rencana asuhan keperawatan - tubercolosis
DESCRIPTION
askepTRANSCRIPT
1
makalah
PENYAKIT TUBERCOLOSIS (TB)
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
Dosen mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar III)
OLEH
KELOMPOK V
1) Nurfatwa Islaminingtia A.Ilham (841414057)
2) Diesy Ayu Rachman (841414038)
3) Gustin Hunou (841414033)
4) Nilawati Mahadjani (841414067)
5) Dwi Rahayu Putri Alinti (841414073)
6) Wiwin Mahmud (841414082)
7) Andrea Lasapu (841414018)
KELAS A
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH PENYAKIT TUBERCOLOSIS” ini tepat waktu. Makalah ini
disusun berdasarkan pembahasan-pembahasan yang kami dapatkan dari berbagai
media massa dan berbagai buku dan refenrensi.
Kami pun berterima kasih kepada :
a. Bapak Abdul Wahab Pakaya,S.Kep,Ns.MMselaku pembina kami yang
telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini;
b. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi dan masukkan-
masukkan positif.
c. Pihak-pihak lain dalam hal ini keluarga kami yang telah banyak
memberikan saran dan kritik guna kejelasan makalah ini.
Semoga apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
terutama mahasiswa-mahasiswi Universitas Negeri Gorontalo. Semoga makalah
ini mampu memberikan motivasi belajar bagi pembaca dan nilai tambah bagi para
pemakainya.
Gorontalo, 24 Mei 2015
Penyusun
Kelompok V
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR` ..................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6
2.1 Definisi TB paru ............................................................................. 6
2.2 Manifestasi klinis TB paru ............................................................ 8
2.3 Diagnosa keperawatan................................................................. 11
2.4 Rencana keperawatan ................................................................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................... 55
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 55
3.2 Saran ............................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum
terjadi di masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas)
tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup
lama. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian utama dan angka
kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian
3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini
merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara
berkembang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita
TB akan meningkat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995
menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan
usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun 1979-1982 telah dilakukan
survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000
penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik
pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit
pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per
5
tahun.
Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masihmenjadi masalah
kesehatan masyarakat, dimana hasil Survai KesehatanRumah Tangga (SKRT) tahun
1995 menunjukan bahwa tuberculosismerupakan penyebab kematian ketiga setelah
penyakit kardiovaskulerdan penyakit saluran pernafasan. TB Paru juga menempati
nomor satudari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan
dilakukandengan cara penemuan dini diikuti dengan pengobatan tepat dan cukupmasa
pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat menghilangkan sumber
penularan secepatnya (Depkes RI, 2002).
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini, yaitu :
1) Apa pengertian TB paru ?
2) Bagaimana manifestasi klinisTB paru?
3) Bagaimana diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa medis TB
paru?
4) Bagaiman intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis TB
paru ?
1.3.Tujuan
1) Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian TB paru.
2) Agar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinisTB paru..
3) Agar mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan diagnosa medis TB paru.
4) Agar mahasiswa mampu menjelaskan intervensi keperawatan pada klien
dengan diagnosa medis TB paru.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini,
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa
mikrobakteria patogen , tetapi hanya strain bovin dan manusia yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4
μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah. (Sylvia A. Price
Patofisiologi vol.2)
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Hood
Alsagaff, th 1995. hal 73).
Tuberculosis Paru adalah Penyakit infeksi yang terutama disebabkan
oleh Mycobacterium Tubercolosis, penyakit ini biasanya menyerang paru-
paru dan menyebar hampir k setiap bagian tubuh termasuk maningeal,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (KMB Buku Saku Brunner dan Suddarath).
Menurut Price A. Sylvia (1955 : 753) Tuberculosis Paru adalah
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis.
Tuberkulosis Adalah Penyakit Menular Langsung Yang Disebabkan
Oleh Kuman TB(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian Besar Kuman TB
Menyerang Paru, Tetapi Dapat Juga Mengenai Organ Tubuh Lainnya.
7
Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1. Berdasarkan organ yang terinvasi
- TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan
dahak, TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
a. TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau
1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru
menunjukan gambaran TB aktif.
b. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif
dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif.
TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan
yakni kerusakan luas dianggap berat.
- TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
a. TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
b. TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis,
TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Berdasarkan tipe penderita
8
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya.
Ada beberapa tipe penderita :
Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati
dengan OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) kurang dari satu bulan.Kambuh (relaps) adalah penderita TB
yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan
sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA
positif.Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat
pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah.Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah
penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan
berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
PERBEDAAN TB ANAK DAN DEWASA
- TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa
di daerah apeks dan infra klavikuler
- Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa
tanpa pembesaran kelenjar limfe regional
- Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan
fibrosis
- Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang
2.2 Manifestasi Klinis TB Paru
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3,
diantaranya:
1) Gejala respiratorik
a) Batuk
9
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c) Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul1` apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2) Gejala sistemik
a) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b) Gejala sistemik lain :
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
10
3) Gejala Tuberkulosis ekstra Paru
Tergantung pada organ yang terkena, misalnya : limfedanitis
tuberkulosa, meningitsis tuberkulosa, dan pleuritis tuberkulosa.
Gejala klinis Hemoptoe :
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan
cara
membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negatif
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
11
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain
TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap
sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu,
semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus
diperiksa dahaknya.
2.3 Diagnosa keperawatan
1) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas (Domain 11
Keamanan/Perlindungan Kelas 2 Cedera Fisik) (00031)
2) Gangguan Pertukaran Gas (Domain 3 Eliminasi dan pertukaran
Kelas 4 Fungsi Pernafasan)(00030)
3) Hipetermia (Domain 11 Keamanan/Perlindungan Kelas 6
Termoregulasi) (00007)
4) Nyeri Akut (Domain 12 Kenyamanan Kelas 1 Kenyamanan Fisik)
(00132)
5) Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
(Domain 2 Nutrisi Kelas 1 Makan) (00002)
6) Ansietas (Domain 9 Koping/Toleransi Stress Kelas 2 Respons
Koping) (00146)
7) Defisiensi Pengetahuan (Domain 5 persepsi/kognisi Kelas 4 kognisi)
(00126)
2.4 Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria
Hasil
Intervensi
Keperawatan
1. (Domain 11 NOC NIC
12
Keamanan/Perlindun
gan Kelas 2 Cedera
Fisik) (00031)
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
Definisi:
ketidakmampuan
untuk membersihkan
sekresi atau opstruksi
dari saluramn napas
untuk
mempertahankan
bershan jalan napas.
Batasan
karakteristik:
- Tidak ada batuk
- Suara napas
tambahan
- Perubahan
frekuensi napas
- Perubahan irama
napas
- Sianosis
- Kesulitan
berbicara/mengel
uarkan suara
- Penurunan bunyi
napas
- Dispnea
- Respiratory status :
Ventilation
- Respiratory status :
Airway patency
- Aspiration Control
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …x24 jam
diharapkan
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suaranafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dandyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,mampu
bernafas dengan
mudah, tidak
adapursed lips)
- Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas,m frekuensi
- Airway suction
- Airway
Management
Observasi:
- Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudahsuctioning.
- Monitor status
oksigen pasien
- Tentukan
kebutuhan
pengisapan oral
atau trakea
- Pantau status
oksigen pasien
dan status
hemodinamik
segera sebelum,
selama, dan
setelah pengisapan
- Catat jenis dan
jumlah secret
yang
dikumpulkan
Mandiri:
- Pastikan
13
- Sputum dalam
jumlah yang
berlebihan
- Batuk yang
berlebihan
- Ortopnu
- Gelisah
- Mata terbuka
lebar
Faktor yang
berhubungan:
o Lingkungan
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Merokok
o Obstuktif jalan
napas
- Spasme jalan
napas
- Mukus dalam
jumlah berlebihan
- Eksudat dalam
alveoli
- Materi asing
dalam jalan napas
- Adanya jalan
napas buatan
- Sekresi yang
bertahan/sisa
sekresi
pernafasan dalam
rentangnormal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
- Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegahfactor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
kebutuhan oral /
tracheal
suctioning
- Minta klien nafas
dalam sebelum
suction dilakukan.
- Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakeal
- Gunakan alat
yang steril sitiap
melakukan
tindakan
- Atur posisi pasien
yang
memungkinkan
untuk
pengembangan
maksimal rongga
dada misalnya
bagian kepala
tempat tidur
ditinggikan 45o
kecuali arah
kontraindikasi
- Pengisapan
14
- Sekresi dalam
bronki
o Fisiologis
- Jalan napas
alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruksi kronis
- Hiperplasi
dinging bronkial
- Infeksi
- Disfungsi
neuromuskular
nasofaring atau
orofaring untuk
mengeluarkan
secret
- Lakukan
pengisapan
endotrakea atau
esotrakea jika
perlu
- Pertahankan
keadekuatan
hidrasi untuk
mengencerkan
sekret
HE:
- Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
- Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalamsetelah
kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
- Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
- Jelaskan
penggunaan yang
15
benar peralatan
pendukung.
Kolaborasi:
- Rundingkan
dengan ahli terapi
pernafasan jika
perlu.
- Konsultasikan
dngan dokter
tentang kebutuhan
untuk perkusi
atau peralatan
pendukung
- Berikan
udara/oksigen
yang telah
dihumidifikasi
(dilembabkan)
sesuai dengan
kebijakan institusi
- Lakukan atau
bantu dalam
terapi aerosol,
nebulizer
ultrasonic, dan
perawatan paru
lainnya sesuai
dengan kebijakan
dan protocol
16
institusi
- Beritahu dokter
tentang hasil gas
yang abnormal
Airway Management
Observasi:
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
- Monitor respirasi
dan status O2
- Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan
nafas buatan
- Pantau saturasi O2
dengan oksimeter
nadi
- Pantau status
mental (misalnya
tingkat kesadaran,
gelisah, konfusi)
- Identifikasi
kebutuhan pasien
terhadap
pemasangan jalan
17
nafas actual atau
potensial.
- Pantau status
pernafasan dan
oksigenasi, sesuai
dengan kebutuhan.
Mandiri
- Atur posisi untuk
memaksimalkan
potensial ventilasi
- Atur posisi untuk
mengurangi
dispnea
- Pasang jalan nafas
melalui mulut
atau nasofaring
sesuai kebutuhan
- Bersihkan secret
dengan
menganjurkan
batuk atau melalui
pengisapan
- Dukung untuk
bernafas pelan,
dalam, berbalik
dan batuk.
- Bantu dengan
spirometer intensif
jika perlu
18
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Pasang mayo bila
perlu
- Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
- Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
- Lakukan suction
pada mayo
- Berika
bronkodilator bial
perlu
- Barikan pelembab
udara
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Ajarkan pada
pasien teknik
bernafas dan
19
relaksasi
- Ajarkan pada
pasien tentang
batuk efektif
- Ajarkan
bagaimana
menggunakan
inhaler yang
dianjurkan, sesuai
dengan kebutuhan.
HE:
- Jelaskan
penggunaan alat
bantu yang
diperlukan
(oksigen, pengisap,
spirometer, dan
IPPB)
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga pasien
alasan pemberian
oksigen dan
tindakan lainnya
- Informasikan
kepada pasien dan
keluarga bahwa
merokok itu
dilarang
20
Kolaborasi:
- Berikan udara
yang dilembabkan
atau oksigen jika
perlu
- Berikan
brokodilator, jika
perlu
- Berikan terapi
aerosol jika perlu
- Berikan terapi
nebulasi
ultrasonik jika
perlu
2. (Domain 3 Eliminasi
dan pertukaran Kelas
4 Fungsi Pernafasan)
Gangguan
Pertukaran Gas
(00030)
Definisi:
Kelebihan atau
defesit pada
oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon
dioksida pada
membran alveolar –
kapiler
NOC
- Respiratory Status :
Gas exchange
- Respiratory Status:
ventilation
- Vital Sign Status
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
…x24 jam diharapkan
pertukaran gas tidak
mengalami gangguan.
Kriteria Hasil:
- Mendemonstrasikan
NIC
- Airway
Management
- Respiratory
Monitoring
Airway Management
Observasi:
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
- Monitor respirasi
dan status O2
- Identifikasi pasien
perlunya
21
Batasan
karakteristik:
- pH darah arteri
abnormal
- pH arteri
abnomal
- pernapasan
abnormal ( Mis.,
kecepatan,
irama,
kedalaman )
- warna kulit
abnormal ( Mis.,
pucat kehitaman
)
- konfusi
- Sianosis ( pada
neonatus saja )
- Penurunan
karbon dioksida
- Diaforesis
- Dispnea
- Sakit kepala saat
bangun
- Hiperkapnia
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Iritabilitas
- Napas cuping
hidung
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
- Memelihara kebersihan
paru paru dan
bebas dari tanda tanda
distress
pernafasan
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampumengeluarkan
sputum, mampu
bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
- Tanda tanda vital
dalam rentang normal
pemasangan alat
jalan
nafas buatan
- Pantau saturasi O2
dengan oksimeter
nadi
- Pantau status
mental (misalnya
tingkat kesadaran,
gelisah, konfusi)
- Identifikasi
kebutuhan pasien
terhadap
pemasangan jalan
nafas actual atau
potensial.
- Pantau status
pernafasan dan
oksigenasi, sesuai
dengan kebutuhan.
Mandiri
- Atur posisi untuk
memaksimalkan
potensial ventilasi
- Atur posisi untuk
mengurangi
dispnea
- Pasang jalan nafas
melalui mulut
22
- Gelisah
- Somnolen
- Takikardi
- Gangguan
penglihatan
Faktor yang
berhubungan:
- Perubahan
membran alveolar
kapiler
- Ventilasi –
pervusi
atau nasofaring
sesuai kebutuhan
- Bersihkan secret
dengan
menganjurkan
batuk atau melalui
pengisapan
- Dukung untuk
bernafas pelan,
dalam, berbalik
dan batuk.
- Bantu dengan
spirometer intensif
jika perlu
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Pasang mayo bila
perlu
- Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
- Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
23
- Lakukan suction
pada mayo
- Berika
bronkodilator bial
perlu
- Barikan pelembab
udara
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Ajarkan pada
pasien teknik
bernafas dan
relaksasi
- Ajarkan pada
pasien tentang
batuk efektif
- Ajarkan
bagaimana
menggunakan
inhaler yang
dianjurkan, sesuai
dengan kebutuhan.
HE:
- Jelaskan
penggunaan alat
bantu yang
diperlukan
24
(oksigen, pengisap,
spirometer, dan
IPPB)
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga pasien
alasan pemberian
oksigen dan
tindakan lainnya
- Informasikan
kepada pasien dan
keluarga bahwa
merokok itu
dilarang
Kolaborasi:
- Berikan udara
yang dilembabkan
atau oksigen jika
perlu
- Berikan
brokodilator, jika
perlu
- Berikan terapi
aerosol jika perlu
- Berikan terapi
nebulasi
ultrasonik jika
perlu
25
Respiratory
Monitoring
- Monitor rata – rata,
kedalaman, irama
dan usaha
respirasi
- Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular dan
intercostal
- Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
- Monitor pola nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan
paradoksis)
26
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi suara
paru setelah
tindakan
untukmengetahui
hasilnya
3. (Domain 11
Keamanan/Perlindun
gan Kelas 6
Termoregulasi)
Hipetermia (00007)
Definisi:
Suhu tubuh naik
diatas rentang
normal
Batasan Karateristik:
- Konvulsi
- Kulit kemerahan
NOC
- Termoregulation
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
…x24 jam diharapkan
suhu tubuh dalam
rentang normal
Kriteria Hasil:
- Klien menunjukkan
NIC
- Fever Treatment
- Temperature
Regulation
- Vital Sign
Monitoring
Fever Treatment
Observasi:
- Monitor suhu
sesering mungkin
- Monitor IWL
27
- Peningkatan suhu
tubuh diatas
kisaran normal
- Kejang
- Takikardia
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
Faktor yang
berhubungan:
- Anastesia
- Penurunan
perspirasi
- Dehidrasi
- Pemajanan
lingkungan yang
panas
- Penyakit
- Pemakaian
pakaian yang tidak
sesuai dengan suhu
lingkungan
- Peningkatan laju
metabolism
- Medikasi
- Trauma
- Aktivitas
berlebihan
- Suhu tubuh dalam
rentang normal
- Nadi dan RR dalam
rentang normal
- Tidak ada perubahan
warna kulit dan
- Tidak ada pusing,
merasa nyaman
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tekanan
darah, nadi dan
RR
- Monitor
penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor WBC, Hb,
dan Hct
- Monitor intake dan
output
- Pantau aktivitas
kejang
- Kaji ketepatan
jenis pakaian yang
digunakan sesuai
dengan suhu
lingkungan
Mandiri:
- Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab
demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid
sponge
- Berikan cairan
intravena
28
- Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
- Tingkatkan
sirkulasi udara
- Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
HE:
- Ajarkan indikasi
keletihan akibat
panas dan
tindakan
kedaruratan yang
diperlukan, jika
perlu
Kolaborasi:
- Berikan obat anti
piretik
Temperature
regulation
Observasi:
- Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
29
monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi,
dan RR
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
Mandiri:
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
pasien untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
- Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
30
- Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
- Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
Panas
Ajarkan
pasien/keluarga
dalam mengukur
suhu untuk
,mencegah dan
mengenali secara
dini hipertermia
(mis, sengatan
panas, dan
keletihan akibat
panas)
HE:
- Gunakan matras
dingin dan mandi
air hangat untuk
mengatasi
gangguan suhu
tubuh, jika perlu
Kolaborasi:
- Berikan anti
31
piretik jika perlu
Vital Sign Monitoring
Observasi:
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pola
pernapasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
32
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
- Pasang alat pantau
suhu inti tbuh
kontinu, jika perlu
- Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
4. (Domain 12
Kenyamanan Kelas 1
Kenyamanan
Fisik)Nyeri Akut
(00132)
Definisi:
Pengalaman sensori
dan emosional yang
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
NOC
- Pain Level,
- Pain control,
- Comfort level
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
..x24 jam diharapkan
nyeri dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
NIC
- Pain Management
- Analgesic
Administration
Pain Management
Observasi:
- Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
33
yang actual atau
potensial atau
digambarkan dalam
hal kerusakan
sedemikian rupa.
Batasan karakteristik
:
- Perubahan selera
makan
- Perubahan
tekanan darah
- Perubahan
frekuensi jantung
- Perubahan
frekuensipernafas
an
- Laporan isyarat
- Diaphoresis
- Perilaku distraksi
- Mengekspresikan
perilaku
- Masker wajah
- Sikap melindungi
area nyeri
- Focus menyempit
- Indikasi nyeri
yang dapat di
amati
- Perubahan posisi
untuk
- Klien dapat mengenali
faktor penyebab
- Klien dapat mengenali
lamanya (onset ) sakit
- Klien dapat
menggunakan cara non
analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Klien dapat
menggunakan analgetik
sesuai kebutuhan
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas
dan faktor
presipitasi
- Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
- Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
- Monitor
penerimaan pasien
tentang
34
menghindari
nyeri
- Sikap tubuh
melindungi
dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri
secara verbal
- Focus pada diri
sendiri
- Gangguan tidur
- Faktor Yang
berhubungan:
- Agens cedera
(mis, biologis, zat
kimia, fisik,
psikologis)
manajemen nyeri
Mandiri:
- Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
- Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
- Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
- Ajarkan tentang
35
teknik non
farmakologi
HE:
- Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
istirahat
Kolaborasi:
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic
Administration
Observasi:
- Pantau gejala
subjektif mual
pada pasien
- Pantau warna,
jumlah, dan berat
jenis urin
- Kaji penyebab
mual (mis,
obstruksi usus,
efek samping obat)
36
- Pantau
kecenderungan
peningkatan atau
penurunan berat
badan
- Pantau adanya
kulit kering dan
pecah-pecah yang
disertai
depigmentasi
- Pantau turgor kulit
, jika di perlukan
- Pantau adanya
pembengkakan,
pelunakan,
penyusutan, dan
peningkatan
perdarahan pada
gusi
- Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan
frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
- Evaluasi efektivitas
37
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)
Mandiri:
- Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan
beratnya nyeri
- Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian,
dan dosisOptimal
- Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
- Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
38
HE:
- Sertakan dalam
instruksi
pemulangan pasien
obat khusus yang
harus diminum,
frekuensi
pemberian,
kemungkinan efek
samping,
kemungkinan
interaksi obat,
kewaspadaan
khusus saat
mengkonsumsi
obat tersebut (mis.
Pembatasan
aktivitas fisik,
pembatasan diet),
dan nama orang
yang harus
dihubungi bila
mengalami nyeri
amandel
Kolaborasi:
- Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari
analgesik ketika
39
pemberian lebih
dari satu
- Konsultasikan
dengan dokter
untuk memberikan
obat pengendali
nyeri yang adekuat
dan tidak
menyebabkan
mual pada pasien.
5. (Domain 2 Nutrisi
Kelas 1 Makan)
Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari
kebutuhan
tubuh(00002)
Definisi:
Asupan nutrisi tidak
cukup untuk
memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batasan Karateristik:
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari
makan
- Berat badan 20%
atau lebih dari
berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
NOC
- Nutritional Status :
food and Fluid Intake
- Weidght Control
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
…x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi sesuai
dengan keebutuhan
tubuh.
Kriteria Hasil:
- Klien menunjukkan
pencapaian berat
badan normal yang
diharapkan
- Berat badan sesuai
dengan umur dan
NIC
- Nutrition
Management
- Nutrition
Monitoring
Nutrition
Management
Observasi:
- Kaji adanya alergi
makanan
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi
40
- Diare
- Kehilangan
rambut berlebihan
- Bising usus
hiperaktiv
- Kurang makanan
- Kurang informasi
- Kurang minat
pada makanan
- Penurunan berat
badan dengan
asupan makanan
adekuat
- Kesalahan
konsepsi
- Kesalahan
informasi
- Membrane
mukosa pucat
- Ketidakmampuan
memakan
makanan
- Tonus otot
menurun
- Mengeluh
gangguan sensasi
rasa
- Mengeluh asupan
makanan kurang
dari RDA
- Cepat kenyang
tinggi badan
- Bebas dari tanda
malnutrisi
yang dibutuhkan
Mandiri:
- Berikan substansi
gula
- Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat
untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan
harian.
- Berikan asupan
makanan atau
nutrisi melalui
intravena jika
perlu.
HE:
- Anjurkan klien dan
keluarga klien
untuk
41
setelah makan
- Sariawan rogga
mulut
- Steatorea
- Kelemahan otot
pengunyah
- Kelemahan otot
untuk menelan
Faktor yang
berhubungan:
- Factor biologis
- Factor ekonomi
- Ketidakmampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrient
- Ketidakmampuan
untuk Mencerna
makanan
- Ketidakmampuan
untuk Menelan
makanan
- Faktor biologis
mengkonsumsi
makanan yang
berserat.
- Anjurkan klien
atau kleuarga
tentang makanan
yang bergizi
- Berikan Informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
cara memenuhinya.
- Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
- Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
Kolaborasi:
- Berikan asupan
makanan atau
nutrisi melalui
intravena jika
perlu.
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
42
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan klien
- Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
- Monitor
lingkungan selama
makan
- Jadwalkan
43
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
- Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor
kulit
- Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
44
intake nuntrisi
- Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah
dan cavitas oral.
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
6. (Domain 9
Koping/Toleransi
Stress Kelas 2
Respons Koping)
Ansietas (00146)
Definisi:
Perasaan tidak
nyaman atau
kekhawatiran yang
samar disertai respon
autonom (sumber
sering kali
tidakspesifik atau
tidak diketahui oleh
individu). Perasaan
takut yang
disebabkan oleh
antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
NOC
- Anxiety control
- Coping
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
…x24 jam diharapkan
tidakterjadi kecemasan
Kriteria Hasil:
- Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
- Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan menunjukkan
tehnik untuk
mengontol cemas
- Vital sign dalam batas
NIC
- Anxiety Reduction
(penurunan
kecemasan)
Anxiety Reduction
(penurunan
kecemasan)
Observasi:
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Kaji untuk faktor
budaya (misalnya
konflik nilai) yang
menjadi penyebab
ansietas
- Gali bersama
pasien tentang
teknik yang
berhasil dan tidak
45
memperingatkan
individu akan adanya
bahaya dan
membayakan
individu untuk
bertindak
menghadapi
ancaman.
Batasan
karakteristik:
- Perilaku afektif
fisiologis simpatik
- Penurunan
produktifitas
- Gerakan yang
irelevan
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata
yang buruk
- Menekspresikan
kekhwatiran
karena
perubahan
dalam peristiwa
hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspasa
normal
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
berhasil
menurunkan
ansietas
- Menentukan
kemampuan
pengambialan
keputusan pasien
Mandiri:
- Gunakan
pendekatan yang
menenangkan
- Nyatakan dengan
jelas harapan
terhadap pelaku
pasien
- Jelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan
selama prosedur
- Temani pasien
untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
- Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis,
tindakan
- Prognosis
46
Afektif
- Gelisah
- Kesedihan yang
mendalam
- Distres
- Ketakuan
- Perasaan tidak
adekuat
- Berfokus pada
diri sendiri
- Meningkatkan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup
- Senang
berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatan
ketidakberdaya
an
- Meningkatkan
rasa
ketidakberdaya
an yang
bersisten
- Bingung
- Menyesal
- Ragu/tidak
percaya diri
- Khawatir
- Lakukan back /
neck rub
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
- Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
- Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- Nyatakan dengan
jelas tentang
harapan terhadap
perilaku pasien
- Jaga peralatan
perawatan jauh
47
Fisiologis
- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan
keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar
- Tremor
- Suara bergetar
Simpatik
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskuler
- Diare
- Mulut kering
- Wajah merah
- Jantung
berdebar-debar
- Peningkatan
tekanan darah
- Peningkatan
denyut jantung
- Peningkatan
refleks
- Peningkatan
frekuensi
pernapasan
- Pupil melebar
- Kesulitan
dari pandangan
- Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
siatuasi yang
mencetuskan
ansietas
HE:
- Sediakan
informasi factual
menyangkut
diagnosis, terapi
dan prognosis
- Buat rencana
penyuluhan
dengantujuan
yang realistis
termasuk
kebutuhan untuk
pengulangan,
dukungan, dan
pujian terhadap
tugas-tugas yang
telah dipelajari
Kolaborasi:
- Barikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
48
bernapas
- Vasokonstirksi
superfisial
- Kedutan pada
otot
- Lemah
Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan
tekanan darah
- Penurunan
denyut nadi
- Diare
- Letih
- Mual
- Gangguan
tidur
- Kesemutan
pada
eksremitas
- Sering
berkemih
- Anyang
anyangan
- Dorongan
segera
berkemih
Kognitif
- Menyadari gejala
49
fisiologis
- Bloking fikiran
- Konfusi
- Penurunan
lapang persepsi
- Kesulitan
berkosentrasi
- Penurunan
kemampuan
belajar
- Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
- Ketakutan
terhadap
kosenkuensi yang
tidak sfesifik
- Lupa
- Gangguan
pehatian
- Khawatir
- Melamun
- Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang
berhubungan
- Perubahan dalam :
50
status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status
peran.
- Pemajanan toksin
- Terkait keluarga
- Herediter
- Ancaman pada :
status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, konsep diri
- Infeksi/kontaminas
i interpesonal
- Penularan
penyakit
interpersonal
- Krisis maturasi
- Krisis situasional
- Stress
- Penyalahgunaan
zat
- Ancaman
kematian
- Konflik yang tidak
disadari mengenai
tujuan penting
51
- Konflik yang tidak
disadari mengenai
nilai yang
esensial/penting
- Kebutuhan yang
tidak terpenuhi
7. (Domain 5
persepsi/kognisi
Kelas 4 kognisi)
Defisiensi
Pengetahuan
(00126)
Definisi:
Ketiadaan atau
difesiensi informasi
kognitif yang
berkaitan dengan
topik tertentu
Batasan
karakteristik:
- Perilaku
hiperbola
- Ketidakakuratan
mengikuti
perintah
- Ketidakakuratan
melakukan tes
- Perilaku tidak
NOC
- Knowledge: disease
process
- Knowledge: health
Behavior
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
…x24 jam diharapkan
terjadi peningkatan
pengetahuan
Kriteria Hasil:
- Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
- Pasien dan keluarga
mampumelaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
NIC
- Teaching : disease
Process
Teaching: disease
Process
Observasi:
- Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan
pasien
tentang proses
penyakit yang
spesifik
- Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul
pada
penyakit, dengan
cara yang tepat
- Gambarkan
proses penyakit,
dengan cara yang
52
tepat (mis,
histeria,
bermusuhan,
agitasi, apatis )
- Pengungkapan
masalah
Faktor yang
berhubungan:
- Keterbatasan
kognitif
- Salah interpretasi
informasi
- Kurang pajanan
- Kurang minat
dalam belajar
- Kurang dapat
mengingat
- Tidak familier
dengan sumber
informasi
- Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
tepat
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
cara yang tepat
- Tentukan
kebutuhan belajar
pasien
- Tentukan
kemampuan
pasien untuk
mempelajari
informasi khusus
(misalnya, tingkat
perkembangan,
status psikologis,
orientasi, nyeri,
keletihan,
kebutuhan dasar
yang tidak
terpenuhi,
keadaan
emosional, dan
adaptasi terhadap
penyakit)
- Tentukan motivasi
pasien untuk
mempelajari
informasi tertentu
- Kaji gaya belajar
53
pasien
Mandiri:
- Jelaskan
patofisiologi dari
penyakit dan
bagaimana hal
ini berhubungan
dengan anatomi
dan fisiologi,
dengancara yang
tepat.
- Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi,dengan
cara yang tepat
- Hindari harapan
yang kosong
- Sediakan bagi
keluarga
informasi tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang tepat
- Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
54
second opinion
dengan cara yang
tepatatau
diindikasikan
- Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,denga
n cara yang tepat
- Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkindiperluk
an untuk
mencegah
komplikasi di
masa yangakan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
- Berinteraksi
dengan pasien
dengan cara yang
tidak
menghakimi
untuk
menfasilitasi
pembelajaran
55
HE:
- Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untukmelaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
- Bina hubungan
saling percaya
- Bangun
kredibilitas
sebagai guru bila
perlu
- Tetapkan tujuan
pembelajaran
bersama yang
realistis dengan
klien
- Ciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk
belajar
- Pilih metode dan
strategi dan
penyuluhan yang
sesuai
- Pilih materi
pengajaran yang
56
sesuai
- Beri waktu pada
pasien untuk
mengajukan
pertanyaan dan
mendiskusikan
permasalahan
- Ikutsertakan
keluarga atau
orang terdekat,
bila perlu
Kolaborasi:
- Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
- Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
- Beri informasi
tentang sumber-
sumber komunitas
yang dapat
menolong pasien
dalam
mempertahankan
program terapi
57
- Buat rencana
pengajaran
multidisipliner
yang terkoordinasi,
sebutkan
perencanaannya
- Rencanakan
penyesuaian dalam
terapi bersama
pasien dan dokter
untuk
memfasilitasi
kemampuan pasien
mengikuti program
terapi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau
58
tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas,
droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu
dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri
tuberkolosis.
3.2 Saran
Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh
klien dengan TB paru karena merupakan media penularan bakteri
tuberkulosis memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan
gejala adanya TB paru.Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada penderita TB
Paru.
59
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather.(2012). Nursing Diagnosis : Definitions and
Classification 2012-2014. Jakarta : EGC
Soemantri, I.(2012). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
Sistem pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Wilkjnson, Judith M. (2011). Prencite Hall Nursing Diagnosis Handbook.
Ed. 9. Jakarta : EGC