referat psychiatry
DESCRIPTION
psikopatTRANSCRIPT
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
BAB I
PENDAHULUAN
Psikopat adalah suatu gangguan psikologis yang ditandai dengan beberapa gejala yang
khas, seperti narsisistik, antisosial, tidak ber-empati serta manipulatif. Menurut penelitian, 1%
dari populasi dunia dapat digolongkan sebagai psikopat walaupun sebenarnya proses
penghitungan tidak dapat dipastikan secara akurat karena gejala yang bermacam-macam.
Psikopat dapat disebabkan oleh dua (2) faktor besar, yaitu genetik dimana penyakit kejiwaan
ini diturunkan, atau karena faktor lingkungan dimana seseorang menjadi psikopat karena
pengaruh eksternal seperti trauma psikologis.
Pendalaman mengenai gejala-gejala psikopat pertama kali dikembangkan oleh Harvey
Cleckley, namun gejala tersebut dianggap kurang begitu menggambarkan psikopat yang
sebenarnya, dan masih membutuhkan koreksi. Pada akhirnya, seorang ahli psikopat bernama
Robert Hare terus mengembangkan daftar-daftar gejala Harvey Cleckley hingga mendekati
kesempurnaan dan menamakannya Hare Psychopath Checklist Revised (PCL-R). PCL-R inilah
yang akhirnya digunakan sebagai dasar bagi para psikiater di seluruh dunia untuk mendiagnosis
seorang psikopat.
Untuk mengatasi hal ini, seorang psikiater biasanya akan memberikan obat-obatan bagi
pasien agar emosi mereka dapat dikendalikan, dan penanganan dengan psikoterapi juga akan
dilakukan agar kesehatan psikologis serta kemampuan bersosialisasi mereka dapat berkembang.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
1
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Sejarah panjang penentuan terminology dan teori mengenai psikopat terus berkembang
hingga hari ini. Pada mulanya, bapak psikiatri modern bernama Philippe Pinel berhasil
mendeskripsikan sekelompok pasien yang tergolong tidak waras dengan delirium pada tahun
1801. Kata itu digunakan untuk mendeskripsikan individu yang tidak memiliki gangguan
intelektual namun mengalami gangguan pada sikapnya. Namun penggolongan ini dianggap
kurang spesifik, sehingga pada tahun 1888 seorang psikiater Jerman bernama J.L.A Koch mulai
mengembangkan dan memperinci arti dari kata psikopat. Pengembangan Koch berhasil
diterima oleh dunia dan walaupun tidak sempurna, namun penjelasan tersebut akhirnya
digunakan sebagai dasar dari ilmu psikopat.
Pada tahun 1920, para psikiater di dunia mulai menggunakan kata psikopat untuk
menggambarkan orang-orang yang depresi, tidak memiliki tujuan hidup dan pemalu. Dalam
kata lain, psikopat digunakan untuk menggambarkan abnormalitas dari psikologi.
Cara berpikir Era modern tentang psikopati dimulai dengan pekerjaan Cleckley pada
tahun 1941. Penekanan Cleckley tentang psikopat sebagai konstelasi berbagai karakter
kepribadian pada dasarnya tidak diterima oleh pembentukan kejiwaan Amerika dalam revisi
DSM, yang berpuncak pada tahun 1980 pada deskripsi berbasis perilaku dan penggunaan istilah
gangguan kepribadian antisosial.
Robert Hare, melalui tulisan dan inisiatif pengujiannya yang sangat populer, kembali
mengacu pada pendekatan kepribadian / sifat yang berasal dari faktor-faktor asli Cleckley
tersebut. Pendekatan dan tes Hare ini kemudian menjadi sangat berpengaruh baik dalam
pengaturan forensik praktis dan dalam penelitian akademik. Walaupun sejumlah tes psikopati
lainnya telah dikembangkan dan sejumlah penulis telah menyatakan keberatan tentang tentang
gagasan ini, pendekatan Hare tetap mendominasi hingga sekarang.
Banyaknya penelitian tentang korelasi neurofisiologis psikopati, tetap tidak dapat
menciptakan konsensus yang jelas tentang teori neuropsikologi psikopati, sehingga masih
banyak poin kontroversi yang belum terjawab dan banyak isu-isu kunci yang masih harus
ditangani.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
2
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
B. Definisi
Psikopat yang merupakan salah satu bagian dari ilmu forensic psikiatri, berasal dari
bahasa yunani “psyche” yang berarti jiwa, dan “pathos” yang berarti penyakit adalah suatu
gangguan psikologis dimana seseorang tidak dapat ber-empati kepada sesama, tidak pernah
merasa bersalah, tidak bisa bertanggung jawab, tidak peduli dengan keadaan sekitar, atau dapat
dijelaskan dengan istilah egosentris yang tinggi, juga tidak bisa mengambil keputusan serta
justri memiliki dorongan yag kuat untuk melakukan hal-hal yang tidak bermoral1. Sedangakan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa
menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dl pergaulan.
C. Epidemiologi
Berdasarkan hasil penelitian, 1% dari populasi dunia merupakan seorang psikopat.
Tidak mudah menditeksi psikopat karena hanya sekitar 15-20% yang menunjukkan sikap
kriminal dan akhirnya dimasukkan ke penjara atau rumah sakit jiwa. Sisanya biasa memiliki
penampilan luar yang normal serta otak yang realtif cerdas.
D. Etiologi
Secara garis besar, psikopat dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
Genetik
Kesalahan pada pengkodean gen dapat menyebabkan seseorang menjadi tumbuh menjadi
psikopat. Suatu penelitian menemukan gen yang dapat menyebabkan gangguan psikologis ini
adalah gen MAOA yang mengkodekan enzim monoamine oxidase A (MAO-A)2. Pada orang
yang tergolong psikopat, ditemukan bahwa aktivitas enzim MAO-A sangat rendah, sehingga
menyebabkan meningkatnya resiko seseorang untuk menjadi lebih agresif, kasar dan
menunjukkan sifat antisosial.
Berdasarkan penelitian di Copenhagen, seseorang yang berasal dari keluarga psikopat
memiliki kemungkinan 4-5 kali lebih besar untuk menjadi seorang psikopat, walaupun ia
diadopsi dari usia dini dan dibesarkan oleh keluarga yang tidak memiliki riwayat psikopat sama
sekali. Untuk mendukung teori ini, Blonigen melakukan penelitian dan mendapatkan hasil
bahwa kemungkinan untuk gen yang menyebabkan seseorang menjadi psikopat diturunkan dari
orang tua kepada anaknya adalah 35-50%. Hal ini membuktikan bahwa genetik tentu memiliki
peran dalam perkembangan psikologis seseorang.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
3
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
Lingkungan
Selain karena genetik, lingkungan juga berperan besar dalam hal ini. Dalam buku
Handbook of Psychopathy, dituliskan beberapa faktor umum yang biasanya mempengaruhi
perkembangan mental seseorang, yaitu:
Kekerasan fisik sejak kecil
Pelecehan seksual pada anak
Status ekonomi keluarga yang tidak stabil
Ibu yang hamil dan melahirkan muda
Tidak adanya sosok ayah
E. Patofisiologi
Seperti yang sudah dikatakan di atas, aktivitas enzim MAO-A yang rendah dapat
meningkatkan resiko seseorang untuk menjadi psikopat. Namun genetik tidak sepenuhnya
memberikan dampak pasti, melainkan juga dapat didorong oleh faktor lingkungan. Menurut
Neuroscientist bernama James Fallon, adanya alel untuk serotin transporter protein di otak
dapat meningkatkan resiko seseorang untuk menjadi psikopat. Hal ini diduga karena protein
tersebut bekerja sehingga dapat mempengaruhi perkembangan dari ventromedial prefrontal
cortex (area yang memiliki aktivitas rendah pada psikopat), dimana area tersebut mejadi lebih
mudah untuk terpengaruh oleh faktor lingkungan, seperti kekerasan fisik yang didapatkan dari
orang tua, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Dengan adanya dua kombinasi ini,
kemungkinan seseorang untuk menjadi psikopat dapat dipastikan akan meningkat.
F. Gejala Klinis
Berikut adalah gejala klinis seorang psikopat yang dijabarkan oleh seorang psikiatri
sekaligus ahli psikopat asal Amerika bernama Harvey Cleckley:
1. Memiliki daya tarik yang tinggi, bahkan di atas rata-rata.
2. Tidak mengalami anxiety atau gejala ‘neurotic’ lainnya, cenderung tenang.
3. Seringkali tidak dapat diandalkan, tidak memiliki rasa tanggung jawab.
4. Seringkali berbohong, membual dan tidak tulus.
5. Tidak pernah memiliki rasa bersalah.
6. Memiliki sikap antisosial.
7. Tidak dapat belajar dari kesalahan.
8. Egois dan tidak bisa berkomitmen.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
4
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
9. Tidak memiliki perasaan.
10. Tidak dapat menerima masukkan dari orang lain tentang diri sendiri.
11. Tidak dapat berterima kasih atas kebaikan seseorang.
12. Bersikap frontal dan spontan.
13. Tidak memiliki riwayat untuk percobaan bunuh diri.
14. Sangat buruk dalam menjalin hubungan seksual.
15. Tidak dapat menentukan rencana hidup3.
G. Pendekatan Diagnosis
Untuk dapat melakukan screening dalam upaya mengetahui apakah seseorang adalah
seorang psikopat atau tidak, maka seorang ahli psikopat yang bernama Robert Hare menuliskan
beberapa rangkaian gejala yang biasa dialami oleh psikopat pada tahun 1980. Checklist milik
Robert Hare tersebut dinamakan Hare Psychopath Checklist (PCL) dan mencantumkan 22 poin
(gejala). Namun pada tahun 1991, Robert Hare me-revisi sendiri checklistnya tersebut dan
menamai nya Hare Psychopath Checklist-Revised (PCL-R), dimana hanya terdapat 20 poin
saja. Tak lama setelah ia berhasil me-revisi checklist tersebut, Robert Hare memutuskan untuk
mengembangkan PCL-R lebih lanjut dan membuat dua macam instrumen baru yang dinamakan
PCL-SV (screening version) dan PCL-YV (youth version)4. PCL-SV merupakan versi lebih
singkat dari PCL-R dimana di dalamnya hanya memiliki 12 poin dan seringkali digunakan
untuk men-screening populasi yang bersifat non-forensik. Sedangkan PCL-YV merupakan test
yang memiliki 20 kategori yang didesain secara khusus untuk mengetes remaja wanita dan pria
berumur 12-18 tahun.
Berikut adalah 20 poin yang tercantum di dalam PCL-R:
1. Memiliki daya tarik yang luar biasa: tidak pemalu, sadar akan tindakan yang diperbuat,
anggun, dan mampu berkomunikasi dengan lancar. Seorang psikopat biasanya juga
merupakan pendengar yang baik, untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya.
2. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi: seorang psikopat biasanya berpikiran bahwa
mereka adalah manusia yang tidak dapat ditaklukan oleh siapapun, dan dapat
melakukan apapun.
3. Membutuhkan rangsangan dan dorongan untuk menghindari kebosanan: dalam setiap
aktivitas yang dilakukan, seorang psikopat biasa akan mengambil resiko yang tinggi
atau melakukan hal-hal yang meneganggkan agar mereka dapat menghilangkan
kebosanan mereka.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
5
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
4. Sering berbohong: kebohongan yang dilontarkan dapat berupa kebohongan kecil,
hingga kebohongan besar.
5. Manipulatif: seorang psikopat biasa akan memanipulasi seseorang untuk mendapatkan
keuntungan bagi dirinya sendiri.
6. Tidak pernah merasa bersalah: tidak merasa rasa bersalah apabila melakukan sesuatu
yang merugikan orang lain.
7. Bersikap dingin pada orang lain: memiliki perasaan yang sangat terbatas
8. Tidak dapat ber-empati: secara general tidak berperasaan kepada orang di sekitar,
bahkan pada keluarga dan teman.
9. Gaya hidup parasit: selalu ingin mendapatkan keuntungan dari orang lain tanpa
mengeluarkan usaha atau membayar apapun.
10. Tidak dapat mengontrol sikap: selalu bertindak sesuka hati, dimanapun dan kapanpun.
11. Memiliki banyak partner seksual: tidak puas hanya dengan satu orang partner seksual,
biasa memilih untuk melakukan seks yang melibatkan kekerasan.
12. Menunjukkan masalah pada perilaku sejak dini: biasa ditunjukkan pada usia 13 tahun,
dimana anak tersebut suka mencuri, mencontek, berbuat curang, menghancurkan
barang, melakukan aktivitas seksual yang berlebihan dan mengkonsumsi alkohol atau
obat-obatan.
13. Tidak memiliki tujuan hidup: tidak dapat mengembangkan ide dan menentukkan tujuan
hidup yang ingin dicapai.
14. Bertindak spontan: seorang psikopat biasa selalu bertindak tanpa berpikir terlebih
dahulu, dan tidak dapat menolak godaan.
15. Tidak bertanggung jawab: ditunjukkan dengan kegagalan untuk melakukan kewajiban
yang terjadi secara terus menerus, seperti tidak membayar bill, tidak datang ke tempat
kerja, tidak mengumpulkan pekerjaan tepat waktu dll.
16. Tidak bisa mempertanggung jawabkan aksi: Tidak mau mengaku salah dan selalu
mengelak apabila diberikan tuduhan, walaupun sebenarnya bersalah.
17. Menjalin hubungan yang berjangka pendek: kurang akan komitmen, tidak bisa
diandalkan, terutama dalam hal menikah atau membangun keluarga.
18. Memiliki sejarah juvenile: Menunjukkan adanya permasalahan dalam sikap sejak usia
13-18 tahun, biasanya ditangkap karena menunjukkan kekerasan.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
6
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
19. Jarang dikeluarkan lebih awal dari tahanan: Seorang psikopat biasa jarang untuk
dikeluarkan lebih awal karena mereka tidak bisa menaati peraturan dan canderung untuk
selalu melakukan tindak kekerasan, ceroboh serta tidak pernah tepat waktu.
20. Memiliki riwayat kriminal: berbagai macam tindak kriminal yang dilakukan.
PCL-R sudah dikembangkan sedemikian rupa agar seseorang dapat mengetahui apakah orang-
orang yang mengambil tes tersebut dapat digolongkan sebagai psikopat atau tidak. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap poin yang terdapat pada PCL-R. Seperti
yang sudah dikatakan di atas, PCL-R memiliki 20 poin yang menjelaskan gejala-gejala
psikopat, dan masing-masing poin tersebut mempunyai skor 0, 1 atau 2, dimana 0 menandakan
bahwa gejala tersebut tidak ditunjukkan oleh orang yang diuji, dan 2 menandakan bahwa gejala
tersebut sangat ditunjukkan oleh orang yang diuji. Skor akhir orang tersebut kemudian dapat
dicocokkan dengan skala di bawah ini yang sudah disetujui secara internasional:
Non-psychopathic : PCL-R dibawah 20 = PCL:SV dibawah 13
Possible/Less Serious Psychopathic : PCL-R 20-2 = PCL:SV 13-17
Definite/Serious Psychopathic : PCL-R 30-40 = PCL:SV 18-24
Catatan: Skor 18 pada PCL-SV = Skor 30 pada PCL-R.
Dapat dilihat dari skala tersebut bahwa seorang psikopat yang benar-benar kejam akan
mendapatkan skor 40, seseorang yang tidak memiliki kecenderungan psikopat sama sekali akan
mendapatkan skor 0, dan seseorang yang mendapat skor di atas 30 sudah ter-diagnosis sebagai
psikopat. Menurut hasil penelitian, orang normal yang tidak mempunyai latar belakang
kriminal akan medapatkan skor 5 dan seorang kriminal yang bukan psikopat akan mendapatkan
skor 22 pada PCL-R5.
Selain PCL-R, terdapat tujuh (7) instrumen yang dinamakan self-report inventories yang
biasa digunakan untuk mengetes apakah seseorang tersebut tergolong psikopat atau tidak.
Tidak seperti PCL-R, Self-report inventories digunakan untuk menguji populasi yang tidak
berada di suatu institusi seperti penjara atau rumah sakit jiwa. Tujuh instrument tersebut adalah:
1) Self-report Psychopathy Scale (SRP)
2) Levenson Self Report Psychopathy Scale (LSRP)
3) Psychopathic Personality Inventory (PPI)
4) Parent and teacher reports for assessment of callous/unemotional traits in youth
5) Lynam’s Self-Report Child Psychopathy Scale
6) Minnesota Multiphasic Personality Inventory
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
7
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
7) Gough Socialization Scale
Walaupun begitu, self-report inventories ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
Self-report scales membutuhkan kerja sama. Banyak individu yang tidak ingin
berpartisipasi dalam proses ini, sehingga terkadang cukup sulit untuk melakukannya.
Selain itu, besar juga kemungkinannya bagi mereka untuk menjawab pertanyaan dengan
tidak jujur.
Self-report scales membutuhkan kemampuan membaca dan berbahasa yang sangat
tinggi6. Hal ini menjadi halangan karena pada populasi yang bersifat forensik, banyak
dari mereka yang tidak memiliki kemampuan tersebut sehingga mereka tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan akurat, sehingga hasil pun menjadi tidak dapat
diandalkan.
Self-report scales juga bersifat subjektif. Banyak khasus dimana seorang psikopat
melontarkan jawaban yang tidak konstan, karena keadaan emosional mereka yang tidak
stabil. Hal ini akan menyebabkan ketidak-lancaran pada proses analisa.
Self-report scales tidak dapat diberikan ke orang-orang dari populasi tertentu, sehingga
data yang didapat pun tidak merata dan terlalu terfokus kepada suatu kelompok tertentu.
G. Klasifikasi
Dari dua puluh hal yang tercantum pada PCL-R, Robert Hare kemudian membagi nya menjadi
dua (2) faktor utama, yaitu:
1. Faktor 1: mencangkup the affective dimension dan the interpersonal dimension,
dimana seseorang biasanya bersikap egois dan tidak memiliki perasaan bersalah
walaupun telah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain7. Gejala dalam PCL-R
yang termasuk dalam faktor ini adalah:
Memiliki daya tarik yang luar biasa
Egois / memiliki rasa percaya diri yang tinggi
Sering berbohong
Manipulatif
Tidak pernah merasa bersalah
Bersikap dingin pada orang lain
Tidak dapat ber-empati
Tidak bisa mempertanggung-jawabkan aksi
Memiliki riwayat menggunakan obat-obatan terlarang
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
8
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
2. Faktor 2: Mencangkup the lifestyle dimension dan the antisocial dimension, dimana
seseorang biasanya biasanya tidak stabil secara emosional dan memiliki kemampuan
bersosialisasi yang buruk. Gejala PCL-R yang termasuk dalam faktor ini adalah:
Mudah bosan
Gaya hidup parasit
Tidak dapat mengontrol sikap
Menunjukkan masalah pada perilaku sejak dini
Tidak memiliki tujuan hidup
Bertindak spontan
Tidak bertanggung jawab (terutama sebagai orang tua)
Menjalin hubungan yang berjangka pendek (akibatnya apabila menikah, biasa tidak
bertahan lama sehingga seringkali bercerai dan mencari pasangan baru)
Memiliki sejarah juvenile
Jarang dikeluarkan lebih awal dari tahanan
Memiliki riwayat kriminal
Selain dari sudut pandang Robert Hare, terdapat sistem klasifikasi lain yang dapat
digunakan untuk membedakan psikopat, yaitu psikopat tipe Primary dan Secondary. Psikopat
primary biasanya timbul karena faktor genetik sedangkan psikopat secondary biasanya timbul
karena faktor lingkungan. Kedua tipe ini memiliki ciri-ciri spesifik yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Primary Psychopath
Mudah diturunkan
Faktor lingkungan yang rendah
Overt narsistik yang tinggi
Covert narsistik yang rendah
Banyak menunjukkan gejala dari faktor I Hare
Sedikit menunjukkan gejala dari faktor II Hare
Anxiety rendah
Borderline rendah
BIS (Behavioral Inhibition System) lemah
Sukar untuk ber-emosi
2. Secondary Psychopath
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
9
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
Tidak mudah diturunkan
Faktor lingkungan yang tinggi
Overt Narsistik yang rendah
Covert narsistik yang tinggi
Anxiety tinggi
Borderline tinggi
BAS (Behavioral Activation System) kuat
Banyak menunjukkan gejala dari faktor II Hare
Sedangkan menurut ICD-10 yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 1992, psychopath
disorder digolongkan dalam kelompok F.60 sebagai gangguan kepribadian dan prilaku masa
dewasa. Gangguan kepribadian sendiri didefinisikan sebagai sikap dan pola perilaku mendarah
daging dan abadi yang menyimpang nyata dari berbagai budaya yang diharapkan. Mereka buka
merupakan akibat sekunder untuk penyakit mental lainnya, atau disebabkan kerusakan otak dan
penyakit, meskipun 2 hal ini mungkin dapat mendahului dan muncul berdampingan dengan
gangguan lain. Gangguan kepribadian dianggap sebagai kondisi perkembangan yang cenderung
muncul pada akhir masa kanak-kanak atau remaja dan terus berkembang hingga menjadi
dewasa. Oleh karena itu, diagnosis gangguan kepribadian biasanya tidak akan dapat ditegakkan
sebelum usia enam belas tahun, meskipun kehadiran gangguan perilaku pada masa kanak-
kanak atau remaja dapat menunjukkan kecenderungan ke arah sindrom tersebut.
Lebih jauh lagi, gangguan psikopat dapat digolongkan dalam poin F60.2 yang
merupakan gangguan kepribadian dissosial, dibawah judul besar “gangguan kepribadian
spesifik” bersama dengan sindrom lain seperti paranoid, schizoid atau gangguan histrionic.
Kondisi ini kemudian didefinisikan sebagai suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang
dari kepribadian, dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan social. Pedoman
diagnostic dari PPDGJ-III menjelaskan bahwa gangguan kepribadian ini biasanya menjadi
perhatian karena adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma social yang berlaku,
dan ditandai oleh:
a) Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
b) Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus, serta tidak
peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
10
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
c) Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada
kesulitan untuk mengembangkannya.
d) Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan
agresi, termasuk tindak kekerasan
e) Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khusunya
dari hukuman
f) Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk
akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat.
Untuk diagnosis, dibutuhkan paling sedikit 3 dari 6 point di atas.
H. Terminologi
Berikut adalah beberapa terminology yang seringkali digunakan dalam pembahasan kasus
psikopat:
Inadequate Psychopath: digunakan untuk mendeskripsikan psikopat yang biasanya
memiliki kemampuan akademis serta sosialisasi yang buruk, tidak dapat mengambil
keputusan, dan biasanya tidak bisa mengatasi tekanan dari orang lain sehingga
menyebabkan mereka melakukan tindak kekerasan.
Schizoid Psychopath: digunakan untuk mendeskripsikan psikopat yang biasanya
seringkali bersikap spontan, tidak pernah memiliki rancangan sebelum bertindak dan
biasanya tidak memiliki tujuan hidup.
Machiavellianism: menggambarkan ukuran psikopat secara global yang terdapat pada
populasi yang bersifat non-institusi.
The Dark Triad: kata yang digunakan untuk menggambarkan sikap-sikap yang memiliki
unsur ‘gelap’ seperti narsistik, dll.
Others: terdapat beberapa terminology yang sering digunakan juga, seperti interpersonal
callousness (IC), hyperactivity/impulsivity (HI), inattention (IN), dan conduct problems
(CP) and impulsivity.
I. Tata Laksana
Para psikiater di dunia akhirnya mengembangkan beberapa perlakuan untuk mengurahi tingkat
keparahan seorang psikopat. Terdapat dua (2) cara umum yang biasanya digunakan dalam
kasus ini, yaitu:
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
11
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
1. Terapi Farmakologis
Neuroleptic: berdasarkan penelitian oleh psychoanalis Amerika, neuroleptic therapy
dapat menurunkan amarah dan perilaku agresif seorang psikopat asalkan dikonsumsi
berdasarkan dosis yang tepat.
Antidepressant: antidepressant seperti serotonergic reuptake inhibitor dan monoamine
oxidase inhibitors (MAOIs) sudah seringkali diberikan kepada pasien yang
menunjukkan ketidak-stabilan pada mood dan depressi besar seperti panic attack dan
dysthymia8. Imipramine, salah satu antidepressant sudah terbukti menjadi salah satu
obat yang dapat mengatasi pasien dengan gejala psikopat dengan efektif.
Lithium: lithium seringkali diberikan pada pasien dengan bipolar disorder dengan
kecenderungan manik karena obat tersebut merupakan salah satu obat yang dapat
menstabilkan mood seseorang.
Benzodiazepine: obat ini seringkali digunakan untuk mengatasi insomnia dan anxiety
yang biasanya dialami oleh seorang psikopat. Walaupun efek samping dari obat ini
tidak begitu bagus, namun benzodiazepine tipe diazepam biasanya direkomendasikan
oleh para psikiater untuk mengatasi gejala psikopat.
Psychostimulant: psychostimulant biasanya digunakan untuk mengurangi stress. Obat
ini juga sering diberikan pada anak-anak yang mulai menunjukkan gejala psikopat atau
gangguan psikologis dalam bentuk apapun.
Anticonvulsant: para psikiater biasanya memberikan obat ini kepada pasien psikopat
yang biasa juga mengalami epilepsi.
2. Terapi Fisikal
Terapi Perilaku
Therapy ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu classical dan operant conditioning.
Classical conditioning adalah tipe therapy yang diterapkan pada reaksi refleks pada sistem
syaraf autonomi. Hal ini dapat memungkinkan pasien untuk belajar menahan respon yang tidak
diinginkan apabila suatu stimulus sudah disingkirkan. Di lain pihak, Operant conditioning
merupakan tipe therapy yang bukan berhubungan dengan gerak refleks, melainkan gerak sadar.
Pendekatan Kognitiv
Therapy ini dijalankan dengan cara mempertanyakan pikiran-pikiran pasien yang tidak
rasional, dan menggantikannya dengan cara berpikir baru. Metode ini dikembangkan karena
para psikiater percaya bahwa sikap merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pola pikir manusia,
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
12
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
maka dengan mengganti dan memperbaiki cara berpikir seorang psikopat, para ahli percaya
bahwa sikap mereka pun juga akan berubah. Salah satu metode yang termasuk dalam tipe
therapy ini adalah therapeutic modeling, yang diaplikasikan guna mengurangi tingkat anxiety
seseorang, serta meningkatkan kemampuan bersosialisasi dengan menggunakan teknik sosial
imitasi.
Metode ini dilakukan dengan cara menaruh pasien di lingkungan sosial, dan meminta
mereka untuk mengamati lingkungan tersebut9. Setelah itu, mereka akan dibiarkan hidup di
lingkungan yang mereka amati tersebut, dengan harapan sikap-sikap normal yang ditunjukkan
oleh orang-orang di lingkungan tersebut dapat terpancar dan diaplikasikan oleh pasien. Tujuan
metode ini secara keseluruhan adalah agar pasien dapat mengontrol emosi mereka, dan terlebih
lagi mereka dapat mendapatkan kemampuan untuk bersosialisasi yang bagus. Metode ini dapat
digunakan untuk menangani pasien individual atau kelompok.
Psikoterapi secara individual dan berkelompok
Psychotherapy adalah metode yang cukup sering digunakan untuk mengatasi kasus psikopat.
Psychotherapy berkelompok dilakukan dengan cara membahasa masalah masing-masing pasien
dengan bersama-sama, dan terkadang mereka akan mencoba mempraktekkan masalah mereka
ke dalam suatu pertunjukkan, agar pasien lain dapat menganalisa masalah tersebut.
Psychotherapy individu adalah metode dimana satu orang pasien akan bercerita tentang
masalah mereka kepada satu orang psikiater. Dell dan Robertson menemukan bahwa 71% dari
populasi rumah sakit jiwa di Broadmoor terlibat dalam psychotheraphy berkelompok
sedangkan terdapat 43% yang terlibat dalam psychotherapy individual. Setelah diteliti oleh para
psikiater, hasil menunjukkan bahwa psychotherapy berkelompok memiliki tingkat keberhasilan
yang lebih tinggi dibanding psychotherapy individual.
Pendekatan terapi komunitas
Metode ini adalah metode yang mendorong pasien agar mereka lebih berpartisipasi dalam
mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dilakukan agar para pasien dapat
belajar untuk mengatur emosi mereka dan supaya mereka tidak terlalu bergantung pada
psikiater atau pekerja kesehatan. Kelompok therapy ini biasa melibatkan pasien dengan umur
yang sama agar proses dapat berjalan dengan lebih lancar.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
13
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
J. Prognosis
Prognosis seseorang untuk menjadi seorang psikopat sangat tergantung pada factor
genetic dan lingkungan tempatnya tumbuh, terutama saat usia remaja dimana dasar karakter
seseorang mulai terbentuk dengan kuat. Namun kemungkinan orang untuk sembuh dari
psikopat sejauh ini masih sangat kecil. Pemberian terapi, baik secara farmakologis ataupun fisik
hanya dapat membantu menenangkan mood dan impuls pasien, dan juga mengajarkan pasien
bagaimana caranya agar tidak terlalu tunduk pada keinginan dirinya yang besar untuk
melakukan hal-hal yang tidak bermoral.
K. Aspek Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa
menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dl pergaulan.Terkait
dengan kejiwaan, dalam ilmu hukum pidana dikenal alasan penghapus pidana yaitu alasan
pembenar dan alasan pemaaf:
a. Alasan pembenar berarti alasan yang menghapus sifat melawan hukum suatu tindak
pidana. Jadi, dalam alasan pembenar dilihat dari sisi perbuatannya (objektif).
Misalnya, tindakan 'pencabutan nyawa' yang dilakukan eksekutor penembak mati
terhadap terpidana mati (Pasal 50 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [“KUHP”]).
b. Alasan pemaaf adalah alasan yang menghapus kesalahan dari si pelaku suatu tindak
pidana, sedangkan perbuatannya tetap melawan hukum. Jadi, dalam alasan pemaaf
dilihat dari sisi orang/pelakunya (subjektif). Misalnya, lantaran pelakunya tak waras
atau gila sehingga tak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya itu (Pasal 44
KUHP)
Hukum yang berlaku di Indonesia menempatkan pembunuhan denga terdakwa yang
memiliki kecacatan jiwa dalam pasal 44 yang isinya adalah sebagai berikut:
(1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya
karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana.
(2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepada pelakunya karena
pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit , maka hakim dapat
memerintahkan supaya orang itu dimasukan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu
tahun sebagai waktu percobaan.
(3) ketentuan dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah agung , pengadilan tinggi,
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
14
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
dan Pengadilan negeri.
Untuk mengetahui apakah psikopat termasuk suatu penyakit yang bisa dipersamakan
dengan tidak waras atau gila seperti yang dimaksud dalam Pasal 44 KUHP, kita merujuk pada
pendapat seorang ahli viktimologi dari California State University, Amerika Serikat dan
Direktur Tokiwa Intenational Victimology Institute, Jepang, John Dussich. Dalam artikel John
Dussich yang berjudul “Psikopat Tak Berarti Layak Dihukum Mati”, John mengatakan bahwa
hampir semua psikolog forensik tidak yakin psikopat itu konsep yang valid. Dalam
psikopatologi ada yang disebut MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) yang
merupakan cara untuk mengidentifikasi personalitas kejiwaan. Memang, ada satu skala yang
disebut psikopat, tetapi ini masih merupakan suatu kategori yang tidak terlalu dianggap 10.
Lebih lanjut dikatakan bahwa psikopat juga bukan kegilaan. Kalau orang itu sakit jiwa, itu
kategori sendiri, disebut psikotik yang termasuk dalam penggolongan PPDGJ-III sebagai F20,
sedangkan psikopat adalah bagian dari F60 yang merupakan masalah gangguan kepribadian.
Hal penting yang juga perlu untuk diperhatikan adalah apakah orang ini bisa berpikir secara
rasional. Kalau tidak bisa berpikir rasional, maka ia harus diletakkan di rumah sakit jiwa dan itu
bisa jadi dasar pemaaf.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
15
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
BAB III
KESIMPULAN
Psikopat merupakan penyakit gangguan psikologis yang termasuk dalam ilmu psikiatri
forensic, dan menyerang 1% dari populasi dunia. Penyakit ini ditandai dengan sikap pasien
yang narsisistik, terlalu percaya diri, tidak memiliki empati pada orang lain dan biasanya
memiliki sifat antisosial.
Penyakit ini memang tidak dapat disembuhkan secara total, namun dengan perlakuan
yang tepat, maka gejala yang ditunjukkan dapat berkurang. Tingkat keparahan gangguan
psikologis ini dapat diukur dari checklist yang bernama PCL-R, dimana terdapat kategori skor
tertentu untuk menentukan apakah pasien tersebut tergolong bukan psikopat, psikopat dengan
gejala ringan, maupun psikopat dengan gejala yang parah.
Untuk mengatasi penyakit ini, beberapa cara dapat dilakukan. Obat-obatan biasanya
diberikan pada pasien untuk mengatasi ketidak-stabilan emosi dan meredakan amarah,
sedangkan therapy diaplikasikan dengan harapan para pasien dapat belajar dari psikiater
ataupun pasien lainnya mengenai sikap-sikap yang baik, bagaimana cara mengambil keputusan,
menyelesaikan masalah dan mengendalikan sikap mereka.
Secara hukum yang berlaku di Indonesia dan tertulis di pasal 44 KUHP, seorang yang
murni psikopat tanpa gangguan psikotik harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan
dapat dihukum secara pidana. Namun berbagai macam test dan percobaan seperti MMPI dan
percobaan dirawat di Rumah sakit jiwa selama maksimal 1 tahun harus dilakukan terlebih
dahulu untuk menyingkirkan kemungkinan terdapatnya kecacatan jiwa pada pelaku.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
16
PSIKOPAT Ivanna Octaviani - 07120100021
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Kiehl KA, Hoffman MB. The Criminal Psychopath: History, Neuroscience and Economics.
Jurimetrics: The Journal of Law, Science, and Technology. USA: 2011 June 27.
2. Frazetto G, DiLorenzo G, Carola V, et al. Early Trauma and Increased Risk For Physical
Aggression During Adulthood: The Moderating Role of MAOA Genotype. Baune: 2007
September.
3. Cleckley H. The Mask of Sanity. 5th ed. St. Louis: 1976.
4. Cooke DJ. Cross-Cultural Aspects of Psychopathy. 3rd ed. The Guilford Press: New York;
1998.
5. Hare RD. Without Conscience: The Disturbing World of the Psychopaths Among Us. The
Guilford Press: New York; 1993.
6. Miller JD, Jones SE, Lynam DR. Psychopathic Traits from the Perspective of Self and
Informant Reports: Is There Evidence for a Lack of Insight. Journal of Abnormal Psychology.
2011 August; 40(8):525-543.
7. Vitacco M, Neumann CS, Jackson RL. Testing of a Four-Factor Model of Psychiatry:
Association With Gender. Ethnicity, Intelligence and Violence. Journal of Consulting and
Clinical Psychology. 2005 September; 73(3):466-476.
8. Gunn J, Taylor PJ. Forensic Psychiatry: Clinical, Legal and Ethical Issues. Butterworth-
Heinemann: Oxford; 1993.
9. Dolan B, Coid J. Psychopathic and Antisocial Personality Disorders: Treatment and
Research Issues. Kuger Publication: London; 1993.
10. R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia: Bogor.
Referat Kepaniteraan Klinik Stase PSYCHIATRYFK UPH - Dharmawangsa
17