reaksi investor dalam pasar modal terhadap …
TRANSCRIPT
REAKSI INVESTOR DALAM PASAR MODAL TERHADAP
PENGESAHAN UNDANG-UNDANG PENGAMPUNAN PAJAK
(Studi Peristiwa Pada Perusahaan Sektor Keuangan Subsektor Perbankan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Eko Cahyono
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 165 Malang
[email protected] / 087859513788
Dosen Pembimbing:
Dr. Sumiati, SE., Msi,. CSRS., CFP.
ABSTRACT
This research is a study of events aimed at testing and analyzing investor
reactions to the average variable abnormal return and average trading volume
activity at the time, before, and after the legalization of tax amnesty law. The study
was conducted in the financial sector of the banking subsector listed on the IDX of
18 samples with purposive sampling method of determination. The technique of
research analysis using paired sample t-test where the observation period used is
for 7 days using SPSS 21 tool. The result of research is that there is no difference
average abnormal return and average trading volume activity at the time before
and after the legalization tax forgiveness.
Keywords: abnormal return, trading activity volume, legalization of tax amnesty
law
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi peristiwa yang bertujuan guna menguji dan
menganalisis reaksi investor terhadap variabel average abnormal return dan
average trading volume activity pada saat, sebelum, dan sesudah pengesahan
Undang-Undang pengampunan pajak. Penelitian dilaksanakan pada perusahaan
sektor keuangan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI sejumlah 18 sampel
dengan metode purposive sampling penentuannya. Teknik analisis penelitian
dengan menggunakan paired sample t-test dimana periode pengamatan yang
digunakan adalah selama 7 hari menggunakan alat bantu SPSS 21. Hasil penelitian
yakni tidak terdapat adanya perbedaan average abnormal return dan average
trading volume activity pada saat, sebelum, dan sesudah pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak.
Kata kunci: abnormal return, trading volume activity, pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari keberagaman suku, ras,
agama, budaya, dll. Dan keberagaman
itulah yang membuat negara kita
menjadi unik, maka dari itu kita
sebagai penerus bangsa berkewajiban
mengoptimalkan segala sumber daya
di Indonesia menjadi keunggulan
kompetitif salah satunya di bidang
ekonomi.
Era globalisasi seperti ini,
kehidupan kita tidak dapat dilepaskan
dengan kegiatan ekonomi. Dalam
lingkup yang lebih fokus lagi,
terdapat manajemen keuangan yang
merupakan seni dan ilmu untuk
mengelola uang, yang meliputi
proses, institusi/lembaga, pasar, dan
instrumen yang terlibat dengan
masalah transfer uang di antara
individu, bisnis, dan pemerintah
(Brigham dalam Kasmir, 2013).
Sebagai salah satu instrumen
ekonomi, pasar modal tidak lepas dari
berbagai pengaruh lingkungan yang
mencakup faktor ekonomi. Adanya
sistem finansial (demand dan supply)
antara pasar modal dengan
masyarakat umum merupakan suatu
kondisi yang mencerminkan
hubungan timbal balik antara investor
dengan emiten. Para pelaku pasar
modal sangat membutuhkan setiap
informasi, karena suatu informasi
dapat mempengaruhi naik turunnya
harga saham pada pasar modal suatu
surat berharga yang diperdagangkan
di pasar modal (Shobriati, 2013).
Menurut Hartono (2010)
peristiwa-peristiwa yang dapat
mempengaruhi aktivitas pasar modal
dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis berdasarkan dampak dari
peristiwa tersebut. Pertama, peristiwa
yang mempunyai dampak spesifik
pada perusahaan tertentu saja,
misalnya pengumuman dividen,
pengumuman merjer, dan lain-lain.
Kedua, peristiwa yang mempunyai
dampak pada seluruh perusahaan di
suatu industri, seperti pengumuman
dari Bank Sentral yang efeknya pada
perusahaan di industri perbankan.
Ketiga, peristiwa yang mempunyai
dampak umum pada seluruh
perusahaan di pasar modal, misalnya
peristiwa-peristiwa ekonomi, politik,
dan alam.
Peristiwa terkini yang
menjadi perhatian investor adalah
tentang diberlakukannya Undang-
Undang Pengampunan Pajak di
Indonesia. Pengampunan pajak
adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan
sanksi pidana di bidang perpajakan,
dengan cara mengungkap harta dan
membayar uang tebusan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No. 11
Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak. Peristiwa tax amnesty
diumumkan di pasar modal pada
tanggal 28 Juni 2016 kemudian
berlaku sejak disahkannya UU
Republik Indonesia No. 11 Tahun
2016 mengenai Pengampunan Pajak
yaitu tanggal 1 Juli 2016 hingga 31
Maret 2017, dan terbagi dalam 3
(tiga) periode, yakni: Periode I adalah
1 Juli 2016 s.d 30 September 2016,
Periode II adalah 1 Oktober 2016 s.d
31 Desember 2016, dan Periode III
adalah 1 Januari 2017 s.d 31 Maret
2017 (www.pajak.go.id, 2016).
Dari gambar 1.1 dapat dilihat
konsolidasi IHSG akibat
pemberlakuan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak membawa
dampak bagi pasar saham dalam
negeri. Hal ini tercermin pada hari
Kamis tanggal 30 Juni 2016, IHSG
meningkat menjadi 5.016,65 dan
mengalami fluktuasi yang dinamis
selama penerapan UU No.11 Tahun
2016. Puncaknya pada hari Rabu
tanggal 29 Juni 2017, IHSG
meningkat menjadi 5.592,51.
Gambar 1.1.
Pertumbuhan Indeks Harga
Saham Gabungan
Sumber: Data diolah dari
www.idx.co.id, 2017
Akibat berlakunya Undang-
Undang Pengampunan Pajak dapat
mempengaruhi abnormal return. Hal
ini disebabkan karena abnormal
return merupakan kelebihan dari
return sesungguhnya terjadi terhadap
return normal, dimana return
sesungguhnya diperoleh dari
pertumbuhan harga IHSG (Hartono,
2010). Apabila suatu peristiwa tidak
menimbulkan suatu abnormal return,
berarti para investor tidak bereaksi
atau tidak ada reaksi pasar, karena
reaksi oleh para investor terhadap
informasi yang baru ditunjukkan oleh
abnormal return, begitu juga
sebaliknya (Hartono, 2010).
Selain perubahan abnormal
return, untuk melihat adanya reaksi
investor atas suatu peristiwa,
dimungkinkan terjadi perubahan pada
trading volume activity yang positif
maupun negatif. Trading volume
activity (ATVA) atau aktifitas
perdagangan saham digunakan
sebagai salah satu indikator untuk
melihat seberapa banyak saham
diperdagangkan di pasar modal yang
merupakan cerminan dari keadaan
perusahaan (Jones, 2000).
Menurut Jogiyanto (2014),
event study merupakan studi yang
mempelajari reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman. Jika suatu peristiwa
seperti tax amnesty mengandung
informasi, maka akan direspon oleh
pasar yang ditunjukkan dengan
beberapa reaksi yaitu adanya
abnormal return dan trading volume
activity. Dan sektor yang paling
bereaksi dengan disahkan kebijakan
tax amnesty adalah sektor perbankan
karena menerima aliran dana dari
wajib pajak. Penelitian yang
mengandung suatu pengumuman
terhadap perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang terdaftar di
BEI dilakukan melalui event study.
Penelitian-penelitian yang
sebelumnya menunjukkan hasil yang
berbeda-berbeda terhadap kandungan
informasi dari pengumuman kejadian
yang bersifat eksternal perusahaan.
Penelitian Budhisastrawan (2017)
menyebutkan terdapat abnormal
return bernilai positif signifikan
disekitar tanggal peristiwa. Tidak
adanya perbedaan abnormal return
yang siginifikan pada sebelum-saat,
saat-sesudah, dan sebelum-sesudah
peristiwa. Dan terdapat perbedaan
trading volume activity yang
signifikan pada periode sebelum-saat
dan saat-sesudah, namun tidak
sinifikan pada periode sebelum-
sesudah. Sanjiwani, Jati (2017)
menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata abnormal return
yang diperoleh investor pada saat
sebelum dan sesudah pengumuman
dan akhir periode I tax amnesty.
Penelitian yang dilakukan
oleh Ria (2011) menyatakan bahwa
peristiwa mundurnya Sri Mulyani
terdapat perbedaan signifikan
abnornal return sebelum dan sesudah
pengumuman pengunduran diri, hal
itu juga sejalan dengan penelitian
Sirait, dkk (2012). Berbeda dengan
Suarjana (2011) yang menguji
peristiwa ekonomi tentang dampak
peristiwa kebijakan penurunan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) tanggal
12 Januari 2009 terhadap reaksi pasar
modal menunjukkan bahwa terdapat
abnormal return yang signifikan pada
periode peristiwa.
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
event study guna menguji apakah
kebijakan pengampunan pajak dapat
memberikan abnormal return dan
peningkatan trading volume activity
pada pasar modal di Indonesia. Dan
perbedaan dengan penelitian lain
adalah sampel yang digunakan yaitu
saham perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Selain itu,
windows period ditentukan 7 hari
untuk menghindari confounding
effect.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah saat pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak
memberikan perbedaan yang
positif terhadap abnormal return
pada perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang
terdaftar di BEI?
2. Apakah terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap abnormal
return pada perusahaan sektor
keuangan subsektor perbankan
yang terdaftar di BEI sebelum,
saat, dan sesudah pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak?
3. Apakah terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap trading volume
activity pada perusahaan sektor
keuangan subsektor perbankan
yang terdaftar di BEI sebelum,
saat, dan sesudah pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak?
KAJIAN TEORI DAN
HIPOTESIS
Teori sinyal atau signalling
theory yang dikembangkan oleh
Hartono (2008) merupakan informasi
yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan suatu
sinyal bagi para investor dalam
pengambilan keputusan investasi.
Wang (2010) menyebutkan bahwa
setiap kali ketika sinyal positif datang
dari pemerintah, sebagian besar
investor mengharapkan peningkatan
indeks dan memberikan abnormal
return ke pasar dan sebaliknya.
Pasar Modal Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia
No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), yang dimaksud
pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No.8 Tahun
1995 tentang pasar modal.
Pasar yang efisien adalah
pasar yang mencerminkan semua
informasi yang tersedia dimana
semua harga yang diperdagangkan.
Untuk memudahkan penelitian
tentang efisiensi pasar Fama (1970),
mengklasifikasikan bentuk pasar
yang efisien ke dalam tiga Efficient
Market Hypothesis (EMH), sebagai
berikut:
1. Efisiensi dalam bentuk lemah
(weak form) berarti semua
informasi di masa lalu (history)
akan tercermin dalam harga yang
berbentuk sekarang.
2. Efisiensi dalam bentuk setengah
kuat (semi strong form) berarti
harga pasar saham yang
terbentuk sekarang telah
mencerminkan informasi historis
ditambah dengan semua
informasi yang dipublikasikan.
3. Efisiensi dalam bentuk kuat
(strong form) berarti harga pasar
saham yang terbentuk sekarang
telah mencerminkan informasi
historis ditambah dan semua
informasi yang dipublikasikan
ditambah dengan informasi yang
tidak dipublikasikan. Pada pasar
efisensi bentuk kuat tidak akan
ada seorang investor pun yang
bisa memperoleh abnormal
return.
Pengampunan pajak atau tax
amnesty adalah program
pengampunan yang diberikan oleh
pemerintah kepada Wajib Pajak
meliputi penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, penghapusan
sanksi administrasi perpajakan, serta
penghapusan sanksi pidana di bidang
perpajakan atas harta yang diperoleh
pada tahun 2015 dan sebelumnya
yang belum dilaporkan dalam SPT,
dengan cara melunasi seluruh
tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan (Dirjen
Pajak Kemenkeu, 2016).
Menurut Tandelilin (2010), modal
atau dana atau efek yang
diperjualbelikan di pasar modal pada
umumnya berbentuk saham dan
obligasi. Menurut Jones (2010) efek
ekuitas (saham) merupakan suatu
kepemilikan pada perusahaan. Bukti
penting yang menunjukkan apabila
suatu pihak dianggap sebagai
pemegang saham apabila para
pemegang saham tercatat kedalam
buku yang disebut dengan daftar
pemegang saham (DPS). Pemegang
saham juga memiliki hak atas
penerimaan pembagian dividen atau
keuntungan dari perusahaan apabila
perusahaan menghasilkan laba.
Menurut Ambarwati (2008),
volume perdagangan saham diartikan
sebagai jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada hari tertentu.
Volume perdagangan saham
merupakan penjumlahan dari setiap
transaksi yang terjadi di bursa pada
waktu tertentu atas saham tertentu.
Volume perdagangan yang besar
menunjukkan suatu saham yang aktif
yang artinya sedang digemari oleh
investor.
Dalam bidang investasi, return
menurut Eduardus (2017) adalah hasil
untuk keberanian investor
menanggung risiko aktivitas investasi
mereka. Return dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau
return ekspektasi yang belum terjadi
tapi yang diharapkan akan tejadi
dimasa mendatang (Jogiyanto, 2016).
Return realisasi penting karena dapat
digunakan sebagai pengukuran
kinerja perusahaan dan sebagai dasar
untuk menentukan return ekspektasi
dan risiko di masa depan.
Abnormal return merupakan
kelebihan dari return yang
sesungguhnya terhadap return yang
diharapkan oleh investor (expected
return) sebelum informasi resmi
diterbitkan atau telah terjadi
kebocoran informasi sesudah
informasi resmi diterbitkan.
(Hartono, 2003). Selisih return akan
positif jika return yang didapatkan
lebih besar dari return yang
diharapkan atau return normal.
Sedangkan return akan negatif jika
return yang didapat lebih kecil dari
return yang diharapkan.
(Rachmawati,2005).
Merujuk pada Jogiyanto
(2016) yang menyatakan bahwa studi
peristiwa (event study) merupakan
studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa yang
informasinya dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman. Studi peristiwa
digunakan untuk menguji kandungan
informasi tersebut dan untuk menguji
efisiensi pasar bentuk setengah kuat
yang merupakan pengujian yang
berbeda.
Berdasarkan landasan teori
dan penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan yang positif
saat pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak terhadap
abnormal return pada perusahaan
sektor keuangan subsektor perbankan
yang terdaftar di BEI
H2: Terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap abnormal return
pada perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang terdaftar di
BEI sebelum, saat, dan sesudah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
H3: Terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap trading volume
activity pada perusahaan sektor
keuangan subsektor perbankan yang
terdaftar di BEI sebelum, saat, dan
sesudah pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif karena
memerlukan perhitungan yang
bersifat sistematis yang
menitikberatkan pada pengujian
hipotesis. Dengan menggunakan
pendekatan studi peristiwa (event
study) yang menganalisis perbedaan
harga saham sektor perbankan yang di
ukur dari abnormal return dan
trading volume activity yang terjadi
pada saat sebelum dan sesudah
peristiwa kebijakan tax amnesty.
Menurut sifatnya, penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian
deskriptif. Termasuk kategori
penelitian deskriptif karena penelitian
ini hanya berusaha mengemukakan
sesuatu berdasarkan data yang
terdapat di lapangan.
Lokasi Penelitian adalah
Pojok BEI FEB UB Malang dan
Account Trading Dae Woo.
Sedangkan periode pengamatan juga
melibatkan hari sebelum tanggal
peristiwa untuk mengetahui apakah
terjadi kebocoran informasi karena
umumnya informasi sudah diketahui
publik di hari sebelumnya. Periode
pengamatan dalam penelitian ini yaitu
selama 7 hari perdagangan (trading
days), terdiri dari t-3 (pre event, 3 hari
sebelum peristiwa), t0 (event day, saat
peristiwa pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak), dan
t+3 (post event, 3 hari setelah
peristiwa).
Event day dari kebijakan tax
amnesty adalah hari Jumat pada
tanggal 1 Juli 2016 yaitu tanggal
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak. Penentuan
periode peristiwa didasarkan untuk
menghindari adanya efek bias
(confounding effect) yaitu
tercampurnya informasi dari suatu
peristiwa dengan peristiwa lain
(Jogiyanto, 2010). Periode
pengamatan dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1.
Periode Pengamatan
Penelitian ini berbasis pada
metode event study, terutama untuk
periode harian. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
77 perusahaan sektor keuangan yang
diberi amanah oleh pemerintah
sebagai gateway dana kebijakan
amnesti pajak 2016. Dari 77
perusahaan tersebut terdapat beberapa
perusahaan milik asing, beberapa
manajer investasi, dan beberapa
sekuritas. Jadi dikerucutkan lagi
terdapat 18 perbankan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling yaitu
metode pengambilan sampel yang
didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan tertentu dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang
sesuai dengan kriteria yang
ditentukan (Sanusi, 2014). Proses
pengambilan sampel didasarkan atas
pertimbangan sebagai berikut:
1. Saham perusahaan sektor
keuangan subsektor perbankan
yang ditunjuk pemerintah
sebagai gateway untuk
menampung dana tax amnesty
dan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia dan aktif melakukan
perdagangan selama periode
penelitian.
2. Perbankan yang termasuk pada
buku III dan buku IV menurut
modal intinya.
Periode sebelum
pengesahan UU
pengampunan
Periode sesudah
pengesahan UU
pengampunan
t-3 t0 t+3
3. Tidak melakukan corporate
action pada periode pengamatan
penelitian dengan tujuan untuk
menghindari confounding effect
(efek bias) yang berdampak pada
tidak signifikannya respon pasar
terhadap peristiwa yang terjadi.
Corporate action ini meliputi
stock spilt, right issue,
pengumuman dividen dan lain-
lain.
4. Perbankan yang mempunyai
kelengkapan laporan keuangan
yang merupakan data historical
price dari emiten yang sahamnya
diperdagangkan di BEI pada saat
periode pengamatan.
Data yang dipakai dalam
penelitian ini adalah data sekunder,
yang melainkan data penelitian yang
diperoleh tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari
database Bursa Efek Indonesia yang
meliputi index harga saham gabungan
(IHSG) dalam rentang waktu 7 hari di
download melalui situs www.idx.co.id
dan www.finance.yahoo.com serta
media lain yang mendukung
penelitian ini seperti account trading
Dae Woo.
Peneliti dalam penelitian ini
juga menggunakan metode
dokumentasi, yaitu dengan
mengumpulkan data-data sekunder
yang diperlukan dari berbagai
sumber, baik secara pribadi maupun
kelembagaan. Data yang
dikumpulkan didasarkan pada data
transaksi harian di pasar modal yang
berupa closing price, volume dan
listed share atas bank yang diteliti.
Dalam definisi operasional
variabel ini, akan dibahas mengenai
beberapa hal atau istilah yang
berhubungan dengan penelitian ini
(Jogiyanto, 2009), yaitu :
1.) Abnormal Return, menurut
Hartono (2008) merupakan
hasil dari selisih antara return
sesungguhnya (actual return)
dengan return yang diharapkan
(expected return). Abnormal
return positif menunjukkan
bahwa return yang diterima
lebih besar dari return yang
diharapkan, sebaliknya apabila
return yang diterima lebih kecil
dari yang diharapkan maka
disebut abnormal return
negatif. Penelitian ini
menggunakan market adjusted
model untuk menghitung
tingkat abnormal return. Maka
langkah-langkah dalam
mencari abnormal return
saham, sebagai berikut:
a.) Menghitung return sesungguhnya
Return sesungguhnya (actual return)
adalah return yang terjadi pada waktu
ke-t yang merupakan selisih harga
sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya, yaitu:
Ri.t = Pi.t- P.t -1
Keterangan:
Rit = return atau actual return saham
perusahaan i pada waktu t
Pit= harga penutupan saham
perusahaan i pada waktu t
Pt-1= harga penutupan saham
perusahaan i sebelum waktu t-1
b.) Menghitung return ekspektasi
Menghitung expected return harian
saham, menggunakan market-
adjusted model dimana return
sekuritas diestimasi sama dengan
return indeks pasar pada saat tersebut
(Jogiyanto, 2003), yaitu :
E(Ri. t) = RM.t
Keterangan:
E (Ri.t)= Return yang diharapkan dari
saham ke-i pada periode estimasi ke-t
RM.t= Return indeks pasar pada
waktu -t
Perhitungan return indeks pasar
dalam penelitian ini menggunakan
data indeks IHSG sebagai return
pasar, sebagaimana rumus berikut :
RM.t = IHSGt- IHSGt- 1
Keterangan:
RM.t= Return indeks pasar (market
return) pada waktu t
IHSGt= indeks harga saham
gabungan pada waktu t
IHSGt-1= indeks harga saham
gabungan pada waktu t-1
c.) Menghitung abnormal return
Abnormal return merupakan selisih
antara return sesungguhnya dengan
expected return (Hartono, 2003),
yaitu:
Arit = Ri. t- E(Ri. t)
Keterangan:
Arit = abnormal return saham i pada
waktu t
Ri.t = return atau actual return saham
perusahaan i pada waktu t
E ( Ri.t)= return yang diharapkan dari
saham ke i pada waktu t
Karena penelitian ini
mengunakan Market Adjusted Model
yang mempumyai asumsi bahwa
expected return semua saham
IHSGt- 1
P.t -1
(mendekati ekuivalen) dengan
expected return pasar, maka akan
diperoleh rumus sebagai berikut :
ARit = Rit - Rm
Dimana:
Arit = abnormal return saham i pada
waktu t
Ri.t = return atau actual return saham
perusahaan i pada waktu t
Rm = return pasar yang diharapkan
dari saham i pada waktu t (IHSGt)
d.) Menghitung average
abnormal return selama event period
dengan rumus sebagai berikut:
ARnt = ARitt1 + ARitt...+ARittn
Dalam hal ini:
ARnt = Average abnormal return
ARitn = Abnormal return saham ke-i
pada hari ke-n
n = jumlah hari yang diteliti
2.) Trading Volume Activity dihitung
dengan membandingkan jumlah
saham perusahaan yang
diperdagangkan dalam suatu periode
tertentu dengan keseluruhan jumlah
saham yang beredar dari perusahaam
tersebut pada kurun waktu yang sama,
berikut persamaan dalam menghitung
aktivitas volume perdagangan
(Jones,1986) Trading volume activity
adalah salah satu instrumen untuk
mengukur aktivitas volume
perdagangan saham pada periode
tertentu (Lestari dan Sudaryono,
2008). Berikut cara menghitung TVA
:
Setelah TVA masing-masing
diketahui, kemudian dihitung rata-
rata trading volume activity dengan
menggunakan cara:
Keterangan:
ΣTVAit = Rata-rata volume
perdagangan saham perusahaan I
pada waktu t
TVAit = Total volume aktivitas
perusahaan i pada waktu t
i = Nama perusahaan (sampel)
t = Pada waktu tertentu
(George Foster, 1986)
Langkah-langkah pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut :
Langkah yang dilakukan pertama
adalah dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif. Analisis Statistik
Deskriptif memberikan deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-
rata, standar deviasi, varian,
maximum, minimum, sum, range,
n
Jumlah saham perusahaan i yang diperdagangkan pada periode t
Jumlah saham perusahaan i yang beredar pada periode t
TVAit=
ΣJumlah saham perusahaan i yang diperdagangkan pada periode t
ΣJumlah saham perusahaan i yang beredar pada periode t
ΣTVAit=
kurtosis skewness, dan lain
sebagainya (Ghozali, 2013).
Langkah kedua, adalah uji
normalitas data digunakan untuk
mengetahui apakah data yang
digunakan berdistribusi normal atau
tidak. Untuk menguji normalitas data
digunakan uji Kolmogorov- Smirnov
dengan menggunakan taraf
signifikansi 5%.
Langkah yang ketiga
digunakannya metode uji paired
sample t-tes (apabila data
berdistribusi normal) atau uji
Wilcoxon Signed Rank Test (apabila
data tidak berdistribusi normal) yang
digunakan untuk menguji hipotesis
sama atau berbeda (Ho) di antara dua
variabel. Data berasal dari dua
pengukuran atau dua periode
pengamatan yang berbeda yang
diambil dari subjek yang dipasangkan
(Ghozali,2011). Uji ini digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian
yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan average abnormal return
dan average trading volume activity
selama periode pengamatan.
Adapun metode analisis data
yang digunakan untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini
dilakukan dengan tahap – tahap
sebagai berikut :
a.) Uji Rata – Rata Berpasangan
Uji korelasi rata – rata
berpasangan (paired sample t-
test) adalah uji untuk
menentukan apakah ada
hubungan/korelasi peristiwa
antara sebelum pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak dan sesudah pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak berhubungan secara nyata.
b.) Perumusan Hipotesis
Ho: Terdapat pengaruh yang
signifikan pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak
terhadap harga saham perusahaan
sektor keuangan subsektor
perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Ha: Tidak terdapat pengaruh
yang signifikan pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak terhadap harga saham
perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c.) Menentukan rata – rata harga
saham perusahaan sektor
keuangan subsektor perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia masing – masing
sebelum, saat, dan sesudah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
d.) Menentukan derajat kepercayaan
dalam penelitian ini 95% dengan
tingkat signifikansi (α) 5%.
e.) Melakukan pengujian data
dengan menggunakan metode uji
paired sample t-tes (apabila data
berdistribusi normal) atau uji
Wilcoxon Signed Rank Test
(apabila data tidak berdistribusi
normal) pada masing – masing
variabel untuk mengetahui
apakah pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak
memberikan dampak terhadap
harga saham. Pengujian data
menggunakan SPSS versi 21.
f.) Menetukan Kriteria Hipotesis
H0: Diduga terdapat perbedaan
yang positif pada pada abnormal
return saham perusahaan sektor
keuangan dan subsektor
perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia saat
Pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
Ha: Diduga tidak terdapat
perbedaan yang positif pada pada
abnormal return saham
perusahaan sektor keuangan dan
subsector perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
saat Pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak.
Dalam uji paired sample t-tes
(apabila data berdistribusi normal)
atau uji Wilcoxon Signed Rank Test
(apabila data tidak berdistribusi
normal), variabel abnormal return
terdapat perbedaan yang positif saat
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Jika Signifikan (P value) t < 0,05 ,
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya terdapat pengaruh yang
positif pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak terhadap harga
saham perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Jika Signifikansi (P value) t > 0,05
, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya tidak terdapat pengaruh yang
positif pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak terhadap harga
saham perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statistik
deskriptif dari abnormal return
saham sampel selama periode
penelitian dimana dalam penilitian
saya menggunakan 3 hari sebelum
dan 3 hari setelah pengesahan
Undang-Undang pengampunan pajak
pada 1 Juli 2016. Pengujian ini
dilakukan menggunakan bantuan
software SPSS 21 yang menghasilkan
berupa minimum, maximum, mean
(rata-rata) dan standar deviasi seperti
disajikan dalam Tabel 4.1 berikut:
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas,
dapat disimpulkan bahwa mean
abnormal return saham selama
periode sebelum, saat, dan setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak seluruhnya
bernilai positif. Hal ini menunjukkan
bahwa return yang diterima investor
lebih tinggi daripada return pasar.
Dari tabel juga dapat diketahui bahwa
average abnormal return bergerak
fluktuatif pada saat pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak, begitu pula pada nilai standar
deviasinya yang berbanding lurus
dengan pergerakan average abnormal
return. Sedangkan untuk nilai
average abnormal return tertinggi
(maximum) terjadi pada saat peristiwa
dengan nilai 0,18. Nilai average
abnormal return terendah (minimum)
terjadi setelah peristiwa yaitu sebesar
-0,044. Untuk perhitungan average
abnormal return saham secara harian
selama periode penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Hasil perhitungan average
abnormal return saham secara harian
selama 7 hari periode penelitian
menunjukkan bahwa nilai daily
average abnormal return sebagian
besar bernilai positif. Average
abnormal return negatif hanya terjadi
2 kali yaitu t-3 dan t+3. Nilai average
abnormal return tertinggi terjadi pada
periode sehari sebelum terjadinya
peristiwa (t-1) yaitu sebesar 0,028,
sedangkan nilai average abnormal
return terendah terjadi pada t-3 yaitu
sebesar -0,0095. Pergerakan fluktuasi
nilai average abnormal return saham
secara harian dapat dilihat pada grafik
berikut ini:
Tabel 4.1.
Statistik Deskriptif untuk Average Abnormal Return
Saham 7 Hari di Sekitar Peristiwa
Periode N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
AARsebelum 18 ,0071041667 ,03180133368 -,03182600 ,11964800
AARsaat 18 ,0201435556 ,04763333397 -,03103000 ,18039800
AARsetelah 18 ,0028989444 ,02568479320 -,04362800 ,08834400
Dari grafik di bawah ini dapat
dilihat bahwa pergerakan average
abnormal return begitu fluktuatif
sejak t-3 hingga t-1 mengalami
peningkatan. Nilai abnormal return
mencapai puncaknya pada periode
sehari sebelum event date. Namun
setelah pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak, pergerakan
abnormal return saham kembali
normal.
Nilai standart deviation atau
simpangan baku dalam hasil
pengolahan data statistik deskriptif,
bisa diartikan sebagai tingkat resiko
perubahan abnormal return pada hari
tersebut. Semakin tinggi nilai
simpangan baku, abnormal return
akan semakin beresiko mengalami
penurunan. Nilai simpangan baku
tertinggi berada ada t-1 dengan nilai
0,082756. Sedangkan nilai
simpangan baku terkecil terjadi pada
t-2 yaitu 0,020886.
Tabel 4.2.
Hasil Perhitungan Average
Abnormal Return Saham Secara
Harian Selama Periode Penelitian
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Gambar 4.1.
Grafik Average Abnormal Return
Secara Harian Selama Peristiwa
Sumber: Data sekunder diolah, 2012
Sedangkan Trading volume
activity (TVA) atau aktivitas volume
perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang
diperdagangkan dengan jumlah
saham perusahaan yang beredar pada
periode waktu tertentu. TVA juga
dapat dijadikan sebagai indikator
-0.02
-0.01
0
0.01
0.02
0.03
0.04
Windows Period
t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3
Ab-
nor
mal
Ret
urn
Periode
Daily Average Abnormal
Return
t-3 -0,009466
t-2 0,002718
t-1 0,028060
t0 0,020144
t+1 0,001629
t+2 0,021466
t+3 -0,014398
likuiditas suatu saham, maka dari itu
TVA dapat menjadi pendukung nilai
abnormal return untuk menganalisis
keadaan yang terjadi di pasar modal.
Hasil pengujian statistik
deskriptif dari Trading volume
activity (TVA) saham sampel selama
periode penelitian dimana dalam
penilitian saya menggunakan 3 hari
sebelum dan 3 hari setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak pada 1 Juli 2016.
Pengujian ini dilakukan
menggunakan bantuan software SPSS
22 yang menghasilkan berupa
minimum, maximum, mean (rata-rata)
dan standar deviasi seperti disajikan
dalam Tabel 4.3 berikut:
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut dapat diketahui bahwa ATVA
selama periode penelitian cenderung
mengalami penurunan menjelang
terjadinya peristiwa. Hal itu
ditunjukkan dengan nilai mean ATVA
pada periode sebelum peristiwa
sebesar 0,0012 yang kemudian
menurun menjadi sebesar 0,0008
pada saat terjadi peristiwa, kemudian
sedikit meningkat menjadi sebesar
0,0011 pada periode setelah
peristiwa. Penurunan ATVA tersebut
menunjukkan bahwa jumlah lembar
saham yang ditransaksikan juga
cenderung menurun dari hari ke hari,
akan tetapi penurunan tersebut masih
dalam batas yang wajar dan tidak
terlalu besar.$
Sedangkan untuk nilai
average trading volume activity
tertinggi (maximum) terjadi pada saat
peristiwa dengan nilai 0,0041. Nilai
average trading volume activity
terendah (minimum) terjadi setelah
peristiwa yaitu sebesar 0,0033.
Sementara itu untuk perhitungan
ATVA secara harian selama 7 hari
periode penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.4 di bawah ini:
Berdasarkan hasil perhitungan
pada Tabel 4.4 di bawah, dapat dilihat
bahwa pergerakan nilai ATVA selama
7 hari periode peristiwa cukup
fluktuatif. Pada periode sebelum
peristiwa, pergerakan ATVA
cenderung meningkat, hal itu dapat
dilihat dari nilai ATVA pada periode t-
3, t-2 yang terus perlahan meningkat
hingga periode t-1. Namun pada
Tabel 4.3.
Statistik Deskriptif untuk Average Trading Volume
Activity Saham 7 Hari di Sekitar Peristiwa
Periode N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ATVAsebelum 18 ,0011555556 ,00122663529 ,00000000 ,00336300
ATVAsaat 18 ,0007916111 ,00097008369 ,00000000 ,00412300
ATVAsetelah 18 ,0010833333 ,00107784338 ,00000000 ,00333400
periode t0 atau saat peristiwa, nilai
ATVA menurun tajam dan mencapai
nilai pada level 0,00079.
Pada periode setelah
peristiwa, nilai ATVA cenderung
mengalami peningkatan kembali, hal
itu dapat dilihat dari pergerakan nilai
mulai periode t+1 hingga periode t+2.
Akan tetapi pada periode t+3 ATVA
menurun kembali dan mencapai nilai
terendahnya pada level 0,000788.
Visualisasi pergerakan nilai ATVA
saham selama 7 hari periode peristiwa
dapat dilihat dalam Gambar 4.2
berikut ini.
Dari grafik di atas dapat
dilihat bahwa pergerakan average
trading volume activity selaras
dengan AAR yang begitu fluktuatif
sejak t-3 hingga t-1 mengalami
peningkatan. Nilai ATVA mencapai
puncaknya pada periode sehari
sebelum event date. Namun setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak, pergerakan
aktivitas perdagangan saham kembali
normal.
Tabel 4.4.
Hasil Perhitungan Average Trading
Volume Activity Saham
Secara Harian Selama Periode
Peristiwa
Periode
Daily Average Trading
Volume Activity
t-3 0,000739851
t-2 0,001031204
t-1 0,001695181
t0 0,000791658
t+1 0,001073763
t+2 0,001387672
t+3 0,000788312
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Gambar 4.2.
Grafik Average Trading Volume
Activity Secara Harian
Selama Periode Peristiwa
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Nilai standart deviation atau
simpangan baku dalam hasil
pengolahan data statistik deskriptif,
bisa diartikan sebagai tingkat resiko
perubahan abnormal return pada hari
tersebut. Semakin tinggi nilai
simpangan baku, abnormal return
akan semakin beresiko mengalami
penurunan. Nilai simpangan baku
tertinggi berada pada t-1 dengan nilai
0,002166. Sedangkan nilai
0
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
0.0014
0.0016
0.0018
Tra-
ding
Volu
me
Acti-
vity
Windows Periodt-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3
simpangan baku terkecil terjadi pada
t-2 yaitu 0,00075.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah suatu data
terdistribusi secara normal atau tidak.
Hasil pengujian normalitas data yang
dilakukan dengan menggunakan alat
uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test pada tingkat signifikansi 5%
(0.05). Pengujian normalitas data
dalam penelitian ini menggunakan
program SPSS 22.
Penilaian distribusi data pada
penelitian ini diukur dengan nilai
pengujian dua arah (two tailed test).
Ketika pada hasil pengujian dua arah
nilai p > 0,05, maka data berdistribusi
normal. Sebaliknya, ketika hasil
pengujian dua arah nilai p < 0,05,
maka data berdistribusi tidak normal
(Singgih Santoso, 2010). Data yang
diuji adalah data average abnormal
return dan data average trading
volume activity saham pada periode
sebelum, saat, dan setelah peristiwa
seperti hasil yang disajikan pada
Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5.
Hasil Uji Normalitas Data Average
Abnormal Return dan
Average Trading Volume Activity
Saham
Variabel Periode Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
Abnormal
Return
Sebelum 0,043 Tidak
Berdistribusi
Normal
Saat 0,177 Berdistribusi
Normal
Setelah 0,279 Berdistribusi
Normal
Trading
Volume
Activity
Sebelum 0,309 Berdistribusi
Normal
Saat 0,422 Berdistribusi
Normal
Setelah 0,431 Berdistribusi
Normal
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Berdasarkan informasi yang
disajikan pada Tabel 4.5 dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh
data average abnormal return dan
average trading volume activity
saham pada periode sebelum, saat,
dan setelah peristiwa terdistribusi
normal. Hal ini ditunjukan dengan
nilai asymptotic sig. (2-tailed) yang
lebih besar dari tingkat signifikansi
5%. Dengan demikian, karena data
terdistribusi normal, maka untuk
pengujian hipotesis II dan hipotesis
III harus menggunakan uji paired
sample t-tes yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan dan diuji
dengan program SPSS 21 (Statistical
Product and Service Solution 21).
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis I
dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat average abnormal return
yang bernilai positif signifikan saat
tanggal peristiwa. Atau dengan kata
lain untuk mengetahui apakah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak ini direspon
sebagai kabar baik oleh pasar.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Paired Sample t-test
untuk Average Abnormal Return
pada Periode Sekitar Peristiwa
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Tabel 4.6 di atas menyajikan
hasil perhitungan t-test untuk satu sisi
sebelah kanan (one-tailed) dari data
average abnormal return selama 7
hari periode peristiwa. Dari tabel
tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata
abnormal return bernilai positif
signifikan selama periode
pengamatan. Dengan demikian,
maka hipotesis I ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan signifikan yang
positif terhadap average abnormal
return di sekitar tanggal peristiwa
menunjukkan pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak tidak
memiliki kandungan informasi yang
direspon positif oleh pasar.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Paired Sample t-test
untuk Average Abnormal Return
Selama Periode Peristiwa Periode
Variabel
Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
AAR Sebelum-
Saat
0,338 Tidak
Signifikan
AAR Saat-
Setelah
0, 191 Tidak
Signifikan
AAR Sebelum-
Setelah
0, 408 Tidak
Signifikan
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Uji hipotesis II atau uji beda
average abnormal return dilakukan
dengan tujuan untuk melihat apakah
terdapat perbedaan yang signifikan
pada rata-rata abnormal return saham
selama periode sebelum, saat, dan
setelah pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak. Tidak adanya
perbedaan yang signifikan pada
abnormal return menunjukkan bahwa
pasar tidak bereaksi terhadap
peristiwa tersebut. Tabel 4.7 berikut
menyajikan hasil uji beda average
abnormal return saham dengan
menggunakan alat uji statistik paired
Periode Sig. Keterangan
t-3 0,260 Tidak Signifikan
t-2 0,588 Tidak Signifikan
t-1 0,168 Tidak Signifikan
t0 0,091 Tidak Signifikan
t+1 0,827 Tidak Signifikan
t+2 0,136 Tidak Signifikan
t+3 0,069 Tidak Signifikan
sample t-test pada tingkat signifikasi
5%.
Berdasarkan hasil uji paired
sample t-test, untuk periode sebelum-
saat terjadi peristiwa, asymptotic sig.
menunjukkan nilai 0,338 atau lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%.
Dengan demikian maka hipotesis II
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara average abnormal
return saham pada periode sebelum
dan saat pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
Pada hasil uji paired sample t-
test untuk data rata-rata abnormal
return pada periode saat-setelah
terjadinya peristiwa, nilai asymptotic
sig. adalah sebesar 0,191 atau berada
di atas tingkat signifikansi 5%.
Dengan demikian maka hipotesis II
ditolak sehingga dapat diartikan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara average abnormal
return saham pada periode saat dan
setelah pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
Pada periode sebelum-setelah
terjadinya peristiwa, nilai asymptotic
sig. dari hasil uji paired sample t-test
menunjukkan angka 0,408 atau
berada di atas tingkat signifikansi
sebesar 5%. Dengan demikian maka
hipotesis II ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
average abnormal return saham pada
periode sebelum dan setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
Tabel 4.8
Hasil Uji Paired Sample t-test
untuk Average Trading Volume
Activity Selama Periode Peristiwa
Periode
Variabel
Asymp.Sig.
(2-tailed)
Keterangan
ATVA
Sebelum-Saat
0,127 Tidak
Signifikan
ATVA Saat-
Setelah
0,611 Tidak
Signifikan
ATVA
Sebelum-
Setelah
0,133 Tidak
Signifikan
Sumber: Data sekunder diolah (2018)
Uji hipotesis III, atau uji beda
average trading volume activity
(ATVA) dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang
signifikan pada ATVA saham selama
periode sebelum, saat, dan setelah
terjadinya pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak. Adanya
perbedaan yang signifikan pada
ATVA memberikan bukti bahwa pasar
bereaksi terhadap suatu peristiwa
yang ditunjukkan dengan fluktuasi
volume jumlah lembar saham yang
diperdagangkan. Tabel 4.8 di bawah
ini menyajikan hasil uji beda ATVA
menggunakan uji paired sample t-test
pada tingkat signifikasi 5%.
Dari hasil uji paired sample t-
test yang tertera pada tabel di atas,
dapat diketahui bahwa untuk periode
sebelum-saat terjadi peristiwa,
asymptotic sig. menunjukkan nilai
0,127 atau berada di atas tingkat
signifikansi 5%. Dengan demikian
maka hipotesis III ditolak dan dapat
diartikan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
ATVA saham pada periode sebelum
dan saat pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak.
Pada periode saat-setelah
terjadinya peristiwa, nilai asymptotic
sig. data ATVA adalah sebesar 0,611
atau berada diatas dari tingkat
signifikansi 5%. Dengan demikian
maka hipotesis III ditolak sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan
antara ATVA saham pada periode saat
dan setelah pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak.
Pada periode sebelum-setelah
terjadinya peristiwa, nilai asymptotic
sig. menunjukkan angka 0,133 atau
berada di atas tingkat signifikansi
sebesar 5%. Dengan demikian maka
hipotesis III ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
rata-rata ATVA saham pada periode
sebelum dan setelah pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak.
PEMBAHASAN
Abnormal return merupakan
salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur apakah
suatu pengumuman atau peristiwa
yang dipublikasikan mempunyai
kandungan informasi yang dapat
mempengaruhi pasar. Berikut ini
adalah pembahasan hasil penelitian
mengenai reaksi yang terjadi di pasar
modal dilihat dari indikator abnormal
return saham.
Hasil pengujian hipotesis I
bahwa tidak terdapat abnormal return
yang bernilai positif di sekitar tanggal
terjadinya peristiwa, dengan semua
nilai asymptotic sig diatas signifikansi
0,05 yang mana artinya hipotesis
ditolak sehingga pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak tidak
memiliki pengaruh signifikan yang
bernilai positif pada Bursa Efek
Indonesia. Tidak munculnya
abnormal return bernilai signifikan
positif memberikan indikasi adanya
kemungkinan investor lebih
menunggu (wait and see). Bahkan
diperkirakan masih ada investor yang
terlambat memperoleh informasi.
Hasil pengujian hipotesis II
pada periode sebelum-saat terjadinya
peristiwa menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan average abnormal
return yang signifikan. Pada periode
sebelum peristiwa yaitu dari t-3
hingga t-1 dan t0 hingga t+2, investor
mungkin cenderung bersikap wait
and see karena informasi ekonomi
yang beredar masih simpang siur atau
adanya ketidakpastian informasi
ekonomi yang beredar di kalangan
investor. Investor dihadapkan pada
berbagai informasi yang bersumber
dari para pakar ekonomi, media
televisi, maupun media cetak, dimana
informasi tersebut berbeda-beda
antara satu dengan yang lain,
sehingga pada rentang waktu tersebut
pergerakan abnormal return masih
cukup stabil.
Akan tetapi, dugaan
kebocoran informasi yang terjadi
pada t-1 menyebabkan abnormal
return melonjak cukup tinggi
sehingga tidak menimbulkan
perbedaan yang cukup berarti antara
ratarata abnormal return saham pada
periode sebelum-saat peristiwa.
Gambar 4.6 menunjukkan pola
pergerakan rata-rata abnormal return
yang fluktuatif selama peristiwa
pengumuman kebijakan tax amnesty
pada tanggal 1 Juli 2016.
Lanjutan hasil pengujian
hipotesis II pada periode saat-setelah
terjadinya peristiwa, membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan
average abnormal return yang
signifikan. Hal tersebut terjadi karena
nilai AAR yang tinggi pada saat t0,
sementara AAR pada periode setelah
peristiwa cenderung fluktuatif . Hal
ini dikarenakan reaksi pasar yang
hanya sesaat, yaitu pada t-1 saja
akibatnya pada periode setelah
peristiwa pasar sudah tidak bereaksi
lagi dan sudah membentuk
ekuilibrium baru, ditunjukkan oleh
average abnormal return yang
bernilai negatif. Kondisi seperti itulah
yang menyebabkan tidak adanya
perbedaan signifikan antara average
abnormal return pada periode saat-
setelah peristiwa.
Sedangkan Hasil pengujian
hipotesis II pada periode sebelum-
setelah terjadinya peristiwa
membuktikan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan pada average
abnormal return saham. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada periode
yang lebih lama, pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak ini
sudah tidak memiliki muatan
informasi yang kuat, sehingga
mengakibatkan pasar tidak lagi
merespon, ditunjukkan oleh nilai
average abnormal return yang tidak
berbeda signifikansinya antara
periode sebelum dan setelah
peristiwa. Tidak adanya respon pasar
tersebut juga didukung oleh informasi
dalam Tabel 4.6 dimana pada periode
sebelum-setelah peristiwa average
abnormal return saham didominasi
nilai yang tidak signifikan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak tidak memiliki
kandungan informasi yang kuat pada
perbandingan periode pengamatan
yang lebih lama.
Sebelum pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak tepatnya
pada t-1 investor ramai-ramai
melakukan profit taking dari yang
semula 0,028060 menjadi 0,020144.
Namun, periode setelah pengesahan
Undang-Undang pengampunan pajak
pasar merespon positif kebijakan tax
amnesty sehingga pada saat
diberlakukannya kebijakan tax
amnesty yaitu pada t+2 yang semula
0,001629 menjadi 0,021466. Hal ini
berarti peristiwa pengumuman
kebijakan tax amnesty dianggap
sebagai good news oleh para investor.
Peningkatan abnormal return
yang terjadi cenderung bersifat
sementara ditunjukkan pada
abnormal return yang menurun saat
setelah pengampunan Undang-
Undang pengampunan pajak. Karena
perilaku Investor yang cenderung
menganalisis terlebih dahulu
informasi yang diterima sebelum
mengambil keputusan (Erwinsyah,
2012). Mengingat pemerintah
menerapkan kebijakan tax amnesty
selama 3 (tiga) periode yang berakhir
pada 31 Maret 2017 berdasarkan UU
RI Nomor 11 tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak.
Karena kecenderungan para
pelaku pasar berdasarkan signalling
theory pelaku pasar terlebih dahulu
menganalisis informasi sebagai suatu
signal baik atau signal buruk
(Erwinsyah, 2012). Sehingga investor
terlebih dahulu akan menunggu atau
(wait and see) apakah dana yang
diterima sesuai dengan target yang
telah ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia. Hal ini terjadi karena ada
kepanikan jual-beli saham saat RUU
tax amnesty akan segera disahkan.
Ungkapan ini selaras dengan
pernyataan ekonom Samuel Sekuritas
Indonesia Rangga Cipta, “Sentimen
pasar positif terjadi dikarenakan RUU
tax amnesty akan segera disahkan
pada minggu ini.” (Bisnis Indonesia,
23/06/2016).
Berdasarkan uji statistik
paired sampel t-test, average
abnormal return tidak menunjukan
adanya perbedaan sebelum, saat dan
sesudah pengumuman kebijakan tax
amnesty pada tanggal 1 Juli 2016. Hal
ini berarti peristiwa pengumuman
kebijakan tax amnesty pada tanggal 1
Juli 2016 tidak menyebabkan investor
di pasar modal bereaksi. Meskipun
pengumuman tersebut merupakan
berita baik (good news), namun bagi
investor pengumuman tersebut tidak
memiliki kandungan informasi yang
berarti.
Dari hasil analisis data dan
pengujian hipotesis yang dilakukan
terkait peristiwa pengumuman Tax
Amnesty menjelaskan bahwa tidak
terdapat reaksi pasar modal
ditunjukkan dengan tidak adanya
perbedaan yang signifikan dari
Average Abnormal Return sebelum,
saat dan sesudah pengesahan
Undang-Undang pengampunan
pajak. Semua hipotesis ditolak bisa
saja diakibatkan kurangnya periode
pengamatan dan kurang pahamnya
masyarakat terhadap kebijakan tax
amnesty yang baru saja disahkan oleh
pemerintah karena kurangnya
sosialisasi yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat.
Selain melalui abnormal
return, pengaruh kandungan
informasi dalam suatu pengumuman
atau peristiwa terhadap pasar modal
juga dapat dilihat melalui indikator
aktivitas perdagangan saham atau
trading volume activity (TVA).
Menurut Ambarwati (2008), volume
perdagangan saham diartikan sebagai
jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada hari tertentu
yang merupakan rasio antara jumlah
saham yang diperdagangkan dengan
jumlah saham yang beredar. Berikut
merupakan hasil analisis reaksi pasar
modal terhadap pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak ditinjau
dari indikator TVA.
Hasil pengujian hipotesis III
pada periode sebelum-saat
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan pada nilai ATVA saham.
Hal ini berarti bahwa Undang-
Undang pengampunan pajak tidak
memiliki kandungan informasi
terhadap reaksi pasar modal yang
mengakibatkan perubahan aktivitas
volume perdagangan saham. Dugaan
kebocoran informasi yang terjadi
pada t-1 hingga menyebabkan nilai
ATVA melonjak, disinyalir menjadi
pemicu utama terjadinya perbedaan
signifikan dengan nilai ATVA pada t0
yang justru mengalami penurunan
tajam.
Berdasarkan informasi dari
grafik pergerakan nilai ATVA pada
Gambar 4.2, dapat diketahui bahwa
aktivitas volume perdagangan saham
memang mengalami peningkatan
yang cukup tajam pada periode t-3
hingga t-1 atau sehari sebelum
terjadinya peristiwa. Pada periode
tersebut, nilai ATVA mencapai titik
tertinggi pada 0,001695. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa periode
t-1 merupakan periode puncak
terjadinya aktivitas perdagangan di
bursa efek selama periode peristiwa.
Meningkatnya aktivitas volume
perdagangan yang dibarengi dengan
peningkatan abnormal return
menunjukkan bahwa peningkatan
volume perdagangan saham juga
diikuti peningkatan harga saham,
yang mengindikasikan bahwa saat itu
pasar berada dalam kondisi bullish.
Hasil pengujian hipotesis III
periode saat-setalah pengesahan
Undang-Undang pengampunan pajak
membuktikan bahwa pergerakan
ATVA cukup fluktuatif dn tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Hal ini dikarenakan pada periode
setelah peristiwa, nilai ATVA mulai
bergerak normal dan cenderung
meningkat stabil dibandingkan ATVA
yang cukup rendah pada t0. Hal
tersebut juga didukung oleh informasi
pada Tabel 4.2, dimana terjadi
peningkatan rata-rata TVA dari
periode t0 hingga t+2, yakni dari
0,000792 ke 0,001388, kemudian
sempat menurun kembali pada t+3.
Informasi pada Gambar 4.2 juga
menunjukkan bahwa pergerakan nilai
ATVA pada periode setelah peristiwa
cenderung meningkat stabil.
Selaras dengan periode
sebelum-saat dan saat-setelah
peristiwa, hasil uji hipotesis III pada
periode sebelum-setelah
membuktikan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan pada nilai ATVA
saham. Hal ini dikarenakan pada
periode setelah peristiwa, informasi
yang tersebar di kalangan investor
sudah merata, sehingga pasar sudah
tidak lagi menunjukkan reaksinya dan
aktivitas perdagangan di pasar modal
mulai berangsur normal. Tidak
adanya perbedaan nilai ATVA yang
signifikan pada periode sebelum-
setelah peristiwa memberikan
indikasi bahwa pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak tidak
direspon oleh pasar pada
perbandingan periode waktu yang
lebih panjang.
Dari hasil uji paired sampel t-
test menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan Average
Trading Volume Activity sebelum,
saat, dan sesudah peristiwa
pengumuman Tax Amnesty yang
artinya bahwa peristiwa tax amnesty 1
Juli 2016 memiliki informasi yang
tidak relevan terhadap kebutuhan
informasi para investor dalam
membuat keputusan investasi.
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi penelitian ini adalah
informasi pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak tidak
memiliki dampak yang signifikan
terhadap pasar modal di Indonesia.
Dampak yang di timbulkan dari
diberlakukannya kebijakan
pengampunan pajak hanya bersifat
jangka pendek. Dampak tersebut
disebabkan oleh shock effect yang
terjadi di pasar modal Indonesia
karena banyaknya investor investor
berbondong-bondong untuk membeli
saham ketika harga saham masih
belum mengalami kenaikan. Saham
yang dibeli merupakan saham yang
diprediksi akan mengalami kenaikan
harga dimasa mendatang setelah Tax
Amnesty diberlakukan atau saham
perusahaan yang terkena dampak
positif dari Tax Amnesty. Seperti
saham Perusahaan Publik yang
menjadi Bank Gateway dikarenakan
investor berspekulasi bahwa dana
yang disimpan oleh perbankan dapat
mempengaruhi likuiditas perbankan
yang akan mendorong naiknya dana
di pasar dana pinjaman yang
berakibat pada penurunan tingkat
suku bunga pinjaman. Kondisi ini
akan mendorong Bank Indonesia (BI)
untuk menurunkan BI rate menurut
Direktur Jenderal pajak Kementrian
Keuangan. Hal ini yang merupakan
sebuah signal yang baik untuk
investasi di pasar modal terutama
saham. Sehingga ketika saham mulai
mengalami kenaikan maka investor
akan mendapatkan keuntungan dari
penjualan saham.
Kejadian pada pasar modal
Indonesia tersebut, menunjukkan
bentuk pasar modal Indonesia yang
berbentuk setengah kuat. Bentuk
pasar modal tersebut, karena investor
di Indonesia tidak langsung merespon
informasi yang terpublikasi. Investor
mengolah informasi tersebut dengan
mempertimbangkan kondisi
fundamental pasar modal yang ada,
sehingga sentimen negatif yang ada
tidak berdampak signifikan.
(Jogiyanto, 2014:556)
Hasil penelitian ini
memperkuat penelitian dari Wendi
Asmorojati, Nur Diana dan Afifudin
(2017) yaitu tentang reaksi investor
terhadap pengumuman kebijakan tax
amnesty pada Tanggal 1 Juli 2016.
Penelitian tersebut mengungkapkan
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak tidak
mengandung kandungan informasi
yang berarti bagi investor sehingga
membuat pasar tidak bereaksi. Hal ini
memperkuat bukti bahwa peristiwa
dapat direspon sebagai good news
(kabar baik) ata bad news (kabar
buruk) oleh pasar modal Indonesia.
Hasil penelitian ini juga mendukung
event study peristiwa tax amnesty
yang dilakukan oleh Diah dan Jati
(2017) dan Ari dan Bambang (2016),
dan yang menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan signifikan antara
average abnormal return dan average
trading volume activity saham pada
periode sebelum, saat, dan setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak. Hal ini
menegaskan bahwa reaksi pasar
terhadap peristiwa ekonomi
(khususnya kebijakan terkait regulasi
dari pemerintah) ditinjau dari
abnormal return dan trading volume
activity saham, cenderung sesaat dan
tidak berkepanjangan.
Hasil pengujian terhadap
abnormal return dan trading volume
activity saham pada penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lilik (2017) dan
Zahratul (2017) yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan signifikan
antara AAR dan ATVA saham pada
periode sebelum dan setelah
peristiwa. Hal tersebut mengandung
implikasi bahwa reaksi pasar modal
terhadap peristiwa pengesahan
Undang-Undang pengampunan pajak
ditinjau dari abnormal return dan
trading volume activity saham,
cenderung berbeda-beda bergantung
pada jenis peristiwa, jenis saham yang
diteliti, windows period, juga
karakteristik masing-masing investor.
Pengujian perbedaan average
abnormal return dan average trading
volume activity saham pada
perbandingan periode tersebut belum
pernah dilakukan dalam penelitian-
penelitian sebelumnya, oleh karena
itu hasil temuan ini memberikan
implikasi teoritis mengenai reaksi
investor serta kekuatan kandungan
informasi dalam peristiwa
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak dilihat dari
perbandingan periode yang
bervariasi. Pengujian pada periode
sebelum-saat peristiwa dilakukan
untuk mengetahui apakah terjadi
kebocoran informasi di kalangan
investor, sedangkan pengujian pada
periode saat-setelah peristiwa
dilakukan untuk mengetahui apakah
pasar bereaksi secara cepat atau
lambat untuk membentuk harga
keseimbangan baru pasca terjadinya
peristiwa.
Implikasi praktis hasil
penelitian ini bagi para pelaku pasar
atau investor di pasar modal, yaitu
sebaiknya investor bersikap lebih
cermat dan lebih kritis dalam
menghadapi peristiwa-peristiwa yang
terjadi di lingkungan ekonomi. Bukti
empiris dari hasil penelitian yang
diperkuat dengan hasil hasil
penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa peristiwa pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak dapat
memiliki muatan informasi, sehingga
apabila para pelaku pasar lebih
mencermati peristiwa sejenis, mereka
dapat lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan untuk
bertransaksi di pasar, sehingga dapat
meminimalisasi potensi kerugian.
Pada peristiwa yang
dipandang bermuatan informasi
positif, yakni muatan informasi yang
direspon sebagai kabar baik dan
berpotensi menguntungkan bagi pasar
sehingga dapat meningkatkan harga
dan return saham serta diyakini
relevan bagi pasar, maka investor
harus lebih cepat melakukan aksi beli,
sehingga memperoleh keuntungan
lebih besar. Sebaliknya, apabila
investor memandang suatu peristiwa
dapat memiliki muatan informasi
negatif, yakni informasi yang
direspon sebagai kabar buruk
sehingga berpotensi merugikan pasar,
maka investor harus segera
mengamankan investasinya dengan
melakukan aksi jual sehingga
terhindar dari kerugian yang lebih
besar.
Lebih jauh lagi, karena reaksi
pasar terhadap peristiwa ekonomi
khususnya tax amnesty dinilai
cenderung cepat dan sesaat, maka
investor juga harus tetap berhati-hati
pada pergerakan harga saham, dimana
pasar dapat dengan cepat untuk
membentuk harga keseimbangan baru
pada periode setelah terjadinya
peristiwa, sehingga dalam hal ini
investor diharapkan dapat melakukan
pengamatan yang cermat serta dapat
mengambil keputusan maupun
tindakan dengan tepat dan cepat untuk
mengamankan investasinya.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki
keterbatasan antara lain adalah:
1. Perhitungan abnormal return
menggunakan market adjusted model
(model disesuaikan pasar).
2. Rasio yang digunakan terbatas
pada abnormal return dan trading
volume activity.
3. Penelitian ini menggunakan
periode pengamatan yang relatif
singkat yaitu 7 hari pengamatan yaitu
t-3, t-2, t-1, t0, t+1, t+2, dan t+3.
4. Penulis hanya melakukan
penelitian pada perusahaan sektor
subsektor keuangan sehingga penulis
tidak mengetahui hasil dari
perusahaan di sektor lain yang
mungkin berpengaruh terhadap
peristiwa Tax Amnesty.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis hasil
pembahasan pada dua variabel yang
digunakan dalam penelitian reaksi
investor dalam pasar modal terhadap
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak dapat
disimpulkan bahwa:
1) Tidak terdapat average abnormal
return yang bernilai positif pada
saham perusahaan sektor
keuangan subsektor perbankan
yang terdafatar di BEI di sekitar
tanggal pengesahan Undang-
Undang pengampunan pajak, hal
tersebut berdasarkan hasil uji
hipotesis I yang menunjukkan
bahwa pasar tidak langsung
bereaksi terhadap suatu informasi
yang masuk pada pasar, namun
mereka mempertimbangkan
dahulu informasi yang ada. Hasil
tersebut menunjukan pasar modal
Indonesia yang berbentuk pasar
setengah kuat secara keputusan
(semi strong decisionally
efficient market).
2) Tidak terdapat perbedaan
signifikan antara average
abnormal return saham
perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang
terdafatar di BEI pada periode
sebelum, saat, dan setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak, hal tersebut
berdasarkan hasil uji hipotesis II
yang menunjukan adanya dugaan
kebocoran informasi pada
periode sebelum peristiwa dan
pada perbandingan periode yang
lebih panjang, investor tidak lagi
menunjukkan reaksinya terhadap
informasi yang ada.
3) Tidak terdapat perbedaan
signifikan antara average trading
volume activity saham
perusahaan sektor keuangan
subsektor perbankan yang
terdafatar di BEI pada periode
sebelum, saat, dan setelah
pengesahan Undang-Undang
pengampunan pajak, yang
menunjukkan bahwa pada
perbandingan periode yang lebih
lama pasar tidak lagi bereaksi
karena informasi yang tersebar
sudah merata dan kandungan
informasi ini hanya sesaat
sehingga pasar sudah membentuk
harga keseimbangan baru pada
periode setelah peristiwa.
Beberapa saran yang dapat
disampaikan peneliti berikut ini dapat
dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak lain
yang bersangkutan, antara lain:
1) Bagi pelaku pasar modal
Indonesia, agar tetap
mempertahankan bentuk pasar
setengah kuat secara keputusan
(semi strong decisionally efficient
market). Karena akan dapat
meminimalisir kesalahan dalam
bereaksi atas suatu informasi yang
datang. Dengan tidak langsung
bereaksi dan mengolah dahulu
informasi yang ada, dimungkinkan
para pelaku pasar modal dapat
mengurangi resiko yang dihadapi.
2) Bagi emiten, diharapkan untuk
mengikuti dengan baik kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah
sehingga tingkat kepercayaan
investor kepada perusahaan
tersebut meningkat. Selain itu,
emiten harus meningkatkan
kinerja perusahaan untuk
menaikan daya tawar saham
mereka melalui inovasi baik secara
internal maupun eksternal, yang
akhirnya investor akan
menanamkan modalnya ke
perusahaan tersebut.
3) Bagi peneliti selanjutnya, dapat
meneliti kembali dengan
menggunakan alat ukur yang lain
seperti :
a. Variabel lain misalnya kapitalisasi
pasar, bid-ask spread saham, dan
price earning ratio (PER) untuk
mengukur reaksi pasar karena PER
juga sering digunakan oleh
investor untuk menganalisis
kemampuan perusahaan dalam
mencetak laba.
b. Memperpanjang windows period
untuk mendapatkan data yang
lebih banyak agar didapat hasil
yang lebih representative.
c. Memilih periode peristiwa yang
lain, misalnya penutupan tax
amnesty atau pengesahan RUU tax
amnesty oleh DPR.
d. Diharapkan dalam pemilihan
sampel disesuaikan dengan tujuan
penelitian, misalnya sektor
properti.
e. Dalam menghitung abnormal
return bisa menggunakan mean
adjusted model dan market model
atau menggunakan ketiga model
dalam mengestimasi expected
return, kemudian hasil
perhitungan ketiga model tersebut
dapat diperbandingkan guna
mengetahui dampaknya terhadap
hasil penelitian, sehingga dapat
dilihat konsistensi hasil penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A., Wulandari, D., Wahyuni,
A., & Sujana, E. (2017). Reaksi
investor dalam pasar modal
terhadap undang-undang tax
amnesty (Event Study Pada
Perusahaan yang Terdaftar
Dalam LQ45 di Bursa Efek
Indonesia). (Jurnal, Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja).
Diakses dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/in
dex.php/S1ak/article/
viewFile/9504/6070
Anonymous. 2017. Alasan Dana
Repatriasi Masih Mengendap
Perbankan. Diakses dari
http://www.viva.co.id/berita/bisn
is/901083-alasan-dana-
repatriasi-masih-mengendap-
perbankan
Asmorojati, Wendi dkk. 2016. Reaksi
Investor Terhadap Pengumuman
Kebijakan Tax Amnesty Pada
Tanggal 1 Juli 2016. e_Jurnal
Ilmiah Riset Akuntasi.
Baer, Katherine dan Borgne, Eric Le.
“Tax Amnesties: Theory, Trends,
and Some Alternatives.”
International Monetary Fund,
IMF Multimedia Services
Division, Washington D.C, 2008.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin,
Hendy M. (2006). Pasar Modal
di Indonesia: Pendekatan Tanya
Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Dewi, Luh Putu Kartika dan Luh
Gede Sri Artini. 2014. Pengujian
Efisiensi Pasar Setengah Kuat di
Bursa Efek Indonesia. E-jurnal
Manajemen Unud.
Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis
Investasi dan Manajemen
Portofolio.
Erwinsyah. 2012. Perubahan
Abnormal Return Dan Trading
Volume Activity Sebelum Dan
Sesudah Periode I. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana.
Vol.19.1. April
Fikri Ariyanti. 2016. Ini daftar
institusi penampung dana
repatriasi tax amnesty. Diakses
dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2
555657/ini-daftar-institusi-
penampung-dana-repatriasi-tax-
amnesty.
Hartono, Jogiyanto. 2015. Teori
Portofolio dan Analisis Investasi.
Edisi Kesembilan. Yogyakarta:
BPFE.
Indonesian Stock Exchange. Diakses
dari http://www.idx.co.id/
Laksmi Swastika Wardhani, 2013,
Reaksi Pasar Modal Indonesia
Terhadap Peristiwa Politik
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
Putaran II 2012 (Event Study
Pada Saham Anggota Indeks
Kompas 100), Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
Pratama, I Gede Bhakti., Sinarwati,
Ni Kadek., dan Dharmawan,
Nyoman Ari Surya. 2015. Reaksi
Pasar Modal Indonesia Terhadap
Peristiwa Politik (Event Study
pada Peristiwa Pelantikan Joko
Widodo Sebagai Presiden
Republik Indonesia Ke-7). e-
Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan
Akuntansi Program S1
Presiden Republik Indonesia. 2016.
Undang-undang Republik
Indonesia No 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak.
Presiden RI. 2016. Reaksi Positif
Pasar Usai Pengesahkan UU
Tax Amnesty.
(https://www.presidenri.go.id/ul
asan/perekonomian/reaksi-
positif-pasar-usai-pengesahkan-
uu-tax-amnesty.html) diakses
pada 5 Desember 2016.
Putu Diah Aryastuti Sanjiwani dan I
Ketut Jati. 2017. Reaksi Pasar
Modal Terhadap Kebijakan Tax
Amnesty Pada Saat
Pengumuman Dan Akhir Periode
I. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana
Sekaran, Uma. 2006. Metode
Penelitian untuk Bisnis Edisi 4
Buku 2. Jakarta: Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Suarjana, W. 2011. Pengaruh
kebijakan Pemerintah Dalam
Menurunkan Harga Bahan Bakar
Minyak Terhadap Reaksi Pasar
Saham Di Bursa Efek Indonesia.
Tesis Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian
Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sukirno, DS. 2003. Event Study
Sebuah Pendekatan Dalam
Penelitian Akuntansi. Majalah
Tandelilin, Eduardus. 2010.
Portofolio dan Investasi: Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta:
Kanisius
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pengampunan
Pajak
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal