putri supositoria
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat
dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-
intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh
dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar
dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di
dalam supositoria, konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang
proporsional dengan pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan
yang naik dengan naiknya konsentrasi obat.
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui pemberian obat secara suppositoria
dan sublingual.
Tujuan Khusus
Dapat menyebutkan cara pemberian obat secara :
- Suppositoria
- Sublingual
1.3. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sistematika Penulisan
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pemberian obat suppositoria
2.1.1. Definisi
2.1.2. Tujuan Pemberian
2.1.3. Organ – organ yang dapat diberi obat suppositoria
2.2. Pemberian Obat Suppositoria Melalui Rektum
2.2.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum
2.2.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Rektum
2.2.3. Indikasi dan kontra indiaksi
2.2.4. Macam-macam obat supositoria
2.2.5. Keuntungan dan Kerugian
2.2.6.Persiapan Alat
2.2.7. Prosedur Kerja
2.3. Pemebrian Obat Suppositoria Melalui Vagian
2.3.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina
2.3.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Vagina
2.3.3. Indikasi dan Kontra Indikasi
2.3.4. Macam-macam obat supositoria vagina
2.3.5. Keuntungan dan Kerugian
2.3.6.Persiapan Alat
2.3.7. Prosedur Kerja
2.3.8. Mekanisme Kerja Obat
2.3.9. Evaluasi Tindakan
2.4. Memberikan Obat Sublingual
2.4.1. Pengertian
2.4.2. Tujuan
2.4.3. Indikasi dan Kontraindikasi
2.4.4. Persiapan Klien
2.4.5. Keuntungan dan Kerugian
2.4.6. Persiapan Alat
2.4.7. Pelaksanaan
2
2.4.8. Evaluasi
2.4.9. Dokumentasi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemberian obat suppositoria
2.1.1. Definisi
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
2.1.2. Tujuan Pemberian
a.Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
2.1.3. Organ – organ yang dapat diberi obat suppositoria
Organ-organ tubuh yang dapat diberi obat supositoria:
Rektum
Vagina
2.2. Pemberian Obat Suppositoria Melalui Rektum
2.2.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum
Pengertian Pemberian Obat Melalui Rektum adalah pemberian
sejumlah obat ke dalam Rektum dalam bentuk supositoria
2.2.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Rektum
Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik
Melunakan feces sehingga mudah untuk di keluarkan.
2.2.3. Indikasi dan kontra indiaksi
o Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut
dan osteoritis.
4
o Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif
(inflamasi akut) pada saluran cerna.
Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma
bronchial atau alergi
Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis
atau hemoroid.
2.2.4. Macam-macam obat supositoria
Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya
dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika
tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Contoh obat supositoria
Kaltrofen supositoria
Profeid supositoria
Ketoprofen supositoria
Dulcolax supositoria
Profiretrik supositoria
Stesolid supositoria
Boraginol supositoria
Tromos supositoria
Propis supositoria
Dumin supositoria
2.2.5. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
o Bisa mengobati secara bertahap
o Kalau missal obat minimbulkan kejang, atau panas reaksinya
lebih cepat, dapat memberikan efek local dan sistemik.
5
o Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan
defeksasi.
Kerugian
o Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV
o Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
o Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami
pembedahan rekrtal.
2.2.6.Persiapan Alat
Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
Aplikator untuk krim vagina
Pelumas untuk supositoria
Sarung tangan sekali pakai
Pembalut
Handuk bersih
Gorden / sampiran
2.2.7. Prosedur Kerja
Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan
waktu, jumlah dan dosis obat.
Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas
fleksi ke depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
Kenakan sarung tangan
Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada
ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dan tangan dominan anda.
6
Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan
untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui
spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan
jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus
melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya
pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring
selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases,
letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat
mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
Cuci tangan
Kaji respon klien
Dokumentasikan seluruh tindakan.
2.3. Pemebrian Obat Suppositoria Melalui Vagian
2.3.1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina
Pengertian Pemberian Obat Melalui Vagina adalah pemberian
sejumlah obat ke dalam Vagina
2.3.2. Tujuan Pemberian Obat Pada Vagina
o Mengobati inveksi pada vagina
o Menghilangka nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada
vagina
o Mengurangi peradangan
7
2.3.3. Indikasi dan Kontra Indikasi
o Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena
berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai
hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi
uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka
akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat
proses penyembuhan setelah electron koagulasi.
o Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan
hipersensitif atau alergi.
2.3.4. Macam-macam obat supositoria vagina
Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari
sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri
atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pamakaian selama masa haid
(menstruasi) tidak dianjurkan.
Contoh obat supositoria vagina.
o Flagil Supositoria
o Vagistin Supositoria
o Albotil Supositoria
o Mistatin Supositoria
o Tri Costatis Supositoria
o Neoginoksa Supositoria
2.3.5. Keuntungan dan Kerugian
o Keuntungan
Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik
dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan
Mengobati infeksi pada vagina
8
Mengurangi peradangan
o Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam
vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.
2.3.6.Persiapan Alat
Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
Aplikator untuk krim vagina
Pelumas untuk supositoria
Sarung tangan sekali pakai
Pembalut
Handuk bersih
Gorden / sampiran
2.3.7. Prosedur Kerja
o Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan,
waktu, jumlah dan dosis obat.
o Sikap klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
Jaga privsi dan minta klien untuk berkemih terlebih dahulu
Pengosongan kandung kemih akan mengurangi
ketidaknyamanan saat prosedur dan mengurangi resiko iritasi
vagina.
Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki flexi dan
panggul rotasi internal.
Tutup dengan selimut mandi dan pinjamkan area parineal saja.
o Pakai sarung tangan.
o Infeksi orivisum vagina, catat adanya
pengeluaran bau atau rasa tidak nyaman.
o Lakukan perawatan perineal.
9
Pemberian Obat Supositoria
o Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah
pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan
halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah terpasang sarung tangan
dari tangan dominan, pelumas mengurangi gesekan pada
permukaan mukosa selama insersi supositoria.
o Dengan tangan dominan yang sudah terpasang sarung tangan,
regangkan lipatan libia dan memanjangkan orifisum vagina.
o Masukan supositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina
posterior. Memastikan distribusi obat yang merata sepanjang
dinding rongga vagina
o Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar
ofisum dan libia
o Minta klien untuk tetap berada pain posisi tersebut selama 5-10
menit setelah insersi obat akan didistribusikan dan diabsorpsikan
merata melalui ofisum
o Tawarkan pembalut parineal sebelum pasien melakukan ambulasi
memberikan kenyamanan klien.
o Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat yang sesuai.
o Cuci tangan
o Kaji respon klien
o Dokumentasikan seluruh tindakan
2.3.8. Mekanisme Kerja Obat
Jika dikombinasikan dengan preparat oral, maka pda umumnya dosis
perhari adalah supositoria yang dimasukan kedalam rectum, jika tidak
dikombinasikan dosis lazim adalah 1 supositoria 2 kali sehari
2.3.9. Evaluasi Tindakan
10
Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan antara metode disolusi
intrinsik dan non-intrinsik untuk mengevaluasi pelepasan obat dari
supositoria basis lemak. Penelitian dilakukan dengan cara membuat
supositoria dengan basis lemak yang mengandung natrium salisilat sejumlah
50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg dan 250 mg tiap supositoria, kemudian
dilakukan uji disolusi terhadap supositoria tersebut dengan menggunakan alat
uji disolusi intrinsik yang membatasi luas kontak muka antara supositoria
dengan medium, dan alat uji disolusi non-intrinsik yang tidak membatasi luas
kontak muka antara supositoria dengan medium. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat dari supositoria apabila
dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-intrinsik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh dengan metode non-
intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar dibandingkan dengan
metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di dalam supositoria,
konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang proporsional dengan
pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan yang naik dengan
naiknya konsentrasi obat.
2.4. Memberikan Obat Sublingual
2.4.1. Pengertian
Pemberian obat secara sublingual adalah pemberian obat dengan cara
meletakannya dibawah lidah sampai diabsorpsi ke dalam pembuluh darah
2.4.2. Tujuan
Untuk memproleh efek lokal dan sistemik
Memperoleh aksi kerja obat secara cepat dibandingkan secara oral
Menghindari kerusakan obat oleh hepar
2.4.3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi : Angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark
miokard, kardiomiopati obstruktif hipertropik,
11
feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat
tumor), tirotoksikosis, migren, glaukoma,
ansietas
Kontra indikasi : Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus
(hipoglikemia), Penyakit Vaskuler, Disfungsi
Jantung
2.4.4. Persiapan Klien
Persiapan Klien
Cek perencanaan Keperawatan klien
Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
2.4.5. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
o Memperoleh aksi obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
o Memperoleh efek lokal dan sistemik
o Menghindari kerusakan obat oleh hepar
Kerugian
o Bila dalam pemberian obat tidak diperhatikan, kemungkinan
pasien akan menelan obat itu, sehingga efek obat tidak optimal.
2.4.6. Persiapan Alat
Obat yang sudah ditentukan
Tongspatel (bila perlu )
Kasa untuk membungkus tongspatel
2.4.7. Pelaksanaan
Perawat cuci tangan
Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan
klien untuk mengangkat lidahnya
Meletakan obat dibawah lidah
12
Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
Perawat cuci tangan
Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
2.4.8. Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
Yakinkan obat dikemut atau ditelan
2.4.9. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon
klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada
catatan keperawatan
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil pelepasan obat
dari supositoria apabila dievaluasi dengan menggunakan intrinsik dan non-
intrinsik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan obat yang diperoleh
dengan metode non-intrinsik selalu menunjukkan harga yang lebih besar
dibandingkan dengan metode intrinsik berapapun kadar obat yang terkandung di
dalam supositoria, konsentrasi obat tidak menunjukkan hubungan yang
proporsional dengan pelepasan obat walaupun menunjukkan tendensi pelepasan
yang naik dengan naiknya konsentrasi obat.
Pemberian obat secara sublingual adalah pemberian obat dengan cara
meletakannya dibawah lidah sampai diabsorpsi ke dalam pembuluh darah
3.2. Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca agar
dapat lebih mengetahui tentang tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai
perawat. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan
14
DAFTAR PUSTAKA
http://layananapotek.blogspot.com/2008/07/penggunaan-obat-sediaan-
supositoria.html
http://www.thebestlinks.com/tag/prosedur-pemberian-obat-supositoria.html
http://books.google.co.id/books?
id=rLWvvfL8BcC&pg=PA88&lpg=PA88&dq=definisi+supositoria&so
urce=bl&ots=B25ZOajyLE&sig=e0wfWfou4g2_iOTK3sf8v6aw3nI&hl
=id&ei=4TmnS_vsMZS0rAexic3nAQ&sa=X&oi=book_result&ct=resu
lt&resnum=3&ved=0CA0Q6AEwAg#v=onepage&q=definisi
%20supositoria&f=false
15