referat obat anti diare
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
1/27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata Diarroia (bahasa
Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal saat
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat, dengan
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya (lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam)
tanpa disertai lendir dan darah. Diare dibagi menjadi akut dan kronis, diare akut adalah
diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronikyaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Ciesla WP, 2004). Hal ini disebabkan
karena adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus,
terutama pada keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digestif, absorpi dan
sekresi.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah utama kesehatan
masyarakat. Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insidensi naik. Pada tahun 2000
angka kejadian diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, pada tahun 2008
terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang.
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5756 orang, dengan
kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan
jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (Subdit pengendalian Diare dan Infeksi
Saluran Pencernaan Kemenkes RI, 2011).
Penatalaksanaan terhadap pasien dengan diare dapat mencakup penggantian cairan dan
garam, terapi antimikroba dan terapi simtomatik. Berbagai obat yang digunakan dalam
terapi diare dimasukan dalam kategori berikut: antimotilitas, adsorben, antisekretori,
antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Salah satu obat golongan antisekretori adalah
Bismuth Subsalisilat, dapat diberikan pada penderita diare bila terjadi stimulasi bahan
yang dapat meningatkan sekresi atau menurunkan absorbsi sejumlah besar air dan
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
2/27
2
elektrolit. Mekanisme kerja obat golongan ini adalah meningkatan absorbsi usus terhadap
cairan dan elektrolit (sebagai anti sekretori), antiinflamasi dan antibakteri. Dimana efek
teraputiknya adalah berkurangnya frekuensi diare. Indikasi obat ini diantaranya sebagai
terapi adjuvant pada penderita diare ringan atau sedang, pengobatan mual, kram abdomen,
nyeri lambung yang menyertai diare dan sebagai profilaskis pada diare pada wisatawa
(travelrs diare). Gejala diare umumnya akan membaik dalam 24-72 jam. Pemantauan
terhadap frekuensi dan volume buang air besar. Selain itu juga perlu juga memantau
peningkatan nafsu makan, berat badan, osmolaritas serum, elektrolit serum, jumlah sel
darah lengkap, urin dan budaya lingkungan sangat dibutuhkan untuk menilai keberhasian
terapi pada pasien diare.Berdasarkan uraian di atas maka pada makalah ini akan membahas mengenai Bismuth
Subsalisilat secara umum, mulai dari farmasi-farmakologi, farmakokinetik dan
farmakodinamik, toksisitas dan efek samping; serta secara khusus membahas penelitian
yang pernah dilakukan mengenai Bismuth Subsalisilat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai terapi diare akut non
spesifik pada anak dan profilaksis traveller’s diarrhea ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai terapi diare
akut non spesifik pada anak dan profilaksis traveller’s diarrhea.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai terapi diare akut non
spesifik pada anak.
b. Menilai efektivitas penggunaan bismuth subsalisilat sebagai profilaksis traveller’s
diarrhea
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
3/27
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Memberikan informasi tentang penggunaan bismuth subsalisilat pada kejadian diare
sehingga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat dalam pemilihan terapi
antidiare agar lebih aman dan efektif dalam proses penyembuhan.
2. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang dimiliki.
3. Bagi pengembangan ilmu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar atau acuan dalam
pengembangan ilmu mengenai diare, sehingga dapat mengetahui pentingnya tindakan
pencegahan dan pengendalian peningkatan angka kejadian diare.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
4/27
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Diare
1. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan feses berbentuk setengah padat atau cair
atau dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (lebih dari 3 kali
sehari) (Depkes RI, 2000). Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare adalah buang air
encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare
menyerang semua kelompok usia, baik balita, anak-anak dan orang dewasa, walau probabilitas angka kejadian diare pada balita lebih tinggi (Zubir, 2006).
2. Epidemiologi
Di negara maju angka kejadian diare diperkirakan 0,5-2 juta/orang/tahun,
sedangkan di negara berkembang angka kejadiannya lebih dari itu. Di USA dengan
penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta orang terkena diare akut pada dewasa
yang terjadi setiap tahunnya (Manatsathit, Dupont, Farthing dkk, 2002). Sedangkan
menurut WHO, ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahunnya dengan mortalitas
3-4 juta per tahun (Soewondo, 2002). Apabila angka tersebut diterapkan di Indonesia,
setiap tahun sekitar 100 juta kasus diare pada orang dewasa terjadi (Rani, 2002).
Berdasarkan data surveilan terpadu 1989, jumlah kasus diare di dapatkan
13,3% di puskesmas, di rumah sakit terdapat 0,45% pada penderita rawat inap dan
0,05% pasien rawat jalan. Sedangkan berdasarkan informasi dari Tribunnews.com pada
20 September 2011, diperoleh informasi bahwa berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI,
jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit karena diare mencapai angka hingga 8.743
orang, sedangkan yang berobat ke puskesmas mencapai 101.327 orang.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai
berikut:
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
5/27
5
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain menyimpan makanan masak pada
suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah
buang air besar atau sesudah membuang tinja atau sebelum makan membuang tinja
dengan benar.
b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan
lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2
tahun pada bayi baru lahir, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi
dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.c. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
3. Penyebab diare
Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare :
a. Diare karena infeksi oleh bakteri, virus dan parasite
1) Diare karena virus
Sebagai contohnya diare akibat virus traveller’s diarrhea yang disebabkan
antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa
usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun
elektrolit meningkat. Diare yang terjadi terus bertahan sampai beberapa hari (3-6
hari), kemudian virus lenyap dengan sendirinya. Norovirus ialah virus yang paling
umum sebagai virus pathogen yang menyebabkan 70-75% viral gastroenteritis,
sedangkan rotavirus menyebabkan 12% viral gastroenteritis. Anak-anak dengan
usia 3-4 bulan paling banyak mengalami infeksi rotavirus. Gejala yang biasa
timbul akibat rotavirus, yaitu muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Kondisi
ini sifatnya self-limiting dalam waktu 5-8 hari. Sedangkan yang disebabkan oleh
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
6/27
6
norovirus disertai dengan gejala muntah tiba-tiba, mual, sakit kepala, badan pegal
(myalgia), demam, dan diare cair. Kondisi ini juga self-limiting dengan waktu yang
lebih singkat, yaitu 12-60 jam (Bunister dkk, 2006).
2) Diare karena bakteri invasif
Diare karena bakteri invasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering,
tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi
lingkungan di masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan
tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri
sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan
berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri E.coli, Shigella
sp, Salmonella sp, dan Campytobacter sp. Diare ini bersifat self-limiting dalam
waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti
dengan sel-sel mukosa yang baru (Bunister dkk, 2006).
3) Diare karena parasit
Diare akibat parasit contohnya disebabkan oleh ptotozoa seperti Entamoeba
hystolitica dan Giardia lamblia, yang terutama terjadi di daerah subtropis. Diare
yang disebabkan parasite biasanya bercirikan cairan yang berkala dan bertahan
labih dari satu minggu, disertai gejala nyeri perut, rasa letih dan lemas (malaise),
demam, anoreksia, nausea, dan muntah-muntah (Bunister dkk, 2006).
b. Diare karena makanan atau obat tertentu
Adanya intoleransi terhadap makanan dapat memicu diare. Sebagai contoh
yaitu alergi terhadap laktosa (banyak terjadi pada balita dan bayi karena tubuhnya
tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki enzim laktase), makanan yang
mengandung lemak tinggi, dan makanan yang terlalu pedas, atau makanan yang terlalu
banyak serat dan kasar. Beberapa obat seperti digoxin, kindin, garam magnesium dan
litium, sorbital, golongan beta blocker, ACE inhibitor, reserpine, sitostatika, dan
antibiotic spectrum luas (contoh : amoksisilin, ampisilin, sefalosporin, kindarmisin,
dan tetrasiklin) dapat memicu diare. Pengguanaan laksansia (pencahar) yang
berlebihan dan radioterapi dapat pula memicu diare (Bunister dkk, 2006).
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
7/27
7
c. Diare karena penyakit
Adanya penyakit, seperti Crohn’s colitis ulcers, irritable bowel syndrome,
kanker kolon, dan infeksi HIV dapat menyebabkan diare.
d. Diare karena infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain
Adanya infeksi atau bakteri yang menyertai penyakit lain, seperti campak,
infeksi telinga, infeksi tenggorokan, dan malaria dapat menyebabkan diare.
e. Diare karena pemanis buatan
Bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang terdapat di dalam
permen karet dan produk-produk bebas gula lainnya dapat menimbulkan diare.Menurut metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali
dalam satu tahun.
4. Patofisiologi
Saluran cerna memiliki fungsi utama sebagai penyedia makanan untuk
keperluan hidup sel, sebagai pengatur pembatasan sekresi empedu dari hepar, dan
pengeluaran sisa-sisa makanan yang sudah tidak diperlukan tubuh. Proses tersebut
memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk (Noerasid, 1999) :
a. Pengunyahan : menghaluskan makanan dengan cara mengunyah dan mencampur
dengan enzim-enzim yang ada di mulut.
b. Penenlanan : proses memasukan makanan dari rongga mulur ke saluran cerna
selanjutnya (esophagus)
c. Pencernaan : penghancuran makanan secara mekanik dengan bantuan enzim-
enzim.
d.
Penyerapan : perjalanan molekul makanan melalui mukosa usus ke dalam sirkulasi
darah dan limfa.
e. Peristaltik : gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi
sehingga makanan dapat bergerak mengikuti gelombang dari lambung ke bagian
distal.
f. Pengeluaran : pembuangan sisa-sisa makanan dalm bentuk tinja/feces.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
8/27
8
Dalam keadaan normal saluran pencernaan secara efektif akan menghasilkan
ampas tinja 50-100 gram per hari dan mengandung 60-80% air. Dalam saluran
pencernaan secara pasif cairan mengikuti gerakan bidireksional transmukosal atau
longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat-zat padat lainnya yang memiliki
sifat aktif osmotic (Partawihardja, 1991).
Cairan yang masuk dalam saluran cerna terdiri dari cairan yang berasal per
oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pancreas, dan sekresi usus halus. Cairan
tersebut di serap usus halus kemudian dilanjutkan oleh usus besar, dan diserap kembali
berupa cairan intestinal sehingga tersisa 50-100 gram sebagai tinja (Anonim, 2001).
Motilitas usus halus berfungsi sebagai :a. Penggerak bolus makanan dari lambung ke sekum secara sistemik
b. Mencampur khim dengan enzim pancreas dan empedu
c. Fungsi proteksi : mencegah perkembang biakan bakteri
Faktor-faktor fisiologi penyebab diare sangat erat kaitannya satu dengan yang
lain. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanis, meningkatkan gerakan peristaltik usus sehingga
mempercepat waktu lintas khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu
sentuhan khim dengan mukosa usus sehingga penyerapan air, elektrolit, dan zat lain
akan mengalami gangguan (Anonim, 2001).
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran pencernaan dan penyebab
diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok (Shetty
dkk, 2009) :
a. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorbsi pada sebagian kecil usus halus dapat menjadi pencetus
diare, misalkan akibat infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting dalam terjadinya
diare adalah empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi
cairan di jejenum dan kolon sehingga menghambat absorbs cairan di dalam kolon. Ini
terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada permukaan
mukosa usus.
Bakteri mikroflora diduga turut berperan dalam pembentukan asam
dioksikholik tersebut. Hormone-hormon pencernaan juga berperan dalam absorbsi
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
9/27
9
pada mukosa usus manusia, antara lain gastrin, sekretin, kholesistokinin, dan glucagon.
Perubahan pH cairan usus juga dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti yang
terjadi pada syndrome zollinger Ellison atau pada jejunitis.
b. Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus (invasive diarrhea)
Proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal apabila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran pencernaan dan dalam keadaan
yang telah cukup tercerna. Selain hal tersebut, sentuhan adekuat antara khim dengan
permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi normal.
Kemampuan permukaan mukosa usus halus sangat kompensatif. Motilitas usus
merupakan faktor yang berperan penting dalam ketahanan local mukosa usus.Terjadinya hipomotilitas dan statis dapat menjadi penyebab mudahnya
mikroorganisme dapat berkembang biak dengan baik secara berlebihan yang kemudian
dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan absorpsi sehingga
menimbulkan diare.
Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormone prostaglandin, gastrin,
dan pankreasimin, dalam hal ini dapat efek langsung terhadap diare. Hipermotilitas
juga dapat disebabkan oleh pengaruh enterokinastin Straphilpcoccus maupun kolera
atau ulkus mikro yang invasive oleh Shigella sp atau Salmonella. Hubungan antara
aktivitas otot polos usus, gerakan isi lumen usus, dan absorpsi mukosa usus,
merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.
c. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus)
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi
kapasitas pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabropsi
dari karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan
osmotik intraluminal sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air.
Malabsorpsi karbohidrat pada umumnya merupakan malabsorpsi laktosa yang
terjadi akibat defisiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu
tidak mengalami hidrolisis yang sempurna dan kurang di absorpsi oleh usus halus.
Adanya bakteri-bakteri dalam usus besar, kemudian memecah laktosa menjadi
monosakarida dan terjadi fermentasi, selanjutnya menjadi asam organik dengan rantai
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
10/27
10
atom karbon yang lebih pendek yang terdiri dari atas 2-4 atom karbon. Molekul-
molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga diare.
Defisiensi laktase sekunder atau defisiensi disakaridase (meliputi sukrase,
maltase, isomaltase, dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan mukosa usus
halus. Hal ini terjadi karena enzim-enzim tersebut terdapat pada epitel brush border
mukosa usus halus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan
tingginya tekanan osmotic dalam lumen usus karena asam ini tidak larut air.
Mekanisme diare akut dan kronis dapat menimbulkan akibat berupa :
1) Terjadinya dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa akibat kehilangan air
dan elektrolit. Penyebab kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) dan gangguankeseimbangan asam basa ialah sebagai berikut :
a) Kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai defisiensi cairan
b) Kehilangan cairan karena fungsi fisiologi
c) Kehilangan cairan pada waktu pengelolaan
d) Kekurangan cairan selama sakit, misalnya karena anoreksia atau muntah
Kekurangan cairan pada diare terjadi karena hal-hal sebagai berikut :
(1) Motilitas usus yang berlebihan
(a) Sekresi yang berlebihan dari selaput lender usus ( secretoric diarrhea)
karena gangguan fungsi selaput lender usus (Cholera dan E. coli)
(b) Berkurangnya penyerapan selaput lender usus, sebagai akibat
berkurangnya kontak makanan dengan dinding usus karena adanya
hipermotilitas dinding usus maupun kerusakan mukosa usus.
(c) Difusi cairan tubuh ke dalam lumen usus karena penyerapan oleh
tekanan cairan dalam lumen usus yang hiperosmotik. Keadaan ini
karena adanya substansi reduksi dan fermentasi laktosa yang tidak
tercerna enzim laktase (diare karena rotavirus rota).
(2) Masukan cairan yang kurang karena :
(a) Anoreksia
(b) Muntah
(c) Pembatasan makan (minuman), dan
(d) Keluaran yang berlebihan (panas tinggi dan sesak napas)
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
11/27
11
2) Gangguan gizi seperti kelaparan (masukan kurang dan keluaran berlebihan).
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi akibat :
a)
Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia atau dihentikannya
beberapa macam makanan. Muntah juga merupakan salah satu penyebab
berkurangnya masukan makanan.
b) Gangguan absorpsi
Pada diare akut sering terjadi malabsorpsi nutrisimikro maupun makro.
Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa, dan fruktosa) dan lemak yang
kemudian dapat berkembang menjadi malabsorpsi asam amino dan protein.
Kadang-kadang akan terjadi malabsorpsi vitamin baik yang larut dalam airmaupun yang larut dalam lemak (Vitamin B12, asam folat, dan vitamin A) dan
mineral mikro (Mg dan Zn).
Gangguan absorpsi ini terjadi akibat :
(1) Kerusakan permukaan epitel sehingga kekurangan enzim laktase
(2) Bakteri tumbuh berlebihan, menimbulkan :
(a) Fermentasi karbohidrat
(b) Dekonjugasi empedu, dan
(c) Kerusakan mukosa usus sehingga terjadi perubahan struktur, kemudian
pemendekan villi dan pendangkalan kripta yang menyebabkan
berkurangnya permukaan mukosa usus.
Selama diare akut karena Cholera dan E.coli terjadi penurunan absorpsi
karbohidrat, lemak, dan nitrogen. Peningkatan pemberian masukan makanan
akan memperbaiki absorpsi absolut sampai batas kecukupan walaupun diare
bertambah banyak. Metabolisme dan absorpsi nitrogen hanya akan mencapai
76% dan absorpsi lemak hanya 50% (FKUI, 2001).
c) Katabolisme
Pada umumnya infeksi sistemik akan memengaruhi metabolisme dari
fungsi endokrin. Pada penderita infeksi sistemik terjadi kenaikan suhu badan
yang berdampak pada peningkatan glikogenesis, glikolisis, sekresi glukagon,
aldosterone, hormon antidiuretic, dan hormon tiroid. Dalam darah terjadi
peningkatan jumlah kolesterol, trigliserida, dan lipoprotein.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
12/27
12
d) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran pencernaan dapat
terjadi pada penderita campak dengan diare, penderita kolera, dan diare karena
E.coli. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai
dampak negative terhadap status gizi penderita.
3) Perubahan ekologi dalam lumen usus dan ketahanan isi usus.
Kejadian diare akut pada umumnya akan disertai dengan kerusakan mukosa
usus. Keadaan ini akan diikuti dengan gangguan pencernaan karena seiring dengan
terjadinya gangguan produksi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya
hidrolisis nutrisi yang kurang tercerna sehingga dapat menimbulkan peningkatanhasil metabolit yang berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan
ini akan mengubah ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan
keadaan bakteri tumbuh lampau, yang berarti mengubah ekologi mikroba isi usus.
Bakteri tumbuh lampau akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam
empedu sehingga terjadi peningkatan assam empedu yang dapat menimbulkan
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai dengan
gangguan mekanisme ketahanan local pada usus, baik yang disebabkan oleh
kerusakan mukosa usus maupun perubahan ekologi isi usus (Shetty dkk,2009).
Adapun gejala yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya diare adalah tinja yang
encer dengan berlebihan atau lebih dari 3 kali sehari, yang terkadang disertai :
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Demam
d. Tidak nafsu makan, dan
e.
Terkadang terdapat darah atau lenidr dalam kotoran.
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, tinja berdarah, demam,
penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu juga menyebabkan sakit perut dan
kejang perut serta gejala lain misalkan agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit
kepala. Terkadang gangguan bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi atau tinja
bercampur darah. Muntah dapat memperberat dehidrasi karena, menyebabkan
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
13/27
13
kehilangan cairan dalam jumlah besar dan menghambat rehidrasi oral (pengambilan
cairan dari mulut).
5. Patomekanisme
Menurut Shetty,dkk (2009) berdasarkan mekanismenya diare di golongkan
sebagai berikut :
a. Diare sekretori
Contoh mekanisme diare karena toksin adalah diare yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholera, Clostridium perferingens, Staphilococcus aureus,
Pseudomonas aerugenosa, dan beberapa strain Shigella sp dapat menghasilkanenterotoksin. Diare ini terjadi apabila usus halus dan usus besar menyekresi air dan
elektrolit lebih banyak dari pada yang di absorpsi sehingga menyebabkan peningkatan
volume feses dalam usus. Hal tersebut disebabkan oleh stimulasi substansi vasoactive
intestinal peptide (VIP) dari pankreas, makanan berlemak yang tidak dapat diabsorpsi
senyawa laksatif, hormone sekretin, dan toksin. Pada diare infeksius, adanya
perubahan proses sekresi dan absorpsi terjadi akibat aktivitas toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri di mukosa usus. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara
makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri. Di dalam lambung, bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung. Namun apabila jumlah bakteri terlalu banyak, sebagian
bakteri dapat lolos dan masuk ke dalam duodenum, hal ini menyebabkan bakteri
berhasil mencairkan lapisan lender yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga
bakteri dapat menembus membrane sel epitel. Bakteri kemudian akan mengeluarkan
toksin, yang akan mengaktivasi adenilat siklase sehingga terjadi peningkatan aktivitas
AMP siklik intrasel. Adanya AMP siklik akan meningkatkan sekresi klorida dan air
dari kelenjar usus dan menurunkan resorpsi natrium dan air lumen usus.
b. Diare osmotik
Diare dapat terjadi ketika larutan dari makanan yang dicerna tidak dapat di
absorbsi secara sempurna oleh usus halus masuk ke lumen. Larutan tersebut
mengakibatkan penarikan air dan elektrolit ke dalam lumen usus karena sel-sel
usus berusaha menyesuaikan tekanan osmotik di dalam plasma dan di luar usus.
Karena pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan,
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
14/27
14
konsistensi feses akan berubah menjadi lebih cair sehingga menyebabkan diare.
Diare osmotik ini dapat disebabkan oleh malabsorpsi, intoleransi laktosa,
pemberian magnesium pada antasida, atau konsumsi karbohidrat yang sulit larut.
Makanan tertentu (buah dan kacang-kacangan), heksitol, sorbitol, dan manitol
(pengganti gula dalam dieetetik, permen, dan permen karet) dapat menyebabkan
diare osmotiK.
Laktase adalah enzim yang secara alami ditemukan dalam usus halus, yang
akan mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, agar dapat diserap dan
masuk ke dalam aliran darah. Apabila seseorang mengalami defisiensi laktase
kemudian meminum susu atau produk olahan susu maka laktosa akan menumpukdi usus sebab tidak dapat diubah menjadi glukosa dan galaktosa yang akan memicu
timbulnya diare osmotik.
Jika terdapat virus (melalui makanan atau minuman) akan mencapai sel epitel
usus halus dan menyebabkan infeksi pada villi usus halus. Sel epitel usus halus
yang rusak akan diganti oleh eritrosit yang baru berbentuk kuboid yang belum
matang sehingga fungsinya belum baik. Villi-villi yang mengalami atrofi tidak
akan mampu mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik sehingga terjadi
peningkatan tekanan koloid osmotik usus yang mengakibatkan diare.
c. Diare eksudatif
Diare eksudatif dapat terjadi ketika ada gangguan integritas lapisn mukosa
akibat infeksi dan peradangan atau luka pada saluran pencernaan yang dapat
mengakibatkan gangguan absorpsi cairan dan keluarnya serum, protein, lender, dan
darah ke saluran pencernaan. Diare eksudatif dapat disebabkan oleh infeksi,
penyakit crohn, kanker, dan vaskulitis. Diare eksudatif dapat diterapi dengan obat
anti inflamasi seperti golongan kortikosteroid.
d. Gangguan motilitas usus
Gangguan motilitas dapat menimbulkan diare dengan tiga mekanisme, yaitu
pengurangan waktu kontak antara makanan dan dinding usus dalam duodenum,
pengosongan koloni peristaltik kolon yang terlalu cepat (hiperperistaltik), dan
pertumbuhan bakteri menyebabkan konsistensi feses menjadi cair. Gangguan
motilitas dapat disebabkan oleh rangsangan kuman, toksin, zat kimia, psikologis,
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
15/27
15
diabetes neuropati, dan irritable bowel syndrome. Diare yang disebabkan oleh
gangguan motilitas dapat diterapi menggunakan obat anti motilitas.
B. Bismuth Subsalisilat
1. Farmasi – Farmakologi
a. Sifat Fisikokimia dan Rumus Kimia Obat
1) Rumus molekuler : C7H5BiO4
2) Berat molekul : 362.093 g/mol
3) Deskripsi : bubuk berwarna putih, tidak berasa, dan tidak berbau, yang
mengandung sekitar 58% bismuth.4) Kelarutan : tidak larut dalam air, alkohol, dan gliserin.
5) Penyimpanan : harus disimpan terlindung dari cahaya.
6) Stabilitas : tidak stabil terhadap asam mineral dan garam besi, bila
terkena alkali bicarbonate maka akan rusak dan berbuih.
7) Struktur molekuler
Gambar 1. Struktur molekuler bismuth subsalicylate
b. Farmasi Umum
1) Dosis
a) Dewasa
1.
Diare akut, Dyspepsia, dan Traveler’s diarrhea
a. 524 mg setiap 30 sampai dengan 60 menit bila perlu (tidak melebihi 8 dosis
dalam 24 jam).
b. 1048 mg – 1050 mg setiap jam bila perlu (tidak melebihi 4 dosis dalam 24
jam).
c. Obat digunakan sampai diare berhenti pada diare akut dan dyspepsia, tetapi
tidak lebih dari 2 hari.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
16/27
16
d. Penggunaan sebagai profilaksis traveler’s diarrhea tidak lebih dari 3
minggu.
2.
Infeksi Helicobacter pylori
a. 524 mg, diminum 4 kali sehari.
b) Anak
1. Diare akut
a. Usia 3 – 6 tahun : 87 mg setiap 30 menit sampai dengan 1 jam, bila perlu.
b. Usia 6 – 9 tahun : 175 mg setiap 30 menit sampai dengan 1 jam, bila perlu.
c. Usia 9 – 12 tahun : 262 mg setiap 30 menit sampai dengan 1 jam, bila perlu.
2.
Diare Kronika. Usia 2 – 24 bulan : 44 mg setiap 4 jam.
b. Usia 24 – 48 bulan : 87 mg setiap 4 jam.
c. Usia 48 – 70 bulan : 175 mg setiap 4 jam.
3. Infeksi Helicobacter pylori
a. Usia ≤ 10 tahun : 262mg, diminum 4 kali sehari, selama 6 minggu.
b. Usia > 10 tahun : 524 mg, diminum 4 kali sehari, selama 6 minggu.
2) Preparat (sediaan) : tablet 262 mg.
3) Cara penggunaan : per oral.
c. Farmakologi Umum
1) Umum
Bismuth subsalicylate mengandung dua bahan yang berpotensi aktif, yaitu
bismuth dan salicylate (aspirin). Terbukti efektif pada traveler’s diarrhea dan
infeksi H. pylori pada lambung.
2) Indikasi
a) Dewasa
1. Diare akut non spesifik.
2. Dyspepsia.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
17/27
17
3. Profilaksis traveler’s diarrhea.
4. Infeksi Helicobacter pylori.
b)
Anak
1. Diare akut non spesifik.
2. Diare kronik.
3. Infeksi Helicobacter pylori.
3) Kontraindikasi
a) Hipersensitivitas terhadap bismuth, aspirin, dan salisilat lainnya.
b)
Hipertermia.c) Penyakit Von Willebrand.
d) Ulkus atau perdarahan traktus gastrointestinal dengan tinja hitam atau berdarah.
e) Hemophilia.
f) Pada pasien anak :
- cacar air (chicken pox)
- influenza
- usia < 2 tahun
4) Interaksi Obat
a) Bismuth subsalicylate dapat menurunkan kadar obat, dengan menginhibisi
absorpsi di gastrointestinal, sebaiknya hindari kombinasi dengan obat-obat
dibawah ini :
1. Demeclocycline
2. Doxycycline
3.
Lymecycline
4. Minocycline
5. Oxytetracycline
6. Tetracycline
b) Farmakodinamik bismuth subsalicylate sinergis dengan obat-obat dibawah ini.
Namun, dapat memblok sintesis prostaglandin dari renal, sehingga terjadi
Resiko Reye’s Syndrome
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
18/27
18
hipertensi. Maka dari itu, penggunaan harus dengan pemantauan dan dalam
keadaan khusus. Obat-obat yang sinergis tersebut, misalnya :
1.
Acebutolol
2. Atenolol
3. Betaxolol
4. Bisoprolol
5. Carvedilol
6. Celiprolol
7. Esmolol
8.
Labetalol9. Metoprolol
10. Nadolol
11. Nebivolol
12. Penbutolol
13. Pindolol
14. Propranolol
15. Sotalol
16. Timolol
c) Pemakaian yang bersamaan atau berurutan dapat meningkatkan nefrotoksisitas
atau ototoksisitas, sehingga menyebabkan interaksi yang berbahaya, misalnya
interaksi bismuth subsalicylate dengan tobramycin inhaled.
d) Bismuth subsalicylate dapat meningkatkan efek obat dengan farmakodinamik
yang sinergis. Interaksi obat tidak signifikan atau kecil, namun penggunaan
harus dengan pemantauan untuk meminimalisir keadaan toksisitas yang dapat
terjadi karena interaksi obat. Obat-obat yang dimaksud :
1. Aspirin
2. Aspirin rectal
3. Aspirin/Citric acid/Sodium bicarbonate
e) Obat-obat ini dapat meningkatkan kadar bismuth subsalicylate dengan
meningkatkan absorpsi di gastrointestinal, yaitu :
1. Esomeprazole
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
19/27
19
2. Omeprazole
5) Penggunaan Pada Keadaan Khusus
a)
Ibu hamil
Berdasarkan efek teratogenik, bismuth subsalicylate berada pada kategori C
dan D pada trimester 3.
b) Ibu menyusui
Bahan salicylate terdapat dalam ASI. Maka dari itu, penggunaannya harus
hati-hati.
2. FarmakodinamikPenelitian hingga saat ini menyatakan bahwa Bismuth Subsalisilat masih
memiliki mekanisme kerja yang belum jelas. Diperkirakan ia mempunyai beberapa sifat-
sifat seperti antibiotik yang mempengaruhi bakteri-bakteri yang menyebabkan diare.
Salicylate adalah anti peradangan dan dapat mengurangi sekresi air dengan mengurangi
peradangan. Bismuth juga mungkin secara langsung mengurangi sekresi air oleh usus.
Senyawa Bismuth subsalisilat bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus,
melapisi dan melindungi ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme
kerjanya termasuk penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi mukosa, dan
meningkatkan sintesis prostaglandin. Obat ini juga mempunyai beberapa aktivitas
antimikroba terhadap H.pylori. Bila dikombinasi dengan antibiotik seperti metronidazol
dan tetrasiklin, kecepatan penyembuhan mencapai 98%. Garam Bismuth Subsalisilat
tidak menghambat ataupun menetralisasi asam.
3. Farmakokinetik
a.
Absorbsi
Bismuth tidak diserap. Lebih dari 90% salicylate dari penguraian senyawa
bismuth subsalicylate akan diserap di usus halus.
b. Distribusi
Salisilat dapat melintasi palsenta dan memasuki ASI.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
20/27
20
c. Metabolisme
Salicylate dimetabolisme secara ekstensif di dalam hepar. Di dalam lambung,
bismuth subsalicylate akan dihidrolisis menjadi bismuth oxychlorid dan asam salisil
yang terlarut. Di dalam usus halus, uraian dari bismuth subsalicylate masuk ke dalam
duodenum dan bereaksi dengan bahan anion yang lain (misal; fosfat dan bikarbonas)
untuk membentuk bismuth subkarbonas dan bismuth garam fosfat. Di dalam kolon,
bismuth subkarbonas, bismuth fosfat, dan subsalicylate terdisosiasi bereaksi dengan
hydrogen sulfide (dihasilkan oleh kolon) untuk membentuk bismuth sulfide hitam
yang bertanggungjawab atas bahaya terjadinya feses hitam (melena) atau lidah
hitam.d. Eliminasi
Bismuth dalam kondisi yang tidak diubah, akan diekskresikan melalui feses
(99%) dan urin (0,003%), sedangkan untuk salicylate, akan di eliminasi melalui urin
(95%).
e. Waktu paruh
Bismuth 21-72 hari, sedangkan untuk waktu paruh dari salicylate adalah 2–3
jam untuk dosis rendah dan 15-30 jam untuk dosis sedang sampai tinggi.
f. Ikatan protein
Bismuth 90%, salicylate >90%.
g. Bioavaibilitas
Bismuth < 1%, salicylate >80%. Adapun waktu puncak pada plasma untuk
bismuth adalah 1,8-5 jam. Untuk mula kerja atau onset dari bismuth salicylate adalah
4 jam.
4. Toksisitas
a. Efek samping dan toksisitas
1) Efek samping
Bismuth subsalisilat memiliki efek samping sebagai berikut:
a) sulit buang air besar
b) telinga berdengung
c) kotoran (feces) dan lidah menjadi kehitaman.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
21/27
21
2) Toksisitas
Absorpsi salisilat dari penggunaaan bismuth subsalicylate dapat
menyebabkan toksisitas pada pasien yang mengkonsumsi aspirin dan dapat pula
menyebabkan perubahan kontrol antikoagulan pada pasien yang mengkonsumsi
coumarin. Bismuth subsalicylate dapat menyebabkan sensitivitas salisilat atau
gangguan perdarahan, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang
menerima salisilat bersamaan.
b. Gejala toksisitas dan penanggulangannya
1)
Gejala toksisitasToksisitas yang timbul dari obat bismuth subsalicylat adalah gangguan
perdarahan apabila pasien yang mengkonsumsi salisilat bersamaan. Adapun
gejala gangguan perdarahan sebagai berikut:
a) Periode berat nagi wanita (pembalut atau tampon basah setiap jam selama 2
sampai 3 jam berturut-turut atau pembekuan darah lebih dari 1 inci diameter)
b) Perdarahan berat karena gangguan reproduksi yang menyebabkan
perdarahan, seperti endometriosis (EN-doh-MEE-pohon-OH-suhss)
c) Memar dari benjolan kecil atau cedera
d) Pendarahan terlalu banyak atau untuk waktu yang lama
e) Mimisan yang sulit untuk berhenti
f) Anemia
2) Penanggulangannya
Penanggulan dari toksisitas tersebut adalah jangan mengkonsumsi bsimuth
subsalisilat bersama salisilat lainnya agar tidak menimbulkan gangguan
perdarahan.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
22/27
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyelidikan/Penelitian yang Telah/Pernah Dilakukan Orang Lain
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan mengenai Bismuth Subsalisilat
adalah penelitian oleh Robert Steffen dkk, yang bertujuan untuk mengetahui fungsi
penggunaan tablet Bismuth Subsalisilat sebagai pencegah Traveler’s diare. Dalam
penelitian ini, sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu, 112 orang dengan
pemberian bismuth salisilat dosis tinggi, 98 orang dengan pemberian bismuth salisilat
dosis rendah, dan 100 orang dengan pemberian plasebo. Orang-orang tersebutmengkonsumsi plasebo selama 15 hari dan selama 16 hari untuk dosis rendah atau
dosis tinggi. Kejadian diare dengan kelompok konsumsi obat dosis tinggi dan dosis
rendah secara signifikan berkurang dibandingkan dengan kelompok plasebo. Pada 3
kelompok perlakuan tidak ada perbedaan secara signifikan dalam hal gejala penyerta
(demam, kram perut, feses yang bercampur darah atau lendir), kecuali gejala muntah
yang tertinggi terjadi pada kelompok dosis rendah (P = 0,03). Dalam 58 sampel
dengan perlakuan yang sama, dapat dilihat perbandingan terjadinya diare adalah 57%
pada kelompok dosis tinggi, 47% pada kelompok dosis rendah, dan 60% pada
kelompok plasebo. Efek samping secara keseluruhan dilaporkan lebih sering pada
kelompok dosis tinggi (n = 34, 30%) dan kelompok dosis rendah (n = 28, 28%)
dibandingkan kelompok plasebo (n = 13, 13%; P = 0,04). Rasa tidak nyaman,
konstipasi, dan mual lebih sering terdapat pada kedua kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Dengan demikian peneliti menyimpulkan
bahwa Bismuth subsalisilat dapat digunakan sebagai terapi preventif (profilaksis)
untuk traveller’s diarrhea, tetapi dengan dosis dan lama konsumsi yang sudah
ditentukan.
Sedangkan, penelitian oleh Philip C. Johnson, dkk yang membandingkan
Loperamide hydrochloride dengan Bismuth subsalisilat sebagai terapi traveller’s
diarrhea akut non disentri, didapatkan subjek dengan terapi loperamide mengeluarkan
tinja lebih sedikit dibandingkan subjek dengan terapi bismuth subsalisilat, hal ini
dilihat dari 4 jam pertama terapi, 4 sampai 24 jam berikutnya, dan 24 sampai 48 jam
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
23/27
23
setelah terapi dimulai. Di antara subjek dengan penyakit akibat enterotoksigenik
Escherichia coli, Shigella sp, patogen lainnya, dan agen yang tidak diketahui, tinja
lebih sedikit dihasilkan oleh subjek dengan terapi loperamide daripada subjek dengan
terapi bismuth subsalisilat untuk seluruh periode waktu selama penelitian. Tidak ada
perpanjangan penyakit yang signifikan terlihat pada subjek dengan shigellosis yang
diterapi dengan loperamide. Terdapat efek samping konstipasi pada 8 orang dari
kelompok yang diterapi dengan loperamide dan 1 orang dari kelompok yang diterapi
bismuth subsalisilat, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan efek
samping yang dialami oleh kedua kelompok perlakuan. Jadi, loperamide merupakan
alternatif yang lebih aman dan efektif dibandingkan bismuth subsalisilat sebagai terapitraveler’s diarrhea akut non disentri.
Penelitian lainnya mengenai bismuth subsalisilat dilakukan oleh Ran D.
Goldman. Penelitian tersebut bertujuan mengevaluasi penggunaan Bismuth subsalisilat
pada anak. Dengan hasil uji acak plasebo pada pemeriksaan 1, dengan memeriksa 275
anak laki-laki Peru (usia rata-rata 13,5 bulan) yang diberi Bismuth subsalisilat (100
atau 150 mg/kgBB/hari selama 5 hari) bersama dengan pemberian Zinc sebagai
terapi rehidrasi oral. Durasi penyakit diare secara signifikan lebih pendek antara orang-
orang yang menerima Bismuth subsalisilat dibandingkan dengan mereka yang
menerima plasebo terkontrol. Pemeriksaan 2, pada 123 anak di Chili dengan usia 4-28
bulan yang memiliki penyakit diare akut yang cukup parah dan memerlukan rawat
inap. Anak-anak tersebut diberikan Bismuth subsalisilat dengan 3 dosis 20
mg/kgBB/hari yang diberikan 5 kali sehari selama 5 hari sebagai terapi tambahan dari
terapi rehidrasi oral. Peneliti juga melaporkan pengurangan durasi rawat inap pada
anak-anak yang diberi Bismuth subsalisilat (total menginap 6,9 hari) dibandingkan
dengan pasien yang menerima plasebo (8,5 hari). Peneliti juga menemukan penurunan
yang cukup besar pada frekuensi feses serta peningkatan konsistensi feses,
peningkatan kesejahteraan klinis, dan pemendekkan durasi penyakit. Pemeriksaan 3,
studi acak terkontrol dari Bangladesh menilai 4 anak usia 36 bulan dengan diare akut.
Cairan Bismuth subsalisilat dengan 5 dosis 100mg/kgBB/hari selama 5 hari
memberikan durasi yang lebih ringan dan lebih pendek dibandingkan dengan mereka
yang mendapatkan plasebo, walaupun perbedaan ini tidak signifikan.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
24/27
24
Dalam semua studi, 3-5 dosis Bismuth subsalisilat itu juga ditoleransi tidak ada efek
samping yang dilaporkan, dan ketika kadar serum salisilat dan bismuth diukur, tidak
ada bukti toksisitas yang ditemukan untuk setiap dosis yang diberikan.
Dante Figueroa-Quantanilla, dkk, menunjukkan efektivitas Bismuth subsalisilat
sebagai terapi tambahan untuk rehidrasi oral dan pemberian makanan dini pada anak-
anak dengan diare akut dalam penelitiannya. Kedua pasien yang diberi dosis rendah
bismuth dan dosis tinggi menunjukkan efektifitas signifikan secara statistik dalam
penurunan durasi diare dan rawat inap, total tinja dan frekuensi diare,serta asupan
rehidrasi oral. Dalam penelitian ini, terdapat penurunan yang sebanding antara volume
total tinja, total masa tinja, dan durasi diare yang diamati dalam kelompok-kelompokyang diberikan Bismuth subsalisilat. Selain itu, kelompok bismuth lebih cepat
menurunkan daripada kelompok plasebo. Pengurangan asupan solusi rehidrasi oral dan
masa rawat inap pada pasien yang diberi Bismuth subsalisilat berkaitan dengan
pengurangan dalam pengeluaran tinja dan durasi diare. Dari penelitian ini didapatkan
hasil bahwa Bismuth subsalisilat merupakan obat efektif untuk diare. Peneliti
menunjukkan bahwa penggunaan Bismuth subsalisilat lebih efektif daripada plasebo
namun perbedaan dosis Bismuth subsalisilat tidak menunjukkan efektifitas yang
bermakna. Dalam penelitian mendapatkan hasil bahwa diare berhenti dalam 120 jam
pada 74% dari kelompok plasebo, 89% dari kelompok 100 mg dan 88% dari kelompok
150 mg. Terdapat penurunan durasi diare pada hari ketiga setelah pemberian Bismuth
subsalisilat sehingga durasi rawat inap berkurang secara signifikan pada kedua
kelompok tersebut dan total feses berkurang sekitar 30%. Asupan total rehidrasi oral
secara signifikan berkurang 25% pada kedua kelompok Bismuth subsalisilat.
Sebuah studi kasus dikemukakan oleh Steven J. Sainsbury mengenai keracunan
fatal salisilat. Pada Studi kasus ini menjelaskan mengenai keracunan salisilat yang
menyebabkan kematian akibat penyalahgunaan Pepto-Bismol yang aktif dan bahan
beracun Subsalisilat. Dilaporkan bahwa seorang wanita (82 tahun) mengalami
kesadaran yang berubah. Pada 24 jam sebelumnya, ditemukan gejala bicara cadel, lesu,
asupan oral menurun dan melaporkan bahwa selama beberapa hari ia mengeluh adanya
nyeri perut kronis. Dikarenakan ia telah mengonsumsi tablet Pepto-Bismol harian,
sejumlah 66 tablet dalam 24 jam sebelumnya. Tidak ada riwayat mual atau muntah.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
25/27
25
Kotoran berair dan hitam selama beberapa hari. Tekanan darah 118/70 mmHg denyut
nadi dari 70 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, dan suhu 37°C (98,6°F). Kulitnya
hangat dan kering, membran mukosa kering, dan turgor menurun. Pada pemeriksaan
rektal, ditemukan tinja berwarna coklat gelap. Pada pemeriksaan neurologis, wanita
tersebut bingung dalam segala bidang dan lesu. Sebuah gastroskopi mengungkapkan
adanya radang usus ringan tapi tidak ada perdarahan fokal. Wanita tersebut meninggal
karena edema paru.
B. Diskusi/Pembahasan
Bismuth subsalisilat adalah salah satu antidiare yang bersifat sebagaiantisekretori. Hal ini didukung oleh penelitian dari Dante Figueroa-Quantanilla, dkk
yang dalam penelitiannya menunjukkan efektifitas penggunaan Bismuth subsalisilat
yang signifikan secara statistik dalam penurunan durasi diare, total tinja, dan frekuensi
diare. Hasil serupa juga dikemukakan oleh Ran D. Goldman, mengenai penggunaan
Bismuth subsalisilat yang efektif untuk diare dan memperpendek masa penyakit.
Selain itu, Bismuth subsalisilat juga bisa digunakan sebagai profilaksis
Traveller’s Diarrhea, hal ini dibuktikan oleh Robert Steffen dkk, dalam penelitiannya.
Dinyatakan bahwa pemberian tablet Bismuth subsalisilat dosis tinggi maupun rendah
dapat mengurangi atau memperpendek lama diare, namun tidak menghilangkan gejala
penyerta (demam, kram perut, atau feses yang bercampur darah atau lendir).
Maka, dari ketiga hasil penelitian yang telah dikemukakan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian Bismuth subsalisilat merupakan salah satu terapi yang
sesuai untuk diare. Rasa tidak nyaman, konstipasi, dan mual merupakan efek samping
yang dapat ditimbulkannya. Pernyataan ini sesuai dengan sebuah studi kasus yang
diungkap oleh Steven J. Sainsbury mengenai keracunan Bismuth subsalisilat hingga
menyebabkan kematian.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
26/27
26
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data-data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Bismuth subsalisilat efektif digunakan sebagai terapi diare akut non spesifik pada
anak.
2. Bismuth subsalisilat efektif digunakan sebagai profilaksis traveller’s diarhhea.
B. Ringkasan
Bismuth Subsalisilat merupakan salah satu obat golongan antisekretorik.
Berupa bubuk berwarna putih, tidak berasa, dan tidak berbau, tidak larut dalam air,
alkohol, dan gliserin. Diberikan pada penderita diare bila terjadi stimulasi bahan yang
dapat meningkatkan sekresi atau menurunkan absorbsi sejumlah besar air dan
elektrolit.
Bismuth subsalisilat mengandung dua bahan yang berpotensi aktif, yaitu
bismuth dan salicylate (aspirin). Terbukti efektif pada traveler’s diarrhea dan infeksi
H. pylori pada lambung. Diperkirakan bismuth subsalicylate mempunyai beberapa
sifat, seperti antibiotik yang mempengaruhi bakteri-bakteri yang menyebabkan diare.
Salah satu efek salisilate adalah anti inflamasi, sehingga dapat mengurangi sekresi air
dengan mengurangi inflamasi yang terjadi. Bismuth juga dapat secara langsung
mengurangi sekresi air oleh usus.
Salisilat dimetabolisme secara ekstensif di dalam hepar. Di dalam lambung,
Bismuth Subsalisilat akan dihidrolisis menjadi Bismuth Oxychlorid dan asam salisil
yang terlarut. Di dalam usus halus, uraian dari Bismuth Subsalisilat masuk ke dalam
duodenum dan bereaksi dengan bahan anion yang lain (misal; fosfat dan bikarbonas)
untuk membentuk bismuth subkarbonas dan bismuth garam fosfat. Di dalam kolon,
bismuth subkarbonas, bismuth fosfat, dan subsalicylate terdisosiasi bereaksi dengan
hydrogen sulfide (dihasilkan oleh kolon) untuk membentuk bismuth sulfide hitam
yang bertanggungjawab atas bahaya terjadinya feses hitam (melena) atau lidah hitam.
-
8/19/2019 Referat Obat Anti Diare
27/27
27
C. Summary or Conclusion (In English)
Bismuth Subsalicylate is one of the anti-secretoric drug. It has a white powder,
tasteless, and odorless, insoluble in water, alcohol and glycerine. It was given on
diarrhea’s case when there was stimulation of materials that increase secretion or
decrease absorption of large amounts of water and electrolytes.
Bismuth Subsalicylate contain two ingredients that are potentially active, i.e.,
bismuth and salicylate (aspirin). It’s proven effective on a traveler's diarrhea and the
infection of h. pylori in the stomach. Bismuth subsalicylate is estimated to have some
properties, such as antibiotic that affects bacteria-bacteria that cause diarrhea. One of
the salisilate effects are anti-inflammatory, reducing the secretion of water by reducingthe inflammation that occurs. Bismuth can also directly reduce water secretion by the
intestine.
Salicylate metabolized extensively in hepar. In the stomach, Bismuth
Subsalicylate be hydrolyzed into salisil acid Oxychlorid and Bismuth were dissolved.
In the intestine, descriptions of Bismuth Subsalisilat enter into duodenal and react with
other anions (e.g.; phosphate and bikarbonas) to form the bismuth phosphate salts and
bismuth subkarbonas. In the colon, subkarbonas bismuth, bismuth subsalicylate, and
dissociated phosphate reacts with hydrogen sulfide (generated by a colon) to form
bismuth sulfide is black which is responsible for the danger of the occurrence of a
black stool (melena) or a black tongue.