ptk-dlps
DESCRIPTION
tambahanTRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI KONTEKS BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN METODE PEMODELAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN
TAHUN 2011/2012
A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa
belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur
konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Matematika
selain sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan juga
merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi peserta
didik maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain.
Kedudukan matematika dalam dunia pendidikan sangat besar manfaatnya
karena matematika adalah alat dalam pendidikan perkembangan dan
kecerdasan akal.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
dengan memperbaiki metode pembelajaran. Karena metode pembelajaran
merupakan hal yang utama dalam pendidikan. Dalam proses
pembelajaran akan selalu berkaitan dengan peran guru sebagai pendidik.
Peran guru tidak hanya mentransfer ilmunya kepada siswa tetapi juga
mengajak anak didiknya untuk mengembangkan kompetensi yang
dimiliki dengan memberi contoh yang baik. Sekarang banyak di jumpai
guru yang pintar, bergelar tinggi bahkan sudah sertifikasi, namun dalam
menyampaikan ilmunya kepada siswa belum mampu membuat potensi
dan kompetensi siswa berkembang secara optimal.
Hal ini terjadi karena guru memilih metode pembelajaran yang
kurang tepat, kurang sesuai dengan kemampuan siswa, dan kurang sesuai
dengan apa yang diinginkan siswa. Metode pembelajaran yang tepat dan
dikatakan berhasil jika dalam proses pembelajaran tersebut memberi
1
kesempatan siswa untuk memanfaatkan bakat dan kemampuannya.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pihak pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala,2006 : 61). Sehingga
pada proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa.
Interaksi tersebut harus terjalin sebaik mungkin untuk mencapai hasil
belajar yang optimal. Hal ini menyatakan bahwa guru dalam mengajar
dituntut keuletan dan kreatif agar situasi belajar mengajar menjadi lebih
efektif dan menyenangkan.
Dalam proses pembelajaran sering ditemukan bahwa pembelajaran
masih berpusat pada guru. Siswa hanya sebagai pendengar sehingga
siswa menjadi malas mengikuti pelajaran. Siswa menjadi tidak dapat
mengembangkan keterampilan belajarnya, sehingga daya pikirnya
menjadi rendah karena interaksi dalam pembelajarannya pasif. Sikap
anak didik yang pasif tidak hanya pada mata pelajaran tertentu tetapi
hampir terjadi pada semua mata pelajaran termasuk matematika.
Kurangnya kreativitas dan rendahnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika juga disebabkan karena minimnya media
pembelajaran di dalam suatu kelas. Tidak adanya media pembelajaran
yang menarik, seperti komputer, LCD juga akan berpengaruh terhadap
kreativitas dan hasil belajar siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Di
dalam kelas, guru menerangkan hanya memakai papan tulis saja sehingga
siswa difungsikan untuk melihat dan mendengarkan ceramah guru,
berakibat siswa tersebut akan bosan serta tidak adanya interaksi produktif
siswa yang menyenangkan di dalam kelas.
Matematika dipandang sebagai salah satu pelajaran yang sulit dan
sangat menakutkan, sehingga berakibat siswa menghindari pelajaran ini
yang menyebabkan prestasi belajar matematika siswa masih rendah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar
2
adalah kreativitas belajarnya. Kreativitas belajar ini akan timbul ketika
siswa ikut berinteraksi aktif dalam pembelajaran. Pada saat siswa belajar
secara aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu,
misalnya dengan cara aktif bertanya. Keterlibatan siswa secara aktif
dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan , sehingga apa yang
dipelajari akan lebih bermakna, dan tertanam di pikiran siswa. Hal ini
dapat membantu dalam mengembangkan kreativitas belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar dan kreativitas belajar siswa juga dialami
oleh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen. Faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar dan kreativitas belajar matematika
di SMP Muhammadiyah 1 Sragen adalah pembelajaran matematika yang
terpusat pada guru. Dalam penyampaian materi, guru cenderung monoton
menguasai kelas sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan
ide-idenya dalam memecahkan suatu permasalahan matematika. Siswa
tidak dapat berinteraksi secara aktif pada saat proses pembelajaran dan
hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena siswa terbiasa
dengan cara belajar yang monoton dan mengandalkan orang lain.
Akibatnya tujuan pembelajaran matematika tidak tercapai secara optimal.
Berbagai usaha telah dilakukan guru Matematika di SMP
Muhammadiyah 1 Sragen dalam mengatasi permasalahan tersebut,
seperti melakukan diskusi tanya jawab dalam kelas. Namun, usaha
tersebut belum dapat merangsang siswa untuk berinteraksi aktif dalam
pembelajaran, karena cenderung beberapa siswa saja yang menjawab
pertanyaan. Sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan dan
mencatat informasi yang disampaikan dari teman.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, hendaknya guru
mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang mampu
merangsang kreativitas siswa dalam belajar matematika dan
meningkatkan hasil belajar matematika. Dari metode pembelajaran yang
3
ada, strategi pembelajaran yang menarik untuk mengatasi permasalahan
ini yaitu melalui metode pembelajaran Double-Loop Problem Solving
(DLPS).
Double-Loop Problem Solving (DLPS) adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada
pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah. Metode
Double-Loop Problem Solving (DLPS) mempunyai ciri utama, yaitu
pembelajarannya yang berpusat pada pemberian masalah untuk dibahas
oleh para peserta didik untuk melatih para peserta didik bisa berfikir
dengan kreatif.
Kelebihan dari metode DLPS adalah dapat lebih menciptakan susana
kelas yang menghargai nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa
mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam
proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
Kekurangan dari metode DLPS antara lain adalah tidak semua pelajaran
dapat mengandung masalah dan kesulitan mencari masalah yang tepat
atau sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa.
Berdasarkan uraian di atas tentang permasalahan dalam
pembelajaran matematika, maka penulis termotivasi melakukan
penelitian tentang :
“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS
BELAJAR SISWA MELALUI KONTEKS BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN METODE PEMODELAN DOUBLE-LOOP
PROBLEM SOLVING (DLPS) PADA SISWA KELAS VIII SMP
MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN 2011/2012.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka, rumusan
masalah secara umum dari penelitian ini yaitu, ”Adakah peningkatan
hasil belajar dan kreativitas belajar matematika setelah menggunakan
4
metode DLPS (Double Loop Problem Solving) pada siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2011/2012?”
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah sebagai alat kontrol yang dapat dijadikan
petunjuk, sehingga penelitian berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Secara umun penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
hasil belajar dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan
proses pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran aktif
Double-Looop Problem Solving (DLPS) dan mendekripsikan
peningkatan hasil belajar dan kreativitas belajar matematika siswa setelah
menggunakan model pembelajaran aktif Double-Looop Problem Solving
(DLPS).
4. Manfaat Penelitian
Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini
memberikan manfaat utamanya pada pembelajaran matematika,
peningkatan mutu, proses, dan hasil pembelajaran matematika.
a. Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis
dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika
utamanya pada peningkatan hasil belajar dan kreativitas belajar dalam
pembelajaran matematika melalui konteks belajar matematika
menggunakan metode Double-Loop Problem Solving (DLPS).
Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada strategi pembelajaran di sekolah serta mampu
mengoptimalkan hasil belajar dan kreativitas belajar matematika
siswa.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis yaitu:
5
1) Penulis memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran
matematika menggunakan metode pembelajaran Double-Loop
Problem Soving (DLPS) dan pengembangan kreativitas siswa.
2) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya
guru matematika sebagai salah satu alternatif pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas belajar
siswa.
3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa sebagai objek
penelitian, sehingga diharapkan siswa memperoleh nilai yang
optimal.
5. Definisi Istilah
a. Interaksi hasil belajar dan kreativitas belajar matematika
Menurut Benjamin S.Bloom dalam ( Mulyono Abdurrahman,
2003 : 38 ) ada tiga ranah ( domain ) hasil belajar, yaitu kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Menurut Utami Munandar yang
diterjemahkan Nana syaodin sukam dinata (2003 : 104), Kreativitas
adalah kemampuan a) untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data atau
informasi yang yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada
kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c) yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir
serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
b. Metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving)
Metode pembelajaran Double-Loop Problem Solving (DLPS)
adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan
penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya
masalah. Metode DLPS juga dikenal dengan metode Pengambilan
Keputusan. Keputusan yang diambil dalam metode ini menyangkut
proses mempertimbangkan berbagai macam pilihan, yang akhirnya
akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan diadopsi.
6
Adapun ciri utama yang terdapat dalam metode Double-Loop Problem
Solving (DLPS) adalah pembelajarannya yang berpusat pada
pemberian masalah untuk dibahas oleh peserta didik untuk melatih
kreativitas siswa dan meningkatkan hasil belajarnya.
B. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1. Pembahasan Teori
a. Hakikat Belajar Matematika
1) Hakikat Matematika
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada
didalamnya. Artinya, bahwa belajar matematika pada
hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari
hubungan antar konsep dan strukturnya.
Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan
Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah
ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah bilangan.
Dalam buku Metode Matematika, yang diterbitkan oleh
Bagian Proyek Pengembangan Mutu Pendidikan Guru Agama
Islam disebutkan bahwa matematika merupakan suatu
pengetahuan yang di peroleh melalui belajar baik yang
berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan
sebagainya yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-
simbol tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan
diatas dapatlah disimpulkan bahwa Matematika merupakan
suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui
melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan
7
dengan angka-angka atau simbol-simbol dan hubungan antar
konsep dan strukturnya.
2) Pengertian Hasil Belajar
Menurut Benjamin S.Bloom dalam ( Mulyono
Abdurrahman, 2003 : 38 ) ada tiga ranah ( domain ) hasil
belajar, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Sedangkan
menurut Abdurrahman ( 2003 : 37 ) mengemukakan
bahwa ” hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar ”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan pemahaman yang
diperoleh anak setelah melalui proses pembelajaran baik
kemampuan dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
3) Pengertian belajar
Slameto ( 2003 : 2 ) menjelaskan ”belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Menurut para pedagog dan psikolog dalam
( Burhanuddin, Salam, 2004:15 ) menyatakan bahwa belajar
adalah proses perubahan perilaku. Perilaku yang mengandung
arti luas, meliputi pengetahuan kemampuan berfikir, skill atau
keterampilan, penghargaan terhadap suatu sikap, minat dan
semacamnya. Jadi belajar adalah suatu proses usaha untuk
melakukan perubahan tingkah laku, baik tingkah laku berupa
kemampuan berfikir, skill atau keterampilan, penghargaan
terhadap suatu sikap, minat dan semacamnyasebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Slameto ( 2003 : 27 ) mengungkapkan prinsip – prinsip
belajar antara lain :
8
a. Berdasarkan prasarat yang diperlukan untuk belajar
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi
aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk
mencapai tujuan instruksional.
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan
motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan
instruksional.
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi
dan belajar dengan efektif.
4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan.
a. Sesuai hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi
tahap menurut perkembangannya.
2) Belajar adalah proses organisasi adaptasi eksplorasi dan
discovery.
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain)
sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan.
b. Sesuai materi atau bahan ajar yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus
memiliki struktur pengajar yang sederhana sehingga
siswa mudah menangkap pengertiannya.
2) Belajar harus dapat mengembangkan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.
c. Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang.
9
2) Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali –
kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam
pada siswa.
3) Kreativitas Siswa
a. Pengertian kreativitas
Kata kreativitas berasal dari ”create” yang artinya
pandai mencipta. Dalam pengertian yang lebih luas,
kreativitas mempunyai pengertian suatu proses yang
tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan
originalitas berfikir. Menurut Elizabeth B. Harlock (2005 :
4), ”kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada
dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya”.
Menurut Utami Munandar yang diterjemahkan Nana
Syaodin Sukmadinata (2003 : 104), Kreativitas adalah
kemampuan a) untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data
atau informasi yang yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan
keragaman jawaban, c) yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta kemampuan
untuk mengelaborasi suatu gagasan. Menurut Suharnan
(2005 : 375), ”kreativitas dapat didefinisikan sebagai
aktivitas kognitif atau proses berfikir untuk menghasilkan
gagasan – gagasan yang baru dan berguna.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
siswa adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses
perubahan tingkahlaku siswa untuk menghasilkan produk
atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih
efisien dan unik dalam proses belajar.
10
1. Ciri – ciri kreativitas
Menurut joyce wycof (2002 : 49) beberapa ciri
orang kreatif yaitu:
a. Keberanian. Berani menghadapi tantangan baru dan
tersedia menghadapi resiko kegagalan.
b. Ekspresi. Tidak takut untuk menyatakan pemikiran
dan perasaannya.
c. Humor. Humor berkaitan dengan kreativitas
menggabungkan hal – hal sedemikian rupa sehingga
menjadi berbeda, tidak terduga dan tidak lazim.
d. Intuisi. Menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam
kepribadiannya.
Utami Munandar (2004 : 37) ciri – ciri pribadi
kreatif yaitu :
a) Imajinatif
b) Mempunyai prakarsa
c) Mempunyai minat luas
d) Mandiri dalam berfikir
e) Melit
f) Senang berpetualang
g) Penuh energi
h) Percaya diri
i) Bersedia mengambil resiko
j) Berani dalam pendirian dan keyakinan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ciri – ciri kreativitas antara lain :
a) Bebas dalam berfikir dan bertindak
b) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi
atau sudut pandang
c) Adanya inisiatif menumbuhkan rasa ingin tahu
d) Percaya pada diri sendiri
11
e) Mempunyai daya imaginasi yang baik
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kreativitas.
Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi
bawaan yang khusus, tetapi juga pada perbedaan
mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi
saran untuk mengungkapkan sifat bawaan tersebut.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005 : 11) beberapa
kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah :
a) Waktu. Untuk menjadi kreatif kegiatan anak
seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga
anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain
– main dengan gagasan dan konsep yang
dipahaminya.
b) Kesempatan. Apabila mendapat tekanan dari
keluarga, kemudian anak menyendiri, maka ia
menjadi tidak kreatif.
c) Dorongan. Orang tua sangat berperan dalam hal ini,
anak seharusnya dibebaskan dari ejekan dan kritik
yang serikali memojokkan anak.
d) Sarana. Harus disediakan untuk merangsang
dorongan eksperimen dan eksplorasi yang
merupakan unsur penting dari kreativitas.
e) Lingkungan. Keadaan lungkungan yang merangsang
kreativitas anak.
f) Hubungan dengan orang tua. Orang tua yang terlalu
melindungi atau terlalu posesif terhadap anak dapat
menghambat proses kreativitas.
g) Cara mendidik anak. Mendidik secara demokratis
dan permisif dai rumah dan di sekolah akan
meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik
dengan cara otoriter menghambat proses kreativitas.
12
h) Pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang
diperoleh anak maka semakin banyak dasar untuk
mencapai peningkatan kreativitas.
b. Metode Pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving)
1) Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Sedangkan material meliputi buku-buku,
papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio, dan video tape.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri ruangan kelas, perlengkapan
audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode
penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya
(Hamalik: 2007:57).
Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan
guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh
karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana
membelajarkan siswa” dan bukan pada ”Apa yang dipelajari
siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara
agar tujuan dapat tercapai (Uno: 2006: 135).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar lebih baik. Proses
pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dengan
mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
2) Konsep Pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving)
13
Menurut Yuari (2009) metode pembelajaran DLPS (Doule
Loop Problem Solving) adalah variasi dari pembelajaran dengan
pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal
(penyebab) utama dari timbulnya masalah. Metode DLPS juga
dikenal dengan metode Pengambilan Keputusan. Keputusan
yang diambil dalam metode ini menyangkut proses
mempertimbangkan berbagai macam pilihan, yang akhirnya
akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan
diadopsi. Metode Problem Solving (metode pemecahan
masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Pendekatan Double-Loop Problem Solving, yang disarankan
adalah mengakomodasi adanya perbedaan dari penyebab suatu
masalah, termasuk mekanisme bagaimana sampai terjadi suatu
masalah. Oleh karena itu para peserta didik perlu bekerja pada
dua loop pemecahan yang berbeda, tetapi saling terkait.
Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah
yang paling langsung, dan kemudian merancang dan
menerapkan solusi sementara.
Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang
arasnya lebih tinggi, dan kemudian merancang dan
mengimplementasikan solusi dari akar masalah.
Langkah-langkah penyelesaian masalah yang lain yang
termasuk dalam kriteria metode pembelajaran DLPS (Double
Loop Problem Solving) antara lain, yaitu :
1) menuliskan pernyataan masalah awal,
14
2) mengelompokkan gejala,
3) menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
4) mengidentifikasui kausal,
5) implementasi solusi,
6) identifikasi kausal utama,
7) menemukan pilihan solusi utama, dan
8) implementasi solusi utama.
Pendekatan metode Double Loop Problem Solving meliputi :
1) Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya
(Identifying the problem, not just the symptoms)
2) Mendeteksi penyebab langsung, dan secara cepat
menerapkan solusi sementara (Detecting direct causes, and
rapidly applying temporary solutions)
3) Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara
(Evaluating the success of the temporary solutions)
4) Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan, jika
ya (Deciding if root cause analysis is needed; and if so)
5) Mendeteksi penyebab masalah yang arasnya lebih tinggi
(Detecting higher level causes; and)
6) Merancang solusi akar masalah (Designing root cause
solutions)
Metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem
Solving) mempunyai manfaat atau kelebihan antara lain :
a. Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan
pembelajaran double loop problem solving untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai
(menghormati) nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk
terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat
15
bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta
meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.
Seperti metode yang lainnya, metode Double Loop Problem
Solving juga mempunyai beberapa kelemahan yang wajib
diperhatikan oleh seorang pendidik dalam menerapkan metode
DLPS ini, antara lain, yaitu :
a. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah /
problem, yang justru harus dipecahkan. Akan tetapi
memerlukan pengulangan dan latihan-latihan tertentu.
Misalnya pada pelajaran agama, mengenai cara
pelaksanaan shalat yang benar, cara berwudhu, dan lain-
lain
b. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf
perkembangan dan kemampuan siswa
c. Banyak menimbulkan resiko. Terutama bagi anak yang
memiliki kemampuan kurang. Kemungkinan akan
menyebabkan rasa frustasi dan ketegangan batin, dalam
memecahkan masalah-masalah yang muskil dan mendasar
dalam agama.
d. Kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat. Mengenai
proses pemecahan masalah yang ditempuh siswa.
e. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang
hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yang berhubungan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Sebagai perbandingan dalam
penelitian ini, peneliti akan menguraikan hasil-hasil penelitian yang
terdahulu.
Janeen Lamb, Tom Cooper, dan Elizabeth Warren (2007),
menyatakan bahwa menggabungkan pengajaran dengan eksperimen
dapat mengembangkan instruksi dan teori-teori pembelajaran yang dapat
16
mengidentifikasi hubungan antara belajar siswa dan pengetahuan guru.
Pembelajaran eksperimen dengan pemecahan masalah mampu
merangsang belajar yang kreatif dan produktif yang dapat memacu
peningkatan hasil pembelajaran.
3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dapatlah
disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara
atas kesalahan yang timbul. Prosedur penelitian tindakan kelas ini
merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tidakan atau
perbaikan dari rencana tindakan yang terdahulu. Tindakan kelas yang
dilaksanakan berupa pengajaran dikelas secara sistematis dengan
tindakan pengelolaan kelas dengan pendekatan pembelajaran yang tepat
yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun
sebelumnya. Dalam setiap tindakan peneliti akan mengamati kreativitas
belajar siswa dan memberikan evaluasi pada swtiap tindakan pengajaran
yang dilakukan di depan kelas.
Pada kondisi awal siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen
mempunyai hasil belajar dan kreativitas matematika yang rendah. Hal ini
dikarenakan guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan metode
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa.
Salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan
hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran matematika
adalah metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving).
Prosedur metode pembelajaran DLPS adalah 1) menuliskan pernyataan
masalah awal, 2) mengelompokkan gejala, 3) menuliskan pernyataan
masalah yang direvisi, 4) mengidentifikasi kausal, 5) implementasi solusi
permasalahan, 6) identifikasi kausal utama, 7) menemukan pilihan solusi
utama, 8) implementasi solusi utama.
Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan metode DLPS
(Double Loop Problem Solving) dam proses mengajar adalah dapat
17
meningkatkan hasil belajar dan kreativitas belajar siswa, sehingga akan
memenuhi dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran
tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan “ Melalui metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dapat
18
Kondisi Awal Guru belum melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran DLPS (Double Loop
Problem Solving)
Guru belum mengembangkan kreativitas siswa secara optimal dalam proses pembelajaran
Siswa kurang kreatif dan Hasil belajar yang dicapai belum optimal.
Penerapan metode pembelajaran DLPS
(Double Loop Problem Solving)
Diduga dengan penerapan metode DLPS (Double Loop Problem Solving) dalam proses pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar dan kreativitas belajar siswa.
Tindakan
Kondisi Akhir
meningkatkan hasil belajar dan kreativitas belajar matematika bagi siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1 Sragen Tahun 2011/2012”.
C. METODE PENELITIAN1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi
antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti. Menurut Susilo
(2007 : 16) ”penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses
dalam pembelajaran”. Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah
tindakan yang terdiri dari beberapa kegiatan untuk mengatasi masalah
yang terjadi di dalam kelas.
Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan terus
menerus sehingga tercapainya sasaran dari penelitian tersebut. Perbaikan
tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang oleh peneliti.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan tindakan pemecahan masalah yang
dimulai dari: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi, 4) Refleksi, 5)
Evaluasi yang telah disusun, dilakukan observasi dan evaluasi yang
hasilnya digunakan sebagai masukan untuk melakukan refleksi yang
dijadikan pertimbangan pada rencana tindakan selanjutnya.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sragen
yang beralamatkan di Jalan Raya Sukowati 207 Sragen. Peneliti
mengadakan penelitian di SMP Muhammadiyah 1 Sragen dengan
pertimbangan bahwa sekolah ini belum pernah penelitian dengan judul
yang sama dengan peneliti.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran
2011/2012. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut.
19
1) Tahap persiapan : minggu ke III bulan Agustus 2011 sampai
minggu ke III bulan September 2011.
2) Tahap pelaksanaan : minggu ke IV bulan September 2011
sampai minggu ke IV bulan Oktober 2011.
3) Tahap Analisis Data : minggu ke I bulan November 2011
sampai minggu ke IV bulan November 2011.
4) Tahap Laporan : minggu ke I bulan Desember 2011 sampai
minggu ke IV bulan Desember 2011.
3. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti adalah guru matematika yang
bertindak sebagai subyek yang memberikan tindakan. Seluruh siswa kelas
VIII A di SMP Muhammadiyah 1 Sragen tahun ajaran 2011/2012 sebagai
subyek yang menerima tindakan.
4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif yaitu penelitian yang bersifat praktis, situasional, kondisional,
dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari. Peneliti bersama mitra guru matematika
berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang
dinilai paling efektif.
Menurut Arikunto (2006:16), model penelitian tindakan kelas
adalah secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim untuk diketahui,
yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan,3) Pengamatan, 4) Refleksi. Adapun
model dan penjelasan untuk masing masing tahapan adalah sebagai
berikut:
20
Gambar 2 Siklus Prosedur Penelitian
I.Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini mengacu pada permasalahan hasil
belajar dan kreativitas siswa sebagai fokus permasalahannya.
Selanjutnya disusun langkah persiapan tindakan pembelajaran yang
terdiri dari:
a. Identifikasi Masalah
Peneliti merumuskan permasalahan hasil belajar dan
kreativitas siswa pada mata pelajaran matematika. Sebagai strategi
dalam menanggulangi hal tersebut maka tindakan yang diterapkan
adalah sebagai berikut:
a) Penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah DLPS
(Double Loop Problem Solving).
b) Mengembangkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran.
21
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
c) Bagaimana mengupayakan agar siswa dapat mencapai hasil
belajar yang optimal dalam pelajaran matematika?
b. Perencanaan Solusi Masalah
Solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah :
a) Menerapkan metode pembelajaran pemecahan masalah DLPS
(Double Loop Problem Solving) pada mata pelajaran
matematika dan pada pokok bahasan yang akan diajarkan.
b) Tindakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran.
c) Tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
melihat hasil pelaksanaan dari metode pembelajaran DLPS
(Double Loop Problem Solving) karena setiap siswa
mempunyai tanggung jawab individu, kelompok dalam
menerima pelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan guru sebagai mitra
kolaborasi berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Perencanaan penelitian bersifat fleksibel artinya selalu dapat
dikondisikan dan dapat berubah – ubah sesuai kebutuhan pengajaran
yang berlangsung.
3) Observasi atau Monitoring
Observasi dan monitoring adalah upaya merekam segala
peristiwa kegiatan yang terjadi selama kegiatan berlangsung,
pelaksana kegiatan bukan hanya bertindak sebagai peneliti saja tetapi
juga sebagai observer yang mengamati segala tindakan kelas dan
juga mencatatnya dalam pedoman observasi yang telah dibuat.
4) Refleksi
Mengkaji apa yang telah terjadi atau yang tidak terjadi, yang
telah dihasilkan maupun yang belum dihasilkan selama kegiatan
berlangsung. Hasil dari refleksi digunakan untuk menentukan
langkah mencapai tujuan. Refleksi dilakukan oleh peneliti sebagai
22
pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan sementara.
II.Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan ini mengacu pada tindakan pertama
yang telah dihasilkan sebagai solusi pemecahan permasalahan.
Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Masalah
Tindakan yang diterapkan pada identifikasi masalah
didasarkan pada hasil tindakan Siklus I yaitu :
a) Mengevaluasi kelemahan metode pembelajara DLPS (Double
Loop Problem Solving).
b) Mengidentifikasi peningkatan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran.
c) Menyikapi peningkatan hasil belajar siswa pada pelajara
matematika.
b. Perencanaan Solusi Masalah
Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah:
a) Penerapan DLPS (Double Loop Problem Solving) divariasi
dengan strategi pembelajaran lain misalnya debat, atau
diskusi.
b) Memberi penugasan kepada siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan setelah kegiatan Siklus I selesai
dilaksanakan. Peneliti bertindak sebagai guru berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
3) Observasi atau Monitoring
23
Observasi dan Monitoring digunakan untuk melihat jalannya
tindakan pada pelaksanaan pada Siklus I. Semua proses jalannya
kegiatan pembelajaran matematika dan peningkatan hasil belajar
siswa didokumentasikan oleh peneliti.
4) Refleksi
Pada Siklus II refleksi dilaksanakan setelah semua proses
pembelajaran selesai dilaksanakan. Permasalahan-permasalahan
yang ada akan dicarikan solusinya. Hasil refleksi digunakan untuk
menentukan langkah selanjutnya dalam mencapai tujuan.
5. Jenis Data dan Sumber Data
Menurut Suharsimi (2007) data adalah hasil pencatatan peneliti,
baik yang berupa fakta maupun angka. Disebutkan pula bahwa data adalah
segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai
untuk suatu keperluan. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data diperoleh. Sumber data yang diperlukan penelitian yaitu
informan, tempat berlangsungnya penelitian, dan dokumen dokumen atau
arsip yang menyangkut keberhasilan penelitian. Dalam penelitian ini
informan yaitu yang memberikan keterangan dan data-data yang
diperlukan diantaranya adalah:
a. Siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen
b. Guru mata pelajaran Matematika.
6. Metode Pengumpulan Data
Penelitian tindaka kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif.
Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa
yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data
dokumentasi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti dan
guru melalui observasi, wawancara, dokumentasi, yang masing masing
dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1) Observasi
24
Menurut Supardi (2007) menyatakan bahwa ”observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. Teknik observasi
digunakan untuk mengamati siswa dalam interaksi pembelajaran
akuntansi. Metode observasi dalam penelitian ini adalah mengamati
secara langsung dengan teliti, cermat dan hati-hati terhadap
fenomena yang terjadi pada saat pembelajaran matematika di kelas
VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen. Dengan observasi penelitian,
dapat diketahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan,
memperhatikan dan menanggapi penjelasan dari guru matematika
kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen selama proses belajar
mengajar berlangsung. Observasi dilaksanakan sesuai dengan jam
pelajaran pada jadwal pembelajaran matematika kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Sragen. Peneliti menggunakan catatan observasi
yang berupa cek list,dimana kisi-kisi tindakan untuk masing masing
catatan observasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Presentasi kelas
b. Diskusi kelompok
c. Siswa yang bertanya baik kepada guru maupun kepada siswa
lain
d. Menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat
e. Mengerjakan soal ulangan yang diberikan individual.
f. Skor kemajuan individual
2) Wawancara
Wawancara digunakan sebagaimana pewawancara adalah
peneliti dan yang diwawancarai adalah siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Sragen. Siswa dipilih secara acak dengan
memperhatikan pertimbangan dari Guru matematika.
25
Menurut Rea Parker dan Nana Syaodin Sukmadinata ( 2005:
84) kelebihan dari wawancara langsung antara lain:
a. Fleksibel
b. Pertanyaan dapat diajukan secara kompleks
c. Memungkinkan mengumpulkan data dari yang sulit dihubungi
d. Kemungkinan jawaban lebih benar
e. Kemungkinan jawaban seperti yang diharapkan”.
3) Dokumentasi
Menurut Rochiati (2006:121) dokumentasi dapat membantu
dalam mengumpulkan data penelitian, yang ada kaitannya dengan
permasalaan dalam penelitian tindakan kelas. Dokumentasi yang
digunakan untuk memperoleh data di sekolah dan identitas siswa
antara lain nama siswa dan nomor induk siswa dengan melihat
dokumen yang ada di dalam sekolah.
7. Instrumen Penelitian
a. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dan guru
sebagai partner kolaborasi dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan
cara pelaksanaan dan tujuan , peneliti menggunakan pedoman catatan
observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
catatan observasi yang berupa cek list,dimana tindakan untuk masing
masing catatan observasi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Presentasi kelas.
2) Diskusi kelompok.
3) Siswa yang bertanya baik kepada guru maupun kepada siswa lain.
4) Menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat.
5) Mengerjakan soal ulangan yang diberikan individual.
6) Skor kemajuan individual.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan
tindakan siswa dalam suatu proses pembelajaran matematika, oleh
26
karena itu penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kualitatif.
Kelengkapan lain yang menunjang jalannya pelaksanaan proses
pembelajaran dengan metode DLPS (Double Loop Problem
Solving) adalah:
1) Rencana pelaksanaan pembelajara.
2) Kertas untuk dibagikan kepada setiap kelompok.
3) Lembar pengamatan terhadap guru dan siswa.
4) Media pembelajaran yang lain seperti papan tulis, spidoL, power
point, dll
b. Validitas Isi Instrumen
Menurut pendapat Moleong (1991:175-178) dalam penelitian
ini pengujian keabsahan data penulisan dilakukan dengan cara
perpanjangan pengamatan dan triangulasi. Perpanjangan keikutsertaan
peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan. Selain itu keikutsertaan juga dimaksudkan untuk
membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga
kepercayaan peneliti sendiri.
Menurut Patton (1987) sebagaimana dikutip Moleong
(1991:178) triangulasi dilakukan dengan cara memanfaatkan metode,
ini berarti peneliti mengadakan pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi yaitu
triangulasi sumber data yang berupa informasi dari guru dan siswa
tentang tindakan yang diterapkan, kedua triangulasi teknik atau
metode pengumpulan data dari hasil observasi dan wawancara.
8. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode model Interaktif Langkah-
langkah analisis data menurut Miles dan Huberman sebagaimana
dikutip oleh Patilima (2005:97-100), adalah sebagai berikut:
27
pengumpulandata
penyajian data
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/VarifikasiReduksi data
a) Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian
dengan melakukan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi
dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang
tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada
proses pengumpulan data berikutnya.
b) Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan,
pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada di lapangan
langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Dalam
penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja, keterkaitan
kegiatan atau tabel.
c) Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti
harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung
di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab-
akibat.
Gambar 3. Komponen Penelitian Model Interaktif
28
9. Keabsahan Data
Keabsahan data menurut Sukmadinata (2005:104) dapat dilakukan
melalui observasi secara terus menerus, trianggulasi sumber, metode, dan
peneliti lain, pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan
referensi. Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan
observasi secara terus menerus dan trianggulasi data.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian
ini, keabsahan dilakukan dengan trianggulasi sumber, yaitu
membandingkan datahasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.
10. Indikator Pencapaian
Berkaitan dengan indikator kinerja Suwandi dan Madyo Eko Susilo
(2007:36) menyatakan bahwa ”Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian, ”Diharapkan dengan penerapan metode
pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dapat meningkatkan
hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran matematika
pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran
2011/2012 dapat meningkat minimal 80%.
29