relasi sosial buruh dan majikan (studi pada usaha industri …digilib.unila.ac.id/55077/2/skripsi...
TRANSCRIPT
RELASI SOSIAL BURUH DAN MAJIKAN
(Studi Pada Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Kemplangdi Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung)
(SKRIPSI)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
OlehLOVVI MALINO
ABSTRAK
RELASI SOSIAL BURUH DAN MAJIKAN(Studi Pada Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Kemplang di
Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung)
Oleh
LOVVI MALINO
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis mengenai relasisosial antara buruh dan majikan pada usaha industri rumah tangga pembuatankemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota BandarLampung. Metode yang digunakan penelitian kualitatif, teknik pengumpulandata dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancaradilakukan secara purposive dengan jumlah informan tujuh orang masing-masing 4 orang buruh 3 orang majikan. Observasi dilakukan denganpengamatan secara langsung pada objek penelitian. Hasil peneltianmenunjujkkan bahwa relasi kerja yang terjadi antara buruh dan majikan padausaha pembuatan kemplang tercermin pola hubungan patron klien yangmelibatkan persahabatan instrumental. Karena pada dasarnya buruh yangbekerja berasal dari tetangga, teman, atau bahkan keluarga dari majikan itusendiri. Hal ini akan memberikan kemudahan-kemudahan baik dalamhubungan kerja maupun di luar hubungan kerja untuk mendapatkan tenagakerja, pekerjaan, pinjaman, dan termasuk jasa pribadi.
Kata Kunci : buruh dan majikan, hubungan sosial.
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF SOCIAL WORKERS AND EMPLOYER(Studies in Industrial Business Development Domestic Kemplang in
Kampung Sekip Rahayu Village Bumi Waras City Of Bandar Lampung)
By
LOVVI MALINO
This study aims to examine and analyze the social relations between workersand employers in the domestic industry in Kampung Sekip kemplangmanufacture Rahayu Village Bumi Waras City Of Bandar Lampung. Themethod used qualitative research, data collection techniques by interviewing,observation, and documentation. Interviews were conducted purposively bythe number of informants seven persons each laborer 4 3 employer. Theobservations were made by direct observation on the object of research.Menunjujkkan research findings that the working relationship that occursbetween workers and employers in the business of making kemplangreflected the pattern of patron-client relationships involving instrumentalfriendship. Because basically laborer working originating from neighbors,friends, or even family of the employer itself.
Keywords: workers and employers, social relations.
RELASI SOSIAL BURUH DAN MAJIKAN(Studi Pada Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Kemplang di
Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung)
Oleh
LOVVI MALINO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk MencapaiGELAR SARJANA SOSIOLOGI
pada
Jurusan SosiologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Lovvi Malino. dilahirkan di Bukit
Kemuning, 25 Mei 1995. Merupakan anak ke dua dari 4
bersaudara dari pasangan Bapak Sapri dan Ibu Yetty Muriana.
Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain:
1. TK Pertiwi pada tahun 2001
2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Bukit Kemuning yang diselesaikan pada
tahun 2007
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 01 Bukit Kemuning yang
diselesaikan pada tahun 2010
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Tunas Bangsa Baturaja Sumatra
Selatan yang diselesaika pada tahun 2013
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur ujian mandiri
(UM). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari
sampai Maret tahun 2016 di Desa Suka Mulya Kecamatan Pugung Kabupaten
Tanggamus. Pada semester akhir tahun 2018 penulis menyelesaikan skripsi yang
berjudul Relasi Sosial Buruh dan Majikan.
MOTTO
Selalu Ada Tempat Kembali Kepada-Nya Sejauh Keningmu Dengan Sejadah
Tempatmu Bersujud
Ya Allah, Tidak Ada Kemudahan Kecuali Yang Engkau Buat Mudah. Dan
Engkau Menjadikan Kesedihan (Kesulitan), Jika Engkau Kehendaki Pasti
Akan Menjadi Mudah
(HR. Ibnu Hibban)
Untuk Masa-Masa Sulitmu, Biarlah Allah Yang Akan Menguatkanmu.
Tugasmu Adalah Memastikan Bahwa Jarak Antara Kamu Dengan Allah Tidak
Pernah Jauh..
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya Yang Menciptakan Bumi Dan Seisinya..
Sembah sujud serta syukur kepada Allahهلالج لجDengan rahmat dan kasih sayang-Mu lah yang memberikanku kekuatan, kesabaran,
serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini yangmemiliki banyak kekurangan dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu
terlimpahkan kehadiran Rasulullah Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dankusayangi
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagi tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhinggakupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih
sayang, segala dukungan, dan cinta kasih sayang yang tiada terhingga yang tiadamungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayahbahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan
Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami dengan kasih sayang,selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu...
Terima Kasih Ayah
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “RELASI SOSIAL BURUH DAN
MAJIKAN (Studi Pada Usaha Industri Rumah Tangga Pembuatan Kerupuk
Kemplang di Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung) ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.
Penyelesaian penulisan ini tidak lain adalah karena jasa orang-orang yang telah
berperan penting di dalamnya. Untuk itulah dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
IlmuPolitik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Ikram, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosialdan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembimbing
Akademik, yang selalu sabar dalam membimbing saya selama menjadi
mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
3. Bapak Damar Wibisono, S.Sos., M.A., selaku sekertaris jurusan yang
sudah sangat membantu penulis dan welcome dalam membantu
menyelesaikan masalah mata kuliah. Beliau sangat menginspirasi penulis,
disiplin, pintar, tegas dan rendah hati mahasiswanya.
4. Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si. selaku dosen Pembimbing Skripsi.
Terimakasih atas waktu, tenaga, pikiran atau bahkan materi yang telah
dicurahkan guna terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih juga atas
perhatian dan kesabaran Ibu dalam membimbing saya saat proses
pembuatan skripsi. Semoga ilmu yang telah Ibu berikan dapat berguna
dikemudian hari.
5. Bapak Dr. Sindung Haryanto, M.Si. selaku dosen Pembahas. Penulis
menyadari begitu banyak kekurangan dalam proses penulisan skripsi ini.
Terimakasih atas kritik dan saran yang telah bapak berikan sehingga
menjadikan skripsi ini lebih baik.
6. Seluruh Dosen Sosiologi Universitas Lampung. Terimakasih atas ilmu
yang telah diberikan, semoga ilmu yang didapatkan penulis selama kuliah
bisa bermaanfaat dan berguna untuk masa depan penulis.
7. Mbak Dona Silviana A.Md. dan Mas Rizki, selaku Staff Jurusan yang
selalu siap membantu kapanpun saat dibutuhkan. Kalian orang-orang
terbaik yang pernah saya temui.
8. Terimakasih kepada kedua orang tua saya, Bapak Sapri dan Ibu Yetty
Muriana, atas segala cinta, kasih sayang, doa dan motivasi yang tiada henti
diberikan selama ini. Mohon maaf belum bisa memberikan yang terbaik
untuk bapak dan ibu.
9. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan saya, Aripin Eko Saputra,
Agung Syaiful Bahri, Ari Syaiful, Armando, Dwi Sugeng Nugroho, Indra
Riski Kurniawan, Riangga, Rifat Vicron, Rio Permono, Hergo Vina, Vito
Septian, M. Didi Eka Fazri, I Wayan Andika, Rahmat Taufiq, dan semua
teman-teman Sosiologi 2013 (kalian Luar biasa) yang tidak bias penulis
sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
10. Terima kasih kepada Bapak Katma dan Ibu Katma yang telah menjadi
orang tua selama 2 bulan di Tempat KKN (Desa Suka Mulya, Pugung,
Tanggamus.)
11. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu-persatu, namun telah
membantu dan berpartisipasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis sepenuhnyasadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi setidaknya penulis berhadap skripsi yang sederhana ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bandar lampung, 19 Desember 2018Penulis,
Lovvi Malino
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKABSTRACTHALAMAN JUDULPENGESAHANHALAMAN PERNYATAANMOTTOPERSEMBAHANSANWACANADAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang .................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ............................................................................... 8
1.3 TujuanPenelitian................................................................................. 8
1.4 ManfaatPenelitian............................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Relasi Sosial Buruh dan Majikan .......................................................11
2.2 Sektor Informal ..................................................................................17
2.3 Indistri Rumah Tangga Pembuatan Kemplang ..................................22
2.4 Kerangka Fikir....................................................................................26
III. METODE PENELITIAN
3.1 TipePenelitian.....................................................................................29
3.2 Fokus Penelitian .................................................................................30
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................30
3.4 Teknik Penentuan Informan ............................................................... 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................32
3.6 Analisa Data ....................................................................................... 33
3.6.1 Analisis Domain .................................................................... 34
3.6.2 Analisis Taksonomi................................................................ 35
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Keadaan Umum Kota Bandar Lampung ............................................36
4.1.1 Keadaan Umum......................................................................36
4.1.2 Topografi ................................................................................37
4.2 Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras..........................................38
4.2.1 Sejarah Singkat ......................................................................38
4.2.2 Keadaan Geografis dan Luas Kecamatan............................... 38
4.2.3 Topografi ................................................................................39
4.3 Keadaan Umum Kelurahan Bumi Waras ...........................................39
4.3.1 Sejarah Singkat.......................................................................39
4.3.2 Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Bumi Waras ..................40
4.3.3 Keadaan Pneduduk Berdasarkan Agama ............................... 41
4.3.4 Keadaan Pnduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................42
4.3.5 Sarana dan Prasarana Kelurahan Bumi Waras .......................43
4.3.6 Letak daerah Penelitian .......................................................... 44
4.3.7 Latar Belakang Usaha Pembuatan Kemplang .......................44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Informan...................................................................................47
5.2 Majikan Memulai Usaha Kemplang ..................................................65
5.3 Kendala Yang Dihadapi Majikan.......................................................74
5.4 Mencari Buruh....................................................................................80
5.5 Alasan Menjadi Buruh .......................................................................83
5.6 Pembagian Kerja ................................................................................88
5.7 Peraturan Jam Kerja ...........................................................................90
5.8 Pembayaran Upah ..............................................................................92
5.9 Konflik dan Penyelesaian Konflik .....................................................94
5.10 Relasi Sosial Antara Buruh dan Majikan ..........................................96
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.........................................................................................101
6.2 Saran...................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Keberadaan dan keberlangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem
ekonomi kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas
ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan
masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program
pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan
kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai
penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. (Wauran,
2012)
Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan
ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan
kerja yang mempu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti
tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu
faktor utama yang memudahkan tenaga kerja untuk memasuki sektor informal
yang kehadirannya memberikan kesempatan atau solusi terhadap kelebihan
tenaga kerja (Hastuty, dalam Muzakir, 2010)
2
Menurut Saparini dan Basri dalam Kuemba (2010), tenaga kerja sektor
informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa
adanya perlindungan dari Negara dan usaha tersebut tidak dikenakan pajak.
Pekerja sektor informal merupakan pekerja kasar (blue collar) sebagai
pekerja yang mengandalkan kekuatan fisik, pada kelompok lapangan usaha.
Seperti pekerjaan disektor pertanian, kehutanan, perburuan, tenaga produksi
dan pekerja kasar.
Pekerja atau buruh di sektor informal merupakan kepanjangan industri besar,
kewajiban mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pegawai yang
statusnya resmi. Perbedaannya adalah hubungan-hubungan produksi yang
terjadi tidak diatur oleh peraturan-peraturan yang formal. Hal ini
menyebabkan perlindungan dan berbagai hak yang biasanya diperoleh
pegawai tetap yang ada di sektor formal, tidak dapat dinikmati bagi mereka
yang bekerja di sektor informal (Andrijani et al, 2003).
Hubungan kerja atau relasi kerja (labourrelation) yang terjadi antara buruh
dan majikan menurut Munck (dalam Safaria,et,al 2003) merupakan perluasan
dari pengertian hubungan industrial. Karena hubungan industrial lebih
mengacu pada hubungan yang hanya terjadi pada industri formal. Maka
hubungan kerja menjadi istilah yang lebih luas dari pada itu, sehingga
hubungan kerja tidak hanya terjadi pada usaha industri formal tetapi juga
terjadi pada usaha industri informal.
3
Relasi buruh dan majikan atau hubungan buruh dan majikan di sektor
informal merupakan relasi kerja yang berdasarkan perjanjian/kontrak tidak
tertulis (lisan). Jenis kontrak seperti ini dapat merugikan pihak-pihak yang
memiliki posisi tawar yang rendah, yakni para buruh. Faktor terpenting dalam
keadaan ini adalah surplus cadangan buruh dari kalangan penganggur, dalam
kedudukannya yang rawan karena banyak orang lain yang siap
menggantikannya (Safaria, et, al, 2003).
Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh para buruh informal adalah
ancaman terhadap kelangsungan kerja di mana tingkat cadangan tenaga kerja
atau buruh dari kalanganan penganggur dalam kedudukannya yang sangat
rawan dapat menggantikan posisi buruh dalam mempertahankan
pekerjaannya, pendapatan yang rendah, serta kondisi-kondisi dalam
lingkungan kerja yang kurang atau tidak memadai bagi mereka. dimana posisi
buruh yang bekerja pada usaha sektor informal mengalami ketidakpastian,
ketakterjaminan, atau ancaman dalam suatu hubungan kerja sektor informal.
Sehingga mereka para buruh harus menerima kondisi kerja yang tidak
memberikan jaminan ekonomi apalagi jaminan sosial (Safaria, et, al, 2003).
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh buruh sektor informal seperti
ketidakpastian, pendapatan yang rendah, dan tidak memiliki jaminan ekonomi
ataupun jaminan sosial dalam hubungan kerja. Hal ini menunjukan bahwa
para buruh yang bekerja pada sektor informal mampu bertahan dari bebrbagai
ancaman tersebut. Bahkan pada krisis tahun 1997, sektor informal mampu
menunjukan ketangguhan dan mampu menjadi peredam gejolak di pasar
4
pekerja perkotaan dengan menampung limpahan jutaan buruh korban
pemutusan hubungan kerja di sektor formal. Keberadaan sektor informal
membuat angka pengangguran tidak meledak sedahsyat yang ditakutkan.
Sektor informal kembali menjadi katup pengaman di tengah ketidak
mampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan (Wauran,
2012).
Menurut Widodo 2005 (dalam Riyadi 2009) sektor informal adalah sektor
yang tidak terorganisasi, tidak teratur, dan kebanyakan legal tapi tidak
terdaftar.Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha
yang banyak dalam skala kecil yang dimiliki oleh perorangan atau keluarga,
Teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan yang
rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dari sektor formal.
Motivasi pekerja adalah memperoleh pendapatan yang cukup untuk sekedar
mempertahankan hidup.
Sektor informal merupakan sektor yang meliputi jenis pekerjaan yang sangat
beragam seperti, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang
keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Dari segi pelaku usaha, terdiri
dari anak-anak hingga orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pengertian
pekerja sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri, dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak dibayar (Haryanto, 2016).
Industri rumah tangga pembuatan kemplang merupakan salah satu usaha
sektor informal di mana hubungan kerja yang terjalin antara buruh dan
5
majikan tidaklah sebatas hubungan kerja semata, seperti layaknya sektor
informal. Hubungan buruh dan majikan sebagai hubungan kerja dalam proses
produksi baiasanya terkait dengan hubungan-hubungan sosial dalam
masyarakat tempat mereka tinggal karena pada dasarnya buruh atau pekerja
yang bekerja pada usaha pembuatan kemplang merupakan buruh yang berasal
dari tetangga, teman bahkan saudara dari majikan/pengusaha itu sendiri.
Sehingga hubungan buruh dan majikan yang terjalin dalam hubungan kerja
tidak hanya terjadi relasi produksi saja namun juga terjadi relasi sosial. Pola
relasi sosial sendiri pada umumnya berdasarkan hubungan kekerabatan dan
ketetanggaan dan relasi produksi yang terbangun memberikan jaminan sosial
ekonomi, baik bagi para buruh maupun majikan untuk tetap memperoleh
pekerjaan, dan tenaga kerja, pinjaman, dan sebagainya dengan berbagai
aturan yang relatif lebih longgar dibandingkan dengan yang berlaku dalan
struktur yang formal. hal ini terjadi karena majikan maupun buruh merupakan
warga dari suatu sistem sosial yang sama (Safaria, et, at, 2003).
Dalam menjalankan suatu hubungan kerja tidak lepas dari adanya pertukaran
sosial sesuai yang telah diungkapkan oleh Homan (dalam Wibawa, 2015)
berangkat dari sebuah asumsi dasar do ut des yang artinya saya memberi
supaya engkau memberi yang artinya semua kontak diantara manusia berawal
dari skema memberi dan mendapatkannya kembali dalam jumlah yang sama,
bahwa tingkah laku manusia didasarkan atas pertimbangan untung dan rugi
atau cost dan reward. Manusia dalam berinteraksi selalu mempertimbangkan
6
cost suatu pengorbanan dan reward suatu penghargaan atau manfaat yang
diperoleh dalam sebuah interaksi.
Berbicara mengenai pertukaran sebenarnya tidak hanya menyangkut
persoalan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi juga
menimbulkan persoalan membangun kerjasama, seperti halnya pertukaran
yang terjadi antara buruh dan majikan yang terlibat dalam usaha ekonomi
dimana majikan memberikan pekerjaan terhadap buruh sedangkan buruh akan
mengerjakan pekerjaan yang telah diberikan oleh majikan. Hal ini disebabkan
adanya hubungan sosial atau relasi sosial yang merupakan aspek penting
dalam melaksanakan usaha ekonomi. Dikatakan penting karena berhubungan
dengan pihak yang secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung
kelancaran usaha ekonomi (Rismawati, 2005).
Menurut Scott (dalam Sugiarti 2016) hubungan hubungan antara majikan dan
buruh tidak sekedar hubungan sosial tetapi dilihat sebagai suatu hubungan
patron klien. Menurut Scott (1993) hubungan patron-klien adalah sebuah
pertukaran hubungan antara kedua peran lapisan bawah dengan lapisan atas
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan dyadic (dua orang)
yang melibatkan persahabatan instrumental di mana seorang individu dengan
status sosial ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan dan/atau
keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status lebih rendah (klien).
Pada gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum
dan bantuan,termasuk jasa pribadi kepada patron (Sugiarti, 2016).
7
Hubungan patron klien itu sendiri mempunyai pengertian bahwa adanya pola
hubungan timbal balik antara majikan dengan buruh yang menempatkan
majikan sebagai patron dan buruh sebagai klien. Terdapat sebuah hubungan
yang saling membutuhkan antara kedua belah pihak dimana buruh
membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan
majikan membutuhkan buruh dalam membantu usahanya untuk mendapatkan
keuntungan (Wibawa dan Santosa, 2015).
Hubugan timbal balik antara buruh dan majikan terdapat suatu hubungan
yang saling membutuhkan di mana manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari berinteraksi dalam melakukan transaksi pertukaran
dengan yang lain dalam jalinan interaksi yang kompleks. Apa yang
ditukarkan tidak selalu berwujud barang material, tetapi juga dapat berupa
jasa, termasuk dalam hal tenaga kerja (Haryanto, 2016).
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri yang
memerlukan bantuan orang lain untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, sehingga
manusia melakukan interaksi yang menimbulkan sebuah relasi seperti relasi
atau hubungan yang terjadi antara buruh dan majikan dalam sebuah hubungan
kerja di mana buruh membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuahan-
kebutuhannya dan majikan membutuhkan buruh untuk membantu
kelangsungan usahanya. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengkaji
bagaimana relasi sosial buruh dengan majikan pada usaha pembuatan
8
kemplang yang ada di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota
Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah bagaimana relasi sosial
buruh dengan majikan pada usaha industri rumah tangga pembuatan kerupuk
kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar
Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini
ialah untuk mengetahui atau menganalisis relasi sosial yang terjadi antara
buruh dan majikan dalam hubungn kerja pada usaha industri rumah tangga
pembuatan kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras
Kota Bandar Lampung.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun
praktis:
1. Kegunaan penelitian secara teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pengetahuan di
bidang ilmu sosiologi ekonomi. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai referensi empirik dan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya
9
mengenai buruh di Kampung Sekip Rahayu KelurahanBumi Waras Kota
Bandar Lampung.
2. Kegunaan penelitian secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber penelitian yang lebih
mendalam dalam ruang lingkup yang lebih luas dan juga diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pola
hubungan relasi sosial yang terjadi antara buruh dengan majikan di Kampung
Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Relasi Sosial Buruh dan Majikan
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan disekitarnya. Dengan menggunakan
naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya, manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pada awalnya manusia hidup
secara sendiri-sendiri (solitaire), namun pada perkembangannya, karena
menyadari tidak dapat hidup sendiri atau tidak dapat hidup tanpa manusia
lainnya, maka manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. (Nofiawaty,
2012)
Hubungan antar sesama disebut relasi atau relation. Relasi sosial juga disebut
hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang
sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi sosial merupakan hubungan
timbal balik antara individu dengan individu lain yang saling mempengaruhi.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Seperti yang
telah dikemukakan oleh Blumer dalam (Swistantoro, 2012) bahwa interaksi
11
dijambatani oleh penafsiran-penafsiran, oleh kepastian makna dari tindakan-
tindakan orang lain (Swistantoro, 2012).
Menurut Puspito (dalam Ulumi 2016) menyatakan bahwa pada umumnya
bahwa para ahli sosiologi mengklarifikasikan bentuk dan pola interaksi sosial
menjadi dua, yaitu proses sosial yang bersifat menggabungkan (associative
processes) dan proses sosial yang menceraikan (dissociative processes).
Proses sosial yang mempengaruhi ditujukan bagi terwujudnya nilai-nilai yang
disebut sebagai kebijakan-kebijakan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas
dan dikatakan sebagai proses positif, Sedangkan proses menceraikan
mengarah kepada terciptanya nilai-nilai negatif atau asosial seperti kebencian,
permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecahan dan ini
dikatakan sebagai proses negatif (Puspito dalam ulumi, 2016.).
Menurut Max Weber (dalam Swistantoro 2012) arti suatu hubungan sosial
ialah dapat disepakati atas dasar persetujuan mutual, yang artinya pada pihak
terlibat dalam suatu hubungan dapat memuat perjanjian mengenai prilaku di
masa depan, dengan demikian setiap dalam keadaan normal dan selama
prilaku rasional akan dianuti oleh pihak lain dengan siapa dia berhubungan
dan menyesuaikan diri dengan pemahamannya terhadap kesepakatan yang
ada namun untuk sebagian prilaku berorientasi pada nilai-nilai artinya dia
wajib mentaati yang ada.
Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut sebagai relasi atau
relation. Relasi sosial merupakan hubungan sosial yang dipergunakan untuk
menggambarkan suatu keadaan dimana dua orang atau lebih terlibat dalam
12
proses prilaku. Hubungan sosial merujuk kepada hubungan timbal balik
antara individu yang satu dengan individu yang lain. Menurut Taneko (dalam
Zalmizy, 2013) hubungan sosial merujuk kepada adanya interaksi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dinamika yang
menghasilkan perubahan. Menurut Speadley dan McCurdy (dalam Astuti,
2012) menyatakan bahwa relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin
antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan
membentuk suatu pola, sehingga pola hubungan ini disebut dengan pola relasi
sosial. (Spedley dan McCurdy, dalam Astuti, 2012).
Dari beberapa pernyataan di atas menunjukan bahwa relasi sosial merupakan
hasil dari interaksi sosial yang sistematis antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok yang menghasilkan perubahan. Dikatakan
sistematis karena interaksi yang berlangsung terus melakukan pengulangan
hubungan sehingga dalam hubungan tersebut terdapat hubungan timbal balik.
Relasi sosial juga disebut sebagai hubungan sosial yang merupakan hasil dari
interaksi yang sistematik antara dua orang atau lebih seperti buruh dan
majikan yang terikat dalam hubungan kerja. Relasi sosial juga merupakan
hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain
dan saling mempengaruhi, seperti buruh membutuhkan pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhannya sedangkan majikan membutuhkan buruh untuk
membantu usahanya.
13
Hubungan kerja atau relasi kerja (labourrelation) yang terjadi antara buruh
dan majikan menurut Munck (dalam safariaet al 2003) merupakan perluasan
dari pengertian hubungan industrial. Karena hubungan industrial lebih
mengacu pada hubungan yang hanya terjadi pada industri formal. Maka
hubungan kerja menjadi istilah yang lebih luas daripada itu, sehingga
hubungan kerja tidak hanya terjadi pada usaha industri formal tetapi juga
terjadi pada usaha industri informal.
Menjalankan suatu hubungan kerja tidak lepas dari adanya pertukaran sosial
sesuai yang telah diungkapkan oleh Homan (dalam Wibawa, 2015) berangkat
dari sebuah asumsi dasar do ut des yang artinya saya memberi supaya engkau
memberi yang artinya semua kontak diantara manusia berawal dari skema
memberi dan mendapatkannya kembali dalam jumlah yang sama, bahwa
tingkah laku manusia didasarkan atas pertimbangan untung dan rugi atau cost
dan reward. Manusia dalam berinteraksi selalu mempertimbangkan cost suatu
pengorbanan dan reward suatu penghargaan atau manfaat yang diperoleh
dalam sebuah interaksi.
Relasi sosial atau hubungan sosial yang terjadi dalam sebuah hubungan kerja
antara buruh dan majikan dapat disebut sebagai hubungan patron-klien karena
dalam hubungan ini terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih yang
mempunyai kepentingan yang sama, yaitu antara patron dan klient. Masing-
masing pihak memiliki sejumlah sumberdaya yang dapat dipertukarkan satu
sama lain yang saling menguntungkan. Seperti patron biasanya memiliki
sumberdaya yang cukup besar misalnya perlindungan, rasa aman, fasilitas,
14
kedudukan, keuangan, dan lain sebagainya. Sementara klient menyediakan
dukungan, dan tenaga (baik yang berbentuk keahlian maupun tenaga kasar,
seperti misalnya penggarap sawah) dengan demikian hubungan antara buruh
dan majikan terjadi hubungan yang saling meguntungkan atau hubungan yang
bersifat timbal balik. (Gaffar, 1991)
Menurut Scott (1972 dalam Rustin, 2011) “hubungan patron klien adalahsuatu kasus khusus antara dua orang yang sebagian besar melibatkanpersahabatan instrumental, dimana seseorang yang lebih tinggi ekonominyamenggunakan pengaruh sumber daya yang dimilikinya untuk memberikanperlindungan atau keuntungan kepada orang yang lebih rendah statuskedudukannya (klien). Yang pada gilirannya membalas pemberian tersebutdengan memberikan dukungan termasuk jasa-jasa pribadi. Pola hubungankerja patron klien sangat mengutamakan hubungan sosial pertemanan dankekeluargaan tanpa adanya perjanjian kerja.”
hubungan patron klien merupakan hubungan pertukaran antara kedua peran
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan
persahabatan instrumental di mana seseorang individu dengan status sosial
yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya untuk
menyediakan perlindungan, serta keuntungan-kuntungan bagi seseorang
dengan status yang dianggapnya lebih rendah (klien), kemudian seseorang
yang dianggap rendah atau yang disebut sebagai klien membalasnya dengan
menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada
patronnya. Sebagai pola pertukaran yang tersebar, jasa dan barang yang
dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul
dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (prastijo, 2008).
15
Hubungan patron klien merupakan hubungan yang bersifat tatap muka,
artinya bahwa patron klien mengenal secara pribadi klien karena berteman
secara langsung atau bertemu secara tatap muka, saling mengenal pribadinya
dan saling mempercayai satu sama lain.
Hubungan patron klien merupakan sebuah hubungan pertukaran yang terjadi
antara patron dan klien menurut Scoot (dalam Rustin 2011) sebagai berikut:
1. Penghidupan subsistensi dasar
Yaitu memberikan pekerjaan tetap kepada klien, seperti yang telah dijelaskan
dalam sistem rekruitmen tenaga kerja, majikan memberikan pekerjaan kepada
buruh. Meskipun perjanjian yang ada secara tidak tertulis selama hubungan
kerja berlangsung pihak patron memberikan upah pokok dan upah tambahan,
selain itu pihak patron memberikan tunjangan-tunjangan lain seperti THR,
meskipun hal tersebut tidak tertulis dalam perjanjian kerja.
2. Jaminan krisis subsistensi
Yaitu dengan memberikan pinjaman bantuan kepada klien, pada saat klien
membutuhkan ataupun klien mengalami musibah atau sakit, dalam hal ini
terlihat pada pihak patron memberikan pinjaman uang ketika klien
membutuhkan bantuan dalam hal ekonomi.
3. Perlindungan
Yang dimaksud disini adalah penyediaan jasa dari patron yang bertujuan
untuk melindungi klien dalam hal terjadinya konflik sebagai akibat hubungan-
hubungan yang dijalin oleh klien dengan “orangluar”.
16
Menurut Scott (dalam Rustinsyah 2011) menyatakan bahwa patron klien
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdapat suatu ketimpangan dalam pertukaran. ketidak sinambungan yang
terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi barang atau jasa yang
sangat diperlukan bagi klien atau keluarganya agar mereka tetap hidup. Rasa
wajib membalas pada diri klien muncul akibat pemberian tersebut, selama
pemberian itu masih mampu memenuhi kebutuhan pokok klien. Sebaliknya
apabila klien merasa apa yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkannya maka klien akan melepaskan diri dari hubungan tersebut.
2. Bersifat tatap muka, sifat ini memberikan makna bahwa hubungan patron
klien adalah hubungan pribadi yaitu hubungan yang dirasa saling percaya.
Masing-masing pihak mengandalkan penuh kepercayaan, karena hubungan
ini tidak terikat oleh perjanjian.
3. Bersifat luwes dan meluas, dalam relasi ini bantuan yang diminta patron
dapat bermacam-macam, mulai dari membantu memperbaiki rumah,
mengolah tanah, sampai kampanye politik. Hubungan ini dapat dimanfaatkan
ketika klien mengalami kesulitan mengurus sesuatu, sehingga hubungan ini
dapat dimanfaatkan berbagai macam keperluan oleh kedua belah pihak dan
klein tidak hanya mendapat bantuan ketika klien mengalami musibah.
Menurut beberapa pernyataan di atas bahwa, hubungan patron klien
merupakan hubungan pertukaran antara buruh dan majikan dimana majikan
memberikan pekerjaan kepada buruh dengan memberikan upah, sedangkan
buruh membutuhkan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-
17
hari dengan mengandalkan tenaga atau keterampilan yang di milikinya, selain
itu hubungan patron klien bersifat tatap muka, saling mengenal secara pribadi
dan saling mempercayai. Hubungan patron klien itu sendiri mempunyai
pengertian bahwa adanya pola hubungan timbal balik antara majikan dan
buruh yang menempatkan majikan sebagai patron atau orang yang memiliki
kekuasaan, status wewenang, dan pengaruh, Sedangkan klien adalah orang
yang diperintah dan yang disuruh (buruh).
2.2 Sektor Informal
Istilah sektor informal mula-mula diperkenalkan oleh Keith Hart yang
merupakan hasil kajian mengenai aktivitas perekonomian yang unik di Accra
dan Gana, dalam penelitiannya dia menemukan adanya fariasi yang besar
dalam hal tersedianya peluang pendapatan legal dan ilegal pada kelompok
miskin perkotaan. (Gilbert dan Gugler, dalam Rini 2012)
Sektor informal meliputi semua usaha komersial dan non komersial, yang
tidak memiliki struktur formal dalam organisasi dan operasinya. Usaha-usaha
ini tidak terdaftar, tidak membayar pajak dan tidak mengikuti peraturan
undang-undang yang berlaku. Hal ini menunjukan bahwa sektor informal
tidak memiliki akses kredit atau asuransi formal, dan tidak bisa berharap
mendapatkan perlindungan unndang-undang. Sektor informal memiliki
aturan-aturan budaya sendiri dalam proses berlangsungnya usaha ini yaitu,
hukum dan kecakapan terapan tradisional, nilai dan pola sosial, cara-cara
bertranaksi dan berproduksi, sistem hubungan sosial dan kontrol sosial sendiri
Munker dan Walter (dalam Suradi, 2011).
18
Menurut Burger dan Buvinic (dalam Pitoyo 2007) menjelaskan
perkembangan sektor informal secara multiperspektif. Ada empat teori yang
secara kenseptual mampu menjelaskan lahirnya sektor informal, yakni Excess
of labor supply approach, neo Marxist approach, underground approach, dan
neo –liberal approach. Teori kelebihan tenaga kerja menjelalskan
perkembangan sektor informal berdasarkan konsep supply dan demand.
Menurut teori ini, berkembangnya sektor informal adalah respon terhadap
keterbatasan sektor formal dalam menyerap excess tenaga kerja. Hal ini
terjadi karena ketidak sempurnaan pasar tenaga kerja formal. Disebutkan
tenaga kerja formal cenderung memilih tenaga kerja yang memiliki
persyaratan keahlian tertentu dan terdidik, padahal tenaga kerja yang ada
tidak semuanya memenuhi persyaratan tersebut. Sebagai akibatnya tenaga
kerja yang tidak terserap kedalam sektor formal akan mencari usaha alternatif
yang lebih mudah, yaitu sektor informal.
Berbeda halnya dengan kelebihan tenaga kerja, pendekatan neo Marxist lebih
memandang sistem kapitalis dengan ditandai dengan padat modal dan buta
akan distribusi hasil produksi sebagai biang keladi dari tumbuhnya sektor
informal. Yang secara gamblang menimbulkan dua kutub yang berseberangan
yaitu sistem ekonomi inti dan sistem ekonomi pinggiran yang berimbas pada
ketergantungan ekonomi pinggiran terhadap sistem ekonomi inti.
Menurut underground approach sektor informal tumbuh sebagai akibat
kompetisi international diantara industri-industri besar dunia. Industri
bersekala besar tersebut lebih menguasai pasar dan selajutnya dikenal sebagai
19
sektor formal. Keberadaan industri besar secara ilmiah akan menumbuhkan
banyak industri kecil sehingga memunculkan berbagai bentuk persaingan
yang memaksa industri kecil melakukan berbagai kegiatan informal agar tetap
bertahan.
Sedangkan pendekatan keempat dalam menjelaskan pertumbuhan sektor
informal adalah neo liberal approach. Sektor informal muncul sebagai akibat
berbagai persyaratan birokrasi dan administrasi yang harus dipenuhi untuk
menjadi sektor formal (Maldonada,dalam Pitoyo, 2007) akibatnya banyak
unit produksi skala menengah dan kecil tidak dapat memenuhi persyaratan
birokrasi dan administrasi. Ketidak mampuan unit produksi dalam memenuhi
aturan-aturan tersebut untuk menjadi sektor formal mengondisikannya dengan
cara di sektor formal. Sektor baru dengan mekanisme usaha tidak beraturan
ini selanjutnya disebut sebagai sektor informal.
Suthuraman (dalam Pitoyo 2007) menjelaskan bahwa istilah sektor informal
biasanya digunakan untuk menunjukan sejumlah kegiatan ekonomi yang
bersekala kecil. Karena itu mereka yang memasuki kegiatan bersekala kecil
ini bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan dari pada
mempertimbangkan keuntungan, karena mereka yang masuk ke dalam sektor
ini umumnya dari kalangan miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak
terampil, dan kebanyakan para migran.
Muzamdar dalam Siregar 2013, mendeskripsikan sektor informal sebagai
sektor yang tidak terproteksi/terlindungi dan sektor formal yang terproteksi
lebih lanjut ia mengatakan:
20
“perbedaan yang mendasar antara kedua sektor tersebut adalah pada idebahwa kesempatan kerja disektor formal dalam beberapa atau segala hal yangterproteksi, sehinggga tingkat upah dan kondisi kerja di dalam sektor ini padaumumnya tidak tersedia bagi pencari kerja dalam pasar tenaga kerja, kecualimereka dapat mengatasi kendala untuk masuk kedalam sektor ini. Proteksitersebut dapat dilakukan oleh tindakan organisasi buruh, pemerintah ataukedua-duanya.”
Sektor informal dikenal dengan beberapa istilah, tergantung pada konteks dan
sudut pandangnya. Istilah-istilah tersebut antara lain, ekonomi informal,
ekonomi tidak terstruktur/teratur, sektor yang tidak terorganisir atau
pekerjaan yang tidak tampak dan terperhatikan, dalam konteks perkotaan,
sering kali sektor informal merujuk kepada keberdaan perusahaan kecil yang
memproduksi serta menjual barang dan makanan, atau menawarkan jasa yang
melibatkan transaksi pasar dan pembayaran yang dilakukan secara tunai.
Seperti, pedagang kaki lima, penjual Koran, pengamen, pengemis, pedagang
asongan, industri rumah tangga, dan lain-lain. Mereka merupakan pekerja
yang tidak terikat dan tidak terampil dengan pendapatan yang rendah
(Suharto, dalam Suradi, 2011).
Konsep sektor informal oleh Afrida (dalam Sari 2012) dikemukakan sebagai
status hubungan kerja yang terdiri atas pekerja mandiri dengan bantuan
tenaga kerja lepas, dan pekerja keluarga tanpa bayaran. Ciri-ciri lain pada
sektor informal adalah dengan mudahnya menyerap tenaga kerja karena tidak
mempunyai persyaratan khusus dalam penerimaan tenaga kerja, seperti
pendidikan formal maupun informal serta modal yang besar.
Munker dan Walter (dalam Suradi 2011) mengidentifikasi beberapa
karakteristik sektor informal, yaitu mudah dimasuki, ketergantungan pada
21
sumberdaya asli, modal yang diperoleh secara lokal dan sedikit, kepemilikan
bersifat kekeluargaan, operasi skala kecil, kurang perencanaan, padat karya
dan teknologi yang diadaptasikan, produkstivitas cenderung lebih rendah,
biaya produksi dan biaya tetap rendah, flesibelitas tinggi dalam pasokan,
harga dan kesesuaian anggaran pendanaan. Kemudian keterampilan diperoleh
dari sistem pendidikan nonformal, (Munker dan Walter dalam Suradi, 2011 )
Menurut Hidayat (dalam Lamba 2011) menyimpulkan ciri-ciri pokok sektor
informal sebagai berikut:
1. Merupakan kegiatan yang tidak terorganisir dengan baik, karena itu
kegiatannya tidak menggunakan atau berhubungan dengan lembaga formal
dan fasilitas yang tersedia.
2. Umumnya tidak memiliki izin usaha
3. Kegiatan tidak teratur baik lokasi maupun jam kerja
4. Kebijakan dan bantuan pemerintah tidak menyentuh sektor ini
5. Para pelakunya mudah keluar masuk, karena tidak terlalu memerlukan
skill dan modal besar
6. Metode dan teknologi yang digunakan masih bersifat tradisional
7. Modal yang digunakan relatif kecil dan perputarannya agak lambat
8. Tidak memerlukan pendidikan, keterampilan maupun pengalaman yang
tinggi
9. Tidak mempekerjakan orang melainkan sebagian besar berasal dari
tetangga atau bahkan keluarga
10 Sumber modal berasal dari tabungan sendiri
22
11 Hasil produksi yang dihasilkan dan ditawarkan terutama barang kebutuhan
pokok atau barang yang dikonsumsi oleh golongan masyarakat ekonomi
menengah kebawah.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut bahwa sektor informal tidak mudah
untuk didefinisikan istilah ataupun karakteristiknya karna tergantung pada
konteks dan sudut pandangnya, dalam studi ini sektor informal didefinisikan
sebagai unit usaha yang berskala kecil yang menghasilkan dan
mendistribusikan barang dengan tujuan utama untuk menciptakan kesempatan
kerja dan pengahasilannya sendiri.
2.3 Industri RumahanTangga Pembuatan Kemplang
Pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro.
Secara mikro industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti
sangat erat, dari segi pendapatan yaitu bersifat makro. Industri adalah
kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah, jadi batasan industri secara
mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang, sedangkan
secara mikro dapat membentuk pendapatan (Hasibuan, dalam Firmansyah,
2015).
Industri kecil atau industri mikro didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
23
industri. Industri kecil adalah jenis industri mikro dengan modal dibawah
Rp500.000.000 dengan menggunakan peralatan yang sederhana untuk proses
produksinya (Rahmatiah, 2017).
Menurut Anoraga (dalam Sholikhah 2017) industri kecil memiliki peranan
penting dalam penyerapan tenaga kerja, penggerak roda perekonomian dan
pelayanan masyarakat. Hal tersebut memungkinkan karakteristik dari usaha
kecil tersebut yang tahan terhadap krisis ekonomi karena usaha kecil
dijalankan dengan ketergantungan yang rendah terhadap pendanaan.
Fenomena industri kecil juga terdapat di Negara-Negara berkembang.
Definisi industri kecil berkembang dari definisi yang sempit (sederhana)
sampai dengan definisi luas dan kompleks. Definisi ini berkembang seiring
perkembangan penelitian tentang industri kecil dan perkembangan kehidupan
industri kecil itu sendiri. Definisi industri kecil secara sederhana adalah
kumpulan perusahaan-perusahaan secara sektoral dan spasial yang didominasi
oleh satu sektor. Definisi ini banyak digunakan oleh peneliti-peneliti industri
kecil yang melakukan penelitian di Negara berkembang (Schmitz dan Nadya
dalam Rahmawati, 2017)
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian (dalam Firmansyah
2015) pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang
mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya. Menurut Sutmaja
(dalam Sugiarti 2016) pembangunan industri yang dimaksud untuk
meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat harus
24
sejalan dengan pemecahan masalah-masalah lainnya dan sedapat mungkin
tidak tidak menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Oleh karena itu,
potensi yang ada diberbagai daerah dengan segala masalah yang ada pada
daerah yang bersangkutan harus diintegrasikan sebagai upaya untuk
mensejahterakan masyarkat di daerah yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapatan tersebut dapat disimpulkan bahwa industri
merupakan kumpulan-kumpulan sebuah perusahaan yang mengelolah barang
mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang yang memiliki nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaannya. Sehingga dengan adanya industri
dapat meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan kesejahteraan
msyarakat.
Perkembangan ekonomi dan dinamika penduduk telah mengakibatkan
perkembangan industri rumah tangga, pada umumnya bergerak pada industri
pengolahan yaitu usaha yang memproduksi barang-barang yang sederhana
dan terjangkau yang berasal dari bahan mentah menjadi barang jadi atau
barang setengah jadi, diantaranya ialah seperti produk kerajinan dan pangan
(wijaya dan Mutia, 2016).
25
Menurut Azhari (dalam Sugiarti 2016) berdasarkan eksistensinya industri
rumah tangga dibedakan menjadi tiga kelompok, diantaranya yaitu industri
lokal, industri sentra, industri mandiri.
1. Industri lokal
Industri lokal adalah kelompok industri yang menggantungkan kelangsungan
hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas dan relatif tersebar disuatu
lokasi saja. Skala industri kecil dan termasuk kedalam pola industri yang
bersifat sub.
2. Industri sentra
Industri sentra merupakan industri yang berskla kecil dengan membentuk
kelompok atau kawasan produksi yang terdiri dari beberapa unit usaha yang
menghasilkan barang sejenis. Target pemasaraan umumnya menjangkau
pasar yang lebih dari industri lokal. Sehingga peranan perantara menonjol.
3. Industri mandiri
Industri mandiri merupakan jenis industri rumah tangga tetapi telah memiliki
sarana yang canggih. Pemasaran hasil produksinya tidak tergntung pada
perantara.
Berdasarkan eksistensi industri rumah tangga yang telah dijelaskan di atas
bahwa industri rumah tangga pembuatan kemplang yang ada di Kampung
Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung termasuk
kedalam kelompok industri sentra karena di Kampung Sekip Rahayu terdiri
dari beberapa unit usaha yang menghasilkan barang yang sejenis.
26
Industri rumah tangga pembuatan kemplang adalah jenis makanan ringan
yang pada umumnya dibuat dari adonan tepung tapioka dan dicampur bahan
perasa seperti ikan. Proses pembuatan kemplang tidak sulit dengan
menggunakan alat-alat sederhana. Kerupuk kemplang dibuat dengan
mengukus adonan sampai matang, kemudian dipotong-potong hingga tipis
kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Kerupuk bukanlah
makanan asing bagi masyarakat Indonesia khususnya pada masyarakat
Sumatra, bagi masyarakat Indonesia kerupuk merupakan makanan ringan
yang digunakan sebagai pelengkap makanan.
2.4 Kerangka Fikir
Hubungan antara buruh dan majikan merupakan sebuah hubungan pertukaran,
yang bersifat saling membutuhkan, di mana buruh membutuhkan pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sedangkan majikan membutuhkan
pekerja atau buruh dalam membantu usahanya agar terus berjalan.
Menjalankan suatu hubungan kerja tidak lepas dari adanya pertukaran sosial
sesuai yang telah diungkapkan oleh Homan (dalam Wibawa, 2015) berangkat
dari sebuah asumsi dasar do ut des yang artinya saya memberi supaya engkau
memberi yang artinya semua kontak diantara manusia berawal dari skema
memberi dan mendapatkannya kembali dalam jumlah yang sama, bahwa
tingkah laku manusia didasarkan atas pertimbangan untung dan rugi atau cost
dan reward. Manusia dalam berinteraksi selalu mempertimbangkan cost suatu
pengorbanan dan reward suatu penghargaan atau manfaat yang diperoleh
dalam sebuah interaksi.
27
Dalam teori pertukaran, pola hubungan kerja tersebut tercermin kedalam
hubungan patron klien. Menurut Scoot (dalam rustinsyah 2006) hubungan
patron klien adalah suatu kasus khusus hubungan antara dua orang yang
sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, di mana seseorang
yang lebih tinggi sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh sumber
daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan
kepada orang yang lebih rendah kedudukannya yaitu klien, yang pada
gilirannya membalas pemberian tersebut dengan memberikan dukungan yang
umum dan bantuan termasuk jasa-jasa pribadi kepada patron
Relasi sosial atau hubungan sosial yang terjadi dalam sebuah hubungan kerja
antara buruh dan majikan dapat disebut sebagai hubungan patron-klien karena
dalam hubungan ini terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih yang
mempunyai kepentingan yang sama, yaitu antara patron dan klient. Masing-
masing pihak memiliki sejumlah sumberdaya yang dapat dipertukarkan satu
sama lain yang saling menguntungkan. Seperti patron biasanya memiliki
sumberdaya yang cukup besar misalnya perlindungan, rasa aman, fasilitas,
kedudukan, keuangan, dan lain sebagainya. Sementara klient menyediakan
dukungan dan tenaga (baik yang berbentuk keahlian maupun tenaga kasar)
dengan demikian hubungan antara buruh dan majikan terjadi hubungan yang
saling meguntungkan atau hubungan yang bersifat timbal balik
Hubungan kerja sektor informal merupakan hubungan kerja yang tidak hanya
terjadi relasi produksi tetapi juga terjadi relasi sosial, Pola relasi sosial
umumnya berdasarkan hubungan kekerabatan atau ketetanggaan sehingga
28
dalam relasi produksi yang terbangun dalam hubungan kerja memberikan
kemudahan untuk memperoleh pekerjaan dan tenaga kerja, pinjaman dan
sebagainya. Hal inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian yang
mengkaji bagaimana hubungan atau relasi sosial buruh dan majikan pada
usaha kemplang yang ada di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras
Kota Bandar Lampung.
Gambar. 1. Bagan Kerangka Fikir
Majikan
Buruh/pekerja
Relasi sosial
Hubungankerja
Pertukaransosial
HubunganPatron Klien
III METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Spradley
(dalam Sugiyono, 2012) pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk
membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif kontruktif
(misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-
nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola
pengetahuan tertentu). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek
yang diteliti secara mendalam, sehingga dengan demikian penelitian kualitatif
ini lebih cocok dan relevan dengan topik atau pembahasan yang akan diteliti
karena orientasinya kualitatif ini dapat mengungkapkan bagaimana relasi
sosial yang terjadi antara buruh dan majikan di Kampung Sekip Rahayu
Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.
Adapun alasan untuk menggunakan jenis penelitian ini, karena sesuai dengan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang menekankan pada
pendeskripsian pola relasi social antara buruh dan majikan pada usaha
pembuatan kemplang di Kampung Sekip Rahayu, di samping itu penelitian
ini lebih banyak bersifat terbuka terhadap keseluruhan data yang diperoleh
dilapangan. Data deskriptif kualitatif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan
30
dari orang-orang dan prilaku yang sedang diamati, maka dari itu sangat
relevan apabila penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini sangat penting dalam melakukan suatu penelitian agar
dapat membatasi studi yang akan diperoleh. Pengumpulan data dapat tertuju
pada suatu batasan pemahaman masalah-masalah yang akan menjadi tujuan
penelitian. Suatu penelitian tanpa adanya focus penelitian maka akan terjebak
oleh banyaknya data yang diperoleh dilapangan sehingga dalam penelitian ini
ingin memaparkan bagaimana relasi sosial buruh dan majikan dalam
hubungan kerja pada usaha industri rumah tangga pembuatan kemplang
seperti:
1. Recruitmen tenaga kerja/mencari pekerja
2. Pembagian kerja
3. Peraturan jam kerja
4. Pembayaran upah
3 .3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sekip
Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung. Adapun alasan
penelitian dilakukan di Kampung Sekip Rahayu ini dengan beberapa alasan
atau perimbangan antara lain:
1. Kampung Sekip Rahayu merupakan sentra industri rumah tangga
pembuatan kemplang
31
2. Banyak masyarakat Kampung Sekip Rahayu yang bekerja sebagai buruh
pengolahan kemplang.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penelitian ini mengambil lokasi di
Kampung Sekip Rahayu, Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.
3. 4. tekhnik Penentun Informan
Informan yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini
adalah buruh dan majikan pada usaha pembuatan kemplang di Kampung
Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung yang
mempunyai rutinitas bekerja sebagai buruh dan memiliki informasi kuat
untuk memberikan data, dipilih dengan sengaja dengan tujuan tertentu.
Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan
informasi yang maksimum, dalam penelitian ini penentuan informan
menggunkan tekhnik purvose sampling yaitu penentuan dengan menetapkan
berdasarkan criteria dan pertimbangan tertentu.
Spradley dalam (Sugiyono 2014) mengatakan bahwa agar dapat data yang
diperoleh lebih valid, maka perlu mempertimbangkan beberapa criteria dalam
menentukan informans ebagai berikut:
1. Subjek telah lama dan intensif menyatu dengan lokasi penelitian. Hal ini
ditandai dengan kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang
sesuatu yang ditanyakan.
32
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada kegiatan yang menjadi
sasaran penelitian.
3. Subjek mempunyai cukup informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini,
serta memiliki banyak waktu atau kesempatan untuk diminta informasi.
Penelitian ini memilih pemilik usaha kemplang beserta buruhnya untuk
menjadi informan berdasarkan persebaran daerah usaha yang dapat mewakili
data di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras yang dikelola
informan yang dipilih.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dapat diperlukan adalah
sebagai berikut :
1. Observasi non partisipatif
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala
yang diamati, dalam penelitian ini menggunkan teknik obeservasi non
partisipatif. Observasi tersebut hanya mendatangi lokasi dan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian, dan mencatat
fenomena yang diselidiki. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan ini
untuk mengetahui secara langsung bagaimana pola hubungan kerja yang
terjadi antara buruh dan majikan pada usaha industri rumah tangga
pembuatan kemplang.
33
2. Wawancara Mendalam
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam. Wawancara secara
mendalam bertujuan untuk memperoleh dan menggali informasi secara
mendalam dan menyeluruh mengenai usaha industri rumah tangga pembuatan
kemplang di Kampung Sekip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar
Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara tatap muka
kepada informan dan melakukan wawancara melalui telpon kepada informan.
Wawancara tatap muka yaitu wawancara dengan Tanya jawab dan bertatap
muka kepada informan, sedangkan wawancara melalui telepon yaitu
melakukan wawancara dengan tanya jawab melalui telepon.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat agenda, dan sebagainya teknik dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang bersifat skunder seperti
data jumlah penduduk luas wilayah letak administrasi dan jumlah sektor
informal
3. 6. Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis Spradley (dalam Sugiyono 2014) yaitu model data penelitian
kualitatif yang dikemukakan oleh Spradley pada tahun 1980. Spradley
mengemukakan empat tahapan dalam analisis data pada penelitian kualitatif
namun dalam penelitian ini hanya menggunkan analisis domain saja.
34
3.6.1 Analisis Domain
Menurut penjelasan Sugiyono (2012) analisis domain dilakukan untuk
memperoleh suatu gambaran umum dan menyeluruh tentang situasi sosial
yang diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh dari grand tour dan
minitourquestions, merupakan pertanyaan umum yang relatif mudah untuk
dijawab, dan apabila sudah mendapatkan tanggapan berupa gambaran umum
maka grand tour dan minittour questions menukik pada salah satu jawaban
dari informan, yang sebelumnya belum pernah diketahui, dalam analisis ini
informasi yang diperoleh belum mendalam, masih dipermukaan, namun
sudah menentukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang akan
diteliti.
Dalam permulaan penelitian, mengumpulkan data apa saja yang diperlukan
untuk mendapatkan gambaran umum tentang relasi sosial buruh dan majikan
pada usaha industri rumah tangga pembuatan kemplang di Kampung Sekip
Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung, sebelum melakukan
wawancara ada beberapa prosedur yang harus dilewati, pertama menemui
kepala kelurahan Bumi Waras untuk mendapatkan izin melakukan penelitian,
setelah itu menemui ketua RT Kampung Sekip Rahayu untuk meminta izin
dan rekomendasi tentang masyarakat Kampung yang memproduksi kerupuk
kemplang, kemudian melakukan wawancara kepada ketua RT tentang
Bagaimana awal mula berkembangnya usaha kemplang yang ada di Kampung
Sekip Rahayu.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. KeadaanUmum Kota Bandar Lampung
4.1.1 KeadaanUmum
Kota Bandar Lampung merupakan ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena
itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan
dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat perekonomian Daerah
Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena
merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau Sumatra dan
pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan
Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata.
(Badan Pusat Statistik, 2017)
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20 sampai dengan
5o30 lintang selatan dan 105o28 sampai dengan 105o37 bujur timur. Ibu Kota
Propinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak di ujung
Selatan Pulau Sumatra.
36
Kota Bandar Lampung memiliki luas area 197,22 km2 yang terdiri dari 20
Kecamatan dan 126 Kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung
di batasi oleh :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran.
4. Sebelah timur dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung
Selatan (BPS, 2017).
4.1.2Topografi
Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas
permukaan laut dengan topografi yaitu: (BPS, 2017)
1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang
2. Daerah perbukitanya itu sekitar Teluk Betung bagian utara
3. Daerah dataran tinggi serta sedikit gelombang terdapat di sekitar Tanjung
Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta perbukitan
Batu Serampok di bagian Timur Selatan
4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatan
37
4.2. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras
4.2.1 Sejarah Singkat
Kecamatan Bumi Waras merupakan salah satu dari 20 Kecamatan di Kota
Bandar Lampung. Kecamatan Bumi Waras merupakan hasil pemekaran dari
wilayah Kecamatan Teluk Betung Selatan, berdasrkan Peraturan Daerah Kota
Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang penataan dan pembentukan
Kelurahan dan Kecamatan, letak geografis dan wilayah administrative
Kecamatan Bumi Waras berasal dari sebagian wilayah geografis dan
administratif Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan batas-batas sebagai
berikut: (BPS, 2017)
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kedamaian
2. Sebelah selatan berbatasan denganTeluk Lampung
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Panjang
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Utara
4.2.2 Keadaan Geografi dan Luas Kecamatan
Kecamatan Bumi Warasa dalah wilayah Kecamatan Kota Bandar Lampung
dan Merupakan 1 wilayah pantai yang membujur dari Timur kearah Barat
Pantai Teluk Lampung, dengan luas wilayah 376,5ha dengan jumlah
penduduk 56.823 jiwa.
38
4.2.3Topografi
Kecamatan Bumi Waras secara topografis mempunyai wilayah yang relative
datar terutama bagian yang menyusuri pantai dan sebagian kecil mempunyai
wilayah berbukit atau bergelombang
4.3. Keadaan Umum Kelurahan Bumi Waras
4.3.1 Sejarah KelurahanBumiWaras
Pada mulanya Bumi Warasa dalah tempat untuk mengkarantina penderita
penyakit menular (cacar, kolera dll) terutama bagi penumpang kapal laut dan
kereta api yang akan melanjutkan perjalananya kepulau Jawa. Setelah
menjalankan karantina kemudian para penderita penyakit berangsur-angsur
sembuh. Mengingat banyaknya penderita penyakit yang sembuh, maka
masyarakat menyebutnya sebagai Kampung Bumi Waras yang berarti
(Bumi=Tanah, Waras=sehat/sembuh) dengan kata lain Bumi Waras berarti:
tanah yang sehat (Profil Kelurahan Bumi Waras, 2013)
Kelurahan Bumi Waras pada awalnya merupakan suatu dusun (Dusun Bumi
Waras) yang menginduk pada Kampung Kupang Teba Kecamatan Teluk
Betung Utara. Kemudian pada Tahun 1972 diadakan pemekaran menjadi satu
Kampung (Kampung Bumi Waras) yang berdiri sendiri dalam Kecamatan
Teluk Betung Utara Kotamadya Daerah Tk III Tanjung Karang-Teluk
Betung. Pada tahun 1981 status Kampung Bumi Waras berubah menjadi
Kelurahan Bumi Waras. (Profil Kelurahan Bumi Waras, 2013)
39
4.3.2 Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Bumi Waras
BumiWaras merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Bumi Waras
yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kecamatan Teluk Betung
Selatan, berdasarkan peraturan daerah No. 04 tahun 2012 tanggal 17
September 2012. Secara rinci luas Kelurahan Bumi Waras yang ada saat ini
73ha, yang sebagian digunakan untuk kepentingan pemukiman penduduk.
Dengan jumlah penduduk 13.987 jiwa dengan 3.321 jiwa Kepala
Keluarga(KK). Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Bumi Waras
berdasarkan data kelurahan Bumi Waras sebagai berikut.
1. . Sebelah Utara : Kelurahan Bumi Raya
2. . Sebelah Selatan : Teluk Lampung
3. . Sebelah Barat : Kelurahan Suka Raja, serta
4. . Sebelah Timur : Kelurahan Kangkung
Kelurahan Bumi Waras terdiri dari 3 Lingkungan (LK) dan 45 Rukun
Tetangga (RT). Kelurahan Bumi Waras terbagi menjadi 3 Lingkungan (LK)
dengan rincian sebagai berikut:
1. Lingkungan (LK) I terdiridari Kampung Kebon Dangder, Cendana, dan
Sekip Rahayu.
2. Lingkungan (LK) II terdiri dari Kampung Tanjung Raman Bawah,
Tanjung Raman Atas, dan Jualang
3. Lingkungan (LK) III terdiri dari Kampung Sriasih dan Kunyit
Dalam.
(Monografi Kelurahan Bumi Waras, 2017).
40
4.3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
Keadaan penduduk Kelurahan Bumi Waras yang dilihat dari agama terdiri
dari 5 agama yaitu, agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu.
Mengenai jumlah penduduk Kelurahan Bumi Waras berdasarkan agama dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut Tahun 2016No Agama Jumlah1. Islam 121142. Kristen 7923. Katholik 3664. Hindu 405. Budha 792
Jumlah Penduduk 14104Sumber :Monografi Kelurahan Bumi WarasTahun 2017
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui masyarakat yang bermukim di
Kelurahan Bumi Waras berdasarkan agama sangat beragam, yaitu Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha, walaupun ada perbedaan agama di
Kelurahan Bumi Waras ini senantiasa hidup rukun dan saling menghargai.
Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya konflik antara masyarakat yang
berakar dari perbedaan agama. Keanekaragaman agama yang ada di
Kelurahan Bumi Waras tidak terlepas dari keadaan Daerah Bumi Waras itu
sendiri yang merupakan daerah tempat transit kegiatan perekonomian antara
pulau Sumatra dan pulau Jawa, sehingga banyak masyarakat yang memiliki
latar belakang agama, ras, dan suku yang berbeda memilih menetap untuk
berdagang. Seperti awal mula usaha pembuatan kemplang yang ada di
41
Kampung Sekip Rahayu yang dilakukan oleh etnis Cina yang beragama hindu
dan Kristen.
4.3.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk Kelurahan Bumi Waras bermata pencaharian sebagai buruh,
pedagang atau wirasawasta, meskipun ada pula yang bekerja sebagai PNS dan
lain-lain. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5. JumlahPendudukBerdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2016NoJenis Mata Pencaharian Jumlah1. Pegawai Negri Sipil (PNS) 1102. TNI/POLRI 153. Wiraswasta 35114. Buruh 64165. Pertanian -6. Pensiunan 707. Lain-Lain 3865JumlahPenduduk 13987Sumber: Monografi Kelurahan BumiWaras 2017
Kelurahan Bumi Waras secara geografis merupakan kelurahan yang tidak
jauh dari Kota Bandar Lampung, dilihat dari mata pencahariannya yang
beragam, hal ini dipengaruhi oleh tersedianya lapangan pekerjaan dan
kemudahan untuk mengaksesnya.
Adapun usaha atau pekerjaan masyarakat Kelurahan Bumi Waras dalam
memenuhi kebutuhan hidup, sebagaimana disajikan tabel di atas, dapat
diketahui bahwa hampir sebagian besar penduduk bekerja di sektor
nonformal. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyrakat sehingga
masyarakat memilih untuk bekerja di sektor informal dari pada formal. seperti
42
di lingkungan I tepatnya di Kampung Sekip Rahayu yang sebagian besar
masyarakat kampung memilih bekerja sebagai buruh pembuatan kemplang.
4.3.5 Sarana dan Prasarana Kelurahan Bumi Waras
Sarana dan prasarana Kelurahan Bumi Waras meliputi:
Tabel 6. JumlahSarana dan Prasarana Tahun 2016NoSarana dan Prasarana Jumlah1. Masjid dan Mushola 212. SaranaKesehatan 173. Sarana Pendidikan 13Jumlah 51Sumber :Profil Kelurahan Bumi Waras Tahun 2017
1. Sarana dan prasarana peribadatan merupakan tempat untuk menjalankan
ibadah umat beragama secara berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani.
fasilitas peribadatan yang ada di Kelurahan Bumi Waras hanya terdapat
masjid dan musolla, karena mayotitas penduduk yang ada di Kelurahan Bumi
Waras menganut agama islam, sedangkan untuk agama hindu, budha,
katholik, dan kristen, berada di batas sebelah selatan Kelurahan Bumi Waras
tepatnya di Daerah Teluk seperti gereja, dan vihara.
2. Sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu sarana yang vital
dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mencegah
dan perlindungan penyakit untuk dapat dirawat secara medis. Sarana
kesehatan yang ada di Kelurahan Bumi Waras meliputi, puskesmas
pembantu, poli klinik, apotik posyandu, dan tempat praktik dokter.
43
3. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana pendidikan
yang ada di Kelurahan Bumi Waras meliputi Taman Kanak-Kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), dan Pendidikan
Keagamaan
4.3.6 Letak Daerah Penelitian
Sekip Rahayu adalah salah satu lingkungan di Kelurahan Bumi Waras,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Sekip Rahayu terdiri dari 6
RT, yaitu RT 14 – RT 19. Jarak dari Sekip Rahayu ke Kecamatan Bumi
Waras kurang lebih 1 (satu) km dengan waktu tempuh sekitar 5 menit.
Kampung Sekip Rahayu langsung berbatasan dengan Teluk Lampung yang
merupakan penghasil ikan sebagai bahan baku kemplang. Selain itu, Sekip
Rahayu juga didukung dengan keberadaannya yang dekat dengan pasar ikan
gudang lelang dan pasar kangkung, sehingga tidak terlalu sulit untuk
menemukan bahan baku untuk keperluan produksi kemplang.
4.3.7 LatarBelakangPembuatan Usaha Kemplang
Industri rumah tangga pembuatan kemplang yang ada di Kampung Sekip
Rahayu sudah ada sejak tahun 80an. Awal mula pembuatan kemplang
dilakukan oleh etnis Cina, karena di Kampung Sekip Rahayu memiliki
persedian ikan yang cukup melimpah karena letaknya sendiri berada di
pinggir pantai. Penduduk setempat mengelola menjadi panganan ringan,
seperti kemplang dan kerupuk, yang pada awlanya hanya masih dengan
44
jumlah produksi yang kecil dan hanya sebagai mata pencaharian tambahan.
Pembuatan kemplang dilakukan secara manual, alat yang digunakan dalam
pembuatan kemplang masih tergolong sederhana dan masih memanfaatkan
sinar matahari sebagai pengeringan. Sebagian besar penduduk Kampung
Sekip Rahayu yang memproduksi kemplang belajar dari tetangga atau
keluarga yang sebelumnya telah terlebih dahulu menggeluti usaha industry
rumah tangga pembuatan kemplang tersebut. Melihat permintaan pasar yang
semakin meningkat dari tahun ketahun membuat usaha ini masih bertahan
sampai sekarang bahkan bertambah peminatnya, terutama pada saat
memasuki musim lebaran ataupun tahun baru. Pemasaran kemplang saat ini
tidak hanya di Daerah Lampung bahkan sudah sampai keluar Lampung yaitu
pulau Jawa. (wawancaradengan HM 2017).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Relasi atau hubungan sosial yang terjadi antara buruh dan majikan pemilik usaha
kemplang menunjukan adanya suatu pola hubungan kerja patron klien yang
menempatkan posisi majikan sebagai patron dan buruh sebagai klien. Terjadi
sebuah hubungan pertukaran antara buruh dan majikan. Buruh melakukan
kewajiban dengan cara melakukan semua pekerjaannya yaitu membuat
kemplang, sedangkan majikan berkewajiban memberikan hak kepada buruh
berupa upah yang telah malakukan kewajiban sesuai dengan perjanjian
walaupun perjanjian tersebut hanya secara lisan tidak tertulis. Hubungan patron
klien merupakan hubungan yang bersifat tata pmuka, bersifat luwes dan maluas
serta rasa wajib membalas antara buruh dan majikan.
Mencari pekerja atau buruh majikan memberitahukan secara langsung lowongan
pekerjaan kepada orang yang sudah bekerja terlebih dahulu kepadanya bahkan
majikan mendatangi tetangga-tetangga sekita runtuk menawarkan pekerjaan hal
ini dilakukan ketika banyaknya pesanan kemplang. Para pekerja atau buruh
102
merupakan tetangga sekitar sehingga dalam hubungan kerja memiliki sifat
hubungan ketetanggaan atau bahkan hubugan kekeluargaan dan saling percaya.
Pemberian upah diberikan sesuai kesepakatan yang telah disepakati, pemberian
upah sesuai dengan kebutuhan para pekerja atau buruh, ada yang mengambil
upah per-hari ada juga yang mengambil upah per-minggu sesuai dengan
permintaan buruh. Upah yang diberikan majikan kepada buruh berkisar
Rp65.000 untuk buruh laki-laki sedangkan untuk buruh perempuan Rp50.000
untuk tugas yang memanggang, sedangkan Rp15.000 untuk buruh perempuan
yang bertugas mengemas kemplang, selain upah pokok yang didapat oleh buruh
terdapat pula upah tambahan seperti tunjangan hari raya (THR).
Relasi social atau hubungan sosial yang terjalin antara buruh dan majikan semua
berjalan dengan bebas namun bertanggung jawab antara satu dengan yang lain
dan hubungan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal tersebut bertujuan
untuk mengambarkan bahwa dengan hubungan yang bersifat santai,
kekeluargaan, dan saling percaya. Ketika buruh membutuhkan bantuan berupa
pinjaman uang atau buruh mengalami sakit maka majikan memberikan pinjaman
kepada buruhnya. Sikap kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh majikan
terhadap buruhnya seperti ketika buruh membutuhkan pinjaman uang, sampai
buruh melunasi hutang. Majikan tidak membuat persyaratan barang-barang atau
surat-surat berharga sebagai jaminannya.
103
Dalam pola hubungan kerja yang ada pada sektor informal yang tidak hanya
terjadi relasi produksi tetapi juga relasi sosial; terdapat suatu pola hubungan
pertukaran yang saling menguntungkan di mana kebutuhan terpenuhi sehingga
pola hubungan kerja dapat berjalan dengan baik.
6.2 Saran
Usaha sektor informal merupakan tumpuan hidup bagi masyarakat marginal di
kota, karena sektor ini menyerap cukup banyak tenaga kerja. Meskipun
bersekala kecil, sektor informal dapat bertahan dalam krisis ekonomi
dikarenakan sector ini dimiliki oleh perorangan dengan kepemilikan bersifat
kekeluargaan, operasi sekala kecil, produktifitas relatif rendah, fleksibelitas
tinggi dalam pasokan dan kesesuaian anggaran pendanaan, sehingga peran
pemerintah disini menjadi penting dalam rangka mendukung kemandirian
masyarakat untuk membuka usaha sendiri agar para buruh tidak lagi hanya
bergantung pada majikan, dalam hal ini dukungan yang diberikan sifatnya
membantu permodalan dalam membuka usaha sendiri dengan menawarkan
permodalan atas nama koprasi atau lembaga keuangan dengan bunga rendah dan
syarat yang tidak terlalu berbelit-belit.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo, Jakarta.
Anonim. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015, Lampung Dalam Angka2015. BPS Provinsi Lampung.
Anonim. Badan Pusat Statistik, 2017. Kcamatan Bumi Waras dalam Angka2017. BadanPusatStatistik Kota Bandar Lampung
Haryanto, Sindung. 2006. Sosiologi ekonomi. Ar-Ruzz Media, Jogjakarta
Rahmatiah. 2017. Relasi Sosial Dalam Pembangunan Industri Kecil Menengah.Ideas Publishing. Gorontalo
Safari et, al. 2003. Hubungan Perburuhan di Sektor Informal Akatiga. Bandung
Sari. 2012. Transformasi Pekerja Informal ke Arah Formal: Analisis Deskriptifdan Regresi Logistik. Badan Pusat Statistik (BPS) Bali.
Skripsi :
Anwar. 2012. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Interaksi Sosial PadaPerawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi.UniversitasMuhammadiyah. Surakarta
Astuti. 2012. Pola Relasi Sosial Petani Dan Buruh Tani Dalam ProduksiPertanian. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Koswara. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. Skripsi. UniversitasMuhammadiyah Semarang
Kurniasih. 2009. Pola-Pola Hubungan Patron Klien di Sentra Kerajinan PerakKotagede Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Lamba. 2011. Kondisi Sektor Informal Perkotaan dalam PerekonomianJayapura-Papua. Skripsi. Universitas Candrawasih. Papua.
Nofiawaty. 2012. Hubungan Antara Faktor Penduduk Setempat TerhadapKecenderungan Preferensinya. Skripsi. Universitas Sriwijaya.Palembang
Pitoyo. 2007. Dinamika Sektor Informal di Indonesia. Skripsi. UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.
Rahmawati dan Amir. 2003. Studi Potensi Industri Kecil di Desa TertinggalDalam Rangka Pemberdayaan Pengusaha Kecil di KabupatenBanyumas. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwekerto
Sholikhah. 2017. Peran Usaha Industri Kecil Tahu Terhadap Kondisi SosialEkonomi Masyarakat Desa Kalisari Kecamatan Cilongok KabupatenBanyumas. Skripsi. Universita Negri Yogyakarta.
Siregar. 2013. Profi lSektor Informal. Skripsi. Universitas Maritim Raja AliHaji. Riau
Sugiarti. 2016. Buruh Deplok Kajian Hubungan Sosial Buruh Deplok PadaUsaha Emping Rumahan Di Kampung Nambah Dadi Terbanggi Besar.Skripsi. Universitas Lampung
Tumengko. 2012. Teori Sosiologi Suatu Perspektif Tentang Teori Konflik dalamMasyarakat Industri. Skripsi Universitas Sam Ratulangi. Manado
Wauran. 2012. Strategi Pemberdayaan Sektor Informal Perkotaan di KotaManado. Skripsi Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara
Jurnal :
Darman. 2015. Kehidupan Sosial Pedagang Kaki Lima di Kota Samarinda.Jurnal Sosiologi Konsentrasi Volume 3 Nomor 1. 2015.
Firmansyah. 2015. Pengaruh Kosentrasi Industri Terhadap Efesiensi IndustriKecap di Indonesia Jurnal Ekonomi Pembangunan, Juni 2015. Volume13 No.1 hal 53-59
Rahmat. 2009. Penelitian Kualitatif. JurnalVol 5 No 9, dalam JurnalEquilibrium. vol. 5, No. 9, Januari 2009 : 1-8
Rustinsyah. 2011. Hubungan Patron Klien di Kalangan Petani Desa Kebonrejo.jurnal. Volume 24, Nomor 2.
Sukmawati. 2008. Struktur Pola Hubungan Sosial Ekonomi Juragan denganBuruh Dikalangan Nelayan Pantai Utara Jawa Barat. JurnalKependudukan Padjajaran Vol. 10, No. 1.
Sulaiman. 2015. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan MenggunakanMetode Eoq Pada. Adi Mabel. Jurnal Teknovasi. Volume. 02, Nomor. 1,2015, 1-11.
Suradi. 2011. Peranan Sektor Informal Dalam Penanggulangan Kemiskinan.Jurnal Informasi, Vol. 16 No.03
Wibawa dan Santosa. 2015. Hubungan Kerja Patron Klien di Sentra IndustriPembuatan Genteng Winong. Jurnal Sosiologi Dilema, vol.30, No. 1.
Wijaya dan Mutia, 2016. Analisis Perkembangan Industri Kecil dan RumahTangga Dengan Pendekatan Dpsir, Studi Kasus di Kecamatan Ciparay,Kabupaten Bandung. Jurnal Volume 18 No 3.
Sumber Internet :
Ali dan Swistantoro. 2012. Hubungan Sosial Masyarakat Pendatang denganMasyarakat Tempatan di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII KotaKampar Kabupaten Kampar. Riauhttp://repository.unti.ac.id/xmlui/bitstream/handle/jurnal.pdf diaksestanggal 12 september 2016 Jam 08.00 WIB)
Aman. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakartahttp://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/dr-aman-mpd/c-1pelatihan.pdf diakses 12 September 2016 jam 20.00 WIB)
Faozi. 2016. Sistem Pengupahan Tenaga Kerja Home Industri.http://download.portalgaruda.org/article/sistem.pengupahan.tenaga.kerja.htm.pdf diakses 25 Mei 2018 jam 12.00 WIB.
Gaffar. 1991. Hubungan Patron Client dan Konsikuensinya Terhadap LahirnyaPengusaha Indonesia. http://journal.uii.ac.id/Unisia/article. diakses 28Mei 2018 jam 20.00 WIB.
Kuemba. 2010. Buruh Bagasi Kapal di Pelabuhan Kota Bitung.http://ejournal.unsrat.ac.id/holistik/article.pdf diakses 29 Mei 2018 jam14.00 WIB.
Prastijo. 2008. Hubungan Patron Klien. https://etnobudaya..net/hubungan-patron-klien.pdf diakses 25 Mei 2018 11:00 WIB
Rini. 2012. Dilema Keberadaan Sektor Informal.http://researchgate.net/dilema-keberadaan-sektor-informal.pdf diakses 29Mei 2018 20:00 WIB.
Rismawati. 2005. Pertukaran dan Hubungan Sosial di Kalangan Ina-Ina.http://media.neliti.com/media/publication/pertukaran-dan-hubungan-sosial-dikalangan-ina-ina/studi-antropologi-ekonomi.pdf diakses 5 april2017 21:00 WIB
Riyadi. 2009. Peran Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman MasalahKetenagakerjaan. http://www.bappenas.go.id/files/kajian-peran-sektor-informal.pdf diakses 2 Juni 2018 18:00 WIB.
Sugiyono. 2014. Resume Buku Penelitian Kualitatifhttp://www.academia.edu/resume-buku-penelitian-kualitatif.pdf. diakses12 Oktober 08:00 WIB.
Susilo, et al. 2002. Strategi Bertahan Industri Makanan Skala Kecil PascaKenaikan Harga Pangandan Energi di Kota Yogyakartahttp://ejournal.stiesia.ac.id/ekuitas/article.pdf. diakses pada 10 Oktober20:00 WIB.
Wijaya. 2018. Analisis Data Kualitatif Model Spradley (Etnografi).http://www.researchgate.net/publication/analisis-data-kaulutatif-model-spradley.pdf. diakses 15 September 09:00 WIB.
Zalmizy. 2013. Hubungan Sosial Mat Rampit.(http://www.academia.edu/hubungan-sosial-mat-rampit.pdf. diakses 15Juli 2017 10:00 WIB.