referat anestesi jantung.pptx
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
Penatalaksanaan Anestesi Pada Pasien dengan Penyakit Jantung
Pembimbing: dr T. Liempy, sp. AnNama : Adhytio Yasashii
Penyakit jantung koroner Penyakit jantung katup Hipertensi Decompensatio cordis
Anastesi Pada Penyakit Jantung
Anamnesa◦ Gejala : nyeri dada, sesak nafas, toleransi
aktivitas, sinkope◦ Aktivitas dan gejala harus sesuai
Pemeriksaan Lab dan Fisik◦ Sama dengan pasien normal, diberikan tambahan◦ Riwayat angina tes enzim jantung◦ EKG jantung
Segmen ST datar PJK ST elevasi infark ventrikel kiri Tunda operasi pada imbalans elektrolit
Penyakit Jantung Koroner
Premedikasi◦ Terapi beta bloker peri operatif bagi pasien:
Memiliki PJK Penyakit vaskular perifer Dua faktor resiko untuk PJK
≥ 60 tahun, merokok, DM, HT, kolesterol total ≥240
◦ Jika beta bloker baru akan diberikan sebagai perencanaan premedikasi operasi atenolol 25 mg PO
◦ Pasien intoleran berikan klonidin 0,2 mg PO pada malam sebelum operasi 0,2 mg PO pada pagi hari sebelum operasi
Penyakit Jantung Koroner
Intraoperatif◦ Denyut jantung dan tekanan darah tinggi
dikontrol dengan anastesi dalam dan penghambat adrenergik
◦ Tekanan diastol dijaga pada ≥ 50mmHg◦ Konsentrasi hemoglobin > 9-10 mg/dL◦ Tekanan oksigen arteri > 60mmHg◦ Monitor tekanan darah intra arteri untuk PJK berat
Central venous pressure dimonitor pada operasi dengan banyak blood loss
Monitor dengan transesofageal ekokardiografi (TEE) atau EKG
Penyakit Jantung Koroner
◦ EKG dapat menunjukkan: Depresi segmen ST Minimal 2 lead harus dimonitor
Lead II monitor iskemia dinding inferior dan aritmia, lead V5 iskemia dinding anterior
Jika terpaksa, lead V5 saja yang dimonitor
◦ Anestesi regional menjadi pilihan utama Penurun TD post SAB fenilefrin (25-50µg)/sejenis,
jika bradikardia efedrin (5-10µg) Hipotensi tanpa respon pada agen diatas epinefrin
(2-10µg)
Penyakit Jantung Koroner
Pada anestesi umum ◦ Induksi memiliki efek: hemodinamik minimal,
menghasilkan penurunan kesadaran yang diinginkan, dan kedalaman cukup untuk mencegah respon vasopresor jika di intubasi
Induksi lambat terkontrol Kombinasi obat yang digunakan biasanya:
◦ propofol, barbiturat, etomidat, benzodiazepine, opioid
Penyakit Jantung Koroner
Teknik yang biasa digunakan adalah opioid-volatil ◦ 40% sensitif dengan efek depresan dari obat
volatil poten dan opioid dosis besar (bolus)◦ Obat volatil menurukan demand oksigen,
sehingga menguntungkan pada keseimbangan oksigen miokardium
Hal yang harus diperhatikan:◦ Oksigenasi, kadar hematokrit (atau hemoglobin),
abnormalitas hemodinamik (hipotensi, hipertensi, takikardia)
◦ Kegagalan identifikasi iskemia nitrogliserin intravena
Penyakit Jantung Koroner
Pelemas otot yang digunakan:◦ Rokuronium, vekuronium, pipekuronium,
doksakurium ◦ Memiliki efek samping minimal pada sirkulasi
Penyakit Jantung Koroner
Postoperatif◦ Harus mendapatkan tambahan oksigen ◦ Hipotermi diatasi dengan pemberian selimut◦ Kecurigaan overload cairan furosemide 20-40
mg IV◦ Resiko terbesar adalah iskemia yang tidak
terdeteksi, dengan manifestasi: Nyeri dada Hipotensi yang tidak dapat dijelaskan Gagal jantung kongestif
◦ Untuk pencegahan, harus dilakukan EKG dan cek enzim jantung
Penyakit Jantung Koroner
Anamnesa berdasarkan gejala:◦ Toleransi saat latihan◦ Kelelahan◦ Paroxysmal nocturnal dyspneau◦ Edema kaki◦ Dyspneau ◦ Ortopneau
Penyakit Katup Jantung
Pemeriksaan fisik:◦ Tanda gagal jantung kiri
s3 gallop ronkhi paru
◦ Tanda gagal jantung kanan distensi vena jugular refluks hepatojugular hepatosplenomegali edema pedis
Penyakit Katup Jantung
Pemeriksaan Laboratorium◦ Pemeriksaan fungsi hati◦ Analisa gas darah ◦ Protrombin dan partial protrombin time
(penggunaan antikoagulan)
EKG◦ Tidak terlalu spesifik◦ Perubahan gelombang T atau segmen ST
Kelainan Katup Jantung
Premedikasi◦ Dosis premedikasi harus dikurangi pada fungsi
ventrikel buruk◦ Obat yang biasa dikonsumsi harus dilanjutkan◦ Tambahan oksigen pada hipertensi pulmonal◦ Antikoagulan dapat dihentikan 1-3 hari
perioperatif, dapat dilanjutkan 2-3 hari postoperatif
Kelainan Katup Jantung
Pasien sensitif terhadap efek vasodilatasi anestesi spinal dan epidural
Epidural > spinal Opioid > volatil Takikardia intraoperatif dikontrol dengan
opioid atau alfa bloker (esmolol, propanolol) Fenilefrin > efedrin sebagai vasopresor
Stenosis Mitral
Pasien dengan fungsi ventrikel baik = efek anestesi baik
Opioid lebih sensitif Pankuronium dengan opioid dapat
mencegah bradikardi pada pasien
Regurgitasi Mitral
Sebagian besar pasien tidak bergejala Tidak ada pengobatan khusus kecuali
antibiotik profilaksis Aritmia ventrikular sering terjadi Pemberian lidokain atau penghambat beta
adrenergik untuk aritmia
Prolaps Katup Mitral
Pemeliharaan sinus ritmik, denyut jantung, dan volume intravaskuler
Harus menghindari bradikardia (<50x/menit)
Denyut jantung optimal = 60 dan 90 x/menit
Stenosis Aorta
Bradikardi meningkatkan regurgitasi Denyut jantung harus dijaga 80-100 x/mnt Penggantian cairan harus perlahan, cegah
edema paru
Regurgitasi Aorta
Manajemen perioperatif ◦ Anamnesis
Pasien dengan hipertensi tidak terkontrol/diobati = resiko infark miokard intraoperatif dan aritmia lebih tinggi
Seberapa lama, dan berat HT pasien, sudah diobati dengan apa
◦ Operasi pasien dengan diastolik ≥110 harus ditunda sampai TD terkontrol
Hipertensi
Premedikasi◦ Kecemasan harus dihindari pada pasien HT◦ Pemberian anxiolitik (midazolam) memperbaiki
TD pasien preoperatif◦ Agonis a2-adrenergik berguna sebagai adjuvan
premedikasi pasien HT◦ Clonidine (0,2 mg)
Meningkatkan sedasi Mengurangi pemberian obat anastesi intraoperatif Mengurangi HT perioperatif
Hipertensi
Intraoperatif◦ Memelihara satu batas tekanan darah yang stabil◦ Tekanan darah arteri dijaga 10-20% dari ukuran
preoperatif◦ Jika hipertensi (>180/120 mmHg) didapatkan
preoperasi, tekanan darah arteri harus dipertahankan pada normal tinggi (150–140/90–80 mm Hg).
Hipertensi
Tenik intubasi untuk menipiskan respon hipertensi◦ Memperdalam anestesia dengan volatil yang kuat
selama 5–10 min. ◦ Memberikan opioid secara bolus (fentanyl, 2,5–5
μg/kg; alfentanil, 15–25 μg/kg; sufentanil, 0,25–0,5 μg/kg; atau remifentanil, 0,5–1 μg/kg).
◦ Memberikan lidokain, 1,5 mg/kg intravena atau intratrachea.
◦ Memblokade β-adrenergik dengan esmolol, 0.3–1.5 mg/kg; propranolol, 1–3 mg; atau labetalol, 5–20 mg.
◦ Menggunakan anestesi topikal pada jalan nafas.
Hipertensi
Manajemen preoperatif Operasi elektif harus menunggu kondisi
membaik Pemberian beta bloker dan ACE-I dapat
meningkatkan fungsi ventrikel dan mengurangi komplikasi intraoperasi
Dekompensasio Kordis
Manajemen Intraoperatif Etomidate sebagai induksi karena efek
minimal pada saraf simpatis Anastesi volatil harus dijaga untuk
mencegah efek depresi jantung Kombinasi benzodiazepine dan opioid dosis
besar dapat digunakan sebagai agen induksi pada kondisir dekom berat
Dekompensasio Kordis
Terima Kasih