publikasi icor kab bima 2012

31
KERJA SAMA BAPPEDA KABUPATEN BIMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BIMA ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO ) KABUPATEN BIMA 2012

Upload: heru-susilo

Post on 22-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

  • KERJA SAMA BAPPEDA KABUPATEN BIMA

    DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BIMA

    ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO )

    KABUPATEN BIMA 2012

  • ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO )

    KABUPATEN BIMA 2012

    KERJA SAMA BAPPEDA KABUPATEN BIMA

    DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BIMA

    ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO ) KABUPATEN BIMA 2012

    ISBN : 979-599-698-3

    Katalog BPS : 9201002.5206

    No Publikasi : 52060. 1342

    Ukuran Buku : 21 x 16 cm

    Jumlah Halaman : 53

    Naskah : Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik Kabupaten Bima

    Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik Kabupaten Bima

    Diterbitkan Oleh : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima

    Dicetak Oleh :

    Boleh Dikutip Dengan Menyebutkan Sumbernya

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 i

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya publikasi

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima

    Tahun 2011. Publikasi ini hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Bima dan

    BPS Kabupaten Bima.

    Publikasi ini melingkupi data-data tentang Pembentukan Modal

    Tetap Bruto (PMTB) yang dilakukan oleh sembilan sektor ekonomi di

    Kabupaten Bima baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

    konstan 2000. Berdasarkan data PMTB ini serta data PDRB Kabupaten

    Bima dihitunglah nilai ICOR Kabupaten Bima. Nilai ICOR yang disajikan

    disini selama tahun 2010 2012 serta rata-ratanya.

    Kami menyadari bahwa publikasi ini masih banyak kekurangannya

    khususnya menyangkut data-data pendukungnya. Kami berharap banyak

    masukan dari semua pengguna data untuk perbaikan sejenis di masa yang

    akan datang. Kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan

    publikasi ini diucapkan terima kasih.

    Woha, Juni 2013

    BPS KABUPATEN BIMA Kepala,

    Rusdy Muhammad,S.Si NIP. 19580321 197912 1 001

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 ii

    SAMBUTAN

    Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas terbitnya publikasi

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012.

    Publikasi ini hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Bima dan BPS Kabupaten

    Bima.

    Data ICOR bisa menjadi ukuran efisiensi penggunaan barang-

    barang modal yang dilakukan oleh sektor ekonomi. Data ini juga bisa

    dimanfaatkan untuk menentukan seberapa besar kebutuhan modal jika

    kita menginginkan laju pertumbuhan ekonomi tertentu. Selain itu masih

    banyak yang dapat dilakukan dengan menggunakan data ICOR ini.

    Kami berharap data ICOR Kabupaten Bima ini dapat dimanfaatkan

    oleh para perencana ekonomi yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah

    Kabupaten Bima, khususnya demi kemajuan daerah Mataram. Akhirnya

    kepada semua pihak yang ikut berperan sehingga terbitnya publikasi ini

    kami ucapkan banyak terima kasih.

    Woha, Juni 2013

    BAPPEDA KABUPATEN BIMA Kepala,

    Drs. Muzakir, MSc NIP. 19610403 198603 1 021

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ii

    SAMBUTAN iii

    DAFTAR ISI... iv

    DAFTAR TABEL.. v

    DAFTAR GRAFIK v

    DAFTAR LAMPIRAN vi

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang.. 1

    1.2. Maksud dan Tujuan 4

    1.3. Ruang Lingkup.. 5

    1.4. Sistematika Penulisan. 5

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep Rasio Modal Output. 7

    2.2. Pengertian Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 9

    2.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 12

    2.4. Pengertian Investasi dan Modal 16

    2.5. Pengertian Output 19

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 iv

    BAB III. METODOLOGI

    3.1. Data dan Keterbatasannya 20

    3.2. Rumus ICOR yang digunakan. 21

    3.3. Koefisien ICOR yang negative 25

    3.4. Koefisien ICOR yan besar. 26

    3.5 Penghitungan Nilai PMTB atas Dasar Harga Konstan 26

    BAB IV. ANALISIS

    4.1. Investasi 28

    4.2. PMA dan PMDN. 33

    4.3. Koefisien ICOR.... 34

    BAB V. KESIMPULAN. 40

    LAMPIRAN.. 42

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 v

    DAFTAR TABEL

    1. Nilai PDRB dan Investasi Kabupaten Bima Tahun 2011-2012...

    30

    2. Struktur Investasi atau PMTB Atas Dasar Harga Konstan Di Kabupaten Bima Tahun 2011-2012

    31

    3. Perkiraan Nilai ICOR di Kabupaten Bima Tahun 2011 2012

    38

    DAFTAR GRAFIK

    1. PMTB atas dasar harga berlaku dan PMTB atas dasar harga konstan 2010 -2012.....

    29

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 vi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. PDRB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010-2012..

    43

    2. PDRB Kabupaten Bima atas dasar harga konstan 2000 tahun 2010-2012

    44

    3. PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012.

    45

    4. PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012.

    46

    5. Distribusi PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012

    47

    6. PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga konstan 2000 tahun 2010 2012.

    48

    7. Laju Pertumbuhan PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012

    49

    8. Laju Pertumbuhan PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga konstan 2000 tahun 2010 2012..

    50

    9. ICOR Kabupaten Bima Per SektorTahun 2010-2012.. 51

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan ekonomi

    suatu daerah adalah tersedianya data-data statistik yang dapat

    digunakan sebagai bahan dasar perencanaan. Aspek perencanaan

    merupakan faktor yang penting dalam menentukan arah dan

    besaran hasil-hasil pembangunan yang akan di capai. Hasil-hasil

    pembangunan yang telah dicapai kemudian perlu di evaluasi dan di

    analisis sehingga dapat dijadikan masukan yang berharga bagi

    perencanaan pembangunan yang akan datang.

    Keberhasilan pembangunan ekonomi yang tidak bisa lepas

    dari unsur-unsur penunjang, salah satu diantaranya adalah

    investasi. Diantara fungsi investasi adalah untuk meningkatkan

    kapasitas produksi, sehingga peningkatan investasi akan berakibat

    pada meningkatnya volume produksi yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya pertumbuhan

    ekonomi akan mengarah pada penyerapan tenaga kerja dan

    peningkatan kemakmuran.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 2

    Berdasarkan teori Keynes bahwa penggerak ekonomi

    adalah konsumsi dan investasi (Y = C + 1). Diantara keduanya,

    investasi memiliki peran dan manfaat yang lebih besar

    dibandingkan dengan konsumsi. Ekonomi yang tumbuh karena

    peningkatan investasi selalu menjadi harapan setiap

    daerah/wilayah. Karena itu, berbagai cara dan promosi dilakukan

    oleh setiap daerah untuk menarik investor guna menanamkan

    investasinya di daerah. Kebutuhan investasi lebih terasa bagi

    daerah dalam tahap berkembang seperti Kabupaten Bima.

    Kebutuhan investasi di suatu daerah perlu direncanakan.

    Target pertumbuhan ekonomi realistis yang sudah ditentukan

    dapat dijadikan panduan dalam menentukan kebutuhan investasi.

    Karena antara investasi dan pertumbuhan ekonomi memiliki suatu

    keterkaitan yang terangkum ke dalam instrument statistik berupa

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

    ICOR merupakan sebuah indikator yang menghubungkan

    besarnya investasi atau pembentukan modal dengan pertambahan

    output. Dengan adanya indikator ini, para penyusun rencana

    pembangunan ekonomi dapat mengetahui berapa investasi yang

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 3

    dibutuhkan agar ekonomi tumbuh sesuai dengan target yang telah

    di tentukan.

    Secara ideal, ICOR dapat menggambarkan besarnya tingkat

    efsiensi penggunaan barang modal dalam suatu kegiatan

    perekonomian. Semakin rendah nilai koefisen ICOR semakin efisien

    perekonomian suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. Namun

    demikian, koefisien ICOR yang tinggi bisa terjadi karena investasi

    yang ditanamkan belum menghasilkan, atau sudah menghasilkan

    tetapi belum mencapai kapasitas produksi yang maksimal ( Full

    Capacity). Hal ini dapat terjadi pada pembangunan awal atau pada

    usaha-usaha yang membutuhkan waktu cukup lama untuk

    berproduksi, seperti investasi di perkebunan yang memerlukan

    waktu yang cukup panjang untuk mulai berproduksi.

    Selain menggambarkan tingkat efisiensi dan penentu

    kebutuhan investasi secara total, ICOR juga dapat dimanfaatkan

    untuk menentukan kebutuhan investasi pada masing-masing sektor

    ekonomi. Hal ini memungkinkan jika didukung dengan target

    pertumbuhan ekonomi sektoral dan ICOR per sektor ekonomi.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 4

    Dengan pertimbangan manfaat ICOR yang demikian besar

    bagi perencanaan pembangunan ekonomi, maka dilakukan

    penghitungan untuk mendapatan besaran ICOR di Kabupaten Bima

    tahun 2011.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Penyusunan publikasi studi ICOR Kabupaten Bima Tahun

    2012 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan data

    indikator ekonomi makro yang dapat digunakan sebagai bahan

    perencanaan pembangunan di Kabupaten Bima.

    Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah:

    1. Untuk mengetahui besarnya ICOR per sektor ekonomi di

    Kabupaten Bima

    2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam penggunaan barang

    modal di masing-masing sektor ekonomi pada tahun 2011

    3. Untuk mengetahui struktur pembentukan barang modal per

    sektor ekonomi di Kabupaten Bima pada tahun 2011.

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 5

    1.3 Ruang Lingkup

    Wilayah cakupan dalam penyusunan ICOR ini adalah daerah

    Kabupaten Bima. ICOR yang akan disusun meliputi 9 sektor

    ekonomi sesuai dengan lapangan usaha dalam PDRB.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Penulisan dalam publikasi ini terdiri dari lima bab yaitu

    Bab 1 berupa Pendahuluan . Pada bab ini mengulas

    mengenai latar belakang penulisan, maksud dan tujuan, ruang

    lingkup dan sistematika penulisan.

    Bab 2 berupa Tinjauan Pustaka. Pada Bab ini mengulas

    mengenai konsep dan pengertian dari ICOR, Pembentukan Modal

    Tetap Bruto (PMTB), investasi dan modal serta pengertian dari

    output.

    Bab 3 berupa Metodologi. Bab ini membahas mengenai

    metode dan penghitungan dari ICOR serta penghitungan PMTB.

    Bab 4 berupa Analisis. Pada bab ini menganalisis terhadap

    struktur penggunaan barang-barang modal per sektor ekonomi,

    ICOR per sektor ekonomi dan implikasinya.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 6

    Bab 5 berupa kesimpulan. Pada bab ini akan diberikan

    kesimpulan dari apa yang diperoleh dalam penghitungan ICOR,

    termasuk juga akan diberikan saran saran yang mungkin dapat

    dimanfaatkan oleh pengguna data.

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Rasio Modal-Output

    Pengertian ICOR sebenarnya lahir berdasarkan konsep rasio

    modal terhadap output. Konsep rasio modal-output/COR (Capital

    Output Ratio) atau dapat juga disebut sebagai koefisien modal,

    menunjukkan hubungan antara nilai investasi modal dan nilai

    output. COR menunjukkan jumlah modal yang di perlukan untuk

    memproduksi satu unit output. Sebagai ilustrasi, bila rasio modal

    output dalam ekonomi dikatakan 5 : 1, berarti diperlukan investasi

    modal sebesar Rp. 5 untuk menghasilkan output ( pendapatan)

    sebesar Rp. 1, Jadi ICOR dapat juga didefinisikan sebagai suatu

    hubungan yang tercipta antara investasi yang dilakukan dengan

    pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut.

    Didalam ilmu ekonomi dikenal 2 macam konsep rasio modal-output

    yaitu:

    1. Rasio modal-output rata-rata ACOR ( Average Capital Output

    Ratio)

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 8

    2. Rasio modal-output marginal/ICOR (Incremental Capital Output

    Ratio)

    Rasio modal-output rata-rata/ACOR menunjukkan

    hubungan antara persediaan modal yang ada dengan arus output

    lancar yang dihasilkan. Nilai COR diperoleh dengan cara

    membandingkan antara akumulasi modal yang digunakan dengan

    jumlah output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu.

    Dengan kata lain, Rasio modal output rata-rata (ACOR)

    menunjukkan segala sesuatu yang telah diinvestasikan pada masa

    lalu dan pada keseluruhan pendapatan. Konsep rasio modal-

    output rata-rata disebut juga sebagai konsep statis.

    Sedangkan rasio modal output marginal (ICOR),

    menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan output

    (pendapatan) AY, yang dihasilkan dari kenaikan tertentu pada

    persediaan modal, AK ICOR dapat digambarkan sebagai AK/AY.

    Rasio modal output marginal/ICOR menunjukkan besarnya

    tambahan kapasitas (investasi) baru yang dibutuhkan untuk

    menaikkan /menambah satu unit output. Konsep rasio modal

    output marginal disebut juga sebagai konsep dinamis, karena

    menunjukkan tambahan atau kenaikan.

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 9

    Konsep yang sering digunakan untuk melihat perilaku

    investasi (efisiensi) dan kebutuhan pada masa yang akan datang

    adalah konsep ICOR.

    2.2 Pengertian Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

    Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Sir Ray

    Harrod dan Evsey Domar yang kemudian di kenal dengan nama

    Harrod Domar Model. Pada intinya teori ini menunjukkan adanya

    hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi dan

    kemampuan masyarakat dalam menghasilkan output. Semakin

    tinggi peningkatan stok kapasitas produksi (AK) semakin tinggi pula

    pada tambahan output (AY) yang dapat dihasilkan.

    Menurut teori, ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik

    ataupun nilai. Namun untuk memudahkan dalam praktek

    penghitungan. ICOR selalu diukur dalam bentuk nilai. Bukanlah hal

    yang mudah untuk memperkirakan koefisien COR ataupun ICOR

    guna mendapatkan gambaran tentang kebutuhan investasi pada

    masa yang akan datang. Karena keadaan koefisien tersebut tidak

    hanya ditentukan oleh investasi yang ditanamkan saja, akan tetapi

    di pengaruhi pula oleh tingkat penerapan dan perkembangan

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 10

    tehnologi yang digunakan dalam proses produksi, seperti kapasitas

    produksi yang digunakan, termasuk juga dalam perkembangan

    tenaga kerja (Labor).

    Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio antara

    penambahan modal (investasi) terhadap tambahan output. ICOR

    dapat di notasikan sebagai berikut:

    ICOR = AK

    AY

    Dimana:

    AK = Investasi atau penambahan kapasitas

    AY = Pertumbuhan output

    Dalam merumuskan suatu rencana, ICOR dperlukan untuk

    menghitung laju pertumbuhan perekonomian, Sebagai ilustrasi,

    anggaplah kita ingin menaikkan output Kabupaten Bima menjadi

    sebesar Rp. 10 milyar dan anggap ICORnya sebesar 2. Dalam hal ini

    tambahan yang diperlukan untuk persediaan modal yang

    dibutuhkan bagi investasi baru akan menjadi 10 x 2 = Rp. 20 milyar.

    Anggaplah tingkat output Kabupaten Bima yang sedang berjalan

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 11

    Rp. 1000 milyar dan tingkat tabungan 4 persennya, maka tabungan

    regional Kabupaten Bima akan menjadi Rp. 40 milyar. Selanjutnya

    tabungan regional Kabupaten Bima ini dapat diinvestasikan untuk

    tujuan meningkatkan output Kabupaten Bima. Berdasarkan ICOR 2

    itu, jumlah tabungan dan investasi akan menaikkan output

    Kabupaten Bima sampai Rp. 20 milyar (Rp. 40 milyar dibagi 2). Ini

    memberikan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima sebesar 2

    persen setahun (20 x 100%/1000). Kita juga dapat menghitung laju

    pertambahan ekonomi Kabupaten Bima dengan membagi rasio

    tabungan itu dengan ICOR, yaitu 4%/2 = 2 persen.

    Sebenarnya tambahan output tidak hanya disebabkan oleh

    investasi yang ditanamkan, akan tetapi juga oleh faktor-faktor lain

    di luar investasi, seperti tambahan tenaga kerja dan kemajuan

    tehnologi. Tetapi, dalam penerapannya untuk menghitung ICOR di

    pakai asumsi bahwa tidak ada faktor lain yang mempengaruhi

    output selain investasi, dengan kata lain faktor-faktor lain di luar

    investasi dianggap konstan.

    Investasi yang dimaksud di sini tidak hanya yang

    ditanamkan dalam satu tahun, tetapi juga investasi pada periode

    sebelumnya. Akibat dari mengkonstankan pengaruh tehnologi,

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 12

    maka dalam penerapannya besaran ICOR sebaiknya dipakai untuk

    antisipasi kebutuhan investasi jangka waktu yang tidak terlalu

    panjang.

    2.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto

    Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) secara definitif

    diartikan sebagai proses pengadaaan, pembuatan serta pembelian

    barang modal (capital goods) untuk keperluan produksi (tidak

    termasuk inventori). Termasuk pula disini peralatan lain yang akan

    digunakan dalam proses produksi secara terus menerus

    (repentedly) dan berkesinambungan (continuously). Barang modal

    mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, yang akan mengalami

    penyusutan baik secara teknis ( dilihat dari usia pakai) maupun

    nilai ekonomisnya. Proses penyusutan inilah yang akan

    mempengaruhi penilaian atas barang-barang modal tersebut.

    Dengan demikian PMTB disini menggambarkan adanya

    proses penambahan serta pengurangan barang modal, pada satu

    tahun tertentu. Istilah bruto mengindikasikan bahwa di dalam

    PMTB tersebut masih termasuk unsur penyusutan, atau nilai

    barang modal sebelum diperhitungkan nilai ausnya (nilai

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 13

    perolehan). Dimana penyusutan tersebut menggambarkan besaran

    nilai ausnya barang modal akibat keterlibatannya dalam suatu

    proses produksi. Dan keruguan tersebut akan dikompensasikan

    oleh produsen terhadap pengeluaran produksinya (biaya primer),

    PMTB dikurangi penyusutan sama dengan Pembentukan Modal

    Tetap Neto ( PMTN) atau di sebut pula sebagai nilai buku (book

    value)

    Secara garis besar penggolongan PMTB ini dibedakan

    menurut jenis barang modal yang berupa:

    a. Bangunan/konstruksi

    Adalah pengeluaran untuk pembentukan modal tetap

    dalam bentuk bangunan atau konstruksi yang terdiri

    atas :

    Bangunan tempat tinggal (residential Bulidings):

    mencakup bangunan rumah untuk tujuan

    digunakan sebagi tempat tinggal, baik jadi

    maupun setengah jadi

    Bangunan bukan tempat tinggal (non residential

    buildings): mencakup bangunan bukan untuk

    digunakan sebagai bukan tempat tinggal seperti

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 14

    bangunan kantor, bangunan pabrik dan

    sebagainya, baik jadi maupun setengah jadi.

    Bangunan atau konstruksi lainya diantaranya

    seperti: jalan, jembatan, irigasi, pembangkit

    tenaga listrik dan jaringannya, instalasi

    telekomunikasi, pemancar televisi, terminal dan

    pelabuhan, serta jaringan pipa untuk minyak,

    gas, dan air baik jadi maupun setengah jadi.

    Perbaikan secara besar-besaran untuk bangunan

    tersebut.

    b. Mesin-mesin

    Adalah pengadaan mesin-mesin dan perlengkapannya

    diantaranya untuk kegiatan pertanian, pertambangan

    dan penggalian, industri pengolahan, pembangkit listrik,

    pembuat jalan, jembatan, perlengkapan kantor, hotel,

    restoran, toko, pelabuhan, bangunan sekolah dan

    rumah sakit.

    c. Alat-alat transportasi

    Adalah pengadaan alat-alat atau sarana angkutan

    seperti: kereta api, kapal laut, pesawat udara, mobil

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 15

    angkutan penumpang bermotor, mobil angkutan barang

    bermotor, mobil angkutan tidak bermotor, mobil

    angkutan barang tidak bermotor dan sejenisnya.

    d. Ternak (untuk diambil hasil-hasilnya)

    Meliputi pengeluaran untuk pengadaan ternak,

    pembibitan dan pemeliharaan ternak untuk diambil

    hasil-hasilnya, termasuk pula yang pemeliharan ternak

    untuk dipakai tenaganya. Jenis-jenis tersebut adalah

    sapi, kuda, kerbau, domba, kambing, ayam, bebek dan

    sejenisnya.

    e. Perlengkapan

    Mencakup pengadaan untuk peralatan listrik, perlatan

    yang terbuat dari logam dan peralatan serta

    perlengkapan yang terbuat dari kain dan kulit seperti

    karpet, furniture dan sebagainya.

    f. Barang modal lainnya

    Mencakup pengadaan barang-barang elektronik,

    barang-barang komunikasi termasuk perlengkapannya,

    alat ukur, alat musik, alat olahraga, perabot

    rumahtangga yang terbuat dari bambu dan rotan,

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 16

    barang terbuat dari kaca, keramik dan barang dari

    bahan bukan logam.

    Untuk selanjutnya data PMTB akan disajikan dalam format matrik

    dari tahun 2010 sampai 2011. PMTB akan disajikan menurut harga

    berlaku dan konstan 2000. Penyajian PMTB ini berdasarkan 9

    sektor ekonomi dan 4 kelompok barang modal (bangunan, alat

    transportasi, mesin-mesin dan lainnya.

    2.4. Pengertian Investasi dan Modal

    Dalam konsep ekonomi makro, penimbunan/penumpukan

    modal selalu dianggap investasi. Secara pengertian modal ini

    sendiri adalah seluruh peralatan dan prasarana fisik yang

    digunakan dalam proses produksi seperti tanah , mesin, kendaraan,

    gedung, jalan, jembatan dan sebagainya.

    Ditinjau dari sisi penggunaan barang, investasi merupakan

    nilai semua penggunaan barang modal baru yang dapat

    menghasilkan satu unit output dan berumur lebih dari satu tahun.

    Sedangkan untuk barang/alat produksi yang berumur kurang dari

    satu tahun atau habis pakai dalam proses produksi tidak

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 17

    digolongkan sebagai barang investasi, melainkan sebagai barang

    input antara (intermediate input)

    Cakupan dari pengertian barang modal baru dalam konsep ini

    adalah:

    1. Barang modal yang baru diproduksi serta baru digunakan,

    baik berasal dari produksi daerah yang bersangkutan

    maupun yang berasal dari luar negeri dan luar daerah.

    2. Barang modal bekas yang berasal dari luar daerah maupun

    dari luar negeri.

    Pada system pembukuan neraca perusahaan, yang

    dimaksud dengan modal adalah harta tetap (fixed assets). Modal

    sering disebut sebagai gross capital stock yaitu

    akumulasi/penumpukan modal baru dari tahun ke tahun yang

    digunakan untuk menghasilkan produksi.

    Secara umum perusahaan dianggap telah

    mempertimbangkan kondisi ekonomi makro dalam membuat

    keputusan mengenai akumulasi stok barang. Jika ada

    kecenderungan harga bahan baku akan melonjak, perusahaan bisa

    memutuskan untuk melakukan akumulasi bahan baku. Jadi

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 18

    perusahaan stok dalam hal ini bisa dikategorikan sebegai bagian

    dari pembentukan modal investasi.

    Ditinjau dari sisi konsumsi, pengertian investasi adalah

    konsumsi pada waktu/periode yang akan datang (future

    consumption), atau konsumsi yang ditangguhkan untuk masa yang

    akan datang.

    Ditinjau dari sisi jumlah permintaan (aggregate demand),

    investasi ini merupakan selisih pembelian barang modal baru

    dengan penjualan barang modal lama yang dilakukan oleh

    perusahaan, pemerintah dan lembaga-lembaga swasta nirlaba. Jadi

    investasi adalah tambahan neto atas barang modal.

    Dalam konsep ICOR disini, investasi yang dimaksud adalah

    total dari pembentukan modal tetap (fixed capital formation) yang

    terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan dan

    sebagainya.

    Nilai yang diperhitungkan dalam investasi mencakup:

    1. Pembelian barang modal baru

    2. Pembuatan/perbaikan besar barang yang sifatnya

    menambah umur atau meningkatkan kemampuan

    3. Penjualan barang modal bekas

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 19

    Nilai investasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian

    barang modal dan perbaikannya dikurangi penjualan barang modal.

    2.5. Pengertian Output

    Output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan

    seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal dan

    kewiraswastaan dalam menghasilkan barang dan jasa.

    Hasil atau pendapatan yang diperoleh di luar dari

    pemanfaatan barang modal tidak dimasukkan sebagai output.

    Misalnya keuntungan dari penjualan barang modal (seperti gedung,

    kendaraan dan peralatan) dan pendapatan dari jasa yang dijual

    kepada pihak lain.

    Namun demikian, sebenarnya nilai yang diciptakan oleh

    faktor produksi ini tidak sebesar output yang dihasilkan, karena

    dalam proses produksi diperlukan bahan-bahan baku penolong

    yang merupakan hasil produksi kegiatan sekor lain. Dengan

    demikian, nilai yang diciptakan oleh faktor produksi itu merupakan

    hasil pengurangan dari output dengan nilai bahan baku dan bahan

    penolong. Nilai yang diciptakan inilah yang disebut dengan Nilai

    Tambah Bruto (NTB). Selanjutnya dalam penghitungan ICOR ini

    konsep output yang digunakan adalah Nilai Tambah Bruto (NTB).

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 20

    BAB 3

    METODOLOGI

    3.1. Data dan keterbatasannya

    Dalam rangka penyusunan ICOR Kabupaten Bima 2012

    dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang

    dimaksud berupa data primer maupun sekunder. Data primer

    diperoleh dengan melakukan Survei Khusus Pembentukan Modal

    (SKPM) langsung ke sumber data (responden). Pengumpulan data

    primer ini dilakukan melalui wawancara dengan membawa

    kuesioner. Respondennya adalah perusahaan-perusahaan yang

    terpilih sebagai sampel.

    Pemilihan responden ini dilakukan secara purposive

    sampling. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah yang

    paling berpengaruh (memilki asset/omset terbesar) di sektor

    ekonomi masing-masing.

    Selain survey SKPM, data primer juga diperoleh dari survei

    yang rutin dilakukan oleh BPS. Diantaranya survei Industri

    Besar/Sedang, selain itu data juga diperoleh dari Survei Khusus

    Perusahaan Swasta Non Finansial (SKPS) dan Survei Khusus

    Pendapatan Regional (SKPR) dan survei survei lainnya.

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 21

    Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan

    sumber-sumber lainnya, seperti BKPMD, Pemda dan Bank

    Indonesia. Data sekunder yang diperoleh tidak begitu rinci sehingga

    perlu dilengkapi dengan data hasil survei.

    Diakui bahwa data yang diperoleh masih sangat terbatas.

    Selain karena merupakan hasil sampel juga karena data-data

    lainnya kurang lengkap. Sehingga pada akhirnya dilakukan estimasi

    dengan menggunakan data yang ada untuk mendapatkan data

    PMTB. Sebagai control total (CT) pada estimasi ini adalah nilai

    PMTB total yang terdapat pada PDRB menurut penggunaan.

    Data yang diperoleh baik melalui survei maupun kompilasi

    dari sumber-sumber yang ada masih menurut harga berlaku.

    Sedangkan pada penghitungan ICOR dibutuhkan data atas dasar

    harga konstan. Untuk menghitung data PMTB menurut kelompok

    barang modal. Angka PMTB konstan diperoleh dengan cara

    mendeflate angka PMTB berlaku dengna IHPB masing-masing

    kelompok modal.

    3.2. Rumus ICOR yang digunakan

    Berdasarkan bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus

    dasar dalam penghitungan ICOR adalah:

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 22

    ICOR = AK (1) AY

    Dimana:

    AK = Investasi atau penambahan kapasitas

    AY = Pertumbuhan output

    Pada publikasi ini, penghitungan ICOR tetap menggunakan

    rumus seperti pada rumus (1). Akan tetapi AK yang dimaksud

    adalah nilai PMTB selama periode satu tahun (dalam hal ini tahun

    2010 dan 2011). Sedangkan AY yang dimaksud adalah nilai absolut

    pertumbuhan PDRB Kabupaten Bima selama periode yang sama,

    sehingga rumus ICOR diatas menjadi seperti berikut:

    PMTBt ICORt=______________ .. (2) PDRBt PDRBt-1

    Dimana:

    PMTB : Pembentukan Modal Tetap Bruto

    PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

    t : Tahun ke t

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 23

    Semua nilai dalam penghitungan ICOR ini berdasarkan atas

    dasar harga konstan. Dalam hal ini tahun dasar yang gunakan

    sesuai dengan tahun dasar dalam penghitungan PDRB yaitu tahun

    2000. Untuk mendapatkan PMTB atas dasar harga konstan

    digunakan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai

    dengan kelompok barang modal.

    Data ICOR yang akan disajikan dalam publikasi ini, disusun

    sampai dengan sektor ekonomi sesuai dengan 9 sektor ekonomi

    dalam PDRB. Oleh karena itu, rumus (2) diatas perlu di modifikasi

    karena hanya untuk menghitung ICOR secara total. Untuk

    keperluan penghitungan ICOR per sektor digunakan rumus sebagai

    berikut:

    PMTB j t ICORjt=______________. (3) NTB j t NTB

    j t-1

    Dimana:

    NTB j t : Nilai Tambah Bruto sektor j pada tahun t

    PMTB j t : Pembentukan Modal Tetap Bruto pada sektorj di

    tahun t

    Asumsi dasar yang digunakan dalam penghitungan ICOR

    dengan menggunakan rumus (2) maupun (3) adalah bahwa semua

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 24

    investasi/PMTB yang ditanamkan pada tahun tersebut langsung

    digunakan dan menghasilkan output pada tahun itu juga. Dan ini

    merupakan satu kelemahan dalam penghitungan ICOR karena pada

    kenyataannya tidak semua investasi/PMTB yang ditanamkan

    langsung dipergunakan serta dapat menghasilkan output pada

    tahun ini juga. Asumsi ini harus dilakukan karena keterbatasan data

    yang dimiliki serta karena memang sangat sulit untuk mendapatkan

    data secara lengkap. Perlu suatu penelitian yang lebih panjang

    untuk memperoleh data pengunaan PMTB yang ditanamkan.

    Asumsi di atas akan sedikit teratasi jika dalam menghitung

    ICOR digunakan rata-rata data series yang cukup panjang. Karena

    akan terjadi cancel out antara data tahun tahun tersebut.

    Kelemahan lain dari rumus ICOR di atas adalah jika NTB

    mengalami pertumbuhan yang negatif, maka nilai ICOR sulit

    diartikan karena rumus di atas akan mengasilkan nilai ICOR yang

    negatif.

    Asumsi dasar lainnya yang digunakan dalam penghitungan

    ICOR ini adalah perubahan/kenaikan output semata-mata

    disebabkan karena adanya perubahan capital atau investasi.

    Sedangkan faktor faktor lain diluar investasi tidak

    dipertimbangkan dalam penghitungan ini, seperti faktor tenaga

    kerja.

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 25

    3.3. Koefisien ICOR Negatif

    Koefisien ICOR negatif dapat terjadi jika output/NTB pada

    satu waktu tertentu (Yt-s) lebih kecil daripada tahun sebelumnya

    (Yt+s-1). Penurunan output/NTB terjadi jika ada sebagian barang

    modal dijual. rusak atau tidak diaktifkan karena alasan tertentu.

    Walaupun mungkin ada penambahan barang modal baru (It), tetapi

    sementara itu barang modal baru tersebut belum berproduksi atau

    telah berproduksi namun output yang dihasilkan relatif sangat kecil

    dibandingkan dengan output sebelumnya. Sehingga, selisih output

    pada tahun ditanamkan investasi (tahun t+s) dengan tahun

    sebelumnya (t+s-1) bernilai negatif. Pada gilirannya koefisien ICOR

    pun menjadi negatif.

    Dengan demikian penanaman barang modal baru belum

    menghasilkan output secara optimal, atau bisa dikatakan investasi

    yang ditanamkan belum/tidak efisien pada saat itu. Dipihak lain,

    apabila tidak ada penambahan/penggantian barang modal, maka

    tidak bisa dikatakan bahwa telah terjadi inefisiensi. Namun

    demikian secara makro keadaan yang disebutkan terakhir ini

    jarang terjadi.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 26

    3.4. Koefisen ICOR Besar

    Koefiesien ICOR yang relatif besar terjadi jika investasi yang

    ditanamkan (It) pada tahun tertentu (t) relatif besar, sedangkan

    output yang dihasilkan pada tahun t+s (Yt+s) besar tetapi hampir

    sama dengan output pada tahun sebelumnya (Y t+s-1), atau

    tambahan output yang dihasilkan relatif kecil. Dengan kata lain

    investasi yag ditanamkan pada tahun itu (It) belum efektif/tidak

    efisien sehingga menghasilkan koefisien ICOR yang relatif besar.

    Penggunaan koefisien ICOR yang besar untuk perencanaan

    harus hati-hati. Akan lebih baik jika ICOR yang digunakan adalah

    ICOR rata-rata dari beberapa tahun series data. Ini lebih

    mencerminkan kondisi ICOR yang sesungguhnya.

    3.5. Penghitungan Nilai PMTB atas Dasar Harga Konstan

    Dalam menghitung nilai PMTB atas dasar harga konstan

    digunakan metode yang sama antar sektor ekonomi. Bahwa data

    yang diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS,

    termasuk juga data-data sekunder dari berbagai sumber masih

    dinilai berdasarkan harga berlaku yaitu sesuai dengan harga tahun

    data tersebut. Data-data ini dimatrikkan menurut 9 sektor

    ekonomi.

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 27

    Berdasarkan matrik data tersebut akan dihitung PMTB

    menurut harga konstan dengan menggunakan IHPB barang modal

    yang sesuai dengan deflatornya.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 28

    BAB 4

    ANALISIS

    Gambaran ekonomi Kabupaten Bima dapat dilihat melalui

    Produk Domestik Regonal Bruto (PDRB). Di dalam PDRB dapat

    dilihat seberapa besar kekuatan ekonomi Kabupaten Bima, sektor-

    sektor apa saja yang dominan serta struktur ekonominya. Selain itu

    juga dapat diketahui seberapa cepat ekonomi Kabupaten Bima

    bergerak. Kecepatan ini tercermin dari laju pertumbuhan PDRB

    atas dasar harga konstan.

    Sebelum menguraikan tentang ICOR, analisis disini terlebih

    dahulu akan menguraikan bagaimana gambaran perekonomian

    Kabupaten Bima dari sisi investasi yang terjadi di Kabupaten Bima.

    Yang dimaksud investasi disini adalah PMTB.

    4.1. Investasi

    Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten

    Bima tahun 2010 - 2012 salah satunya adalah peranan investasi.

    Dalam pengertian makro ekonomi investasi secara fisik adalah

    akumulasi modal yang besarannya dapat dicerminkan dari

    Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 29

    Grafik 1. PMTB atas dasar harga berlaku dan PMTB atas

    dasar harga konstan 2010 -2012

    Besarnya Pembentukan Modal Tetap Bruto periode tahun

    20102012 mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan

    PDRB. Secara nominal nilai PMTB pada tahun 2010 adalah sebesar

    Rp. 740.07 milyar dan meningkat menjadi Rp. 834.71 milyar pada

    tahun 2011, kenaikan juga terjadi pada tahun 2012 menjadi

    939.855 milyar. Sedangkan atas dasar harga konstan nilai PMTB

    yang tercipta pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 384,99 milyar

    dan meningkat menjadi Rp. 411,01 milyar pada tahun 2011,

    kenaikan juga terjadi pada tahun 2012 menjadi 435,49 milyar.

    Demikian juga jika dilihat peranannya ikut meningkat dari 24.83

    persen tahun 2010 menjadi 25,10 persen pada tahun 2011 tetapi

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    PMTB ADHB PMTB ADHK

    2010

    2011

    2012

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 30

    sedikit menurun di tahun 2012 menjadi 25,09 persen. Peningkatan

    yang terjadi pada komponen investasi tersebut berpengaruh pada

    peningkatan nilai tambah atau PDRB pada periode tahun 2010

    2012.

    Tabel 1. Nilai PDRB dan Investasi di Kabupaten Bima

    Tahun 2010 2012 (Milyar Rupiah)

    Uraian 2010* 2011** 2012**

    (1) (2) (3) PDRB ADH Konstan 2000 1.550,25 1.637,53 1.735,06

    Investasi ADH Konstan 384,99 411,01 435,49

    Laju pertumb. Investasi (%) 4.23 6.75 5.95

    Persentase investasi thd

    PDRB

    24,83 25,10 25,09

    Berdasarkan tabel 3 besarnya pembentukan modal atau

    investasi selama periode tahun 20102012 mengalami

    peningkatan. Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan investasi

    yang diatas 5 persen turut mempengaruhi besaran persentase

    investasi terhadap PDRB. Berdasarkan teori Keynes bahwa

    penggerak ekonomi salah satunya adalah investasi atau

    pembentukan modal. Bertambahnya porsi investasi atau PMTB

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 31

    terhadap PDRB berarti akan memperbesar penambahan kapasitas

    produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan volume produksi.

    Peningkatan kapasitas produksi akan mempengaruhi penyerapan

    tenaga kerja dan secara umum dapat meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat.

    Tabel 2. Struktur Investasi atau PMTB atas Dasar Harga Konstan

    di Kabupaten Bima Tahun 2010 2012 (persen)

    Memperhatikan struktur investasi menurut sektor sektor

    lapangan usaha, sektor yang paling dominan menyerap investasi di

    Kabupaten Bima periode 2010 2012 adalah sektor perdagangan,

    hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 32

    pengangkutan dan komunikasi, , serta sektor bagunan, sektor

    pertambangan dan penggalian,sektor keuangan, persewaan dan

    jasa perusahaan dan sektor listrik,gasdan air bersih. Pada tahun

    2010 besarnya pembentukan modal di sektor perdagangan,hotel

    dan restoran mencapai 29,00 persen, diikuti oleh pembentukan

    modal di sektor jasa-jasa yang mencapai 20,52 persen, kemudian

    disusul sektor pertanian 14,63 persen, sektor pengangkutan dan

    komunikasi 12,88 persen, serta sektor keuangan, persewaan dan

    jasa perusahaan menyerap investasi 4,95 persen yang dihitung atas

    dasar harga konstan 2000. Struktur investasi tahun 2011 tidak

    berbeda jauh dengan tahun 2010, investasi terbesar masih berasal

    dari sektor perdagangan yang mencapai 29,07 persen, disusul oleh

    sektor jasa-jasa sebesar 20,38 persen serta sektor pertanian 14,77

    persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,67

    persen, sektor bangunan 10,67 persen, sektor pertambangan 5,11

    persen, sektor keuangan 5,04 persen, sektor industri pengolahan

    sebesar 1,97 persen, sedangkan sektor listrik tahun 2011 hanya

    menyerap 0,33 persen. Hal Sama terjadi ditahun 2012 dengan

    investasi terbesar dari sektor perdagangan yang mencapai 29,80

    persen, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 19,77 persen serta

    sektor pertanian 14,54 persen, sektor pengangkutan dan

    komunikasi sebesar 12,47 persen, sektor bangunan 10,85 persen,

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 33

    sektor pertambangan 5,16 persen, sektor keuangan 5,11 persen,

    sektor industri pengolahan sebesar 1,91 persen, sedangkan sektor

    listrik tahun 2012 hanya menyerap 0,33 persen.

    Tingginya pembentukan modal di sektor angkutan dan

    komunikasi serta sektor perdagangan merupakan dampak dari

    perkembangan ekonomi yang didukung oleh berkembangnya

    sektor sektor lapangan usaha seperti sektor industri pengolahan.

    Sedangkan pembentukan modal di sektor jasa-jasa sebagian adalah

    peranan pemerntah terutama di dalam pembangunan infrastruktur

    dan sarana prasarana dalam rangka melaksanan fungsi pelayanan

    public di Kabupaten Bima.

    4.2. PMA dan PMDN

    Investasi atau PMTB berasal dari berbagai institusi baik

    pemerintah, swasta (PMA dan PMDN) maupun rumahtangga

    (masyarakat). PMTB yang dilakukan pemerintah dapat ditelusuri

    dari realisasi APBN dan APBD Kabupaten Bima. Penanaman modal

    yang dilakukan swasta dapat tercermin dari realisasi PMA dan

    PMDN dan sebagiannya lagi dapat ditelusuri dari masing-masing

    usaha/perusahaan yang ada di Kabupaten Bima, sedangkan

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 34

    pembentukan modal oleh rumahtanga dapat dilihat dari usaha

    rumahtangga yang dilakukan.

    4.3. Koefisien ICOR

    Salah satu metode yang dikembangkan untuk

    menghubungkan pertumbuhan faktor produksi dengan

    pertumbuhan ekonomi adalah dengan melihat ICOR. Sayangnya,

    ICOR hanya menggunakan satu faktor produksi saja yaitu berupa

    modal, padahal ada faktor lain yang dapat menyebabkan

    pertumbuhan ekonomi, misalnya tenaga kerja dan peningkatan

    produktivitas.

    Meskipun demikian, banyak studi menunjukkan bahwa

    pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan produktivitas

    penggunaan modal. Sehingga penggunaan ICOR untuk

    menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan penggunaan

    faktor produksi dapat dipertanggungjawabkan (Hera Susanti, dkk,

    2000).

    Disamping itu ICOR dapat dipergunakan untuk

    menunjukkan tingkat efisiensi suatu perekonomian dalam

    penggunaan modal. Dan juga dalam perencanaan makro, ICOR

    dapat digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan modal untuk

    menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Konsep

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 35

    ICOR tidak hanya dapat digunakan pada perekonomian secara

    keseluruhan, tetapi juga pada berbagai sektornya.

    Besarnya nilai ICOR tidak hanya tergantung pada jumlah

    modal yang digunakan, akan tetapi dipengaruhi juga oleh faktor-

    faktor lain. Di antara faktor lain tersebut adalah derajad dan sifat

    kemajuan tehnologi, efisiensi penanganan jenis peralatan modal

    baru, mutu keterampilan manajerial dan organisasional, komposisi

    investasi, pola permintaan, hubungan harga faktor, seberapa luas

    penggunaan overhead sosial dan ekonomi, serta dampak

    industrialisasi, pendidikan, dan perdagangan luar negeri pada

    perekonomian (M.L. Jhingan, 2000).

    Sejumlah ahli ekonomi telah membuktikan berdasarkan

    data empiris di negara maju bahwa ICOR pada mulanya cenderung

    naik, kemudian turun pada saat pembangunan memperoleh

    momentum dan bahkan menjadi stabil dalam jangka panjang. Di

    antara para ahli yang mengambil kesimpulan seperti itu yang paling

    menonjol adalah Colin Clark, Simon Kuznets dan Liebenstein.

    Sebagai bukti di USA ICOR naik dari 2,8 pada tahun 1880 menjadi

    3,9 pada 1929 dan kemudian turun 3,2 pada tahun 1944 dan 1,6 di

    tahun 1960. Di Inggris pada tahun 1865 nilai ICOR 4,5 dan pada

    tahun 1895 naik menjadi lebih dari 6. Nilai ICOR tersebut tetap

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 36

    hampir stabil pada angka 6 sampai dengan tahun 1913, kemudian

    turun menjadi 2,9 pada tahun 1952.

    Pengalaman sejumlah Negara, ICOR di negara negara

    berkembang berkisar antara 3 dan 4. Studi yang dilakukan oleh PBB

    juga membenarkan hal tersebut, bahwa selama sepuluh tahun

    terakhir yang berakhir tahun 1963 ICOR di negara berkembang

    menujukkan hal yang sama berkisar antara 3 dan 4. Akan tetapi

    sejumlah ahli berbeda pendapat mengenai persoalan apakah ICOR

    harus rendah atau tinggi di negara-negara terbelakang.

    Lepas dari segala keterbatasannya, ICOR dipakai secara luas

    dalam perencanaan. Meskipun hasil ramalannya lemah, akan

    tetapi ia memberikan hasil yang lebih berarti dalam jangka panjang

    ketimbang dalam jangka penghitungan kasar dan cepat (M.L.

    Jhingan, 2000). Oleh karena itu, penggunaan ICOR bagi

    perencanaan harus hati-hati, apalagi ICOR yang pasti sulit diperoleh

    hanya dengan menggunakan data satu dua tahun. Butuh data yang

    lebih panjang untuk mendapatkan nilai ICOR yang lebih baik.

    Studi penghitungan ICOR yang dilakukan oleh BPS

    Kabupaten Bima menunjukkan bahwa ICOR Kabupaten Bima tahun

    2010 2011 sebesar 5,71 dan 4,71. Hal ini sejalan belum sejalan

    dengan studi yang pernah dilakukan oleh PBB maupun kesimpulan

    sejumlah ahli ekonomi bahwa di negara/daerah berkembang nilai

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 37

    ICOR berkisar antara 3 dan 4. Nilai ICOR Kabupaten Bima tersebut

    berarti bahwa untuk meningkatkan output perekonomian sebesar

    1 unit membutuhkan investasi sebesar lebih kurang 3,68 unit untuk

    tahun 2010 dan 6,76 unit untuk tahun 2011 sedangkan tahun 2012

    5,96 unit.

    Nilai ICOR per sektor ekonomi di Kabupaten Bima cukup

    bervariasi. Pada tahun 2010 nilai ICOR berkisar -4,73 yang dicapai

    oleh sektor pertanian sampai 9,03 yang terjadi di sektor keuangan.

    Sementara sektor lainnya memliki ICOR di di atas 5.

    Pada tahun 2011, nilai ICOR per sektor ekonomi di

    Kabupaten Bima terendah terjadi pada sektor industri sebesar 3,44

    dan tertinggi pada sektor bangunan yaitu 8,42, sedangkan sektor-

    sektor lainnya mempunyai ICOR antara 5 dan 8.

    Sektor ekonomi yang mengalami perubahan ICOR cukup

    besar dari tahun 2011 ke 2012 adalah sektor pertanian (turun

    3,53), diikuti sektor listrik (turun 3,27) sedangkan sektor lainnya

    cenderung naik yaitu sektor perdagangan (naik 1,64), sektor

    pertambangan (naik 0,98). Sedangkan sektor yang relatif stabil nilai

    ICORnya adalah sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan

    komunikasi yang perubahannya tidak terlalu siknifikan..

    Perubahan- perubahan nilai ICOR ini bisa menjadi gambaran tingkat

    efisiensi dalam penggunaan barang-barang modal pada sektor-

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 38

    sektor tersebut. Semakin kecil nilai ICOR atau terjadinya penurunan

    berarti tingkat efisiensi semakin baik.

    Oleh karena itu, untuk sektor-sektor yang ICORnya

    mengalami penurunan seperti sektor pertanian, sektor industri

    pengolahan, serta bangunan dikatakan mengalami peningkatan

    efisiensi. Sedangkan untuk sektor lainnya seperti sektor jasa-jasa

    ,pengangkutan serta sektor listrik terjadi sebaliknya yaitu

    ketidakefisienan.

    Tabel 5. Perkiraan Nilai ICOR Kabupaten Bima

    Tahun 2010 2012

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 39

    Kalau dirata-ratakan selama tiga tahun terakhir, sektor

    bangunan mempunyai nilai ICOR terendah yaitu 1,85. Sedangkan

    sektor jasa keuangan mempunyai nilai rata-rata ICOR paling tinggi

    yaitu 8,78 diikuti oleh sektor pertambangan sebesar 7,19.

    Sedangkan tingginya sektor jasa-jasa ini karena sebagian besar

    adalah jasa pemerintah. Investasi atau pembentukan modal yang

    dilakukan pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi layanan

    publik tidak akan memperoleh nilai tambah, sehingga koefisien

    ICOR sektor jasa-jasa relatif besar.

    Untuk keperluan perencanaan ekonomi makro disarankan

    menggunakan nilai rata-rata ICOR. Pilihan ini diambil karena lebih

    menggambarkan nilai ICOR yang sebenarnya meskipun tidak begitu

    tepat karena hanya tiga tahun saja.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 40

    BAB V

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Investasi atau pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di

    Kabupaten Bima tahun 2012 mencapai Rp 939,05 milyar

    meningkat dari tahun 2011 yang mencapai Rp. 834,71

    milyar bila dihitung atas dasar harga berlaku. Sedangkan

    bila dihitung atas dasar harga konstan nilai investasi

    mencapai Rp. 435,49 milyar tahun 2012 meningkat dari

    tahun 2011 yang sebesar Rp. 411,01 milyar.

    2. Rata-rata ICOR Kabupaten Bima pada tahun 2010-2011

    mencapai 5,22. Ini berarti belum sesuai dengan studi yang

    dilakukan PBB yang menunjukkan bahwa ICOR di Negara-

    negara berkembang berkisar antara 3 dan 4, akan tetapi

    arahnya sudah benar yaitu menurun dari 6,76 menjadi 5,96.

    3. ICOR masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Bima

    tahun 2012 bervariasi pada level angka 2,80 sampai 8,65.

    Hanya dua sektor ekonomi ICORnya berkisar antara 3

    sampai 4 yaitu sektor industri dan jasa jasa , sedangkan

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 41

    sektor lainnya masih diatas masih mempunyai nilai ICOR

    diatas 4.

    4. Untuk keperluan perencanaan, sebaiknya menggunakan

    data rata-rata ICOR. Karena ini dianggap lebih

    mencerminkan angka ICOR sesungguhnya. Akan lebih baik

    jika rata-rata ICOR diperoleh dari data yang relatif panjang,

    misalnya 10 atau 15 tahun.

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 42

    LAMPIRAN

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 43

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 44

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 45

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 46

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 47

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 48

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 49

    Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 50

  • Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 51

    *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara