referat rhinosinusitis

22
REFERAT Sinusitis Disusun oleh : Muhamad Azuan bin Ayob 11.2014.217 Pembimbing : dr. Benhard B.J. Pandjaitan, Sp. THT-KL Kepaniteraan Klinik Ilmu THT RS Family Medical Centre 5 Oktober- 7 November 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Upload: ari-vilologus-sugiarto

Post on 17-Feb-2016

68 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tht rhino

TRANSCRIPT

Page 1: referat rhinosinusitis

REFERAT

Sinusitis

Disusun oleh :

Muhamad Azuan bin Ayob

11.2014.217

Pembimbing :

dr. Benhard B.J. Pandjaitan, Sp. THT-KL

Kepaniteraan Klinik Ilmu THT

RS Family Medical Centre

5 Oktober- 7 November 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Page 2: referat rhinosinusitis

Pendahuluan

Sinusitis banyak terjadi pada dewasa sehinggakan menyebabkan penurunan efektivitas kerja,

kualitas hidup, dan juga membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi. Lebih dari 1 dalam 5

kasus yang dipreskripsikan obat antibiotic adalah buat penyakit sinusitis sehinggakan ia

merupakan antara diagnosis yang sering dipreskripsikan obat antibiotic.1-2

Anatomi

Cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan

kiri. Pintu masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang

disebut koana, yang menghubungkan cavum nasi dengan nasofaring. Tepat dibelakang nares

anterior terdapat vestibulum yang dilapisi oleh kulit. Vestibulum memiliki banyak kelenjar

sebasea dan rambut- rambut yang disebut vibrissae. 3-4

Pada dinding lateral terdapat 4 buah concha, berturut-turut dari yang terbesar: concha

inferior, concha media, concha superior dan concha suprema (biasanya rudimenter). Diantara

concha-concha dan dinding lateral hidung terdapat rongga kecil yang disebut meatus. 3-4

Berdasarkan letaknya terdapat 3 meatus: 3-4

a. Meatus inferior, dimuarai oleh duktus nasolakrimalis

b. Meatus medius, dimuarai oleh sinus frontal, sinus maksila dan sinus ethmoidalis anterior

c. Meatus superior, dimuarai oleh sinus ethmoidalis anterior dan sinus sfenoid.

Histologi

Mukosa respiratoria

Melapisi cavum nasi bagian bawah, permukaannya dilapisi oleh pseudo stratified columnar

epithelium yang memiliki silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet. 3-4

Fisiologi

Pengondisian Udara

Sewaktu udara memasuki hidung, vibrissae besar menahan partikel kasar debu. Saat udara

mencapai fossa nasalis, zat renik dan gas-gas terperangkap dalam lapisan mukus. Mukus ini,

bersama sekret serosa, juga berfungsi melembabkan udara yang masuk, yang melindungi

lapisan alveoli yang halus agar tidak menjadi kering. Jalinan superfisial yang luas juga

Page 3: referat rhinosinusitis

menghangatkan udara yang masuk.

Sinus Paranasalis

Merupakan pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga berbentuk rongga di dalam tulang.

Terdapat 4 pasang sinus paranasalis mulai dari yang terbesar, yaitu:

Sinus Maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus maksila disebut juga antrum

Highmore. Saat lahir, sinus maksila bervolume 6-8 ml. Sinus ini kemudian berkembang

dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus

maksila berbentuk piramid. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang

disebut fossa canina, dinding posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dinding

medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita, dan

dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris dan palatum. 3-4

Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus

semilunaris melalui infundibulum etmoid. Menurut Soetjipto dan Mangunkusomo (2007) dari

segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah

Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu premolar

(P1 dan P2), molar (M1 dan M2), dan kadang-kadang juga gigi taring dan gigi M3,

bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi

rahang atas mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.

Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.

Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase hanya

tergantung dari gerak silia, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum yang

sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan

akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila

dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.1,2

Sinus Frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke-empat fetus, berasal

dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal

mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia

20 tahun. 3-4

Page 4: referat rhinosinusitis

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada lainya dan

dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya

mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih lima persen sinus frontalnya tidak

berkembang. 3-4

Ukuran sinus frontal adalah mempunyai tinggi 2.8 cm , lebarnya 2.4 cm dan dalamnya 2 cm.

Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran

septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya

infeksi sinus. 3-4

Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior,

sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase

melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum

etmoid. 3-4

Sinus Etmoid

Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling penting karena dapat merupakan fokus

infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid

dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4

cm dan lebarnya 0.5 cm di bagian anterior dan 1.5 cm di bagian posterior. 3-4

Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang

terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan

dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid

dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara ke meatus media dan sinus etmoid

posterior bermuara ke meatus superior. Sel-sel etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan

banyak, letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media

dengan dinding lateral (lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya

lebih besar dan sedikit jumlahnya dan terletak di posterior dari lamina basalis. 3-4

Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal,

yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di

daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat

Page 5: referat rhinosinusitis

bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat

menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan

sinusitis maksila. 3-4

Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding

lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari

rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid. 3-4

Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid

dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya,

dalamnya 2.3 cm dan lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus

berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat

berdekatan dengan rongga sinus. 3-4

Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa superior serebri media dan kelenjar

hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus

kavernosus dan arteri karotis interna dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa

serebri posterior di daerah pons. 3-4

Fisiologi Sinus Paranasal

Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena

terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.

Menurut Lund (1997) beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara

lain adalah: 3-4

a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur

kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang

lebih 1/1000 volume sinus pada tipa kali bernapas, sehingga dibutuhkan beberapa jam

untuk pertukaran udara total dalam sinus.

b. Sebagai penahan suhu (thermal insulator)

Page 6: referat rhinosinusitis

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa

serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus-

sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang dilindungi.

c. Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka, akan

tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan

pertambahan berat sebesar satu persen dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap

tidak bermakna.

d. Membantu resonansi suara

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi

kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak

memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonansi yang efektif. Lagi pula tidak ada

korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.

e. Sebagai perendam perubahan tekanan udara

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan besar dan mendadak, misalnya pada

waktu bersin atau membuang ingus.

f. Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan

dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang

turut masuk dengan udara inspirasi kerana mukus ini keluar dari meatus media,

tempat yang paling strategis.

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan

palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan

lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Pada dinding lateral hidung terdapat dua aliran transport mukosiliar dari sinus. Lendir

yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid

dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari

kelompok sinus posterior bergabung dengan resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke

nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati

sekret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.

Page 7: referat rhinosinusitis

Definisi

Rhinitis merupakan inflamasi pada mukosa nasal dan bisa didefinisikan dengan gejala iritasi

pada nasal, bersin, rhinorrhoea, sumbatan hidung. Sinusitis pula merupakan inflamasi pada

mukosa sinus paranasal. Seringnya rhinitis akan timbul berbarengan dengan sinusitis

sehinggakan istilah yang dipakai adalah rhinosinusistis.1-8

Klasifikasi Sinusitis

Konsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai

delapan minggu dan kronik jika lebih dari delapan minggu. 3

Klasifikasi secara klinis untuk sinusitis dibagi atas sinusitis akut, subakut dan kronis. Akut

dengan batas sampai 4 minggu, subakut dengan batas antara 4 minggu hingga 3 bulan (12

minggu) dan kronis dengan batas jika lebih dari 3 bulan. 3,5

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi kepada sinusitis tipe rinogen dan

sinusitis tipe dentogen. Sinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan kelainan atau masalah di

hidung dimana segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan

sinusitis. Sinusitis tipe dentogen pula terjadi disebabkan kelainan gigi serta yang sering

menyebabkan sinusitis adalah infeksi pada gigi geraham atas yaitu gigi pre molar dan molar.

2-3

Selain itu bisa diklasifikasikan berdasarkan dugaan penyebabnya yakni acute viral

rhinosinusitis di mana adanya rhinorea yang bersifat purulent selama 4 minggu ditambah

dengan keluhan lain seperti obstruksi hidung, nyeri wajah dimana keluhan tadi timbul kurang

dari 10 hari dan gejalanya tidak memburuk. Kalau curiganya acute bacterial rhinosinusitis

maka keluhannya gagal untuk membaik dalam waktu 10 hari atau keluhannya memburuk

dalam 10 hari setelah ada perbaikan pada awalnya (double worsening).1,2,5

Predisposisi dan Penyebab

Sinusitis lebih sering disebabkan adanya faktor predisposisi seperti : 1-2

1. Gangguan fisik akibat kekurangan gizi, kelelahan, atau penyakit sistemik.

2. Gangguan faal hidung oleh karena rusaknya aktivitas silia oleh asap rokok, polusi

udara, atau karena panas dan kering.

Page 8: referat rhinosinusitis

3. Kelainan anatomi yang menyebabkan gangguan saluran seperti :

Atresia atau stenosis koana

Deviasi septum

Hipertroti konka media

Polip yang dapat terjadi pada 30% anak yang menderita fibrosis kistik

Tumor atau neoplasma

Hipertroti adenoid

Udem mukosa karena infeksi atau alergi

Benda asing

4. Berenang dan menyelam pada waktu sedang pilek

5. Trauma yang menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

6. Kelainan imunologi didapat seperti imunodefisiensi karena leukemia dan

imunosupresi oleh obat.

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis

(berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun). 4

Penyebab sinusitis akut: 3-4

1. Infeksi virus

Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian

atas (misalnya pilek).

2. Bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal

tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus

influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat

akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya

akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus

akut.

3. Infeksi jamur

Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur

yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada

orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.

Page 9: referat rhinosinusitis

4. Peradangan menahun pada saluran hidung.

Penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada

penderita rinitis vasomotor.

5. Penyakit tertentu.

Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan

penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari

mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung

substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang

masuk bersama udara pernafasan. 3-4

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang

berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga

menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga

sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal

yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non

bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang

tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi

bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang

membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan

terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan

perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. 3-4

Sinusitis Akut

Sinusitis Maksilaris

Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi

hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi

lokal yang paling sering ditemukan. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam,

malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik

biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala

mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang

tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Selama berlangsungnya sinusitis

Page 10: referat rhinosinusitis

maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung. Sekret

mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Gambaran radiologik

sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya opasifikasi sinus lengkap

akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus.

Biakan bakteri yang muncul biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,

bakteri anaerob, Branghamella catarrhalis. Sinusitis Maksilaris akut biasanya diterapi dengan

antibiotik spektrum luas seperti amoksilin, ampisilin atau eritromisin plus sulfonimid, dengan

alternatif lain berupa amoksisilin, sefaklor, dan sefuroksim. 4

Sinusitis Etmoidalis

Sinus ini terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita.

Pada dewasa, seringkali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap sebagai

penyerta sinusitis frontalis yang tak dapat dielakkan. Gejalanya nyeri dan nyeri tekan di

antara kedua mata dan di atas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung. Pada anak,

dinding lateral labirin etmoidalis (lamina papirasea) seringkali merekah sehingga menjadi

selulitis orbita. Pengobatannya antibiotik sistemik. 4

Sinusitis Frontalis

Sinus frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior.

Sinus frontalis berkembang dari sel-sel udara etmoidalis anterior dan duktus nasalis frontalis

berlekuk-lekuk berjalan amat dekat dengan sel-sel ini. Selain daripada gejala infeksi yang

umum pada sinus frontalis terdapat nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata,

biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan

mereda menjelang malam. 4

Sinusitis Sfenoidalis

Sinusitis sfenoidalis akut terisolasi sangat jarang. Sinus ini dicirikan oleh nyeri kepala yang

mengarah ke verteks kranium. 4

Sinusitis Kronik

Per definisisi, sinusitis kronik berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Gambaran

patologis sinusitis kronik adalah kompleks dan ireversibel. Etiologi dan faktor predisposisi

sinusitis kronik cukup beragam. 4

Page 11: referat rhinosinusitis

. Gejala sinusitis kronik tidak jelas. Kadang terdapat nyeri kepala, hidung tersumbat, batuk

kronis. Pengobatan harus berupa terapi infeksi dan faktor penyebab infeksi secara

berbarengan. Tindakan bedah sederhana pada sinusitis maksilaris kronik adalah membuat

lubang drainase yang memadai. Prosedurnya nasoanostromi atau pembentukan fenestra

nasoantral. 4

Pemeriksaan Penunjang

Sitologi Nasal

Punktur pada sinus (maksilaris atau frontal) merupakan gold standar untuk mendapatkan

bahan kultur. Dengan adanya neutrophils dan bakteri bisa menegakkan rhinosinusitis

bakterial.1

Radiologi

Bisa membantu untuk menegakkan diagnosis rhinosinusitis akut. 1

Foto polos

Sering dilakukan sebagai first line investigation. Diindikasikan pada rhinosinusitis yang ada

gejala yang persis meskipun sudah diberikan terapi yang adekuat. Tidak dilakukan pada anak

kurang dari 3 tahun karena sinus mereka belum lagi sempurna dan bisa terjadi false positif

opasifikasi. 1

Posisi yang digunakan adalah posisi waters (occipitomental) untuk sinus maksilaris dan

caldwell_Luc (frontal) untuk sinus frontal. Hallmark nya adalah terdapat air-fluid level ada

sinus-sinus tersebut. 1

CT scan

Merupakan pilihan untuk diagnosa kronik rhinosinusitis, namun tidak biasa dilakukan pada

rhinosinusitis yang tiada komplikasi. 1

Penatalaksanaan

Page 12: referat rhinosinusitis

Tujuan utamanya adalah untuk meneradikasikan infeksi, mencegah terjadinnya rhinosinusitis

kronis, mengurangi durasi penyakit dan mencegah komplikasi. 1

Ancillary treatment

Adalah untuk membantu dalam membaiki fungsi silia dan mengurangi edema supaya

membaiki drainase melalui ostia sinus. 1

Decongestan

Boleh memberikan perbaikan sementara pada hidung tersumbat dan yang ada adalah topikal

yakni phenylephrine, oxymetazoline dan xylometazoline. Dalam bentuk spray atau tetes

mereka kerjanya dengan mengkonstriksi sinusoid dalam mukosa nasal. 1

Kalau yang oral pula seperti pseudoephedrine, ephedrine dan phenylephrine juga sering

digunakan. Biasanya untuk tempoh waktu pendek untuk memberikan relief yang cepat. 1

Antikolinergik

Digunakan buat mengurangi gejala rhinorea untuk memblokir reseptor muskarinik yang

menyebabkan sekresi cairan pada kelenjar. Efek samping, akan rasa kering dan iritasi dan

seperti terbakar. 1

Antihistamin

Tiada studi yang mendukung penggunaan antihistam pada rhinosinusitis akut. 1

Nasal saline spray

Bisa mengurangi gejala rhinitis. Irigasi nasal harian membaiki kualitas hidup yang

dipengaruhi oleh gangguan sinus. Dapat mengurangi gejala dan mengurangi penggunaan

obatan lain pada sinusitis. 1

Kortikosteroid topikal

Tidak ada studi yang mengatakan penggunaannya ada efek pada clinical outcome. 1

Antimikroba

Page 13: referat rhinosinusitis

Sulit untuk membedakan pada gejala viral dan bakteri. Seringnya sebanyak 2/3 pasien

membaik tanpa penggunaan antimikroba dimana sinusitis mereka mulai sebagai akibat viral.

Antimikroba perlu digunakan pada pasien dengan gejala yang persisten meleihi 10 hari atau

yang punya keluhan yang disebabkan oleh komplikasi. 1

Penatalaksanaan Bedah

Diindikasikan pada keadaan gagalnyaterapi dan juga kalau ada potensi untuk terjadinya

komplikasi. 1

Antral Washout

Kini pada komplikasi kalau ada abses di dalam sinus paranasal. Dilakukan punktur sinus dan

irigasi untuk membuang sekret purulen. Boleh juga sebagai mendapatkan bahan untuk kultur

dan sensitivity untuk membantu terapi antimikroba. 1

External frontoethmoidectomy

Untuk komplikasi pada sinusitis ethmoid yang terjadinya selulitis atau abses pada orbita. 1

Frontal sinus trephination

Pada sinusitis frontal akut yang gagal respon pada terapi konservatif. 1

Functional Endoscopic Sinus Surgery

Membantu dalam ventilasi dan drainase pada sinus yang terjadi inflamasi atau infeksi dan

juga mengembalikan mucociliary clearance kepada normal. 1

Komplikasi

Komplikasi oleh rhinosinusitis dibagi kepada:3

Lokal

Page 14: referat rhinosinusitis

Mucocele

Osteomielitis

Orbital

Edema pada palpebra

Subperiosteal abses

Selilitis orbita

Abses orbita

Intrakranial

Meningitis

Abses extradura

Abses subdura

Abses otak

Infeksi menurun

Otitis media

Pharingitis dan tonsilitis

Laringitis persisten dan trakeobronkitis

Kesimpulan

Rhinisinusitis merupakan antara penyakit yang sering diketemukan dan sering dimulai

sebagai self-limiting infeksi viral pada mukosa sinonasal. Infeksi bakteri akan mulai setelah

lebih dari 10 hari.

Daftar Pustaka

1. Rosenfeld,R.M., Piccirillo,J.F., Chandrasekhar, S.S., Itzhak Brook, Kaparaboyna Ashok

Kumar, Kramper,M., Orlandi,R.R., Palmer,J.N., Patel,Z.M., Anju Peters, Walsh,S.A., &

Corrigan, M.D. Clinical Practice Guideline (Update):Adult Sinusitis Executive Summary.

Otolaryngology– Head and Neck Surgery. 2015, Vol. 152(4) 598–609

2. Ajmal Masood, Ioannis Moumoulidis & Jaan Panesar. (2007). Postgrad Med J

2007;83:402–408. doi: 10.1136/pgmj.2006.054767

Page 15: referat rhinosinusitis

3. Dhingra, P.L., & Dingra, S. Diseases of ear nose and throat and head and neck surgery. 6th

ed. Elsevier; India: 2014. 187-201

4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar

Ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher Edisi keenam FKUI. Balai Penerbit

FK UI, 2007 : 122-130

5.Rhinosinusitis Diagnosis and Management for the Clinician:A Synopsis of Recent

Consensus Guidelines. Mayo Clin Proc. 2011;86(5):427-443

6. Caspersen,L.A., Walter,L.M., Walsh,S.A., Rosenfeld,R.M., & Piccirillo,J.F. Plain

Language Summary: Adult Sinusitis (Sinus Infection). Otolaryngology– Head and Neck

Surgery 2015, Vol. 153(2) 161–166

7. Worrall,G. Acute sinusitis. Canadian Family Physician. 2011, Vol 57: 565-7

8. Cady,R.K., Dodick,D.W., Levine,H.L., Schreiber,C.P., Eross,E.J., Setzen,M.,

Blumenthal,H.J., Lumry,W.R., Berman,G.D., & Durham,P.L. Sinus Headache: A Neurology,

Otolaryngology, Allergy, and Primary Care Consensus on Diagnosis and Treatment. Mayo

Clin Proc. 2005;80(7):908-916