referat calcaneal spur
TRANSCRIPT
1 CALCANEAL SPUR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kaki merupakan salah satu bagian tubuh terpenting. Kaki merupakan penopang berat
badan dan beban yang paling besar baik saat berdiri, berjalan, ataupun saat berlari, dan
menjadi alat transportasi yang penting dalan aktifitas sehari-hari. Apabila terdapat suatu
gangguan atau kelainan pada kaki, maka aktivitas sehari-hari akan terhambat.
Terhambatnya aktivitas ini sering dikarenakan oleh rasa nyeri pada tumit yang datang
secara tiba-tiba.
Salah satu gangguan yang relatif sering terjadi pada kaki adalah calcaneal spur dan
plantar fasciitis. Calcaneal spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak
semestinya) di daerah tubercalcanues, yang bentuknya seperti jalu ayam. Plantar fascitis
adalah peradangan fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada
calcaneus. Calcaneal spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang
menyebabkan nyeri bukan dari spur tapi karena adanya plantar fasciitis setempat.
Kondisi calcaneal spur di Amerika Serikat mencapai 11% dari populasi, tetapi
calcaneal spur tidak selau disebabkan oleh terjadinya fasitis plantaris. Gejala yang
timbul pada satu kaki biasanya terjadi 20-30% pasien dengan pasitis plantaris. Calcaneal
spur sering terjadi pada usia pertengahan dan pemuda atau atlit 40% pada laki-laki.
Calcaneal spur dan plantar fasciitis adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan
sebab akibat yang saling berhubungan. Calcaneal spur terjadi pada lebih dari 50% orang berusia diatas
50 tahun, dengan atau tanpa keluhan nyeri. Mayoritas penderita calcaneal spur yang disertai keluhan
nyeri (atau terjadi plantarfasciitis) adalah pada wanita, terutama yang berusia 40-60 tahun. Sementara
itu, lebih dari 50% pasien plantar fasciitis mempunyai calcaneal spur.
Keluhan utama akibat calcaneal spur adalah nyeri yang hebat pada waktu permulaan berdiri dan
berjalan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur atau istirahat/duduk lama, yang kemudian akan
berkurang setelah berjalan beberapa langkah. Pada aktivitas sehari-hari tumit cukup
mempunyai peranan penting dalam kehidupan kita, nyeri yang timbul pada tumit dapat
mengganngu aktivitas yang ada. Calcaneal spurs/pengapuran pada tumit sering menimpa
pada orang yang menggunakan tumit sebagai aktivitas tumpuan dan pijakan, misalnya
seperti pelari. Calcaneal spurs adalah kelainan yang timbul sebagai kelanjutan dari
plantar facitis yang tidak segera ditangani/delayed healing. Biasanya jika pasien
mengalami facitis/ peradangan/ perlukaaan pada facia, maka tubuh dalam hal ini
1
2 CALCANEAL SPUR
fibroblastic akan meperbaikinya dalam waktu setidaknya 6 minggu, tetapi jika dalam
kurun waktu tersebut tidak ada penyembuhan maka tubuh akan merekrut osteoblast.
Osteoblast adalah zat yang membentuk tulang. Jadi jika dalam waktu 6 minggu facia
yang terluka/meradang tersebut tidak sembuh maka terbentuklah tulang pada area
tersebut, proses ini dinamakan sebagai calcifikasi dan bentukan tulang yang terjadi
dinamakan heel spur atau pengapuran tumit.
Penanganan calcaneal spur terdiri dari operatif dan non operatif. Pada non operatif
dilakukan dengan manipulasi biomechanical untuk kesalahan melangkah, lokal injeksi
steroid dan peranan fisioterapi adalah mengurangi nyeri dengan menggunakan manual
dan modalitas terapi.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari calcaneal spur ?
1.2.2 Apa yang menjadi penyebab/etiologi dari calcaneal spur?
1.2.3 Bagaimana patogenesa terjadinya calcaneal spur ?
1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala dari calcaneal spur?
1.2.5 Bagaimana penegakan diagnosis dari calcaneal spur ?
1.2.6 Apa diagnosis banding dari calcaneal spur?
1.3. Tujuan
1.3.1 1.3.1 Mengetahui definisi dari calcaneal spur?
1.3.2 1.3.2 Mengetahui penyebab/etiologi dari calcaneal spur?
1.3.3 Mengetahui patogenesa terjadinya calcaneal spur ?
1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala dari calcaneal spur?
1.3.5 Mengetahui cara penegakan diagnosis dari calcaneal spur ?
1.3.6 Mengetahui diagnosis banding dari calcaneal spur?
1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang calcaneal spur.
2
3 CALCANEAL SPUR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI KAKI
2.1.1 Ossa pada kaki (1)
Gambar 1. Ossa pada kaki
Ossa tarsalia
Os calcaneus
Os talus
Os naviculare
Os cuboideum
3 buah os cuneiforme
Ossa metatarsalia
5 buah os metatarsal
Ossa phalanges
14 buah os phalanges. Dimana ibu jari kaki mempunyai 2 falang sedangkan setiap jari
lainnya 3 falang
2.1.2 Sendi dan Ligamen(1)
3
4 CALCANEAL SPUR
Tulang-tulang tersebut diatas membentuk persendian-persendian sebagai berikut:
a. Artikulatio talocruralis
Gambar 2. Ligament pada artikulatio talocruralis
Merupakan sendi antara tibia dan fibula dengan trachlea talus.
Sendi ini distabilkan oleh ligamen-ligamen:
Lig. Deltoideum
Gambar 3. Ligamen Sisi Medial
Lig. Laterale, terdiri atas 3 pita:
Lig. talofibularis anterior
Lig. talofibularis posterior
Lig. Calcaneofibularis
4
5 CALCANEAL SPUR
Gambar 4. Ligamen Sisi lateral
Gerak sendi ini: Plantar fleksi
Dorsofleksi
Sedikit abduksi dan adduksi pergelangan kaki
b. Artikulatio talotarsalis
Terdiri dari 2 buah sendi yang terpisah akan tetapi secara fisiologi keduanya
merupakan 1 kesatuan, yaitu:
Bagian belakang :
Artikulatio talocalcanearis/subtalar
Ligamen yang memperkuat adalah :
Lig. talocalcanearis anterior
Lig. talocalcanearis posterior
Lig. talocalcanearis medial
Lig. talocalcanearis lateral
Bagian depan :
Artikulatio talocalcaneonavicularis
Ligamen yang memperkuat adalah :
Lig. tibionavikularis
Lig. Calcaneonaviculare plantaris
Lig. Bifurcatum : pars calcaneonavicularis (medial) dan pars
calcaneocuboid (lateral) berbentuk huruf V
5
6 CALCANEAL SPUR
Gerak sendi ini: Inversi pergelangan kaki
Eversi pergelangan kaki
c. Articulatio tarsotransversa (CHOPART)
Disebut juga sendi midtarsal atau ‘surgeon’s tarsal joint’ yang sering menjadi
tempat amputasi kaki
Terdiri dari 2 sendi, yaitu:
Articulatio talonavicularis
Articulatio calcaneocuboid, yang diperkuat oleh:
Pars calcaneocuboid lig. bifurcati di medial
Lig. calcaneocuboid dorsalis di sebelah dorsal
Lig. calcaneocuboid di sebelah plantar
Gerak sendi ini : Rotasi kaki sekeliling aksis
Memperluas inversi dan eversi art. Talotarsalis
d. Artikulatio tarsometatarsal (LISFRANC)
Adalah sendi diantara basis os metatarsal I-V dengan permukaan sendi distal pada
os cuneiformis I-III
Rongga sendi ada 3 buah, yaitu:
Diantara os metatarsal I dan cuneoformis I
Diantara os metatarsal II dan III dengan cuneiformis II dan III
Diantara os metatarsal IV dan V dengan cuboid
Ligamentum pengikatnya adalah:
Ligg. Tarsi plantaris
Ligg. Tarsi dorsalis
Ligg. Basium os metatarsal dorsalis, interosea dan plantaris
e. Articulatio metacarpofalangeal
Ligamen pengikatnya adalah : lig. collateralia pada kedua sisi tiap sendi
Gerak sendi
ini:
Fleksi-ekstensi sendi metacarpal
Abduksi-adduksi sendi metacarpal
f. Artculatio interfalangeal
Ligamen pengikat: lig. colateral di sebelah plantar pedis
6
7 CALCANEAL SPUR
Gerak sendi
ini:
Fleksi-ekstensi interfalang
Abduksi-adduksi interfalang
2.1.3 Otot (1)
Otot-otot penggerak kaki dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Otot-otot ekstrinsik
Adalah otot-otot yang berorigo dan bekerja di luar kaki. Otot-otot tersebut adalah
otot-otot tungkai bawah, yaitu:
M. gastrocnemius
Otot ini berorigo pada condylus femoralis medialis dan lateralis dan berakhir
sebagai tendon Achilles yang berinsersi di sisi posterior calcaneus.
Berfungsi untuk:
Plantarfleksi
Bersama dengan soleus, membantu supinasi sendi subtalar saat segmen
anterior kaki menapak di tanah
M. soleus
Otot ini terletak dibawah gastrocnemius dan berorigo pada tibia dan fibula
bagian atas, dibawah sendi lutut. Berakhir sebagai bagian dalam tendo
Achilles.
Berfungsi untuk : plantarfleksi
Otot ekstrinsik yang lain dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Kelompok lateral terdiri dari :
M. peroneus longus dan brevis : berorigo pada sisi lateral fibula. Peroneus
brevis berinsersi di basis metatarsal V sedangkan peroneus longus pada basis
metatarsal I dan suneiformis medialis di permukaan plantar.
Berfungsi untuk: eversi pergelangan kaki.
Kelompok anterior terdiri dari:
M. tibialis anterior: berorigo pada sisi lateral tibia dan berinsersi di
cuneiformis medialis dan basis metatarsal I.
Berfungsi untuk: inversi pergelangan kaki dan dorsofleksi
pergelangan kaki
M. ekstensor hallucis longus: berorigo pada permukaan anterior
fibula dan membran interoseus dan berinsersi di atas falang distal ibu
jari kaki.
7
8 CALCANEAL SPUR
Berfungsi untuk: ektensi ibu jari kaki dan membantu dorsofleksi
pergelangan kaki
M. ekstensor digitorum longus: berorigo pada condylus tibia lateralis
dan permukaan anterior fibula dan berakhir sebagai 4 tendon yang
melekat disisi dorsal ke-4 jari-jari kaki. Di ujung tiap tendon terbagi
tiga, 1 berinsersi di atas falang tengah dan 2 lainnya berinsersi di atas
falang distal.
Berfungsi untuk: ekstensi jari-jari kaki dan bersama-sama dengan m.
peroneus tertius, yang merupakan bagian dari ekstensor digirotum
longus membantu dorsofleksi dan eversi pergelangan kaki.
Kelompok medial terdiri dari:
M. tibialis posterior:berorigo pada tibia dan sisi posterior fibula dan
berinsersi di tarsal dan metatarsal medial.
Berfungsi untuk : inversi pergelangan kaki dan plantarfleksi
M. fleksor hallucis longus: berorigo pada sisi lateral fibula dan tibia,
berinsersi di falang distal ibu jari kaki.
Berfungsi untuk : fleksi falang distal ibu jari kaki
M. fleksor digitorum longus: berorigo pada sisi posterior tibia dan
berinsersi di sisi lateral falang distal ke-4 jari kaki.
Berfungsi untuk : fleksi jari-jari kaki
b. Otot-otot intrinsik
Adalah otot-otot yang berorigo dan berinsersi pada kaki. Otot-otot tersebut adalah
otot-otot kaki. Otot-otot ini tidak dapat diperiksa secara individual dan untuk
detailnya, dapat merujuk ke buku-buku anatomi. Yang termasuk otot-otot
intrinsik yaitu :
Lapis I
M. Abduktor digiti kuinti
M. abduktor hallucis
M. Fleksor digitorum brevis
Lapis II
M. Kuadratus plantaris
Mm. Lumbricales
Lapis III
8
9 CALCANEAL SPUR
M. Adduktor hallucis kaput transversal dan oblik
M. Fleksor hallucis brevis
M. Fleksor digiti kuinti brevis
Lapis IV
Mm. Interosseus plantaris dan dorsalis
Gambar 5. Otot pada plantar
9
10 CALCANEAL SPUR
2.1.4 Fascia
Fascia plantaris merupakan sebuah ligamentous/jaringan ikat yang kuat yang
yang menghubungakan dua tulang di bawah kaki yang membentuk lengkungan
(arkus), melekat atau berorigo pada bagian medial tubercalcaneum dan menyebar ke
anterior dan bergabung atau berinsersio dengan ligamen-ligamen dari sendi
metatarsophalangeal I-V. Fascia plantaris memiliki dua fungsi, yaitu fungsi statis
arkus longitudinal medial dan secara dinamis mengembalikan arcus dan membantu
mengkonfigurasikan kaki saat berjalan.(2)
Gambar 6. Fascia Plantaris
Fungsi utama dari fascia plantaris adalah untuk menstabilkan arcus
longitudinal pada kaki, yang bekerja seperti pegas. Untuk menahan tekanan ke
dasar/landasan tumit dan telapak kaki berikut jari-jari kaki, dilengkapi dengan
jaringan-jaringan lunak yang merupakan bantalan penahan beban yang menekan pada
landasan berupa bursa subcalcaneus dan heel pad dari jaringan lemak yang tebal.(2)
Secara normal, beban tubuh sewaktu berdiri jatuh lurus ke talus dan kemudian
dibagi ke calcaneus, ke anterior medial dan ke anterior lateral, sehingga terlihat
cetakan kaki dimana sisi medial tidak terlihat. Bila diumpamakan berat yang
membebani talus adalah 6 kg makan beban yang jatuh ke calcaneus 3 kg, ke anterior
media 2 kg, dan ke anterior lateral 1 kg.(2)
Pada kondisi tertentu dimana beban dari tibia ke talus menyebabkan talus
cenderung bergeser ke anterior dan ke medial di atas calcaneus, maka calcaneus akan
terputar ke posterior dan ke lateral atau tidak pada posisinya. Keadaan ini membuat
10
11 CALCANEAL SPUR
arcus longitudinal akan memanjang sehingga fascia plantaris akan bertambah tegang.
Hal ini membuat tarikan di periosteum juga meningkat. Dengan adanya rotasi
calcaneus ke posterior, naviculare akan turun oleh tarikan ligamen
calcaneonaviculare. Dengan adanya tarikan calcaneus ke lateral (calcaneus valgus)
pada awalnya akan mengakibatkan terjadi peregangan pada ligamen colateral medial,
apabila keadaan ini berlanjut akan mengakibatkan pula peregangan pada ligamen
talocalcaneal. Ketegangan pada tendon Achilles turut memberikan tekanan pada
fascia plantaris dan ini sering dihubungkan dengan nyeri tumit. (2)
2.2 DEFINISI CALCANEAL SPUR
Calcaneal spur adalah tulang yang
mengeras menjadi taji. (3) Taji tulang adalah
istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu kondisi yang
mencirikan pertumbuhan dari tulang ekstra
pada tulang normal. Dalam istilah medis,
ini dikenal sebagai osteofit.(4) Calcaneal
spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang
yang tidak semestinya) di daerah tuber
calcaneus, yang bentuknya seperti jalu
ayam.(5)
2.3 ETIOLOGI CALCANEAL SPUR
Calcaneal spur/plantar fasciitis biasanya berhubungan dengan sindroma over used.
Sebab-sebab yang mungkin bisa menimbulkan (prediposisi) calcaneal spur/plantar fasciitis
adalah; (5)
(1) trauma atau benturan,
(2) berdiri lama atau pembebanan yang berlebih,
(3) pergeseran atau atropi bantalan lemak di tumit,
(4) kekakuan pergelangan kaki atau ketegangan calf muscle yang mengakibatkan fasia
plantaris terulur berulang-ulang selama berjalan,
(5) posisi kaki pronasi pada fase heel strike dan mid-stance saat berjalan atau berlari,
(6) strain pada saat olah raga,
11
Gambar 7. Calcaneal Spur
12 CALCANEAL SPUR
(7) manifestasi rheumatism (RA, OA, spondilitis ankylipoetika).
2.4 PATOGENESA CALCANEAL SPUR
Adanya penguluran yang berulang-ulang dari fasia plantaris atau aponeurosis akan
menyebabkan kerobekan mikroskopis jaringan yang disertai tarikan periosteum dari
tulang (calcaneus), sehingga daerah subperiosteum akan bertambah lebar. Kemudian
terjadi peradangan subperiosteum yang juga menyebabkan nyeri. Setelah itu akan terjadi
pembentukan jaringan fibrous yang akan memicu penumpukan kalsium di subperiosteum,
dan selanjutnya terbentuk spur. Pada pemulaannya, nyeri kemungkinan disebabkan oleh
peradangan dari jaringan tendofascioperoeosteal, pada stadium lanjut nyeri disebabkan
oleh spur yang memicu peradangan tendofascio plantaris.(5)
2.5 TANDA DAN GEJALA CALCANEAL SPUR
Calcaneal spur sebenarnya tidak menimbulkan keluhan, tetapi keluhan akan timbul
jika terjadi plantar fasciitis. Tanda dan gejala calcaneal spur/plantar fasciitis cukup khas,
yaitu ditandai dengan nyeri yang hebat pada saat permulaan berdiri dan berjalan terutama
pada pagi hari setelah bangun tidur atau setelah istirahat/duduk lama, kemudian akan
berkurang apabila berjalan beberapa langkah, tetapi nyeri akan muncul kembali bila berjalan
berlebihan. Nyeri terjadi pada perlekatan fasia plantaris dan akan bertambah bila jari kaki
digerakkan pasif ke arah dorsi fleksi. Tenderness (nyeri tekan) lokal pada perlekatan fasia
plantaris yaitu di tuber calcaneus sisi antero-medial. Kadang-kadang pasien mengeluh nyeri
yang menyebar sampai pada arkus kaki.(5)
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 ANAMNESA(6)
Keluhan pokok :
1. Nyeri di bagian tumit terutama di pagi hari
2. Adanya riwayat aktivitas fisik yang berat
3. Adanya riwayat berdiri (weight bearing) yang lama
4. Pada berkembangan gejala selanjutnya, nyeri dapat muncul pada setiap langkah
kaki dan terjadi terus-menerus.
2.6.2 PEMERIKSAAN FISIK(6)
INSPEKSI
12
13 CALCANEAL SPUR
Apabila plantar fascitis ini telah lanjut maka penderita cara
berjalannya berubah karena telapak kaki terjadi nyeri yang
hebat sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung
telapak kaki (jinjit).(6)
Gambar 8. Calcaneal spur
Gambar 9. Calcaneal spur menyebabkan Plantar Fasciitis
Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan
(jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang
lebih menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar
diatas). (6)
PALPASI(6)
Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti
pada gambar diatas). Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang
13
14 CALCANEAL SPUR
kemudian tangan kiri kita menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan
palpasi dengan ibu jari menekan pada plantar fascianya. Jika penderita mengalami
sakit maka kemungkinan pasien ini menderita plantar fascitis.(6)
2.6.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rotgen
Gambar 10. Gambaran Foto Rontgen Pedis Lateral, A : tulang kalkaneus normal, B : terdapat plantar calcaneal spur
Gambar 11. Foto rontgen Calcaneal spur
Bone Scan
MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
14
15 CALCANEAL SPUR
Gambar 12. MRI Calcaneal spur
USG
Gambar 13. Hasil USG dapat Mendeteksi Abnormalitas padaPlantar Fascia dan Bursa
2.6.4 PENATALAKSANAAN
Penanganan yang baik adalah penanganan yang berorientasi pada
permasalahan pokoknya atau causative oriented yaitu untuk; (5)
(1) mengurangi peradangan mikro,
(2) mengurangi ketegangan fasia plantaris dan calf muscle,
(3) mengontrol gerak pronasi pada fase heel-strike dan mid-stance pada waktu
berjalan,
(4) memelihara fleksibilitas dan stabilitas kaki dan pergelangan kaki
Medikamentosa
a) NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drugs) yang dapat digunakan antara lain
adalah Ibuprofen. Ibuprofen berfungsi untuk menghambat reaksi peradangan dan
nyeri dengan menurunkan sintesa prostaglandin digunakan sebagai anti inflamasi
dan analgesik, diberikan per oral. Pengobatan ini merupakan cara yang paling baik
15
16 CALCANEAL SPUR
dan aman. Contoh lain obat golongan ini adalah aspirin. Aspirin berfungsi untuk
menurunkan respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya
peradangan selanjutnya.(6)
b) Injeksi 25 mg Cortison acetat (IV)
Injeksi 25 mg cortison acetat (IV) dilakukan pada insersio paponeurosis plantaris
pada tulang calcaneus atau tepat pada samping tubulus medial tulang calcaneus.
Injeksi yang terlalu banyak dapat melemahkan serta merusak plantar fascia serta
menyusutkan bantalan lemak di sekeliling tumit. Injeksi kortikosteroid
diindikasikan jika dengan pengobatan oral selama 3 bulan tidak mengalami
perbaikan. (6)
c) Methylprednisolon topical
Methylprednisolon topical berfungsi untuk menurunkan peradangan dengan
menekan migrasi dari sel PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler. (6)
Non Medikamentosa
1. Istirahat
Langkah pengobatan pertama adalah menghindari kegiatan yang memperburuk gejala.
Misalnya, tidak melakukan joging atau berdiri terlalu lama untuk sementara agar
mengistirahatkan tumit yang sakit. Hanya dengan beristirahat biasanya dapat membantu
menghilangkan rasa sakit yang parah dan tidak memperberat proses inflamasi. (6)
2. Fisioterapi
Micro Wave Diathermy(7)
Micro Wave Diathermy (MWD) merupakan alat terapi dengan menggunakan energi
elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi (2450 Mhz)
dengan panjang gelombang 12,25 cm dan frekuensi 434 MHz dengan panjang
gelombang 69 cm. Output energi MWD bisa kontinyus maupun
terputus-putus/intermittent. Oleh karena gelombang ini relative lebih pendek dari tubuh
manusia, maka untuk memasukkannya ke dalam jaringan melalui pemancar. Metode ini
sering disebut bestraling.
Proses terjadimya panas pada gelombang MWD sama dengan panas akibat
pengaruh energi elektromagnetik 11m (Sort Wave Diathermy). Dalam perjalanannya ke
jaringan tubuh, energi elektromagnetik MWD akan ada yang dipantulkan, diserap, dan
ada juga yang dibiaskan. Yang paling penting di sini adalah energi yang diserap.
16
17 CALCANEAL SPUR
Penyelidikan OTT dan Kebbel Kruse, mengungkapkan bahwa terjadi kenaikan
temperatur pada otot 4 kali lebih besar dibandingkan dengan temperatur pada jaringan
lemak. Sehubungan dengan penyerapan energi elektromagnetik ini, terjadi half value
distance di otot sekitar 2 cm, sedangkan di lemak sekitar 7 cm. Dengan demikian MWD
mempunyai efek yang maksimal untuk otot-otot yang letaknya superficial, karena
setelah 2 cm intensitasnya akan menurun.
Teknik aplikasi ke jaringan melalui emitter yang berbentuk bulat, panjang atau
melingkar/pyrodor. Jarak antara emitter dengan kulit adalah 5 cm untuk emitter panjang
dan 10 cm untuk emitter bulat, sedangkan untuk emitter berbentuk melingkar/pyrodor
langsung menempel ke kulit.
Menurut Low & Reed, 2000, efek fisiologis yang ditimbulkan oleh pemanasan
dengan MWD adalah :
a. Metabolisme
Metabolisme naik ± 13% per 1°C pemanasan. Dengan kenaikan temperatur
aktifitas dan sintesis sel-sel akan meningkat sehingga akan menaikkan pelepasan
mediator kimiawi, enzim, protein. Dengan demikian interaksi seluler seperti
phagositosis atau pertumbuhan juga akan meningkat.
b. Viskositas
Aliran di pembuluh darah juga dipengaruhi langsung oleh viskositas dan diameter
pembuluh darah. Pergerakan cairan kadang diartikan sebagai friksi antara gerakan
partikel-partikel, hal ini dipengaruhi temperatur. Dengan meningkatnya
temperatur pada cairan, maka viskositas menjadi lebih rendah (lebih encer).
Perubahan viskositas ini tidak hanya cairan di pembuluh darah dan limfe di
dekatnya, tapi juga cairan pada jaringan lainnya.
c. Jaringan kolagen
Pada rentang temperatur terapeutik yang bisa diaplikasikan (40-45°C), akan
terjadi peningkatan ekstensibilitas jaringan kolagen (Lehman et al, 1970 dikutip
oleh Low & Reed, 2000).
d. Saraf
Serabut saraf afferen yang distimulasi dengan panas akan memiliki efek analgesik
akibat aksi dari mekanisme gate control pada cara yang sama seperti
mekanoreseptor. Panas juga bisa meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan
saraf, meningkatkan konduktifitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang.
e. Pembuluh darah
17
18 CALCANEAL SPUR
Vasodilatasi pembuluh darah akibat pemanasan bisa melalui beberapa mekanisme.
Yang paling umum, efek langsung dari pemanasan adalah vasodilatasi pembuluh
darah baik arteri maupun vena. Rangsangan pada reseptor polimodal merupakan
sebab yang penting dalam vasodilatasi. Mekanisme ini hanya melibatkan pada
cabang serabut saraf perifer saja. Kenaikan metabolisme akan mengakibatkan
pelepasan karbondioksida dan asam laktat, membuat keasaman jaringan yang
dipanasi lebih meningkat, sehingga akan memprovokasi dilatasi.
f. Darah dan cairan
Sebagai konsekuensi dari peningkatan metabolisme, penurunan viskositas cairan
dan dilatasi pembuluh darah mengakibatkan meningkatnya aliran darah, hal ini
juga akan menyebabkan peningkatan pertukaran penyeberangan cairan ke dinding
kapiler dan membran sel. Hal ini juga akan meningkatkan formasi limfe dan
jumlah leukosit darah.
Efek terapeutik pemanasan dengan MWD adalah ;
(1) mempercepat proses penyembuhan,
(2) mengurangi nyeri,
(3) mengurangi spasme otot,
(4) menimbulkan efek sedatif,
(5) meningkatkan ROM,
(6) mencegah decubitus,
(7) mengurangi oedema,
(8) meningkatkan reabsorbsi,
(9) mengontrol infeksi,
(10) persiapan sebelum terapi lainnya (Low & Reed, 2000).
Metode aplikasi MWD pada kasus calcaneal spur/plantar faciitis di sini adalah
dengan emitter bulat, dengan jarak antara emitter dan kulit daerah terapi
(calcaneus) adalah 5 – 10 cm. Waktu terapi 15 menit, dan dosis mitis comfortable.
Ultra Sound(7)
Ultra sound (US) merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang
menggunakan gelombang suara dengan frekuensi sangat tinggi (0,75 Mhz – 3
Mhz). Efek yang ditimbulkan adalah efek mekanik dan efek thermal.
18
19 CALCANEAL SPUR
Jaringan yang lebih kaya akan kolagen akan menyerap gelombang ultrasonik
dalam jumlah yang lebih besar, sehingga pengaruh energi ultrasonik akan lebih
besar juga. Besarnya panas yang diproduksi tergantung kepada intensitas dan
frekuensi ultrasonik, durasi terapi, ukuran dan jenis jaringan.
Efek mekanik/non termal US adalah :
a. Kavitasi (efek fibrasi pada gelombang gas oleh gelombang US)
b. Acousting steaming (gerakan cairan di sekitar membrane sel akibat gaya
mekanik gelombang US)
c. Micromassage
d. Meningkatkan aktifitas fibroblastik.
Efek fisiologis nontermal :
b. Menstimulasi pelepasan histamine dari sel Mast,
c. Pelepasan serotonin dari sel darah,
d. Pelepasan “Chemotactic Agent” dan ‘growth factor’ dari makrofag,
e. Menstimulasi pembentukan kapiler darah baruoleh sel-sel endotel,
f. Stimulasi fibroblast untuk meningkatkan sintesis protein,
g. Meningkatkan ambang nyeri.
Efek fisiologis dan efek terpeutik termal dari US sama dengan efek dari MWD
seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian US adalah:
a. Intensitas terapi ditentukan berdasarkan tujuan, bila yang diinginkan efek
panas maka intensitas bisa maksimal sampai terasa nyeri tumpul kemudian
dikurangi sedikit.
b. Intensitas terapi ditentukan oleh jenis dan letak jaringan, semakin superfisial
dan semakin banyak mengandung jaringan kolagen, intensitasnya semakin
kecil, dan sebaliknya.
c. Waktu terapi ditentukan berdasarkan luas daerah yang di terapi, semakin luas
maka waktu yang di berikan juga semakin lama dengan perhitungan waktu
(dalam menit) adalah luas area (L cm²) dibagi ERA dikalikan dua ( Waktu = L
: ERA x 2 ).
Metode aplikasi US bisa menggunakan:
19
20 CALCANEAL SPUR
a. Metode kontak langsung yaitu tranduser langsung diaplikasikan pada area yang
diterapi dengan menggunakan media kontak (aqua-gel). Metode ini adalah yang
paling banyak digunakan untuk terapi.
b. Metode under water yaitu area yang diterapi dimasukkan ke dalam bak air, dan
tranduser diaplikasikan dalam jarak tertentu.
c. Metode water pillow yaitu tranduser diaplikasikan dengan menggunakan perantara
kantong plastik berisi air yang ditempelkan ke area yang akan diterapi.
d. Metode phonophoresis yaitu memasukkan bahan atau zat tertentu ke dalam
jaringan tubuh dengan menggunakan energi ultrasonik.
3. Masase(6)
Masase yang regular dan ritmis pada tumit yang sakit dengan menggunakan salep anti
nyeri (topikal) dapat menstimulasi relaksasi otot-otot dan menghilangkan nyeri. Selama
masase kekuatan yang digunakan tidak boleh terlalu kuat. Masase dilakukan selama 15
menit. Setelah selesai masase, kaki direndam di air hangat selama 10-15 menit. Kemudian
kaki di letakkan pada lantai selama beberapa menit. Selanjutnya mulai melangkah secara
perlahan.
Teknik Masase Kaki
4. Latihan dan peregangan(6)
a) Latihan Wall Stretches
Latihan ini dilakukan untuk merenggangkan otot gastrocnemius dan otot
hamstring. Latihan dilakukan dengan cara posisi tubuh menghadap ke dinding,
berdiri sekitar dua sampai tiga kaki dari tembok, kemudian lakukan dorongan
dengan tangan pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang dan kaki lainnya
dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara
20
21 CALCANEAL SPUR
meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di
lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi
setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.
Latihan Wall Stretches
Metode lain yang dapat digunakan untuk merenggangkan otot gastrocnemius dan
otot hamstring dengan stetching exercise berikut :
Stretching exercise untuk otot gastrocnemius dan otot hamstring.
b) Latihan Peregangan dengan Counter Top
Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah
dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam
posisi jongkok dan tahan. Posisi tumit ditahan dilantai selama mungkin. Tumit dan
busur kaki akan meregang dan tahan posisi ini selama 10 detik. Setelah 10 detik
kaki rileks, kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.
21
22 CALCANEAL SPUR
Latihan Peregangan dengan Counter Top
c) Latihan Rolling the foot
Latihan dilakukan dengan cara memutar sebuah bola atau kaleng bekas yang
diletakkan di telapak kaki ke arah depan dan belakang. Latihan ini dapat membantu
masase tumit yang nyeri dan kekakuan kaki.
Latihan Rolling the foot
d) Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage
Latihan ini dilakukan sebelum pasien turun dari tempat tidur, baik saat bangun
tidur atau setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat tidur plantar fascia
semakin mengencang.
22
23 CALCANEAL SPUR
Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage
e) Latihan mobilisasi
Latihan dilakukan dengan menggerakkan seluruh sendi pada kaki dan pergelangan
kaki secara aktif selama 5 menit. Hal ini akan meningkatkan ROM dari sendi kaki.
Latihan mobilisasi
5. Alat bantu (6)
1. Heel pad dan heel cup
Heel pad adalah sol yang diletakkan di dalam sandal atau sepatu. Heel pad berupa
bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat dengan lubang
ditengahnya. Fungsi heel pad berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi
selama berjalan. Selain itu juga mengurangi tekanan pada tumit, sehingga
mengurangi nyeri. Heel cup memiliki bentuk yang sedikit berbeda, dengan bagian
posterior yang lebih tinggi dan bagian tengahnya tidak berlubang, namun mebih
lunak.
23
24 CALCANEAL SPUR
Heel Pad (kiri) dan Heel Cup (kanan)
2. Arch support
Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk
mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat dibantu dengan
Arch support yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pada kaki dan mengontrol
biomekanik dari kaki.
Arch Support
3. Night splints (Bidai malam)
Night splints dirancang untuk menjaga telapak kaki seseorang dalam posisi netral
sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki dalam
posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi yang
memendek. Penggunaan Night dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam)
memungkinkan peregangan pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur.
Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat itu
plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan tegangan
saat melangkah pertama di pagi hari.
24
25 CALCANEAL SPUR
Night splints (Bidai malam)
6. Tindakan operasi (6)
Jika pengobatan konservatif tidak dapat mengurangi rasa sakit di tumit, operasi
mungkin diperlukan. Prosedur yang paling umum endoscopic plantar fascia release,
yang mampu mengurangi ketegangan struktur di sekitar tumit. Setelah tulang kalkaneus
bebas dari fascia plantaris, maka spur dapat di-remove.
7. Intervensi dan edukasi(7)
a) Berolah raga yang mengurangi beban pada tumit contohnya berenang.
b) Diet dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas atau kegemukan.
c) Melakukan latihan peregangan otot setiap hari akan meningkatkan fleksibelitas
plantar fascia, otot achilles dan otot betis. Beberapa latihan peregangan
diantaranya adalah :
Membersihkan jari-jari kaki dengan handuk
Meregangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan
Meregangkan betis dan tumit pada lantai
d) Setelah bangun tidur pagi hari hendaknya duduk dengan rileks dengan kaki
ditaruh di lantai
e) Memakai sepatu bertumit rendah antara 2,5-5 cm. Kokoh dan mendukung bagian
tengah dan telapak kaki, pilih kualitas sepatu yang baik dan berkualitas untuk
berjalan dan berlari.
f) Jangan memberikan beban terlalu berat terhadap kaki
g) Pemberian kompres es pada kaki setelah melakukan aktivitas berat
25
26 CALCANEAL SPUR
h) Melakukan pemanasan yang cukup sebelum melakukan olah raga atau aktivitas
yang berat.
Untuk mencegah peradangan berlanjut bisa dilakukan dengan memindah daerah
penekanan nyeri ke daerah toleransi sekitarnya dengan pemakaian insole dari bahan
yang lunak (karet, busa, silikon), ini merupakan penanganan yang baik untuk plantar
fasciitis/calcaneal spur. Kontrol pronasi bisa juga dibantu dengan orthotic dan
modifikasi sepatu.
2.7 DIAGNOSIS BANDING(6)
Kondisi Karakteristik
Neurologic
Abductor digiti quinti nerve
entrapment
Rasa terbakar di bantalan tumit
Lumbar spine disorders Nyeri yang menjalar dari tungkai ke tumit, kelemahan,
refleks abnormal.
Problems with the medial calcaneal
branch of the posterior tibial nerve
Nyeri pada medial tumit
Neuropathies Biasanya terjadi pada pasien yang mengkonsumsi alkohol
dan pada pasien diabetes. Nyeri diffusa pada kaki dan terjadi
malam hari.
Tarsal tunnel syndrome Nyeri, sensasi terbakar, dan kesemutan pad kaki
Soft tissue
Achilles tendonitis Nyeri pada retrokalkaneus
Fat pad atrophy Nyeri pada area bantalan tumit yang atrofi
Heel contusion Ada riwayat trauma
Plantar fascia rupture Sensasi nyeri pada bagian bawah kaki
26
27 CALCANEAL SPUR
Kondisi Karakteristik
Posterior tibial tendonitis Nyeri pada kaki dan ankle
Retrocalcaneal bursitis Nyeri pada retrokalkaneus
Skeletal
Calcaneal epiphysitis (Sever’s disease) Nyeri tumit pada remaja
Calcaneal stress fracture Pembengkakan kalkaneus, hangat, dan nyeri tekan.
Infections Osteomyelitis
Gejala sistemik (e.g., fever, night pain)
Inflammatory arthropathies Sama dengan PF tetapi terjadi bilateral
Banyak sendi yang terlibat
Subtalar arthritis Nyeri pada suprakalkaneus
Miscellaneous
Metabolic disorders
Osteomalacia Nyeri tulang diffusa dan kelemahan pada otot
Tumors (jarang) Deep bone pain, night pain, constitutional symptoms
Vascular insufficiency Pain in muscle groups that is reproducible with exertion,
abnormal vascular examination
BAB III
27
28 CALCANEAL SPUR
KESIMPULAN
Calcaneal spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak semestinya) di
daerah tuber calcaneus, yang bentuknya seperti jalu ayam
Plantar fascitis adalah peradangan fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki
di perlekatannya pada calcaneus
Calcaneal spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang menyebabkan
nyeri bukan dari spur tapi karena adanya plantar fasciitis setempat
Penguluran yang berulang-ulang dari fasia plantaris atau aponeurosis akan
menyebabkan kerobekan mikroskopis jaringan yang disertai tarikan periosteum dari
tulang (calcaneus), sehingga daerah subperiosteum akan bertambah lebar.
Kemudian terjadi peradangan subperiosteum yang juga menyebabkan nyeri. Setelah
itu akan terjadi pembentukan jaringan fibrous yang akan memicu penumpukan
kalsium di subperiosteum, dan selanjutnya terbentuk spur. Pada pemulaannya, nyeri
kemungkinan disebabkan oleh peradangan dari jaringan tendofascioperoeosteal,
pada stadium lanjut nyeri disebabkan oleh spur yang memicu peradangan
tendofascio plantaris
Gejalanya berupa nyeri di bagian tumit terutama di pagi hari, adanya riwayat aktivitas
fisik yang berat, adanya riwayat berdiri (weight bearing) yang lama, pada
berkembangan gejala selanjutnya, nyeri dapat muncul pada setiap langkah kaki dan
terjadi terus-menerus.
Penegakan diagnose calcaneal spur dengan foto rontgen AP lateral
Pengobatan bisa dengan medikamentosa dan non medikamentosa yang berorientasi
pada permasalahan pokoknya atau causative oriented yaitu untuk mengurangi
peradangan mikro, mengurangi ketegangan fasia plantaris dan calf muscle,
mengontrol gerak pronasi pada fase heel-strike dan mid-stance pada waktu berjalan,
memelihara fleksibilitas dan stabilitas kaki dan pergelangan kaki
DAFTAR PUSTAKA
28
29 CALCANEAL SPUR
1. Snell, Richard. 1998. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC
2. Prmob. Bagaimana Orthotics Bekerja dalam Merawat Plantar Fasciitis. http://id. n prmob
.net/plantar-fasciitis/kaki/orthotics-243088.html diakses pada tanggal 7 Mei 2013
3. Blautine. Definisi Calcaneal spur. http://www.scribd.com/doc/59159111/Definisi-
Calcaneus-Spur diakses pada tanggal 6 Mei 2013
4. News Articles OnLine. Apa penyebab spurs tulang.
http://id.ixarticle.com/articles/308259/ diakses pada tanggal 6 Mei 2013
5. Gotohealth. Calcaneal spur & Plantar Faciitis. http://boeds-gotohealth.blogspot.com/
2009_03_01_archive.html diakses pada tanggal 6 Mei 2013
6. Bimariotejo. Plantar Fasciitis. http://bimaariotejo.wordpress.com/2010/04/21/plantar-
fascitis/ diakses pada tanggal 7 Mei 2013
7. Indonesia sports medicine center. Plantar Fasciitis. http://www.ismc.co.id/artikel/2012-
09-13-04-05-03/plantar-fasciitis diakses pada tanggal 6 Mei 2013
29