referat leptin

23
Referat Manajemen Leptin Untuk Penanganan Obesitas Pembimbing: dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG Disusun Oleh: Firdha Amalia, S. Ked (1102009115)

Upload: ratna-dila

Post on 19-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

ReferatManajemen Leptin Untuk Penanganan Obesitas

Pembimbing: dr. Hushat Pritalianto, Sp.OGDisusun Oleh:

Firdha Amalia, S. Ked (1102009115)KEPANITERAAN ILMU OBSTETRI GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIMARET 2015DAFTAR ISI

Kata Pengantar .i

Daftar isi ii

BAB 1 Pendahuluan .................1

BAB 2 Hubungan antara leptin dan obesitas 5

I.Obesitas ..5

II. Leptin ..8

BAB 3

Kesimpulan 15

Daftar Pustaka 16

BAB I

PENDAHULUANObesitas adalah suatu akumulasi lemak dalam jaringan adipose yang abnormal atau berlebihan, sehingga mencapai suatu taraf yang menimbulkan gangguan kesehatan. Meningkatnya jumlah individu dengan obesitas pada dekade terakhir telah menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Di Amerika Serikat lebih kurang 300.000 orang meninggal setiap tahunnya terkait dengan peningkatan berat badan dan obesitas.1 Prevalensi obesitas pada populasi orang dewasa Amerika Serikat telah meningkat tajam dalam tiga dekade terakhir, berkontribusi terhadap peningkatan kejadian diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa 65-75% dari risiko hipertensi adalah disebabkan kelebihan berat badan.2 Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30 kg/m2 melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7% dari polulasi orang dewasa di dunia. Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapat makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di Indonesia.3Obesitas merupakan penyakit kronik yang bersifat monogenik dan poligenik, dan dapat menyebabkan beberapa keadaan disfungsi serta gangguan patologis. Obesitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu asupan makanan, mekanisme neuroendokrin, genetik, faktor sosial dan gaya hidup. Studi studi epidemiologis memperlihatkan korelasi bermakna antara Body Mass Index (BMI) dengan kejadian kardiovaskular.1 BMI merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa.3Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, faktor ekonomi, dan genetik. Biasanya obesitas pada perempuan berhubungan dengan obesitas pada masa kecil, sedangkan obesitas pada laki-laki terjadi setelah umur 30 tahun.3 Pada beberapa penelitian dikatakan bahwa leptin mempunyai peran terhadap obesitas. Pada beberapa orang yang obesitas akan didapatkan kadar leptin yang meningkat. Hal ini disebabkan karena pada obesitas terjadi resistensi terhadap leptin, sehingga kadar leptin dalam darah akan meningkat.4 Leptin adalah suatu protein yang berasal dari 167 asam amino, merupakan hormon yang di produksi oleh jaringan adiposa putih dan coklat. Leptin bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) untuk menurunkan berat badan, dengan cara menurunkan asupan makanan dan meningkatkan metabolisme dengan meningkatkan thermogenesis dan peningkatan pemakaian energy expenditure.2 Leptin menyebabkan peningkatan signifikan aktivitas saraf simpatis. Observasi observasi terkini menunjukan bahwa leptin mungkin dapat membantu menjelaskan hubungan antara massa lemak dengan penyakit penyakit kardiovaskular.1,5

Pada hewan coba baik secara in vitro maupun in vivo, menunjukkan bahwa leptin diangkut ke otak berikatan dengan reseptornya di hipotalamus yang kemudian menyebabkan terjadi penekanan dari peptida orexigenik (normalnya meningkatkan asupan makanan) dan peningkatan pada peptide anoreksigenik (menurunkan asupan makanan).4 Leptin terbukti meningkatkan lipolisis pada jaringan adiposa putih. Efek ini dapat terjadi baik sentral melalui aktivitas simpatik, maupun secara perifer pada jaringan adiposa dengan mengawali oksidasi asam lemak di dalam adiposit.1 Pada hewan coba yang obesitas, hiperleptinemia berhubungan dengan dua proses yang terjadi secara bersamaan, yaitu berkurangnya proses lipogenesis dan bertambahnya lipolisis. Hasil akhir kedua proses tersebut adalah peningkatan asam lemak bebas dan kemudian peningkatan konsentrasi trigliserida.1 Jika leptin diberikan kepada hewan coba ini, maka nafsu makannya menurun, metabolisme atau pembakaran meningkat dan mengalami penurunan berat badan yang bermakna. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah leptin akan memberikan efek yang sama pada manusia? 5Jika obesitas pada manusia berhubungan dengan kadar leptin maka secara teori obesitas dapat diobati dengan leptin. Nyatanya obesitas pada manusia melibatkan mekanisme yang sangat kompleks, dan bukan berhubungan dengan rendahnya kadar leptin saja. Penelitian terbaru memperlihatkan hasil yang memberikan harapan baru, yaitu dengan pemberian leptin dosis tinggi dapat menurunkan berat badan individu yang obesitas.5Pada pria dan wanita Asia India memiliki kadar Leptin yang lebih tinggi dan Adiponektin yang lebih rendah daripada pria dan wanita Kaukasian. Leptin dan adiponektin dipengaruhi oleh status lemak tubuh dan hubungannya dengan resiko CVD.5 Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa leptin melalui mekanisme baik langsung maupun tidak langsung memegang peranan penting dalam regulasi kardiovaskular dan ginjal. Epidemiologi menunjukkan bahwa 65-70% dari resiko hipertensi disebabkan oleh kelebihan berat badan. Leptin dianggap merupakan hormon yang penting dengan kerja pleiotropik significant pada berbagai system organ.Hormon leptin memiliki beberapa tindakan yang penting tidak hanya untuk metabolisme energi, tetapi juga dalam pengaturan kardiovaskuler dan fisiologi serta patofisiologi ginjal.

BAB II

HUBUNGAN ANTARA LEPTIN DAN OBESITASI. OBESITAS Obesitas merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara asupan makanan dan

Energy Expenditure. Keadaan ini memuncak akibat dari akumulasi lemak yang terlalu

banyak pada jaringan adiposa, hati, otot, pancreas dan organ lain yang berhubungan

dengan metabolisme. Obesitas menaikkan resiko diabetes, penyakit jantung koroner,

perlemakan hati, dan lain-lain.4 Obesitas merupakan salah satu penyebab

kematian di seluruh dunia. Obesitas pertama kali diketahui sebagai salah satu gangguan

medis oleh bangsa Yunani. Hippocrates menulis bahwa kegemukan bukan hanya

merupakan suatu penyakit tetapi merupakan petanda dari penyakit lain. Para ahli bedah

India (abad ke-6 SM) menyatakan bahwa obesitas berhubungan dengan penyakit

jantung dan diabetes. 10 Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Study Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004 mendapatkan angka prevalensi obesitas (IMT = 30 kg/m2) 9,16% pada pria dan 11,02% pada wanita. 11

Adapun beberapa penyabab dari obesitas antara lain :12 Yang paling sering disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan makanan dengan energy expenditure Tidak cukup tidur

Kelainan endokrin

Mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan (seperti obat antipsikotik)

Berkurangnya frekuensi merokok (karena merokok bisa menekan nafsu makan)

Kehamilan pada usia tua (bisa menyebabkan obesitas pada anak-anak)

Kelainan genetik

Gaya hidup

Klasifikasi Obesitas10

Klasifikasi obesitas dapat ditentukan dari BMI (Body Mass Index), yaitu suatu

pengukuran yang membandingkan berat badan dengan tinggi badan.

Rumus:

BMI = b/t2

Dimana b adalah berat badan dalam satuan kilogram dan t adalah tinggi badan dalam meter.

Angka yang biasanya digunakan untuk menentukan klasifikasi obesitas yaitu dari WHO

tahun 1997.BMIKlasifikasi

< 18,5Underweight

18,5-24,9Normal

25,0-29,9Overweight

30,0-34,9Obese I

35,0-39,9Obese II

40,0Obese III

Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik yang meliputi obesitas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserid dan homeostatus, disfungsi endotel dan hipertensi yang merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan atau stroke.3Manajemen Pengendalian Berat Badan pada Pasien Overweight dan Obesitas

Penurunan berat badan mempunyai efek yang menguntungkan terhadap komorbid obesitas, bahkan penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat awal dapat mengakibatkan perbaikan kesehatan secara signifikan. Terdapat bukti kuat bahwa penurunan berat badan pada individu obesitas dan overweight mengurangi factor risiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler. Bukti kuat lainnya juga menunjukan bahwa penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita overweight normotensi dan hipertensi, mengurangi serum trigliserida dan meningkatkan kolesterol-HDL, dan secara umum mengakibatkan beberapa pengurangan pada kolesterol serum total dan kolesterol-LDL. Penurunan berat badan juga dapat mengurangi konsentrasi glukosa darah pada individu overweight dan obesitas tanpa diabetes, dan juga mengurangi konsentrasi glukosa darah serta HbA1C pada beberapa pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2. Tidak ada terapi tunggal yang efektif untuk orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi 4 faktor, yaitu: diet rendah kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku dan obat-obatan atau bedah.3Penurunan berat badan harus SMART: Specific,Measurable, Achievable, Realistic, and Time Limited. Tujuan awal dari terapi penurunan berat badan adalah untuk mengurangi berat badan sebesar sekitar 10% dari berat badan awal. Batas waktu yangmasuk akal untuk penurunan berat badan sebesar 10% adalah 6 bulan setelah terapi. Untuk pasien overweight dengan rentang BMI sebesar 27-35 kg/m2 , penurunan kalori sebesar 300-500 kkal/hari akan menyebabkan penurunan berat badan sebesar -1 kg per minggu dan penurunan 10% dalam 6 bulan. Setelah 6 bulan kecepatan penurunan berat badan lazimnya akan melambat dan berat badan menetap karena seiring dengan berat badan yang berkurang terjadi penurunan energy expenditure. Oleh karena itu setelah terapi penurunan berat badan selama 6 bulan, program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik.3 II. LEPTIN

Pembatasan kalori merupakan strategi yang paling masuk akal untuk mengurangi berat badan, namun hal ini tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang dikarenakan peningkatan rasa lapar dan reduksi metabolisme, yang membuat energi disimpan dan terjadi peningkatan berat badan kembali. Peningkatan aktivitas di otak antara lain pada cerebral cortex, area limbik, dan hipothalamus terjadi pada orang yang sedang diet dengan menggunakan stimulus makanan secara visual. Untuk mengatur hypothalamic neuronal circuits, signal metabolisme seperti leptin akan meneruskan persepsi makanan melalui efek yang tidak dimengerti dalam proses visual dan informasi sensoris lainnya.

Courtesy: Regulation of Energy Intake, Robert V. Consdine

Leptin berasal dari bahasa Yunani yang berarti thin atau kurus. Leptin merupakan hormon dengan berat molekul 18 kDa, yang disekresi pada jaringan adipose. Leptin ini adalah peptida yang mengandung 146 asam amino yang diproduksi oleh gen LEP (yang banyak diproduksi oleh jaringan adipose, namun juga ditemukan dalam jaringan lain seperti jaringan otot dan plasenta). Leptin secara signifikan lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria dengan jumlah lemak yang sama. Hormon reproduksi tampaknya memberikan kontribusi yang kuat pada perbedaan kadar leptin antara wanita dan pria.Sekresi dari leptin ini dipengaruhi oleh beberapa macam, antara lain :

Increasing Decreasing

Positive energy balanceNegative energy balance

Plentiful food intakeStarvation / fasting

High fat or carbohydrate intakeCold environment

Insulin, Glucocorticoid

Puberty

Luteal phase of menstrual cycleFollicullar phase of menstrual cycle

Fertile WomenPost-menopausal women

PregnancyFalling to normal 24h post delivery

Foetus

Placenta

Bone formationReduced bone formation

Reseptor reseptor leptin terletak pada jaringan yang mempengaruhi nafsu makan (hipothalamus, pusat pengaturan keseimbangan energi), penyimpanan energi, metabolisme dan pencernaan. 6Leptin ini setelah dipelajari, bekerja dengan cara mengirimkan signal ke otak (hipothalamus) untuk menghambat asupan makanan dengan mengaktifasi enzym phosphatidylinositol-3-hydroxykinase dan menurunkan berat badan.4 Proses kerja Leptin dalam menghambat asupan makanan adalah sebagai berikut: 7Intake dari makanan akan memicu pelepasan Leptin dari jaringan adipose. 6 Lemak yang berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diabsorpsi oleh saluran pencernaan, sehingga kadar lemak dalam serum akan meningkat. Sehingga peningkatan dari kadar Leptin ini terjadi seiring dengan meningkatnya kadar lemak serum (karena makanan).6

Hipothalamus akan mengirim signal rasa kenyang

Nafsu makan orang akan turun karena merasa kenyang

Makanan yang dikonsumsi sedikit sehingga berat badan menurun4

Courtesy: Regulation of Energy Intake, Robert V. Consdine

Studi terakhir, Rosenbaurn et al. menemukan suatu konsep bahwa leptin merupakan critical sign untuk suatu perubahan metabolic yang diinduksi dengan pembatasan kalori pada manusia. Hipotesis terkini mengatakan bahwa penurunan kadar leptin pada masa pengurangan berat badan akan mengurangi energy expenditure dan merangsang kenaikan berat badan kembali.7

Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa leptin di transport ke dalam otak, berikatan dengan reseptornya di dalam hypothalamus, dan mengaktifkan JAK-STAT8, mengarah ke penekanan kadar orexigenic peptides (mis. Neuropeptide Y dan agouti-related protein, dimana pada keadaan normal meningkatkan asupan makanan), dan meningkatkan kadar anorexigenic peptides (mis. Proopiomelanocortin dan corticotrophin-releasing hormon, dimana pada keadaan normal mengurangi asupan makanan).4Pada percobaan tikus yang obesitas (ob gene), ketiadaan leptin pada tikus yang obesitas berhubungan dengan hiperfagia dan severe obesitas.8 Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan kadar leptin yang menurun berhubungan dengan peningkatan nafsu makan pada tikus. Namun, hasil penelitian ini menimbulkan suatu pertanyaan bagi leptin sebagai anti obesitas hormon, karena pada obesitas ditemukan kadar leptin yang tinggi. Ditambah lagi pada percobaan tikus dan manusia yang obesitas dengan diet tinggi lemak didapatkan tidak berespon pada leptin.4Kadar leptin yang terdapat pada kelompok yang diterapi dengan leptin menunjukkan hasil kenaikan kadar leptin yang tidak terlalu signifikan. Dengan pengecualian studi ini hanya dilakukan dalam waktu 12 minggu. Maka dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa dosis dari leptin yang dipakai tidak memberikan pengaruh yang besar dalam merangsang penurunan berat badan. Defisiensi Leptin dapat mengakibatkan penambahan berat badan kembali dengan menstimulasi nafsu makan dan mengurangi energy output. Kemampuan leptin untuk memutarbalikkan kerja dari otak menunjukkan bahwa leptin atau obat yang menstimulasi leptin dapat memfasilitasi pengurangan berat badan. Salah satu obat sebagai pengganti leptin yang berefek sebagai obat penurun berat badan, sibutramine, menurunkan asupan makanan dan menstimulasi oksidasi asam lemak.4

Hal lain yang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut adalah apakah orang yang obesitas dengan kadar leptin yang rendah mendapat keuntungan dari pemberian terapi leptin. Penelitian terhadap banyak orang menunjukkan sekitar 10% dari orang individu yang obesitas mempunyai kadar plasma leptin yang rendah. Menggambarkan keadaan dari struktur, reaksi kimia dan aktifitas listrik pada otak manusia dapat mengarahkan ke strategi terapeutik yang menitikberatkan pada pusat stimulus lapar / nafsu makan.4BAB III

KESIMPULANObesitas merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara asupan makanan dan

Energy Expenditure. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di Indonesia.3 Pada beberapa penelitian dikatakan bahwa leptin mempunyai peran terhadap obesitas. Pada beberapa orang yang obesitas akan didapatkan kadar leptin yang meningkat. Hal ini disebabkan karena pada obesitas terjadi resistensi terhadap leptin, sehingga kadar leptin dalam darah akan meningkat.4Leptin merupakan hormon dengan berat molekul 18 kDa, yang disekresi pada jaringan adipose. Leptin ini adalah peptida yang mengandung 146 asam amino yang diproduksi oleh gen LEP (yang banyak diproduksi oleh jaringan adipose, namun juga ditemukan dalam jaringan lain seperti jaringan otot dan plasenta). Leptin secara signifikan lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria dengan jumlah lemak yang sama. Hormon reproduksi tampaknya memberikan kontribusi yang kuat pada perbedaan kadar leptin antara wanita dan pria.6Defisiensi Leptin dapat mengakibatkan penambahan berat badan kembali dengan menstimulasi nafsu makan dan mengurangi energy output. Kemampuan leptin untuk memutarbalikkan kerja dari otak menunjukkan bahwa leptin atau obat yang menstimulasi leptin dapat memfasilitasi pengurangan berat badan. Salah satu obat sebagai pengganti leptin yang berefek sebagai obat penurun berat badan, sibutramine, menurunkan asupan makanan dan menstimulasi oksidasi asam lemak.4DAFTAR PUSTAKA

1. Librantoro, Anna UR, Hananto A. Korelasi Antara Kadar Leptin Dengan Endotelin-1 Pada Individu Hipertensi Dengan Obesitas. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2007; 28:246-255. Available at: http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/karidn/article/view/757. Accesed: November, 2011.2. Shilpa K, Kan L, Ali S, et. al. Obesity Hypertension: The Regulatory Role of Leptin. International Journal of Hypertension. 2011. Available at: http://www.hindawi.com/journals/ijht/2011/270624/. Accesed: November, 2011.3. Sugondo, Sidartawan. Obesitas. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Ed. V. Interna Publishing. Jakarta. 2006. Hal. 1973-83.

4. Ahima, Rexford S. Revisiting leptins role in obesity and weight loss. The Journal Clinical Investigation.2008;118(7):23802383. Available at: file:///F:/gizi%20refrat/JCI%20-%20Revisiting%20leptin%E2%80%99s%20role%20in%20obesity%20and%20weight%20loss.htm. Accesed: November, 2011.

5. Jessica S,Maha A,Allan S, Katherine C. Leptin and adiponectin in relation to body fat percentage, waist to hip ratio and the apoB/apoA1 ratio in Asian Indian and Caucasian men and women. Nutrition & Metabolism. 2006,3:18. Available at: http://www.nutritionandmetabolism.com/content/3/1/18. Accesed: November, 2011

6. Eastwood, Martin. Principles of Human Nutrition, 2nd ed. Blackwell Publishing. 2003

7. Ganong, William F. Ganongs Review of Medical Physiology. 22nd ed. McGraw Hill. 2005.8. Considine, Robert V. Regulation of Energy Intake. Chapter 3. In: Endotext.org. 2002. Available from: http://www.endotext.org/obesity/obesity3/obesityframe3.htm. Accesed: November, 2011.

9. Shils ME, Shike M, Ross AC, et. al. Modern Nutrition in Health and Disease, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2006.10. Anonim. Obesity. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Obesity. Accesed: November 2011

11. Merdikoputro, djoko. Mampu menurunkan 100 Kg. Available at: http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/27/ragam01.htm. Accesed: November 2011

12. Keith SW, Redden DT, Katzmarzy PT, et. al. Putative contributors to the secular increase in obesity: exploring the roads less traveled. International Journal of Obesity. 2006. Available at: http://www.nature.com/ijo/journal/v30/n11/full/0803326a.html. Accesed: November 2011

Kemudian Leptin ini juga akan menimbulkan dampak: Lemak serum akan tersimpan di jaringan adipose (lemak) sehingga triasilgliserol akan tersimpan di jaringan lemak. 6

Leptin akan mengirim signal ke otak (hipothalamus) tentang cadangan energi di jaringan adiposa yang meningkat. 8