

Gak ada. Cuma kadang-kadang susah kalo lagi

kenalan sama orang pasti mereka suka salah

denger. Apalagi kalo lagi nge-laundry apa pas

antri di warnet, dari Senja jadi Senia, Senda,

Dinda, sampek Jingga.

Sial. Ilham: petunjuk Tuhan. Kalo petunjuk

setan apa istilahnya. Kalo ada aku mau

ganti ah. Berarti sampai usiamu segini

Mbak Sen belum pernah ketemu orang

yang namanya Senja juga?

Iya belum pernah sama sekali Mas. Mas Am

pernah? Mbok aku dikenalin.

Apa yang Mbak Sen bakal lakukan kalo

suatu saat ketemu orang yang namanya

Senja juga?

Pertama tak pastikan dulu namanya beneran

Senja apa enggak! Terus tak ajak salaman,

tak mintain nomor HP, akun FB, akun twitter,

path, ig, tak ajak selfie terus tak share di

medsos. Hahaha. Kalo bisa dijadiin sodara

sekalian. Terus kita buat komunitas dengan

mencari Senja-Senja yang lain.

Mbak Sen pernah kepikiran punya pacar

yang namanya Senja juga? Atau Horison?

Atau Lintang? Bujur?

Hahaha. Kalo pacar gak pernah kepikiran

Mas, tapi kayaknya boleh itu buat referensi.

Menurut Mbak Sen, ada berapa orang di

Indonesia yang pake nama Senja?

Penduduk Indonesia berapa juta sih Mas?

100 ada kali ya yang namanya Senja.

Mungkin lebih, tapi kayaknya gak sampai

1000-an deh.

200 jutaan.

Yaudah tak naikin jadi 1000-an, gak sampai

10 ribu.

Yang penting belum ada yang

nulis/manggil Sendal kan?

Belum ada, dan jangan memulai tolong ya

Mas.

Cengkrama

Pengalaman paling menarik buatmu

selama hidup dengan nama Senja apa

sih?

Belum pernah kenalan sama yang punya

nama sama!

Seorang Senja suka (ngelihat) senja ngga

sih?

Suka banget jelas Mas. Itu ciptaan Tuhan yg

luar biasa! Lagian siapa sih yang gak suka

pemandangan kayak gitu Mas?

Berarti menurutmu ngga ada yang ngga

suka senja?

Selama kenal sama orang sih gak ada yang

gak suka senja Mas. Kalopun ada mungkin

dia pernah trauma sama suasana senja, jadi

tiap sore gitu dia ngumpet di rumah, keluar

lagi pas malem. Hahaha.

Menurutmu aku suka senja ngga?

Suka! Pasti! Btw Mas Am suka senja gak?

Kenapa kamu bilang aku suka senja?

Hahaha.

Yang suka nulis tuh pasti suka senja Mas!

Teorinya Senja Dewanti, semua orang harus

suka senja!

Senja ter-oke yang pernah Mbak Sen liat

di mana? Kapan?

Di kampung halaman, pas kecil dulu,

ngeliatnya di tengah sawah.

Ada tips buat nikmatin senja?

Ada yang suka sambil duduk-duduk minum

kopi misalnya, sambil foto-foto, sambil

pacaran. Kalo aku sih ya diliat aja! Dengan

ngeliat aku bisa senyum-senyum sendiri kok.

Duduk manis (berdiri boleh) dan diem sambil

ngeliatin senja! Dan rasakan sendiri gimana

rasanya!

Jadi Mbak Sen lebih suka nikmatin senja

sendiri, berdua, atau berbanyak?

Sendiri lebih ngena. Kalo berdua sama pacar

boleh lah.

Kasih tau dua film terakhir yang Mbak Sen

tonton dong.

Film terakhir, Oculus sama Pretty Little Liar

(ini tv series tapi, masuk ya?)

Dua judul lagu yang lagi suka Mbak Sen

dengerin bulan ini?

Cool Kids (Echosmith) sama Shower (Becky

G).

Tempat paling oke di Jogja buat nikmatin

senja?

Pernah pas nemu senja bagus sih di pantai

Mas. Aku suka senja tapi jarang ketemu senja

yg bagus.

Pantai mana?

Pantai Sundak. Hahaha.

Terakhir, gimana kamu menggambarkan

Senja dalam satu kata? Dan... gimana

kamu menggambarkan senja dalam satu

kata?

Aku : moody

Senja : cantik

***

Teks oleh: @ilhammmbp

1110

Page 11: reretak #1

Berbincang dengan Senja

Cengkrama

Bagaimana Senja membincangkan senja? Bagaimana Senja mengenal dirinya sendiri?

Sejauh ini baru seorang Senja yang saya

tahu (dan kenal). Kawan seangkatan di

salah satu UKM kampus. Mari simak

perbincangan dengan @SenjaDewanti (17/9/14). Senja yang berharap dapat

bertemu Senja lainnya, kelak.

Kenapa namamu Senja Permata Dewanti?Senja itu sebenernya karena Ibuku dulu pas mau ngelahirin, mulai ngerasa sakitnya pas sore Mas, tapi aku lahirnya tengah malem. Jadi Bapak ngasih nama Senja. Kalo Permata Dewanti-nya gak tau, katanya bagus aja gitu

Apa sih sisi bagus punya nama Senja?

Sisi bagusnya ya aku ngerasa unik aja. Jarang-

jarang kan yang punya nama Senja, kalo Fajar

banyaaak, apalagi Ilham #eh. Jadi selama aku

sekolah dr TK sampai lulus kuliah kayaknya

gak ada yang nyamain namaku. Hahaha. Jadi

banyak yang gampang hapal.

Kalo sisi buruknya?

Gak ada. Cuma kadang-kadang susah kalo lagi

kenalan sama orang pasti mereka suka salah

denger. Apalagi kalo lagi nge-laundry apa pas

antri di warnet, dari Senja jadi Senia, Senda,

Dinda, sampek Jingga.

Sial. Ilham: petunjuk Tuhan. Kalo petunjuk

setan apa istilahnya. Kalo ada aku mau

ganti ah. Berarti sampai usiamu segini

Mbak Sen belum pernah ketemu orang

yang namanya Senja juga?

Iya belum pernah sama sekali Mas. Mas Am

pernah? Mbok aku dikenalin.

Apa yang Mbak Sen bakal lakukan kalo

suatu saat ketemu orang yang namanya

Senja juga?

Pertama tak pastikan dulu namanya beneran

Senja apa enggak! Terus tak ajak salaman,

tak mintain nomor HP, akun FB, akun twitter,

path, ig, tak ajak selfie terus tak share di

medsos. Hahaha. Kalo bisa dijadiin sodara

sekalian. Terus kita buat komunitas dengan

mencari Senja-Senja yang lain.

Mbak Sen pernah kepikiran punya pacar

yang namanya Senja juga? Atau Horison?

Atau Lintang? Bujur?

Hahaha. Kalo pacar gak pernah kepikiran

Mas, tapi kayaknya boleh itu buat referensi.

Menurut Mbak Sen, ada berapa orang di

Indonesia yang pake nama Senja?

Penduduk Indonesia berapa juta sih Mas?

100 ada kali ya yang namanya Senja.

Mungkin lebih, tapi kayaknya gak sampai

1000-an deh.

200 jutaan.

Yaudah tak naikin jadi 1000-an, gak sampai

10 ribu.

Yang penting belum ada yang

nulis/manggil Sendal kan?

Belum ada, dan jangan memulai tolong ya

Mas.

Cengkrama

Pengalaman paling menarik buatmu

selama hidup dengan nama Senja apa

sih?

Belum pernah kenalan sama yang punya

nama sama!

Seorang Senja suka (ngelihat) senja ngga

sih?

Suka banget jelas Mas. Itu ciptaan Tuhan yg

luar biasa! Lagian siapa sih yang gak suka

pemandangan kayak gitu Mas?

Berarti menurutmu ngga ada yang ngga

suka senja?

Selama kenal sama orang sih gak ada yang

gak suka senja Mas. Kalopun ada mungkin

dia pernah trauma sama suasana senja, jadi

tiap sore gitu dia ngumpet di rumah, keluar

lagi pas malem. Hahaha.

Menurutmu aku suka senja ngga?

Suka! Pasti! Btw Mas Am suka senja gak?

Kenapa kamu bilang aku suka senja?

Hahaha.

Yang suka nulis tuh pasti suka senja Mas!

Teorinya Senja Dewanti, semua orang harus

suka senja!

Senja ter-oke yang pernah Mbak Sen liat

di mana? Kapan?

Di kampung halaman, pas kecil dulu,

ngeliatnya di tengah sawah.

Ada tips buat nikmatin senja?

Ada yang suka sambil duduk-duduk minum

kopi misalnya, sambil foto-foto, sambil

pacaran. Kalo aku sih ya diliat aja! Dengan

ngeliat aku bisa senyum-senyum sendiri kok.

Duduk manis (berdiri boleh) dan diem sambil

ngeliatin senja! Dan rasakan sendiri gimana

rasanya!

Jadi Mbak Sen lebih suka nikmatin senja

sendiri, berdua, atau berbanyak?

Sendiri lebih ngena. Kalo berdua sama pacar

boleh lah.

Kasih tau dua film terakhir yang Mbak Sen

tonton dong.

Film terakhir, Oculus sama Pretty Little Liar

(ini tv series tapi, masuk ya?)

Dua judul lagu yang lagi suka Mbak Sen

dengerin bulan ini?

Cool Kids (Echosmith) sama Shower (Becky

G).

Tempat paling oke di Jogja buat nikmatin

senja?

Pernah pas nemu senja bagus sih di pantai

Mas. Aku suka senja tapi jarang ketemu senja

yg bagus.

Pantai mana?

Pantai Sundak. Hahaha.

Terakhir, gimana kamu menggambarkan

Senja dalam satu kata? Dan... gimana

kamu menggambarkan senja dalam satu

kata?

Aku : moody

Senja : cantik

***

Teks oleh: @ilhammmbp

1110

Page 12: reretak #1

Diberkatilah kalian yang menikmati senja dengan alunan di telinga. Berikut adalah daftar putar menikmati senja yang disusun oleh @ioktrgtmpl. Lima tembang yang akan mengantarkan kalian pada senja yang mungkin belum pernah kalian lihat sebelumnya.

1. Risky Summerbee & The Honeythief

feat. Frau - Days Elapsed

In the mere light of a thousand morning

It was left to end while it was dawning

Intro suara repetisi permainan piano

khas frau seperti memberikan suara latar

bagi langit yang mulai menjingga senja. Lirik

lagunya sendiri bercerita tentang perjalanan

cinta yang tak pernah mati. Seperti senja

yang menandai dimulainya sebuah

perjalanan atau mungkin mengakhirinya.

Apakah kita dimatikan oleh gelap malam,

atau malah kita hidup kembali menjadi

sesuatu yang benar-benar baru saat malam

tiba.

Baik RSTH maupun Frau, keduanya bisa

keluar dari zona maut masing-masing untuk

saling melebur menciptakan sesuatu yang

bisa dibilang cukup eksperimental bagi

keduanya. RSTH yang biasanya gemar

bermain-main dengan isu-isu berat dan

aransemennya yang absurd namun

konseptual, seolah mengamini bahwa salah

satu cara menikmati cinta adalah dengan

menyerap kelembutannya. Begitu halnya

dengan Frau. Mungkin salah satu

kesempatan menikmati suaranya diiringi

instrument selain piano adalah di lagu ini.

Nuansa lagunya cenderung seperti tipikal

lagu duet era 80-an akhir sampai 90-an.

Ringan, bersahaja namun memiliki kekuatan

untuk menggali dalam-dalam. Tataplah senja

dan nikmati suara Risky Sasongko dan Frau

saling beradu dalam kelembutan. Mungkin

bisa sembari pakai flannel dan makan Anak

Mas supaya makin nineties.

2. The Sastro – Kaktus

Tempat kenangan tercipta dari baris senja

terkunci

Tiba di kota yg sama. Berbicara terpaku tak

terdengar suara

Diambil dari irockumentary.com

Latar

Senja di Mata, Senja di Telinga

Teks oleh: @ioktrgtmpl

Untuk sebuah band dengan konsep musik

yang bisa dibilang lebih dari sekedar matang,

sangat disayangkan mereka hanya merilis

satu album. The Sastro mungkin adalah salah

satu band ajaib dari skena IKJ. Di lagu Kaktus

mereka menggabungkan elemen maut yang

jadi karakter dari genre-genre yang

membentuk aransemennya. Keriangan new

wave, keliaran indie rock dan kemuraman

post-punk ala mendiang Ian Curtis. Semua

elemen berhasil mereka ikat dalam satu

batang tanpa meninggalkan akar music

mereka yang malah cenderung ke art

rock/progressive

Lagu ini mungkin tidak terlalu

berhubungan dengan senja. Sebelum intro

dimainkan justru terdengar efek suara rintik

hujan. Bisa dipastikan ketika hujan turun,

mungkin senja tidak bisa seindah biasanya.

Dengan membaca liriknya, lagu ini

sepertinya bercerita tentang lamunan yang

membawa seseorang kepada kerinduan

kisah masa mudanya.

Dengarkan lagu ini senja hari yang

menandai perayaan berakhirnya sementara

rutinitasmu hari itu. Irama upbeat yang

keluar dari drum, dan kocokan gitar putus-

putus akan memberimu tambahan stamina

menyusuri jalanan kota yang macet.

Meliuklah diantara barisan kendaraan

merayap seirama dengan denting tuts

keyboard yang mencuri dengar dengan

manis. Susuri jalanan dengan barisan

gedung-gedung, billboard dan baliho yang

menghalangi senjamu dan senja siapa saja.

Lalu ambil tikungan kearah barat. Jika kamu

cukup beruntung, kamu akan berhadapan

dengan matahari senja yang teduh dengan

semburat jingga. Termangulah seperti kaktus

di el paso!

3. Morfem – Senjakala Cerita

Dan kita bersua di gedung sisa Belanda

Dengan suasana yang temaram menggugah

tuk bercerita.

Sebaik-baiknya melewatkan senja salah

satunya adalah dengan latar lagu bertema

senja. Saya selalu suka cara Jimi Multazham

menulis lirik. Di lagu ini kekuatan Jimi

tumpah ruah. Bagaimana sesuatu yang

sederhana bisa melayangkan pikiran kita

Diambil dari irockumentary.com

Diambil dari morfem.wordpress.com

Latar

12 13

Page 13: reretak #1

Diberkatilah kalian yang menikmati senja dengan alunan di telinga. Berikut adalah daftar putar menikmati senja yang disusun oleh @ioktrgtmpl. Lima tembang yang akan mengantarkan kalian pada senja yang mungkin belum pernah kalian lihat sebelumnya.

1. Risky Summerbee & The Honeythief

feat. Frau - Days Elapsed

In the mere light of a thousand morning

It was left to end while it was dawning

Intro suara repetisi permainan piano

khas frau seperti memberikan suara latar

bagi langit yang mulai menjingga senja. Lirik

lagunya sendiri bercerita tentang perjalanan

cinta yang tak pernah mati. Seperti senja

yang menandai dimulainya sebuah

perjalanan atau mungkin mengakhirinya.

Apakah kita dimatikan oleh gelap malam,

atau malah kita hidup kembali menjadi

sesuatu yang benar-benar baru saat malam

tiba.

Baik RSTH maupun Frau, keduanya bisa

keluar dari zona maut masing-masing untuk

saling melebur menciptakan sesuatu yang

bisa dibilang cukup eksperimental bagi

keduanya. RSTH yang biasanya gemar

bermain-main dengan isu-isu berat dan

aransemennya yang absurd namun

konseptual, seolah mengamini bahwa salah

satu cara menikmati cinta adalah dengan

menyerap kelembutannya. Begitu halnya

dengan Frau. Mungkin salah satu

kesempatan menikmati suaranya diiringi

instrument selain piano adalah di lagu ini.

Nuansa lagunya cenderung seperti tipikal

lagu duet era 80-an akhir sampai 90-an.

Ringan, bersahaja namun memiliki kekuatan

untuk menggali dalam-dalam. Tataplah senja

dan nikmati suara Risky Sasongko dan Frau

saling beradu dalam kelembutan. Mungkin

bisa sembari pakai flannel dan makan Anak

Mas supaya makin nineties.

2. The Sastro – Kaktus

Tempat kenangan tercipta dari baris senja

terkunci

Tiba di kota yg sama. Berbicara terpaku tak

terdengar suara

Diambil dari irockumentary.com

Latar

Senja di Mata, Senja di Telinga

Teks oleh: @ioktrgtmpl

Untuk sebuah band dengan konsep musik

yang bisa dibilang lebih dari sekedar matang,

sangat disayangkan mereka hanya merilis

satu album. The Sastro mungkin adalah salah

satu band ajaib dari skena IKJ. Di lagu Kaktus

mereka menggabungkan elemen maut yang

jadi karakter dari genre-genre yang

membentuk aransemennya. Keriangan new

wave, keliaran indie rock dan kemuraman

post-punk ala mendiang Ian Curtis. Semua

elemen berhasil mereka ikat dalam satu

batang tanpa meninggalkan akar music

mereka yang malah cenderung ke art

rock/progressive

Lagu ini mungkin tidak terlalu

berhubungan dengan senja. Sebelum intro

dimainkan justru terdengar efek suara rintik

hujan. Bisa dipastikan ketika hujan turun,

mungkin senja tidak bisa seindah biasanya.

Dengan membaca liriknya, lagu ini

sepertinya bercerita tentang lamunan yang

membawa seseorang kepada kerinduan

kisah masa mudanya.

Dengarkan lagu ini senja hari yang

menandai perayaan berakhirnya sementara

rutinitasmu hari itu. Irama upbeat yang

keluar dari drum, dan kocokan gitar putus-

putus akan memberimu tambahan stamina

menyusuri jalanan kota yang macet.

Meliuklah diantara barisan kendaraan

merayap seirama dengan denting tuts

keyboard yang mencuri dengar dengan

manis. Susuri jalanan dengan barisan

gedung-gedung, billboard dan baliho yang

menghalangi senjamu dan senja siapa saja.

Lalu ambil tikungan kearah barat. Jika kamu

cukup beruntung, kamu akan berhadapan

dengan matahari senja yang teduh dengan

semburat jingga. Termangulah seperti kaktus

di el paso!

3. Morfem – Senjakala Cerita

Dan kita bersua di gedung sisa Belanda

Dengan suasana yang temaram menggugah

tuk bercerita.

Sebaik-baiknya melewatkan senja salah

satunya adalah dengan latar lagu bertema

senja. Saya selalu suka cara Jimi Multazham

menulis lirik. Di lagu ini kekuatan Jimi

tumpah ruah. Bagaimana sesuatu yang

sederhana bisa melayangkan pikiran kita

Diambil dari irockumentary.com

Diambil dari morfem.wordpress.com

Latar

12 13

Page 14: reretak #1

pada kenangan manis bersama seseorang

yang tidak biasa. Lagu ini menawarkan

kesederhanaan lirik dan aransemen.

Kesederhanaan hingga siapapun yang

mendengarnya akan enteng untuk

menimangnya. Atau mungkin sebaliknya

perasaanmu lah yang akan diaduk-aduk oleh

kekuatan misterius lagu ini.

Dengarkan balada indie rock nan grungy

yang kental dengan nuansa shoegaze ini

bersama siapapun yang kamu anggap

istimewa. Lewatkan waktu berdua kala senja

untuk berbicara tentang apa saja. Lirik lagu

ini sangat mudah dihafalkan, tenang saja.

Ajarkan orang disampingmu cara

menyanyikannya lalu nyanyikan bersama

dengan penuh tawa dibawah temaram senja.

4. Sajama Cut – Less Afraid

It was the skies. It was her scent and her life.

You could catch me of fall down

Siapa sangka lagu bernuansa riang ini

memiliki lirik yang begitu gelap. Pemujaan

absurd kepada keindahan seorang wanita.

Marcell Thee adalah satu dari sedikit jenius

sesungguhnya di belantika music negeri ini.

Lagu ini termuat sebagai salah satu dari

deretan pengisi soundtrack film Janji Joni

Ada kenangan yang sedikit sentimental

untuk lagu ini. Saat itu kami berdua sedang

menyusuri jalan pulang dari deretan pantai

Gunung Kidul. Kami saling berbagi earphone

dan tepat saat lagu ini diputar, matahari

mulai kembali ke peraduannya di barat

cakrawala. Di bawah langit merah yang mulai

temaram, diiringi barisan pohon yang

berjalan mundur kami bernyanyi setengah

berteriak, “Outside, outside. I know you can

be anyone you want”. Matahari jingga

membayang jelas di kaca spion. Hingga

puncak kenikmatan terasa setelah mengitari

sebuah tikungan tajam. Matahari yang

tenggelam di sela bukit membuat kami

berdua sontak terdiam. Separuh tubuhnya

ditelan cakrawala tapi ia masih bertahan

dengan merah dan jingga disertai semburat-

semburat sinarnya yang tak lagi

menyilaukan.

Aransemen lagu ini sangat sederhana

dengan progresi chord dan struktur yang

diulang ulang. Namun layaknya senja yang

meskipun selalu berulang dan terdengar

klise, ia hanya bisa dinikmati dengan

menikmatinya. Tidak yang lain.

5. Pure Saturday – Utopian Dreams

So let's walk the road together,

Guess what we'll find tomorrow

Mungkin cuma senja yang bisa

memahamimu. Merasa bahwa salah satu dari

sekian banyak karunia semesta disajikan

hanya untukmu. Silahkan jadi egois karena

keindahannya kadang memang

memabukkan. Kamu bisa menjadi apapun

Diambil dari digilive.co.id

Latar

saat senja, bahkan keindahan itu sendiri.

Tidak dengan saat-saat sebelum dia hadir.

Setelahnya? Mungkin saja. Terlupakan dan

kembali dilupakan tidak bisa kamu hindari.

Senja membantumu menemukan siapa

dirimu. Seperti mimpi para utopis tentang

sebuah tempat yang penuh dengan

kebebasan. Mengaburkan segala perbedaan.

Tidak ada satupun hal yang bernilai salah.

Yang terakhir datang dari salah satu

legenda pop negeri. Legenda yang

mengingatkan bahwa musik pop negeri ini

pernah dan masih memiliki sisi indahnya.

Sisi yang tidak semua orang 'mabuk'

menyadarinya. Pure Saturday kali ini

melibatkan lengkingan dari Rekti Yoewono

yang juga dikenal sebagai penjaga garis

depan music rock lewat bandnya yaitu The

S.I.G.I.T. Iyo' dengan kedalaman suaranya

yang beroktaf rendah berterimakasih pada

seseorang atau sesuatu karena membawanya

ke negeri impian. Bait berikutnya Rekti

Yoewono dengan lengkingannya yang khas

menghamburkan kemarahan diantara

kelembutan.

Baris “Sauvez moi la vie” yang diulang-

ulang hingga akhir lagu mungkin juga akan

mengakhiri perjumpaanmu dengan senja hari

ini. Frasa yang diambil dari bahasa Perancis

yang artinya “selamatkan hidupku”. Temaram

hilang, gelap mulai menjelang. Esok mungkin

senjamu akan datang lagi, mungkin juga

tidak. Yang jelas ia akan hadir membawa

keindahan yang sama. Keindahan yang

menyelamatkan.

Diambil dari last.fm

Latar

@IOKTRGTMPL bersama Iyo’ dari Pure Saturday (11/6/12)

“Mungkin cuma senja yang bisa memahamimu. Merasa bahwa salah satu dari sekian banyak karunia semesta disajikan hanya

untukmu.”

14 15

Page 15: reretak #1

pada kenangan manis bersama seseorang

yang tidak biasa. Lagu ini menawarkan

kesederhanaan lirik dan aransemen.

Kesederhanaan hingga siapapun yang

mendengarnya akan enteng untuk

menimangnya. Atau mungkin sebaliknya

perasaanmu lah yang akan diaduk-aduk oleh

kekuatan misterius lagu ini.

Dengarkan balada indie rock nan grungy

yang kental dengan nuansa shoegaze ini

bersama siapapun yang kamu anggap

istimewa. Lewatkan waktu berdua kala senja

untuk berbicara tentang apa saja. Lirik lagu

ini sangat mudah dihafalkan, tenang saja.

Ajarkan orang disampingmu cara

menyanyikannya lalu nyanyikan bersama

dengan penuh tawa dibawah temaram senja.

4. Sajama Cut – Less Afraid

It was the skies. It was her scent and her life.

You could catch me of fall down

Siapa sangka lagu bernuansa riang ini

memiliki lirik yang begitu gelap. Pemujaan

absurd kepada keindahan seorang wanita.

Marcell Thee adalah satu dari sedikit jenius

sesungguhnya di belantika music negeri ini.

Lagu ini termuat sebagai salah satu dari

deretan pengisi soundtrack film Janji Joni

Ada kenangan yang sedikit sentimental

untuk lagu ini. Saat itu kami berdua sedang

menyusuri jalan pulang dari deretan pantai

Gunung Kidul. Kami saling berbagi earphone

dan tepat saat lagu ini diputar, matahari

mulai kembali ke peraduannya di barat

cakrawala. Di bawah langit merah yang mulai

temaram, diiringi barisan pohon yang

berjalan mundur kami bernyanyi setengah

berteriak, “Outside, outside. I know you can

be anyone you want”. Matahari jingga

membayang jelas di kaca spion. Hingga

puncak kenikmatan terasa setelah mengitari

sebuah tikungan tajam. Matahari yang

tenggelam di sela bukit membuat kami

berdua sontak terdiam. Separuh tubuhnya

ditelan cakrawala tapi ia masih bertahan

dengan merah dan jingga disertai semburat-

semburat sinarnya yang tak lagi

menyilaukan.

Aransemen lagu ini sangat sederhana

dengan progresi chord dan struktur yang

diulang ulang. Namun layaknya senja yang

meskipun selalu berulang dan terdengar

klise, ia hanya bisa dinikmati dengan

menikmatinya. Tidak yang lain.

5. Pure Saturday – Utopian Dreams

So let's walk the road together,

Guess what we'll find tomorrow

Mungkin cuma senja yang bisa

memahamimu. Merasa bahwa salah satu dari

sekian banyak karunia semesta disajikan

hanya untukmu. Silahkan jadi egois karena

keindahannya kadang memang

memabukkan. Kamu bisa menjadi apapun

Diambil dari digilive.co.id

Latar

saat senja, bahkan keindahan itu sendiri.

Tidak dengan saat-saat sebelum dia hadir.

Setelahnya? Mungkin saja. Terlupakan dan

kembali dilupakan tidak bisa kamu hindari.

Senja membantumu menemukan siapa

dirimu. Seperti mimpi para utopis tentang

sebuah tempat yang penuh dengan

kebebasan. Mengaburkan segala perbedaan.

Tidak ada satupun hal yang bernilai salah.

Yang terakhir datang dari salah satu

legenda pop negeri. Legenda yang

mengingatkan bahwa musik pop negeri ini

pernah dan masih memiliki sisi indahnya.

Sisi yang tidak semua orang 'mabuk'

menyadarinya. Pure Saturday kali ini

melibatkan lengkingan dari Rekti Yoewono

yang juga dikenal sebagai penjaga garis

depan music rock lewat bandnya yaitu The

S.I.G.I.T. Iyo' dengan kedalaman suaranya

yang beroktaf rendah berterimakasih pada

seseorang atau sesuatu karena membawanya

ke negeri impian. Bait berikutnya Rekti

Yoewono dengan lengkingannya yang khas

menghamburkan kemarahan diantara

kelembutan.

Baris “Sauvez moi la vie” yang diulang-

ulang hingga akhir lagu mungkin juga akan

mengakhiri perjumpaanmu dengan senja hari

ini. Frasa yang diambil dari bahasa Perancis

yang artinya “selamatkan hidupku”. Temaram

hilang, gelap mulai menjelang. Esok mungkin

senjamu akan datang lagi, mungkin juga

tidak. Yang jelas ia akan hadir membawa

keindahan yang sama. Keindahan yang

menyelamatkan.

Diambil dari last.fm

Latar

@IOKTRGTMPL bersama Iyo’ dari Pure Saturday (11/6/12)

“Mungkin cuma senja yang bisa memahamimu. Merasa bahwa salah satu dari sekian banyak karunia semesta disajikan hanya

untukmu.”

14 15

Page 16: reretak #1

Senja adalah waktu (hari) setengah gelap

sesudah matahari terbenam, begitu KBBI

daring mendeskripsikan. Dan melalui Google,

jika kita mengetikkan kata 'senja', maka

ditemukan sekitar 1,8 juta hasil pencarian.

Andaikan kamu cukup punya banyak waktu,

kamu boleh membukanya satu demi satu.

Dengan hasil pencarian yang sedemikian

banyaknya, pertanyaannya adalah, mengapa

orang-orang menulis tentang senja? Apakah

mereka benar-benar menyukainya? Apapun

itu, terlepas dari berbagai alasan para

penyuka senja, ada baiknya kamu mulai

membuka hati untuk senja karena ternyata

menikmati senja memang ada manfaatnya.

Berikut ini adalah tiga di antaranya.

1. Kesempatan untuk jalan-jalan

Kamu tinggal di kota besar dimana

rumahmu dikepung oleh banyak

bangunan yang menjulang? Kamu

harus keluar dari tempat tinggalmu

dan mencari tempat-tempat dimana

kamu bisa menemui senja dengan

leluasa. Pencarianmu tentu akan

menjadi sebuah perjalanan. Panjang

atau pendek, keduanya sama.

Perjalanan. Nikmatilah, karena

presidenpun belum tentu bisa

melakukannya.

2. Memperbaiki mood yang

berantakan

Aktifitasmu padat? Kamu jenuh dan

menjadi kurang produktif? Maka

ada baiknya kamu menikmati senja.

Ketika senja tiba, kamu akan melihat

berbagai warna di kaki langit. Jingga,

merah, kuning, hitam, bahkan biru

gelap kadang juga ada. Dalam

psikologi warna, masing-masing

warna bisa perperan sebagai

stimulan yang memberikan stimulus

tertentu pada orang yang

melihatnya. Misalnya, warna

dominan senja, jingga, bisa

merangsangmu untuk lebih ceria,

berambisi dan kreatif, dan

menjadikanmu lebih enerjik. Warna

kuning bisa merangsangmu untuk

lebih optimis dan percaya diri.

3. Pengingat untuk bersyukur

sekaligus sebagai hadiah

Selain mengaitkan senja dengan

masa tua dan hati yang lara karena

tak kunjung bersua belahan jiwa,

kaitkan senja dengan rasa syukur.

Bersyukurlah karena sendiripun,

kamu masih bisa menikmati senja

yang indah. Bersyukurlah kamu

sudah melewati harimu dengan baik

sehingga kamu menjadikan

indahnya senja sebagai hadiah

untukmu karena kamu pantas

menerimanya.

Kenapa Kamu Harus Menikmati Senja

Teks oleh: @tuankiki

SENANDUNG SENJAOleh: Rusamilitan

Waktu tergelincir sudah

Tak hilang bayangan lembut jemarinya

Menyeka deras air mata,

Redakan isak tangisku.

Canda nada ceritanya

Tak luput dari telinga dan menggema

Mengusik belaian duka lara,

Antarku melawan lelah

#

Tinggal kisah,yang tergores dan terujar di akalku.

Cukup kah lembaran cerita merekam kasih itu.

Berpuluh kali musim lalu

Tak pernah terdengar keluh di bibirnya

Demi harapan yang diam di tepi

Hingga nafas terhitung akhir.

#

Tinggal kisah,yang tergores dan terujar di akal ku.

Cukup kah lembaran cerita merekam kasih itu.

Mampukah berbait syair melantunkan rasa rindu.

***

Silahkan dengar di https://soundcloud.com/rusamilitan/rusamilitan-senandung-senja

LirikJeda

16 17

Page 17: reretak #1

Senja adalah waktu (hari) setengah gelap

sesudah matahari terbenam, begitu KBBI

daring mendeskripsikan. Dan melalui Google,

jika kita mengetikkan kata 'senja', maka

ditemukan sekitar 1,8 juta hasil pencarian.

Andaikan kamu cukup punya banyak waktu,

kamu boleh membukanya satu demi satu.

Dengan hasil pencarian yang sedemikian

banyaknya, pertanyaannya adalah, mengapa

orang-orang menulis tentang senja? Apakah

mereka benar-benar menyukainya? Apapun

itu, terlepas dari berbagai alasan para

penyuka senja, ada baiknya kamu mulai

membuka hati untuk senja karena ternyata

menikmati senja memang ada manfaatnya.

Berikut ini adalah tiga di antaranya.

1. Kesempatan untuk jalan-jalan

Kamu tinggal di kota besar dimana

rumahmu dikepung oleh banyak

bangunan yang menjulang? Kamu

harus keluar dari tempat tinggalmu

dan mencari tempat-tempat dimana

kamu bisa menemui senja dengan

leluasa. Pencarianmu tentu akan

menjadi sebuah perjalanan. Panjang

atau pendek, keduanya sama.

Perjalanan. Nikmatilah, karena

presidenpun belum tentu bisa

melakukannya.

2. Memperbaiki mood yang

berantakan

Aktifitasmu padat? Kamu jenuh dan

menjadi kurang produktif? Maka

ada baiknya kamu menikmati senja.

Ketika senja tiba, kamu akan melihat

berbagai warna di kaki langit. Jingga,

merah, kuning, hitam, bahkan biru

gelap kadang juga ada. Dalam

psikologi warna, masing-masing

warna bisa perperan sebagai

stimulan yang memberikan stimulus

tertentu pada orang yang

melihatnya. Misalnya, warna

dominan senja, jingga, bisa

merangsangmu untuk lebih ceria,

berambisi dan kreatif, dan

menjadikanmu lebih enerjik. Warna

kuning bisa merangsangmu untuk

lebih optimis dan percaya diri.

3. Pengingat untuk bersyukur

sekaligus sebagai hadiah

Selain mengaitkan senja dengan

masa tua dan hati yang lara karena

tak kunjung bersua belahan jiwa,

kaitkan senja dengan rasa syukur.

Bersyukurlah karena sendiripun,

kamu masih bisa menikmati senja

yang indah. Bersyukurlah kamu

sudah melewati harimu dengan baik

sehingga kamu menjadikan

indahnya senja sebagai hadiah

untukmu karena kamu pantas

menerimanya.

Kenapa Kamu Harus Menikmati Senja

Teks oleh: @tuankiki

SENANDUNG SENJAOleh: Rusamilitan

Waktu tergelincir sudah

Tak hilang bayangan lembut jemarinya

Menyeka deras air mata,

Redakan isak tangisku.

Canda nada ceritanya

Tak luput dari telinga dan menggema

Mengusik belaian duka lara,

Antarku melawan lelah

#

Tinggal kisah,yang tergores dan terujar di akalku.

Cukup kah lembaran cerita merekam kasih itu.

Berpuluh kali musim lalu

Tak pernah terdengar keluh di bibirnya

Demi harapan yang diam di tepi

Hingga nafas terhitung akhir.

#

Tinggal kisah,yang tergores dan terujar di akal ku.

Cukup kah lembaran cerita merekam kasih itu.

Mampukah berbait syair melantunkan rasa rindu.

***

Silahkan dengar di https://soundcloud.com/rusamilitan/rusamilitan-senandung-senja

LirikJeda

16 17

Page 18: reretak #1

Arsip

Nah, kali ini saya akan membuat daftar

tembang dengan metode di atas. Kata

kuncinya: senja. Beberapa tembang yang

memuat kata “senja” dalam judulnya ini

beberapa memang saya dengarkan dan

gemari (Senandung Senja dan Senjakala

Cerita). Beberapa belum saya dengarkan

(atau tidak).

Terlepas cocok-tidaknya tembang-

tembang ini sebagai teman menikmati senja,

paling tidak metode ini bisa menjadi cara

termudah menemukan “senja” di dalam

musik. “Senja” yang masih jauh selisihnya

dibanding “cinta”.

Kenyataan bahwa “cinta” lebih unggul

tidak akan pernah menjadi masalah. Toh

memang, di dalam senja selalu ada cinta

yang diselipkan diam-diam. Seperti

seseorang yang nekat memandangi wajah

lawan jenis yang duduk di sampingnya, di

kala temaram. Tabik!

1. Senja di Jakarta (Banda Neira)

2. Kereta Senja (Train Music Orchestra)

3. Kala Langit Telah Senja (Angsa &

Serigala)

4. Menuju Senja (Payung Teduh)

5. Senja Berganti (Homogenic)

6. Senja nan Merah (Tommy J. Pisa)

7. Langit Mendung dan Senja (Under My

Pillow)

8. Senja Menggila (White Shoes and The

Couples Company)

9. Senja (White Shoes and The Couples

Company)

10. Tiap Senja (Float)

11. Senjakala Cerita (Morfem)

12. Senja di Batas Kota (Ernie Johan)

13. Di Batas Senja Kehidupan (Histeria)

14. Senja di Kaimana (Alfian)

15. Senja di Kota (Jalan Pulang)

NB: Kawan-kawan boleh ikut menambahkan

daftar di bawah dengan judul-judul “senja”

yang belum tertera. File sharing juga boleh.

Akan lebih menggembirakan tentunya.

Teks oleh: @ilhammmbp

Dan jingga di ufuk barat adalah mula, dari lagu-lagu penyubur lara.Lirik-lirik yang tak sekalipun ingin kamu percaya.

Dalam rentang waktu menulis ini, saya

sempat berbincang tentang arsip musik

dengan beberapa kawan dan kenalan. Saya

tidak akan merasa aneh kalau kesemua dari

mereka tidak ada yang tidak menyimpan

musik di perangkatnya (ponsel, laptop,

komputer, mp3 player). Bahkan tidak sedikit

yang menyimpan musik dalam format fisik

(cakram digital, kaset sampai piringan

hitam).

Berapa jumlah tembang (apapun

formatnya) yang kawan-kawan simpan di

komputer, baik hasil transfer dari cakram

padat maupun hasil unduhan (legal-ilegal)?

Ada yang akan menjawab puluhan, ratusan,

ribuan. Tak sedikit juga yang koleksinya

mencapai puluhan ribu.

Dengan arsip tembang tersebut

(berapapun jumlahnya), pernahkan kalian

iseng mengetikkan satu kata untuk

mengetahui jumlah judul tembang yang

memiliki kesamaan?

Saya ambil contoh dengan mengetikkan

“cinta” di folder musik laptop saya. Terakhir

saya periksa, laptop terakhir saya ini

menyimpan 17 ribuan tembang. 5000-an

diantaranya adalah tembang lokal. Meski

demikian, jangan bandingkan dengan musik

fisik koleksi saya yang baru beberapa biji.

Hahaha. Cheap bastard. Perlu saya akui juga

kalau dari sekian mungkin baru setengah

saja yang pernah diarak ke pemutar. Sisi

bagusnya, mereka tidak akan berjamur

meski didiamkan.

Hasil pencarian menyatakan, 235 hasil

temuan: 6 album dengan kata “cinta”, 229

tembang dengan kata “cinta”. “Cinta” yang

dengan sadar saya simpan sampai yang

entah bagaimana bisa ada di arsip. Mulai dari

Tentang Cinta (Melancholic Bitch), Cinta Itu

(Silampukau), Takkan Habis Cintaku (Lingua)

sampai Tatapan Cinta milik Syahrini. Yang

saya sebut terakhir itu, salah satu yang

masuk kategori “...yang entah bagaimana bisa

ada di arsip”. Itu belum termasuk Biarkan

Aku Jatuh Cinta (ST. 12) dan Cinta Kita

(Teuku Wisnu feat. Shiren Sungkar). Dan lagi

ada 10 judul “cinta” dari Ungu. Ya, tiba-tiba

saya merasa rela disebut Ungu Cliquers. Fak!

Semoga dosa saya diampuni. Amin.

Mengetik Senja

Arsip

18 19

Page 19: reretak #1

Arsip

Nah, kali ini saya akan membuat daftar

tembang dengan metode di atas. Kata

kuncinya: senja. Beberapa tembang yang

memuat kata “senja” dalam judulnya ini

beberapa memang saya dengarkan dan

gemari (Senandung Senja dan Senjakala

Cerita). Beberapa belum saya dengarkan

(atau tidak).

Terlepas cocok-tidaknya tembang-

tembang ini sebagai teman menikmati senja,

paling tidak metode ini bisa menjadi cara

termudah menemukan “senja” di dalam

musik. “Senja” yang masih jauh selisihnya

dibanding “cinta”.

Kenyataan bahwa “cinta” lebih unggul

tidak akan pernah menjadi masalah. Toh

memang, di dalam senja selalu ada cinta

yang diselipkan diam-diam. Seperti

seseorang yang nekat memandangi wajah

lawan jenis yang duduk di sampingnya, di

kala temaram. Tabik!

1. Senja di Jakarta (Banda Neira)

2. Kereta Senja (Train Music Orchestra)

3. Kala Langit Telah Senja (Angsa &

Serigala)

4. Menuju Senja (Payung Teduh)

5. Senja Berganti (Homogenic)

6. Senja nan Merah (Tommy J. Pisa)

7. Langit Mendung dan Senja (Under My

Pillow)

8. Senja Menggila (White Shoes and The

Couples Company)

9. Senja (White Shoes and The Couples

Company)

10. Tiap Senja (Float)

11. Senjakala Cerita (Morfem)

12. Senja di Batas Kota (Ernie Johan)

13. Di Batas Senja Kehidupan (Histeria)

14. Senja di Kaimana (Alfian)

15. Senja di Kota (Jalan Pulang)

NB: Kawan-kawan boleh ikut menambahkan

daftar di bawah dengan judul-judul “senja”

yang belum tertera. File sharing juga boleh.

Akan lebih menggembirakan tentunya.

Teks oleh: @ilhammmbp

Dan jingga di ufuk barat adalah mula, dari lagu-lagu penyubur lara.Lirik-lirik yang tak sekalipun ingin kamu percaya.

Dalam rentang waktu menulis ini, saya

sempat berbincang tentang arsip musik

dengan beberapa kawan dan kenalan. Saya

tidak akan merasa aneh kalau kesemua dari

mereka tidak ada yang tidak menyimpan

musik di perangkatnya (ponsel, laptop,

komputer, mp3 player). Bahkan tidak sedikit

yang menyimpan musik dalam format fisik

(cakram digital, kaset sampai piringan

hitam).

Berapa jumlah tembang (apapun

formatnya) yang kawan-kawan simpan di

komputer, baik hasil transfer dari cakram

padat maupun hasil unduhan (legal-ilegal)?

Ada yang akan menjawab puluhan, ratusan,

ribuan. Tak sedikit juga yang koleksinya

mencapai puluhan ribu.

Dengan arsip tembang tersebut

(berapapun jumlahnya), pernahkan kalian

iseng mengetikkan satu kata untuk

mengetahui jumlah judul tembang yang

memiliki kesamaan?

Saya ambil contoh dengan mengetikkan

“cinta” di folder musik laptop saya. Terakhir

saya periksa, laptop terakhir saya ini

menyimpan 17 ribuan tembang. 5000-an

diantaranya adalah tembang lokal. Meski

demikian, jangan bandingkan dengan musik

fisik koleksi saya yang baru beberapa biji.

Hahaha. Cheap bastard. Perlu saya akui juga

kalau dari sekian mungkin baru setengah

saja yang pernah diarak ke pemutar. Sisi

bagusnya, mereka tidak akan berjamur

meski didiamkan.

Hasil pencarian menyatakan, 235 hasil

temuan: 6 album dengan kata “cinta”, 229

tembang dengan kata “cinta”. “Cinta” yang

dengan sadar saya simpan sampai yang

entah bagaimana bisa ada di arsip. Mulai dari

Tentang Cinta (Melancholic Bitch), Cinta Itu

(Silampukau), Takkan Habis Cintaku (Lingua)

sampai Tatapan Cinta milik Syahrini. Yang

saya sebut terakhir itu, salah satu yang

masuk kategori “...yang entah bagaimana bisa

ada di arsip”. Itu belum termasuk Biarkan

Aku Jatuh Cinta (ST. 12) dan Cinta Kita

(Teuku Wisnu feat. Shiren Sungkar). Dan lagi

ada 10 judul “cinta” dari Ungu. Ya, tiba-tiba

saya merasa rela disebut Ungu Cliquers. Fak!

Semoga dosa saya diampuni. Amin.

Mengetik Senja

Arsip

18 19

Page 20: reretak #1

Ilustrasi oleh: @arletafenty

Lempar

Deskripsi senja dalam satu kata!

Sementara - @mertidinan

Nyaman - @intan_meydi

Tegar - @AgittaP

Indah - @Lailawahyu_R