pstemipower dimension. by this, thy can expand the

21
KRITIKIDEOLOGIATAS GERAKAN ANTIHAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Usman Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: [email protected] Abstract Step ^al Counteract Communist Movement that contrast to Human Right through Education; A Critique Ideology. This discussion describes the emancipatory critical social theory ofjurgen Hahermas antithesis to the. ideology of Marxist-Leninist-Maoist-Communist Parp. It Explained that the concept of rationaUs^ation of community developrnent; emancipatory form of social interaction, has proceeded in a fear and balanced. Include: the rationaUt(ation of technicalljob dimensions, rationalis(ation ofpractice!dimensions of interaction or communication, and rationatir^ation ofthe pstemipower dimension. By this, thy can expand the technical mastery of the external world, capable of conditioning the situation of human communication that isfree as well, and mcy set technicalgoals and practice themselves perfectly. This is the development of community! human to fit his (humati), mthoutgetting stuck in ideology. While the Marodst-Leninist-Maoist-Communist Party, stuck into a one-sided rationali:(ation, ie technical!instrumental action, so that people! humans evolved in shades of rational action mms!production (reification of self; mechanical, linear, scientistic, and indoctrination ^deologcal), because there is no interaction and communication. His idea can be implemented through his educational concept. First, human beings should lead to the achievement ofhuman beings capable of managing the world with shades of deep understanding (hermeneuHcs and Verstehen) the reality of his next life, as well as in dialogcal relations ystem; equivalent, communicative, and egalitarian. Second, it must be supported ly a curriculum that be able to nurture the potential of cognitive interests: technical, practice and emancipatoy. Third, it must be realis^ed by the method of learning with the theoritic andpratical model 1*^7 oa

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KRITIKIDEOLOGIATAS GERAKAN ANTIHAK ASASI

MANUSIA DI INDONESIA

Usman

Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga YogyakartaEmail: [email protected]

Abstract

Step ^al Counteract Communist Movement that contrast to Human Right through Education; ACritique Ideology. This discussion describes the emancipatory critical social theory ofjurgen Hahermasantithesis to the. ideology ofMarxist-Leninist-Maoist-Communist Parp. It Explained that theconcept of rationaUs^ation ofcommunity developrnent; emancipatory form ofsocial interaction, hasproceeded in a fear and balanced. Include: the rationaUt(ation of technicalljob dimensions,rationalis(ation ofpractice!dimensions of interaction or communication, and rationatir^ation ofthepstemipower dimension. By this, thy can expand the technical mastery ofthe external world, capableofconditioning the situation ofhuman communication that isfree as well, and mcy set technicalgoalsandpractice themselves perfectly. This is the development of community!human tofit his (humati),mthoutgetting stuck in ideology. While the Marodst-Leninist-Maoist-CommunistParty, stuck into aone-sided rationali:(ation, ie technical!instrumental action, so thatpeople! humans evolved inshadesofrational action mms!production (reification ofself; mechanical, linear, scientistic, and indoctrination^deologcal), because there is no interaction and communication. His idea can be implemented throughhis educational concept. First, human beings should lead to the achievement ofhuman beings capable ofmanaging the world with shades ofdeep understanding (hermeneuHcs and Verstehen) the reality ofhisnext life, as well as in dialogcal relations ystem; equivalent, communicative, and egalitarian. Second,it must be supported ly a curriculum that be able to nurture the potential of cognitive interests:technical, practice and emancipatoy. Third, it must be realis^ed by the method of learning with thetheoritic andpraticalmodel

1*^7 oa

\AAMsllahVoLXn,No.1,Aiustus2012

i^AlaeXl toljiiiiyJ (^1 -(j^^LoU ^11(Jlc f-j ^ tM'* .^^1^^143 Adj^I&j i^ij (jl ((^Lajl^VI i^IaLaiII (JSIm ^jjjcJl)!

jl (_|c.LAiJi jLftjl / (^L«jlJ1 (jxilaiJI 'i ' "j'j ((.IaaJI .dljuVl / ^

|oJtjtJI (jlul y-Ki^ (jl (jSloJ dUi ^ .4laL«JI >lt ill / |«l;u d^Jajj^

AaIoJlJI usijjfti 1-4J(^Lujyi t d«|C7

(jl l>5-3 t((jLM]*^) (jLj4iJ^ I—jujjLlJ / (^bcXi ^Alflcil 4^<i'i" ItXA .LaL^J ^^fltl (^^ajlII(Jl ^*^ 'vi" ((^MiJjjVl L_j^JeJI-^jHI 3 ' n^in (jl (jj^ (J (J I^^JjU

(J^Ub (J j .* Itl j (jl (^.»> (^1 ((j4

joJukJ (^1 4j,fti»II (^)ia»j (!<Lw.ij ^lljVl / i^JL^ (^M^JtJI (J.4JlII

(J^l» (j4 (^Ls^La .(Ji^^l^^lJI^ (JfilaJLlI V (j^ ilUjj ((^j^^^J^jJijVI)

(Jl (j^ (^ijJj tuli33u«XI 4il^ k-djLA ((Jd^l t^/.421j^

(Jl ((jjjL^jgJ / (5jO«Lij) (3iAC ja^ (j-9 J^Uo ^ (j^l^l j«Jl*JI 5jij| (jlt ^jLS'(^'^.oIjLhlLIj tL^.3Lu Lo ^MaJI (J tlUJl^ t4l>5XI 4jLa^

.f<x9^JLtl ^UtiXl i.liblSLa| j-allj (^ (^1 ^aIiLI (Ja^ (j-a Sj.alx« (jj^ (jl

^aIxLI / jcJaJlII ' u1"'I (J^ (ja (^areU (jl illJlj \ij^ySejl\^ i(^^**JI (JjiI^tII «4 tla til

(^^3X1 ~(^^lJII (^wiSlLI ~(5>.aJhljVl 4Vc.^1AJI (jl (jSlajV lillj (_Jc> aLbj .(J-aAlij —^alt IL

.(^ij.4jJI

K^words: Ideologi, Anti Hak Asasi,Indonesia, Komunis, Pendidikan.

A. Pendahuluan

Idiologi Komuntsm-AJhefsme-Marxisme ortodoks, masuk ke Indonesia sejakzaman Belanda lewat tokohnya Hendrik Sneevliet (dikenal dengan Matin) danmendirikan ISDV (Jndische Sociaal Democratische Verene^n^y di Surabaj^ tahun1914.^ Untuk membesarkan organisasi itu, para tokohnya seperti Tan Malaka,Semaun,Muso, Darsono dan Alimin, masuk ke partai dan organisasi yang maju

*John D. Le^e, Soekamo: Sebuab ^iogr<^ Politik, teij: Tim PSH., (Jakarta; SinarHarapan,1985)hal.69.

Kritik IdeoloQ atas GerakanAnti... 145

saat im seperti Sarekat Islam Quga Budhi Utomo, dll.). Tujuannya iaiahmenjadikan partai dan organisasi itu sebagai kendaraan untuk menyampaikanaspirasinya yang radikal.^ Cara tersebut bisa terjadi sebab partai dan organisasipada waktu itu jarang menerapkan aturan yang ketat untuk melarang

anggotanya berpartai/berorganisasi ganda. Namun karena melihat tidak adanyamanfaat untuk menerima kelompok minoritas radikal (ISDV) tersebut, maka

kelompok konservatifS.I memaksa kelompok ISDV keluar. Kondisi inilah yangmenjadikan ISDV merombak dirinya menjadi Partai Komunis Indonesia padaMei 1920.^

Sejakkeluardari SJ, PKI semakinradikal, terutama setelah pertemuan parapemimpin mereka pada Desember 1925 di Prambanan.'* Pertemuan itumemutuskan bahwa PKI hams melakukan tindiikan yang lebih radikal danterbuka. Maka pemberontakan I dimulai pada November 1926 di dua daerah;

Jawa Barat dan Sumatera Barat, serta dibarengi dengan pengumumanterbentuknya sebuah Republik. Tentu saja ini dihancurkan oleh kolonialBelanda dan pada 1927 PKI dinyatakan terlarang. Namun mereka tetapbergerak meski di bawah tanah.^

Setelah gagal tahun 1926, selaku tokoh PKI yang dibuang Belanda, Musopulangdari Moskwa tahun 1935 untuk menyusun kekuatan bam. Akan tetapi iatinggal hanya sebentar di tanah air, dan kemudian PKI bergerak dalam berbagaiorganisasi, seperti Gerindo dan serikat-serikat buruh. Tahun 1948, PKI

melakukan lagipemberontakan di Madiun, dengan tokohnya Semaun, Darsonodan Alimin. Alasannya ialah tidak; terakomodasinya secara mayoritas tokoh PKIdalam Kabinet Presidentil yang dibentuk Soekamo, setelah bubamya kabinetSyarifuddin dan pindahnya Ibu kota ke Yogyakarta, serta terjadinya agresiBelanda kedua pada 1948.^ Dalam kondisi kacau itulah PKE mengambil

2 Ibid

3Ibid, hal.77.

^ Ibid, h3l\04-l05.

3Auonyrri. dikutip dari http;// wikimediafoundatioaorg// diunduh 18April 2012.John D. Legge, Soekamo: Sebuah Biog^qfi Volitik,.,. haL262-263.

146 Millah VoL XII, No.1,Affistus 2012

kesempatan vintxik menggulingkan pemerintahan yang sah. Akan tetapi hal itudapat ditumpas oleh pemerintah Indonesia.

Perkembangan berikutnya PKI masih mampu mengkonsolidasikekuatannya. Ini terbukti dengan telap eksisnya di bumi Indonesia, bahkan padaEra Orde Lama terjadi hubungan yang erat dengan Presiden Soekamo. PKImelakukan infiltrasi ke semua instansi negara, terutama militer.' Puncakhubungan PKI dengan pemerintahan Soekarno iaJah demi cita-cita idiologimasing-masing. Soekarno demi Marhaenismenya dan PKI demi Marxis—

Leninisme—Maoisme. Kemudian keduanya muncul dalam langkah politik

berupa retuling terhadap DPR, yang cukup hanya diwakili oleh tiga partai:Nasionalis-Agama-Komunis/NASAKOM.® Peluang besar itu dimanfaatkanPKI untuk melakukan pemberontakan, yang kemudian dikenal dengan G 30 S.PKI.'

Tampaknya idiologi di atas tidak diterima secara luas oleh masyarakat

Indonesia. Ini ditendai dengan gerakan penumpasan G 30 S. PKI. yang

dikomandani militer dan dipimpin oleh MayorJenderal Soeharto. Tindakan keji

PKI sangat membekas pada masyarakat dan membikin trauma mereka. Olehkarena itu masyarakat, dengan TRITURANYA, bersama pemerintah dengantegas minta dibubarkaimya PKI di Indonesia. Meskipun sudah ditumpas habis

dan dilakukan pembinaan mendasar dengan idiologi Pancasila, tetapi dipastikanbahwa idiologi komunis masih ada di Indonesia dan diusahakan untukdikembangkan kembali, walaupuh dalam bentuk gerakan bawah tanah. Ini

ditegaskan oleh kantor berita Tass (Uni Soviet) tahun 1969 setelah berlangsungKonggres Partai Komunis Sedunia.^^

A.H, Nasution, Memnuhi Patig^lan Tugas: Jilid5 Kenatigafi Orde Lama, (Jakarta: CV. HajiMasagun^ 1989),hal 30 —31.

^Ihid.,hal.6-'7.

^ Soegiarto, Soerojo, Su^a MenaburAngn Akan Menuai Badai: G 30 S PKIdan Peran BangKanio, (Jakarta: Intermasa, 1988),haL 388-389.

" haL 239-258. ' - .' »Ibid., hal 351.

KrifikIdeokff atas GerakanAnti... 147

Selain itu memang sebagian besar kaum komunis cenderung mengikutiteori Revolusi Permanennya Leon Trotsky. Kemudian sinyalemen tanda-tandalain gerakan bawah tanah itu dimulai dengan munculnya radikalisme lewatPartai Rakyat Demokratik (PRD) yang dipimpin Budiman Sujatmiko denganSolidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi (SMID) sebagai organisasionderbouwnya. Dalam Anggaran Dasar Partainya, PRD tidak mengazaskanperjuangannya kepada Pancasila maupun agama tertentu, melainkan yangsifatnya kerakyatan semesta dan demokrasi." Di samping juga ada (peiigakuanterselubung) yang dinyatakan oleh salah satu pimpinan Komite Pimpinan PusatPRD,Mirah Mahardika dalam wawancara dengan Wikimedia:-

Akhir-akhir ini terdengar berita yang menjadi hangat di antara para aktivis pro-demokrasi, yaitu renc^a kedlktatoran Orde Bamyang akan menyatakan PRD danbeberapa organisasi lain sebagai OT (Organisasi Terlaran^. Seperti yangdiberitakan SiaR tanggal 27 September 1997, ada 32 organisasi yang tergabungdalam aliansi besar Majelis Rakyat Indonesia (MARI) yang aban dinyatakansebagai OT. Rencana pengumuman OTitu, menumt informasi 3^g k^imt dapat,adalah tepat pada 30 September nanti, yaitu tepat peringatan G.30.S. PKI. Sebab,organisasi yang dinyatakan OT pastilah akan diidentikkan dengan Partai KomunisIndonesia (PKQ.^^

Demikian pula dalam pemyataan sikap menyambut nlang tahun ke-52revolusi 17Agustus 1945, PRD menegaskan:

Hari ini, tanggal 17 Agustus 1997 mempakan hari yang sangat penting bagi•perjalanan sejarah Bangsa Indonesia dalam menuju kebebasan, karena hari ini.genap 52 tahun usia revolusi kemerdekaan bangsa kita. Usaha merebutkemerdekaan telah dilakukan dengan penuh pengorbanan oleh para pahlawan kita,khususnya oleh kaum revolusioner. Perjuangan membebaskan did ^ penjajahankolonialisme-impetialisme telah dilakiikan secara bahu-membahu oleh semuakelompok dan partai politik di negeri ini, baik oleh nasionalis, kaumkomunis, kaum Islam, kaum Katholik, kaum Kristen, kaum sosial demol^atik, dansebagainya.^^

>2 Anonymous, dikutip dari http:// wikimedia foundation.org/ diunduh 18 April 2012." Anonymous, dikutip dari www.prd.4-aiLorg diunduh 18 April 2012.

Anonymous, dikutip dari http//'wikimediafoundation.org//, diunduh 18 April 2012.15Ibid.

148 Millab VoL XH, No.1,Affistus 2012

Bukti lain berupa pemutarbalikan fakta sejarah. Yakni tuduhan tentang

dalang pemberontakan PKI1948 dan 1965 di KOMNAS HAM (temtama olehketuanya Abdul Halim Gamda Nusantara) merupakan labeling politdk yangmemojokkan PKI. Padahal G 30 S PKI terkait dengan rencana dan masalah

internal TNI AD.^® Upaya lain berupa usulan sebagian guru di Jawa Tengahtahun 1999 agar Mendiknas mencabut pemyataan keterlibatan PKI tersebut

Pada tahun 2005 Mendiknas dan Menko Kesra hampir memenuhi tuntutan itu.

Akan tetapi hal itu ridak terjadi karena ada penolakan Tim 9 yang dipimpin KH.

Yusuf Hasyim. Demikian pula tuntutan oleh Tapol dan Napol kepadapemerintah untukmencabut TAP MPRS XXV/1966 lewat LSM-LSM tahun2003 tentang pelarangan komunisme di Indonesia. Akan tetapi semua ituditentang oleh elemen masyarakat yang anti komunisme, seperti Front Ami

Komunis Gabun^n se-Jawa, Persatuan Masyarakat Anti KomunisBandung/PERMAK, Front And Komunis Yogyakarta/FAKY, sertaMasyarakat Anti Komunis dan CICS Jawa Timur.^^

Fakta tersebut membuktikan bahwa idiologi dan gerakan komunisme yang

dapat menghancurkan bangsa Indonesia ini masih ada. Lalu bagaimana langkahnyata untuk menangkal hal itu? tulisan berikut ini diajukan analisisnya.Pembahasan dimulai dari dasar pemikiran komunisme hin^ menjadi idiologidan gerakan radikal Kemudian dilanjutkan analisis mengenai konseppendidikan sebagai langkah nyata untuk menangkal idiologi itu. Pertanyaanya,kenapa mesti pendidikan? Jawabannya pertama^ karena melalui pendidikan bisadilakukan perubahan dasar pemikiran dan idiologi dengan tetap menjunjungringgi nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas tanpa dibarengi pelan^aran HAM,

jika dibandingkan dengan cara lain: militer, hukum, ekonomi, dsb. Keduaypendidikan pada hakekatnya berlangsung seumur hidup. Untuk itu jika dasarpemikiran telah tercema oleh suatu generasi lewat pendidikan, maka yangbersangkutanlah yang melanjutkannya melalui se^-education dalam rentangkehidupannya.

16 Firos Fauzan, Civil War Ala PKI 1965: Menjingkt^ Dervan Kevolusi PKI, (Jakarta:Accelerate, 2011) Foundation, haLi.

1'' Ibid., hal. ii-iv.

'Kritik IdeoloQ atas GerakanAnti.. \49

B. Pembahasan

Deskripsi tulisan ini dimulai dari, pertama, dasar pemikiraa komunisme,meliputi: pemikiran Marxds-Lemms-Maots-PKI dan tahap kesadarannya jikadirinjau dengan teori tahap kesadaran Paulo Freire. Kedua, penemuan konseppendldikan dengan dasar pemikiran komunis tersebut. Ketiga, pembahasantentanglangkah nyata pendidikan yangbisa menangkal idiologi komunis. Untukitu perlu dibahas tentang Teori Kritis Jurgen Habermas sebagai . antitesapemikiran dasar Marxis (sekaligus Lemms-Maois-VKI). Juga pemikiran dasarpendidikan Habermas yang dapatdigunakan sebagai penangkal idiologi tersebut(PKI).

1. Dasar Pemikiran Komunisme Marxis-Leninis-Maoi-PKI

Berawal dari penyebaran dan pengokohanpemikiran Marydsme-ortodox yangberpijak pada penafsiran positivisme terhadap ajaran Marx, bahwa sistemhcpitaUsme akan segera hancursecara alamiah dan kemudian disusul sertadiganridengan munculnya sistem sosialisme. Ini didasarkan pada hipotesa Marx dqlamDas Yjpital, yang menyatakan bahwa dengan semakin berkembangnyak^itaUsme berarri semakin terkonsentrasikannya modal pada kaum kapitalkaum prvletar. Hal itu menyebabkan bertambahnya kelas proletar, secaraotomaris kekuasaan akan beralih ke kelompok proletar. Namunperjalananya realitas seperti itu tidak pemah ada. Bahkan oleh Eduard Bernstein(seorang cendikiawan Marxts)^ dinyatakan bahwa asumsi itu tidak akan terjadikarena kaum kapitalis pandai menyesuaikan diri dengan kondisi yangberkembang dalam masyarakat. Pen<^pat ini dian^p sebagai 'Revisionisme olehpengikut Marxisme-ortodoks (termasuk Lenin) dan ditentangnya. Selanjutnyapemikiran kritis Marx, oleh kaum ortodoks tersebut, diselewengkan dandibekukan dalam bentuk keyakinan Idiolo^. Ini terbukti dengan terbentuknyaaliansi buruh sedunia dengan poros pengendalinya Uni Soviyet, yang justrumenimbulkan tindakan anti demokrasi. Ini sesungguhnya berlawanan dengan

\50Millah VolXII,No.1,Agf4stus2012

gagasan awal Marx yang ingin memerdekakan masyarakat dari belenggu kauin

Bo^uislI^itaUsls^sit sosialismenja, dalam bentukmasyarakat komunal!komunis.Kemudian Lenin, Mar^dsme-ortodoksnya, lebih menekankari pada

deteminisme ekonomi sebagaimana Marx itu sendid dan itu menjadi dasar

diakktika materiaUsmenya. Artinya sejarah ditentukan serta dlawali oleh kiprah

^ekerjaan/ produks^ manusia yang paling dasar seperti.memenuhi kebutuhanmakan, minum, dan berpakaian, sebelum melakukan tindakan Iain; bemegara,berpolitik, seni, hukum, dsb. Dengan kata lain sejarah dimengerti atas dasar

diakktika ekonomi dengan stniktur kelas sosial. Jika ini terjadi maka muncul

kelas sosial berdasar hak milik dan itu akan menghambat perkembangan, makaakhimya memunculkan perubahan sosialyang itu sifatnya past! revolusioner.

Di sampingitu juga hal tersebut melahirkan bentuk masyarakat bam tanpakelas. Akan tetapi gagasan Marx tersebut ditolak ketdka Lenin menyadari bahwarevolusi tidak akan muncul dengan sendinnya sebagaimana teori Marx; yangmenganggap revolusi akan terjadi sebagai akibat melemahnya kapitalisme secaraalamiah (akibat peduasan pasar, produksi gila-gilaan yang bemjung padajatuhnya harga). Lenin justm melihat revolusi bisa terjadi kalau partai maumelakukan revolusi."

Untuk kepentingan itu maka pedu kekuatan yang tersatukan dan terpusatserta dikuasai oleh negara. Artinya perlu kc^italisme negara, yakni negaramengadministrasi hak milik. Itulah pembelokan Mar>dsm menjadi sebuahidiologi oleh Lenin dan yang sekaligus membedakannya dengan Marx.^ PadahalbagiMarx, dalam komunisme tidakada kelas sosial, tidakada hak milik pribadi,alat produksi diums langsung oleh yang bekerja di situ. Jadi negara bukansebagai alat untuk tindakan fotaliter, sebab dalam totalitarianisme perbedaan kelasmuncul kembali dan dalam bentuk kediktatoran oleh segelintir kaum elit

Negara adalah untuk kesejahteraan bersama, oleh karena itu yang tepat adalahbempa sosiaHsme negara dalam proletariat. Negara boleh ada hanya sementara

'spianz Magnis Suseno, Pemkiran Karl Marx; Dari SosiaHsme \Jfopis Ke PerseHsihanPfvisionisme^ (Jakarta: Gramedia, 2000), haL 5.

Rodee, C.C. etaL, Pengantar llmu PoHHk (Jakarta: FT. Raja Grafindo Perkasa, 2000), haL172-173. . .

Kritik Ideoloff atas GerakanAnti. ..151

dalam rangka nasionalisasi. Ini ditujukan untuk menyingkirkan kapitalis. Jikamereka sudah tidak ada dan tidak menjadi ancaman, maVn negara menjadihilang d^ masyarakat terbentuk secara komunal (komunis).

Selanjutnya Maoisme, merupakan Mandsme yang khas Mao Zedong. Dalamhal ini dialektika sejarah Man>as difahami sesuai kondisi nil masyarakat Cina. Inimerupakan wujud semangat nasionalismenya, walaupun tidak berarti sefahamdengan confiisianisme. Jika Marxism memandang revolusi akan berakhir setelahtercapainya masyarakat komunal; yang berarti munculnya sosiaUsme negara dalamproletariat^ maka bagi Maoisme revolusi tidak akan berakhir. Negara juga hams-ada karena ia menjadi wadah bagi nasionalisme Cina, sehin^a keberadaannyasangat bemilai. Jadi bukan seperti Lenin yang memandang negara hanya sebagaialat pengadministrasian kepentingan masyarakat komunal. Itulah wujudpembekuan pemikiran kritis Marx ke dalam idiologi dan langkah politis yangkhas Cina. Pembekuan itu juga terlihat pada konsep politik Mao tentang "garismassa", yang kemudian dikenal dengan selogan "dari massa, untuk massa".Maksudnya bahwa kebijakan politik partai yang bagus jika gagasan itu secaramumi bersumber pada massa (petani dan pekerja), dengan selalumemperhitungkan kepentingan dan. keinginan mereka. Dengan kata lainimplementasi kebijakan tersebut hams mendapat dukungan darimassa.^

Pemikiran dan tindakan Mao .tersebut cukup moralis, sehingga dapatdikatakan bahwa gagasannya telah membah teon "materialisme-dialektik" Marx,menjadi "moralisme'dial€kti^\ Mao Zedong berpendapat bahwa dalam rangkatran^ormasi masyarakat tradisional ke moderen yang khas Cina (bempa kemajuanindustrialisasi) hams dibarengi dengan penanaman sosiaUsme sebagai landasanmoralitas masyarakat Jika hal itu tidak dilakukan maka tidak ak^tn menjaminkelanggengan masyarakat bam yang diharapkannya. Strategi moralisme-dialektistersebut mempakan program 'Xompatan Jauh ke Depan" {the Great heapForward) yang dilakukan pada tahun 1958-1959. Ini dimaksudkan untuk

F.M Suseno, Vemikiran Karl Marx: DariSosiaUsme XJtopis Ke PerseUsiban Revisionisme.. haL170471.

22 J.C.F., .Wang, ^Values of the Cultural Revolution" dalam Journal of Communication, voL27, no. 3 (1976),haL 55.

MlMillah Vol. XlhNo.1,Agustus2012

menebus kesalahan strategi pertamanya. Yakni yang hanya menidk beratkanpada pembangunan industii semata. Tujuan strategi itu untuk mengubah Cinamenjadi suatu negara sosialis industri yang modem secepat mungkin. Gunamewujudkan langkahnya secepat mungkin, maka pelaksanaannya bolehmelompad- tahap-tahap normal pembangunan supaya memperpendek jalanmenuju sosialism. Terkait dengan itu pula maka kesadaran masyarakat harus(^rubah menuju kesadaran sosialis yang kuat dan sekaligus diwujudkan dalamkehidupan sehari—haii.^

Kemudian bagaimana dasar pemikiran komunisme di Indonesia (PKI)?Tampak tidak jauh beda dengan yang dikembangkan oieh Lenin-dan MaoZedong. Yakni pemikiran kritis Marxis dibelokkan menjadi sebuah idiologlLangkah politik untuk mewujudkan idiologi itu di tempuh dengan cara yangsangat radikaly menghalalkan segala cara serta keji, sebagaimana yang munculdalam bentuk pemberontakan tahun 1926 di Sumatera Barat dan Jawa Barat,peristiwa Madiun 1948, danG. 30S. PKI 1965. Kesimpulan inididasarkan padadata bahwa tddak ada pemikiran filosofis kritis-Marxisme yang khas Tan Malaka,Muso, D.N Aidit, dll., yang dikembangkan di Indonesia, selain hanyamemanfaatkan idiologi heninis-Maois yang sudah mendunia untuk kepentinganambisipribadinj^.

2. Tahap Kesadaran Masyarakat Yang Dibangun MarxismeDari pembahasan di atas dapat difahami bahwa tahap kesadaran

masyarakat yang dibangun oleh komunisme Manxis-Leninis—Maois-'PKl ialahtingkat kesadaran sosialis. Akan tetapi implementasinya dalam berso^berpolitik, dan bemegara pada Marydsme Karl Marx, berbeda dengan ketigapenganutnya tersebut (Lenin, Mao Zedong, dan tokoh-tokoh PKI). Padaketiganya sosialisme diwujudkan secara radikal, totaUter, dan anarkhis. Padahal

^ E. L, Wheelwright & Mc. Fatlane, B. (ed.), The Chinese Road to SodaBsm: Economics oftheCulturalRsvoluHon, (London: Penguin Books, 1973), haL 80.

Krifik Ideolo^ atas Gerakan Anti. ..153

langkah itu sangat ditentang oleh Karl Marx, sebagaimana kritiknya terhadapMikhail Bakunin (hidup tahun 1814-1876) daiiRusla.^

Dengah meminjam teoh Paulo Freire tentang tahap kesadaran masyarakat,maka dikatakannya ada tiga, yaitu semi-intransitif, transitij-nmf, dan transitif-kritis.Tahap semi-intransitif ditandai dengan dikuasainya manusia oleh mitos-mitosyang dldptakan oleh kekuatan sosial. Sikap dan perilaku mereka tidak berdasarkemandirian, tetapi dikomando oleh -suasana yang dibentuk oleh kelomp'Ok yangdipandang masyarakat mitis sebagai yang layak dipatuhi. Mereka hidup; dalamkondisi tertindas, inferior^ tidak percaya diri/rendah diri, dan suasana psikologislain yang sepertd itu.^

Kemudian tahap transitif-naifi's^gh. kesadaran yang lebihmelihat sisi manusiasebagai penyebab permasalahan hidup. Misal masalah etika, kreatifitas, dll.,muncul oleh karena faktor manusianya sendiri yang memang pemalas, tidakpunya semangat untuk bangkit dan merubah nasibnya, tidak punya semangatwirausaha, dsb;^^

Berikutnya tahap transitif-kritis, yaitu kesadaran manusia yang melihatsumber permasalahan hidup lebih diakibatkan oleh struktur dan sistem; sosial,politik, ekonomi, dan budaya. Menurutnya hal itu terutama dimunculkan olehkaum elit (Brazilia) yang berpandangan'-^o^w/r serta kapitalis. Karena kondisiyang tidak human itulah menjadikan manusia sadar, dan kesadaran kritisnya.itulah mengemuka dalam bentuk tindakan tranformatif terhadap sistem danstruktur yang selama inimembelen^;u kehidupan mereka.^®

Berdasar pada data tentang tahap kesadaran yang dibangun maryismeLeninis-Maois-'PKl dan teori tahap kesadaran Paulo Freire, dapat dianaltQiQbahwa tahap kesadaran sosialisme yang radikal, totaliter, dan anarkhis marxisme

jry.-'.

^ F.M Suseno, Pemikiran KarlMarx: Dari SosiaUsme Utopis Ke Perselisihan Rmsionisme ..., haL242 - 243.

^ Paulo R.N Freire, Education for Critical Consciousness (Cambridge, USA: Masschusetts1973), hal. 3-20.

26 Ibid., hal. 17.

27 Ibid, hal 18.

28/^^, hal. 18-20.

\S^Millah VoLXII,No.1,A.gustus2012

tersebut termasuk dalam tahap kesadaran semi-intransitif dan transitif-naif.Penyamaan itu didasarkan pada kesamaan jenis perilaku mereka. Yakni mereka

cenderung menyederhanakan persoalan dan berprilaku dan berprikehidupan

dibawah standar manusia pada ummnnya. Hal ini dapat dilihat dari tindakanmereka yang kejl dan suka menghalalkan segala cara demi kepentdngan diri dan

kelompoknya. Di samplng mereka sangat sektatian, dan merasa paling benar

sendid, sehin^a jauh dari karakter yang selalu ingin melakukan investigasi dan

dibarengi dengan penjelasan-penjelasan yang fungsional dan akurat. Pikiran

mereka juga dipenuh dengan angan-angan kosong. Begitu pula kepribadiannya

diwamai oleh kemampuan berargumentasi yang sangat rapuh karena dasar-

dasar loglkanya yang tidak kokoh. Sehin^a diskusi/perdebatan selalu diakhiridengan xmgkapan "pokok-e atau harus begini, begitu, menutup segala

kemungkinan yang lebih terbuka, dsb." Jelas yang demikian adalah sikap

menutup sendM {pcclusivi) dan maunya menang sendiri. Juga ditopang denganpenjelasan-penjelasan yang bersifat ma^ dan mitis^ seta karakter mereka yang

emosional dan senang berpolemik daripada dialog/komunikasi.

3. Konsep Dasar Pendidikan Komunisme

Untuk menetapkan konsep dasar pendidikan komunisme, jika didasarkananalisis dari teori pendidikan Paulo Freire yang berdasar pada tahap kesadaranmasyarakat yang telah dirumuskannya, yaitu semi-intransitif, transitif-naif, dantransitif-kritis. Langkahnya adalah dengan memperhatikan indikator-indikatoryang ada pada tahap kesadaran komunisme *Qdands-Leninis-Maois-^Kl),kemudianditafsirkan menurut kriteriateod pendidikanPaulo Freire dimaksud.

Ditilik dari dasar ontolo§ dan epistemolo^, maka tampak bahwa bagi merekayang.berkesadaraii semi-intransitif dan transitif-naif, naUtas difahami secara empiris(sebagaimana 5^g tampak). Namun pada saat yang sama realitas dipandangsebagai sesuatu yang lain secara kontradiktif Ini disebabkan bukan olehketidaktahuan mereka,melainkan justru karenakesengajaan (padadasamya tahutetapi kemudian sengaja pura-pura tidak tahu/membodoh). Jadi subjekmendominasi objek dalam rangka rekayasa atau memutarbaiikkan fakta. Secaraonolo^s dan epistemolo^s, mestinya mereka termasuk berfaham dualisme, tetapi

Krifik Ideolo^atas GerakanAnti.., 155

dalam prakteknya mereka iriemandang reaUtas dengan sebelah mata; yang empirikdan rasional / dunia dan akherat, ada, tetapi rasional danatau akherat dibekukan(sengaja tidak jnau tahu/pokok-e) demi mengutamakan dunia/ )zsm2i!sA/empirik.

Dengan pandangan dunia seperti itu maka belajar mtm^2ksin. pengukuhan /ahsolutisme yang nomatif atas pengalaman. Demikianlah teoii belajar yangberkembang- pada masyarakat komunis yang berkesadaran semi-intransitif dantransitif-naif. Artinya pengalaman disesuaikan dan diukur dengan norma yangdipandang benar {subjekfij). Ini sesuai dengan kepribadian mereka serta jenispenalaran yang dipeganginya selama ini, yaitu deduktif. Dengan demikianpengalaman bukan hal yang pokok melainkan sekedar pelengkap. Sebaliknyasubjek / native sangat menentukan dalam perolehan pengetahuaru

Akan tetapi karena subjek lebih mendominasi dan justru cenderungmengutamakan pengalaman / konkrit, maka terjadi pemutarbalikan kenyataan;yang ridak utama menjadi utama secara sengaja / membodoh, dan berkelanjutan/ dilestarikan. Dari itu pula maka sikap stagnan / statis (sama de.n^3is\pasraB) yangberkembang pada masyarakat tersebut. Hal itu berpengaruh pada penerapanmetode belajar yang bersifat imitatifdan tidak mampu mengembangkan dtnamilroberpfikimya secara realistis yang ilmiah, melainkan lebih bersifat kontradiktif.Dari itu pula tentunya metode pembelajarannya pun bercorak instruksional danberbentuk indoktrinasi. Dari sifatnya yang stagnan dan statis itu pula, isi danlingkup pembahasan materinyapun hanya melingkar pada persoalan yang itu-itusaja; rutin, mengulang-ulang, tidak berkembang, tidak actual / tidak tp to date(kadaluwarsa), dan tidakfungsional.

Atas pertdmbangan itu maka dapat difahami bahwa pada hakekatnyapendidikan' mereka bisa diartikan sebagai proses pelimpahan mated / kebudayaandari suatu generasi kepada genarasi lainnya yang coraknya monoton. U^^il.edukasipada tahap semi-intransitifdsn transitif-naif (sama dengan kesadaran sosialis Leninis-Maois-FKI), dan padanya tercermin suatu karakter sosialis yang radikal, totaliter,dan anarkhis, difahami oleh Paulo Freire mengandung manipulasiF Artinyapendidikan berlangsung bukan berdasar hubungan manusia dengan dunianyasecara objektif.

29 Ibid., hal. 148.

156 Millah Vol XH, No.1,A^tus 2012

Akan tetapi proses itu merampas hak kemanusiaan atau kebebasannya,karena, dengan meminjam istdlah Malcolm Knowles yang dilansir DepartemenKesejahteraan Pendidikan dan Kesehatan Amerika Serikat^^ tentang perbedaanantara paedagog^ dengan andragogf, pendekatan pendidikannya bersifat paedagogs.Maksudnya, dalam pendidikan tersebut pendidik dan terdidik didudukkan atasdasar hubungan diakktis yang tidak seimbang. Mereka laksana penindas danyang tertindas, pemerintah dan yang diperintah, guru dan mnrid atau yangmemberi dan yang c^beri. Jadi gum sebagai subjek pendidikan (instrukfuf)^sedangkan murid sebagai objekpendidikan(yang menerimainstruksi).

4. Langkah Edukatif Menangkal Gerakan PKI Antl Hak Asasi ManusiaDalam tulisan ini Teori Kritis Jiirgen Habermas sebagai konsep dapat

dijadikan l<>ngk^b nyatauntuk menangkal dasarpemikiran komunisme yang antihak asasi manusia. Alasannya, teori Habermas mempakan antitesa pemikirandasar Manas (sekaligus Lemms-Maois-VKX). Di samping terkandung juga didalamnya pemikiran dasar pendidikann}^ yang dapat digunakan sebagaipenangkal idiologi tersebut (PKI). Untuk itu di sini akan dibahas dua hal, yaituTeori Kritis dan Dasar Pendidikanyangdikembangkan Habermas.

a. Teori &itis Jurgen Habermas

Bagi Habermas, teori Marx mempakan suam filsafat sejarah, dan teori inidapat diberi suam dasar empiris. Artinya bisa digunakan kontrol empiris unmkmenentukan syarat-syarat objektif yang berlaku bagi betlangsungnya revolusi.Dad im filsafat sejarahnya dengan mjuan praxis tidak pemah memiliki suamkepastian meta-empiris, tetapi hams diberi fondamen yang kokoh dalam verifikasiempiris. Juga teori sosial Marx berdimensi dua yaim tindakan instrumental dantindakan komunikatif/ r^ktif.

Tindakan instrumental ialah tindakan pekerjaan atau produksi, yakni alat-alatkerja, teknologi, serta ketrampilan para pekerja. Manusia berhubungan dengan

melalui pekerjaan. Untuk im manusia menciptakan alat-alamya,mengetnbangkfln kekuaton-kekuatan produktif bam, sehin^a dengan cara

Malcolm Knowles, A Trainers Guide to Andragog, Revised Edition, (Washington D.C: USDepartement of Healih, Education andWelfere, 1973).

KriHk Ideolo^atasGerakanAnti... 157

tersebut manusia merefieksik^ diri dan membebaskanya dari kendala-kendalaalam. Teori tersebut berdampak pada manusia yang menjadikan diri, pertama,sebagai proses perwujudan diri melalui kegiatan produksi. Kedua, sebagai prosespendidikan melalui tindakan revolusioner

Teori Marx tersebut, bagi Habermas, hanya menekankan pada dimehsipertama yaitu pekerjaan. Akibatnya dimensi kedua menjadi terabaikan, yangsebenamya hal itu mempakan syarat kemungkinan emansipasi dari hubungan-hubungan kekuasaan karena membuka kedok idiologi-idiologi yang ada yaknidimensi komunikasi atau rejleksi.

Dengan r^ksi manusia dapat membuka kedok idiologi yang menutupistruktur kekuasaan. Sementara dimensi pertama hanya mereduksi manusia padapekerjaan yang hanya menggunakan tindakan searah dan ridak bersifat r^ktif.Di lain pihak, Marx memahami emansipasi sebagai tujuan yang dapat diusahakansecara objektif. Yaitu semata-mata melalui perkembangan .tanpa melibatkankomunikasi dan interaksi. Juga Marx memandang pembebasan manusia dianggapsebagai masalah teknologi. Dengan pandangan hukum ol^ektif perkembangansejarah itulah faham Manas menjadi saintistik. Yaitu suatu proses yang bercoraklinear dsm memandang ilmu tentang manusia sepadan dengan ilmu alam.^^

b. Teori Sosial Emansipatotis Jurgen HabermasTeori sosial kritis emans^atoris Habermars bercorak praxis^ dan ia berpijak

pada teori Karl Marx yang dikritisi dan dikembangkan. Pengembangan dtmnlaidengan, pertama, berdasar pada konsepnya tentangpraxis, menyegarkan kembalipemikiran-pemikiran Manas yang menyangkut dua pokok masalah yaituhubungan teori dan praxis maupun materialisme sejarah. Usaha mencari pertalianteori. dan praxis ditempuhnya dengan jalan konsensus dan komunikasi. Kedua,berdasar pada konsep praxis itu pula ia bermaksud memecahkan jalan buntuyangdihadapigenerasi I Teori Kritis.

Penjelasan tersebut tampak pada usahanya merumuskan kembali konseprasionalisasi. Jika menurut Marx perkembangan masyarakat/manusia ditentukanoleh keadaan masyarakat/manusia y^g senyatanya (proses kerja/tindakan

3iHabermas,Jurgen, Teori Tindakan Komamkatifn:KfitikAfas"RasioFungsional, terj:Nurhadi(Yogyakarta: KreasiWacana, 2007),hal. 450- 451.

158Millah VoL XU,No. 1,Agustus 2012

rasional bertujuan), maka bagj Habermas hal itu sekaligus jiiga ditentuk^ olehinteraksi!komunikasi (dndakan komiinikasi). Di sini Marx tampak lebihmenekankan dimensi (pistemologis pada kerja, bukan pada komunikasi. Padahalkeduanya merupakan tindakan dasar masyarakat/manusia. Pada Hndiikflnrasional bertujuan menunjukan tindakan dasarhubvmgan manu.sia dengan alam,dan sifatnya satu arah (subjek ke objek / monolog). Sedangkan rindakankomunikatif, mencerminkan tindakan dasar hubungan manusia dengansesamanya; dua arah timbal-balik/dialog.

Akan tetapi pada kenyataannya, seperti yang difahaminya pada masyarakatBarat," tampak bahwa konsep rasionalisasi yang semestinya menunjukkanberjalanya tindakan rasional berutujuan dan tindakan komunikasi\ hubunganteori dan praxis, bersifet sejalan dan berbarengan,, malah sebaliknya menjaditimpang. Mereka lebih menekankan pada dimensi kerja. Bersamaan dengan itupula muncul sistem kcpitaUsme; yang ditbpang teknologi dan sistem mekanik. Inimenyebabkan tindakan rasional bertujuan pada masyarakat tradisional, yangdijaga oleh k^Hmasi tradisi kebudayaan (inilah kerangka kerja institusionaltradisionalI kehidupan sosial budaya yang menjamin berkembangnyainteraksijkomunikasi), menyebabkan penekanan lebih tertuju pada tindakanrasional bertujuan (kerja/produksi). Ini artiiiya masyarakat kehilanganpemahaman-dirinya yang bersumber pada tindakan komunikatif (berbentukinteraksi sosial atas dasar pemahaman dirinya sndiri), diganti dengan modelpamahaman/ pengetahuanilmiahatau saintis/mekanis.

Di sinilah terjadi reijikas-diri ^embendaan-diri) manusia ke dalam kategori

tindakan rasional bertujuan. Dengan demikian kesadaran manusia yangterbangun adalah kesadaran teknokrasi; terafah, terkendali humanitasnya, dan

berwatak iMolo^s. Pada kesadaran yang seperti ini, kata Habermas, masyarakattelah kehilangan dimensi etisnya, dan jelas hal itu merupakan desakan dari atas,

bukan berkembang dari bawah/budaya.^^Melihat kenyatoan di atas kemudian ia berupaya merumuskan suatu konsep

rasionalisasi yang wajar, yang disebutnya dengan interaksi sosial emansipatoris,berdasar tindakan komunikatif. ^sionalisasi yang dimaksudkanya ialah berkenaan

32Jiirgen, Habermas, Toward a TaitionalSociety, (London: Hoinemann, 1971),hal. 93 - 122.

Kritik Ideolo^ atasGerakanAnti. ..159

dengan perkembangan masyarakat -secara seimbang. Hal im menyangkut tigahal, yaitu rasionalisasi teknis/dimensi kerja, rasionalisasipraxis/Smensi Intetaksiatau komunikasi, dan rasionalisasi sistem/dimensi kekuasaan.^ Makna konsep ituialah bahwa perkembangan masyarakat/manusia hendaknya terarah kepadabentuk hubungan-hubungan kerja, komunikasi, dan kekuasaan. Denganrasionalisasi ketiganya berarti mereka. dapat sekaligus memperluas penguasaanteknis terhadap proses duma ekstemal masyarakat/manusia, mampumengkondisikan situasi komunikasi yang bebas serta human, dan akhimya blsamenetapkan tujuan tekms serta praxis din mereka secara sempuma. Melaluiketiganya, bagi Habermas, perkembangan ma^syarakat/manusia bisa lebih human(sesuai dirinya), tanpa terkendaia/terjebak ke dalam ideolog.

c. Pemikiran Pendidikan Habermas: sebagai penangkal untukkomumsme/PKI yang anti hak asasi manusiaPemikiran sosial kritis emansipatoris Habermas tersebut tentu berdampak

pada konsep dasar pendidikanya. Bagi Keith Morrison, pengaruh pemikiran ituterhadap pendidikanya berupa konsep dasar (teori) pendidik^ yang disebutnya •"Pariisipan PofensiaP.^ Terkait dengan hal itu maka akan penuHs jelaskankonsepnya tentang manusia (subjek pendidikanya), kurikulum, serta metodepembelajaranya. Pembahasan dicukupkan pada tiga hal tersebut, sebab padanyasudah termuat substansi dari konsep pendidikanya.

Konsep manusia menurut Habermas sangat bertolak belakang denganMarxis-Leninis-Maois-PKl. Pada keempat pemikiran yang terakhir, manusiaadalah sebagai pribadi yang berkesadaran semi-intransitif dan transitif-na^sebagaimana telah dikemuakan dalam uraian terdahulu.. Ini kemudianberdampak pada munculnya- tatanan kehidupan masyarakat/manusia yangsosialis, namun radikaljotaliter, dan diktator proletariat {idiologis). Sebaliknya bagiHabermas, manusia yang digagasnya ialah yang sosialis-kritis-emansipatoris. Yaknimanusia yang dengan kesadaranya dapat memperluas penguasaan teknisterhadap proses dunia ekstemalnja, dan mampu mengkondisikan situasi

^JR. Sensat, Habermas andMar>asm, (London: Sage Publication, 1979), hal, 42 - 43.^ Kdth Momson, Habermas", dalam Joy A. Palmer (ed.) 50 Pemikiran Pendidikan-

uanFiaget SampoiMasa Sekarang (Yogyakarta: Jendela, 2003), hal. 382.

160 Millah Vol. XII, No.1,A^stus 2012

komunikasi yang bebas dan human. Juga bisa menetapkan tujuan teknis sertapra>ns din'fiya secara sempuma. Dengan ketiganya, bagi Habermas, dapatmenjadikkan perkembangan manusia lebih human (sesuai dirinya), tanpaterkendala/terjebak ke dalam idiolo^. Dengan kata lain Habennas bertujuanmelakukan konsensus dan komunikasi tethadap ti^ kepentingan kognitifmasyarakat/manusia, yaitu teknis, praxis, dan emansipaforis. Ini dapatmemunculkan masj^rakat/manusia yang mampu mengelola dunia ekstemalnjadengan nuansa pemahaman yang mendalam (dengan hermeneutik dan versteheti)tethadap realitas kehidupanya, serta dalam tata cara hubungan yang dialog,setara, komunikatif, dan egatiter. •

Untuk mendukung capaian karakter manusia seperti itu, maka rancangankurikulumnya hams memuat materi pembelajaran yangmampu menumbuhkanpotensi yang terkait dengan ketiga kepentingan kognitif tersebut; teknis, praxis,dan emansipatoris. Contohnya ialah mated pembelajaran tentang sadar budaya,kajian sosial, sadar lingkungan, multikulturaUsme, dsb.

Adapun metode pembelajaranya ialah dengan model riset-aksi Jteoritispraxis.Di sini ketiga kepentingan kognitif; teknis, praxis, dan emansipatoris, dapattermanifestasikan apabila dikemas dalam delapan prinsip metode pembelajaran.Metode tersebut tercakup dalam kegiatan yang bentuk kooperatifdan kolahoratif,diskusi, belajar mandid, eksplorasi lingkungan,problem solving orasi dan seminar

agar terdidik mahirberbicara, ;^^/^perenungan, sertakritis dan tranformatifMelalui tiga konsep dasar pendidikanya itu; konsep tentang manusia,

kudkulum, dan metode pembelajaran, maka realisasi teod pendidikan partisipan

potensial yang digagasnya dapat terwujud. Sebab seluruh potensi. kedidanmasyarakat/manusia bempa tiga kepentingan ^o^«//^masyarakat/manusia, yaituteknis ^emampu mengelola dunia ekstemalnja dengan nuansa pemahaman yang

m&ndisHismlhermeneutik dan verstehen tethadap realitas kehidupanya), praxis(kemampuan pengelolaan hubungan yang dialogs), dan emansipatoris

(kemampuan mengkondisikan situasi komunikatifyang bebas dan egaliter, dapattumbuh sesuai kemanusiaanya yang etis.

35 mi, hal. 386.

'35/ivV/.,hal. 387.

KritikIdeoloff atas GerakanAnti. ..161

C. Penutup

Sebagai akhir dari deskripsi, analisis dan diskusi dari keselunihan tulisan inidapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai bedkut:

1. Bahwa bangsa Indonesia yang berdasar Pancasila harus terb'ebas dari

Marxns-l^ninis-Maois dan PKI. Masyarakat Pancasilais adalah yangberiman, bertaqwa, dan bermoral, bermartabat dan sopan-santun, yangmenjunjung tinggi Multikulturalisme^ yang bijaksana demokratis,komunikatif, dan dialo^s^ serta SQXzxiilegaliter.

2. Bahwa keptibadian tersebut sangat luhnr, karena mencerminkanmanusia yang seutuhnya, dan berbudaya sesuai realitas kehidupanya.Masyarakat Indonesia tersebut jauh dari sosialisme yang radikal, totaUter^dan diktatorproletariat. Dengan demikian, mereka bukan kapitalis, liberal,dan saintistik.

3. Bahwa seluruh karakter terakhir tersebut, bagi Habermas, terbentuk atasdasar penekanannya pada konsep rasionaUsasi yang tdmpang. Yaknipartisipan potensial yang dimiliki masyarakat/manusia (berupa rind^Wanrasional bertujuan dan tindakan komunikasi) yang seharusnya terbinasecara seimbang, temyata dalam prakteknya penekanan hanya tertujupada tindakan rasional bertujuan/rindakiin instrumental

4. Bahwa Jangkah nyata untuk menangkal hal tersebut dengan kritikidiologi. Yakni suatu analisis dalam rangka menemukan sisi kelemahanteori Marxis, terutama pembelokanya kearah idiologs oleh kaum Marxis-Leninis-Maois dan PIQ. Juga secara edukatifhssMs dirancang suatu tujuanpendidikan yang mampu mewujudkan masyarakat/manusia yang-bisamengembangkan tiga kepentingan kognitif; teknis,praxis, dan emansipatoris.Kemudian perlu disiapkan kurikulum yang mendukung pencapaiantujuan tersebut, seperti mated pembelajaran tentang sadar budaya, kajiansosial, sadar lingkungan, multihtUuralisme, dsb. Selahjutnya mated, ituharus dikemas dengan metode pembelajaran yang berbentuk riset-aksif teoritispraxis.

\62 Millah Vol. Xn,No.1,A^s 2012

DAFTARPUSTAKA

Fauzan, Firos. 2011. Civil War Ala PKI 1965: Menjingkap Dewan Psvolusi PKI.

Jakarta: Accelerate Foundation.

Freire, Paulo. 1973. Education for Critical Consciousness. The English-language

edition for it was prepared in association with center for the Study of

Development and Social Change Cambridge USA, Masschusetts.

Habermas, Jiirgen. 1971. Toward a PationalSociety. London: Hoinemann.

Habermas, Jiirgen. 2007. Teori Tindakan Komunikatif II: Kritik atas Pasio

Fungsional, Terj: Nurhadi, Yogyakarta: Kreasi Wacana..

Knowles, Malcolm. 1973. A Trainers Guide to Andragog^. Revised Edition.

WashingtonD.C, US Departement of Health, Education and Welfare.

Legge, John D.. 1985. Soekamo: Sebuah Bio^cfi Potitik. Terj: oleh Tim PSH.Jakarta: Sinar Harapan.

h-fcgnis Suseno, Franz. 2000. Pemifdran Karl Marc Dari Sosialisme IJtopis kePerselisiian Pevisionisme. Jakarta: Gramedia.

Mirah Mahardika. 1997. PRD Tak Gentar Dinjatakan "OT",

http//wikimediafoundation.org// diunduh 18April 2012.

Morrison, Keith. 2003. 'jiirgen Habermas", dalam Joy A. Palmer (ed.) 50Pemikiran Pendidikan: Dari Piaget SampaiMasaSekarang. Yogyakarta: Jendela.

Nasution, A.H.. 1989. Memenuhi Panggilan Tugas: Jilid 5 Kenangan Orde Lama.Jakarta: CV. Haji Masagung.

PRD.. 1994. Anggaran Dasar Partai Pa^at Demokratik, www.prd.4-alLorgdiunduh 18 April 2012.

Rene Goldman. 1968. 'Mao, Maoism and Mao-logy" dalam Journal of PacificVol. 41, No. 4, hal. 566.

Rodee, C.C. et.al. 2000." Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Raja GrafindoPerkasa.

Sensat, JR.. 1979. Habermas andMarxism. London: Sage Publication.

Kriiik Ideolo^ atas GerakanAnti... 163

Soerojo, Soegiarto. 1988. Sic^a MenahurAn^n Akan MenudBadai: G 30 S PKIdanPeran Bung Kama. Jakarta: Intermasa.

Wan^ J.C.F..1976. "Values of the Cultural Revolutdon" dalam Journal ofCommunication^ vol. 27, no. 3, hal. 55.

Wheelwright, E. L.,Mc.Farlane, B. (ed.). 1973. The Chinese Road to Socialism:Economics ofthe CulturalRevolution. London: Penguin Books.