reaksi perubahan warna

27
HALAMAN PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biokimia Unit II dengan judul “Reaksi Perubahan Warna” disusun oleh: nama : Diah Astini Paramita N I M : 121 4141 026 kelas/kelompok : B/IV telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh asisten dan koordinator asisten maka, dinyatakan diterima. Makassar, November 2013 Koordinator Asisten Asisten Djumarirmanto, S.Pd Andi Mirnawati NIM. 1114140001 Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Prof. Dr. Ir. Yusminah Hala, M.S NIP. 1961 1212 1968 01 2002

Upload: diah-astini-paramita

Post on 24-Nov-2015

279 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Biokimia Reaksi Perubahan Warna

TRANSCRIPT

HALAMAN PENGESAHANLaporan lengkap praktikum Biokimia Unit II dengan judul Reaksi Perubahan Warna disusun oleh:nama: Diah Astini ParamitaN I M: 121 4141 026kelas/kelompok: B/IVtelah diperiksa dan dikonsultasikan oleh asisten dan koordinator asisten maka, dinyatakan diterima.

Makassar, November 2013 Koordinator Asisten Asisten

Djumarirmanto, S.PdAndi MirnawatiNIM. 1114140001

Mengetahui,Dosen Penanggung Jawab

Prof. Dr. Ir. Yusminah Hala, M.SNIP. 1961 1212 1968 01 2002

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangProtein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan ataupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan biasa disebut dengan protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan yang berfungsi sebagai sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, buah-buahan, dan lain-lain.Penambahan bahan-bahan kimia tertentu pada larutan protein kemungkinan dapat mengakibatkan larutan protein yang semula tidak berwarna menjadi berwarna. Rekasi perubahan warna ini sendiri menunjukkan terjadinya reaksi kimia sebagai akibat dari penambahan atau pencampuran larutan, dari reaksi ini dapat dibuktikan kandungan apa yang terdapat dalam larutan tersebut.Sebagai contoh reaksi biuret yang bertujuan mengidentifikasi ikatan peptida, reaksi positif yang dihasilkan oleh larutan yakni perubahan warna menjadi ungu panjang ikatannyapun dapat dilihat dari warnanya yang bila lebih gelap berarti memiliki ikatan peptida panjang dan bila lebih cerah, seperti merah muda memiliki ikatan yang pendek.Untuk itu perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui kandungan dalam suatu larutan protein berdasarkan beberapa uji sederhana.

B.Tujuan Praktikum1. Mengetahui adanya ikatan peptida pada larutan melalui uji biuret2. Mengetahui adanya sakarida/glukosa pada larutan melalui uji molisch3. Mengetahui adanya gugus benzena atau cincin fenil pada larutan melalui uji xantoprotein4. Mengetahui adanya asam amino tirosin pada larutan melalui uji millon5. Mengidentifikasi asam amino secara umum melalui uji ninhidrine6. Mengetahui adanya asam amino alginin pada larutan melalui uji sakaguchiC.Manfaat PraktikumMelalui peraktikum ini mahasiswa dapat mengetahui Mengetahui kandungan yang ada pada asam amino, peptide dan protein melalui reaksi perubahan warna pada uji biuret, uji molisch, uji xantoprotein, uji millon, uji ninhidrin, dan uji sakaguchi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAKata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung dan buah-buahan (Poedjiadi, 1994).Peranan utama protein di dalam tubuh manusia adalah untuk membangun sel baru, memelihara sel-sel yang telah ada, dan mengganti sel-sel yang telah rusak. Protein juga dapat berperan sebagai sumber energi, apabila konsumsi makanan berenergi tinggi yaitu lemak dan karbohidrat tidak mencukupi. Dari berbagai jenis protein, ada yang mempunyai peranan spesifik untuk tubuh misanya sebagai pengatur metabolik (hormon), biokatalisator (enzim), sebagai pertahanan tubuh (antibodi); pembawa sifat turunan, pengangkut oksigen dalam darah, dan masih banyak lagi fungsi lainnya (Sumardjo, 2009).Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).Menurut Maharani (2010), fungsi protein adalah: a) sebagai bahan bakar atau energi karena mengandung karbon, maka dapat digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar manakala keperluan tubuh akan energi tidak diterpenuhi oleh lemak dan karbohidrat; b) Sebagai zat pengatur yaitu mengatur berbagai proses tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai bahan pembentuk zat-zat yang mengatur berbagai proses tubuh; dan c) Sebagai zat pembangun yaitu untuk membantu membangun sel-sel yang rusak maupun yang tidak rusak. Kebutuhan protein meningkat sesuai dengan pertambahan umur.Asam amino merupakan satuan penyusun protein. Berdasarkan rumus bangunnya asam amino dapat dipandang sebagai turunan asam karboksilat, yang salah satu atom hidrogennya diganti oleh gugus amino (NH3). Ikatan asam amino yang membentuk rantai panjang disebut ikatan peptida. Adanya ikatan peptida dapat dibuktikan dengan berbagai reaksi. Reaksi yang biasa dipakai adalah reaksi biuret. Reaksi ini adalah reaksi untuk protein dapat mengetahui banyak ikatan peptida. Sebenarnya yang disebut peptida ialah rangkaian asam amino yang jumlahnya kurang dari 100 asam amino. Sebaliknya bila lebih dari itu disebut protein (Hala, 2013).Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya (Girindra, 1986).Hidrolisis yang komplit dari protein akan menghasilkan 20 macam asam amino. Asam amino tergolong amfotef yaitu dapat bereaksi asam atau basa. Menampakkan diri sebagai ion zwitter, ion yang sedikit banyaknya tergantung pada titik iso elekriknya (Hala, 2013).Duapuluh macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut: asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).Menurut Sari (2007), berdasarkan struktur, protein terbagi menjadi beberapa tingkatan.1. Struktur primer: sekuens dari asam-asam amino.2. Struktur sekunder: pola lipatan berulang yang teratur (seperti heliks datau pelat ), distabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus-gugus peptida dalam sekuensnya.3. Struktur tersier: segmen-segmen protein yang melipat secara tiga dimensi, distabilkan oleh interaksi antara sekuens-sekuens yang berjauhan.4. Struktur kuarterner: interaksi antara rantai-rantai polipeptida yang berbeda menghasilkan struktur oligomerik, yang distabilkan hanya oleh ikatan nonkovalen.Penambahan bahan-bahan kimia tertentu pada larutan protein kemungkinan dapat mengakibatkan larutan protein yang semula tidak berwarna menjadi berwarna. Reaksi pembentukan warna protein ini sering dipakai untuk menunjukkan adanya protein atau protein tertentu, walaupun beberapa diantara reaksi-reaksi ini tidak spesifik karena beberapa zat lain dengan reagen yang sama memberikan hasil yang sama (Sumardjo, 2009).Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Analisa kualitatif: Test Biuret, Test Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon, Test Ninhidrin; dan 2) Analisa kuantitatif: Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi formol, Turbidimetri atau kekeruhan, Metode Kjeldahl yang terbagi menjadi 3 tahap, destruksi, destilasi dan titrasi (Maharani, 2010). Menurut Hala (2013), reaksi biuret adalah reaksi umum untuk peptida dan protein, termaksud diantaranya hasil hidrolisis protein seperti metaprotein, protease, pepton, polipeptida, kecuali asam amino. Reaksi positif terjadi dengan adanya perubahan warna menjadi ungu atau merah muda akibat terjadinya senyawa antara Cu dan N dari ikatan peptida dan O dari air, warna yang terjadi tergantung panjang ikatan peptida. Bila ikatan peptida panjang warnanya ungu, sebaliknya bila pendek warnanya merah muda. Asam amino memberikan reaksi biuret negatif, sebab tidak ada ikatan peptida. Dengan demikian reaksi negatid dapat dijadikan indikator selesainya hidrolisis protein.

BAB IIIMETODE PENELITIANA.Waktu dan TempatHari/Tanggal: Kamis/6 Desember 2013Waktu: Pukul 15.00 s.d. 16.40 WITATempat: Laboratorium Biologi Lantai II Barat FMIPA UNMB.Alat dan Bahan1.Alata. Tabung reaksib. Gelas ukur 10mlc. Pipet tetesd. Rak tabung reaksie. Penjepit tabungf. Bunseng. Mortarh. Alui. Gelas kimia2.Bahana. Ekstrak taugeb. Ekstrak tempec. Peptond. Putih telure. Larutan ninhidrinf. Larutan NaOH 10% dan 40%g. Larutan CuSO4h. Reagen Molischi. Larutan HNO3 pekatj. Reagen Millonk. Larutan NaNO3l. Larutan -naftol 1%m. Larutan kalium hipokloritn. Tissueo. KorekC.Prosedur Kerja

Mengisi1.Uji Biuret

MengamatiMemberiMenambahkan

Mengisi2.Uji Molisch

MengamatiMenambahkan

Mengisi3.Uji Xantoprotein

MemanaskanMenambahkanMengamatiMenambahkan

Mengisi4. Uji Millon

MengamatiMenambahkanMemanaskanMenambahkan

5.Uji Ninhidrine

Mengisi

MenambahkanMengamatiMemanaskan6.Uji Sakaguchi

Mengisi

MengamatiMenambahkanMemanaskanMenambahkan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA.Hasil Pengamatan1.Uji BiuretNo.BahanReaksiPerubahan Warna

PositifNegatif

1.Pepton-Ungu

2.Tauge-Ungu

3.Telur-Ungu

4.Tempe-Ungu

2.Uji MolischNo.BahanReaksiPerubahan Warna

PositifNegatif

1.Pepton-Endapan coklat

2.Tauge-Endapan coklat

3.Telur-Endapan coklat

4.Tempe-Endapan coklat

3.Uji XanthoproteinNo.BahanReaksiPerubahan Warna

PositifNegatif

1.Pepton-Orange

2.Tauge-Orange

3.Telur-Orange

4.Tempe-Orange

4.Uji MillonNo.BahanReaksiPerubahan Warna

PositifNegatif

1.Pepton-Merah

2.Tauge-Endapan merah

3.Telur-Putih

4.Tempe-Kuning

5.Uji NinhidrinNo.BahanReaksiPerubahan Warna

PositifNegatif

1.Pepton-Biru

2.Tauge-Biru

3.Telur-Biru

4.Tempe-Biru

6.Uji SakaguchiNo.BahanReaksiPerubahan Warna

PositifNegatif

1.Pepton-Merah

2.Tauge-Merah

3.Telur-Merah

4.Tempe-Merah

B.Pembahasan1.Uji BiuretUji biuret dilakukan dengan tujuan mengidenifikasi adanya ikatan peptida pada larutan yang diuji. Pada percobaan kali ini digunakan pepton, ekstrak tauge dan tempe, serta telur. Dari percobaan yang dilakukan, tampak keempat sampel mengalami perubahan warna menjadi ungu, hal ini menunjukkan uji positif bahwa keempatnya memiliki ikatan peptida.Larutan protein + NaOH + CuSO4 biru/unguSebagaimana Hala (2013) menyatakan bahwa, reaksi positif terjadi dengan adanya perubahan warna menjadi ungu atau merah muda akibat terjadinya senyawa antara Cu dan N dari ikatan peptida dan O dari air, warna yang terjadi tergantung panjang ikatan peptida. Bila ikatan peptida panjang warnanya ungu, sebaliknya bila pendek warnanya merah muda. Dari sini dapat diketahui bahwa, keempat sampel memiliki ikatan peptida yang panjang sebab menghasilkan warna ungu.Adapun reaksinya yakni sebagai berikut:

2.Uji MolischPercobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi sakarida atau glukosa pada protein. Bahan yang digunakan dalam perobaan yakni pepton, ekstrak tauge dan tempe, serta telur yang ditambahkan reagen molisch, dan keempat sampel ini mengalami perubahan warna dimana terbentuk endapan coklat.Hal ini bertentangan dengan teori Sumardjo (2009), yang mengatakan bahwa, larutan protein mejemuk yang radikal prostetik karbohidrat, yaitu glikoprotein atau mukoprotein, pada penggojlokannya secara hati-hati dengan larutan alfanaftol dalam alkohol dan asam sulfat pekat akan membentuk larutan berwarna violet/ungu. Pada proses ini, glikoprotein atau mukoprotein akan mengalami hidrolisis menjadi protein sederhana dan karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk dengan alfa-naftol dalam alkohol dan asam sulfat pekat memberi warna violet/ungu.Sementara pada keempat sampel menghasilkan endapan coklat, bukan warna violet/ungu, hal ini mungkin disebabkan kesalahan pada pengujian. Persamaan reaksinya yakni sebagi berikut:Larutan protein + reagen molisch violet/ungu

3.Uji XantoproteinUji xantoprotein dilakukan dengan tujuan mengetahui adanya gugus benzena atau cincin fenil pada larutan. Pada percobaan ini digunakan pepton, ekstrak tauge dan tempe, serta telur. Dari empat bahan yang diujikan dihasilkan perubahan warna menjadi orange atau kuning tua. Perubahan warna larutan menjadi orange menunjukkan reaksi positif bahwa, keempat bahan uji memiliki gugus benzena atau cincin fenil.Pereaksi xantoprotein positif terhadap protein yang mengandung asam amino dengan gugus samping fenil, seperti asam amino tirosin, fenilalanin, dan triptofan. Larutan protein + HNO3 + CuSO4 orange/kuningBerdasarkan Sumardjo (2009), protein yang mengandung residu asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang mengandung asam amino fenilananin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam nitrat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi kuning, yang akhirnya berubah menjadi jingga jika ditambahkan dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun protein tersebut.Sebagaimana menurut Hala (2013), reaksi warna pada uji xantoprotein untuk asam amino yang mengandung cincin fenil atau inti benzena, contoh tirosin, fenilalanin dan triptofan. Reaksi positif ditandai dengan timbulnya warna kuning setelah ditambah asam nitrat dan dipanaskan. Bila asam amino ini ditambahkan alkil akan memberi warna orang.Adapun reaksinya yakni sebagai berikut:

4.Uji MillonUji millon bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam amino tirosin. Pada percobaan ini digunakan pepton, ekstrak tempe, ektrak tauge dan telur. Pada tempe dihasilkan perubahan warna larutan menjadi merah, sementara pada tauge menghasilkan endapan merah. Beda halnya dengan telur dan pepton, dimana pepton menghasilkan warna kuning dan telur menghasilkan warna putih. Adapun persamaan reaksinya yakni:

Menurut Sumardjo (2009), reaksi millon digunakan khusus untuk protein yang mengandung asam amino dengan radikal hidroksi fenil sebagai penyusun. Oleh karena itu, reaksi ini khusu untuk protein yang struktur kimianya mengandung residu tirosin. Jika larutan protein ini ditambahkan dengan pereaksi Millon (larutan merkuri nitrit dan merkuri nitrat dalam campuran asam nitrit dan asam nitrat), gumpalan berwarna putih akan terbentuk dan segera berubah menjadi merah pada pendidihan. Protein derivat sekunder, seperti proteose dan pepton dengan pereaksi ini pada pemanasan hanya terbentuk larutan berwarna merah. Dari sini dapat diketahui bahwa, tempe dan tauge menghasilkan reaksi positif sebab mengandung asam amino tirosin, sedangkan pada pepton dan telur sebaliknya.5.Uji NinhidrinePada uji ninhidrine bertujuan untuk mengidentifikasi asam amnio secara umum. Sampel yang digunakan yakni pepton, ekstrak tauge, ekstrak tempe dan telur yang selanjutnya ditambahkan larutan ninhidrine, kemudian dipanaskan sekitar 1-2 menit. Setelah pemanasan, dari keempat sampel mengalami perubahan warna menjadi biru keunguan. Perubahan warna larutan ini menunjukkan reaksi positif.Sebagaimana menurut Sumardjo (2009), zat pengoksidasi ninhidrin dengan larutan protein membentuk larutan berwarna ungu sampai biru. Reaksi ini berjalan dengan sempurna pada pH 5-7 dan sedikit pemanasan. Reaksi ini berlaku untuk semua protein, hasil antara hidrolisisnya, dan hasil akhir hidrolisisnya, yaitu asam amino. Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksi prolin akan terbentuk warna kuning.Pereaksi ninhidrin merupakan oksidator lemah, asam amino dapat bereaksi dengan ninhidrin sebagai berikut.Selanjutnya, ninhidrin bereaksi dengan hidrindantin dan amonia membentuk senyawa berwarna biru.

Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino.6.Uji SakaguchiPengujian sakaguchi bertujuan untuk mengidentifikasi adanya alginin pada larutan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan pepton, ekstrak tauge, ekstrak tempe serta telur, yang selanjutnya diberi NaOH 10%, -naftol 1% serta kalium hipoklorit. Dari percobaan tersebut, diketahui bahwa keempat bahan mengalami perubahan warna menjadi merah. Hal ini menunjukkan keempatnya mengalami reaksi positif.Sebagaimana menurut Hala (2013), reaksi positif ditandai dengan timbulnya warna merah setelah bereaksi dengan kalium hipoklorit yang telah dialkaliskan dahulu dengan NaOH dan -naftol. Reaksi ini penting untuk identifikasi alginin dalam protein.

BAB VPENUTUPA.KesimpulanBerdasarkan percobaan terhadap ekstrak tempe, ekstrak tauge, telur, dan pepton yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:1. Pada uji biuret keempat sampel menghasilkan reaksi positif dimana terjadi perubahan warna menjadi ungu, menunjukkan adanya ikatan peptida2. Pada uji molisch keempat sampel membentuk endapan coklat, namun menurut teori seharusnya larutan menghasilkan warna ungu atau violet yang menunjukkan reaksi positif, dimana terdapat sakarida atau glukosa pada larutan3. Pada uji xantoprotein keempat sampel menghasilkan reaksi positif dimana terjadi perubahan warna menjadi orange, menunjukkan adanya gugus benzena atau cincin fenil4. Pada uji millon keempat sampel menghasilkan reaksi positif ditandai dengan terjadi perubahan warna menjadi merah, menunjukkan adanya asam amino tirosin5. Pada uji ninhidrin keempat sampel menghasilkan reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi biru, uji ninhidrine merupakan reaksi umum untuk mengidentifikasi asam amino.6. Pada uji sakaguchi keempat sampel menghasilkan reaksi positif ditandai dengan terjadi perubahan warna menjadi merah, menunjukkan adanya alginin dalam protein.B.SaranUntuk praktikum selanjutnya, sebaiknya praktikan lebih cermat serta berhari-hati dalam melakukan percobaan agar percobaan berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKAGirindra, A.1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.Hala, Yusminah dan Hartono. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Universitas Negeri Makassar.Kuchel, Philip dan Gregory B. Ralston. 2006. Biokimia: Schaum's Easy Outline. Jarkarta: PT. Gelora Aksara PratamaMaharani, Endang Triwahyuni dan Yusrin. 2010. Kadar Protein Kista Artemia Curah yang dijual Petambak Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Jurnal Seminar Nasional UNIMUS. 1(10). 30-35Poedjiadi, Anna. 1994, Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Sari, Mutiara Indah. 2007. Struktur Protein. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/1932/1/09E01872.pdf. Diakses pada 12 Desember 2013.Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

LAMPIRAN