referat dr kartini mola.docx
DESCRIPTION
REFERAT dr kartini molaTRANSCRIPT
REFERAT
STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
“MOLA HIDATIDOSA”
DI SUSUN OLEH:
VIDIA AMRINA RASYADA
2011730167
KEPANITERAAN UMUM RUMAH SAKIT ISLAM PONDOK KOPI
SMF ILMU OBSTERTRI-GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
BAB IPENDAHULUAN
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
I. DefinisiMola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa. Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur.1
II. Epidemiologi / InsidensiFrekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.1
III. EtiologiPenyebab mola hidatidosa belum diketahui. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan mola
hidatidosa, antara lain : 2
1. Faktor Ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan
2. Keadaan sosioekonomi yang rendah
3. Paritas tingg
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Berbagai teori telah diajukan, misalnya teori infeksi, defisiensi zat makanan, terutama
protein tinggi. Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori dari Acosta Sison, yaitu
defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada wanita dari golongan sosio ekonomi rendah. Akhir-akhir ini dianggap bahwa
kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel telur dimana intinya telah hilang atau
tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma yang mengandung 23x (haploid) kromosom, kemudian
membelah menjadi 46xx, sehingga mola hidatidosa bersifat homozigot, wanita dan
androgenesis. Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga terjadi 46xx atau
46xy.3
Telah diketahui bahwa penyakit ini banyak ditemukan pada golongan sosio ekonomi
rendah, umur di bawah 20 tahun dan di atas 34 tahun, dan dengan paritas tinggi. insiden
penyakit ini dapat diturunkan dengan suatu upaya preventif berupa pencegahan kehamilan di
bawah 20 tahun dan di atas 34 tahun dengan jumlah anak tidak lebih dari tiga3,4,5
Juga disebutkan defisiensi lemak hewani dan karotene, kebiasaan merokok, pemakaian pil
kontrasepsi kombinasi merupakan faktor resiko. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi oral dan faktor
makanan dianggap sebagai faktor resiko walaupun masih belum jelas hubungannya.4
IV. Klasifikasi
V. Patofisiologi
VI. Gambaran Klinik
VII. Diagnosis
VIII. Penatalaksanaan
IX. Komplikasi
X. PrognosisDinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan
terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup
tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya
disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis.
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan
lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa berkembang menjadi
tumor trofoblastik gestasional.
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana akan
masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan dan
komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada
2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan
yang cepat menyebar dan membesar.
DAFTAR PUSTAKA1. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2014. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta
2. Rustam Muchtar. Penyakit Trofoblas : Sinopsis Obstetri. Edisi 2, Jilid 1. Penerbit buku Kedokteran. EGC: Jakarta
3. Sumapraja S, Martaadisoebrata D. 2014. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan
Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. 2011. Gestational Trophoblastic Disease
: Williams Obstetrics.21th ed. Conneticut : Appleton & Lange
5. Bagian Obstetri Ginekologi FK UNPAD. 2005. Penyakit Trofoblas Gestasional;
Obstetri Patologi. FK UNPAD : Bandung
6.