rancang bangun mesin penggiling sekam padi jenis ...digilib.unila.ac.id/54880/3/skripsi tanpa bab...

70
RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING SEKAM PADI JENIS PENGGILING KOMBINASI HAMMER MILLS DAN DISC MILLS (Skripsi) Oleh PRASETYO BUDIANTO JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 31-Oct-2019

79 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING SEKAM PADI JENIS

PENGGILING KOMBINASI HAMMER MILLS DAN DISC MILLS

(Skripsi)

Oleh

PRASETYO BUDIANTO

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING SEKAM PADI JENIS

PENGGILING KOMBINASI HAMMER MILLS DAN DISC MILLS

OLEH

PRASETYO BUDIYANTO

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada tahun 2015 Indonesia

memproduksi padi sebanyak 75.397.841 Ton, dan 37,26 % yaitu sekitar

28.093.236 Ton adalah limbah yang didominasi oleh sekam padi yang

pemanfaatan hanya sebatas menjadi media alas ternak dan dibakar. Jika kita

lihat dari sudut pandang lain, sekam padi memiliki lebih banyak potensi,

sehingga dibutuhkan suatu pengolahan limbah sekam yang lebih modern

yaitu proses penggilingan kedalam bentuk tepung. Dari permasalahan

tersebut maka dilakukan penelitan untuk merancang, membuat dan menguji

kerja mesin penggiling limbah sekam padi menjadi tepung skala rumah

tangga. Proses perancangan menggunakan model proses desain dari Pugh

didapat rancangan mesin penggiling sekam padi dengan penggerak motor

bensin, rangka profil siku, transmisi sabuk puli, dan jenis penggiling

kombinasi hammer mills dan disc mills. Proses pembuatan menghasilkan

mesin penggiling sekam padi dengan dimensi tinggi 1,1 m, panjang dan lebar

0,5 m, dengan daya penggerak 7,6 kW, dan putaran penggiling 3000 rpm.

Pada proses pengujian dengan bahan sekam 1 kg, penyaring mesh no 20,

didapat kapasitas produksi yaitu 10 Kg/Jam, dan konsumsi bahan bakar yaitu

2,05 L/Jam.

Kata kunci: Sekam padi, mesin penggiling, hammer mills dan disc mills.

ABSTRACT

DESIGN OF RICE HUSK MILLING MACHINE COMBINATION MILLS

TYPE HAMMER MILLS AND DISC MILLS

BY

PRASETYO BUDIYANTO

According to the Indonesian Central Statistics Agency (BPS) in 2015

Indonesia produced 75,397,841 tons of rice, and 37.26%, which is around

28,093,236 tons dominated by rice husk was only used as a medium base for

livestock and burned. If we look at from another perspective, rice husk have

more potential, so that it takes a more modern processing of husk waste to

grinding process into flour. From these problems, research was carried out to

design, make and test the work of rice husk waste grinding machines into

household scale flour. The design process uses a design process model from

Pugh, the design of rice husk grinding machines with the drive of a gasoline

motor, elbow profile frame, pulley belt transmission, and the type of grinder

combination of hammer mills and disc mills. The manufactur process

produces rice husk grinding machines with dimensions of 1.1 m in height,

length and width of 0.5 m, driving power of 7.6 kW, and rotation of the shaft

mills 3000 rpm. In the test process with 1 kg husk material, filter mesh 20,

production capacity is 10 Kg / Hour, and fuel consumption is 2.05 L / Hour.

Keywords: Rice husk, grinding machines, hammer mills and disc mills.

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING SEKAM PADI JENIS

PENGGILING KOMBINASI HAMMER MILLS DAN DISC MILLS

Oleh

PRASETYO BUDIANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Judul Skripsi : RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING

SEKAM PADI JENIS PENGGILING

KOMBINASI HAMMER MILLS DAN DISC

MILLS

Nama Mahasiswa : Prasetyo Budiyanto

Nomor Pokok Mahasiswa : 1315021052

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ahmad Su’udi, S.T., M.T. Novri Tanti, S.T., M.T.

NIP. 197408162000121001 NIP. 197011041997032001

2. Ketua Jurusan Teknik Mesin

Ahmad Su’udi, S.T., M.T.

NIP. 197408162000121001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ahmad Su’udi, S.T., M.T. ………………

Anggota Penguji : Novri Tanti, S.T., M.T. ………………

Penguji Utama : Dr. Jamiatul Akmal, S.T., M.T. ………………

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Prof. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D.

NIP. 19620717 198703 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 07 Desember 2018

PERNYATAAN PENULIS

BAHWA BENAR SKRIPSI INI DIBUAT SENDIRI OLEH PENULIS DAN

BUKAN HASIL PLAGIAT SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 27

PERATURAN AKADEMIK UNIVERSITAS LAMPUNG DENGAN SURAT

KEPUTUSAN REKTOR NO. 3187/H26/DT/2010.

YANG MEMBUAT PERNYATAAN

PRASETYO BUDIYANTO

NPM. 1315021052

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Gisting Atas, Blok 18,

Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus pada tanggal

22 Agustus 1995 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara

dari pasangan Untung Sarwono dan Marsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Gisting atas,

Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus pada tahun 2007. Selanjutnya

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 1 Gisting

pada tahun 2010, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Sumberejo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus pada

tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Lampung melalui jalur penerimaan Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif

mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HIMATEM)

Universitas Lampung sebagai Sekretaris Bidang Minat dan Bakat periode 2014-

2015, dan sebagai Sekretaris Umum periode 2015-2016. Penulis juga mengikuti

organisasi Komunitas Kreativitas Universitas Lampung (KUKIS) di defisi desain

vii

dan perancangan. Dibidang akademik penulis juga mengikuti beberapa kegiatan

lomba, pada tingkat Fakultas yaitu mengikuti kegiatan Engineering Expo tahun

2015 pada cabang LKTI dan mendapat juara 1. Penulis juga mengikuti event Pekan

Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2014, 2016, dan 2017. Penulis juga

mengikuti ajang Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2016 di Universitas Gajah

Mada di Yogyakarta, dan pada tahun 2017 di Institut Teknologi Sebelas Nopember

di Surabaya.

Penulis melakukan Kerja Praktik (KP) di PT. PLN (Persero) Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulu Belu Kabupaten Tanggamus pada tahun 2016.

Pada tahun 2018 penulis melakukan penelitian pada bidang perancangan dengan

judul “Rancang Bangun Mesin Penggiling Sekam Padi Penggerak Poros

Horizontal” dibawah bimbingan Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T., dan Ibu Novri

Tanti, S.T., M.T.

MOTTO

Keep Moving Forward

And

Be Your Self

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan

karunia-Nya.

Kupersembahkan Karya ini

kepada kedua Orang Tuaku Tercinta

Untung Sarwono

&

Marsih, S.Pd.

Kedua Adikku

Karin Dzulita Ambar Wulan & Heksa Novian Prasetyo

Serta

Rekan-rekan seperjuangan penulis

MESIN 2013

Almamater tercinta

TEKNIK MESIN UNIVERSITAS LAMPUNG

SANWACANA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur selalu saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan baik. Laporan

tugas akhir ini dengan judul “Rancang Bangun Mesin Penggiling Sekam Padi

Penggerak Poros Horizontal”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

“Sarjana Teknik” di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan baik moral maupun materil

yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak (Untung Sarwono) dan Ibu (Marsih) yang

selalu mendoakan dan memberikan dukungan moral materil kepada penulis.

2. Adik saudara kandung Karin Dzulita Ambar Wulan dan Heksa Novian

Prasetyo, kejarlah mimpi kalian setinggi mungkin.

3. Bapak Ahmad Suudi, S.T., M.T., selaku pembimbing 1 tugas akhir penulis

dan juga Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung, terimakasih atas

segala waktu yang telah diluangkan untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ibu Novri Tanti, S.T., M.T., selaku pembimbing 2 tugas akhir ini, terima kasih

atas kesediaan dan arahannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Bapak Dr. Jamiatul Akmal, S.T., M.T., selaku pembahas tugas akhir ini,

terima kasih atas saran dan masukan yang membangun dalam

penyempurnaan laporan tugas akhir ini.

6. Bapak Nafrizal, S.T., M.T., selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak pengarahan dan masukan.

xi

7. Bapak serta Ibu Dosen Jurusan Teknik Mesin atas bimbingan dan ilmu yang

telah diberikan selama perkuliahan.

8. Terimakasih kepada Didi Marsoni yang telah menjadi partner selama penulis

menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Terimakasih kepada Citra Cahya Nurani, Doni Mailana Pangestu, Kadek

Sukanadi, I Putu Dharma Adi Wijaya, dan Tata Kurniawan yang selalu

menemani selama penulis melaksanakan studi di jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung.

10. Terimakasih kepada seluruh rekan-rekan Teknik Mesin Universitas Lampung

angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

11. Terimakasih kepada seluruh rekan-rekan KUKIS UNILA yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Harapan terbesar penulis agar laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa selama

penyusunan dan penulisan laporan tugas akhir ini masih banyak terdapat kesalahan

dan kekurangan serta masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik

dan saran serta masukan yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk

perbaikan laporan tugas akhir ini menjadi lebih baik.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis

Prasetyo Budiyanto

NPM. 1315021052

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v

SURAT PERNYATAAN PENULIS .............................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi

MOTTO .......................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix

SANWACANA ............................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii

DAFTAR SIMBOL ......................................................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

C. Batasan Masalah .................................................................................... 3

D. Sistematika Penulisan Laporan .............................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

A. Sekam Padi ............................................................................................ 5

B. Produk Hasil Olahan Limbah Sekam Padi ............................................ 7

1. Peternakan dan pertanian ................................................................... 7

xiii

2. Sumber energi .................................................................................... 7

3. Adsorben, penyaring, dan penjernih .................................................. 8

4. Pembuatan furfal ................................................................................ 8

5. Bahan bangunan ................................................................................. 8

C. Definisi Perancangan Teknik ................................................................. 9

D. Metode Perancangan Teknik ................................................................. 10

1. Proses desain sistematis yang direkomendasikan oleh

pahl dan beitz .................................................................................... 10

2. Proses desain sistematis yang direkomendasikan oleh

SEED (pugh) ..................................................................................... 12

E. Fase dalam Proses Perancangan ............................................................. 13

1. Spesifikasi .......................................................................................... 14

2. Perumusan konsep desain .................................................................. 14

3. Pemodelan dan desain detail .............................................................. 15

4. Pabrikasi ............................................................................................ 16

F. Sistem Penggiling ................................................................................... 16

1. Roller mills ......................................................................................... 17

2. Impact mills ....................................................................................... 18

3. Attrition mills ..................................................................................... 20

4. Tumbling mills ................................................................................... 22

G. Elemen Mesin Penggiling Sekam Padi .................................................. 23

1. Motor penggerak mula ....................................................................... 23

2. Poros .................................................................................................. 26

3. Pasak .................................................................................................. 28

4. Bantalan ............................................................................................. 28

5. Transmisi ........................................................................................... 29

6. Pengayak atau penyaring ................................................................... 35

7. Rangka ............................................................................................... 36

H. Uji Kinerja Mesin Penggiling ................................................................ 37

1. Kapasitas Penggiling ......................................................................... 37

2. Konsumsi bahan bakar ....................................................................... 37

xiv

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 38

B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 38

1. Alat pembuatan dan pengujian .......................................................... 38

2. Bahan pembuatan dan pengujian ....................................................... 40

C. Alur Penelitian ....................................................................................... 41

D. Alur Perancangan .................................................................................. 42

E. Prosedur Pengujian ................................................................................ 43

1. Prosedur persiapan pengujian ............................................................ 43

2. Prosedur pengoperasian mesin penggiling sekam padi dan

pengambilan data .............................................................................. 44

3. Analisa data ....................................................................................... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 46

A. Hasil Perancangan Mesin Penggiling Sekam Padi ................................ 46

1. Identifikasi Masalah ........................................................................... 46

2. Pengumpulan Informasi ..................................................................... 46

3. Menentukan Spesifikasi ..................................................................... 47

4. Perumusan Konsep Desain ................................................................ 49

5. Pemodelan dan Desain Detail ............................................................ 52

B. Hasil Pembuatan Mesin Penggiling Sekam Padi ................................... 72

1. Rangka ............................................................................................... 73

2. Motor Penggerak ............................................................................... 73

3. Ruang Penggiling ............................................................................... 74

4. Hammer Mills, Disc Mills, dan Screw Pengumpan ........................... 75

5. Sistem Transmisi Puli dan Sabuk ...................................................... 75

C. Data Hasil Pengujian ............................................................................. 76

D. Pembahasan ........................................................................................... 77

1. Kapasitas Penggilingan ...................................................................... 78

2. Konsumsi Bahan Bakar ..................................................................... 79

xv

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 81

A. Simpulan ................................................................................................ 81

B. Saran ...................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Sekam padi ................................................................................. 5

Gambar 2.2. Model proses desain dari Pahl dan Beitz ................................... 11

Gambar 2.3. Model proses desain dari Pugh ................................................... 13

Gambar 2.4. Mekanisme penggilingan mesin rol silinder .............................. 17

Gambar 2.5. Mekanisme penggilingan hammer mills .................................... 19

Gambar 2.6. Mekanisme penggilingan fluid energy mills .............................. 20

Gambar 2.7. Mekanisme penggilingan disc attrition mills . ............................ 22

Gambar 2.8. Mekanisme penggilingan mesin tumbling mills ......................... 22

Gambar 2.9. Jenis-jenis pasak ......................................................................... 28

Gambar 2.10. Transmisi sproket dan rantai .................................................... 31

Gambar 2.11. Grafik daya rencana dan putaran puli kecil .............................. 33

Gambar 2.12. Standar dimensi penampang sabuk V ...................................... 34

Gambar 3.1. Diagram alur proses penelitian ................................................... 42

Gambar 3.2. Diagram alur proses perancangan .............................................. 43

Gambar 4.1. Varian desain konsep ................................................................. 51

Gambar 4.2. Model mesin penggiling sekam padi .......................................... 53

Gambar 4.3. Komponen penggilingan kombinasi .......................................... 54

Gambar 4.4. Tumpuan dan beban pada poros ................................................. 56

Gambar 4.5. Diagram momen lentur ............................................................... 57

Gambar 4.6. Letak beban pada rangka di mesin penggiling sekam padi ........ 69

Gambar 4.7. Diagram benda bebas rangka atas .............................................. 70

Gambar 4.8. Diagram benda bebas rangka bawah .......................................... 70

Gambar 4.9. Mesin penggiling sekam padi ..................................................... 72

Gambar 4.10. Rangka mesin penggiling sekam padi ...................................... 73

xvii

Gambar 4.11. Motor penggerak Hyundai HDE 390 ....................................... 74

Gambar 4.12. Komponen ruang penggiling .................................................... 74

Gambar 4.13. Hammer Mills, Disk Mills dan Screw Pengumpan ................... 75

Gambar 4.14. Sabuk dan puli .......................................................................... 76

Gambar 4.15. Sekam padi setelah digiling ..................................................... 78

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Nilai panas jenis-jenis bahan bakar ................................................ 6

Tabel 2.2. Faktor-faktor koreksi daya ............................................................. 26

Tabel 4.1. Tabel pemeringkatan kriteria ......................................................... 48

Tabel 4.2. Tabel peringkat dan bobot kriteria ................................................. 49

Tabel 4.3. Tabel morfologi ............................................................................. 50

Tabel 4.4. Tabel penilaian varian .................................................................... 52

Tabel 4.5. Tabel data hasil pengujian .............................................................. 76

DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan

α Nilai faktor konsentrasi tegangan

ρ Massa jenis kg/m3

σ Tegangan lentur N/mm2

σb Tegangan lentur bahan N/mm2

τ Tegangan geser N/mm2

τk Tegangan kombinas N/mm2

τi Tegangan izin N/mm2

ϴ Derajat defleksi puntiran, Sudut kontak o

Bn Beban Kg

C Jarak antara dua sumbu poros mm

Cp Rasio antara jarak sumbu poros dibagi jarak bagi gigi

dn Diameter poros mm

Dp Diameter nominal puli penggerak mm

dp Diameter nominal puli yang digerakkan mm

fc Faktor koreksi daya

FH Gaya dalam arah sumbu horizontal N

FV Gaya dalam arah sumbu vertical N

G Modulus geser kg/mm3

I Momen inersia mm4

J Momen inersia polar (Ix +Iy) mm4

Km Faktor koreksi momen lentur

Kt Faktor koreksi momen punter

L Panjang rantai/sabuk mm

xx

Mn Momen lentur Nmm

n Putaran poros rpm

n1 Putaran puli penggerak rpm

n2 Putaran puli yang digerakkan rpm

Nc Kecepatan kritis rpm

P Daya motor kW

Pd Daya rencanga kW

Rn Reaksi tumpuan Kg

r Jari-jari poros mm

Sfn faktor keamanan

T Momen puntir rencana Nmm

v Jarak dari titik pusat sumbu netral mm

Vn Volume m3

vs Kecepatan sabuk m/s

y Defleksi poros mm

z1 Jumlah gigi sproket kecil

z2 Jumlah gigi sproket besar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya utama di Indonesia yang

menghasilkan beras untuk bahan pangan pokok mayoritas masyarakat

Indonesia, dengan nilai konsumsi peringkat pertama terbanyak dari bahan

makanan pokok lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, data

produksi padi meningkat tiap tahunnya dan pada tahun 2015 Indonesia

memproduksi padi sebanyak 75.397.841 Ton. Padi yang dihasilkan pasca

panen tersebut akan melalui beberapa tahap lagi untuk menghasilkan beras

yang siap untuk dijual. Salah satu proses yang mengalami banyak kehilangan

yaitu proses penggilingan padi untuk menjadi beras. Menurut Kementerian

Pertanian Direktorat Jendral Tanaman Pangan jumlah padi yang diproses

menjadi beras mengalami penyusutan sebanyak 62,74 % atau sekitar

47.304.605 Ton, dan sisanya yaitu sekitar 28.093.236 Ton adalah produk

sampingan yang sering disebut dengan limbah.

Limbah pada umumnya adalah produk yang memiliki nilai ekonomi yang

sangat kecil sehingga banyak limbah hasil penggilingan tersebut hanya

terbuang sia-sia. Pada proses penggilingan padi, menurut Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian Republik Indonesia

didapat 20-30 % sekam padi, 8-12 % dedak dan 50-63,5 % beras giling. Selain

dengan jumlah beras sebagai produk yang diinginkan tersebut, jumlah limbah

yang dihasilkan mayoritas didominasi oleh sekam padi.

2

Pada proses penguraiannya secara alami, sekam padi akan sulit untuk diurai

dalam waktu singkat sehingga limbah tersebut dapat mengganggu ekosistem

di lingkungannya. Pada saat ini pemanfaatan secara sederhana limbah sekam

padi pada umumnya hanya sebatas untuk menjadi media alas ternak dan

dibakar sia-sia untuk mengurangi jumlah tumpukan limbah tersebut, tanpa

adanya pengolahan khusus agar menjadi lebih berharga. Namun pengolahan

limbah dengan cara dibakar tersebut dapat mengakibatkan pencemaran udara,

meningkatkan efek rumah kaca dan sangat merugikan bagi lingkungan

sekitar.

Dilihat dari sudut pandang lain, sekam padi memiliki lebih banyak potensi

baik dari pada hanya sebagai limbah produk sampingan dari beras. Dari segi

potensi energi, sekam padi dapat di golongkan sebagai energi alternatif dan

dapat didaur ulang karena proses produksi padi akan dilakukan dengan siklus

secara berulang dan terus menerus sehingga sumber daya alam sekam akan

terus didapat. Menurut Houston (1972) sekam memiliki kerapatan jenis (bulk

density) sebesar 0,1 g/ml atau 125 kg/m3 dan nilai kalori sebesar 3300-3600

k.kal/kg dengan konduktifitas panas sebesar 0,271 BTU. Dengan jumlah

energi potensial tersebut jika dapat dimanfaatkan dengan metode yang tepat

maka sekam layak menjadi pilihan energi alternatif pengganti bahan bakar

fosil.

Sehingga dibutuhkan suatu pengolahan limbah yang lebih modern dengan

memanfaatkan teknologi-teknologi terbaru untuk menghasilkan suatu alat

tepat guna yang dapat mengubah bentuk limbah sekam menjadi produk yang

lebih berguna dan lebih mudah untuk diolah menjadi produk baru ataupun

bahan tambahan produk lain, dan secara umum yang digunakan adalah dalam

bentuk tepung. Tepung sekam diperoleh dari proses penggilingan dengan

mesin penggiling. Pembuatan mesin penggiling tersebut harus dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada sehingga sekam dapat

dimanfaatkan secara maksimal.

3

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang dan membuat mesin penggiling limbah sekam padi menjadi

tepung skala rumah tangga.

2. Menguji kerja dari sistem penggilingan limbah sekam padi.

C. Batasan Masalah

Dalam proses penelitian ini masalah akan dibatasi untuk menjelaskan ruang

lingkup pembahasan sebagai berikut:

1. Perancangan mesin penggiling padi didasari oleh kriteria perancangan

yang telah ditentukan, elemen yang dihitung hanya poros, trasmisi dan

rangka. Pembuatan mesin penggiling dilakukan oleh pihak ketiga

dengan panduan gambar teknik.

2. Pengujian mesin penggiling dilakukan untuk mengetahui parameter

umum yaitu kapasitas penggiling, persentase hasi gilingan, dan

konsumsi bahan bakar.

D. Sistematika Penulisan Laporan

Penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun menjadi 5 bab, adapun sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika

penulisan laporan penelitian tugas akhir.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini penulis menjabarkan sumber ilmu secara teori sebagai dasar

dan panduan untuk penerapan dalam pelaksanaan penelitian.

4

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan metode atau tahapan konsep rancangan, flowchart

proses pembuatan proyek akhir, waktu dan pelaksanaan dalam proses

penelitian.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk bagian ini berisikan tentang proses perancangan, pembuatan, dan

pengujian, lalu data-data dan informasi yang didapat selama melakukan

proses penelitian digunakan untuk melakukan analisis, perhitungan,

pembahasan, dan evaluasi terhadap hasil yang didapat tersebut.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini berisikan tentang beberapa poin kesimpulan dan saran yang

didapat selama proses melakukan penelitian dan pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sekam Padi

Sekam adalah produk limbah dari proses penggilingan atau penumbukan

gabah padi untuk mendapatkan beras, sekam memiliki ciri-ciri yaitu bentuk

lapisan yang keras, kering dan bersisik yang membungkus bulir beras terdiri

dari dua belahan yaitu lemma dan palea yang saling berhadapan, bentuk dari

sekam padi dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini.

Gambar 2.1. Sekam padi

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) bahwa jumlah berat

produk sekam yang diperoleh dari proses untuk mendapatkan beras yaitu

sebanyak 20-30 % dari jumlah berat gabah. Sekam memiliki massa jenis

(density) sebesar 100 kg/m3 dan nilai panas sebesar 3300-3600 k.kalori/kg

dengan konduktivitas panas sebesar 0,271 BTU (Houston, 1972).

Perbandingan nilai panas dari beberapa bahan bakar yang umum digunakan

sebagai sumber panas dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.

6

Tabel 2.1. Nilai panas jenis-jenis bahan bakar

No Jenis bahan bakar Nilai panas (kkal/kg)

1. Sekam 2800-3400

2. Batubara 4500-7500

3. Cokes 6000-7000

4. Briket serbuk gergaji 7500-8000

5. Bensin 10674-11290

6. Minyak tanah 10500

7. Kayu bakar 4000

Sumber : Winarno (1975) dan Grist (1959)

Walaupun nilai kalor sekam cukup kecil namun jika dihitung dari jumlah

keseluruhan produksi padi di Indonesia energi yang didapat cukup banyak

untuk dijadikan sumber energi alternatif. Menurut Suharno (1979) sekam

memiliki kandungan berupa:

• Kadar air : 9,02%

• Protein kasar : 3,03%

• Lemak : 1,18%

• Serat kasar : 35,68%

• Abu : 17,17%

• Karbohidrat dasar : 33,71%

Unsur dan senyawa kimia yang terdapat pada sekam padi menurut DTC-IPB

berupa:

• Karbon (zat arang) : 1,33%

• Hidrogen : 1,54%

• Oksigen : 33,64%

• Silika : 16,98%

Sampai saat ini diperkirakan sebagian besar dari limbah sekam belum

dimanfaatkan secara maksimal atau dibuang, kecuali dimanfaatkan sebagai

alas ternak (litter) oleh peternakan yang cukup berkembang (Sulardjo, 2013).

7

B. Produk Hasil Olahan Limbah Sekam

Selama ini proses pengolahan limbah sekam padi dilakukan dengan berbagai

metode sesuai dengan produk yang dihasilkan. Produk-produk yang saat ini

dihasilkan dari pengolahan limbah sekam menurut Sulardjo (2013) yaitu:

1. Peternakan dan Pertanian

Saat ini penggunaan limbah sekam padi yang paling banyak di bidang

peternakan sebagai alas ternak (litter), industri ternak unggas di

Indonesia yang paling banyak menggunakan sekam. Sekam jika diolah

menjadi abu yang ditambahkan pada pupuk pertanian dapat

memberikan pengaruh positif dalam penyerapan unsur silika, dan juga

mempengaruhi tekstur tanah, terutama tanah yang berlumpur atau liat.

Sekam pula dapat dipakai sebagai media pembawa (carrier) dalam

penyebaran bibit yang berupa biji-bijian kecil agar diperoleh

penyebaran yang merata.

2. Sumber Energi

Metode paling mudah untuk menghasilkan energi dari sekam yaitu

dengan cara membakarnya, panas yang dihasilkan dari proses

pembakaran dapat dimanfaatkan untuk sumber energi pembangkit

listrik tenaga uap atau untuk menjalankan proses penggilingkan padi.

Nilai energi panas yang terkandung didalam sekam padi bervariasi

tergantung jenis tanaman padinya, umumnya berkisar antara 2800

hingga 3400 kkal/kg, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan energi

panas yang dikandung kayu bakar (4000 kkal/kg), sehingga sekam padi

cocok untuk menjadi bahan bakar alternatif di dapur. Untuk

mempermudah penggunaannya bahan bakar dari sekam maka sebelum

digunakan terlebih dahulu dibuat briket.

8

3. Adsorben, Penyaring, dan Penjernih

Abu dari sekam padi telah dipakai untuk menyerap minyak dan

mencegah antiselip pada permukaan, juga dipakai sebagai penyerap

bahan-bahan yang kental, lengket dan sebagainya sehingga

mempermudah dalam penanganannya. Abu sekam juga dapat bersaing

dengan tanah diatomea sebagai penjernih air.

Silika yang dikandung dalam abu sekam padi diketahui memiliki

kemampuan adsorben yang dapat digunakan sebagai penyerap logam

berat pada air limbah industri. Hasil penyerapan optimal yang didapat

tersebut diperoleh dari bahan abu sekam yang telah menjadi tepung

yaitu partikel padat dengan bentuk butiran halus yang memiliki ukuran

partikel antara 30-50 mesh.

Sekam padi juga dapat diolah menjadi karbon aktif untuk proses

penyaringan, tetapi hasil yang didapat dari sekam padi masih kurang

baik dan merata dari bahan lain seperti tempurung kelapa.

4. Pembuatan Furfural

Furfural adalah senyawa organik hasil dari olahan bahan sampingan

dari bidang pertanian seperti tongkol jagung, oat, dedak gandum,

serbuk gergaji dan sekam padi yang digunakan sebagai bahan baku

kimia berbasis non-minyak bumi yang dapat diperbarui serta menjadi

komponen penting dalam industri pengolahan zat kimia. Furfural

diperoleh dari pemanasan sekam padi dengan asam sulfat encer lalu

melalui proses destilasi untuk menghilangkan kandungan airnya.

Sayangnya furfal yang didapat dari pengolahan sekam padi hanya

sebesar 11-13% saja.

5. Bahan Bangunan

Sekam dapat digunakan sebagai papan kedap air bagi bangunan. Jika

dapat dikembangkan dalam skala besar, maka industri semacam ini

9

akan sangat menguntungkan. Houston (1972) memperkirakan bahwa

dengan banyaknya kemungkinan jenis-jenis papan yang bisa dibuat dari

sekam, maka dengan cara ini yang paling memberikan harapan dimasa

yang akan datang.

Silikat hasil dari pengolahan sekam secara efektif dapat digunakan

sebagai campuran pada pengolahan karet sehingga menjadi tidak licin.

Keuntungan dari abu sekam sebagai bahan pengisi (filler) memiliki

kelebihan lebih cepat kering dibandingkan karbon. Semen bisa dibuat

dari pencampuran 20-30% kapur dan abu sekam. Sifat-sifat

kekerasannya dan daya rekatnya hampir sama dengan semen biasa

(portland). Daya elastis dan kekuatan tensilnya cukup memuaskan.

Tetapi kebutuhan air untuk semen dari abu sekam lebih besar daripada

semen biasa sehingga daya penciutannya lebih kecil (Houston, 1972).

Keuntungan semen dari abu sekam adalah warna hitam yang lebih

permanen, kekuatan kompresifnya lebih tinggi, dan karena daya tahan

asamnya lebih tinggi dibandingkan semen biasa, maka semen dengan

campuran abu sekam dapat digunakan sebagai lantai atau bahan

bangunan pada industri kimia dan makanan.

C. Definisi Perancangan Teknik

Perancangan teknik adalah bagian dari kegiatan untuk menemukan dan

menciptakan solusi baru bagi suatu masalah yang belum dapat dipecahkan,

atau dengan solusi baru untuk masalah lain yang sebelumnya sudah

dipecahkan namun menggunakan cara yang berbeda. Perancangan teknik

juga memanfaatkan kemampuan kecerdasan intelektual untuk dapat

menerapkan pengetahuan tersebut secara ilmiah dan memastikan produk

yang dibuat sesuai yang dibutuhkan pasar dengan spesifikasi desain produk

yang telah disepakati, tetap dapat diproduksi menggunakan metode yang

optimum. Kegiatan desain tidak dapat dikatakan selesai sebelum hasil akhir

produk dapat digunakan dengan tingkat kepuasan tinggi yang dapat diterima

dan dengan alur proses kerja yang dibuat dengan jelas (Hurst, 1999).

10

D. Metode Perancangan Teknik

Metode dalam proses perancangan teknik dalam bentuknya secara sederhana

yaitu proses pemecahan masalah, penggunaan suatu proses adalah untuk

mendukung dalam suatu perancangan dengan menyediakan suatu kerangka

kerja atau metodologi. Sehingga dapat membantu seorang perancang teknik

untuk tahu bagaimana memulainya.

Dengan cara menggunakan metode pendekatan yang sistematis dan

dokumentasi yang jelas dan logis dapat membantu dalam perkembangan

desain. Hal ini berguna jika produk akan dikembangkan lebih lanjut dan

didesain ulang dikemudian hari. Menggunakan referensi dokumentasi

pendukung yang lengkap dapat membantu membuktikan bahwa praktik

dalam proses perancangan menggunakan metode yang terbaik yang

digunakan dalam ketentuan hukum. Ketaatan mengikuti proses tahapan yang

telah ditetapkan dan dijelaskan kemudian akan membebaskan pikiran, yang

biasanya terbagi-bagi dalam mengerjakan suatu proyek, sehingga dapat

menghasilkan solusi yang lebih inovatif dan masuk akal.

Menurut Hurst (1999) terdapat dua pendekatan sistematis yang diusulkan

yang berbeda detailnya namun memiliki konsep dasar yang sama yaitu:

1. Proses desain sistematis yang direkomendasikan oleh Pahl dan Beitz

Pahl dan Beitz mengusulkan metode merancang produk sebagaimana

sudah dijelaskan didalam bukunya; Engineering Desaign : A Systematic

Approach, model pendekatan sistematis dapat dilihat di halaman

selanjutnya.

11

Gambar 2.2. Model proses desain dari Pahl dan Beitz

(Hurst, 1999)

Prosedur proses merancang yang digagas oleh Pahl dan Beitz tersebut

secara umum terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang masing-masing

terdiri dari beberapa langkah.

12

Keempat fase tersebut adalah :

a. Perencanaan dan penjelasan tugas

b. Perancangan konsep produk

c. Perancangan bentuk produk (embodiment design)

d. Perancangan detail

Untuk tiap-tiap fase dari keempat proses perancangan diatas akan

menentukan proses pada fase selanjutnya, seperti untuk fase pertama

prosesnya akan menghasilkan suatu daftar yang berisi persyaratan dan

spesifikasi suatu perancangan, dan hasil dari fase pertama tersebut akan

diteruskan ke proses fase selanjutnya dan pada tiap fase akan saling

berkaitan sehingga jika salah satu fase mengalami perubahan maka

akan mempengaruhi fase sebelumnya dan juga fase setelahnya.

2. Proses desain sistematis yang direkomendasikan oleh SEED (Pugh)

Pada sistematika proses desain yang direkomendesaikan oleh Pugh

memiliki kesamaan dengan rekomendasi dari Pahl dan Beitz yaitu

proses dasar untuk mengidentifikasi masalah, menghasilkan potensi

solusi, memilih solusi-solusi tersebut, menyempurnakan dan

menganalisis konsep solusi yang dipilih, melaksanakan desain detail,

dan menghasilkan deskripsi produk yang memungkinkan masuk ke

proses pabrikasi.

Agar proses desain menjadi lebih lengkap, proses desain dapat

diperluas dengan menyertakan cara penggunaan dan daur ulang atau

penguraian agar dapat membantu dalam pemahaman konsep desain

suatu produk. Sistematika proses desain oleh Pugh dapat dilihat pada

gambar 2.3. pada halaman berikutnya.

13

Gambar 2.3. Model proses desain dari Pugh

(Hurst, 1999)

E. Fase dalam Proses Perancangan

Perancangan yang dilakukan adalah rangkaian yang saling berurutan, karena

melingkupi keseluruhan kegiatan yang terdapat di dalam proses perancangan.

Kegiatan-kegiatan tersebut yang dalam proses perancangannya dinamakan

fase. Di dalam Fase untuk proses perancangan memiliki perbedaan satu

14

dengan yang lain, dan setiap dari fase proses perancangan tersebut yang

terdiri dari beberapa kegiatan dinamakan langkah-langkah dalam suatu fase.

Menurut model proses desain Pugh terdapat 4 fase umum secara berurutan

yaitu terdiri dari:

1. Spesifikasi

Dalam menyusun spesifikasi yang lengkap dan detail mengenai suatu

masalah, harus melakukan banyak penyelidikan awal tentang suatu

kebutuhan. Spesifikasi harus bersifat dinamis karena akan mengalami

perubahan selama berlangsungnya proses perancangan dan pembuatan

suatu produk.

Spesifikasi desain produk meliputi beberapa kategori kebutuhan yang

terdiri dari:

a. Ketentuan performa yang terdiri dari fungsi-fungsi penampilan,

kehandalan, kondisi lingkungan, biaya produksi, ergonomis,

kualitas, berat, dan kebisingan.

b. Ketentuan operasi meliputi instalasi, penggunaan, pemeliharaan,

dan keamanan.

c. Ketentuan pabrikasi berupa pemilihan material, proses-proses

perakitan, kemasan, kuantitas, dan tanggal penyerahan.

d. Standar Penerimaan berisi tentang inspeksi, pengujian, standar-

standar, dan hak paten.

e. Penguraian produk berupa standar, peraturan, kebijakan

perusahaan, dan peringatan bahaya.

2. Perumusan Konsep Desain

Tujuan dari proses perumusan konsep desain adalah untuk merumuskan

alternatif-alternatif konsep yang ada, setelah itu melakukan proses

diskusi dan evaluasi pada hasil perancangan konsep desain yang akan

menghasilkan salah satu atau beberapa konsep terbaik yang pada

prinsipnya dianggap memenuhi spesifikasi, yang akan berlanjut untuk

15

dikembangkan pada fase selanjutnya. Konsep desain yang dihasilkan

pada fase ini adalah masih berupa skema atau dalam bentuk sketsa.

3. Pemodelan dan Desain Detail

Pada fase ini pada intinya yaitu bertujuan untuk mengembangkan

desain produk dari solusi alternatif yang telah dipilih dalam bentuk

skema atau sketsa kedalam bentuk pemodelan matematika dan bentuk

perancangan detail elemen-elemen produk yang kemudian dituangkan

kedalam gambar detail untuk proses pembuatan.

Menurut Hurst (1999) ada tiga tipe pokok pemodelan, yaitu model

matematika, termasuk optimasi, model skala fisik, dan model simulasi

yang biasanya dilakukan dengan bantuan software komputer. Terdapat

berbagai jenis software yang dapat digunakan untuk proses 3D

parametric modeling salah satunya yaitu SolidWorks.

Secara umum sebuah model dapat didefinisikan sebagai representasi

realita yang disederhanakan, yang diciptakan untuk tujuan tertentu.

Setelah itu tahap selanjutnya adalah mempertimbangkan komponen-

komponen individu dan memastikan bahwa komponen yang dipilih

sudah optimal.

Selanjutnya selama proses desain detail, desain yang telah dibuat dan

komponen-komponen yang telah dipilih harus diverifikasi dan

diberikan informasi yang lengkap sebelum dilakukan pabrikasi atau

pembuatan. Informasi tersebut dapar berupa gambar produksi disertai

dokumentasi yang lengkap yang berupa:

a. Gambar dari semua elemen produk harus lengkap yang terdiri

dari bentuk geometrinya, dimensi, kekasaran permukaan, dan

pemilihan material yang digunakan.

b. Gambar susunan komponen (assembly).

c. Gambar susunan produk.

16

d. Spesifikasi yang terdiri dari keterangan-ketarangan yang tidak

dapat dimuat dala gambar.

e. Bill of material dari semua komponen produk.

4. Pabrikasi

Setelah proses desain detail selesai maka proses selanjutnya adalah

pembuatan atau pabrikasi alat berupa purwarupa degan pengujian-

pengujian kualitas produk sebelum masuk kedalam produksi masal.

F. Sistem Penggiling

Mesin penggiling sekam padi termasuk kedalam golongan mesin pengecilan

ukuran (size reduction) material atau mesin yang berfungsi untuk merubah

ukuran suatu material dari yang lebih besar menjadi ukuran yang lebih kecil.

Metode yang digunakan yaitu membuat material hancur dengan cara

memberikan gaya luar yang besarnya melebihi tegangan maksimal material

tersebut. Ada tiga gaya yang digunakan dalam proses penggilingan secara

umum yaitu dengan cara tekanan (compression), benturan (impact), dan

geseran (shear) (Brennan, 2005).

Pada metode gaya tekanan umumnya digunakan untuk material yang keras

seperti mesin penghancur (crushing) untuk material tambang. Metode

penggilingan dengan gaya benturan (impact) digunakan untuk menggiling

jenis material yang luas, dari jenis material yang keras sampai yang lunak,

termasuk juga untuk bahan makanan yang berserat. Sedangkan penggiling

dengan gaya geseran (shear) cocok untuk jenis material yang lunak dan dapat

menghasilkan produk yang paling halus dari metode penggilingan lainnya.

Penerapan dari mekanisme gaya-gaya ini mendistorsi dan merubah bentuk

partikel sehingga melampaui batas elastisitas materialnya yang menyebabkan

material tersebut menjadi pecah menjadi material yang memiliki ukuran yang

lebih kecil.

17

Menurut Brennan (2005) mesin penggiling digolongkan kedalam 4 kelompok

yaitu:

1. Roller Mills

Jenis mesin penggiling ini terdiri dari dua silinder rol yang dipasang

pada sumbu horizontal dan berputar satu sama lain dengan arah yang

berlawanan. Material umpan masuk dari bagian atas melalui celah dari

dua silinder rol lalu dijepit dan ditarik oleh silinder rol dan material

menjadi hancur karena mengalami mekanisme gaya tekan. Jika kedua

rol berputar dengan kecepatan berbeda dapat menghasilkan gaya geser

pada material atau mekanisme penggilasan yang berkontribusi juga

dalam memecah material. Memiliki kecepatan putar yang relatif rendah

yaitu sekitar 50-300 rpm namun memiliki kapasitas produksi yang lebih

besar. Umumnya jarak celah antara rol dapat diatur sesuai ukuran

produk yang diinginkan. Rol memiliki permukaan yang bermacam-

macam ada yang rata, bergelombang, beralur, bergerigi, dan

sebagainya. Mesin penggiling ini biasanya digunakan di bidang

pertambangan yang digunakan untuk material seperti batu bara, bahan

semen, batu kapur, belerang dan sebagainya. Dengan penambahan

pegas beban berlebih pada rol yang berfungsi untuk melindungi

permukaan rol dari kerusakan oleh material yang terlalu keras sehingga

dapat langsung dilewatkan. Mekanisme penggilingan rol silider dapat

dilihat pada gambar 2.4. dibawah ini.

Gambar 2.4. Mekanisme penggilingan mesin rol silinder

(Brennan, 2005)

18

2. Impact Mills

Impact mills merupakan metode penggilingan yang bertujuan untuk

membuat material saling menekan dengan memberikan gaya dan

kecepatan sehingga material tersebut saling bergerak dengan kecepatan

yang sama untuk memulai proses tunbukan atau tabrakan sehingga

material tersebut hancur dan terpisah menjadi ukuran yang lebih kecil.

Semakin cepat material bergerak dan semakin besar gaya yang bekerja

maka semakin besar pula energi yang terbentuk untuk memudahkan

proses penghancuran material tersebut.

Terdapat beberapa jenis mesin penggiling yang menggunakan metode

benturan (impact) dalam proses menurunkan ukuran suatu material,

jenis-jenis tersebut yaitu:

a. Hammer Mills

Hammer Mills adalah penggiling dengan rotor yang berputar pada

poros horizontal atau vertikal didalam sebuah wadah (casing)

dengan kecepatan putar tinggi antara 2000-6000 rpm. Rotor yang

berputar dipasangkan oleh pemukul (hammer) yang bergerak

bebas dan memiliki jarak yang kecil dari sisi dalam wadah

(casing). Pemukul yang terpasang bisa berayun bebas sehingga

pada saat berputar dapat berayun keluar kearah sisi wadah

(casing) ataupun yang terpasang secara kaku. Pada sisi dalam

wadah diberikan tambahan pelat yang disebut juga (breaker

plate) yang berfungsi untuk media alas penghancur material yang

dibawa oleh pemukul. Pemukul dan pelat alas umumnya

menggunakan material yang lebih keras seperti baja agar tidak

mudah rusak. pada saluran bawah di dalam wadah juga

ditambahkan media penyaring supaya material yang memiliki

ukuran yang sudah sesuai dapat keluar melewati media penyaring

tersebut. Material yang dapat diproses dalam hammer mills ini

bisa berupa material yang keras, rapuh (mudah hancur), berserat,

19

ataupun material yang lengket. Mekanisme penggilingan hammer

mills dapat dilihat pada gambar 2.5. dibawah ini.

Gambar 2.5. Mekanisme penggilingan hammer mills

(Brennan, 2005)

b. Beater Bar Mills

Jenis Penggiling ini sama seperti pada hammer mill tetapi pada

pemukulnya digantikan oleh batang logam keras yang terpasang

berayun bebas atau kaku. Jenis penggiling ini umumnya

digunakan untuk kapasitas yang kecil dengan jenis material yang

keras.

c. Comminuting Mills

Jenis penggiling ini menyerupai beater bar mill tetapi pada sisi

samping batang pemukul dilancipkan seperti pisau pemotong dan

cocok untuk jenis material lunak seperti buah dan sayuran.

d. Fluid Energy Mills

Penggiling ini memanfaatkan udara bertekanan tinggi untuk

menjadi media penggiling materialnya, dimana material

dimasukkan kedalam saluran udara bertekanan tinggi sebesar 700

kPa sehingga terbawa oleh udara dan masuk ke dalam wadah

penggilingan, didalam wadah tersebut partikel akan bertabrakan

20

dengan keras akibat dari aliran turbulen didalam wadah

penggiling mengakibatkan pengurangan ukuran partikel. Saluran

keluar berbentuk sentrifugal yang berfungsi untuk mencegah

partikel yang masih berukuran besar kembali kedalam wadah

penggiling.

Pada jenis penggiling ini material tidak terkena kontaminasi dan

peningkatan temperatur juga biaya perawatan yang lebih murah

karena tidak ada komponen penggiling yang bergerak. Namun

efisiensi penggunaan jenis penggiling ini masih rendah.

Mekanisme penggilingan fluid energy mills dapat dilihat pada

gambar 2.6. di bawah ini.

Gambar 2.6. Mekanisme penggilingan fluid energy mills

(Sumber: www.sturtevantinc.com)

3. Attrition Mills

Metode penggilingan attrition mills yaitu dengan cara menggosokkan

material diantara dua penampang dengan jarak celah yang sempit.

Gerakan tersebut menghasilkan gaya tekan dan gesekan dengan besar

tergantung kecepatan putar permukaan dan tekanan yang diberikan

untuk menyatukan kedua permukaan penggiling tersebut. Jarak antara

dua sisi penggiling dapat diatur.

21

Ada beberapa jenis bentuk dari penggiling dengan memanfaatkan gaya

gesekan yaitu :

a. Buhrstone Mills

Penggiling dengan tipe ini yang paling tua digunakan dengan

media dua piringan batu yang disusun secara vertikal dimana

piringan bagian bawah yang berputar. Material masuk melalui

lubang ditengah piringan bagian atas dan tergilas ketika piringan

bagian bawah berputar, lalu material yang sudah hancur terlempar

keluar dari sisi batu lewat celah kedua batu tersebut. Saat ini

penggiling dengan piringan batu masih digunakan untuk

menggiling gandum atau jagung yang digerakkan oleh kincir

angin atau air.

b. Single Disc Attrition Mills

Penggiling jenis ini hanya menggerakkan salah satu piringan

yang didekatkan dengan sisi piringan atau dinding wadah yang

diam.

c. Double Disc Attrition Mills

Penggiling yang sama dengan satu piringan (single disc) tetapi

dengan dua piringan yang berputar saling berlawanan arah.

Memiliki jarak antara sisi piringan yang sempit. kedua jenis

penggiling tersebut cocok digunakan oleh material berserat

seperti padi dan jagung. Mekanisme penggilingan disc attrition

mills dapat dilihat pada gambar 2.7. di halaman selanjutnya.

22

Gambar 2.7. Mekanisme penggilingan disc attrition mill.

(a). Satu piringan penggiling. (b). Dua piringan penggiling.

(Brennan, 2005)

4. Tumbling Mills

Mesin ini berbentuk drum silinder horizontal yang berputar pada

sumbunya. Didalamnya berisi media gerus (grinding media) yang berisi

sebanyak 35% dari volume drum umumnya memiliki bentuk bola atau

batang yang panjangnya hampir sama dengan tabung silinder dari

material lain yang lebih keras, atau bisa juga menggunakan material itu

sendiri (autogeneus). Mekanisme penggilingan jenis tumbling mills

dapat dilihat pada gambar 2.8. dibawah ini.

Gambar 2.8. Mekanisme penggilingan mesin tumbling mills

(Sumber: www.technology.infomine.com)

23

G. Elemen Mesin Penggiling Sekam Padi

Elemen mesin merupakan komponen pendukung dari suatu sistem mesin

yang memiliki fungsi dan tugas tertentu dan saling bersinergi dengan

komponen pendukung yang lain. Dalam sistem mesin penggiling sekam padi,

elemen mesin yang terdapat didalam mesin penggiling sekam padi

digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu:

1. Motor Penggerak Mula

Motor penggerak mula merupakan elemen mesin yang penting dalam

suatu sistem mesin sebapgai sumber daya gerak. Terdapat banyak jenis

mesin motor penggerak awal yang dapat menghasilkan daya, sehingga

dalam memilih jenis motor penggerak harus berdasarkan jumlah ukuran

daya yang digunakan, tujuan penggunaan, dan lingkungan mesin yang

akan digunakan.

Jenis mesin motor penggerak tersebut dapat dikategorikan menjadi:

a. Motor Listrik

Motor listrik mempunyai beberapa kelebihan yaitu:

• Mudah dihidupkan dengan hanya menekan saklar.

• Memiliki suara dan getaran yang relatif kecil.

• Tidak membutuhkan udara untuk dihisap dan tidak

menghasilkan gas buang, sehingga tidak perlu mengukur

tingkat emisi gas buang dan pembuatan ventilasi udara

khusus.

• Motor jenis DC memiliki daya besar pada putaran rendah,

sehingga cocok utuk jenis penggiling dengan material yang

keras seperti batu.

Selain kelebihan tersebut, motor listrik juga memiliki beberapa

kekurangan yaitu:

• Motor listrik membutuhkan sumber daya sehingga perlu

kabel untuk menghubungan dengan stopkontak, sehingga

letak motor terbatas oleh panjang kabel.

24

• Butuh ukuran batrai yang besar untuk sumber daya jika

dibandingan dengan motor bakar untuk jumlah daya yang

sama.

• Rasio perbangingan berat motor listrik akan lebih berat

dibandingkan dengan motor bakar jika untuk penggunaan

daya yang sama.

• Motor jenis AC jika digunakan untuk motor penggerak

umumnya tidak mudah untuk mengubah putarannya.

b. Motor Pembakaran Luar

Motor pembakaran luar adalah jenis motor pembakaran yang

letak ruang bakar terpisah dengan ruang penghasil daya yang

berupa uap air. Umumnya jenis untuk pembakaran luar adalah

mesin uap dan turbin uap. Karena ruang yang terpisah tersebut

efisiensi termalnya agak rendah, sehingga mesin uap lebih cocok

untuk penggerak ukuran besar, seperti lokomotif, kapal, atau

pembangkit listrik.

c. Motor Pembakaran Dalam

Motor penggerak dalam memiliki beberapa keuntungan yaitu:

• Ringan, ukuran yang kecil, sehingga sangat praktis.

• Dapat dioperasikan di mana saja, dengan syarat ada udara

dan bahan bakar.

• Efisiensi termal yang tinggi sehingga dapat menghasilkan

daya yang cukup besar dengan jumlah bahan bakar yang

relatif sedikit.

• Mudah dihidupkan, dan mudah untuk diubah kecepatannya,

juga memiliki daya tahan yang tinggi.

Selain kelebihan tersebut, mesin pembakaran dalam juga

memiliki beberapa kekurangan yaitu:

25

• Menghasilkan suara kegaduhan dan getaran yang cukup

tinggi.

• Menghasilkan gas buang yang dapat meningkatkan polusi

udara.

• Menggunakan jenis bahan bakar minyak bumi yang

terbatas, dan sewaktu-waktu akan habis.

Setiap mesin penggerak memiliki jumlah daya P yang dapat dihasilkan

sesuai kebutuhan, untuk dapat menggerakkan suatu elemen mesin

seperti poros maka perlu dirancang daya rencana Pd dengan

pertingbangan berbagai macam faktor keamanan yang digunakan

dalam proses perancangan, sehingga faktor koreksi yang diambil

bernilai kecil.

Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978) jika faktor koreksi daya fc

maka mencari daya rencana dapat menggunakan persamaan berikut :

𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 × 𝑃 (2.1)

Dimana:

Pd = Daya rencanga (kW)

fc = Faktor koreksi daya

P = Daya motor (kW)

Untuk menghitung momen puntir rencana T menggunakan persamaan

berikut:

𝑇 = 9,74 × 105 (𝑃𝑑

𝑛) (2.2)

Dimana:

T = Momen puntir (N.mm)

Pd = Daya rencana (kW)

n = Putaran poros (rpm)

26

Pada pemilihan nilai faktor koreksi daya fc dapat menggunakan tabel

berikut:

Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya

Daya yang Akan Ditransmisikan Faktor Koreksi Daya (fc)

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2

Daya normal 1,0-1,5

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978)

2. Poros

Poros adalah batang yang umumnya berbentuk silinder dan merupakan

elemen mesin yang sangat penting yang berfungsi untuk meneruskan

daya dan putaran dari suatu elemen ke elemen mesin lain. Poros

dirancang untuk memiliki kekuatan dan kekakuan utuk menahan beban

puntir, beban lentur, maupun keduanya, dan juga dirancang untuk

bekerja di bawah putaran kritisnya, tahan terhadap korosi,

menggunakan bahan yang sesuai, dan menentukan diameter yang

sesuai dengan standar yang ada. Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga

(1978) perancangan poros berdasarkan beban yang bekerja dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Poros dengan Beban Lentur Murni

Perhitungan dilakukan untuk mencari diameter poros jika beban

yang bekerja hanya beban lentur murni pada poros untuk poros

bulat, pejal, dan masif. Diameter poros yang didapat adalah nilai

minimum, sehingga yang dipilih adalah diameter yang lebih

besar. Umumnya as pada roda kereta api (gandar) yang hanya

terdapat beban lentur murni. Persamaan untuk mencari tegangan

lentur yaitu:

𝜎 =𝑀𝑣

𝐼 (2.3)

Dimana:

σ = Tegangan lentur (N/mm2)

M = Momen lentur (N.mm)

27

v = Jarak dari titik pusat sumbu netral (mm)

I = Momen inersia (mm4)

b. Poros dengan Beban Puntir Murni

Syarat dalam perhitungan poros pada beban puntir murni sama

halnya dengan beban lentur murni, namun hanya untuk beban

puntir. Poros transmisi (spindel) yang cukup pendek yang hanya

mengalami beban puntir murni. Persamaan untuk mencari

tegangan geser yaitu:

𝜏 =𝑇.𝑟

𝐽 (2.4)

Dimana:

τ = Tegangan geser (N/mm2)

T = Momen puntir (N.mm)

r = Jari-jari poros (mm)

J = Momen inersia polar (Ix +Iy) (mm4)

c. Poros dengan Beban Keduanya (Torsi dan Lentur)

Poros yang digunakan pada umumnya untuk dapat menahan dua

beban yaitu torsi dan lentur sehingga pada perancangan poros

mesin penggiling sekam padi ini menggunakan beban keduanya.

Persamaan untuk mencari tegangan kombinasi keduanya yaitu:

𝜏𝑘 = (16 𝜋. 𝑑3⁄ )√(𝐾𝑚. 𝑀)2 + (𝐾𝑡. 𝑇)2 (2.5)

Dimana:

τk = Tegangan kombinasi (N/mm2)

d = Diameter poros (mm)

Km = Faktor koreksi momen lentur

M = Momen lentur (N.mm)

Kt = Faktor koreksi momen puntir

T = Momen puntir (N.mm)

28

3. Pasak

Pasak adalah elemen mesin yang berfungsi untuk mengunci poros

dengan elemen mesin lain yang bergerak ataupun yang diam. Jenis

pasak dapat dibagi berdasarkan letaknya yaitu pasak benam, pasak

singgung, pasak pelana, pasak tembereng, pasak jarum, dan pasak rata.

Pasak yang paling umum digunakan adalah pasak benam karena dapat

meneruskan momen yang besar. Untuk melihat jenis-jenis pasak dapat

melihat pada gambar 2.9. dibawah ini.

Gambar 2.9. Jenis-jenis pasak

(Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978)

Perancangan pada pasak mengikuti proses perancangan pada poros, lalu

pasak dipilih sesuai dengan standar ukuran yang ada. Tabel standar

ukuran pemilihan pasak dapat dilihat dilampiran.

4. Bantalan

Bantalan merupakan elemen mesin yang berfungsi sebagai tumpuan

poros yang berputar sehingga putaran poros dapat berlangsung secara

halus, aman, dan awet. Bantalan harus cukup kuat untuk menahan

beban dari elemen-elemen mesin yang lain agar bekerja dengan baik,

jika tidak maka kinerja keseluruhan sistem akan terganggu. Pemilihan

jenis bantalan harus sesuai dengan kebutuhan dan perancangan bantalan

harus bisa menyesuaikan dengan ukuran diameter poros yang

29

dirancang. Bantalan dapat digolongkan berdasarkan gerakan poros

terhadap bantalan yaitu:

a. Bantalan Luncur

Bantalan luncur adalah jenis bantalan yang terjadi gesekan luncur

antara permukaan poros dengan permukaan bantalan yang dibatasi

oleh pelapis pelumas.

b. Bantalan Gelinding

Bantalan gelinding adalah jenis bantalan yang terjadi gesekan

gelinding atara bagian yang berputar terhadap bagian bantalan yang

diam seperti bola atau rol silider.

Berdasarkan arak pembebanannya, bantalan dapat digolongkan

menjadi tiga yaitu:

a. Bantalan Aksial

Bantalan aksial adalah jenis bantalan yang dapat menahan

pembebanan dengan arah sejajar dengan sumbu poros.

b. Bantalan Radial

Bantalan radial adalah jenis bantalan yang dapat menahan

pembebanan dengan arah tegak lurus dengan sumbu poros.

c. Bantalan Khusus

Bantalan khusus adalah jenis bantalan yang dapat menahan

pembebanan dengan arah sejajar dan tegak lurus dengan sumbu

poros.

5. Transmisi

Transmisi adalah suatu sistem elemen mesin yang berfungsi untuk

meneruskan daya dan putaran dari suatu poros ke poros lain yang

terpisah. Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978) sistem transmisi

dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu: transmisi langsung

30

yang berupa piringan atau roda dari satu poros menggerakkan roda

poros kedua melalui kontak langsung,s seperti sistem roda gigi,

sedangkan transmisi tidak langsung menggunakan tambahan elemen

penghubung antara berupa sistem sproket dan rantai atau puli dan

sabuk. Perancangan pada transmisi dibutuhkan untuk menyesuaikan

kebutuhan daya dan putaran untuk elemen mesin lain. Jenis transmisi

langsung yaitu:

a. Transmisi Roda Gigi

Transmisi roda gigi adalah sistem transmisi untuk meneruskan

daya dan putaran pada dua buah silinder yang dibuat bergigi yang

berputar dan saling berdekatan. Keuntungan transmisi roda gigi

dari jenis transmisi yang lain yaitu:

• Transmisi roda gigi lebih ringkas.

• Dapat berputar pada putaran yang tinggi.

• Menerukan putaran dengan tepat.

• Dapat meneruskan daya yang besar.

Namun transmisi roda gigi tidak selalu dipilih untuk menjadi

elemen penerus daya dan putaran karena transmiri roda gigi juga

memiliki beberapa kekurangan yaitu:

• Memerlukan ketelitian yang tinggi dalam proses

perancangan, pembuatan, pemasangan, maupun

perawatannya

• Hanya dapat dipakai untuk transmisi jarak dekat.

• Harga lebih mahal.

Sedangkan pada jenis transmisi tidak langsung memiliki beberapa jenis

yaitu:

a. Transmisi Sproket dan Rantai

Transmisi sproket dan rantai dapat diterapkan dalam kondisi yang

bermacam-macam, dan cocok untuk jarak sumbu poros yang

besar karena rantai tidak dapat slip sehingga poros dan bantalan

31

tidak mengalami beban ekstra karena tidak memerlukan tegangan

awal. Bentuk transmisi sproket dan rantai dapat dilihat pada

gambar 2.10. dibawah ini.

Gambar 2.10. Transmisi sproket dan rantai

(Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978)

Keuntungan dari transmisi sproket dan rantai yaitu

• Mampu meneruskan daya yang besar.

• Tingkat keausan bantalan yang kecil.

• Memiliki kemungkinan terjadinya slip yang lebih kecil.

Sedangkan kelemahan dari transmisi sproket dan rantai ini

adalah:

• Gerak yang dipaksakan karena gigi sproket mengait mata

rantai timbul suara dan getaran yang tidak diinginkan akibat

kontak langsung antara rantai dengan gigi sproket.

• Perpanjangan rantai yang permanen karena pena yang aus

akibat gesekan rantai dengan sproket.

• Transmisi sproket dan rantai tidak dapat dipakai untuk

kecepatan tinggi.

• Bentuk konstruksi yang lebih rumit.

Untuk menentukan panjang rantai yang akan dirancang harus

didapat dari kelipatan jarak bagi dan dianjurkan menggunakan

32

jarak bagi yang genap untuk memudahkan perhitungan.

Kelonggaran rantai yang berlebihan harus dihindari khususnya

untuk letak poros yang tidak horizontal. Menurut Sularso dan

Kiyokatsu Suga (1978) panjang rantai dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut:

𝐿 =𝑧1+𝑧2

2+ 2𝐶𝑝 +

[(𝑧2−𝑧1) 6,28⁄ ]2

𝐶𝑝 (2.6)

Dimana:

L = Panjang rantai (mm)

z1 = Jumlah gigi sproket kecil

z2 = Jumlah gigi sproket besar

Cp = Rasio antara jarak sumbu poros dibagi jarak bagi gigi

b. Transmisi Puli dan Sabuk

Transmisi yang terdiri dari elemen sabuk dan puli dimana sabuk

adalah elemen mesin yang bersifat fleksibel dan mudah

digunakan dalam sistem transmisi penghubung dan penerus daya

dan putaran antara dua poros sejajar dengan jarak tertentu. Faktor

terpenting dari penggunaan sabuk adalah kekuatan dan

kelembutannya dimana dapat bertahan terhadap pelengkungan

yang berulang-ulang disekeliling puli, dan juga koefisien gesek

antara sabuk dengan puli, dan ketahanan terhadap pengaruh luar

(lembab, kalor, debu, dan sebagainya).

Ada beberapa jenis dari transmisi sabuk-puli, yaitu:

• Sabuk Rata

Penggunaan sabuk rata umumnya menggunakan kulit,

karet, atau kain yang ujungnya disambung dengan penjepit,

pengait, engsel, ataupun lem. Sabuk rata memiliki

kelebihan seperti memiliki efisien yang tinggi dan tidak

bising, dapat menyalurkan daya yang besar dalam jarak

sumbu yang jauh, dan dapat menghubungkan poros dengan

sumbu tegak lurus.

33

• Sabuk V

Sabuk V memiliki penampang sabuk trapesium dan banyak

diterapkan dalam keadaan yang paling tidak

menguntungkan seperti jarak sumbu yang kecil, pra

tegangan yang kecil dan perbandingan transmisi yang

besar.

Gambar 2.11. Grafik daya rencana dan putaran puli kecil

(Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga. 1978)

Pada gambar 2.11. pada halaman sebelumnya dapat dilihat

bahwa grafik tersebut digunakan untuk panduan dalam

menentukan tipe sabuk yang akan digunakan. Transmisi

sabuk V sebagian besar digunakan karena mudah dalam

penanganannya dan harganya relatif lebih murah dari jenis

transmisi jenis lain. Gesekan yang dihasilkan lebih besar

dari pada sabuk rata akibat efek baji dari penampang

trapesium sehingga menghasilkan tegangan yang rendah

dan tidak mudah slip dari sabuk rata. Dapat digunakan pada

kecepatan umum antara 10-20 m/s dan maksimum hingga

25 m/s. Daya yang dapat ditransmisikan sampai 500 kW.

Pemilihan penampang sabuk V dapat dilakukan dengan

cara melihat standar huruf kapital A sampai E dan untuk

tipe profil sempit seperti 3V, 5V, dan 8V dan untuk tipe

beban ringan dapat menggunakan tipe 3L, 4L, dan 5L, tipe

34

profil-profil tersebut dapat dilihat pada gambaar 2.12.

dibawah ini.

Gambar 2.12. Standar dimensi penampang sabuk V

(Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga. 1978)

Perhitungan perbandingan putaran untuk perancangan

transmisi sabuk v dapat menggunakan persamaan berikut:

𝑛1

𝑛2=

𝐷𝑝

𝑑𝑝= 𝑣𝑠 (2.7)

Dimana:

vs = Kecepatan sabuk (m/s)

n1 = Putaran puli penggerak (rpm)

n2 = Putaran puli yang digerakkan (rpm)

Dp = Diameter nominal puli penggerak (mm)

dp = Diameter nominal puli yang digerakkan (mm)

Perhitungan kecepatan sabuk dalam perancangan transmisi

sabuk v dapat menggunakan persamaan berikut:

𝑣𝑠 =𝑑𝑝×𝑛1

60×1000 (2.8)

Dimana:

v = Kecepatan sabuk (m/s)

dp = Diameter nominal puli yang digerakkan (mm)

n1 = Putaran puli penggerak (rpm)

Sedangkan perhitungan panjang total sabuk dapat

menggunakan persamaan berikut:

35

𝐿 = 2𝐶 +𝜋

2(𝑑𝑝 + 𝐷𝑝) +

1

2(𝑑𝑝 + 𝐷𝑝)

2−

1

4𝐶(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)

2 (2.9)

Dimana:

L = Panjang sabuk (mm)

dp = Diameter nominal puli yang digerakkan (mm)

Dp = Diameter nominal puli penggerak (mm)

C = Jarak antara dua sumbu poros (mm)

Untuk perhitungan sudut kontak sabuk dan spuli dapat

menggunakan persamaan berikut:

𝜃 = 180𝑜 −57(𝐷𝑝−𝑑𝑝)

𝐶 (2.10)

Dimana:

ϴ = Sudut kontak sabuk dan puli (o)

dp = Diameter nominal puli yang digerakkan (mm)

Dp = Diameter nominal puli penggerak (mm)

C = Jarak antara dua sumbu poros (mm)

6. Pengayak atau Penyaring

Pengayakan atau penyaringan adalah metode pemisahan secara

mekanis pada jenis material berdasarkan ukurannya menggunakan

media penyaring dengan ukuran lubang sesuai standar yang ada. Tujuan

dari pengayakan adalah untuk mengontrol dan mendapatkan ukuran

material yang seragam sesuai yang diingkan. Dalam Proses pengayakan

akan didapat produk yang berupa oversize dan undersize material,

oversize material adalah kelompok material yang tidak lolos pada media

penyaring karena ukuran yang lebih besar dari lubang penyaring,

sedangkan undersize adalah kelompok material yang lolos media

penyaring karena ukurannya lebih kecil dari lubang penyaring. Untuk

mendapatkan ukuran partikel yang dinginkan perlu adanya standar yang

biasanya digunakan untuk media pengayak dalam proses pengayakan,

standar yang biasanya digunakan adalah standar Amerika yaitu ASTM

36

Sieve Chart yang dapat di lampiran. Ukuran Standar mesh ditentukan

dengan jumlah lubang dalam tiap ukuran luas 1 in2 media penyaring,

jadi untuk standar mesh 20 maka terdapat 20 lubang dengan ukuran luas

0.841 mm dalam 1 in2.

7. Rangka

Rangka (frame) adalah struktur yang disusun oleh batang-batang yang

saling menyambung membentuk kesatuan sistem kokoh yang dapat

menopang beban dari elemen mesin yang lain sehingga tidak terjadi

kerusakan ketika diaplikasikan. Beban yang bekerja dan di terima oleh

rangka berupa gaya (F) dan momen (M).

Dalam pinsip mekanika struktur, struktur rangka harus mencapai titik

keseimbangan bila semua gaya yang bekerja, momen dan reaksi sama

dengan nol, pada kondisi seimbang tersebut pergerakan struktur tidak

terjadi. Pada saat menganalisis statika, ada 3 syarat yang harus dipenuhi

pada bidang datar untuk mencapai titik keseimbangan yaitu:

(Alisjahbana, 2013)

ΣFH = 0, ΣFV = 0, 𝑑𝑎𝑛 ΣM = 0 ................... (2.11)

Dimana:

FH = Gaya dalam arah sumbu horizontal (N)

FV = Gaya dalam arah sumbu vertikal (N)

M = Momen lentur (N.mm)

Tegangan akan bernilai positif jika arah gaya menghasilkan tegangan

tarik (tensile), dan akan bernilai negatif jika arah gaya menghasilkan

tegangan tekan (compression).

37

H. Uji Kinerja Mesin Penggiling

Terdapat beberapa parameter untuk menguji kinerja dari mesin penggiling

yang telah di buat, namun ada parameter-parameter umum yang sering

digunakan untuk menguji kinerja suatu mesin yang telah dibuat, yaitu:

1. Kapasitas penggilingan

Kapasitas penggilingan dipengaruhi oleh dua factor yaitu jumlah bahan

yang digiling dibagi dengan waktu yang dibutuhkan untuk menggiling

bahan sekam tersebut, dan untuk menghitung kapasitas penggilingan

dapat menggunakan persamaan berikut:

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝑘𝑔)

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚) .......... (2.12)

2. Konsumsi bahan bakar

Nilai konsumsi bahan bakar didapat dari jumlah bahan bakar yang habis

digunakan tiap percobaan dibagi dengan waktu tiap percobaan, untuk

menghitung konsumsi bahan bakar dapat menggunakan persamaan

berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 =𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 (𝐿)

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚) ................ (2.13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Mesin Universitas

Lampung untuk proses desain dan merancang mesin penggiling sekam padi

berlangsung dari bulan Februari sampai bulan Maret 2018, selanjutnya

proses pembuatan mesin penggiling sekam padi yang dikerjakan oleh pihak

ketiga yaitu oleh CV. AL SINTAN MUARA yang beralamatkan di Jl. Jendral

Sudirman No. 78. Ganjar Agung 14/II Metro. Proses pembuatan berlangsung

dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2018.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada proses penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Alat Pembuatan dan Pengujian

Adapun alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan dan

pengujian adalah sebagai berikut:

a. Mesin Bubut

Mesin bubut digunakan untuk proses pengerjaan poros yang

bertingkat.

b. Las Listrik

Las listrik digunakan untuk menyambungkan secara permanen

pada bahan yang terbuat dari logam.

39

c. Mesin Gerinda Potong

Mesin gerinda potong digunakan untuk memotong bahan sesuai

bentuk dan ukuran yang diinginkan.

d. Mesin Bor

Mesin bor digunakan untuk melubangi bahan.

e. Timbangan

Timbangan digunakan untuk mengukur berat (Kg) sekam padi

yang akan digiling.

f. Tachometer

Tachometer digunakan untuk mengukur kecepatan putar (rpm)

poros mesin penggiling sekam padi, dan untuk memantau

kecepatan putar mesin stabil atau tidak.

g. Gelas Ukur

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume (ml) bahan bakar

yang digunakan pada proses penggilingan sekam padi.

h. Kuas

Kuas digunakan untuk membersihkan dan mengumpulkan sekam

padi hasil penggilingan yang menempel pada mesin penggiling

sekam padi.

i. Kunci Pas

Kunci pas digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut-

baut pengunci tutup penggiling sekam padi.

40

j. Kunci L

Kunci L digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut

pengunci poros di bantalan yang berada ditutup penggiling sekam

padi.

k. Pelat Penyaring

Pelat penyaring digunakan untuk menyaring produk sekam yang

sudah digiling agar produk memiliki ukuran yang seragam

dengan ukuran standar penyaring tertentu, sedangkan untuk

penggiling sekam ini menggunakan standar penyaring mesh 20

dengan diameter lubang 0.8 mm karena penyaring mesh 20

mudah didapat di pasaran.

l. Mesin Penggiling Sekam Padi

Mesin penggiling sekam padi digunakan untuk menggiling sekam

padi menjadi partikel lebih kecil berbentuk bubuk.

2. Bahan Pembuatan dan Pengujian

Adapun bahan yang digunakan dalam prose pembuatan dan pengujian

yaitu sebagai berikut:

a. Besi Siku

Besi siku digunakan untuk membuat rangka pada mesin

penggiling sekam padi.

b. Pelat Besi

Pelat besi digunakan untuk membuat tempat penampung sekam

dan wadah penggilingan.

c. Besi Silinder Pejal

Besi silinder pejal digunakan untuk poros penggiling.

41

d. Motor Penggerak

Motor penggerak digunakan sebagai penggerak utama mesin

penggiling sekam padi.

e. Puli dan Sabuk

Puli dan sabuk digunakan sebagai sistem transmisi penerus daya

dan putaran dari motor penggerak ke penggiling.

f. Bantalan

Bantalan digunakan sebagai tumpuan poros penggiling yang

berputar.

g. Sekam Padi

Sekam padi yang digunakan memiliki ciri-ciri umum seperti

sekam padi pada umumnya setelah mengalami proses pemisahan

gabah, dan sekam padi tersebut didapat dari penampungan bahan

sisa penggilingan padi di tempat penggilingan padi terdekat.

h. Bensin Premium

Bensin premium digunakan untuk bahan bakar motor penggerak

mesin pengilingan sekam padi dan didapat di stasiun pengisian

bahan bakar terdekat.

C. Alur Penelitian

Alur penelitian adalah skema tahapan yang berupa keseluruhan proses dari

penelitian rancang bangun mesin penggiling sekam padi yang dapat dilihat

pada alur proses di halaman selanjutnya.

42

Gambar 3.1. Diagram alur proses penelitian

D. Alur Perancangan

Pada proses perancangan mesin penggiling sekam padi mengadaptasi alur

proses desain Pugh yang dapat dilihat pada lembar selanjutnya.

Mulai

Identifikasi masalah

Studi literatur

Perancangan

Perakitan

Pengujian

Tidak

Apakah sistem

kerja mesin dapat

menggiling sekam menjadi

tepung ?

Ya

Analisa data dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Pembuatan

43

Gambar 3.2. Diagram alur proses perancangan.

E. Prosedur Pengujian

Adapun pada prosedur pengujian mesin penggiling sekam padi meliputi

beberapa hal yaitu :

1. Prosedur Persiapan Pengujian

Adapun prosedur persiapan pengujian sebelum pengambilan data yaitu

sebagai berikut:

a. Menyiapkan mesin penggiling sekam padi.

b. Memasang penyaring dengan cara membongkar tutup penggiling,

lalu menarik rangka penyaring keluar dari wadah penggiling lalu

pelat penyaring dengan standar mesh 20 dijepit dengan baut ke

rangka penyaring, lalu memasukkan kembali rangka penyaring ke

wadah penggiling dan menutup kembali tutup penggiling.

c. Mengecek komponen mesin penggiling sebelum digunakan

meliputi mengecek sambungan baut dan mur, mengecek

Mulai

Identifikasi masalah

Menentukan spesifikasi

Perumusan konsep desain

Pemodelan dan desain detail

Selesai

Pengumpulan informasi

44

transmisi sabuk, mengecek komponen yang bergerak harus

bergerak bebas tanpa hambatan.

d. Mengisi bahan bakar dan mengukur bahan bakar menggunakan

gelas ukur ke tangki motor penggerak.

e. Menutup pintu saluran masuk penggilingan.

f. Menimbang sekam padi sebanyak 1 Kg menggunakan timbangan.

g. Memasukkan sekam padi yang telah ditimbang kedalam

penampung (hopper).

h. Memasang wadah penampung dan mengencangkannya di saluran

keluar mesin penggiling.

2. Prosedur Pengoperasian Mesin Penggiling Sekam Padi dan

Pengambilan Data

Adapun prosedur pengoperasian mesin penggiling sekam padi dan

pengambilan data yaitu sebagai berikut:

a. Menghidupkan motor penggerak dengan cara menekan saklar ke

posisi ON, menarik tuas gas sedikit, dan menarik tuas tali starter

hinggal motor menyala.

b. Menarik tuas gas dan mengukur putaran poros menggunakan

tachometer hingga putaran mesin mencapai 3000 rpm.

c. Membuka pintu saluran masuk penggiling.

d. Mematikan motor penggerak setelah sekam padi di penampung

sudah masuk semua kedalam mesin penggiling.

e. Mengisi kembali bahan bakar dan mengukur bahan bakar yang

digunakan menggunakan gelas ukur.

f. Membongkar pengikat wadah penampung, membersihkan bubuk

sekam padi yang menempel di mesin penggiling menggunakan

kuas dan memindahkan bubuk hasil penggilingan ke wadah yang

lebih kecil.

g. Menimbang produk hasil penggilingan menggunakan timbangan.

h. Membongkar tutup penggiling dengan cara melepaskan baut-baut

tutup penggiling menggunakan kunci pas dan baut bantalan

45

menggunakan kunci L lalu menarik tutup penggiling hingga

terlepas dari wadah penggiling.

i. Membersihkan dan memindahkan sekam yang belum tergiling

menggunakan kuas ke wadah yang lebih kecil.

j. Menimbang sekam yang tidak tergiling menggunakan timbangan.

k. Memasang kembali tutup penggiling dan mengencangkan baut-

baut menggunakan kunci pas dan kunci L.

l. Mencatat dan merekam data-data yang didapat pada proses

pengujian.

m. Mengulangi pengujian dari proses persiapan sebanyak 3 kali

sampai didapat data yang valid.

3. Analisa Data

Pada tahap analisa data yang didapat dari proses pengambilan data

sebanya 3 kali yaitu dengan cara membandingkan data tersebut jika

memiliki selisih data yang kecil dan hasil produk dapat dilihat secara

visual sesuai dengan yang diharapkan maka data tersebut dapat

dianggap valid.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Telah dilakukan proses perancangan dan pembuatan mesin penggiling

sekam padi dengan spesifikasi dimensi tinggi 1100 mm, panjang 500

mm dan lebar 500 mm, mesin penggerak motor bensin Hyundai HDE

390 dengan daya 7,6 kW dan putaran mesin 3600 rpm, rangka profil

siku 40 mm x 40 mm x 5 mm, transmisi sabuk dan puli, mekanisme

penggilingan kombinasi yaitu hammer mills yang memiliki 3 buah palu

pemukul dan disc mills tipe Single Disc Attrition Mills, saluran masuk

melalui depan penggiling dengan bantuan komponen screw

pengumpan.

2. Hasil analisa terbaik untuk kapasitas produksi didapat pada percobaan

pertama yaitu 10 Kg/Jam, dan untuk konsumsi bahan bakar paling

sedikit pada percobaan pertama yaitu 2,05 L/Jam.

B. Saran

Adapun saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya adalah sebagai

berikut:

1. Sebaiknya dilakukan pengecekan menyeluruh setiap komponen

terutama komponen yang bergerak dalam kondisi yang baik sebelum

mengoperasikan mesin penggiling sekam padi.

82

2. Untuk meningkatkan kapasitas produksi dapat dilakukan penambahan

pada jumlah hammer, panjang palang hammer dan dapat juga

meningkatkan putaran penggiling.

3. Perlu adanya penelitian selanjutnya untuk menguji kemampuan mesin

penggiling sekam padi dalam bidang ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, Sofia W. 2013. Prinsip Dasar Mekanika Struktur. Graha Ilmu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian Republik

Indonesia. 2008. Sekam Padi Sebagai Sumber Energi Alternatif dalam

Rumah Tangga Petani.

http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/210/. Diakses pada

tanggal 3 Oktober 2017.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015. Produksi Padi Menurut Provinsi (ton), 1993-

2015. https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/865. Diakses

pada tanggal 3 Oktober 2017.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016. Klasifikasi Umur Tanaman Padi.

http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/tahukah-

anda/820/klasifikasi-umur-tanaman-padi. Diakses pada tanggal 3

Oktober 2017.

Brennan, James G. 2006. Food Processing Handbook. WILEY-VCH Verlag GmbH

& Co. KGaA, Weinheim.

Grist, D.H. 1972. Rice. 4th Ed. Lowe and Brydine Ltd, London.

Houston, D.F. 1972. Rice Chemistry and Technology. Minnesota: American

Association of Cereal Chemist, Inc. St. Paul. p. 537.

Hurts, Kenneth S. 1999. Prinsip Prinsip Perancangan Teknik. University of Hull.

Kementrian Pertanian. 2016. ARAM-II Mengindikasikan Pasokan Beras Cukup.

http://tanamanpangan.pertanian.go.id/index.php/informasi/82. Diakses

pada tanggal 3 Oktober 2017.

Sulardjo. 2013. Pemanfaatan Limbah Padi Untuk Industri. Fakultas THP

UNWIDHA.Klaten. Magistra No. 84 Th. XXV.

Sularso, dan K. Suga. 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.

PT.Pradnya Paramita, Jakarta