referat kecil saraf kranial iii, iv, vi
DESCRIPTION
Saraf Kranial III, IV, VITRANSCRIPT
Referat kecil
NERVUS CRANIALIS III, IV dan VI
Oleh:Kahfi RakhmadianNIM. 0908113675
Pembimbing:dr. Yossi Maryanti, Sp.S, M.Biomed
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAFRUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU
2015
I. Pendahuluan
Nervus cranialis merupakan bagian susunan saraf pusat, berpangkal pada otak dan
batang otak, berfungsi dalam sistem sensoris, motorik, dan khusus. Fungsi khusus adalah
fungsi bersifat indera meliputi menghidu, melihat, mengecap, mendengar dan keseimbangan.1
Indera penglihatan merupakan jendela bagi dunia luar untuk memperoleh informasi
dunia luar yang akan diproses guna pertahanan diri, kegiatan sehari-hari dan meningkatkan
pengetahuan.2
Sepertiga otak manusia digunakan untuk proses penglihatan, yakni tajam penglihatan,
penglihatan warna, pergerakan bola mata dan memori visual.2 Pergerakan bola mata
dilakukan oleh otot-otot ekstra okular yang dipersarafi oleh Nn. III, IV dan VI.1
N. III bersama dengan N. IV dan N. VI merupakan saraf otak yang mengatur gerakan
bola mata. Ketiga saraf otak ini relatif panjang dari batang otak menuju orbita. Karena ketiga
nervus kranialis ini memiliki kesatuan fungsi dalam menginervasi otot-otot penggerak bola
mata sehingga pemeriksaannya dilakukan secara bersama-sama.1,2,3
Salah satu kelainan yang bisa timbul bila terjadi gangguan pada ketiga saraf ini atau
salah satunya adalah strabismus yaitu kondisi dimana kedua mata tampak tidak
searah atau memandang pada dua titik yang berbeda dan dapat disebabkan
oleh ketidakseimbangan tarikan otot yang mengendalikan pergerakan mata akibat gangguan
persarafan otot bola mata. Keadaan ini banyak dijumpai dalam masyarakat. 1,2,3
II. Anatomi
2. 1 Nervus Okulomotorius
Saraf okulomotorius merupakan berkas saraf somato motorik dan visero motorik.
Yang intinya terletak sebagian di depan substansia grisea peri akuaduktal ( nukkeus motorik)
dan sebagian lagi di dalam subtansia grisea (nukleus otonom). Nukleus motorik bertanggung
jawab untuk persarafan otot-otot ekstra okular. Nukleus otonom atau edinger westphal
bertanggug jawab untuk persarafan parasimpatis otot-otot intra okular yakni otot sphincter
pupil dan otot ciliaris.3
Gambar 2.1 Perjalanan N.occulomotorius4
N.occulomotorius kanan dan kiri berjalan di antara A.cerebri posterior dan
A.sereberalis superior. Pada perjalan ke orbita, keduanya berjalan dari sisterna basalis melalui
ruang subarachnoid ke ruang subdural. Masing-masing saraf menyebrangi Lig. Sfenopetrosal
menuju sinus cavernosus kemudian memasuki orbita melalui fisura orbitalis superior.
Saraf parasimpatik meninggalkan saraf membentuk ganglion ciliar. Setelah memasuki orbita,
kompnen motorik terbagi menjadi dua (2). Cabang atas mempersarafi M.levator palpebra
superior dan M. rectus superior sedangkan cabang bawah mempersarafi M.rektus medialis et
inferior dan M.oblikus inferior.3
2.2 Nervus Trochlearis
Nukleus N.trochlearis terletak setinggi coliculi inferior di depan substansia grisea peri
akuaduktal , dan segera berada di bawah nukleus N.occulomotorius. Saraf ini merupakan
satu-satunya Nn. Cranialis yang keluar dari dorsal batang otak. Saraf ini melewati fisura
pontosereberalis rostralis, kemudian berjalan di bawah tentorium ke sinus cavernosus
selanjutnya ke orbita.3
Gambar 2.2 Perjalanan N.trochlearis4
2.3 Nervus Abducens
Nukleus N.abducens terletak pada masing-masing pons bagian bawah dekat medula
oblongata, di bawah lantai ventrikel ke-IV. Serat radiks abducens berjalan melalui basis pons
di garis tengah dan muncul sebagai N.abducens pada sambungan pontomedular, tepat di atas
piramid.3
Gambar 2.3 Perjalanan N.abducens4
Kedua saraf melalui ruang subarachnoid pada masing-masing sisi A.basilaris, lalu
melalui ruang subdural di depan clivus dan menembus duramater. N.abducens bergabung
dengan dua saraf lainnya yang turut mengontrol otot ekstraokular dalam sinus cavernosus.3
Gambar 2.1 Saraf otot ekstraokular, tampak lateral3
III. Fisiologi
3.1 Pergerakan Bola Mata
Tabel 3.1 Saraf otot ekstraokular dan fungsinya3
Nervus Otot Fungsi
N.occulomotorius M.rectus superior
M.rectus medialis
M.rectus inferior
M.obliqus inferior
Gerakan bola mata ke atas
Abduksi
Gerakan mata ke bawah
Gerakan mata ke atas
N.trochlearis M. obliqus superior Gerakan mata ke bawah
N.abducens M.rectus lateralis Gerakan mata lateral
Keenam pasang otot ekstraokular bekerja sama sedemikian rupa sehingga gambar
benda yang dilihat jelas dan tunggal. Gerakan mata melirik ke kiri horizontal berarti
gabungan kerja M.rectus lateralis kiri dan M.rectus medialis kanan.3
3.2 Refleks Cahaya
Jika cahaya jatuh pada retina, maka terjadi perubahan diameter pupil. Refleks cahaya
pupil ini mempunyai pengaruh yang sama seperti pengatur diafragma otomatis kamera
fotografik. Arkus refleks tidak melibatkan korteks. Oleh karena itu, refleks pupil tidak
memasuki tingkat kesadaran.3
Serat aferen arkus refleks menyertai nervus optikus meninggalkan traktus dekat
korpus genikulatumlateral sebagai berkas medial yang berlanjut ke arah kolikulus superior
dan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi berhubungan dengan Nukleus
Edinger Westphal dari kedua sisi, menyebabkan refleks cahaya langsung.3
Serat eferen motorik berasal dari Nukleus Edinger Westphal dan menyertai
N.occulomotorius ke dalam orbita. Serat pre ganglion parasimpatik memasuki ganglion
ciliaris, kemudian memasuki mata dan mempersarafi otot sphincter pupil.3
IV. Gangguan Nn. III, IV dan VI
Kelainan pada pengaturan otot ekstra okular akan menghasilkan diplopia.3
4.1 Paralisis N. Occulomotorius
Kelumpuhan total N.occulomotorius akan memberikan gejala:3
- Ptosis, disebabkan paralisis M.levator palpebrae dan tidak ada perlawanan terhadap
kerja M.orbicularis occuli yang dipersarafi N.facialis
- Pupil melebar dan tidak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi karena terjadinya
kelumpuhan saraf parasimpatis
4.2. Paralisis N.trochlearis
Paralisis N.IV tersendiri jarang dijumpai.3 Penyebab paralisis yang paling sering ialah
trauma, dan dapat juga dijumpai diabetes melitus. Lokasi lesi dapat dijumpai di dalam orbita,
di puncak orbita atau dalam sinus cavernosus. Paralisis N.IV akan menyebabkan diplopia
dengan posisi mata agak terangkat dan kearah temporal. Bola mata yang terkena tidak dapat
digerakkan ke bawah sehingga penderita kesulitan naik turun tangga dan membaca buku.5
4.3 Paralisis N.abducens
N.VI yang mempersarafi M.rectus lateralis bila mengalami paralisis akan
menyebabkan diplopia dengan posisi bola mata melirik ke arah luar (temporolateral). Bila
penderita melihat lurus ke depan, posisi mata yang terkena akan sedikit adduksi karena kerja
M.rectus medialis belebihan.1,5
N.VI merupakan saraf otak terpanjang intra kranial sehingga rawan terhadap
gangguan misalnya fracture basis cranii, meningitis basalis, lesi di sinus cavernosus dan
tekanan tinggi intra kranial.5
Gambar 4.1 Parese saraf otot ekstraokular
V. Pemeriksaan Nn. III, IV dan VI
1. Ptosis
Pada keadaan normal, bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas
akan memoton giris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu
kelopak mata atas memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain atau bila penderita
mendongakkan kepala ke belakang-atas atau mengangkat alis secara kronis sebagai
kompensasi.6
Kelumpuhan N.III menyebabkan ptosis. Untuk menilai tenaga M. levator palpebrae
pasien disuruh memejamkan mata, pemeriksa menahan kelopak mata dan kemudian disuruh
membukanya.5
2. Pupil
a. Bentuk dan ukuran pupil5,6
Pada umumnya bentuk pupil bundar denga batas rata dan licin. Perhatikan besarnya
pupil kedua mata, apakah sama (isokor) atau berbeda (anisokor), mengecil (miosis) atau
melebar (midriasis). Otot untuk mengecilkan pupil disarafi oleh serabut parasimpatis (N.III)
sedangkan untuk melebarkan pupil oleh serabut simpatis (thoracolumbal).5,6
Pada trauma kapitis dapat dijumpai anisokoria. Gejala ini harus dianggap serius bila
refleks cahaya negatif. Hal ini merupakan tanda dini herniasi tentorium.3,5
b. Refleks pupil5,6
- Refleks pupil langsung
Pada waktu menyinari pupil salah satu sisi, batasi mata sebelahnya agar jangan
mendapat sinar juga. Penyinaran dilakukan dari samping dan dibatasi mata sebelahnya.
Normal akan terjadi miosis.
- Refleks pupil tidak langsung
Cara melakukan pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan pupil langsung tetapi
yang dinilai adalah pupil mata yang tidak disinari. Hal ini penting untuk menilai apakah
lesinya pada jaras aferen (N.II) atau eferen (N.III).
- Refleks pupil akomodasi dan konvergensi
Bila seseorang melihat benda di dekat mata, kedua M.rectus medialis akan
berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ke medial disebut konvergensi dan akan diikuti
miosis karena kontraksi otot ciliaris. Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan lesi di batang
otak bagian atas.
3. Gerakan bola mata
Penderita disuruh melihat ke depan kemudian dilihat posisi pupil kedua mata. Jika ada
lesi N.III, maka posisi mata kan divergen sedangkan lesi N.IV akan menyebabkan mata pada
posisi konvergen. Penderita diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa ke arah nasal,
temporal, atas dan bawah sekaligus ditanyakan apakah ada diplopia dan dinilai adanya
nistagmus.5,6
Diplopia dijumpai pada pada kelumpuhan otot ekstraokular. Kerusakan N.VI saja
tidak dapat menilai lokasi lesi karena perjalannanya sangat panjang. Di batang otak, letak
nukleus Nn.cranilais berdekatan sehingga jarang dijumpai kerusakan tersendiri.3,5
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Saraf otak dan patologinya. Dalam Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008. hal 114-49
2. Misbach J. Neuro-opthamologi pemeriksaan klinis dan interpretasi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1999. hal 1-40
3. Baehr M, Frotscher M. Duus’ topical diagnosis in neurology anatomy·physiology·signs· symptoms 4th. New York: Thieme. 2005. p 137-60
4. Monkhouse S. Cranial nerves functional anatomy. Cambridge: Cambridge University Press. 2006. P 121-7
5. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006. hal 34-51.
6. Juwono T. Pemeriksaan klinik neurologik dalam praktek. Jakarta: EGC. 1996. hal 20-9