reggio e millio

27
1 Sengketa yang menyangkut kurikulum dan metode pengajaran kembali jauh di bidang pendidikan anak usia dini. Selama bertahun-tahun, banyak istilah yang berbeda telah digunakan untuk menangkap posisi yang berlawanan. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah akademis telah datang untuk menjelaskan bagian-bagian dari kurikulum anak usia dini dimaksudkan untuk membantu anak-anak menguasai keterampilan dasar yang terlibat dalam melek huruf dan menghitung (Jacobson, 1996). Dari akademik-atau instructivist-perspektif, anak muda dilihat sebagai tergantung pada orang dewasa 'instruksi dalam pengetahuan dan keterampilan akademik diperlukan untuk awal yang baik untuk nanti prestasi akademik. Pandangan ini secara langsung berbeda dengan kurikulum yang aktif dan interaktif dianggap oleh para pendukung dari pendekatan konstruktivis, yang melihat anak-anak sebagai konstruktor aktif pengetahuan; tujuan utama dari kurikulum konstruktivis, kemudian, adalah untuk memberikan kesempatan yang luas untuk konstruksi aktif pengetahuan .ini mempertimbangkan instructivist dan pendekatan konstruktivis untuk pendidikan anak usia dini dan menunjukkan bahwa perhatian pada perkembangan intelektual anak-anak mungkin secara tidak sengaja diabaikan oleh kedua belah pihak. Tesis utama di sini adalah bahwa hanya karena anak-anak tidak terlibat dalam pengajaran akademis formal tidak berarti bahwa apa yang mereka lakukan sudah cukup untuk mendukung perkembangan intelektual mereka. Bagaimana dengan Pengembangan Intelektual Anak-Anak? Salah satu keprihatinan utama tentang sejarah ini bertengkar atas tujuan dan metode adalah bahwa kedua belah pihak dalam perjuangan mungkin mengabaikan kurikulum dan metode pengajaran di luar dikotomi tradisional. Tahun pengalaman mengamati ruang kelas anak usia dini menunjukkan bahwa kedua belah pihak underemphasize dan kurang menghargai pilihan ketiga, yaitu kurikulum dan metode pengajaran yang membahas perkembangan intelektual anak-anak sebagai instructivist berbeda dari penekanan pada belajar akademik dan konstruktivis penekanan pada permainan anak-anak dan diri

Upload: skl6470

Post on 23-Jun-2015

1.131 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Reggio e Millio

1Sengketa yang menyangkut kurikulum dan metode pengajaran kembali jauh di bidang pendidikan anak usia dini. Selama bertahun-tahun, banyak istilah yang berbeda telah digunakan untuk menangkap posisi yang berlawanan. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah akademis telah datang untuk menjelaskan bagian-bagian dari kurikulum anak usia dini dimaksudkan untuk membantu anak-anak menguasai keterampilan dasar yang terlibat dalam melek huruf dan menghitung (Jacobson, 1996). Dari akademik-atau instructivist-perspektif, anak muda dilihat sebagai tergantung pada orang dewasa 'instruksi dalam pengetahuan dan keterampilan akademik diperlukan untuk awal yang baik untuk nanti prestasi akademik.

Pandangan ini secara langsung berbeda dengan kurikulum yang aktif dan interaktif dianggap oleh para pendukung dari pendekatan konstruktivis, yang melihat anak-anak sebagai konstruktor aktif pengetahuan; tujuan utama dari kurikulum konstruktivis, kemudian, adalah untuk memberikan kesempatan yang luas untuk konstruksi aktif pengetahuan .ini mempertimbangkan instructivist dan pendekatan konstruktivis untuk pendidikan anak usia dini dan menunjukkan bahwa perhatian pada perkembangan intelektual anak-anak mungkin secara tidak sengaja diabaikan oleh kedua belah pihak. Tesis utama di sini adalah bahwa hanya karena anak-anak tidak terlibat dalam pengajaran akademis formal tidak berarti bahwa apa yang mereka lakukan sudah cukup untuk mendukung perkembangan intelektual mereka.

Bagaimana dengan Pengembangan Intelektual Anak-Anak?

Salah satu keprihatinan utama tentang sejarah ini bertengkar atas tujuan dan metode adalah bahwa kedua belah pihak dalam perjuangan mungkin mengabaikan kurikulum dan metode pengajaran di luar dikotomi tradisional. Tahun pengalaman mengamati ruang kelas anak usia dini menunjukkan bahwa kedua belah pihak underemphasize dan kurang menghargai pilihan ketiga, yaitu kurikulum dan metode pengajaran yang membahas perkembangan intelektual anak-anak sebagai instructivist berbeda dari penekanan pada belajar akademik dan konstruktivis penekanan pada permainan anak-anak dan diri dimulai belajar. Konstruktivis teori tidak mengabaikan perkembangan intelektual anak-anak, akan tetapi kadang-kadang teori konstruktivis disalahtafsirkan. Percaya bahwa anak-anak "membangun pengetahuan mereka sendiri," beberapa orang dewasa sedikit lebih dari yang ditetapkan berbagai kegiatan yang anak-anak menikmati, sementara sengaja menghindari instruksi formal di dasar kemampuan akademik. Memang, tidak mengherankan bahwa nonakademisi pengamat dari taman kanak-kanak pra-sekolah dan kelas-kelas yang mempunyai sedikit pengetahuan tentang anak-anak (misalnya, ED Hirsch, Jr) mengkritik "progresif" dan "konstruktivis" kelas-kelas dangkal, hampa, terlalu menekankan bermain dan menyenangkan, dan pemborosan kapasitas anak-anak. Pada waktu yang sama, pendekatan akademik yang kuat dapat merusak disposisi untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan sehingga sangat diperintahkan. Yang berkeinginan untuk menjadi pembaca atau, sama, untuk pengguna siap konsep-konsep matematika dan keterampilan yang diperoleh sering menyakitkan mungkin rusak oleh instruksi prematur, mengingat jumlah latihan dan praktek biasanya diperlukan untuk keberhasilan dalam menguasai keterampilan ini sejak usia dini.

Apa Metode Mengajar Dukungan Pengembangan Intelektual Anak-Anak?

Page 2: Reggio e Millio

Alamat kurikulum yang sesuai memperkuat dan menggunakan kecenderungan intelektual, menawarkan proses yang baik tentang konten yang kaya, dan menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi. Untuk alasan ini, banyak guru telah memasukkan pekerjaan proyek ke dalam kurikulum (Katz & Chard, 1989; Beneke, 1998). Pekerjaan proyek tidak hanya menyediakan konteks untuk disposisi intelektual yang terlibat dalam melakukan penyelidikan bahwa anak-anak, tetapi juga menyediakan teks dan dalih bagi anak-anak untuk membuat bermakna dan fungsional penggunaan keterampilan akademik mereka diajarkan selama "instruktif" bagian dari kurikulum. Dengan demikian, kita dapat "membagi tiga" kurikulum anak usia dini sehingga terfokus pada setidaknya tiga tujuan:

(1) sosial / perkembangan emosional dan (2) pengembangan intelektual dan (3) akuisisi bermakna dan berguna keterampilan akademik. contoh yang sangat baik bermakna proyek-proyek jangka panjang di mana kecerdasan anak-anak serta keterampilan akademik tumbuh berkembang dapat dilihat dalam karya anak-anak di sekolah-sekolah preprimary di Reggio Emilia, Italia (Reggio Anak-anak, 1997), serta laporan dari proyek oleh Beneke (1998) dan Helm (1998). Karya-karya ini menunjukkan bahwa anak-anak dapat mengekspresikan disposisi intelektual mereka dalam mengejar topik serius dan menerapkan muncul dan keterampilan akademik dan menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi secara bersamaan.

Page 3: Reggio e Millio

21. Reggio Emilia, Italia.

 

Niente Senza Gioia adalah slogan di Sekolah Bermain Reggio Emilia yang berarti “tiada hari tanpa gembira”. Tidak hanya menarik di slogan, tetapi sekolah ini memang benar-benar menawarkan kegembiraan pada anak dalam setiap proses belajar. Tidak seperti kebanyakan sekolah konvensional yang kita kenal, bahwa anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruang kelas sambil mengerjakan tugas-tugas akademik, anak-anak di Sekolah Reggio Emilia banyak menghabiskan waktu justru di luar sekolah. Mereka mengunjungi berbagai tempat, mulai dari padang bunga hingga piazza (plaza) kuno.

 

Kurikulum di sekolah ini tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang selama ini umum dijumpai di banyak sekolah konvensional, tetapi berdasarkan proyek-proyek yang melibatkan kerjasama anak.  Bahkan setiap orang tua diminta untuk berpartisipasi dan terlibat dalam cara apa pun di sekolah ini.

 

Pada suatu hari, seorang siswa membawa satu buket besar bunga poppi merah cemerlang ke sekolah. Ternyata hal itu menyalakan antusiasme teman-temannya untuk mengenal lebih jauh tentang bunga poppi. Keesokan harinya, Guru sudah menyiapkan sebuah perjalanan studi ke padang bunga poppi yang sedang bermekaran di daerah perbukitan.

 

Tidak ada ”tugas” atau “perintah” apa pun dari Guru. Setiap anak boleh meng-eksplorasi padang bunga poppi seturut kehendak hatinya. Ada anak yang berlarian sekeliling padang bunga, ada yang asyik memetik bunga, ada yang bersembunyi di tengah batang-batang yang tinggi, ada juga yang memperhatikan kumbang, dan masih banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan anak-anak di padang bunga itu sepanjang hari.

 

Sementara anak-anak meng-eksplorasi, si Guru memotret momen-momen indah, menangkap setiap gerak dan aktivitas cerita murid-muridnya, diabadikan oleh kamera dan siap ditayangkan (nantinya) di kelas sebagai bahan pelajaran.

 

Sebagai tindak lanjut proyek eksplorasi padang bunga poppi, si Guru kemudian mengusulkan untuk mengekspresikan hasil belajar anak-anak ke dalam sebuah proyek seni, yaitu membuat sebuah mural raksasa (lukisan di dinding) yang digarap oleh semua anak. Mural raksasa ini seperti sebuah “puzzle besar” karena setiap anak akan menyumbangkan sebuah “potongan gambar” yang akan disatukan dengan gambar-gambar dari anak-anak lainnya hingga jadi satu kesatuan lukisan yang utuh.

 

Di Reggio Emilia, proses sama pentingnya dengan hasil. Jadi, bukan hanya keindahan gambar yang akan diperhitungkan, tetapi proses membuat mural itu, termasuk di dalamnya saat anak-anak saling berdialog, mengecat, menuangkan imajinasi, juga tak kalah pentingnya. Di sini, anak-anak belajar untuk bekerja secara individu maupun tim (kelompok).

Page 4: Reggio e Millio

1. HappyLand Learning Center, Indonesia

 

HappyLand Learning Center (HLLC) menawarkan sebuah model pembelajaran yang mengacu pada filosofi Multiple Intelligences, yaitu bahwa setiap anak unik dan memiliki kombinasi kecerdasan yang berbeda. HLLC mendesain lingkungan belajar sedemikian rupa, sehingga setiap anak memiliki kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan bakat minat mereka, sambil (tanpa disadari) meningkatkan kemampuan akademik serta memperluas pengetahuan masing-masing anak.

 

Misalnya, dalam rangkaian materi untuk mengajarkan tentang globalisasi, anak-anak TK diajak untuk mengenal dan “bersentuhan langsung” dengan sejarah, budaya, serta berbagai keunikan dari beragam negara. Semua disajikan dalam bentuk proses belajar aktif sambil bermain.

 

Saat belajar tentang ITALIA, misalnya, maka anak diajak untuk masak spaghetti, memanfaatkan jasa delivery call Pizza Hut dan mencicipi pizza, makan es krim setelah belajar tentang sejarah Marcopolo (seorang pedagang dari Venesia yang melakukan perjalanan panjang ke Cina dan memperkenalkan es krim ke Italia). Di area lain, anak mewarna gambar koloseum (tempat gladiator bertarung melawan singa), menara miring Pisa, dan gondola (kapal di Venesia). Selain itu, ada yang sedang mewarna, menggunting, dan menempel baju ala Italia serta membuat bendera Italia. Sebagian anak memilih untuk beraktivitas dengan plastisin membuat pizza dan spaghetti. Anak-anak juga menonton film berlatar belakang kota Venesia dan mengekspresikannya dalam karya seni membuat bangunan dari kardus bekas. Mereka juga diajak menggunakan bola dunia serta berbagai buku dan sumber lain untuk mengenal Italia.

 

Saat belajar tentang MEXICO, anak-anak menonton film Dora sambil belajar berhitung dalam bahasa Spanyol, berfoto menggunakan baju ala Mexico, membuat pinata (kantung kertas yang diisi permen dan coklat, biasanya digunakan saat pesta / perayaan), dan mendengarkan lagu-lagu Mexico.

 

Lain lagi saat belajar tentang CINA, anak-anak bermain barongsay, belajar makan menggunakan sumpit, dan menulis angka dalam huruf mandarin menggunakan kuas dan cat.

 

Saat belajar tentang pengaruh transportasi dan globalisasi, anak-anak diajak melihat film tentang proses pembuatan roti mulai dari gandum hingga ke supermarket. Anak-anak juga diajak berbelanja di super market dan mengenali berbagai produk / barang yang berasal dari berbagai negara, seperti misalnya: jamur dari Perancis, apel dari Jepang, jeruk dari Ausralia, dan buah kiwi dari New Zealand.

 

Untuk meningkatkan kemampuan baca tulis anak-anak, selain disediakan perpustakaan, anak juga diajak untuk membuat sendiri komik (dengan berbagai macam sticker),

Page 5: Reggio e Millio

membuat sendiri menu restoran, serta membuat koran tentang berbagai hal yang sudah mereka lakukan.

 

Dari 2 contoh di atas (Sekolah Reggio Emilia dan HappyLand Learning Center) proses belajar dilakukan dalam suasana BERMAIN yang menyenangkan – tanpa tekanan dan paksaan – dan anak-anak berada dalam lingkungan EKSPLORASI yang sangat kaya. Mereka menjadi seniman, ahli sejarah, peneliti, dan lain-lain kegiatan yang membuktikan bahwa sebenarnya – bila diberi KESEMPATAN – para balita kita akan menunjukkan “kejeniusan” mereka J

Dunia anak balita adalah DUNIA BERMAIN … karena itu, cara belajar dan teknik mengajar yang paling tepat untuk anak balita adalah melalui aktivitas BERMAIN. Bukan sekedar atau sembarang bermain, tetapi bermain di dalam KONTEKS. Artinya, seluruh aktivitas permainan (dan berbagai kegiatan serta peraga yang digunakan) haruslah menunjang TEMA pelajaran yang hendak kita sampaikan.

Sekarang, cobalah menyusun sebuah rangkaian aktivitas bermain ala MI (multiple intelligences) yang menyenangkan bagi anak Balita. 

 

Linguistik

Permainan yang menggunakan bahasa

lisan dan tertulis

  Matematis-Logis

Permainan yang menyertakan angka,

perhitungan logis, klasifikasi, kemampuan

berpikir kritis

  Visual-Spasial

Permainan yang menggunakan alat bantu visual, visualisasi, warna,

seni atau metafora

         Naturalis

Permainan yang  menyertakan makhluk hidup, fenomena alam,

kesadaran ekologis

  

 

 

TUJUAN

 

 

  

Musik

Permainan yang  menyertakan musik, atau

bunyi2an di sekitar

         Intra-personal

Permainan yang dapat membangkitkan perasaan /

kenangan pribadi / memberikan pilihan

kepada anak

  Inter-personal

Permainan yang dapat melibatkan anak dalam

proses berbagi rasa antar teman, belajar kelompok

  Kinestetik

Permainan yang dapat melibatkan seluruh tubuh /

yg melibatkan stimulasi gerak / partisipasi aktif

CATATAN: Tidak harus ke-8 macam aktivitas di atas dilakukan bersamaan.

Pilihlah beberapa (misal 3-5 macam) untuk diterapkan dalam 1 sesi pembelajaran.

 

Contoh Inventarisasi Mainan Anak berdasarkan jenis kecerdasan

Page 6: Reggio e Millio

Nama Mainan Ling Logis Vis-Sp Musik Alam Intra Inter Kines1. Balok, Lego   X X          2. Boneka           X X X3. Buah plastik             X  4. Puzzle   X            5. Buku cerita X              6. Bola               X7. Alat musik       X        8. Alat warna     X          9. Kolam pasir         X      Dst        

3

Page 7: Reggio e Millio

Satu lagi metode atau pendekatan pendidikan, terutama untuk anak usia dini, yang berbeda dari pendekatan konvensional, yaitu Reggio Emilia Approach (REA). Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993). Halah, rumit? Memang REA ini adalah sistem yang kompleks, namun sangat menarik perhatian dunia pendidikan anak usia dini selama 50 tahun terakhir.

REA diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria berkurang akibat perang, para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh kehancuran, para orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-anaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknya lah mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat dari pemikiran ini lah lalu diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat, tanggung jawab dan kebersamaan melalui eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan memperkaya minat anak.

Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional. REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya. Loris Malaguzzi bahkan sampai menciptakan Charter of Rights yang menjelaskan hak-hak siswa, guru dan orang tua dalam REA untuk memastikan filosofi dan prinsip-prinsip REA selalu diingat oleh para penggunanya. Ia juga menciptakan sebuah puisi indah berjudul “The Child is Made of One Hundred” yang menggambarkan pandangannya tentang anak-anak. Untuk lebih jelasnya mengenai REA, berikut ini adalah fitur-fitur kuncinya yang saya kutip dari artikel yang ditulis Andrew Loh.

Peranan lingkungan belajar sebagai “guru”

> Dalam REA, para pendidik sangat memperhatikan lingkungan sekolah karena lingkungan sekolah ini juga berperan “mendidik” para siswa. Penampilan dan nuansa kelas pun akhirnya menjadi prioritas tersendiri pula. Bahkan, lingkungan sekolah sering

Page 8: Reggio e Millio

disebut sebagai “guru ketiga”.> Keindahan lingkungan di dalam sekolah dianggap sebagai bagian penting dari rasa hormat kepada siswa dan lingkungan belajar mereka.> Nuansa di dalam kelas dibuat ceria dan penuh dengan kegembiraan.> Guru mengatur agar lingkungan belajar memancing dan menantang siswa dalam eksplorasi dan pemecahan masalah, biasanya dalam kelompok-kelompok kecil di mana kerjasama dan perbedaan pendapat berbaur namun tetap menyenangkan.> Hasil karya siswa, atau tanaman yang mereka tanaman, atau koleksi barang yang dikumpulkan siswa dari alam ditampilkan di kelas dan lingkungan sekolah agar bisa dilihat oleh siswa, guru dan orang tua.> Terdapat area bersama / serba guna di sekolah yang dapat digunakan oleh para siswa untuk berbagai kegiatan seperti pementasan drama atau hanya berkumpul dengan siswa dari kelas lain untuk belajar bersama.

Bahasa simbolis anak-anak yang majemuk> Menggunakan seni sebagai bahasa simbolis bagi para siswa untuk mengekspresikan pemahamannya terhadap tugas dan proyek yang sedang dijalankan.> REA mengintegrasikan seni grafis sebagai alat pengembangan kemampuan kognitif, linguistik dan sosial. Hal ini konsisten dengan konsep Kecerdasan Majemuk karya Dr. Howard Gardner.> Siswa mempresentasikan konsep dan hipotesa melalui berbagai bentuk seperti gambar, seni, prakarya, drama, musik, pertunjukan boneka ataupun wayang. Hal ini dianggap sangat mendasar bagi pemahaman anak-anak terhadap pengalaman mereka.

Dokumentasi sebagai penilaian dan pertimbangan> Mendokumentasikan dan menampilkan hasil kerja siswa adalah dianggap penting sebagai bagian dari memberi siswa media untuk mengekspresikan, mengunjungi, dan membangun perasaan, ide dan pemahamahan mereka.> Mendokumentasikan hasil kerja siswa yang masih dalam proses atau belum selesai pun dianggap sebagai alat penting bagi siswa, guru, dan orang tua dalam proses pembelajaran.> Foto-foto saat para siswa terlibat dalam berbagai kegiatan, kata-kata mereka saat mereka mendiskusikan apa yang sedang mereka kerjakan, rasakan dan pikirkan, serta interpretasi mereka terhadap pengalaman yang mereka alami yang dituangkan melalui media visual juga ditampilkan sebagai presentasi grafis dari proses pembelajaran yang dinamis.> Guru berfungsi sebagai perekam (orang yang mendokumentasikan) bagi para siswa,

Page 9: Reggio e Millio

membantu mereka melacak dan melihat kembali perkataan dan tindakan mereka sehingga membuat proses pembelajaran menjadi terlihat.

Proyek jangka panjang> Mendorong dan memperkaya proses pembelajaran siswa melalui proyek jangka pendek (satu minggu) dan proyek jangka panjang (sepanjang tahun ajaran) yang mendalam dan melibatkan proses merekam, bermain, mengeksplorasi, membangun dan menguji hipotesa.> Proyek berfokus pada siswa, mengikuti minat mereka, serta ditinjau berulang-ulang untuk menambah pemahaman baru bagi mereka.> Selama proyek, guru membantu siswa mengambil keputusan tentang arah pembelajaran, cara-cara yang akan ditempuh kelompok dalam melakukan riset pada topik, serta media yang akan digunakan untuk merepresentasikan topik.

Guru sebagai peneliti> Peran guru dalam REA cukup kompleks. Selain wajib bekerja sama dengan guru lain, peran guru yang paling pertama dan paling utama adalah menjadi pembelajar bersama siswa. Guru berperan sebagai peneliti yang menjadi sumber pengetahuan dan pemandu yang meminjamkan keahliannya pada siswa.> Dalam lingkungan yang demikian, guru sebagai pendidik harus cermat dalam mendengarkan, memperhatikan, dan mendokumentasikan pekerjaan siswa dan perkembangan komunitas di kelasnya, serta bertugas memprovokasi dan merangsang proses pemikiran.> Guru berkomitmen untuk mengevaluasi pengajaran dan pembelajaran mereka sendiri.> Di kelas, guru bekerja berpasangan dan berkolaborasi dengan saling berbagi informasi dan proses mentoring dengan partnernya.

Hubungan sekolah dan rumah> Anak-anak, guru, orang tua dan komunitas bekerja sama secara interaktif. Suasana dan komunitas berbasis rasa ingin tahu dikembangkan antara orang dewasa dan anak.> Komunikasi dan interaksi antar elemen tersebut dapat memperdalam pemahaman dan pembentukan teori pada anak-anak tentang dunia di sekitar mereka.> Program-program pada REA berkonsentrasi pada keluarga. Visi dari Loris Malaguzzi tentang “pendidikan berbasis hubungan” difokuskan pada hubungan setiap anak dengan orang lain dan berusaha mengaktifkan serta mendukung hubungan timbal balik antara anak dengan anak lain, keluarga, guru, masyarakat, dan lingkungan.

Page 10: Reggio e Millio

REA menantang beberapa pemahaman konvensional tentang kompetensi guru dan juga praktek mengajar yang cocok dengan pola perkembangan anak. Dalam REA, misalnya, guru memahami bahwa kebingungan adalah bagian dari proses belajar. Maka, salah satu strategi mengajar yang penting dari REA adalah membiarkan kesalahan terjadi (bandingkan dengan di sekolah formal konvensional di mana berbuat kesalahan dianggap sebagai hal terburuk yang dilakukan siswa), atau kadang-kadang mengajak siswa memulai sebuah proyek belajar tanpa tahu dengan jelas bagaimana ujungnya nanti.

Dalam REA, guru percaya dirinya sendiri dapat merespon ide dan minat para siswa dengan tepat, mereka percaya para siswa memiliki minat luar biasa pada hal-hal yang memang layak mereka pelajari, dan mereka percaya bahwa orang tua peduli, aktif, dan berusaha menjadi bagian yang produktif dan kooperatif dari proses pendidikan. Hasilnya adalah atmosfer komunitas dan kolaborasi yang bermanfaat bagi anak-anak dan juga bagi orang dewasa.***

4

Page 11: Reggio e Millio

Mengoptimalkan Kemampuan Pribadi AnakSelasa, 10 Maret 2009 | 18:45 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Siapa bilang seorang anak tidak memiliki kepekaan bahasa? Justru proses belajar seorang anak terutama dalam hal pengkayaan kemampuan bahasanya dimulai sejak bayi dan terus berlangsung hingga seluruh hidupnya. Hal ini ditandai dengan rasa keiingin tahuan si kecil. Bila diibaratkan rasa keingin tahuan tersebut seperti spons kering di mana anak dapat meresap pengetahuan termasuk bahasa dalam jumlah yang banyak.

Clara Christine, Language Art Teacher&After School Teacher Cikal Pre K dan Primary School , Jakarta di acara sebuah seminar pendidikan anak beberapa waktu lalu menjelaskan untuk mengembangkan potensi anak yang luar biasa terutama dalam hal pengkayaan kemampuan bahasanya, melalui  pendekatan tepat yang dapat memfasilitasi anak dalam proses belajar.

Clara membagi pengetahuan dengan para orang tua yang memiliki anak kecil. Caranya ia melalui pengenalan pendekatan yang dialkukan dan dimulai oleh para orang tua di wilayah Reggio Emilia, Italy setelah Perang Dunia ke II. Clara menunjuk pendekatan ini sebagai sebuah pendekatan yang berorientasi pada anak (child oriented) di mana masa awal pertumbuhan (early childhood development) merupakan masa yang membentuk si anak sebagai individu kelat saat ia dewasa.   

"Ada empat elemen penting dalam pendekatan Regio Emilia ini yaitu anak didik, orang tua, guru serta masyarakat dan lingkungan. Kesemuanya harus ada partisipasi yang menyeluruh dari setiap elemen untuk membangun proses belajar anak," paparnya.

Diapun menerangkan soal pendekatan pembelajaran dimulai dari rasa ingin tahu si anak. Maksudnya si anak harus diberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman menyentuh, bergerak, mendengar, melihat dan mengecap. "Pendekatan itu semua dari panca indra yang memberikan kesempatan bagi si anak untuk lebih luas lagi menggali dunianya," ujarnya. Si anak harus diberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk mengekspresikan dirinya, sehingga ia tidak merasa seperti harus dipaksa mempelajari suatu bahan yang tidak diminatinya atau tidak dipaksa memenuhi standar-standar yang diharuskan.

Di sini papar Clara peran orang tua sebagai elemen vital menempatkan diri sebagai mitra. Gurupun harus menghormati orang tua anak sebagai guru pertamanya. Dan si guru harus punya kelapangan dada atau perasaan berbagi untuk melibatkan orang tua dalam setiap kurikulum. "Jadi peran partisipasi orang tua tidak sebatas hanya mengantar anak ke sekolah tapi juga memfasilitasi kebutuhan belajar dan bersinergi pada tugas pendidikan di sekolah." Clara menambahkan bagi orang tua yang rajin menggunakan dokumentasi, jadikan alat ini sebagai sarana untuk membimbing anak untuk mengembangkan pengetahuannya termasuk soal bahasa.

Page 12: Reggio e Millio

Kemudian Clarapun memaparkan metode pendekatan lainnya penggunaan seni atau art sebagai media belajar. Pada metode inilah termasuk cara yang jitu untuk mengembangkan kemampuan dan pengkayaan bahasa. "Seni itu melatih kepekaan perasaan dan cara berpikir dan bahasa," ujarnya. HADRIANI P  

Nikmati berita dan informasi Ramadan di http://ramadan.tempointeraktif.com/ dan melalui ponsel anda di http://m.tempointeraktif.com/ramadan/

5

Page 13: Reggio e Millio

TEMPO Interaktif, Jakarta:Siapa bilang seorang anak tidak memiliki kepekaan bahasa? Justru proses belajar seorang anak terutama dalam hal pengkayaan kemampuan bahasanya dimulai sejak bayi dan terus berlangsung hingga seluruh hidupnya. Hal ini ditandai dengan rasa keiingin tahuan si kecil. Bila diibaratkan rasa keingin tahuan tersebut seperti spons kering di mana anak dapat meresap pengetahuan termasuk bahasa dalam jumlah yang banyak.

Clara Christine, Language Art Teacher&After School Teacher Cikal Pre K dan Primary School , Jakarta di acara sebuah seminar pendidikan anak beberapa waktu lalu menjelaskan untuk mengembangkan potensi anak yang luar biasa terutama dalam hal pengkayaan kemampuan bahasanya, melalui  pendekatan tepat yang dapat memfasilitasi anak dalam proses belajar.

Clara membagi pengetahuan dengan para orang tua yang memiliki anak kecil. Caranya ia melalui pengenalan pendekatan yang dialkukan dan dimulai oleh para orang tua di wilayah Reggio Emilia, Italy setelah Perang Dunia ke II. Clara menunjuk pendekatan ini sebagai sebuah pendekatan yang berorientasi pada anak (child oriented) di mana masa awal pertumbuhan (early childhood development) merupakan masa yang membentuk si anak sebagai individu kelat saat ia dewasa.   

"Ada empat elemen penting dalam pendekatan Regio Emilia ini yaitu anak didik, orang tua, guru serta masyarakat dan lingkungan. Kesemuanya harus ada partisipasi yang menyeluruh dari setiap elemen untuk membangun proses belajar anak," paparnya.

Diapun menerangkan soal pendekatan pembelajaran dimulai dari rasa ingin tahu si anak. Maksudnya si anak harus diberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman menyentuh, bergerak, mendengar, melihat dan mengecap. "Pendekatan itu semua dari panca indra yang memberikan kesempatan bagi si anak untuk lebih luas lagi menggali dunianya," ujarnya. Si anak harus diberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk mengekspresikan dirinya, sehingga ia tidak merasa seperti harus dipaksa mempelajari suatu bahan yang tidak diminatinya atau tidak dipaksa memenuhi standar-standar yang diharuskan.

Di sini papar Clara peran orang tua sebagai elemen vital menempatkan diri sebagai mitra. Gurupun harus menghormati orang tua anak sebagai guru pertamanya. Dan si guru harus punya kelapangan dada atau perasaan berbagi untuk melibatkan orang tua dalam setiap kurikulum. "Jadi peran partisipasi orang tua tidak sebatas hanya mengantar anak ke sekolah tapi juga memfasilitasi kebutuhan belajar dan bersinergi pada tugas pendidikan di sekolah." Clara menambahkan bagi orang tua yang rajin menggunakan dokumentasi, jadikan alat ini sebagai sarana untuk membimbing anak untuk mengembangkan pengetahuannya termasuk soal bahasa.

Kemudian Clarapun memaparkan metode pendekatan lainnya penggunaan seni atau art sebagai media belajar. Pada metode inilah termasuk cara yang jitu untuk mengembangkan kemampuan dan pengkayaan bahasa. "Seni itu melatih kepekaan perasaan dan cara berpikir dan bahasa," ujarnya. HADRIANI P

Page 14: Reggio e Millio

Pendidikan di Malaysia ialah satu usaha berterusan ke arah lebih memperkembanng potensiindividu secara menyeluruh dan bersepadu untuk melahirkan insan yang seimbang danharmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhankepada Tuhan. Usaha ini bertujuan untuk melahirkan warganegara Malaysia yang berilmupengetahuan, berketerampilan , berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaanmencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmurankeluarga, masyarakat dan negara.

MATLAMAT PENDIDIKAN PRASEKOLAH

Pendidikan prasekolah bertujuan untuk menyuburkan potensi murid dalam semua aspekperkembangan , menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persediaanmasuk ke sekolah rendah.

OBJEKTIF

Pendidikan prasekolah membolehkan murid:1. Mempunyai sifat peribadi, perwatakan dan konsep diri yang positif untuk menjadi warganegarayang patriotik.2. menggunakan bahasa Melayu dengan baik dan memperkembang kemahiran berbahasa untukberkomunikasi.3.Menggunakan Bahasa Cina dan Bahasa Tamil dengan betul untuk berkomunikasi di sekolahyang menggunakan bahasa penghantar Bahasa Cina dan Bahasa Tamil.4. menggunakan Bahasa Inggeris dalam interaksi seharian selaras dengan kedudukannyasebagai bahasa kedua.5. Mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan seharian untuk murid beragama Islam.6. Mengamalkan nilai-nilai murni dalam kehidupan seharian.7. Mempunyai kemahiran kognitif, kemahiran berfikir dan kemahiran menyelesaikan masalah.8. Mempunyai kematangan emosi dan kemahiran sosial .9. Mempunyai kecerdasan dan kemahiran fizikal serta mempraktikkan amalan kesihatan dankeselamatan yang baik ; dan10. mempunyai daya kreativiti dan estatika untuk menghargai keindahan alam dan warisanbudaya.

MODUL KONSEPTUAL KURIKULUM KEBANGSAAN PRASEKOLAH

Page 15: Reggio e Millio

Kurikulum prasekolah berasaskan empat prinsip iaitu :i.Perkembangan diri secara menyeluruh dan bersepadu - memberi fokus kepadapenyuburandari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani. Potensi murid hendaklah dikembangkansecara bersepadu kerana setiap aspek perkembangan saling mempengaruhi antara satu samalain. Individu yang seimbang dan harmonis memiliki:

• Kepercayaan kepada Tuhan • Ilmu pengetahuan • Kemahiran asas • Akhlak mulia • Emosi yang stabil • kesihatan dan kecerdasan

ii.Pembelajaran yang menggembirakan - memberi penekanan kepada minat dan semangat untuk belajar. Semangat ini akan dapat dipupuk melalui suasana dan persekitaran pembelajaran yang menarik, selesa, mencabar dan menggembirakan. Suasana yang kondusif untuk belajar dengan sendirinya memupuk semangat cinta akan ilmu pengetahuan yang akan menjadikan seseorang itu berfikiran luas dan terbuka.

iii. Pengalaman pembelajaran yang bermakna memberi penekanan kepada penglibatanmurid secara aktif dalam aktiviti sebenar supaya mereka dapat mengaitkan pembelajaran denganpengalaman kehidupan seharian . Usaha ini akan menghasilkan pembelajaran yang berkesandan bermakna.

iv. Pendidikan sepanjang hayat adalah suatu usaha yang berterusan untuk memperolehan danpemindahan pengetahuan , nilai murni dan kemahiran . Pengalaman pendidikan prasekolah yangmengembirakan dan bermakna akan dapat mengekalkan minat untuk terus belajar dalam dirisesorang sejak kecil hingga ke akhir hayat.

Perkembangan murid akan dicapai melalui enam komponen pembelajaran yang dilaksanakan secara bersepadu . Komponen tersebut adalah seperti beriku: • Bahasa dan Komunikasi

Page 16: Reggio e Millio

• Perkembangan Kognitif • Kerohanian dan Moral • Perkembangan Sosioemosi • Perkembangan Fizikal dan • Kreativiti dan Estatika

Penekanan diberi kepada bahasa yang merentas semua komponen kerana penguasaan bahasapenting dalam proses pembelajaran . Penguasaan kemahiran bahasa boleh diperoleh melaluikemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis. Penguasaan kemahiran bahasa akanmembantu murid berfikir, memahami sesuatu konsep, berimaginasi, melahirkan idea, berinteraksidan berkomunikasi secara lisan.

Pelaksanaan kurikulum adalah secara bersepadu yang dirancang melalui Amalan Bersesuaian dengan Perkembangan kanak-kanak (ABP)

ABP ialah satu pendekatan yang menekankan kepada penggunaan kaedah pengajaran danpembelajaran yang bersesuaian dengan umur, perkembangan diri, kebolehan, bakat serta minatmurid.

Pendekatan kurikulum berfokus kepada hasil pembelajaran ( outcome-based learning) iaitumemberi penekanan kepada apa yang murid perlu tahu, faham dan buat serta amalkan, hasildaripada proses pengajaran dan pembelajaran. Ini bermakna aktiviti pembelajaran memberipenekanan kepada apa yang harus diperoleh dan dicapai oleh murid.

Melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang fleksibel dan bersepadu, murid dapat menguasai dan memperoleh ciri-ciri berikut: • Kecekapan berbahasa dan berkomunikasi • Kemahiran berfikir • Berakhlak mulia dan beretika • Berkeyakinan dan berdisiplin

Page 17: Reggio e Millio

• Sihat dan cergas dan • imaginatif, kreatif dan ekspresif. Berbekalkan kecekapan dan kemahiran di atas, murid sudah bersedia untuk ke sekolah rendah

Pengisian aktiviti pembelajaran KOMPONEN KURIKULUM PRASEKOLAH BESTARI IPKS

BAHASA DAN KOMUNIKASI - kemahiran berbahasa,mendengar, bertutur, membaca dan menulis . Muriddiajar konsep menyelesaikan masalah dankemahiran berfikir melalui pelbagai aktiviti yangterancang. Bahasa yang dipelajari ialah BahasaMelayu dan Bahasa Inggeris.

• kemahiran mendengar - membezakan bunyi • kemahiran membaca- mengucap apa-apa yang ditulis • kemahiran bertutur- menyebut bunyi dan perkataan dengan betul •

kemahiran menulis - kemahiran motor halusuntuk membolehkan mereka menulisperkataan dengan betul.

KOMPPONEN KOGNITIF - Mengikut Jean Piagetkognitif seseorang individulah yang menentukanperkembanagan seluruh aspek yang lain dalam dirikanak-kanak . Komponen kognitif meliputimatapelajaran awal sains dan awal matematik .

• konsep ruang, pengelasan, konsep nombor, • experimen sains • menyelesaikan masalah • memerhati • membanding

Page 18: Reggio e Millio

Peralatan dan perabot yang disediakan

mengambilkira keperluanfizikal dan emosi kanak-kanak, berwarna warni danberkualiti !

Prasekolah Bestarimenyediakan kurikulumyang seimbang kepadakanak-kanak selaridengan matlamatFalsafah PendidikanKebangsaan.

Kanak-kanak Prasekolah Bestari didedahkan dengan pelbagai aktiviti 'hands on' sebagai satu

membeza • mengukur • meramal dan membuat inferens

PENDIDIKAN MORAL - aspek pemupukan danperkembangan nilai serta asas ketatanegaraan untukdiamalkan setiap hari dalam kehidupan

• perkembangan diri • diri dan keluarga • diri dan masyarakat • diri dengan alam sekitar • diri dengan negara

PERKEMBANAGN SOSIOEMOSI - penguasaan emosidan kemahiran sosial yang matang. seorang kanak-kanak perlulah mempunyai variasi emosi sesuaidengan tahap umur dan amalan kehidupan seharian.

Page 19: Reggio e Millio

KOMPONEN FIZIKAL - menggalakkan perkembangandan pertumbuhan fizikal kanak- kanak yangseimbang dan sihat dari aspek psikomotor, kesihatandan keselamatan. Kanak-kanak perlu diberipendedahan supaya amalan cara hidup yang sihatdiamalakan sehingga mereka dewasa kelak. Aspekutama :

• perkembangan motor halus • perkembangan motor kasar • kesihatan • keselamatan

cara pembelajaran melaluipengalaman yangbermakna. Gambarmenunjukkan kanak-kanakberada di makmalkomputer IPKS mendapatdidikan penggunaan asaskomputer daripada pelatihPrasekolah semester 5 .

Interaksi meningkatkan kemahiran sosial kanak-kanak

KOMPONEN KREATIVITI DAN ESTATIKA- memberi fokus terhadap perkembangan kreatif dan ekspresif

melalui imaginasi dan pemikiran. Kanak-kanakdilibatkan dengan pelbagai aktiviti yang bersifat seniiaitu lukisan, lukisan, muzik, nyanyian, drama danpuisi. Semua ini diajar supaya kanak- kanakmempunyai keyakinan diri yang lebih tinggi danmengenali pelbagai cita rasa sendiri. Aspek utama:

• persekitaran dan keindahan alam • lukisan dan kraf • muzik, nyanyian dan pergerakan kreatif • drama dan puisi •

Page 20: Reggio e Millio

warisan budaya

7

Page 21: Reggio e Millio