referat dhira
DESCRIPTION
referat terbaikTRANSCRIPT
Sirkuit Anestesi
Sistem penghantar gas atau sistem anesthesia atau sirkuit anesthesia ialah
alat yang mengirim gas atau uap anestetik dan oksigen dari mesin ke jalan nafas
pasien dan membuang CO2 dengan mendorongnya dengan aliran gas segar atau
dengan menghisapnya dengan kapur soda.
Sirkuit anesthesi umumnya terdiri dari:
1. Sungkup muka, sungkup laring, atau pipa trakea
2. Katup ekspirasi dengan pegas (expiratory loaded spring valve,pop-off
valve, APL, adjustable pressure limiting valve)
3. Pipa ombak, pipa cadang (corrugated tube, reservoir tube)
4. Kantong cadang (reservoir bag)
5. Tempat masuk campuran gas anesthesi dan O2 (Fresh gas inlet).
Untuk mencegah terjadinya barotrauma akibat naiknya tekanan yang
mendadak tinggi, katup membatasi tekanan sampai 50 cm H2O
Sirkuit anesthesi diklasifikasikan sebagai rebreathing dan non-rebreathing
berdasarkan ada tidaknya udara ekspirasi yang dihirup kembali. Sirkuit ini juga
diklasifikasikan sebagai open, semi open, semi closed, dan closed berdasarkan :
1. Ada tidaknya reservoir bag
2. Udara ekspirasi yang dihirup kembali (rebreathing exhale gas)
3. Komponen untuk menyerap CO2 ekspirasi (CO2 absorber)
4. Katup satu arah
Tabel 3.1 Pembagian sirkuit anesthesi
SISTEM CO2 ABSORBER REBREATHING
Open - Tidak ada
Semi Open - Sebagian
Close + Total
Semi Close + Sebagian
1
a) Sistem Open
1) Tidak terjadi nafas ulang (rebreathing)
2) Tidak ada penyerapan CO2 (CO2 Absorber)
3) Terutama untuk anesthesi anak-anak < 20 Kg
4) Contoh :
- Sistem Open dengan sungkup tanpa plastik
Kelebihan : Pertukaran udara menjadi bebas
Tidak ada rebreathing, tidak terjadi akumulasi CO2
Biasanya menggunakan eter tetes
- Sistem Open dengan Jacson Reese
Syaratnya : Aliran udara harus 2 kali volume semenit
Mempunyai katup ekshalasi
- Sistem open dengan Ayre’s T-Tube
Sistem ini akan menjadi sistem terbuka bila aliran O2
samadengan 2 kali volume semenit.
Gambar 3.2. Jackson Reese
2
5) Kerugian :
- Boros
- Mudah terjadi kebakaran/ ledakan
- Dapat mengiritasi kulit muka
- Butuh waktu lebih lama untuk mecapai level anestesi
b) Sistem Semi Open
1. Udara ekspirasi tidak bebas keluar sehingga sebagiandari ekspirasi akan
kembali pada waktu inspirasi.
2. Ada rebreathing sebagian
3. Tidak ada CO2 Absorber
4. Alat biasa menggunakan eter-air buatan LOOSCO atau EMO
Contoh: open drop dengan sungkup yang dilapisi plastik, alat untuk ether
(E.M.O atau Losco).
3
Gambar 3.3 Sistem semi open E.M.O
Keuntungan:
- Samadengan open method,
- Konsentrasi obat lebih tinggi dibanding open method,
- Induksi lebih cepat dibanding open method.
Kerugian:
- Sama dengan open method
- Bisa terjadi akumulasi CO2 dalam sungkup (mudah terjadi hipoksia).
c) Sistem Close
1. Circle sirkuit katup ekshalasi tertutup
2. Udara ekspirasi dihisap lagi dan diikat dengan atmosfer
3. Tidak ada udara yang berhubungan dengan atmosfer
4. Hemat O2 dan obat anesthesi
5. Berbahaya bila CO2 Absorber tidak berfungsi dengan baik
d) Sistem Semi close
1. Gas ekspirasi sebagian keluar ke atmosfir dan sebagian masuk ke dalam
saluran inspirasi
2. Terdapat tabung penyerapan CO2.
3. Keuntungan: lebih irit,tidak terjadi akumulasi CO2,bahaya
kebakaran/ledakan berkurang
4. Kerugian :Kalau soda lime sdh tua bisa terjadi akumulasi CO2 => CO2
narcosis
5. Debu dari soda lime dapat mengiritasi paru penderita
4
Gambar 3.4 Sistem semi close dan sistem close
Sirkuit anesthesia yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkaran
(circle system), sirkuit Magiil, sirkuit Bain dan sistem pipa T.
a. Sistem tetes terbuka
Sistem tetes terbuka (open drop system) ialah system anesthesi yang
sederhana yaitu dengan meneteskan cairan anastetik (eter, koloform) dari
botol khusus ke wajah dengan bantuan sungkup muka (face mask)
Schimmelbusch.
Sistem ini tahanan nafasnya minimal dapat ditambahkan O2 melalui pipa
kecil ke dalam sungkup.Keburukan sistem ini ialah selain boros, udara
ekspirasi mencemari lingkungan sekitar.
5
Gambar Sistem tetes eter terbuka
Gambar 3.5Sungkup muka (face mask) Schimmelbusch.
b. Sistem Insuflasi
Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anastetik dengan sungkup
muka melalui salah satu ke wajah pasien tanpa menyentuhnya. Biasanya
dikerjakan pada bayi anak yang takut disuntik pada mereka yang sedang tidur
supaya tidak terbangun (induksi mencuri, steal induction). Untuk
menghindari penumpukan gas CO2 aliran gas harus cukup tinggi sekitar 8 -
10 liter / menit. Seperti sistem tetes terbuka cara ini mencemari udara sekitar.
Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan campuran
gas anastetik melalui lubang hidung dengan menggunakan pipa
nasofaring.Seperti melalui sungkup, aliran campuran gas juga harus tinggi
sekitar 8 – 10 liter / menit.
6
Gambar Sistem Insuflasi
c. Sistem Mapleson
Sistem Mapleson asli (1954) tak dilengkapi dengan penyerap CO2 sehingga
aliran gas harus sanggup membuang CO2. Sistem ini disebut juga sebagai
sistem aliran nafas terkendali (flow controlled breathing system).Sistem ini
terdiri dari beberapa kelas yaitu ABCDE. Willis (1975) menambah dengan
system F dan sistem ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelas A, kelas
BCdan kelas DEF. Sistem Mapleson disebut juga sebagai sistem semi-
tertutup yang terdiri dari sungkup muka (face mask), pipa ombak
(carrugated tubing), kantong cadang (reservoir bag) dan lubang aliran gas
segar (fresh gas flow inlet).
7
Gambar 3.6 Sistem Mapleson
Sistem Mapleson A
Sistem Mapleson A disebut sebagai sistem Magiil atau Magiil attachment.
Sistem ini cocok digunakan pada anesthesi dengan pernapasan spontan.
Katub Ekspirasi (KE) diletakkan di dekat sungkup muka (SM=P),
menggunakan pipa ombak, sedangkan tempat masuk aliran gas segar
(AGS=FG) di dekat atau pada kantong cabang (KC=T). Pada pasien
pernapasan spontan, aliran gas segar minimal harus sama dengan besarnya
ventilasi pasien semenit (80 – 100 ml/kg) yang pada pasien dewasa sekitar 5
– 6 liter / menit dan katub ekspirasi dibuka maksimal. Sistem ini sekarang
jarang digunakan.
Gambar Sistem Mapleson A atau sistem Magill
8
Sistem Mapleson B dan C
Seperti pada Sistem Mapleson A, pada sistem Mapleson B katup ekspirasi
tetap didekat sungkup, tetapi lubang masuk aliran gas segar juga dekat
sungkup atau katup. Pipa ombak dan kantong cadang berfungsi sebagai ruang
tertutup (blind limb), tempat berkumpulnya gas segar, gas ruang mati (dead
space gas) dan gas alveolar. Kadang-kadang sistem ini digunakan di ruang
pulih (recovery room) pada pasien dengan nafas spontan dan pada sistem ini
diperlukan aliran gas segar sekitar dua kali ventilasi semenit. Mapleson C
seperti Mapleson B, tetapi tidak menggunakan pipa ombak. Dengan
menambah kanister kapur soda, Mapleson C ini disebut juga sebagai sistem
Water’ to and fro.
Gambar Sistem Mapleson B, Mapleson C dan Sistem Water’s to and fro
9
Sistem Mapleson D
Pada Sistem Mapleson D, katup ekspirasi diletakkan didekat masing-masing
cadang dan lubang aliran gas segar di dekat sungkup muka. Untuk mencegah
penghisapan kembali CO2 perlu aliran gas segar 2,5 x ventilasi semenit.
Modifikasi sistem ini disebut sistem Bain. Pada sistem Bain pipa kecil yang
mengalirkan gas segar di dekat sungkup masih di dalam pipa ombak. Pipa
ombak biasanya dari plastik transparan, tembus pandang, sehingga kalau ada
kerusakan pipa dalam segera diketahui.
Keuntungan sistem Bain ialah :
Lebih ringkas, lebih ringan, dengan pipa tunggal
Dapat digunakan kembali dan untuk semua usia
Dapat digunakan untuk napas spontan atau kendali
Dapat digunakan dengan ventilator
Mudah disterilkan
Untuk napas spontan perlu aliran gas segar 100 – 150 mL/Kg, napas kendali
70 mL /Kg.
Gambar Sistem Mapleson D dan Sistem Bain
Sistem Mapleson E dan F
Sistem Mapleson E ini hanya terdiri dari sungkup muka, lubang masuk
untuk aliran gas segar dan pipa ombak sebagai pipa cadang. Sistem ini
dikenal juga dengan nama Ayre’s T-Piece atau y-piece in Rees atau Mapleson
F. Tambahan kantong cadang ini memudahkan memonitor napas spontan
dan melakukan napas kendali. System ini cocok untuk bayi dan anak kecil.
10
Untuk mencegah dilusi oleh gas inspirasi dengan udara atau inspirasi dengan
CO2 maka diperlukan aliran gas segar 2x ventilasi semenit.
Keuntungan sistem ini ialah tak ada resintensi ekspirasi. Sedangkan aliran
gas yang diperlukan ialah untuk:
Berat badan 10 – 30 kg → 100 ml/kg + 1000 ml
Berat badan > 30 kg → 50 ml/kg + 2000 ml
Untuk efisiensi napas spontan A > DFE > C > B
Untuk efisiensi napas kendali DFE > B > C < A
Sistem ABC sekarang jarang digunakan, sistem DEF umumnya digunakan
dan di Amerika banyak digunakan sistem Bain.
Gambar Sistem Mapleson E dan Sistem Mapleson F
d. Sistem lingkar
Sistem ini populer di Amerika, menggunakan dua katup ekspirasi, satu di
dekat pasien yang lainnya di dekat kantong cadang. Aliran gas cukup 2 – 3
menit asalkan kadar O2> 25%. Sistem ini variasinya cukup banyak dan
umumnya terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
Tempat masuk campuran gas segar (fresh gas islet)
Katup ombak inspirasi dan ekspirasi
Pipa ombak inspirasi dan ekspirasi
Konektor Y
Katup pop-off
Kantong cadang
Kanister berisi kapur soda
11
Untuk mencegah hirupan kembali CO2, perhatikan hal-hal dibawah ini :
Dua katup searah harus diletakkan antara pasien dan kantong cadang
pada ujung distal pipa ombak
Gas segar jangan dimasukkan ke sirkuit antara pasien dan katup
ekspirasi.
Katup pop-off tidak dapat ditempatkan antara pasien dan katup inspirasi.
Gambar 3.7 Sistem lingkar
Tergantung tingginya aliran gas segar, maka sistem ini dapat digunakan untuk:12
Semi open (aliran gas tinggi, hirupan kembali minimal)
Semi closed (sering digunakan, disertai hirupan kembali)
Closed (hirupan kembali komplit)
Keuntungan system ini :
Ekonomis (aliran gas rendah).
Konsentrasi gas inspirasi relative stabil
Ada kehangatan dan kelembapan pada jalan napas
Tingkat polusi rendah
Kerugian sistem ini :
Resistensi tinggi.
Tidak ideal untuk anak
Pengenceran oleh udara ekspirasi
Sistem ini kompleks dengan beberapa komponen di antaranya :
Tempat gas segar masuk (fresh gas inlet)
Katup searah inspirasi dan ekspirasi
Pipa ombak inspirasi dan ekspirasi
Konektor Y
Katup pop-off
Kanister berisi kapur soda
Gambar Sistem lingkar
13
Pada sistem lingkar perlu penyerap CO2, yaitu :
1. Kapur soda (soda lime), yang terdiri dari :
Ca (OH)2 76 – 81%
NaOH 4%
KOH 1%
Pelembab silikat 14-19%
2. Baralime, yang terdiri dari :
Ba(OH)2 20%
Ca (OH)2 80%
CO2 + Ba (OH) 2.8H2O BaCO3 + H2O
Tanda-tanda kapur soda tidak bekerja :
Warna berubah
Kapnograf CO2 meningkat
Tekanan darah mula-mula meningkat lalu menurun.
Nadi menurun
Napas menurun
Napas spontan dalam
Luka operasi darahnya merembes (oozing)
14
Tehnik Anesthesi Umum Inhalasi
Merupakan salah satu teknik anesthesia umum yang dilakukan dengan
jalan memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang berupa gas atau cairan
yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesia langsung ke udara
inspirasi.
Tabel 3.2 Efek obat anestesia umum inhalasi
Obat Hipnotik Analgetik Relaksasi otot
N2O - + -
Halotan ++ + +
Enfluran ++ + +
Isofluran ++ + +
Sevofluran ++ + +
Desfluran ++ + +
Pemakaian N2O harus selalu dikombinasikan dengan O2 dengan
perbandingan 70:30 atau 60:40 atau 50:50, tergantung kondisi pasien.
Dosis obat volatil (halotan, enfluran, isofluran, sevofluran dan desfluran)
dimulai dengan “dial set” rendah kemudian ditingkatkan sesuai dengan target
stadium anestesi yang diperlukan.
Apabila diperlukan relaksasi lapangan operasi yang optimal, masing-masing
kombinasi ini dapat ditambahkan obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi,
antara lain: pankuronium bromide atau atrakurium besylate dan lain-lainnya
secara intravena. Pilihan kombinasi tergantung indikasi.
Teknik anesthesia umum inhalasi antara lain :
1. Inhalasi sungkup muka
2. Inhalasi sungkup laring
3. Inhalasi pipa endotrakeal (PET) nafas spontan
4. Inhalasi pipa endotrakeal (PET) nafas kendali
15
1. Inhalasi sungkup muka
Pemakaian salah satu kombinasi obat secara inhalasi melalui sungkup
muka dengan pola nafas spontan. Komponen trias anesthesia yang
dipenuhinya adalah hipnotik, analgesia dan relaksasi otot ringan.
Indikasi :
Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh, berlangsung singkat
dan posisinya terlentang.
Kontraindikasi:
Pada operasi di daerah kepala dan jalan nafas dan operasi dengan posisi miring
atau tertelungkup.
Tatalaksananya:
1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman.
2. Pasang alat pantau yang diperlukan.
3. Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi.
4. Siapkan mesin anestesia dengan system sirkuitnya dan gas anesthesia
yang digunakan.
5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain.
6. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi tersebut diatas.
7. Awasi pola nafas pasien, bila tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan
nafas bantuan intermitten secara sinkron sesuai dengan irama nafas
pasien.
8. Pantau denyut nadi dan tekanan darah.
9. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anesthesia
inhalasi dan berikan oksigen 100 % (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit.
Penyulit : efek samping obat dan resiko sumbatan jalan nafas atas.
16
Gambar 3.14 Inhalasi sungkup muka
2. Inhalasi sungkup laring
Merupakan pemakaian salah satu kombinasi obat seperti tersebut di atas
secara inhalasi melalui sungkup laring dengan pola nafas spontan.
Komponen trias anestesia yang dipenuhi adalah hipnotik, analgesia dan
relaksasi otot ringan.
Indikasi :
Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh, berlangsung singkat
dan posisinya terlentang.
Kontraindikasi :
Pada operasi di daerah rongga mulut dan operasi dengan posisi tertelungkup.
Tatalaksananya :
1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman.
2. Pasang alat pantau yang diperlukan.
3. Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi.17
4. Siapkan mesin anesthesia dengan sistem sirkuitnya dan gas anestesia
yang digunakan.
5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain.
6. Pasang sungkup laring yang telah disiapkan sesuai ukuran.
7. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi tersebut diatas.
8. Awasi pola nafas pasien, bila tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan
nafas bantuan intermitten secara sinkron sesuai dengan irama nafas
pasien.
9. Pantau denyut nadi dan tekanan darah.
10. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anestesia
inhalasi dan cabut sungkup laring.
11. Berikan oksigen 100 % (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit.
Penyulitnya :
Efek samping obat dan resiko sumbatan jalan nafas atas.
18
Gambar 3.15 Inhalasi sungkup laring
3. Inhalasi pipa endotrakeal nafas spontan
Merupakan pemakaian salah satu kombinasi obat obatan seperti tersebut
diatas secara inhalasi melalui PET dan dengan pola nafas spontan.
Komponen trias anesthesia yang dipenuhi adalah hipnotik, analgesia dan
relaksasi otot (ringan).
Indikasi :
Pada operasi di daerah kepala-leher dengan posisi terlentang, berlangsung singkat
dan tidak memerlukan relaksasi otot yang maksimal.
Kontraindikasi :
Tidak dianjurkan pada operasi intrakranial, torakotomi, laparotomi, operasi
dengan posisi khusus (misalnya miring atau tengkurap) dan operasi yang
berlangsung lama (lebih dari satu jam).
Tatalaksananya :
1. Pasien telah dipersiapkan dan diberikan premedikasi di kamar
persiapan.
2. Pasang alat pantau yang diperlukan.
3. Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi.
19
4. Siapkan mesin anesthesia dengan sistem sirkuitnya dan gas anesthesia
yang digunakan.
5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain.
6. Berikan obat pelumpuh otot suksinil kholin intravena secara cepat
untuk fasilitas intubasi.
7. Berikan nafas buatan melalui sungkup muka dengan oksigen 100 %
mempergunakan fasilitas mesin anestesia sampai fasikulasi hilang dan
otot rahang relaksasi.
8. Lakukan laringoskopi dan pasang PET.
9. Fiksasi PET dan hubungkan dengan mesin anestesia.
10. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi.
11. Kendalikan nafas pasien secara manual selama efek suksinil kholin
masih ada , selanjutnya apabila efeknya sudah habis, pasien akan
bernafas spontan. Apabila nampak hipoventilasi, berikan bantuan nafas
intermitten.
12. Pantau denyut nadi dan tekanan darah.
13. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anesthesia
inhalasi dan berikan oksigen 100 % (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit.
14. Ekstubasi PET setelah jalan nafas dibersihkan dan kalau perlu
dilakukan isapan ke dalam pipa endotrakeal.
Penyulitnya : Efek samping obat dan pemasangan PET.
4. Inhalasi pipa endotrakeal nafas kendali
Merupakan pemakaian salah satu kombinasi obat-obatan secara inhalasi
melalui PET dan pemakaian obat pelumpuh otot non depolarisasi, selanjutnya
dilakukan nafas kendali.
Komponen trias anestesi yang dipenuhi adalah hipnotik, analgesia dan
relaksasi otot.
Indikasi :
Kraniotomi
Torakotomi
Laparotomi
20
Operasi dengan posisi khusus, misalnya posisi miring pada operasi
ginjal atau posisi tengkurap pada operasi tulang belakang.
Operasi yang berlangsung lama (> 1jam).
Tatalaksananya :
1. Pasien telah dipersiapkan dan diberikan premedikasi di kamar
persiapan.
2. Pasang alat pantau yang diperlukan.
3. Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi.
4. Siapkan mesin anestesia dengan system sirkuitnya dan gas anesthesia
yang digunakan.
5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain.
6. Berikan obat pelumpuh otot suksinil kholin intravena secara cepat
untuk fasilitas intubasi.
7. Berikan nafas buatan melalui sungkup muka dengan oksigen 100 %
mempergunakan fasilitas mesin anestesia sampai fasikulasi hilang dan
otot rahang relaksasi.
8. Lakukan laringoskopi dan pasang PET.
9. Fiksasi PET dan hubungkan dengan mesin anestesia.
10. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi dan obat pelumpuh otot non
depolarisasi secaraintravena.
11. Kendalikan nafas pasien secara manual atau mekanik dengan volume
dan frekuensi nafas disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
12. Pantau tanda vital secara kontinyu dan periksa analisis gas darah
apabila ada indikasi.
13. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anestesia
inhalasi dan berikan oksigen 100 % (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit.
14. Berikan neostigmine dan atropin
15. Ekstubasi PET dilakukan apabila pasien sudah bernafas spontan dan
adekuat serta jalan nafas (mulut, hidung dan pipa endotrakeal) sudah
bersih.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Karjadi Wirdjoatmpdjo, Prof, dr,. SpAn-KIC. Anesthesiologi dan reaminasi
modul dasar untuk pendidikan S1 Kedokteran. 2000. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
2. Latief A S, Suryandu KA, et al. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua.
Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif FK UI.
3. John F. B, David C. M, john D. W, 2013. Morga & Mikhail’s: Clinical
anesthesiology, 5th. Mc Graw Hill
23