pui siku

47
Kupergi 29 Maret 2014 pukul 21:16 Kepergian ini memendam diam takkan pernah terungkap kejujuran malas berbicara apalah arti kebenaran tak dipandang bijaksana lebih baik berkilah tuk merajakan hatinya merajakan hati bocah-bocah ingusan kesayangannya yang selalu berceloteh dengan kelakar inilah aku tumbal bagimu dan bocah-bocah ingusan kesayanganmu silahkan lahap kebahagiaan itu tertawa di atas keangkuhan di mana kalian takkan pernah sadar jikalau akhirnya kalian akan menangis jua tak perlu kupanggil keadilan biarkan ia datang sendiri dan menghukum dengan cara yang lebih bijaksana kini kuterbang bersama kesedihanku membumbung tinggi ke surya harapan baru

Upload: anonymous-cpr0do8a

Post on 14-Jul-2016

229 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

puisi

TRANSCRIPT

Page 1: Pui Siku

Kupergi29 Maret 2014 pukul 21:16

Kepergian ini memendam diam

takkan pernah terungkap

kejujuran malas berbicara

apalah arti

kebenaran tak dipandang bijaksana

lebih baik berkilah

tuk merajakan hatinya

merajakan hati bocah-bocah ingusan kesayangannya

yang selalu berceloteh dengan kelakar

inilah aku

tumbal bagimu dan bocah-bocah ingusan kesayanganmu

silahkan lahap kebahagiaan itu

tertawa di atas keangkuhan

di mana kalian takkan pernah sadar

jikalau akhirnya kalian akan menangis jua

tak perlu kupanggil keadilan

biarkan ia datang sendiri dan menghukum

dengan cara yang lebih bijaksana

 kini kuterbang bersama kesedihanku

membumbung tinggi ke surya harapan baru

kuikutsertakan titik-titik air mata yang tak pernah jatuh

namun terbungkus rapi dalam hati

Page 2: Pui Siku

 

jika esok mataku masih terbangun

kuyakin kaki ini akan jauh lebih cepat berlari

tangan ini akan lebih banyak menggenggam kilau berkah

meski ada yang mencibir

usah dipedulikan lagi

karna saat ini

kurasa jauh lebih berarti

 

                                                                                         By: Haedir Mude

Page 3: Pui Siku

Lingkaran By : Haedir Mude (based on song story by passanger)14 November 2013 pukul 19:10

Tak terhitung masa lamanya

Sejak mengukir nama kita

Pada pintu menara waktu

Sebelum segalanya kini berubah

 

Kita adalah sepasang mata lebar

Dengan butir butir garam di kulit kita

kita terbangkan layang-layang di atas angin

dan ia pun terbang, terbang, terbang dan terbang

 

dalam malam-malam di tengah hutan sepi

kita telungkupkan tubuh kita pada kain putih

menyalakan pelita kaca yang redup

sambil bertepuk tangan dan bernyanyi balada rimba

 

kita adalah sepasang mahluk kelelahan

dengan gelembung-gelembung busa di  kulit kita

dan kitapun jatuh terlelap dalam buaian angin

dan kitapun bermimpi, bermimpi, bermimpi dan bermimpi

 

karna kita adalah sebuah lingkaran

lingkaran yang tak henti-hentinya kita tatap

Page 4: Pui Siku

mengitari di bawah matahari dan di tepi laut

aku berputar mengitarimu

dan kau berputar mengitariku

 

dan tak terhitung masa lamanya

di saat nyala suar semakin melemah

menara waktu semakin menghilang

dan cahaya terang semakin meredup

kita tak akan lagi menjadi sepasang mahluk yang selalu bersama

sebab ada gari-garis pada kulit kita

yang akan menebarkan debu di atas angin

hingga kita samar terlihat satu sama lain...

Page 5: Pui Siku

Jangan Katakan Aku Anak Haram16 Oktober 2012 pukul 1:30

Buat anak-anak suci yang selalu dizolimi dengan perkataan dan julukan yang tidak semestinya mereka terima...

semoga yang mengatakannya dibukakan pintu maaf dari Sang Ilahi

 

 

Jangan katakan aku anak haram

Jangan pernah berani mengatakan itu

Aku tak tahu apa-apa

Aku hanyalah Nyawa kecil yang dikirim Tuhan kita ke bumi

Untuk bermain-main dan menari-nari

Bercengkerama bersama Nyawa kecil lainnya

Maka jangan katakan aku anak haram

Jangan pernah berani mengatakan itu

Tak takutkah kamu pada Tuhan kita

Jangan pernah mengecam keberadaanku

Aku belum tahu apa itu dosa

Tuhan kita juga tahu bukan aku yang salah

Merekalah yang salah

Karena merekala yang melakukan dosa  itu

Dosa setubuh tanpa kesucian hakikat sepasang manusia

Maka jangan sekalipun kau bebankan aku dosa

Karena aku belum berhak memikul sebuah dosa

Dan memang bukan aku yang berhak

Aku belum tahu apa-apa

Page 6: Pui Siku

Maka kukatakan sekali lagi

Jangan katakan aku anak haram

Jangan pernah berani mengatakan itu

Karna pasti Tuhan kita akan marah

Marah besar kepadamu....

Kamu mau Tuhan kita menghukummu?

Page 7: Pui Siku

Aku selalu ingin bersamamu16 Oktober 2012 pukul 1:20

rencana itu tak terduga... tiba-tiba saja timbul keinginan besarku untuk bertemu dengan kawan-kawanku rindu ini rasanya tak tertahan mesti berbekal modal nekat dan uang sebesar 70 ribu rupiah.. uang itu sebenarnya ongkos yang akan aku pakai berangkat ke pulau tempat kerjaku.. tapi menurutku aku lebih ihlas menggunakannya untuk menuju pertemuan dengan para sahabatku yang sudah lama aku tak temui... mungkin karna masalah yang menderaku berkali-kali membuatku segera ingin melepaskannya dan satu-satunya cara yang dapat membuatku terlepas dari beban ini adalah dengan bertemu dan berbagi canda dan rasa serta pengalaman bersama mereka...

meski hanya sehari namun itu sudah cukup untuk menggeser kedudukan tertinggi kepenatan yang sedang bertahta dalam benakku.... saya rasa merekapun mungkin sedikit merasakan hal yang sama... mungkin kami bagusnya dijulukan kumpulan orang-orang yang susah sebab di antara kami pasti ada saja masalah yang mengiringi setiap sisi kehidupan kami.. masalah lingkungan kerja yang sudah tidak nyaman.... masalah keluarga dan tanggung jawab hidup, masalah relasi dengan rekan kerja sekantor, masalah hubungan percintaan yang kandas di tengah jalan.... tapi di saat pertemuan itu kami seolah-olah seperti bertopeng pada kebahagiaan kita masing-masing padahal kami semua tahu bahwa di antara canda dan tawa ada saja masalah yang terselip yang berusaha meracuni fikiran kami....

mungkin ada yang terselesaikan namun itu hanyalah beberapa cuil saja... dan pada kedepannya masalah lain bakalan siap menerjang... tapi kebersamaan ternyata jauh lebih memberikan kesan berani menghadapi sebuah tantangan hidup... kebersamaan seperti anggur yang dapat membuat kami sejenak lupa pada beban hidup... kebersamaan membuat kami jauh lebih berharga dibanding mereka yang telah membuat hidup kami seperti berjejak di atas beling...

suasana inilah yang selalu ingin aku jalani dan pasti merekapun merasakan dan mendambakan hal yang sama difikiranku...

kepada kalian yang telah berbagi suka dukanya semoga Tuhan kita selalu senantiasa menyertakan kebahagiaan kecil dibalik penderitaan terbesar kita... aku bukan orang yang sempurna namun kebersamaan kita semestinya menjadi tombak yang terpancang kuat di tanah kering yang dapat kita gengggam bersama di saat badai penderitaan sedang menimpa dalam hidup kita... percayalah bahwa kita akan selalu ada dan bersama... (Buat rekan-rekan dan sahabat terbaikku yang senantiasa berkorban tanpa pamrih) selamat menikmati hidup kita ... tertawalah meski disaat kita berpisah kita akan menangis kembali dalam kesendirian kita tapi yakin saja itu tak akan lama.. sebab waktu akan selalu berbuat adil untuk kita....

Page 8: Pui Siku

Siapa Yang Tahu28 September 2012 pukul 0:46

Siapa yang tahu

Apa yang hadir di hadapanku

Aku hanyalah daun-daun kering

Yang terbang ditiup angin dari arah belakang

Dan suara alamlah yang menentukan pilihannya

Kemana ia akan membiarkannya

Aku tak dapat memilih

Sebab alam telah menentukan pilihannya

Pada siapa, dimana dan kemana sejatiku akan bermuara

Hembusan nafas dan fikir hanyalah alur cerita

Yang membayangi pada sebuah sisi kehidupan

Berperan sebagai warna tanpa berhak meminta sebuah keputusan

Dan akan selalu membayangi sampai aku mati

Siapa yang tahu

Apakah takdir adalah kawanku ataukah musuhku

Wajahnya selalu berganti peran

Disaat ia datang menyapaku

Kadang lembut kadang geram kadang pula diam membisu

Yang membayangi pada sebuah sisi kehidupan

Berperan sebagai penghakim yang tak dapat ditebak pada sebuah keputusan

Dan akan selalu membayangi sampai aku mati

Page 9: Pui Siku

Syairku dalam Kita Jauh28 September 2012 pukul 0:37

Dalam Kita Jauh

Aku di sini mengajakmu disana diam dalam selimut kebijaksanaan

Maka angin akan membawakan sebuah pesan llisanku padamu

Bahwa aku akan selalu memanjakanmu lewat perhatianku dalam angan-anganmu

Maka tak perlu kau berbuat apa-apa

Selain kau cukup memahamiku

Jangan buang waktumu bercumbu dengan rindumu

Di saat aku tak nampak di sisimu

Sebab wujudku telah kutanamkan

Dalam bening pelupuk matamu

Yang dapat kau lihat di saat kau memejamkannya

Maka sekalah air matamu

Sebab bayanganku selalu bersinar di balik wajahmu

Maka tawarilah aku dengan senyum yang tulus

Seketika itupun kukan bahagia di sini

walau kutahu

Kutak dapat merengkul tubuhmu dalam dekapku

Namun aliran kesetiaan dari sungai jiwamu

Akan selalu menyejukkan dahaga jiwaku

Hingga membuat suatu keyakinanku

Bahwa aku tak perlu ragu

Sedang apa dan bagaimana kau di sana

Ingatlah

Page 10: Pui Siku

Aku memang jauh

Tapi tak perlu kau anggap aku jauh

Sebab anggapanmu itu akan melahirkan anak rindu di mata  batinmu

Yang akan menyiksa sekujur tubuhmu

Aku memang tak terlihat di hadapanmu

Tapi jangan anggap aku begitu

Sebab ia akan menghilangkan pesonaku dalam angan-anganmu

Maka anggaplah aku ada

Walau seketika itu aku tak hadir dihadapanmu

Begitupula diriku di sini

Kau selalu kurasa ada

Aku ingin kau tetap mengerti

Maka cukuplah dirimu memahami aku dalam kita jauh

Page 11: Pui Siku

Suara Hati Sepasang Jiwa (Bagian 2)18 Juli 2012 pukul 19:19

Engkau adalah mutiara kasih yang bermukim di dalam birunya laut cinta

Dan aku bersedia menyelaminya tuk meminang kilaunya

Engkau adalah benih tanaman cinta

Dan aku adalah sungai pemuas dahaga yang mengalir tenang disisimu

Sesekali kugoda dengan percikan hasrat ketika arus naluriku berlalu ditepiannya

Engkau adalah jelmaan malaikat yang dikawal oleh peri-peri cinta

Turun ke bumi menyapa lewat sentuhan halus tangannya

Dan aku menjadi alam yang menyambutnya dengan seruan kalam cinta

Engkau mengalir dari deraian air susu kasih sayang ibu

Dan aku adalah bayi mungil tak berdaya yang menyambut setiap tetesanny

Hingga terasa kesejukan dalam naluriku

Engkau mengalun dari dawai musik penghuni khayangan

dan lewat kekuatan sang penyair aku mengkhotbahkan kalimat-kalimat cinta pada alam

Engkau bertahta pada istana keabadian yang meneduhkan jiwa yang terlunta

Dan aku menjadi prajurit perkasa yang mempertaruhkan nyawa

tuk kekokohan dan keabadiannya

Page 12: Pui Siku

Sunyiku18 Juli 2012 pukul 19:05

Detak-detak waktu semakin jelas menderapkan langkahnya

di antara malam yang berbicara dalam sunyi

Masih ada mata dan telinga yang terbangun menggeliat

pikiran membelah dan memeluk khayalan

hingga waktu berlalu dan tak terasa telah sampai

pada titik awal pengembaraannya

beribu tanya berulang tertancap di benak

adakah di luar sana yang menemani

selain diri dan waktu?

menggembala mimpi jauh ke bukit pengharapan

tiada pernah lesu menanti

akan datangnya keajaiban bersujud dalam hati

diiringi nyanyian sunyi malam

yang menjadi pelipur hati yang bersimbah rindu

maka ini kupinta

datanglah dikau berkawan

lewat untaian gejolak sinar purnama yang terang memancar

temani hati yang sedang memandang dalam kesendirian

jangan takut

biarkan saja malam tetap meroda waktu sampai titik terang

lewat untaian nada-nada sunyi yang mengalun dibalik gelapnya

Page 13: Pui Siku

Riwayat Sang Pencinta dan Sang Dicinta25 Juni 2012 pukul 15:58

Wahai perempuang suci

Aku adalah birahi yang terikat tali suci sebuah cinta

Yang memandangmu dengan mata langit batinku

Maka bacalah sabda-sabda cinta

Yang kuhamparkan di atas permadani biru laut cintamu

Agar kau tahu kesejukan cinta yang kumiliki

Biarkanlah alam yang memberi warna ketulusanku

Hingga kau dapat melihat, meraba dan menyatu dalam ketulusanmu

Rimba raya semesta menjadi pelaminan abadi

Pada sepasang sayap cinta yang menebar wangi di setiap kepakannya

Kehangatan Wajah Siang dan Malam akan melindunginya

Hingga amarah dan benci tiada berdaya menghampirinya

Dari pasang matamu adalah arah yang mengantarkan risalah cinta menuju ruang hati

Maka ucapkanlah salam atas kunjungan cinta yang mengetuk pintu hatimu

jamulah ia tuk bersanding dengan cintamu di kerajaan kalbu

Hingga setiap ruangannya terbuai oleh warna warni dan harum semerbak bunga cinta

Di dalam persandingan,

Kusabdakan pada angin tuk mengalunkan kidung pembuluh rindu dari surga

hingga anak-anak peri surga bermunculan dari mekaran kelopak bunga mahkota dewa

Laskar prajurit cinta senantiasa menjaga syahwat suci

Dari godaan wajah-wajah berwujud dusta

Maka reguklah setetes demi setetes atas kebahagiaan

Yang tertuang dari riwayat Sang Pencinta dan Sang Dicinta

Page 14: Pui Siku

Sebab cintanya adalah kekuatan yang terjaga di dalam rumah keabadian Sang Maha Pencipta cinta

Waha perempuan suci,

Akulah Sang Pencinta yang memilih wujudmu menjadi Sang Dicinta

Dan cinta adalah buah hati yang terlahir dari restu alam

Maka nikmatilah Anugrah cinta lewat buaian dan kecupannya

Page 15: Pui Siku

Cerita Patah Hati25 Juni 2012 pukul 1:01

Buat mereka yang patah hati                                                             

 

 

 

Di ujung penantian teriris hati sang pemuja cinta

Sayap-Sayap risalah cintanya patah

Dan jatuh terhempas di belantara dusta

Perahu layar impian pembawa harapan telah karam

Di tengah samudera kepalsuan

Sebelum ia Mencapai Dermaga cinta Sang Dewi

Sang Dewi tak pernah menanti

Dan risalah cinta yang mulai belajar terbang

Terhempas jatuh ke bumi duka oleh angin lalu

Buih-buih kasih sayang yang menari-nari di atas gelombang suka cita

Pecah sia-sia di tepi bendungan jiwa

Sang Dewi Cinta hanyalah bias-bias kilau belaka

Yang menyentuh sesaat dan hilang disapu oleh badai ketidakpastian

Sang Pemuja Cinta hanyalah kalimat kepolosan

yang dirangkai dengan ayat-ayat kemunafikan

Harapan tenggelam pada laut pasang

Yang airnya berasal dari deraian muara air mata hati

Terkubur dalam di palung keputusasaan jiwa

Sang Dewi Cinta bukanlah Dewi Cintanya

Page 16: Pui Siku

Sang Pemuja Cinta diam bertasbih pada rangkaian butir-butir kekecewaan

Jari-jemari hatinya mulai merangkak

Mencari genggaman sang Maha Karya Cinta

Meminta tuk menghadirkan

Sosok Dewi Cinta Sejati dari tulang rusuknya.....

Page 17: Pui Siku

LAUTKU24 Januari 2012 pukul 12:15

Terkadang sabar terkadang menggoda terkadang menggelegar marah siapa yang bisa menebak apa yang dirasakannya terserah kemana angin menggiring hatinya sebab ia adalah bagian alam yang senantiasa menari tertawa dan sedih hingga sang penjelajah yang menapak pada dinding dinding jiwanya ikut bersinonim dengan gelagatnya ia adalah maha laut yang senantiasa bergerak bebas di bawah sayap-sayap angin... Meluapkan perasaannya di samudra dan melelapkan matanya di bawah sapuan pantai yang bergigir sunyi

Page 18: Pui Siku

Hari Yang Dinanti30 Desember 2011 pukul 22:32

Kehadirannya memanggil seluruh alam untuk bersujud

Memuja atas keanggunannya

Menyerukan atas kebesaran hatinya

Bunga-bunga di gardenia pun bermekaran dalam senyumnya

Sungai-sungai mendesar-desah

Laut bernyanyi riang

Gunung-gunung terharu biru

Lembah-lembah bernafas lega

Pohon-pohon muda nan hijau silih berganti menari-nari

Udara  membumbung tinggi ke langit mengecup sang surya

Peri-peri hutan keluar dari sarangnya bersemi

Para malaikat tak henti-hentinya mengibas-ngibaskan sayapnya

Tuk mengharumkan bagi yang ternoda

Sang penabur cinta mengisi cinta pada retakan-retakan hati hingga tersamar dari kebencian

Makan-makam suci bertasbih atas nama sang penabur cinta dalam heningnya

Tempat-tempat sucipun ramai oleh para pemujanya

Telinga-telinga peka mendengarkan ayat-ayat cinta dari pujangga shaleh

Maka pada hari ini

Janganlah uraikan air mata jiwa untuk memanggil kesedihan

Sebab ia sedang bersembunyi dibalik selimut dukanya

Janganlah memanggil sengsara dari dalam jiwa

Sebab ia sedang bercengkarama bersama perasaan deritanya

Janganlah mengajak bicara pada amarah yang sedang tertidur lelap

Page 19: Pui Siku

Sebab ia sedang bertahta pada mimpi-mimpinya

Maka pada hari ini

ajaklah keindahan hakiki bersanding denganmu

sebab ialah yang akan menerbangkanmu pada kepuasan

serukanlah puja-puji cinta melayang layang tinggi seperti kabut yang membumbung ke langit

dan rauplah kebahagiaan yang menjadi rezeki agung tuk bersarang di dalam jiwamu

sebab ia adalah buah kebebasan yang senantiasa tertawa dan menari-nari

Page 20: Pui Siku

Gema Laut30 Desember 2011 pukul 22:30

Angin laut bernyanyi di malam hari

Bintang dan bulan terdiam membisu mendengarkannya

Tak satupun di antara mereka berkedip dan berkata

membuainya dalam rangkaian lirik-lirik kasihnya

Ombak pun singgah sejenak di pangkuannya

Tuk mendapatkan belaian lembut dari tangan-tangan halusnya

Dingin tak dihiraukan

Meski menggelitik tubuhnya yang telanjang

Peri-peri duyung berdatangan membawakan tarian dasar laut

Mempersembahkan tarian kebesaran kerajaan sang dewa laut

diiringi dawai harpa dari dalam jiwanya

seberkas sinar bulan yang menembus dinding - dinding laut

menyampaikan rasa kesima bahagia

Bintang-bintang laut membalas kerlipan bintang-bintang angkasa

Terumbu laut senantiasa bertepuk tangan

Gegap gempita para mahluk laut lainnya bersorak dan berpawai

Dibawah perahu-perahu nelayan yang sedang tertidur dalam sandarannya

Sekumpulan kerang-kerang menyalakan lentera mutiaranya

Mengarahkan Petasan buih-buih membumbung dan pecah di permukaan laut

Malan ini Laut tak akan tidur

Dan akan berpesta sepanjang sang penjelajah bernanung di balik kelelahannya

Page 21: Pui Siku

Cinta Gila30 Desember 2011 pukul 22:28

Buat mereka yang menggilakan cintanya pada Tuhannya

 

 

Aku menjadi gila

Gila pada cinta yang menghampiriku

Hingga ia memelukku erat

Mataku berkaca-kaca pada cinta

Fikiranku berprasangka pada cinta

Telingaku bergema pada cinta

Hati berdetak pada cinta

Bibirku berseru pada cinta

Tanganku mendekap pada cinta

Kakiku melangkah pada cinta

Hingga nafasku menderu pada cinta

Cinta

 Menggila dalam diriku

Hingga aku latah akan cintanya

Cinta

Kau goda aku pada kegilaanmu

Kau jebak aku pada egomu

Kau tenggelamkan aku pada manismu

Kau buai aku pada anggunmu

Kau terbangkan aku pada sayapmu

Page 22: Pui Siku

Kau hidupkan aku pada jiwamu

Cinta

Keindahanmu tiada tara

Bergigir pada tepi-tepi hatiku

Engkau menjadi semakin menggila

Hingga aku jatuh cinta

Jatuh cinta pada kegilaan dirimu

Page 23: Pui Siku

KEKAGUMANKU6 Desember 2011 pukul 1:14

NAFAS-NAFAS HIJAU MENGHEMBUS DI SEKUJUR TUBUHKU

DAN KURASAKAN BAU HARUM MENGISI ALIRAN DARAHKU

HINGGA AKU MABUK AKAN KESEGARAN YANG KAU TAWARKAN

KU MENCARI SUMBER KESEGARAN ITU

TERNYATA…..

ALAM LIAR JIWAMU YANG MENCOBA MENGGODAKU

KAU PANCARKAN SINAR GAIRAH DARI DALAM RAGAMU

MENGHUJAM SETIAP JANTUNG YANG BERDEBAR KENCANG

KAU ALIHKAN MATA HATIKU PADA PESONAMU

DAN AKUPUN MENGHENTAK PADA JEJAK-JEJAKKU YANG MULAI TAK TERARAH

SEBAB ALAM LIAR JIWAMU TAK HENTI-HENTINYA  MENGGODAKU

MUSLIHATKAH INI

SEBAB AKU KINI MULAI PERCAYA

MESKI ENGKAU BELUM BERKATA

TAPI JURANG-JURANG BIBIRMU TELAH MENJERUMUSKAN AKU KE DALAM METAFORAMU

SEMUKAH INI

SEBAB AKU KINI MULAI PERCAYA

MESKI ENGKAU BELUM BERTINDAK

TAPI TATAPAN MATA TAJAMMU TELAH MENARIKKU KE DALAM KEANGGUNANMU

MIMPIKAH INI

SEBAB AKU MULAI PERCAYA

MESKI ENGKAU BELUM HADIR

Page 24: Pui Siku

TAPI WAJAHMU TELAH MENGAJAKKU BER DE JA VU KE DALAM KISAH CINTAMU

INIKAH AKU

YANG BERADA DALAM KENDALIMU

MABUK AKAN KECANTIKANMU

HINGGA SEJENAK KULUPAKAN SEJATIKU

BAHWA AKU HANYALAH SEKEDAR PENGAGUM RAHASIAMU

Page 25: Pui Siku

Malamku2 Desember 2011 pukul 23:42

Malam yang hening adalah kekasihku

Dan aku adalah cintanya

Kita berbagi hati dalam kegelapan

Kuhempaskan ragaku pada rumput-rumput liar yang tertidur

Lalu kusandarkan pundak dan kepalaku pada beringin tua

Yang tak pernah lelah berdiri membisu

Meski dingin menjarumi kulit batangnya yang kelihatan renta

Dan angin menggelitik-gelitik daun-daunnya yang mulai berguguran di musim pancaroba

Wajahku berkiblat pada mata malam yang hampir sempurna dalam rotasinya

Ia mengucapkan selamat datang padaku lewat senyumnya

Yang menerpa buram wajahku di balik akar-akar beringin tua yang menjuntai ke tanah

Di fikiranku kunobatkan diriku

Bahwa aku adalah titik hidup yang beda dengan lainnya

aku berpeluk pada malam sepi

Dan tak ingin membaur pada hiruk pikuk tawa yang menggelegar

Aku berbaring di kota suri sang jiwa dan menolak tuk berkencan dalam metropolitan sang nafsu

Aku menyelami telaga bening kesabaranku dan menolak tuk mengarungi samudera emosi

Yang senantiasa menghempaskan gelombang-gelombang amarah pada pada tepi pantai sang Jiwa

Aku Menyusun mutiara kesepian bersama kekasih malamku

Dan diam pada bualan-bualan yang tak henti-hentinya mewarnai dongeng-dongeng kehidupan

Dan kini kurasakan bahwa Malam ini begitu setia padaku

Page 26: Pui Siku

Mengantarkan begitu banyak hikmah melalui kegelapannya tuk menyusun sebuah skanza yang indah

Mereka yang pulas dalam kelelahannya akan iri pada kita

Sebab mereka tak pernah punya waktu menjawab pesan rahasia alam

Yang engkau bagikan di saat gelapmu bertahta

Alampun berseruling syahdu dalam resonansi dawai angin yang lembut

Hingga menggetarkan mata hati dan telinga

Maka malamku yang kukasihi.....

Pandanglah matamu yang sakral memantul di dalam telaga bening jiwaku

Yang menjadi kekuatan kita

Tuk mengagumi keindahan dari sang Penghulu Alam

Yang dititupkan dalam layar kegelapan...

Wahai kekasihku malam yang setia

Aku memiliki hati yang bening

Dan engkau menyandang cinta yang mulia

Entah malam ini, esok atau lusa

Pasti kita akan selalu berakad bersama

Page 27: Pui Siku

Suara Hati Sepasang Jiwa13 November 2011 pukul 2:13

Tulisan ini kupersembahkan buat sahabat sekaligus saudara tercinta MuammarKhairil Anwar, A.Md.Kep yang pada tanggal 12 November 2011 telah merangkai sejarah baru dalam hidupnya lewat tali perikahan yang suci... semoga babak baru dalam hidumu terangkai dengan indah sejalan dengan cinta kasihmu terhadap pasangan jiwamu. Amin...

 

 

Aku adalah laut biru yang membahana

Engkau adalah ombak yang menari menggoda di panggung angin timur

Dan pantai adalah singgasana buih-buih cinta kita

Aku adalah bulan yang merona dalam cinta

Engkau adalah bintang-bintang kecil pelipur lara

Dan malam adalah gelanggang suka cita yang akan menabur fajar dalam langkah-langkah kita

Aku adalah bukit pengharapan yang hijau

Engkau adalah lembah cita-cita yang bening

Dan lereng-lereng ketulusan yang mengirimkan sabda cinta kepada kita

Aku adalah angin yang berkelana di atas gurun

Engkau adalah debu yang terbawa terbang di balik kepakan sayapku

Dan kesejukan adalah sahabat yang menyediakan segala keinginan kita

Aku adalah jiwa yang bersujud di dalam doaku

Engkau adalah sajadah yang senantiasa menadah air mata keihlasanku

Dan kita bertasbih atas nama sang Penabur Cinta

Aku adalah tawa yang merangkai detik-detik waktu

Engkau adalah senyuman yang menyusun sepanjang masa

Page 28: Pui Siku

Dan Cinta adalah anak cucu yang terlahir darinya

Aku adalah mutiara air mata yang memberikan kesejukan di ladang cinta

Engkau adalah benih cinta yang senantiasa mengharapkan kedatanganku dalam kerendahan hatiku

Dan rindu adalah buah kehidupan yang terlahir darinya...

Kasihku...

Kita adalah terang yang terlahir dari kegelapan

Dan akan termakan pula oleh kegelapan

Namun jangan pernah takut

Sebab aku akan selalu menyertaimu sampai kita telahir kembali di keesokan harinya..

Kita adalah sepasang jiwa yang terbang di balik sayap-sayap malaikat cinta

Menari-nari di kerajaan awan

Dan singgah sejenak di sungai kautsar melepaskan dahaga

Dan melanjutkan lagi perjalanan cinta kita ke taman eden

Sampai kita terpuaskan dalam jamuannya.....

Page 29: Pui Siku

Janganlah Takut Pada Maut...!!! Sebab Ia Adalah Tamu Agung Yang Indah13 November 2011 pukul 2:04

Tulisan ini kupersembahkan untuk Almarhumah My Lovely Aunty yang kuyakini sedang bercengkerama bersama Jiwa-Jiwa Suci lainnya di Khasanah Tuhan kita diiringi oleh senandung kidung yang tercipta dari taman surgawi...Insya Allah...

 

Sang Fajar telah lahir dari rahim malam.... kidung rintihan dari seorang perempuan renta terdengar ihlas halus berdendang di dalam sebuah bilik kecil yang senyap. Ini adalah hari ketiga ia menggelar konser rintihan melodi jiwanya yang terpenjara dalam bui raga yang kelam. Diam-diam hati seorang pemuda tergores dan mulai menata bahasa hatinya dengan uraian air mata menemani nelangsa tubuh perempuan renta itu yang meski bertulang namun terkulai lemah di balik ranjang besi tua kusam. Dengan bijak dan penuh cinta kasihnya sang pemuda  merangkul tubuh perempuan renta yang kulitnya hampir menempel pada tulang-tulangnya yang sudah rapuh oleh karena daging tubuhnya hampir terkikis habis oleh benalu sakit yang setia bersamanya selama bertahun-tahun... sang pemuda itu berucap “wahai sang tua renta yang telah layu namun akan selalu tangguh perkasa di mataku, Maut itu adalah utusan Tuhan kita yang sangat setia, janganlah engkau takut padanya sebab Ia adalah Tamu Agung yang membawa sabda indah yang setiap saat inginnya akan datang berkunjung ke rumah mungil kita...sambut dan sapalah ia dengan senyummu yang lebar, jamulah dan buailah ia dengan kalam kitab suci dari bahasa hatimu dengan penuh cinta kasih agar ia mampu merasakan, melihat dan mendengarkan keihlasanmu dengan seksama dan menyentuh jiwamu dengan penuh kelembutan... jika engkau melakukannya maka jiwamu akan terbang tersenyum dan menari-nari bersama para malaikat kudus yang akan mengantarkanmu pada gerbang Khasanah Tuhan yang penuh dengan cinta kasih-Nya dan memilihkanmu sebuah taman yang suci nan indah... di sanalah engkau akan kekal bersama dengan jiwa-jiwa suci lainnya... berbahagia dan melagukan nyanyian-nyanyian indah yang tercipta dari surga,, bergegaslah engkau kesana sebab aku sudah tak tahan menyaksikan raga itu begitu jahat menyiksamu hingga akupun tak dapat membendung aliran sungai bening air  mata dari mata jiwaku...janganlah engkau lupa...bawalah pahala kebajikan bersamamu untuk membuka kunci gerbang Khasanah Tuhan kita... tunggulah aku di sana tuk membawakanmu secawan madu cinta kasih yang akan kita reguk nantinya bersama-sama. Kali ini aku hanya bisa berucap maaf padamu sebab aku tak dapat menyuguhkan kesenangan selama engkau mengembara di dunia sebab nasib kita juga sama terjebak dalam kemiskinan dan penderitaan hayati duniawi. Hanyalah air mata dalam kecupanku dan rangkulan mesra yang tulus kupersembahkan untukmu sebelum engkau berangkat bersama sang Maut. Maafkanlah aku yang tak mampu memenuhi segala keinginan-keinginanmu sebab aku masih buta dalam terang jalan dunia. Aku masih pincang dalam langkahku tuk meraih lentera kebahagiaan yang bersinar terang nun jauh di puncak pengharapan yang selalu kita impikan bersama... maafkanlah aku dalam air mataku ini yang tak mampu meneteskan peluh  sukacita yang semestinya engkau reguk dikala engkau dahaga oleh silau duniawi. Maafkanlah aku yang tak pernah bisa membawa pulang ke rumah kita dan menghidangkan kepuasan dan kelezatan di saat perutmu lapar akan kenikmatan dan kerongkonganmu dahaga akan kesegaran. Maafkanlah aku dalam diriku ini yang tak mampu menjadi atap untuk melindungimu dari sengat matahari dan menjadi selimut

Page 30: Pui Siku

penghangat jiwamu di kala malam berzirah dingin dalam gelapnya. Maafkanlah aku...!!! Maafkanlah aku...!!!”... selang beberapa saat kereta angin menderu dan sang Maut pun berpamitan berangkat bersama jiwa perempuan tua yang tak lain adalah ibu asuh pemuda itu sendiri... meninggalkan sang pemuda bersimpuh memandangi raga perempuan tua itu yang diam kaku lelap dalam tidur abadi  setelah lelah menyanyikan kidung rintihan melodi jiwa yang menguras kering muara air mata hingga sang pemuda itu tak mampu menangis lagi.....

Page 31: Pui Siku

Cedera13 November 2011 pukul 2:01

Aku cedera pada sebuah kebebasan

Kebebasan yang seharusnya kudapatkan di siang hari

Namun aku terpaksa dibaringkan dalam sebuah jerat

Jerat  yang semakin waktu semakin menghimpit jalan nafasku

Aku tak mampu berbuat, berkata apa-apa

Seperti sebuah tubuh tanpa rangka tulang

Tak mampu berlari, berjalan, menggeliat

Seperti sebuah bahasa tanpa rangkaian kata-kata

Bisu tak mampu meneriakkan arti kebebasanku

Hanyalah celotehan hati yang tak pernah bisa terungkapkan

Yang tak pernah lelah tergores dalam lembar  fikiranku yang tak berujung

Ingin kumenyerah dan berkata “aku lelah”

Tapi pada siapa? Hah…..!!! pada siapa?

Pada mereka yang selalu tertawa oleh kehebatannya?

Ataukah pada mereka yang selalu menangis oleh kegalauannya?

Jalan fikiranku seperti terbentang di antara siang dan malam

Tak mampu memilih mana yang harus kutempuh

Apakah siang yang selalu menghadirkan kebohongan dalam cerahnya

Ataukah malam yang selalu menghadirkan kejujuran dalam mata butanya

Tak ada yang sempurna,,, memang tak ada yang sempurna

Tapi setidaknya aku juga masih punya hak untuk bebas

Bebas menggeliat seperti bayi mungil merah yang baru lepas dari rahim ibunya

Page 32: Pui Siku

Bebas berbahasa seperti hutan belantara yang mengiringi alam pada nyanyian paginya

Bebas bernafas seperti hembusan udara lereng yang menebarkan bau cemara

Bebas bergerak seperti gemericik air yang jatuh di antara batu-batu anak sungai

Page 33: Pui Siku

Selamat Jalan Ainun13 November 2011 pukul 1:59

Tulisan ini kubuat pada hari Selasa 05 juli 2011 kupersembahkan kepada “Ainun” seorang bocah perempuan yang senantiasa tak kenal lelah mengarungi sisa waktunya bersama dengan penyakit ensephalitis yang telah menjadi jalan akhir hidupnya dan mengantarkannya menghadap ke pangkuan Ilahi pada senin malam pukul 23.00

 

Pagi ini......

Aku mendengar kabar duka tentangmu

Mengiang perlahan menembus kedua liang telingaku

Kabar tentang perjuanganmu yang telah berakhir tadi malam

Ya,,,, perjuangan seorang bocah lugu melawan deritanya

Namun ia harus kalah, pasrah dan menyerah

Ia tak sanggup lagi bertahan

Pada sebuah penyakit yang mengutak-atik raganya

Ensephalitis itu mengakhiri segalanya

Mengakhiri cinta kasih alaminya

Ia takkan pernah lagi menghadirkan tawa dan tangis diantara rekan-rekan ciliknya

Ia takkan pernah lagi dapat menyaksikan tarian bintang-bintang malam

Ia takkan pernah lagi mendengarkan senandung ombak laut biru di kala fajar membuka jendela matanya yang selalu bening...

Kini engkau memulai hidup barumu pada alam lain yang abadi

Segala hati bersujud beriring doa bersama ragamu yang tak bernyawa

Mengantarkan kepergianmu memasuki gerbang Khasanah Ilahi

Aku yakin Tuhan pasti akan membuatkan pelangi yang warnanya lebih indah untukmu

Hingga engkau dapat bermain leluasa

Page 34: Pui Siku

Bersama malaikat-malaikat yang senantiasa menghadirkan cinta abadi untukmu

Selamat jalan “Ainun” sayang

Bermainlah engkau sepuasnya di dalam sorgamu yang sesungguhnya.......

Page 35: Pui Siku

AINUN13 November 2011 pukul 1:54

sebuah tulisan yang menurutku tidak begitu berharga... tapi semoga bisa memberikan motivasi dalam hidup kita. tulisan ini ditulis pada hari sabtu 2 juli 2011 pada saat itu saya sangat tersentuh ketika merawat gadis cilik ini...

 

Bocah perempuan yang lugu

“Ainun” namanya

Nama yang begitu cantik,

Tapi sayang tak secantik dengan kondisinya

Sudah 3 hari ia terbaring sakit

Wajah yang begitu sembab, rambut dan perawakannya kusam

Matanya yang tak mampu berbinar

Bibirnya yang kaku tak mampu terkatup

Menampakkan gigi-gigi kecilnya yang tak utuh dan berwarna hitam

Sekujur tubuhnya  diam, kaku dan lemas

Hanya desahan-desahan nafas kecil dan sesekali ronta lengan kaki kanannya beriak.

Tak ada sedikitpun keceriaan terpancar di rona wajahnya yang mungil

Mungkin itu adalah bahasa yang ia tunjukkan kepada kita semua

Yang andaikata ia mampu berucap, akan berkata “pedulikan aku yang sedang sakit”.

“Ainun” yang seharusnya berlari-lari kecil di tepi jalan sambil menenteng boneka kecil,

Berbaur dan bermain dengan sesamanya,

Tetapi ia malah justru berbalut selang infus di tangannya.

“Ainun” yang seharusnya tertawa geli sambil menerbangkan

balon-balon udara berwarna-warni,

Page 36: Pui Siku

Tapi ia malah menerbangkan desahan-desahan nafas kelelahan dari kedua lobang hidungnya

“Ainun” yang seharusnya merengek meminta selembar uang seribu

Dan berlari-lari menggenggam es lilin sambil mengisap-isapnya sesekali

Tapi ia malah harus menelan berbagai macam obat yang sudah pasti ia tak suka rasanya

Ensephalitis, itulah diagnosa terakhir seorang dokter muda yang merawatnya.

Penyakit radang akut pada otaknya.....

Dengan wajah sendu ibunya berkata sudah sangat pasrah

Dan hari ini,,,,

Ia meminta “Ainun” tuk dibawa pulang ke rumahnya

Dengan penuh kasih sayang, sang ibu memeluk dalam gendongannya

Melangkah perlahan dengan penuh harapan dan mujizat kesembuhan bagi “Ainun” kecilnya

“Ainun” .... ia bersiap melanjutkan pertaruhan hidup mati seadanya

Pada sebuah rumah sederhana yang menjadi sorganya.

Page 37: Pui Siku

HAYALAN13 November 2011 pukul 1:44

Seperti sebuah metamorfosa yang abstrak

Segalanya telah berubah,,,,berubah pada arah yang tak jelas

Apa, siapa dan bagaimana diriku?

Seperti tak mampu aku kenali lagi

Setiap waktu hanya berhayal

Membuatku menjadi lelaki penghayal tanpa batas waktu

Memang, tak ada yang dapat menentangku untuk berkhayal

Tapi seolah aku terpisah dengan diriku

Seperti bercermin pada cermin kebohongan

Dan membuatku terlena dengan bayangan yang sebenarnya bukan diriku

Mungkinkah karna waktu yang sudah sangat mendesak?

Tapi aku masih belum mampu berbuat apa-apa

Ataukah karena fikiranku yang sudah teracuni

Oleh realita yang semakin hari semakin tak mampu berkata jujur

Aku berharap

Semoga esok masih ada embun pagi yang dapat kupetik

Di antara rumput-rumput yang semakin usang

Semoga esok masih ada daun-daun hijau nan basah

Yang senantiasa menari dan bersenandung

Semoga esok masih ada marvoamatonte terbang dan menyapa bunga-bunga

Lalu datang kepadaku menyuguhkan secawan madu

Dan semoga esok hayalan ini tak hanya sekedar hayalanku saja.....

Page 38: Pui Siku

Wahai Hatiku28 Oktober 2011 pukul 23:26

Wahai hatiku yang suci

Segalanya  hanyalah titipan, sayangku

engkau dan aku harus tahu itu

Jika Tuhan kita sudah memintanya kembali

Jangan pernah bersikeras meronta dan menggila dan mempertahankan ego

Relakan ia pergi meski dengan tetesan air mata keihlasan

Jika engkau melakukan demikian

Air matamu itu akana menjadi butiran berlian yang akan mencerahkanmu kembali

 

Wahai hatiku yang bijaksana

Engkau adalah pintu ilham dalam hidupku

Aku akan menjadi lara jika engkau menderita

Aku akan menjadi sendu jika engkau bisu

Sebab aku selalu berada di belakang kehendakmu

Memang Tuhan kita menjadikan kita dalam satu

Engkau yang bertahta dengan cintamu menyatu dengan aku yang bersimpuh dalam ragaku

 

Wahai hatiku yang mulia

Tak ada penyanding yang layak bagimu selain aku dan Tuhan kita

Aku  mengajakmu untuk bersabar

Sebab tuhan selalu punya ikrar baik untuk kita

Tak ada hak bagi kita untuk memarahi dan menyangkali bahkan menyesali

Apa yang telah lepas dan terbang jauh dalam kepakan sayap yang tak berpaling

Page 39: Pui Siku

Demikian pula jika suatu masa aku harus pergi meninggalkanmu

Tuhan menciptakanku hanyalah sebagai bayang-bayang fana

Yang menjadi roda gerak kemana engkau ingin bergulir

Namun, jangan khawati! Tuhan akan memisahkan kita jika engkau sudah kaya akan hikmad

 

Wahai hatiku yang perkasa

Kibarkanlah panji ketegaran di atas bukit hijau yang tinggi

Kuburlah deritamu di dalam palung terdalam di dasar laut terluas di bumi ini

Ingatlah.... kita masih harus berkelana jauh

Tuk mencari ilham yang masih terhampar di dalam hutan belantara

Yang masih terapung-apung di permukaan samudera biru

Yang masih tertimbun di antara gurun-gurun bumi yang panas berdebu

Yang masih membeku di dalam kristal-kristal kutub

Yang masih bertebaran di awan-awan cakrawala

Yang masih bersembunyi di balik cangkang gunung dan lembah

 

Wahai hatiku yang anggun

Hiasilah hidup kita dengan keindahanmu

Biarkanlah kesengsaraan berselimut dalam pekat malam

Jangan pernah terperdaya oleh kehadirannya

Aku dan ragaku akan sangat tersiksa

Jika engkau tenggelam oleh tipu daya kesengsaraan

 

Wahai hatiku yang setia

Berjanjilah padaku tidak akan pernah meninggalkanku dalam kebodohanku

Page 40: Pui Siku

Hingga jika masanya tiba

segalanya dapat berakhir pada singgasana yang bertahtakan kalimah syahadat

Engkau akan terbang dengan sayapmu memasuki gerbang kerajaan Tuhan kita

dan Aku dan ragaku akan tenggelam membusuk di dalam tanah

Jangan pernah disesali

Sebab itu adalah kodrat indah dari Tuhan kita

Page 41: Pui Siku

Curhatku Pada Allah9 Oktober 2011 pukul 0:55

Allahku......

Engkau selalu menggandeng tanganku kemanapun aku melangkah

Engkau menyibak senyum yang membuatku tersipu malu

yang membuatku yakin engkau sangat sayang padaku

Allahku.......

Engkau sangat menghargai langkah yang kupilih

Meski Tak ayal kegagalan datang silih berganti

aku tetap senyum padamu....

dan menanam rasa cinta yang lebih mendalam untukmu

karena aku selalu yakin

di balik kegagalan itu

engkau selalu menyimpan rejeki yang istimewa buatku

keyakinan inilah

yang selalu mengajakku bergairah untuk terus melangkah

Allahku...

kali ini jika aku melangkah

harap jangan pernah lepaskan gandengan tanganmu untukku

sebab aku hanyalah bayi mungil tak berdaya jika tanpamu

dibalik sujudku kudendangkan keagungan Asmamu lewat doaku

berharap ridho pada setiap langkah-langkahku

dalam setiap sempatku

kudongengkan bahasa Qur'an hanyalh untukmu

supaya engkaku tetap sayang padaku

Page 42: Pui Siku

Allahku.....

terima kasih tak berujung kusimfonikan untukmu

 

InsyaAllah.... aku akan selalu sayang padaMu

Jagalah aku dan langkahku

sebagaimana aku yakin kau tak akan pernah letih dan tertidur

Meski aku sudah letih dan tertidur

Page 43: Pui Siku