reaksi kimia dalam air

73
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat Asam asetat Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Asam asetat Informasi Nama sistematis Asam etanoat Asam asetat Nama alternatif Asam metanakarboksilat Asetil hidroksida (AcOH) Hidrogen asetat (HAc) Asam cuka Rumus molekul CH 3 COOH Massa molar 60.05 g/mol Densitas dan fase 1.049 g cm −3 , cairan 1.266 g cm −3 , padatan Titik lebur 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F) [1] Titik didih 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F) [1] Penampilan Cairan tak berwarna atau kristal Keasaman 4.76 pada 25 °C

Upload: binsar99

Post on 26-Nov-2015

684 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

REAKSI KIMIA DALAM AIR

TRANSCRIPT

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat

Asam asetatDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari Asam asetat

Informasi

Nama sistematisAsam etanoatAsam asetat

Nama alternatifAsam metanakarboksilatAsetil hidroksida (AcOH)Hidrogen asetat (HAc)Asam cuka

Rumus molekulCH3COOH

Massa molar60.05 g/mol

Densitas dan fase1.049 g cm3, cairan1.266 g cm3, padatan

Titik lebur16.5C (289.6 0.5 K) (61.6F)[1]

Titik didih118.1C (391.2 0.6 K) (244.5F)[1]

PenampilanCairan tak berwarna atau kristal

Keasaman (pKa)4.76 pada 25C

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka[2] adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.Daftar isi[sembunyikan] 1 Penamaan 2 Sejarah 3 Sifat-sifat kimia 4 Biokimia 4.1 Biosintesis asam asetat 5 Produksi 5.1 Karbonilasi metanol 5.2 Oksidasi asetaldehida 6 Penggunaan 7 Keamanan 8 Lihat pula 9 Referensi 10 Pranala luar

[sunting] PenamaanAsam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7C, sedikit di bawah suhu ruang.Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3C(=O). Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac).[sunting] Sejarah

Kristal asam asetat yang dibekukanCuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh berbagai bakteria penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari pembuatan bir atau anggur.Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.[sunting] Sifat-sifat kimiaKeasamanAtom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.[3] Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni.[4] Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.[5] Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.Sebagai PelarutAsam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.Reaksi-reaksi kimiaAsam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetatAsam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan amida. Pada suhu 440C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau ketena dan air.DeteksiAsam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.

[sunting] BiokimiaGugus asetil yang terdapat pada asam asetat merupakan gugus yang penting bagi biokimia pada hampir seluruh makhluk hidup, seperti gugus asetil yang berikat pada koenzim A menjadi senyawa yang disebut Asetil-KoA, merupakan enzim utama bagi metabolisme karbohidrat dan lemak. Namun demikian, asam asetat bebas memiliki konsentrasi yang kecil dalam sel, karena asam asetat bebas dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme pengaturan pH sel. Berbeda dengan asam karboksilat berantai panjang, asam asetat tidak ditemukan pada trigliserida dalam tubuh makhluk hidup. Sekalipun demikian, trigliserida buatan yang memiliki gugus asetat, triasetin (trigliserin asetat), adalah zat aditif yang umum pada makanan, dan juga digunakan dalam kosmetika dan obat-obatan.Asam asetat diproduksi dan diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu, misalnya dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum. Bakteri-bakteri ini terdapat pada makanan, air, dan juga tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan/makanan yang telah basi. Asam asetat juga terdapat pelumas vagina manusia dan primata lainnya, berperan sebagai agen anti-bakteri.[6][sunting] Biosintesis asam asetatAsam asetat merupakan produk katabolisme aerob dalam jalur glikolisis atau perombakan glukosa. Asam piruvat sebagai produk oksidasi glukosa dioksidasi oleh NAD+ terion lalu segera diikat oleh Koenzim-A. Pada prokariota proses ini terjadi di sitoplasma sementara pada eukariota berlangsung pada mitokondria.[sunting] Produksi

Pabrik pemurnian asam asetat di tahun 1884Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.[7]Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1Mt/a dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7Mt/a. 1.51Mt/a dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51Mt/a.[8][9] Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.[sunting] Karbonilasi metanolKebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetatCH3OH + CO CH3COOHProses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.(1) CH3OH + HI CH3I + H2O(2) CH3I + CO CH3COI(3) CH3COI + H2O CH3COOH + HIJika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925.[10] Namun, kurangnya bahan-bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode sebelumnya[11], sehingga menggantikan proses Monsanto.[sunting] Oksidasi asetaldehidaSebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.2 C4H10 + 5 O2 4 CH3COOH + 2 H2OUmumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada umumnya sekitar 150C and 55atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih banyak lagi.Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.2 CH3CHO + O2 2 CH3COOHDengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah melalui distilasi.[sunting] Penggunaan

Botol berisi 2,5 liter asam asetat di laboratoriumAsam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.[sunting] KeamananAsam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39C (102F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosifKonsentrasiberdasar beratMolaritasKlasifikasiFrase-R

10%25%1.674.16 mol/LIritan (Xi)R36/38

25%90%4.1614.99 mol/LKorosif (C)R34

>90%>14.99 mol/LKorosif (C)R10, R35

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.[sunting] Lihat pula Asam karboksilat Asetat Acetobacter[sunting] Referensi1. ^ a b http://webbook.nist.gov/cgi/cbook.cgi?ID=C64197&Units=SI&Mask=4#Thermo-Phase2. ^ (Inggris) Roger Blench, Matthew Spriggs, Archaeology and language, Volume 35, Routledge, 1999, ISBN 0-415-11786-0, 97804151178693. ^ Jones, R.E.; Templeton, D.H. (1958). "The crystal structure of acetic acid". Acta Crystallogr. 11(7), 48487.4. ^ James M. Briggs; Toan B. Nguyen; William L. Jorgensen. Monte Carlo simulations of liquid acetic acid and methyl acetate with the OPLS potential functions. J. Phys. Chem. 1991, 95, 3315-3322.5. ^ James B. Togeas. Acetic Acid Vapor: 2. A Statistical Mechanical Critique of Vapor Density Experiments. J. Phys. Chem. A 2005, 109, 5438-5444. DOI:10.1021/jp058004j6. ^ Dictionary of Organic Compounds (6th Edn.), Vol. 1 (1996). London: Chapman & Hall. ISBN 0-412-54090-87. ^ Yoneda, Noriyki; Kusano, Satoru; Yasui, Makoto; Pujado, Peter; Wilcher, Steve (2001). Appl. Catal. A: Gen. 221, 253265.8. ^ "Production report". Chem. Eng. News (July 11, 2005), 6776.9. ^ Suresh, Bala (2003). "Acetic Acid". CEH Report 602.5000, SRI International.10. ^ Wagner, Frank S. (1978) "Acetic acid." In: Grayson, Martin (Ed.) Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd edition, New York: John Wiley & Sons.11. ^ Lancaster, Mike (2002) Green Chemistry, an Introductory Text, Cambridge: Royal Society of Chemistry, pp. 262266. ISBN 0-85404-620-8.[sunting] Pranala luar (Inggris) Acetic Acid dari Encyclopdia Britannica (Inggris) Halaman data asam asetat

http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol

EtanolDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasBelum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari Etanol

Nama IUPAC[sembunyikan]Etanol

Nama lain[sembunyikan]Etil alkohol; hidroksietana; alkohol; etil hidrat; alkohol absolut

Identifikasi

Nomor CAS[64-17-5]

PubChem702

Nomor RTECSKQ6300000

SMILESCCO

InChI1/C2H6O/c1-2-3/h3H,2H2,1H3

Sifat

Rumus molekulC2H5OH

Massa molar46,07 g/mol

Penampilancairan tak berwarna

Densitas0,789 g/cm3

Titik leleh114,3

Titik didih78,4

Kelarutan dalam airtercampur penuh

Keasaman (pKa)15,9

Viskositas1,200 cP (20C)

Momen dipol1,69 D (gas)

Bahaya

Klasifikasi EUMudah terbakar (F)

NFPA 704310

Frasa-RR11

Frasa-SS2 S7 S16

Titik nyala13C (55.4F)

Senyawa terkait

Senyawa terkaitmetanol, propanol

Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlakupada temperatur dan tekanan standar (25C, 100kPa)Sangkalan dan referensi

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.[1]Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.Daftar isi[sembunyikan] 1 Sejarah 2 Sifat-sifat fisika 3 Sifat-sifat kimia 3.1 Reaksi asam-basa 3.2 Halogenasi 3.3 Pembentukan ester 3.4 Dehidrasi 3.5 Oksidasi 3.6 Pembakaran 4 Pembuatan 4.1 Hidrasi etilena 4.2 Fermentasi 5 Sifat Medis 6 Penggunaan 7 Referensi

[sunting] Sejarah

Etanol sering digunakan sebagai bahan bakarEtanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.[2]Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang.Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure berhasil menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Couper mempublikasikan rumus kimia etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus kimianya.[3]Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara terpisah oleh Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Srullas dari Perancis. Pada tahun 1828, Michael Faraday berhasil membuat etanol dari hidrasi etilena yang dikatalisis oleh asam. Proses ini mirip dengan proses sintesis etanol industri modern.[4]Etanol telah digunakan sebagai bahan bakar lampu di Amerika Serikat sejak tahun 1840, namun pajak yang dikenakan pada alkohol industri semasa Perang Saudara Amerika membuat penggunaannya tidak ekonomis. Pajak ini dihapuskan pada tahun 1906,[5] dan sejak tahun 1908 otomobil Ford Model T telah dapat dijalankan menggunakan etanol.[6] Namun, dengan adanya pelarangan minuman beralkohol pada tahun 1920, para penjual bahan bakar etanol dituduh berkomplot dengan penghasil minuman alkohol ilegal, dan bahan bakar etanol kemudian ditinggalkan penggunaannya sampai dengan akhir abad ke-20.[sunting] Sifat-sifat fisikaSifat-sifat termofisika dari campuran antara etanol dengan air dan dodekana

Volume berlebih campuran etanol dengan air (kontraksi volume)Kalor pencampuran campuran etanol dengan airKesetimbangan uap-cair campuran etanol dengan air (termasuk pula azeotrop)

Kesetimbangan padat-cair dari campuran etanol dan air (termasuk eutektikum)Celah ketercampuran (miscibility gap) pada campuran dodekana dan etanol]]

Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena.[7][8] Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.[8]Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal.[7][9] Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K[10].Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan kira-kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air[11]. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur di bawah 303 K[12].

Ikatan hidrogen pada etanol padat pada 186CIkatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis, sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang polar menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida.[8] Natrium klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol.[8] Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak atsiri[13] dan banyak perasa, pewarna, dan obat.Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air secara drastis. Campuran etanol dengan air yang lebih dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang kurang dari 50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu.Indeks refraksi etanol adalah 1,36242 (pada =589,3nm dan 18,35C).[7][sunting] Sifat-sifat kimiaUntuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat Alkohol.Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.[sunting] Reaksi asam-basaGugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Ia hampir netral dalam air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33, berbanding dengan pH air murni yang sebesar 7,00. Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya, ion etoksida (CH3CH2O), dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti natrium:2CH3CH2OH + 2Na 2CH3CH2ONa + H2ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:CH3CH2OH + NaH CH3CH2ONa + H2.Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air lebih asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan daripada pembentuk etoksida.[sunting] HalogenasiEtanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti etil klorida dan etil bromida:CH3CH2OH + HCl CH3CH2Cl + H2OReaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida.[14] Hidrogen klorida dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.[15][14]CH3CH2OH + HBr CH3CH2Br + H2OReaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam sulfat.[14]Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida, ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.[15][14]CH3CH2OH + SOCl2 CH3CH2Cl + SO2 + HCl[sunting] Pembentukan esterDengan kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat dan menghasilkan senyawa etil eter dan air:RCOOH + HOCH2CH3 RCOOCH2CH3 + H2O.Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam anorganik. Dietil sulfat dan trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam sulfat dan asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna sebagai agen etilasi dalam sintesis organik.[sunting] DehidrasiAsam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:2 CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120'C)CH3CH2OH H2C=CH2 + H2O (pada 180'C)[sunting] OksidasiEtanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang kemudian dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini dikatalisis oleh enzim tubuh. Pada laboratorium, larutan akuatik oksidator seperti asam kromat ataupun kalium permanganat digunakan untuk mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. Proses ini akan sangat sulit menghasilkan asetaldehida oleh karena terjadinya overoksidasi. Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida tanpa oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat menggunakan piridinium kloro kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).[14]C2H5OH + 2[O] CH3COOH + H2OProduk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh manusia sebagai asetil-koA.[sunting] PembakaranPembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:C2H5OH(g) + 3 O2(g) 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(Hr = 1409 kJ/mol[16])[sunting] Pembuatan

94% etanol terdenaturasi dalam sebuah botol untuk kegunaan rumah tanggaEtanol dapat diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilena ataupun secara biologis melalaui fermentasi gula dengan ragi.[17][sunting] Hidrasi etilenaEtanol yang digunakan untuk kebutuhan industri sering kali dibuat dari senyawa petrokimia, utamanya adalah melalui hidrasi etilena:C2H4(g) + H2O(g) CH3CH2OH(l).Katalisa yang digunakan umumnya adalah asam fosfat[18]. Katalis ini digunakan pertama kali untuk produksi skala besar etanol oleh Shell Oil Company pada tahun 1947.[19] Reaksi ini dijalankan dengan tekanan uap berlebih pada suhu 300C.Proses lama yang pernah digunakan pada tahun 1930 oleh Union Carbide[20] adalah dengan menghidrasi etilena secara tidak langsung dengan mereaksikannya dengan asam sulfat pekat untuk mendapatkan etil sulfat. Etil sulfat kemudian dihidrolisis dan menghasilkan etanol:[14]C2H4 + H2SO4 CH3CH2SO4HCH3CH2SO4H + H2O CH3CH2OH + H2SO4[sunting] FermentasiEtanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi. Spesies ragi tertentu (misalnya Saccharomyces cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan karbon dioksida:C6H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2.Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai fermentasi. Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15% etanol berdasarkan volume.[21]Untuk menghasilkan etanol dari bahan-bahan pati, misalnya serealia, pati tersebut haruslah diubah terlebih dahulu menjadi gula. Dalam pembuatan bir, ini dapat dilakukan dengan merendam biji gandum dalam air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang beru berkecambah tersebut akan menghasilkan enzim amilase. Biji kecambah gandum ditumbuk, dan amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula.Untuk etanol bahan bakar, hidrolisis pati menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan asam sulfat encer, menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua cara tersebut.[22][sunting] Sifat MedisEtanol telah banyak dibukti menyebabkan kelainan pada metabolisme lipoprotein, sintesis kolesterol dan penurunan sintesis asam empedu, asam kolat, fosfolipid, serta penurunan aktivitas enzim 12 alpha-hydroxylase.[23][sunting] Penggunaan Pelarut Campuran minuman (intoxicant) Sintesis bahan kimia lainEtanol juga dapat diminum sedikit dengan campuran air dan dapat membantu proses metabolisme.[sunting] Referensi1. ^ Myers, Richard L.; Myers, Rusty L. (2007). The 100 most important chemical compounds: a reference guide. Westport, Conn.: Greenwood Press. hlm.122. ISBN 0313337586.2. ^ Roach, J. (18 Juli 2005) "9,000-Year-Old Beer Re-Created From Chinese Recipe." National Geographic News., diakses 14 November 2005.3. ^ Couper, A.S. (1858). "On a new chemical theory." Philosophical magazine 16, 104116. Online reprint4. ^ Hennell, H. (1828). "On the mutual action of sulfuric acid and alcohol, and on the nature of the process by which ether is formed". Philosophical Transactions 118 (36571): 365. doi:10.1098/rstl.1828.0021.5. ^ Robert Siegel."Ethanol, Once Bypassed, Now Surging Ahead", NPR, 15 Februari 2007. Diakses pada 22 September 2007.6. ^ Joseph DiPardo. "Outlook for Biomass Ethanol Production and Demand" (PDF). United States Department of Energy. http://tonto.eia.doe.gov/FTPROOT/features/biomass.pdf. Diakses pada 22 September 2007.7. ^ a b c CRC Handbook of Chemistry, 44th ed.8. ^ a b c d Windholz, Martha (1976). The Merck index: an encyclopedia of chemicals and drugs (edisi ke-9th). Rahway, N.J., U.S.A: Merck. ISBN 0-911910-26-3.9. ^ "Encyclopedia of chemical technology". 9. (1991). 813.10. ^ Costigan MJ, Hodges LJ, Marsh KN, Stokes RH, Tuxford CW (1980). "The Isothermal Displacement Calorimeter: Design Modifications for Measuring Exothermic Enthalpies of Mixing". Aust J Chem. 33 (10): 210319. doi:10.1071/CH9802103. http://www.publish.csiro.au/nid/51/paper/CH9802103.htm.11. ^ Lei Z, Wang H, Zhou R, Duan Z (2002). "Influence of salt added to solvent on extractive distillation". Chem Eng J. 87: 14956. doi:10.1016/S1385-8947(01)00211-X.12. ^ Pemberton RC, Mash CJ (September 1978). "Thermodynamic properties of aqueous non-electrolyte mixtures II. Vapour pressures and excess Gibbs energies for water + ethanol at 303.15 to 363.15 K determined by an accurate static method". J Chem Thermodyn. 10 (9): 86788. doi:10.1016/0021-9614(78)90160-X.13. ^ Merck Index of Chemicals and Drugs, 9th ed.; monographs 6575 through 666914. ^ a b c d e f Streitweiser, Andrew Jr.; Heathcock, Clayton H. (1976). Introduction to Organic Chemistry. MacMillan. ISBN 0-02-418010-6.15. ^ Kesalahan pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama m_and_b16. ^ Frederick D. Rossini (1937). "Heats of Formation of Simple Organic Molecules". Ind. Eng. Chem. 29 (12): 14241430. doi:10.1021/ie50336a024.17. ^ Mills, G.A.; Ecklund, E.E. "Mills GA, Ecklund EE (1987). "Alcohols as Components of Transportation Fuels". Annual Review of Energy 12: 4780. doi:10.1146/annurev.eg.12.110187.000403. http://arjournals.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.eg.12.110187.000403?journalCode=energy.18. ^ Roberts, John D.; Caserio, Marjorie C. (1977). Basic Principles of Organic Chemistry. W. A. Benjamin, Inc. ISBN 0-8053-8329-8.19. ^ "Encyclopedia of chemical technology". 9. (1991). 82-.20. ^ Lodgsdon, J.E. (1994). p. 81721. ^ Morais PB, Rosa CA, Linardi VR, Carazza F, Nonato EA (November 1996). "Production of fuel alcohol by Saccharomyces strains from tropical habitats". Biotechnology Letters 18 (11): 13516. doi:10.1007/BF00129969. http://www.springerlink.com/content/h32k825756g41318/.22. ^ Badger, P.C. "Ethanol From Cellulose: A General Review." p. 1721. In: J. Janick and A. Whipkey (eds.), Trends in new crops and new uses. ASHS Press, 2002, Alexandria, VA. Retrieved on September 2, 2007.23. ^ (Inggris)"Effects of acute and chronic ethanol intake on bile acid metabolism". Monroe P, Vlahcevic ZR, Swell L.. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7013554. Diakses pada 18 November 2010.

http://jejaringkimia.blogspot.com/2011/02/reaksi-kimia-dalam-larutan-elektrolit.html

Reaksi Kimia dalam Larutan Elektrolit Posted by Rino Safrizal September 27, 2011 at 20:35 Reaksi asam basa (reaksi penetralan). Reaksi asam basa atau reaksi penetralan adalah reaksi yang terjadi antara asam (H+) dan basa (OH-) menghasilkan H2O yang bersifat netral. Adapaun contoh reaksi penetralan adalah sebagai berikut: 1. Reaksi: Asam + Basa --> Garam + Air HNO3 (aq) + KOH (aq) --> KNO3 (aq) + H2O (l) H2SO4 (aq) + Ca(OH)2 (aq) --> CaSO4 (aq) + H2O (l) 2. Reaksi: Asam + Oksida Basa --> Garam + Air 2HCl (aq) + CaO (s) --> CaCl2 (aq) + H2O (l) 2HNO3 (aq) + Na2O (s) --> Na(NO3)2 (aq) + H2O (l) 3. Reaksi: Asam + Amonia --> Garam HCl (aq) + NH3 (g) --> NH4Cl (aq) H2SO4 (aq) +2 NH3 (g) --> (NH4)2SO4 (aq) Ammonia (NH3) termasuk basa yang berupa senyawa molekul sehingga dibedakan dari 2 jenis basa lainnya, yakni senyawa ion yang dapat melepas ion OH- dan okisda basa. Terdapat senyawa molekul basa lainnya seperti metilamina (CH3NH2) tetapi reaksinya tidak umum seperti halnya ammonia. 4. Reaksi: Oksida asam + Basa --> Garam + Air SO3 (g) + 2NaOH (aq) --> Na2SO4 (aq) + H2O (l) CO2 (g) + Mg(OH)2 (aq) --> MgCO3 (aq) + H2O (l) Reaksi Pendesakan Logam Reaksi pendesakan logam adalah reaksi di mana logam mendesak kation logam lain atau hydrogen dalam suatu senyawa. Reaksi ini dapat berlangsung apabila logam berada di sebelah kiri dari logam/H yang didesak dalam deret Volta. Pada reaksi ini, produk reaksi berupa endapan logam, gas, dan air. Deret Volta merupakan urutan unsur-unsur yang disusun berdasarkan data potensial reduksi. berikut beberapa unsur yang dapat dihapal berdasarkan urutan potensial reduksinya: Li - K - Ba - Ca - Na - Mg - Al - Mn - Zn - Fe - Ni - Sn - Pb - (H) - Cu - Hg - Ag - Pt - Au Adapun contoh reaksi pendesakan logam adalah sebagai berikut: 1. Reaksi: Logam 1 + Garam 1 --> Garam 2 + Logam 2 Zn (s) + CuSO4 (aq) --> ZnSO4 (aq) + Cu (s) 2Al (s) + 3FeSO4 (aq) --> Al2(SO4)3 (aq) + 3Fe (s) Cu (s) + Na2SO4 (aq) --> tidak bereaksi karena Cu berada di sebelah kanan deret volta 2. Reaksi: Logam + Asam --> Garam + Gas Hidrogen Mg (s) + HCl (aq) --> MgCl2 (aq) + H2 (g) Zn (s) + H2SO4 (aq) --> ZnSO4 (aq) + H2 (g) Ag (s) + HCl (aq) --> tidak bereaksi karena Ag berada di sebelah kanan deret volta 3. Reaksi: Logam + Asam --> Garam + Air + Gas 2Fe (s) + 6 H2SO4 (aq) --> Fe2(SO4)3 (aq) + 6 H2O (l) + 3SO2 (g) Cu (s) + 4HNO3 (aq) --> Cu(NO3)2 (aq) + 2H2O (l) + 2NO2 (g) Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan) Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit. AB + CD --> AC + BD Pada reaksi ini setidaknya satu produk reaksi akan membentuk endapan, gas, atau elektrolit lemah. Gas dapat berasal dari peruraian zat hipotetis (asam dan basa hipotetis terurai menjadi gas dan air) yang bersifat tidak stabil seperti berikut ini: H2CO3 --> CO2 (g) + H2O (l) H2SO3 --> SO2 (g) + H2O (l) NH4OH --> NH3 (g) + H2O (l) Adapun contoh reaksi metatesis (pertukaran pasangan) adalah sebagai berikut: 1. Reaksi: Garam 1 + Asam 1 --> Garam 2 + Asam 2 AgNO3 (aq) + HBr (aq) --> AgBr (aq) + HNO3 (aq) ZnS (s) + 2HCl (aq) --> ZnCl2 (aq) + H2S (aq) 2. Reaksi: Garam 1 + Basa 1 --> Garam 2 + Basa 2 CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) --> Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq) NH4Cl (aq) + KOH (aq) --> KCl (aq) + NH4OH (aq) 3. Reaksi: Garam 1 + Garam 2 --> Garam 3 + Garam 4 AgNO3 (aq) + NaCl (aq) --> AgCl (aq) + NaNO3 (aq) 2KNO3 (aq) + MgCl2 (aq) --> 2KCl (aq) + Mg(NO3)2 (aq)

Read more at: http://jejaringkimia.blogspot.com/2011/02/reaksi-kimia-dalam-larutan-elektrolit.htmlCopyright jejaringkimia.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution

http://imc.kimia.undip.ac.id/mata-kuliah/kimia-dasar-ii/bab-1-sifat-sifat-fisik-larutan-dan-koloid/

BAB 1. SIFAT-SIFAT FISIK LARUTAN DAN KOLOIDTujuan Instruksional Umum (TIU):Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.(Gambar 1.1 adalah struktur 3-dimensi molekul glukosa dan segmen dimer selulosa, salah satu contoh zat terlarut).Tujuan Instruksional Khusus (TIK):Bila mahasiswa diberikan suatu zat atau campuran dua atau lebih zat maka mahasiswa mampu menjelaskan kelarutan, jenis dan sifat campurannya.1.1 PendahuluanMengapa perlu mempelajari sifat-sifat fisik larutan dan koloid? Umumnya reaksi kimia terjadi dalam larutan, antara ion atau molekul yang terlarut dalam air atau pelarut lain. Selain itu, pemanfaatan suatu zat tidak selalu dalam keadaan murni tetapi dilarutkan ke dalam zat lain. Atau ketika memanfaatkan suatu zat maka zat tersebut harus berada dalam media lain atau media dimana zat lain berada. Oleh karena itu sebelum zat dimanfaatkan atau bereaksi dengan zat lain maka perlu dipahami lebih dahulu: (a) sifat-sifat makroskopik keadaan murni masing-masing zat pembentuk larutan, dan (b) apa yang terjadi bila masing-masing zat pembentuk larutan tersebut yang disebut zat terlarut dan pelarut dicampurkan.Mengapa zat dapat bercampur atau berada dalam zat lain? Atau mengapa zat yang disebut zat terlarut dapat larut di dalam zat lain yang disebut pelarut? Salah satu konsep dasar yang penting untuk memahami ini adalah adanya gaya-gaya atau energi interaksi antarmolekul antara zat terlarut dan pelarut. Salah satu hukum yang menjelaskan gaya-gaya interaksi antarmolekul adalah potensial Lennard-Jones(1). Hasil pencampuran dapat mempengaruhi sifat-sifat zat murni seperti kelarutan, titik didih, dan titik leleh.Salah satu zat yang banyak digunakan sebagai pelarut adalah air. Air mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis zat menghasilkan suatu campuran homogen. Pada campuran homogen yang melibatkan air, air disebut sebagai pelarut. Air mempunyai rumus molekul H2O dengan massa molekul 18 g/mol dan kerapatan 1 g/mL atau 1000 g/L. Jadi konsentrasi molar air murni adalah 55,6 mol/L. Konsentrasi molar zat yang dilarutkan dalam air adalah pada orde 10-6-10 molar. Jadi konsentrasi molar zat yang dilarutkan jauh lebih rendah dan disebut dengan zat terlarut.Bagaimana air dapat melarutkan zat terlarut? Berdasarkan struktur Lewis molekul H2O, atom oksigen adalah sebagai pusat dan mempunyai geometri tetrahedral terhadap pasangan elektron valensi. Jadi molekul air akhirnya mempunyai struktur geometri bengkok, yang juga didukung dengan teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion). Oksigen dengan skala keelektronegatifan 3,5 adalah lebih elektronegatip dibandingkan dengan hidrogen dengan skala keelektronegatifan 2,1 menghasilkan ikatan O-H sebagai ikatan kovalen polar. Berdasarkan ikatan kovalen polar pada O-H dan geometri molekul H2O yang bengkok akan menghasilkan molekul air dengan momen dipol total adalah polar. Jadi, H2O dapat melakukan berbagai jenis interaksi non-kovalen berikut: (a) gaya-gaya dispersi London, (b) interaksi dipol-dipol, (c) interaksi ion-dipol dengan ion-ion, dan (d) ikatan hidrogen.Berdasarkan struktur Lewis dan geometrinya, air adalah suatu dipol sehingga dapat melakukan interaksi ion-dipol. Molekul-molekul air akan berada disekitar suatu ion dan mengarahkan muatan parsial dipol air ke arah muatan yang berlawanan. Molekul-molekul air akan memisahkan, mengelilingi dan mendispersi ion-ion dari suatu padatan ionik. Meskipun air adalah penghantar listrik yang lemah, ion-ion yang terlarut dalam larutan air dapat menghantarkan listrik. Larutan ionik dalam air disebut elektrolit. Suatu larutan elektrolit (larutan ion) dapat digambarkan dengan konsentrasi senyawa ionik yang terlarut atau konsentrasi komponen anion dan kation.Bila senyawa molekular terlarut dalam air maka interaksi molekul dengan H2O tidak akan memutus ikatan kovalen apapun. Jadi, kemampuan air melarutkan suatu senyawa molekular didasarkan pada interaksi non-kovalen antara H2O dengan senyawa molekular. Misalnya bila metanol, CH3OH, bercampur dengan air, H2O, maka H2O dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus alkohol, O-H, dari metanol. Dan dalam hal ini molekul air dapat memisahkan, mengelilingi dan mendispersi molekul metanol.Senyawa ionik terlarut dalam air dapat dikelompokkan menjadi elektrolit kuat dan lemah. Beberapa senyawa dalam larutan air terdissosiasi sempurna menjadi ion-ion. Ini dapat terjadi pada kebanyakan senyawa ionik, dan beberapa senyawa molekular seperti H-Cl. Senyawa lain hanya mempunyai sedikit kecenderungan terionisasi dalam larutan air. Dengan kata lain, hanya beberapa molekul dalam larutan akan terionisasi, dan kebanyakan molekul akan tetap sebagai senyawa netral, meskipun senyawa tersebut larut sempurna dalam air. Senyawa yang terionisasi sempurna disebut elektrolit kuat. Senyawa yang terionisasi hanya sebagian disebut elektrolit lemah. Contoh senyawa elektrolit kuat adalah HCl dan elektrolit lemah adalah asam asetat, CH3COOH.Uraian tambahan 1:Struktur geometri molekul, yang telah dibahas pada Kimia Dasar I, sangat penting untuk menentukan kepolaran suatu molekul. Molekul dapat membentuk berbagai jenis struktur, dan salah satu diantaranya adalah yang paling stabil, misalnya glukosa, tabel 1.1. Berikut adalah struktur geometri molekul H2O, gambar 1.2, dan interaksi antarmolekul H2O, gambar 1.3, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):

Uraian tambahan 2:Berikut adalah struktur geometri molekul NH3, gambar 1.3, dan interaksi antarmolekul antar NH3, gambar 1.5, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):Gambar 1.4. Struktur 3-dimensi molekul NH3Gambar 1.5. Struktur 3-dimensi antarmolekul NH3Uraian tambahan 3:Berikut adalah struktur geometri segmen polimer selulosa, gambar 1.6, kitin, gambar 1.7, dan kitosan, gambar 1.8, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (2-8):Gambar 1.6. Struktur 3-dimensi segmen polimer selulosaGambar 1.7. Struktur 3-dimensi segmen polimer kitosanGambar 1.8. Struktur 3-dimensi segmen polimer kitinTabel 1.1. Beberapa kemungkinan struktur geometri molekul glukosa(1)

Uraian di atas adalah deskripsi singkat tentang molekul dan interaksi antarmolekul yang menjadi landasan terjadinya larutan dengan sifat-sifat fisik yang dihasilkannya. Sifat-sifat larutan pada tingkat molekul sangat sukar diukur sehingga harus diukur pada tingkat makroskopik atau bulk. Oleh karena itu pembahasan sifat-sifat fisik larutan akan diawali dari sifat-sifat fisik makroskopik zat dalam keadaan murni.Zat dapat berada dalam keadaan murni dan campuran. Sifat-sifat fisik yang dipelajari dari zat dalam keadaan murni adalah berhubungan dengan fasanya meliputi: (a) fasa gas, (b) fasa cair, dan (c) fasa padat. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari atau di laboratorium jarang terdapat zat dalam keadaan murni, tetapi biasanya merupakan campuran dari beberapa jenis zat.Sifat fisik campuran berbeda dari komponen murninya, dan dapat lebih menguntungkan dari pada keadaan murninya. Contohnya baja, adalah campuran besi dan unsur lain seperti karbon dan logam-logam lain, bila dicampur dengan perbandingan tertentu mempunyai sifat-fisik lebih baik dari besi, seperti sifat-sifat: (a) kekerasan, dan (b) kekuatan.Terdapat beberapa jenis campuran yang dapat terjadi dan ukuran partikel (ingat: saat ini sedang berkembang material dengan ukuran partikel nano meter) mempunyai pengaruh pada sifat-sifat campuran. Salah satu dari jenis campuran itu adalah larutan dengan salah satu kegunaan adalah sebagai medium melakukan reaksi kimia.Komponen paling banyak dari larutan disebut pelarut, dan komponen lebih sedikit disebut zat terlarut. Zat terlarut dapat mempengaruhi sifat-fisik pelarut. Fenomena pengaruh zat terlarut dalam larutan sangat bermanfaat di laboratorium seperti: (a) penentuan massa molekul, (b) penyulingan minyak, dan (c) desalinasi (penghilangan garam) air laut.1.2 Jenis-Jenis CampuranZat murni A dapat dibedakan dari zat murni B atau C berdasarkan komposisi penyusunnya yang konstan (hanya tersusun dari zat itu sendiri), tetapi tidak demikian dengan campuran. Untuk membedakan berbagai jenis campuran digunakan ukuran partikel, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: (a) suspensi, (b) koloid, dan (c) larutan.Pada suspensi setidaknya satu komponan mempunyai ukuran partikel relatif lebih besar dan terdistribusi dalam partikel lainnya. Contohnya adalah: (a) pasir halus dalam air, (b) asap di udara, dan (c) endapan dalam campuran reaksi. Pada semua contoh di atas ukuran partikal cukup besar sehingga dapat dilihat apakah dengan mata telanjang atau dengan mikroskop. Bila suspensi tidak digoyang, atau dibiarkan, maka partikel tersuspensi akan mengendap karena pengaruh gravitasi, meskipun kecepatan pengendapan tergantung pada ukuran partikel. Contohnya, pasir kasar (ukuran partikel lebih besar) akan lebih cepat mengendap dibandingkan dengan lumpur halus.Di laboratorium, endapan tersuspensi dapat dipisahkan dari campuran reaksi dangan metoda filtrasi yaitu dengan melewatkannya melalui filter atau penyaring. Sering juga hanya dengan memanfaatkan kecenderungan suspensi mengendap dibawah pengaruh gravitasi, dan proses ini dapat dibantu dengan menggunakan sentrifuge. Pada sentrifuge, campuran diputar dengan cepat, dan akan menghasilkan gaya sentrifugal (gaya keluar) yang merupakan gravitasi tambahan sebagai penggerak endapan ke dasar tabung sentrifuge. Sifat fisik suspensi (atau suspensi padat dalam cairan) seperti titik beku dan tekanan uap tidak banyak dipengaruhi atau mengalami perubahan oleh partikel tersuspensi (berbeda dengan dalam larutan). Jadi, misalnya titik beku air yang mengandung lumpur tetap pada OC, sama seperti air murni, tetapi air yang mengandung garam NaCl (membentuk larutan dan bukan suspensi) akan membeku di bawah 0oC (disebut penurunan titik beku).Pada larutan, ukuran partikel pelarut dan zat terlarut adalah pada dimensi atau sebesar molekul tunggal atau ion. Jadi, molekul-molekul tidak bergabung membentuk partikel yang lebih besar. Partikel terdistribusi satu sama lain secara serba sama (uniform) menghasilkan fasa homogen. Distribusi uniform menyebabkan sifat fisik larutan menjadi berbeda dari pelarutnya. Misalnya, air membeku pada 0oC, tetapi dengan penambahan NaCl, larutan NaCl akan membeku pada kurang dari 0oC. Perubahan sifat fisik yang besar antara pelarut dan larutan menyebabkan larutan lebih banyak dipelajari dari pada suspensi.Selain suspensi dan larutan terdapat jenis campuran ketiga yaitu koloid. Koloid, juga disebut dispersi koloid atau suspensi koloid, adalah suatu campuran peralihan antara larutan dan suspensi, tabel 1.2.Tabel 1.2. Perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensiLARUTANKOLOIDSUSPENSI

Ukuran partikel: tidak terlihat dengan mata telanjangUkuran partikel (solute-like):tidak terlihat dengan mata telanjang (1-1000 nm)Ukuran partikel: tidak terlihat dengan mata telanjang atau mikroskop

Salah satu contoh koloid adalah susu yang dihomogenkan. Koloid ini terdiri atas tetesan butterfat dengan ukuran sangat kecil dan terdispersi dalam fasa air. Koloid susu juga mengandung kasein (protein) dan sedikit ingredient (zat lain). Pada koloid seperti susu, ukuran partikel terlarut (solute-like) lebih besar dibandingkan dengan larutan tetapi lebih kecil dibandingkan dengan suspensi. Berdasarkan perbandingan ukuran partikel, koloid adalah dimensi partikel medium, sehingga dalam koloid tidak digunakan istilah pelarut dan zat terlarut tetapi istilah medium pendispersi dan fasa terdispersi. Jadi, dapat dikatakan bahwa (a) ukuran pertikel koloid adalah 1 1000 nm, (b) partikel koloid biasanya merupakan kumpulan molekul atau ion, dan (c) terdapat pertikel tunggal seukuran koloid seperti protein.Zat terlarut bila bertumbukan dapat bergabung menghasilkan partikel dengan ukuran yang lebih besar dan menghasilkan endapan. Pada suspensi bila partikel bertumbukan memerlukan waktu relatif lebih singkat untuk mengendap. Pada koloid, dengan ukuran pertikel lebih besar dari larutan, dapat tersuspensi dalam waktu yang cukup lama dalam medium pendispersi sehingga sukar dihasilkan endapan. Dengan demikian, satu sifat umum koloid adalah tidak mudah dipisahkan oleh pengaruh gravitasi, sehingga ada istilah kestabilan koloid. Sama seperti suspensi, jumlah relatif partikel koloid dalam campuran adalah kecil dibandingkan dengan jumlah medium pendispersi. Oleh karena itu sifat fisik koloid tidak jauh berbeda dengan medium pendispersi.Jenis-jenis koloid dibedakan berdasarkan wujud fasa terdispersi dan wujud medium pendispersi. Ada 3 wujud zat sehingga ada 9 jenis koloid. Tetapi semua gas bercampur secara uniform dengan gas lain, sehingga jenis koloid yang ada adalah 8. Partikel koloid terlalu kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang atau mikroskop biasa. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya datang dengan sudut hambur besar, dan bila konsentrasi besar maka cahaya tidak dapat menembusnya.Cahaya yang dilewatkan pada koloid dapat diserap dan dihamburkan oleh partikel. Bila agak pekat maka koloid tampak seperti awan dan jika sangat encer akan tampak transfaran. Contoh koloid transfaran adalah dispersi koloid kanji encer dalam air. Perbedaan antara koloid dapat dipelajari dengan cara melewatkan cahaya. Pada koloid, jalannya sinar dapat terlihat karena cahaya dihamburkan, dan fenomena ini disebut efek Tyndall. Pada larutan, partikel zat terlarut terlalu kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya, oleh karena itu tidak dapat menunjukkan efek Tyndall.1.3 Tekanan Uap LarutanEfek pembuatan suatu larutan pada sifat kimia komponen-komponennya adalah kecil. Contohnya, Na akan bereaksi dengan air menghasilkan Na+ bila dimasukkan ke dalam larutan, dan akan memberikan hasil yang sama bila Na dimasukkan ke dalam air destilasi. Tetapi sifat fisik zat sering berubah bila menjadi bagian dari larutan. Contohnya, air akan membeku dan dapat meretakkan blok mesin mobil bila t=0C, tetapi air yang sama tidak akan membeku pada t=0C bila ke dalamnya ditambahkan etilen glikol, yang disebut zat anti beku.Salah satu sifat fisik larutan yang dapat dipengaruhi oleh zat terlarut adalah tekanan uap. Jika zat terlarut adalah non-volatile (zat yang tidak mudah menguap) maka tekanan uap pelarut turun. Jika zat terlarut dikeluarkan maka tekanan kesetimbangan yang disebabkan olen uap pelarut, Plarutan, berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut, Xpelarut, gambar 1.9, dan dikenal dengan hukum Raoult:

dengan Ppelarut adalah tekanan uap pelarut murni.Gambar 1.9. Grafik hubungan tekanan uap dengan fraksi mol pelarut adalahberbanding lurusContoh 1:Suatu larutan mengandung 95% air dan 5% gula, tentukan tekanan uap larutan. Tekanan uap air adalah 1 atm.Penyelesaian:Berdasarkan komposisi larutan maka fraksi mol pelarut, Xpelarut = 0,95. Pada temperatur dimana tekanan uap air adalah l atm, tekanan larutan di atas adalah,P larutan = 0,95 x l atm = 0,95 atmHukum Raoult dapat dijelaskan dengan mudah dari sudut pandang molekul. Misalnya, kita membuat larutan dari zat terlarut non-volatile dengan fraksi mol pelarut sebesar 0,6. Pada larutan terdapat 60% molekul pelarut, sehingga untuk permukaan dengan luas tertentu terdapat 60% molekul pelarut dan 40% molekul zat terlarut. Ini berarti hanya 60% molekul yang dapat menguap dibandingkan dengan pelarut murninya, sehingga tekanan uap larutan turun hingga 60% dari tekanan uap pelarut. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan hukum Raoult.1.3.1 Larutan lebih dari satu komponen volatilePada beberapa larutan, seperti benzena dan CCl4, pelarut dan zat terlarut adalah mudah menguap. Dalam hal ini uap mengandung kedua jenis zat dan tekanannya adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen. Tekanan parsial juga memenuhi hukum Raoult, sehingga bila ada komponen A dan B maka tekanan parsial A dan B masing-masing PA dan PB adalah(1.2a)(1.2b)dan tekanan total adalah(1.3)1.3.2 Larutan ideal dan non-idealBila digambarkan hubungan antara PA dengan XA, PB dengan XB, dan PT yaitu penjumlahan PA dan PB, maka diperoleh garis lurus, gambar 1.10. Pasangan dua komponen zat yang mudah menguap membentuk larutan dengan sifat seperti pada gambar l.10 disebut larutan ideal. Salah satu contoh larutan yang mendekati sifat demikian adalah pasangan benzena-CCl4.

Gambar 1.10. Grafik tekanan uap sistem dua komponen larutan idea

Gambar 1.11. Grafik tekanan uap sistem dua komponen larutan non ideal: (a) deviasi negatip, (b) deviasi positip.Uraian tambahan 4:Kompetisi interaksi zat terlarutpelarut, zat terlarutzat terlarut, dan pelarutpelarut campuran volatile-volatile (A-B) dapat digambarkan dengan H2OC2H5OH, C2H5OHC2H5OH, dan H2OH2O, gambar 1.12, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):(a) E=-22,740 kJ/mol(b) E=-23,850 kJ/mol(c) E=-23,183 kJ/mol

Gambar 1.12. Interaksi (a) H2OC2H5OH, (b) C2H5OHC2H5OH, dan (c) H2OH2O, masing-masing dengan energi -22,740, -23,850, dan -23,183 kJ/molUraian tambahan 5:Contoh lain campuran volatile-volatile (A-B) adalah H2OC2H6O, C2H6OC2H6O, dan H2OH2O, gambar 1.13, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):(b)E=-21,887 kJ/mol(c) E=-7,539 kJ/mol

Gambar 1.13. Interaksi (a) H2OC2H6O, (b) C2H6OC2H6O, masing-masing dengan energi -21,887 dan -7,539 kJ/molUraian tambahan 6:Potensial interaksi H2OC2H5OH, C2H5OHC2H5OH, dan H2OH2O, dapat digambarkan dengan gambar 1.14, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):(a) (b)(c)Gambar 1.14. Potensial Interaksi (a) H2OH2O, (b) H2OC2H6O, dan (c) C2H6OC2H6ODari hasil percobaan, hanya sedikit campuran volatile-volatile (A-B) pada semua komposisi yang memenuhi hukum Raoult. Biasanya tekanan uap terukur lebih besar atau lebih kecil dari perkiraan hukum Raoult. Jika tekanan uap lebih besar dari perkiraan hukum Raoult maka disebut deviasi positip, gambar 1.11(a), jika lebih rendah disebut deviasi negatip, gambar 1.11(b).Sifat non-ideal larutan disebabkan oleh kekuatan relatif tarik-manarik antara molekul zat terlarut dan pelarut. Bila gaya tarik-menarik antara zat terlarutpelarut lebih lemah dari gaya tarik-menarik antara zat terlarutzat terlarut atau antara pelarutpelarut maka partikel zat terlarut atau pelarut lebih kuat terikat dalam keadaan murni dari pada dalam larutan. Dengan demikian kecenderungan meninggalkan sistem lebih besar pada larutan daripada zat terlarut murni atau pelarut murni. Akibatnya, tekanan parsial lebih besar dari perkiraan hukum Raoult sehingga tekanan uap total lebih besar dari yang diperkirakan. Sistem ini disebut memperlihatkan deviasi positip. Hal sebaliknya akan dihasilkan bila tarik-menarik zat terlarutpelarut lebih besar daripada tarik-menarik zat terlarutzat terlarut dan pelarutpelarut. Sistem ini disebut memperlihatkan deviasi negatip.Bila molekul tarik-menarik maka dapat membebaskan atau menyerap panas. Dengan kata lain, terdapat korelasi antara panas larutan dan deviasi dari hukum Raoult.1.3.3 Destilasi terfraksinasiSifat tekanan uap larutan dapat dimanfaatkan pada proses pemisahan, dan disebut destilasi. Bila ingin memisahkan NaCl dari air untuk mendapatkan air murni maka dapat dilakukan dangan menguapkan pelarut air dan kemudian dikondensasikan. Proses ini disebut destilasi biasa. Bila pemisahan dilakukan pada campuran komponen yang mudah menguap, cara yang digunakan agar dapat berhasil memisahkan semua komponen-komponen campuran disebut destilasi terfraksi. Teori proses pemisahan dengan cara destilasi dibahas lebih mendalam pada matakuliah kimia fisik, sedangkan pengalaman pemisahan dangan cara destilasi dapat diperoleh pada matakuliah praktikum kimia organik.1.4 Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik DidihPada sub-bab 1.3 telah dibahas bahwa zat tarlarut non-volatile dapat menurunkan tekanan uap larutan. Fenomena penambahan zat terlarut non-volatile juga mempengaruhi sifat-sifat fisik larutan seperti titik beku dan titik didih.Gambar 1.15 memperlihatkan diagram fasa air. Dari grafik ini dapat dibaca titik beku dan titik didih normal. Titik beku normal, Tb, adalah temperatur dimana garis kesetimbangan padat-cair memotong garis tekanan 1 atmosfer, sedangkan titik didih normal adalah temperatur dimana garis kesetimbangan gas-cair memotong garis tekanan 1 atmosfer.

Gambar 1.15. Diagram fasa air: (a) grafik garis () pelarut murni, (b) grafik titik-titik () larutan.Pada gambar 1.15 dapat juga diplot kurva tekanan uap larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Pada temperatur berapa pun, tekanan uap larutan lebih rendah dari pelarut murni. Pada larutan, temperatur untuk mencapai tekanan 1 atmosfer lebih besar daripada pelarut murni. Dengan kata lain, titik didih larutan, Td-l, lebih tinggi daripada pelarutnya, Td-p. Pada gambar terlihat bahwa besarnya kenaikan titik didih didefinisikan dengan Td, yaitu Td-l dikurangi Td-p.Pada gambar 1.15 juga ditemukan titik tripel baru, Tr, yang terjadi pada perpotongan kurva tekanan uap larutan dengan kurva tekanan uap padatan untuk pelarut murni. Biasanya, partikel zat terlarut tidak dapat masuk ke kisi yang terbentuk karena pembekuan pelarut, sehingga padatan yang terbntuk adalah pelarut murni. Akibatnya, kurva tekanan uap bagian padatan untuk larutan dan pelarut adalah berimpitan. Garis kesetimbangan padat-cair, yang menyatakan titik beku sebagai fungsi tekanan, diperoleh dari titik tripel. Karena titik tripel baru untuk larutan berada di kiri pelarut murni maka titik beku larutan lebih rendah daripada pelarut murni. Besarnya penurunan titik beku ini didefinisikan dengan Tb, yaitu Tb-l dikurangi Tb-p.Jadi, adanya zat terlarut akan memperbesar daerah cairan diagram fasa larutan dengan cara kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Salah satu penggunaan paling umum fenomena ini adalah pemakaian larutan anti beku (antifroezo) di dalam radiator mobil. Zat terlarut yang biasa digunakan adalah etilen glikol, C2H4(OH)2, yang larut sempurna dalam air dan mempunyai tekanan uap sangat rendah. Pada musim dingin, etilen glikol melindungi mobil melalui poncegahan pembekuan air dalam radiator. Pada musim panas, zat anti beku juga melindungi radiator dari pendidihan yang lebih mudah bila diisi dengan air murni. Pada larutan encer, besarnya kenaikan titik didih dan penurunan titik beku tergantung pada molalitas zat terlarut dalam larutan,dengan Kd dan Kb masing-masing adalah konstanta kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal, dan khas untuk setiap pelarut, tabel 1.3.Contoh 2:Tentukan titik didih dan titik beku larutan 1 mol gula dalam 1000 g air. Konstanta Kd dan Kb masing-masing adalah 0,51 dan 1,86, tabel 1.3.Penyelesaian:Berdasarkan komposisi larutan maka konsentrasi molal larutan, m = 1. Pada tekanan l atm, titik didih dan titik beku air masing-masing adalah 100 oC dan 0 oC. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku masing-masing adalah:Titik beku turun 1,86 C dan titik didih naik 0,51C. Larutan membeku pada -0,86 C dan mendidih pada 100,51 C bila tekanan udara 1 atm.Tabel 1.3. Harga konstanta Kd dan Kb beberapa pelarutMassa molekul dapat ditentukan melalui pengukuran penurunan titik beku dan kenaikan titik didih. Bila zat terlarut adalah non-volatile maka dapat menghasilkan efek-efek pada larutan yaitu: (a) penurunan tekanan uap, (b) penurunan titik beku, dan (c) kenaikan titik didih. Sifat-sifat larutan yang tergantung hanya pada jumlah relatif partikel zat terlarut dan pelarut disebut sifat-sifat koligatif larutan.Pada sifat koligatif larutan yang penting adalah konsentrasi atau jumlah relatif dan bukan jumlah absolut. Oleh karena itu fenomena ini dapat digunakan untuk mengukur massa molekul zat.1.5 Tekanan OsmosaProses dimana pelarut bergerak dari larutan encer ke larutan lebih pekat melalui lapisan atau film tipis yang secara selektif dapat melewatkan pelarut tetapi menahan zat terlarut disebut osmosis. Lapisan tipis demikian disebut membran semipermiabel. Contohnya adalah jenis kertas dari kulit dan zat anorganik seperti gelatin. Proses yang sama seperti osmosis, tetapi disamping dapat melewatkan pelarut juga dapat melewatkan ion dan molekul kecil kecuali molekul besar seperti protein (polimer asam amino), tabel 1.4, disebut dialisis. Dialisis biasanya terjadi pada dinding sel tumbuhan dan hewan. Jadi proses osmosis adalah proses dialisis terbatas.Pada proses osmosis terdapat gerakan untuk menyamakan konsentrasi antara dua larutan yang bersentuhan satu sama lain melewati membran. Kecepatan bergerak molekul pelarut melalui membran ke arah larutan yang pekat adalah lebih besar daripada kecepatan bergerak ke arah yang berlawanan, diduga karena konsentrasi pelarut pada permukaan membran lebih besar di sisi larutan encer, gambar 1.16.Gambar 1.16. Proses osmosis: , pergerakan pelarut melalui membran ().Tabel 1.4. Struktur Lewis beberapa asam amino (9-10)*) Dibahas pada matakuliah Analisis Organik dan Spektroskopi KimiaHal yang sama akan terjadi pada sistem dua larutan dengan konsentrasi zat terlarut non-vo1atile tidak sama yang ditempatkan dalam ruang tertutup, gambar 1.17. Kecepatan penguapan larutan encer lebih besar daripada larutan pekat, tetapi kecepatan kembali ke masing-masing larutan adalah sama (kedua larutan bersentuhan dengan fasa gas yang sama). Akibatnya, kedua larutan tidak setimbang dengan uapnya. Pada larutan encer kecepatan penguapan lebih besar daripada kondensasi, tetapi pada larutan pekat kecepatan kondensasi lebih besar daripada penguapan. Secara keseluruhan adalah perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan pekat hingga kedua larutan mencapai konsentrasi yang sama.Gambar 1.17. Tekanan uap larutan encer lebih besar daripada larutan pekat menyebabkan pergerakan pelarut melalui membran.Eksperimen osmosis dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti pada gambar l.18, dengan menempatkan larutan di bagian tengah dan pelarut murni di bagian luar, sehingga aliran total yaitu pelarut ke dalam larutan melalui dinding semipermiabel akan menaikkan volume bagian dalam. Proses ini menyebabkan tinggi cairan dalam kolom kapiler naik. Cairan dalam kolom kapiler yang naik melebihi permukaan pelarut akan menghasilkan tekanan sama seperti merkuri dalam barometer. Tekanan ini cenderung meningkatkan kecepatan aliran pelarut dari larutan ke pelarut murni, sehingga kecepatan total osmosis menurun jika tinggi cairan makin naik. Pada akhirnya proses osmosis berhenti, dan tekanan di dalam larutan pada titik setimbang ini, yang sebanding dengan ketinggian cairan dalam kapiler, h, disebut tekanan osmosis larutan, .Gambar 1.18. Metode penguluran tekanan osmosis.Untuk larutan encer, tekanan osmosis sebanding dengan molaritas, M, dengan konstanta proporsional RT dimana R adalan tetapan gas dan T adalah temperatur absolut, atau:Contoh 3:Tentukan tekanan osmosis larutan 0,01 mol/l pada T kamar (298 K).Penyelesaian:Tekanan osmosis larutan adalah:Tekanan ini cukup untuk mendorong naiknya air dalam kolom setinggi 8,1 kaki.Tekanan osmosis sangat besar meskipun larutannya cukup encer. Karena tekanan osmosis berubah sangat besar hanya dengan perubahan konsentrasi yang sangat kecil, maka sangat penting untuk diperhatikan agar fluida yang ditambahkan ke dalam tubuh secara intravena tidak mengubah tekanan osmosis darah. Jika fluida darah terlalu encer, tekanan osmosis dalam sel darah dapat merusak sel darah itu sendiri. Sebaliknya, jika fluida darah terlalu pekat, air akan berdifusi keluar sel dan tidak dapat berfungsi lagi. Oleh sebab itu, perhatikan agar larutan yang digunakan mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan larutan dalam sel. Larutan demikian disebut larutan isotonik.Perbedaan tekanan osmosis yang besar antara dua larutan dengan perbedaan konsentrasi kecil, dapat dimanfaatkan sebagai metoda penentuan massa molekul polimer yang sangat besar (polimer sintetik atau biologis). Penentuan massa molekul juga dapat ditentukan dengan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih.Contoh 4:Tentukan penurunan titik beku larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.Penyelesaian:Konsentrasi larutan adalah 0,0005 molal. Penurunan titik beku larutan adalah:Penurunan temperatur sebesar ini boleh dikatakan tidak terdeteksi atau tidak terukur.Contoh 5:Tentukan tekanan osmosis larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.Penyelesaian:Pelarut adalah air dan sangat encer maka molalitas sama dengan molaritas. Tekanan osmosis larutan pada temperatur kamar (298 K) adalah:Tekanan osmosis 0,012 atm setara dengan 9,1 mmHg. Jika larutan mempunyai kerapatan 1 g/mL, maka tekanan ini dapat menghasikan ketinggian larutan dalam kolom 12,3 cm. Ketinggian sebesar ini mudah diukur, sehingga metoda pengukuran tekanan osmosis sangat baik digunakan untuk menentukan massa molekul yang besar.1.6 Osmosa Balik dan Pemurnian AirProses osmosis dapat dibalik jika diberikan tekanan dari luar yang lebih besar dari tekanan osmosis. Fenomena ini dapat digunakan untuk pemurnian air, khusus desalinasi air laut, dengan alat seperti pada gambar 1.19. Jika tidak ada tekanan diberikan dari luar ke dalam larutan air garam, osmosis akan memindahkan air ke dalam larutan dan berangsur-angsur bertambah encer. Bila diberikan tekanan dari luar, P, yang lebih besar dari tekanan osmosis, maka osmosis digerakkan pada arah berlawanan yaitu dari larutan ke air murni.Tekanan yang diperlukan untuk proses osmosis balik cukup besar sehingga diperlukan membran yang mampu menahan tekanan. Bahan untuk ini adalah film selulosa asetat. Selulosa asetat adalah permiabel terhadap air tetapi tidak permiabel terhadap ion-ion dan pengotor dalam air laut. Perusahaan desalinasi dapat menghasilkan 3.000.000 galon air segar per hari.1.7 Larutan ElektrolitHingga sub-bab 1.7 pembahasan dibatasi pada larutan non-e1ektrolit. Sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada pada larutan. Bila 1 mol larutan non-elektrolit seperti gula dimasukkan ke dalam air akan menghasilkan 1 mol partikel dan membeku pada 1,86 C di bawah titik beku air murni. Tetapi 1 mol larutan e1ektrolit seperti NaCl mengandung 2 mol partikel yaitu 1 mol Na+ dan 1 mol ion Cl- sehingga secara teoritik titik bekunya turun dua kali larutan gula atau sebesar 3,72 C bila dilarutkan dalam 1000 g air. Satu molal larutan CaC12 di dalam 1000 g air mengalami penurunan titik beku 3 kali dari larutan 1 molal glukosa.Gambar 1.19. Proses osmosis balik dengan tekanan P: , pergerakan pelarut melalui membran () dari air laut menuju air segar.1.8 KoloidZat terlarut dalam larutan yang telah dibahas hingga pada sub bab 1.7 adalah ion-ion atau molekul-molekul kecil. Ion atau molekul demikian membentuk larutan homogen dengan pelarut. Ion atau molekul demikian tidak mengendap dari larutan, atau tenggelam ke dasar larutan, setelah dalam selang waktu tertentu. Gaya gravitasi kecil dibandingkan dengan energi kinetik molekul dalam larutan. Jika zat terlarut menjadi lebih besar, pada titik tertentu zat terlarut mulai mengendap, atau tenggelam ke dasar pelarut.Gaya-gaya gravitasi lebih besar dibandingkan dengan energi kinetik molekul dalam larutan. Dalam hal ini, larutan tidak homogen lagi, tetapi adalah campuran heterogen. Sifat lain molekul zat terlarut ukuran besar, atau komponen dengan berat molekul besar dalam campuran, adalah interaksi molekul demikian dengan cahaya. Interaksi cahaya dengan molekul dapat mengeksitasi elektron dan menghasilkan emisi foton. Jadi cahaya dihamburkan dengan berinteraksinya dengan molekul. Jika sampel adalah homogen, maka gelombang cahaya sekunder ini menunjukkan interferensi konstruktif dan destruktif yang acak dan homogen dalam semua arah. Hasil keseluruhan adalah bahwa gelombang cahaya sekunder adalah terang.Jika sampel tidak homogen, dalam hal ukuran partikel terhadap panjang gelombang cahaya, maka gelombang cahaya sekunder mempunyai interferensi konstruktif dan destruktif tidak homogen. Hasilnya adalah bahwa cahaya tampak terhamburkan pada arah acak, dan sampel adalah tak tembus cahaya, dan larutan koloid tampak seperti awan.Tabel 1.5. Jenis-Jenis Koloid (11,12)1.9 Kestabilan Dispersi KoloidAgar koloid tetap stabil (tidak mengendap atau menggumpal), maka partikel-partikelnya harus dicegah agar tidak melekat (berinteraksi) satu dengan yang lain setelah bertumbukan. Jika melekat maka ukuran partikel bertumbuh makin basar dan berangsur-angsur terpisah dari campuran. Koloid emulsi (cairan terdispersi dalam cairan) akan stabil bila ditambahkan zat pengemulsi. Dua contoh koloid emulsi adalah susu dan buah selada. Kedua jenis koloid di atas adalah dispersi minyak dalam air. Minyak dan air adalah dua cairan (masing-masing non polar dan polar) yang tidak saling barcampur, dan setelah campuran diaduk akan cenderung terpisah dengan cepat menjadi dua fasa terpisah. Pada buah selada pemisahan ini dicegah dengan penambahan kuning telur yang membentuk lapisan pelindung di sekitar tetesan-tetesan minyak. Kuning telur berfungsi sebagai penstabil koloid emulsi buah selada. Pada susu zat pengemulsi adalah kasein.Koloid dari zat padat yang terdispersi dalam cairan (sol) biasanya distabilkan dengan adsorpsi ion pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah sol berwarna merah yang terbentuk jika larutan FeC13 ditambahkan ke dalam air mendidih. Koloid dapat menjadi tidak stabil dengan menghilangkan pengaruh zat penstabil. Bila ini dilakukan maka partikel akan berkumpul dan bertumbuh makin besar hingga akhirnya terpisah atau terkoagulasi.Sol yang terbentuk dari oksida Fe(III) terhidrat dapat dikoagulasi dengan penambahan elektrolit yang mampu menetralkan muatan pada permukaan partikelnya. Contohnya, penambanan larutan yang mengandung ion fosfat akan mengendapkan sol Fe(III). Ion PO43+ yang bermuatan negatif berkumpul di sekitar ion Fe3+ yang bermuatan positif yang ada pada parmukaan partikel koloid. Penetralan muatan pada partikel koloid menyebabkan partikel bertumbukan dan bertumbuh dan akhirnya akan mengendap.Soal-Soal1. Jelaskan proses pelarutan pada tingkat molekul zat padat dalam cairan.2. Jelaskan like dissolves like berdasarkan gaya-gaya intermolekul.3. Apa yang dimaksud dengan larutan. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya larutan? Berikan dua contoh larutan yang melibatkan: (a) interaksi dipol ion dan (b) gaya-gaya dispersi.4. Proses larutan dapat terjadi secara eksoterm. Berikan uraian interpretasi molekular proses tersebut.5. Jelaskan mengapa proses larutan akan menuju kenaikan ketidakteraturan.6. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat dalam cairan.7. Apa yang dimaksud dengan: dua cairan adalah miscible.8. Mengapa naftalen lebih larut dari pada CsF dalam benzena.9. Jelaskan mengapa etanol tidak larut dalam sikloheksana.10. Susunlah senyawa-senyawa berikut berdasarkan kenaikan kelarutan dalam air: O2, LiCl, Br2, dan metanol.11. Jelaskan variasi kelarutan alkohol berikut dalam:Senyawa Kelarutan dalam air, 20oC, g/100 gCH3OH CH3CH2OH CH3CH2CH2OH CH3CH2CH2CH2OH CH3CH2CH2CH2CH2OH 2,712. Sebutkan dan jelaskan alkohol mana pada daftar soal 11.11 yang diharapkan dapat menjadi pelarut terbaik untuk setiap senyawa berikut: I2, KBr, dan CH3CH2CH2CH2CH3.13. Garam NaCl dan CaCl2 digunakan untuk melelehkan es di jalan raya dan pejalan kaki pada musim dingin. Apa keuntungan kedua garam ini dibandingkan dengan sukrosa dan urea untuk menurunkan titik beku air?14. Apa yang dimaksud dengan polusi termal? Apa bahayanya pada kehidupan di dalam air?15. Seorang siswa mengamati dua buah beker gelas berisi air. Beker gelas pertama dipanaskan hingga 30 oC sedangkan beker gelas yang kedua hingga 100 oC. Pada masing-masing beker terbentuk gelembung dalam air. Apakah gelembung pada kedua beker ini mempunyai sumber yang sama? Jelaskan.16. Sebuah beker gelas mula-mula jenuh dengan udara terlarut. Jelaskan apa yang terjadi bila gas He pada 1 atm digelembungkan melalui larutan dalam waktu yang cukup lama.17. Seorang ahli kimia forensik memperoleh sampel bubuk putih untuk dianalisis. Dia melarutkan 0,5 g zat terzebut di dalam 8,0 g benzena. Larutan membeku pada 3,9 oC. Apakah ahli kimia tersebut dapat menyimpulkan bahwa senyawa dalam bubuk adalah kokain (C17H21NO4)? Asumsi apa yang harus dibuat pada analisis tersebut.18. Jelaskan mengapa cairan yang digunakan pada injeksi intravena harus sama dengan tekanan osmosis darah?19. Jelaskan mengapa amonia (NH3) sangat larut dalam air, tetapi tidak untuk nitrogen triklorida (NCl3).20. Jika soft drink kaleng digoncang dan kemudian dibuka, minuman akan keluar secara tiba-tiba. Tetapi, jika setelah digoncang kaleng dipukul-pukul beberapa kali dengan sendok logam tidak terjadi ledakan minuman. Jelaskan, mengapa?21. Ikan di lautan antartika berenang di dalam air pada suhu sekitar -2 oC. (a) Untuk mencegah pembekuan darah pada ikan, berapa seharusnya konsentrasi darah (molal)? Apakah ini adalah konsentrasi fisiologis yang sesuai? (b) Baru-baru ini, ahli telah menemukan sejenis protein khusus di dalam darah ikan yang meskipun konsentrasinya sangat kecil (0,001 m), tetapi mampu mencegah pembekuan darah. Jelaskan mekanisme tersebut.22. Obat dengan time-release mempunyai keuntungan dalam melepaskan obat ke dalam tubuh yaitu pada kecepatan konstan. Akibatnya konsentrasi obat setiap saat tidak terlalu tinggi untuk menyebabkan efek samping membahayakan atau terlalu sedikit sehingga tidak efektif. Skema diagram di bawah ini menunjukkan cara bekerja pil obat dengan time-release. Jelaskan bagaimana pill bekerja.

http://matainginbicara.wordpress.com/2009/06/26/reaksi-kimia-organik-dalam-air-beberapa-contoh-reaksi-kimia-hijau/

Reaksi kimia organik dalam air, beberapa contoh reaksi kimiahijau26 Jun

Beberapa waktu lalu sudah disinggung tentang 12 prinsip kimia hijau (green chemistry). Salah satu prinsipnya adalah memilih media reaksi yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (prinsip nomor 8). Air (H2O) dikenal sebagai pelarut universal dan dipertimbangkan sebagai kandidat utama medium reaksi dalam wacana kimia hijau. TAPI perlu diingat bahwa reaksi kimia dalam air dianggap hijau (green) jika dan hanya jika jalannya reaksi, proses daur ulang, dan pembuangan pelarut tidak memerlukan kerja tambahan yang rumit, tidak mengkonsumsi energi berlebihan atau tidak menimbulkan pencemaran.Mari kita lihat beberapa contoh reaksi kimia organik di dalam medium air.Mengapa air? Tak disangkal dia adalah salah satu senyawa paling esensial, mudah ditemukan, tidak beracun, tidak terbakar, dan ramah lingkungan. Bahkan di bumi ini, hampir seluruh proses pembentukan ikatan untuk penciptaan material biologi terjadi dalam medium air (misalnya sintesa rantai helix penyusun genetika dan reaksi kimiawi enzim).Reaksi kimia organik dimasa lampau dianggap hanya cocok dilakukan dalam pelarut organik karena masalah kepolaran yang mempengaruhi proses pencampuran reaktan (miscibility). Padahal, diluar kenyataan tersebut, air (maupun campuran air dengan pelarut lain) seringkali dapat berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi dan selektifitas. Hal demikian bisa terjadi karena dampak dari sifat hidrofobik senyawa organik yang dipaksa oleh lingkungan air (hidrofilik) untuk berada dalam keadaan transisi menuju senyawa produk.Pada kesempatan ini akan dijabarkan secara ringkas reaksi pembentukan ikatan C-C maupun C-N dan reaksi transfer gugus fungsional. Pembentukan ikatan C-C atau C-N misalnya adisi nukleofil dan katalisis menggunakan logam transisi. Sedangkan transfer (pengubahan) gugus fungsional misalnya reaksi reduksi dan etherifikasi.Pembentukan ikatan C-C dan C-N dalam airAdisi nukleofilik

Sintesis metil trans-4-methoksisinnamat via reaksi Wittig-HornerPada contoh di atas (klik gambar untuk memperbesar), ester phosphonat sebagai sumber karbanion bereaksi dengan senyawa aromatik aldehid dalam pelarut air. Reaksi satu tahap ini dikatalisis oleh potassium karbonat (katalis alkali murah meriah dan ramah lingkungan) menghasilkan metil trans-4-methoksisinnamat, sebuah senyawa turunan untuk tabir surya (sunscreens). Produk yang diperoleh bisa dimurnikan menggunakan metanol atau campuran air/etanol.

Multi-langkah kondensasi reaksi dalam air menggunakan etanol sebagai ko-pelarut menghasilkan anti-oksidan diludineReaksi di atas merupakan sintesis senyawa anti-oksidan diludine yang berlangsung melalui mekanisme kondensasi multi-langkah di dalam air. Etil asetoasetat, ammonia, dan formaldehid direaksikan dalam bejana yang dilengkapi sistem pendingin (reflux) menghasilkan diludine yang dapat dimurnikan secara rekristalisasi dalam etanol.Katalisis logam transisi

Sintesis 4-fenilfenol, senyawa penting obat tanpa steroid anti-inflamasi (NSAIDs) Ternyata banyak reaksi kopling menggunakan katalis logam transisi yang bisa dilakukan dalam medium air. Salah satu contohya adalah reaksi organik dikatalisis logam palladium(0) (Palladium(0) disini berarti bilangan oksidasinya nol). Sebuah jenis reaksi yang dikenal dengan sebutan reaksi kopling Zusuki menggabungkan aril atau vinil halida dengan asam borat atau ester borat dalam keadaan basa dan dikatalisis oleh Pd(0).4-Fenifenol, sebuah komponen penting obat anti-inflamasi yang tak mengandung steroid (NSAID) disintesis via reaksi kros-kopling Zusuki. Reaksi tersebut hanya menggunakan air sebagai pelarut dan dikatalisis oleh palladium yang diemban karbon. Produk dan air disaring dari katalis dan direkristalisasi dalam pelarut metanol/air untuk pemurniannya.Pengubahan gugus fungsionalReduksiSalah satu contoh reaksi reduksi yang berguna untuk mengubah gugus fungsional digambarkan di bawah ini.

Sintesis 2-etoksi-4-(hidroksimetil) fenol sebagai senyawa antara (intermediate) bahan tambahan sampo dan pewangiReduksi etil vanilin (4-hidroksi-3-etoksibenzaldehid) menggunakan NaBH4 dalam 1 molar larutan NaOH menghasilkan senyawa vanillil alkohol. Etil vanillil alkohol ini dapat diubah menjadi metil diantilis (3-etoksi-4-hidroksibenzil metil ether) yang merupakan bahan baku tambahan (aditif) sampo maupun pewangi.EtherifikasiEtherifikasi adalah contoh reaksi yang bisa dilakukan dalam pelarut air. Gambar di bawah ini menyatakan sintesis benzil butil ether menurut cara Williamson.

Sintesis ether menurut Williamson dalam larutan basaSintesis senyawa ether benzil butil ether menurut Williamson bisa dilakukan dengan hasil cukup tinggi dalam larutan basa NaOH dan dikatalisis oleh garam tetrabutilammonium. Garam ammonium tersebut berfungsi sebagai katalis antarmuka fasa organik dan air.Reaksi-reaksi di atas hanyalah sedikit contoh dari banyak kemungkinan sintesis organik yang bisa dilakukan dalam pelarut air. Penting untuk diingat bahwa salah satu hakikat kimia hijau adalah meminimalkan sampah sisa reaksi sehingga tidak mencemari lingkungan. Idealnya, dalam tahap sintesis dan pemurnian produk, air sebagai pelarut dapat didaur ulang atau dibuang ke lingkungan dalam keadaan bebas zat sisa reaksi.

http://dc131.4shared.com/doc/sNCJa7tJ/preview.htmlSifatumumlarutanberair, Reaksipengendapan,Reaksiasam basa,Redoks, Konsentrasilarutan,Stoikiometrilarutan

Beberapapereaksi danhasilreaksidapatberadadalambentuklarutan.Larutan(solution)adalahcampuranhomogendari duaataulebih zat dimana sesungguhnyaditentukanolehkomponen2nyayaitu :-Pelarut(solvent):substansi ygmelarutkanzat.komponeninimenentukanwujudlarutansebagaigas,padatanatauzatcair-Zatterlarut(solute):substansiyangterlarut dalamsolventMis :NaCl(aqueous);NaClsolute,aquasolvent

SifatUmumlarutanberairElektrolitvsnonelektrolita.Elektrolit:suatu zatyang ketikadilarutkandalamairakanmenghasilkanlarutan ygdapatmenghantarkanlistrikciri2elektrolitkuat:apabilazatterlarutdianggap100%terdisosiasimenjadiion2nya dalam larutan(disosiasiadlh penguraiansenyawa menjadikationdan anion)a.Nonelektrolit:tidakmenghantarkanarus listrikketikadilarutkandalamair.

Tabelpenggolonganzat terlarutdalam larutanberairElektrolitkuatElektrolitlemahNonelektrolitHClCH3COOH(NH2)2CO(urea)HNO3HFCH3OH(metanol)HClO4HNO2C2H5OH (etanol)H2SO4NH3C6H12O6(glukosa)NaOHH2OC12H22O11(sukrosa)Ba(OH)2Senyawa-senyawaionik

Airmerupakanpelarutsangatefektifuntuksenyawa-senyawaionikpelarutpolar(memilikiujungpositifHdanujungnegatifO)Hidrasi(hydration):prosesdimanasebuahiondikelilingiolehmolekul2airyg tersusundalamkeadaantertentumembantumenstabilkanion2dlmlarutandanmencegahkationuntukbergabungkembalidgnanionex:NaCl(s)+(H2O)Na+(aq)+Cl-(aq)Asamdanbasajugamerupakanelektrolit.beberapaasamtermasukHCldanHNO3merupakanelektrolitkuatBeberapaasamtertentusepertiCH3COOHmengalamiionisasisebagian:CH3COOH(aq)

CH3COO-(aq)+H+(aq)reversibelKeadaankimiasptdiatasdmn tdkadaperubahanmenyeluruhyg dptteramatidisebutkesetimbangankimia

ReaksipengendapanCirireaksipengendapan(precipitationreaction)adalahterbentuknyaprodukyangtaklarut/endapan.Reaksipengendapanbiasanyamelibatkansenyawa-senyawaionik.mispengendapanFe(OH)3:Fe3+(aq)+3OH-(aq)Fe(OH)3(s)50mldari1,5M NaOHdicampurdengan35mL dari1MlarutanFeCl3.Jawab:MolFe3+=1mol/L(1molFe3+/1molFeCl3)(35)(10-3L/1ml)=3.5x10-2molMolOH-=1.5mol/L(1molOH-/1molNaOH)(50)(10-3L/1mL)=7.5x10-2molOH-Fe3+danOH-sebagaireaktanpembatas

Reaktanpembatas:(3.5x10-2mol Fe3+/1mol Fe3+)=3.5x10-2(7.5x10-2mol OH-/3molOH-)=2.5x10-2Maka anionhidroksidasbgreaktanpembatasPencampurankedua larutanmenghasilkanendapan2.5x10-2molFe(OH)3=2.67g

KelarutanKelarutankhasdari senyawa-senyawaionikdalam airpadasuhu250C(1)Semuasenyawalogamalkali(Gol.1A)dapatlarut(2)Semuasenyawaamonium(NH4-)dapatlarut(3)Semuasenyawayg mengandungnitrat(NO3-),klorat(ClO3-)danperklorat(ClO4-)dapatlarut(4)sebag.Besarhidroksida(OH-)tidakdapatlarutkecualihidroksidalogamalkalidanBa(OH)2,Ca(OH)2sedkitlarut(5)Sebag.besarseny.yg mengandungklorida(Cl-),bromida(Br-)atauiodida(I-)dapatlarutkecualisenyawa2mengandungAg+,Hg22+,dan Pb2+(6)Semuakarbonat(CO32-),fosfat(PO43-)dan sulfida(S2-)tdkdptlarutkecualiseyawa2ionlogamalkalidanion amonium(7)Sebag.besarsulfat(SO42-)dapatlarut,CaSO4danAgSO4sdktlarut,BaSO4danHgSO4,PbSO4tdklarut

ReaksiAsamBasaAsamMemilikirasamasam,mis.cuka (asamasetat),lemon(asam sitrat)Menyebabkanperubahanwarnapada zatwarnatumbuhan,mis:lakmusbirumenjadimerahBereaksidgn logamtertentusepertiseng,magnesiumdanbesimenghasilkangas hidrogen.Reaksikhas:2HCl(aq)+Mg(s)MgCl2(aq)+H2(aq)BereaksidengankarbonatdanbikarbonatspertiNa2CO3,CaCO3danNaHCO3menghasilkangas CO22HCl(aq)+CaCO3(s) CaCl2(aq)+H2O(l)+CO2(g)Larutanasam dalam airbersifatelektrolit

BasaMemilikirasapahitTerasalicin,mis:sabunygmengandungbasaMenyebabkanperubahanwarnapada zatwarnatumbuhan, mis:lakmus merahmenjadibiruLarutan basadalamairmenghantarkanaruslistrik

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%2010%20Kimia%20Dasar%20-%20Air.pdf