referat penatalaksanaan trauma tajam

34
REFERAT PENATALAKSANAAN TRAUMA TAJAM PADA MATA Disusun Oleh : Novi Elis Khumaesa 030.07.190 Pembimbing : Dr. Ria Mekarwangi, Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD BEKASI

Upload: farafariha

Post on 29-Oct-2015

240 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tatalaksana trauma mata

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

REFERAT

PENATALAKSANAAN TRAUMA TAJAM PADA

MATA

Disusun Oleh :

Novi Elis Khumaesa

030.07.190

Pembimbing :

Dr. Ria Mekarwangi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RSUD BEKASI

PERIODE 6 MEI – 8 JUNI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,karena dengan rahmatnya

saya dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Penatalaksanaan Trauma

Tajam Pada Mata” penyusunan referat ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas di

kepaniteraan klinik ilmu penyakit mata di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada

pembimbing saya, Dr. Ria Mekarwangi, Sp.M yang telah menyempatkan waktunya

untuk membantu membuat referat ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih ditemui banyak

kekurangan,baik isi maupun format penyusunan, maka dari itu saya mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Dan semoga

referat ini dapat berguna bagi teman-teman sejawat sekalian.

Jakarta, Juni 2013

Novi Elis Khumaesa

030.07.190

2

Page 3: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………… 2

Daftar isi ………………………………………………………………………. 3

Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………………. 4

Bab 2 Tinjauan pustaka …………………………………………………………. 5

1. Definisi ………………………………………………………………….. 5

2. Epidemiologi ……………………………………………………………. 5

3. Etiologi ………………………………………………………………….. 6

4. Klasifikasi ……………………………………………………………….. 6

5. Patofisiologi ……………………………………………….……………... 8

6. Manifestasi klinik ………………………………………………………… 11

7. Diagnosis …………………………………………………………………. 12

8. Tatalaksana ……………………………………………………………….. 13

9. Komplikasi ………………………………………………………………... 14

10. Prognosis ………………………………………………………………… 14

11. Pencegahan ………………………………………………………………. 15

Bab 3 Pembahasan ……………………………………………………………… 16

Bab 4 Kesimpulan ………………………………………………………………. 22

Daftar pustaka …………………………………………………………………… 23

3

Page 4: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

BAB 1

PENDAHULUAN

Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan

dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah.

Dewasa muda – terutama pria – merupakan kelompok yang memiliki kemungkinan

besar mengalami cedera tembus pada mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan

aki, cedera akibat olahraga dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan

yang paling sering menyebabkan trauma.

Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena

pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat menyebabkan

kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler. Trauma tembus dapat

berbentuk perforasi sklera, prolaps badan kaca maupun prolaps badan siliar.

Trauma yang terjadi pada mata dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata

dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan memberikan penyulit

sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan

yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan

mengakibatkan kebutaan.

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang termasuk

kegawatdaruratan sehingga harus segera mendapatkan perawatan khusus karena dapat

menimbulkan bahaya. Pada setiap keadaan, harus dilakukan usaha untuk

mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau masih

ada proyeksi penglihatan.

BAB 2

4

Page 5: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil

dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera. Trauma tajam mata dapat

di klasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi dan luka tajam dengan perforasi yang

meliputi perforasi tanpa benda asing intra okuler dan perforasi benda asing intra

okuler.

Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular

mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga

dapat tertahan atau menetap dalam mata. Baik trauma tajam yang penetratif atau

trauma tumpul yang mengakibatkan tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bola

mata. Benda tajam atau benda dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasi

langsung. Benda asing dapat mempenetrasi mata dan tetap berada di bola mata.

2. Epidemiologi

United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi

epidemiologi yang digunakan secara umum di AS. Menurut data dari USEIR, rata-rata

umur orang yang terkena trauma tajam okuli adalah 29 tahun, dan laki-laki lebih sering

terkena dibanding dengan perempuan. Menurut studi epidemiologi internasional,

kebanyakan orang yang terkena trauma tajam okuli adalah laki-laki umur 25 sampai 30

tahun, sering mengkonsumsi alkohol dan trauma terjadi di rumah.

Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan,

menyebabkan morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di Amerika Serikat setiap

tahunnya. Lebih dari setengah trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi

di pabrik, dan industri kontruksi. Delapan puluh satu persen trauma mata yang

berhubungan dengan pekerjaan terjadi pada pria dan kebanyakan terjadi pada pekerja

berusia 25 sampai 44 tahun.

3. Etiologi

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan

berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan

5

Page 6: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

saat impaksi, dan komposisi benda tersebut, benda tajam seperti pisau akan

menyebabkan laserasi berbatas tegas pada bola mata.

Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan oleh

energi kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang

jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang,

beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya. Contohnya pada

peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar

memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup

parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan

kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas tegas dan beratnya

kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.

4. Klasifikasi

The Ocular Trauma Classification Group telah membuat suatu sistem

klasifikasi berdasarkan BETT dan gambaran luka pada bola mata pada saat

pemeriksaan awal. Trauma mekanis pada mata dibagi menjadi dua yaitu luka tertutup

bola mata dan luka terbuka bola mata. Karena kedua hal ini memiliki patofisiologi dan

penanganan yang berbeda. Sistem ini membagi trauma berdasarkan 4 parameter :

1. Tipe, berdasarkan mekanisme terjadinya luka. Tipe luka harus diketahui

berdasarkan riwayat seperti yang diceritakan oleh pasien atau saksi yang

melihat terjadinya trauma tersebut. Bila pasien tidak sadar, maka penentuan tipe

berdasarkan pemeriksaan klinis.

2. Grade, yang didasarkan atas pengukuran visus pada pemeriksaan awal. Hal ini

dapat dilakukan dengan tabel Snellen atau kartu Rosenbaum.

3. Ada tidaknya APD (Afferent Pupillary Defect). Adanya APD, seperti yang

dapat diukur dengan mengayunkan senter, merupakan petunjuk adanya

penyimpangan saraf optik dan/atau fungsi retina.

4. Perluasan luka. Luka yang terdapat pada luka terbuka bola mata atau perluasan

paling posterior dari kerusakan pada luka tertutup bola mata.

Parameter Klasifikasi

Tipe A. Ruptur

6

Page 7: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

B. Penetrasi

C. IOFB (Intra Ocular Foreign Bodies)

D. Perforasi

E. Campuran

Grade (Visus) A. ≥20/40

B. 20/50 sampai 20/100

C. 19/100 sampai 5/200

D. 4/200 sampai Light Perception

E. No Light Perception

Pupil A. Positif, APD relatif pada mata yang terluka

B. Negatif, APD relatif pada mata yang terluka

Zona I. Kornea dan Limbus

II. Limbus sampai 5 mm posterior dari sklera

III. Posterior sampai 5 mm dari limbus

Tabel 2. Klasifikasi Luka Terbuka Bola Mata

Parameter Klasifikasi

Tipe A. Kontusio

B. Laserasi lamelar

C. Benda asing superfisial

D. Campuran

Grade (Visus) A. ≥20/40

B. 20/50 sampai 20/100

C. 19/100 sampai 5/200

D. 4/200 sampai Light Perception

E. No Light Perception

Pupil A. Positif, APD relatif pada mata yang terluka

B. Negatif, APD relatif pada mata yang terluka

Zona I. Eksternal (terbatas pada konjungtiva bulbi,

sklera, kornea)

II. Segmen anterior (termasuk struktur dari segmen

anterior dan pars plikata)

7

Page 8: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

III. Segmen posterior (semua struktur posterior

internal sampai kapsul lensa posterior)

Tabel 3. Klasifikasi Luka Tertutup Bola Mata

5. Patofisiologi 

Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera

atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior

kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita. Dalam hal ini akan

ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps (lepasnya) iris, lensa,

ataupun corpus vitreus. Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai

jaringan uvea, berupa hifema atau henophthalmia.

Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti berikut :

a. Trauma tembus pada palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat

menyebabkan suatu ptosis yang permanen.

Gambar. 3 Laserasi palpebra

b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke

rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.

c. Trauma tembus pada Orbita

8

Page 9: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf

optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan

paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi,

menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan

terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita.

Gambar. 4 Trauma tembus orbita

d. Trauma tembus pada Kongjungtiva

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva, sehingga dapat

merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva.

Gambar. 5 Trauma tembus subkonjungtiva

e. Trauma tembus pada Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola

mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap

jaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola mata.

f. Trauma tembus pada Kornea

9

Page 10: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi

penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus

kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini

dapat menurunkan visus.

Gambar 6. Laserasi kornea

g. Trauma tembus pada Uvea

Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya

cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.

h. Trauma tembus pada Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat.

i. Trauma tembus pada Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga

badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca.

j. Trauma tembus pada corpus siliar

Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena

kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir

dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang sehat

dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai prolaps

dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya di

enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap menjadi baik.

6. Manifestasi Klinis

10

Page 11: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata,

maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam penglihatan yang

menurun, laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk dan

letak pupil yang berubah, terlihat ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang

prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina, katarak traumatik, dan

konjungtiva kemosis.

Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebiru-

biruan, karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah trauma

menunjukkan bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan pemeriksaan dari

bagian-bagian yang lebih dalam dari mata, juga perlu dibuat foto rontgen kepala.

Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktur dari dasar

tengkorak.

Gambar. 1 Lokasi cedera mata; tampak depan

11

Page 12: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Gambar. 2 Lokasi cedera mata; tampak samping

Sebagian besar cedera tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang

mencolok, tetapi cedera akibat partikel kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh

tindakan menggerinda atau memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan

kekaburan penglihatan. Tanda-tanda lainnya adalah kemosis hemoragik, laserasi

konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang

eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus vitreus. Tekanan intraokuler mungkin

rendah, normal, atau yang jarang sedikit meninggi.

7. Diagnosis

Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang

diperoleh dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahan/benda penyebab

trauma dan pekerjaan untuk mengetahui penyebabnya.

Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan

segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif

lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler

apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya ledakan. Cedera pada anak

dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang di derita, harus dicurigai adanya

penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khusus pada detail

12

Page 13: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit

sebelumnya dan energi.

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,

diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata dan

sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi tulang

orbita.

Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di

segmen anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea,

sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk

mnegetahui tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan

oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing

intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel

untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara

memberi anestesi pada mata yang akan di periksa, kemudian diuji pada strip

fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga

akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan

mata.

Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui posisi

benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.

Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada

retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa.

Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola

mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa

bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.

8. Penatalaksanaan Trauma Tembus

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan

harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti

infeksi, Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika.

Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata

bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan. Bila

13

Page 14: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

terdapat benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan banda

asing tersebut. Sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam

mata dengan membuat foto. Benda asing yang bersifat magnetic dapat dikeluarkan

dengan mengunakan magnet raksasa. Benda yang tidak magnetic dikeluarkan dengan

vitrektomi.

Bila terlihat atau dicurigai adanya perforasi bola mata, maka secepatnya

dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup, dan segera dikirim kepada dokter

mata untuk dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan luka tembus bola mata

selamanya diberikan antibiotik sistemik berspektrum luas atau intravena dan pasien

dipuasakan untuk rencana pembedahan. Pasien juga dapat diberikan analgetika,

sedative dan profilaksis anti tetanus.

9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma tembus adalah

endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan oftalmia

simpatika.

Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa

minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat

berlanjut menjadi panoftalmitis.

Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak cedera

dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun. 8

Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera, keadaan ini

menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan mendadak, dan fotofobia yang

dapat membaik dengan enukleasi mata yang cedera.

10. Prognosis

Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe dan

luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing. Secara umum,

semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin

buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan laserasi kornea

tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis

penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror.

14

Page 15: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang

baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah

dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan

mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.

11. Pencegahan

Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat

untuk menghindari terjadinya trauma mata, seperti :

- Trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas tidak dapat dicegah, kecuali trauma

tajam perkelahian.

- Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari terjadinya trauma tajam.

- Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya bagi matanya.

Seseorang yang menggunakan lensa dari kaca atau plastik yang sedang bekerja

dalam industri atau melakukan aktivitas atletik memiliki resiko terkena pecahan

fragmen lensa. Kaca mata yang paling efektif untuk mencegah cedera terdiri dari lensa

polikarbonat dalam rangka poliamida dengan tepi penahan di posterior. Sebaiknya

digunakan bingkai pada wraparound (bukan bingkai berengsel) karena lebih dapat

menahan pukulan dari samping. Pada atletik atau aktivitas rekreasi beresiko tinggi

(misalnya perang-perangan dengan peluru hampa atau cat), pelindung mata tanpa lensa

tidak selalu melindungi mata secara adekuat. Perlindungan mata yang sesuai terutama

diindikasikan bagi mereka yang bermain bola raket, bola tangan, dan squash. Banyak

kebutaan yang terjadi akibat olah raga ini, terutama akibat trauma kontusio pada mata

yang tidak terlindung dengan baik.

BAB 3

PEMBAHASAN

15

Page 16: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan

harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti :

Infeksi

Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika

Pada setiap tindakan bertujuan untuk mempertahankan bola mata dan

mempertahankan penglihatan. Pada setiap keadaan , harus dilakukan usaha untuk

mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada

proyeksi penglihatan. Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha

untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

a. Penatalaksanaan pasien dengan trauma bola mata perforans

1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:

- Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

2. Penatalaksanaan di rumah sakit:

- Pemberian antibiotik spektrum luas.

- Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.

- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata

intak).

- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

b. Penanganan trauma tembus dan kontusio bola mata

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus

dihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan

diberi obat siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada

jaringan intraokular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan

pakaikan pelindung FOX pada mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanus

diberikan sesuai kebutuhan, serta gizi atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk mata

16

Page 17: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

tidak boleh diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh

diberikan steroid lokal, dan bebat yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.

Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik bedah

mikro. Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan

penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan

terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik

atau dengan memasukkan suatu spatula siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan

menyapu jaringan keluar dari luka. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, apabila

jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam, atau apabila jaringan tersebut mengalami

iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang prolaps harus dieksisi setinggi bibir

luka. Setiap jaringan yang dipotong harus dikirim ke laboratorium patologik untuk

diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk memeriksa kemungkinan infeksi bakteri atau

jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau

vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama tindakan perbaikan dapat dicapai dengan

cairan intraokuler fisiologis, udara atau viskoelastik.

Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat

diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar

tindakan lebih mudah dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera

tembus ganda dapat sembuh sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.

Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan melalui

keratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea.

Enukleasi dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami

kerusakan total. Mata sebelah rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma

tembus mata terutama bila ada kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini

jarang terjadi.

c. Tindakan pengobatan benda asing pada permukaan mata

Mata tersebut ditetes dengan anestetik tetes mata. Benda yang lunak biasanya

hanya menempel saja pada permukaan mata sehingga untuk mengeluarkannya cukup

kapas steril. Benda yang keras biasanya mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya

memakai jarum suntik secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi.

Setelah benda asing dikeluarkan, mata dibilas dahulu dengan larutan garam fisiologik

sampai bersih. Kemudian mata diberi tetes midriatik ringan berupa siklopamin 0,25%

17

Page 18: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

disusul dengan antibiotik lokal. Mata ditutup dengan bebat kain sampai tidak terdapat

tanda-tanda erosi kornea.

d. Tindakan pengobatan benda asing dalam bola mata

Setiap berada di dalam bola mata merupakan sesuatu yang asing sehingga pada

dasarnya harus dikeluarkan.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah:

Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda reaktif

Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan

Akibat yang dapat timbul waktu mengeluarkan benda asing tersebut

Apabila benda asing tersebut inert ,maka haruslah dilihat apakah benda tersebut

menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu fungsi mata atau tidak. Bila tidak

menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu maka sebaiknya dibiarkan saja dan

perhatian ditujukan pada perawatan luka perdorasi yang diakibatkannya. Bila benda

tersebut adalah benda reaktif, maka harus dikeluarkan.

Tindakan pengobatan rudapaksa dengan benda asing yang reaktif didalam bola

mata adalah:

Perawatan terhadap luka perforasi

- Pertama-tama adalah pemberian tetesmata anestetik, kemudian

pembersihan luka dengan larutan garam fisiologik. Bila ada jaringan iris

atau badan kaca yang prolaps, bagian yang prolaps d potong (jangan

direposisi kembali kecuali bila yakin tidak ada infeksi).

- Bila benda asing dapat dilihat langsung, maka mungkin dapat

dikeluarkan dengan pinset atau magnit melalui luka perforasi.

- Luka perforasi dijahit dengan jarum dan benang yang halus. Apabila

fasilitas tidak memungkinkan untuk dapat melakukan jahitan penutupan

luka, penderita di rujuk ke Rumah Sakit yang lengkap fasilitasnya.

- Sebelum penderita dikirim ke pusat, untuk mencegah jangan sampai

banyak isi bola mata yang prolaps melalui luka perforasi maka mata

tersebut setelah ditutup dengan kain kasa steril masih harus di tutup lagi

dengan semacam penutup (dop) yang sedemikian rupa sehingga bola

18

Page 19: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

mata terlindung dari tekanan atau sentuhan (yang paling sederhana

adalah menutup mata tersebut dengan kepala sendok).

- Penderita juga harus diberi obat penenang, obat analgesic, dan bila perlu

dapat ditambahkan obat antiemetik bila penderita muntah-muntah karena

dengan muntah-muntah akan menambah banyak prolaps isis bola mata

yang prolaps.

- Dalam perjalanan ke pusat sebaiknya penderita dalam posisi berbaring.

Pemberian ATS dapat dipertimbangkan.

Pengeluaran benda asing

Pengeluaran benda asing sebaiknya dikeluarkan di Rumah sakit dengan

fasilitas yang mencukupi.

- Jalan Anterior

Pemilihan jalan anterior hanya boleh apabila:

Benda asing tersebut berada di bilik mata depan dan dapat dilihat,

dapat dikeluarkan melalui luka perforasi atau melalui inisi kornea-

sklera di daerah limbus apabila benda berada di sudut bilik mata

depan. Benda asing di segmen posterior yang disertai kerusakan

lensa dan luka perforasi kornea yang besar, dikeluarkan melalui

luka perforasi kornea.

Jalan anterior merupakan kontraindikasi apabila lensa masih utuh.

- Jalan Posterior

Pemilihan jalan posterior dilakukan bila benda asing berada di

segmen posterior tanpai disertai kerusakan lensa. Pengeluaran

melalui jalan posterior dapat ditempuh melalui 2 jalan yaitu :

Melalui pars plana (4-7 mm dari limbus). Keuntungan

melalui jalan ini ialah retina melekat kuat pada tempat ini

sehingga bahaya ablasi kecil. Daerah ini mengandung

sedikit pembuluh darah sehingga bahaya perdarahan kecil.

Melalui tempat dimana benda asing berada. Jalan ini

ditempuh bila benda asing berada di retina. Bahaya yang

ditakutkan dengan melalui jalan ini adalah ablasi retina

dan perdarahan. Pengeluaran benda asing melalui jalan

19

Page 20: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

posterior melakukan fasilitas dan keterampilan yang

khusus sehingga dapat dilakukan oleh dokter ahli mata.

e. Penanganan trauma tembus pada kornea

Bila tanpa perforasi

Erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresia (+). Jaga jangan

sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan timbulnya ulkus atau herpes pada

kornea. Lakukan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika yang berspektrum

luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat, setelah diberi anastesi

lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus,

berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison

pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.

Bila ada perforasi

Apabila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan,

kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva). Bila

luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap

konjingtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar harus

dipotong dan sisanya di repossisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan

flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik

mata depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum

kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum

luas dan sistemik, juga subkonjungtiva.

e. Penanganan trauma tembus pada konjungktiva

Bila robekan konjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu

dilakukan penjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk

mencegah granuloma. Pada setiap robekan conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan

sklera yang biasa disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik

juga perlu diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

20

Page 21: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

BAB 4

KESIMPULAN

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil

dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera.2 Benda asing dengan

kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta jaringan lain

dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian bersarang didalamnya

bahkan dapat mengenai os orbita.

21

Page 22: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan

berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan

saat impaksi, dan komposisi benda tersebut.

Manifestasi klinis berupa visus turun, tekanan intra okular rendah, angulus

iridokornealis dangkal, bentuk dan letak pupil berubah, terlihatnya ada ruptur pada

kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps (lepas), seperti: iris, lensa, retina,

kemosis konjungtiva. Komplikasi dari trauma tajam okuli adalah endoftalmitis,

panoftalmitis, oftalmia simpatika, hemoragik intraokular.

Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera dikirim

pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik sistemik secara

oral atau intravena, anti tetanus profilaktik, analgesik dan sedatif bila perlu. Steroid

lokal dan bebat tidak boleh diberikan. Pengeluaran benda asing sebaiknya dilakukan di

rumah sakit dengan fasilitas yang memadai.

Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau

ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang

menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang

tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil

yang melibatkan bagian posterior. Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert

pun mempunyai prognosis yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury T, Sanitato JJ. Trauma. Dalam : Vaughn DG, Asbury T, Riordan-Eva P

(eds). Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Widya Medika; 2000

2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI, Jakarta: 2004; 192-8.

3. Kuhn F, Morris R, Witherspoon CD. BETT: The Terminology of Ocular

Trauma. In : Kuhn F, Pieramici DJ (eds). Ocular Trauma. New York: Thieme

Medical Publisher,Inc; 2002

4. Raja SC, Pieramici DJ. Classification of Ocular Trauma. In : Kuhn F, Pieramici

DJ (eds). Ocular Trauma. New York: Thieme Medical Publisher,Inc; 2002

22

Page 23: Referat Penatalaksanaan Trauma Tajam

5. Lindsey JL, Hamill MB. Scleral and Corneoscleral Injuries. In : Kuhn F,

Pieramici DJ (eds). Ocular Trauma. New York: Thieme Medical Publisher,Inc;

2002

6. Arunagiri G. Lacerations, Corneoscleral. eMedicine [serial online] October 19,

2004. Available from : http://www.emedicine.com/oph/topic108.htm. Accessed

November 22, 2005

7. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi

XVII. Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80.

8. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.

9. Peate, W. F, Work Related Eye Injuries And Illness. Available at:

www.aafp.org. January 15, 2011.

10. Soeroso, A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Ruda Paksa.

www.portalkalbe.com. Diunduh pada 12 februari 2011.

11. Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta:

Erlangga. 2006; 176 – 85.

12. Indiana University. Traumatic Cataract. Available at:

http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07. February 13 ,

2011.

13. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology-Traumatic

Cataract. Available at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. February

18, 2011.

14. Webmaster. Traumatic Cataract. Available at :

http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. February 18, 2011.

15. Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6th ed.

American Academy of Ophtalmology. 1993; 82-87.

16. Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma Ocular,.

Department of OphthalmologyUniversity of Pécs. Hungary. 2002; 71-86.

17. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In

Sport. Available at: www.aafp.org. June 10, 2010.

18. Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management. Available at:

www.pacificu.edu/optometry. June 16, 2010.

23