psikologi sosial; sosial kognisi
DESCRIPTION
Social Psychology; Social Cognition The manner about how we think, analyze and interpret about other people and the social world. Psikologi Sosial; Kognisi Sosial Membahas mengenai perilaku tentang bagaimana kita menganalisa dan menginterpretasikan orang lain dan lingkungan sosial.TRANSCRIPT
PSIKOLOGI SOSIAL I
SOSIAL KOGNISI: BERPIKIR MENGENAI
DUNIA SOSIAL
DISUSUN OLEH:
Awalia ZulfaEliana HerawatiHelena FiridisaKunta Qouli H
Siti Sariyah
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Jl. Raya Meruya Selatan Kembangan, Jakarta Barat 11650
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya sosial kognisi pada tahun 1970-an menandai perubahan
fundamental tentang bagaimana para psikolog sosial mempelajari tentang manusia.
Sebelum tahun 1970-an, psikologi sosial di dominasi oleh doktrin pemahaman
behaviorisme, yang menyatakan bahwa untuk menjadi ilmiah, psikolog hanya harus
mempelajari perilaku terlihat dan tidak membuat kesimpulan tentang pikiran dan
perasaan terjadi di dalam pikiran.
Psikolog sosial mulai menyadari bahwa bagaimanapun juga tidak mungkin
untuk memahami orang tanpa memeriksa bagaimana mereka berpikir dan merasakan.
Sehingga pada 1970-an, para psikolog sosial mulai fokus studi mereka pada pikiran
dan perasaan manusia.
Metode dan teknik yang dikembangkan memungkinkan pengamatan langsung
dan tidak langsung dari proses mental, sehingga proses ini dapat dipelajari secara
ilmiah. Istilah kognisi sosial mulai banyak digunakan pada tahun 1980 dan mencakup
sebuah gerakan yang luas untuk mempelajari apapun pemikiran oleh orang-orang
tentang orang-orang dan tentang hubungan sosial (Fiske & Taylor, 1991).
B. Ruang Lingkup Masalah
1. Apa pengertian Kognisi Sosial?
2. Bagaimana pengaruh skema terhadap Kognisi Sosial?
3. Bagaimana manusia membentuk Heuristic atau Jalan Pintas Mental?
4. Apa saja sumber kesalahan (errors and biases) dalam Kognisi Sosial?
5. Mengapa afek dan kognis berhubungan dengan Kognitif Sosial manusia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian mengenai Kognisi Sosial
2. Untuk memahami pengaruh skema terhadap Kognisi Sosial
3. Untuk memahami manusia membentuk Heuristic atau Jalan Pintas Mental
4. Untuk memahami sumber kesalahan (errors and biases) dalam Kognisi Sosial
5. Untuk memahami afek dan kognis berhubungan dengan Kognitif Sosial manusia
D. Metode Penulisan
Metode Kepustakaan
Adalah suatu sistem metode dimana dalam pembuatan makalah ini penulis harus
mengumpulkan atau menjari buku yang berkaitan dengan “Sosial Kognisi: Berpikir
Mengenai Dunia Sosial.”
BAB II
SOSIAL KOGNISI: BERPIKIR MENGENAI DUNIA SOSIAL
A. Pengertian Kognisi Sosial
Kognisi social adalah studi tentang bagaimana orang menarik kesimpulan atau
inferensi dari informasi social yang ada dilingkungan. Riset tentang kognisi social
membahas bagaimana orang membuat penilaian social tentang individu atau
kelompok social lain, tentang peran social, dan tentang pengalaman mereka sendiri
dalam setting social.
Psikolog social menggunakan istilah ini untuk menerangkan cara-cara kita
menginterpretasi, menganalisis, mengingat, dan menggunakan informasitentan dunia
social dengan kata lain, bagaimana kita berfikir mengenai orang lain.
B. Skema
Shceka (skema) adalah seperangkat tatanan stuktur pengetahuan atau
pemahaman mengenai beberapa konsep atau stimulus. Skema berisi pengetahuan
tentang konsep atau stimulus, relasi antar berbagai pemahaman tentang konsep itu,
dan contoh-contoh spesifiknya(Fiske & Taylor, 1991. Dalam buku Psikologi Sosial
Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009). Skema dapat berubah
berubah skema tentang orang tertentu, peran sosial atau diri sendiri; sikap terhadap
objek tertentu; stereotip tentang kelompok tertentu; atau persepsi tentang kejadian
umum.
Skema tentang kejadian yang sangat umum dinamakan script(Abelson, 1976.
Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun
2009). Script adalah urutan standar dari suatu prilaku selama satu periode waktu
tertentu.
Skema dan script adalah penting karna orang mengandalkannya untuk
menginteretasikan lingkungan. Skema membantu kita mengenali aspek apa dari
situasi atau stimulus yang merupakan aspek penting. Skrema dan script menciptakan
sruktur dan penataan informasi. Skema memampukan kita untuk mengingat informasi
dengan lebih baik, menata detail dan untuk mempercepat pemerosesan informasi yang
relivan dengan skema. Skema terkadang dapat melengkapi kekurangan pengetahuan
dan membantu kita menginterpertasikan dan mengevaluasi informasi baru.
PEMEROSESAN SKEMATIS
Keuntungan Skema
Skema dan pemerosesan informasi. Skema adalah penting karna membantu
kita memproses banyak sekali informasi secara cepat dan efisien. Skema membantu
kita mengingat dan menginterpretasikan informasi baru, menarik inferensi dari info
baru itu, dan mengefaluasikan apakah kita menyepakati info itu atau tidak, memahami
dan mengindentifikasi informai yang sesuai atau tidak dengan skema(Sherman, Lee,
Bassenoff, & Frost, 1998. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne
Peplau, David Sears. Tahun 2009). Dan skema membantu kita mempersiapkan diri
dan menata ekspektasi kita terhadap apa yang mungkin akan terhjadi. Keuntungan
pemerosesan skematis ini telah dibuktikan melalui berbagai bidang studi.
Skema membantu mengingat. Memori sering bekerja baik ketika kita punya
representasi skematis dari kejadian dimasa lalu atau orang. Karena skema memberi
kita banyak detail tentang itu semua(Hirt, 1990. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi
12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009). Terkadang informasi yang
bertentangan dengan skema diingat dengan lebih baik ketimbang informasi yang
konsisten dengan skema, khususnya ketika seseorang tidak punya skema yang bagus.
Orang yang tidak akrab dengan suatu skema dan berusaha untuk mempelajarinya
tampaknya bisa mengingat informasi yang tidak konsisten dengan skema secara lebih
baik(Ruble & Stangor, 1986, Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne
Peplau, David Sears. Tahun 2009). Demikian pula, orang yang sangat mengenali
suatu bidang akan lebih mudah mengenali ikonsistensi. Orang yang memiliki skema
moderat mungkin lebih memperhatiakan pada informasi yang sesuai skema(Higgins
& Bargh, 1987. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David
Sears. Tahun 2009).
a) Skema mempercepat pemrosesan. Ketika seseorang memiliki sebuah
skema untuk orang atau situasi tertentu, akan lebih mudah bagi mereka
untuk memperoses situasi yang relevan dengan skema tersebut. Skema
tidak selalu mempercepat pemrosesan. Dalam beberapa kasus, memiliki
skema yang baik justru memperlambat pemrosesan karna skema ini
menghasilkan banyak informasi dan kompleks yang mesti diproses(Fiske
& Taylor, 1991. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne
Peplau, David Sears. Tahun 2009).
b) Skema membantu informasi otomatis. Pemrosesan skematis dapat
terjadi hampir secara otomatis, tanpa ada usaha sadar. Misalnya, bertemu
kawan yang special, mungkin anda secara otomatis menyambungkan
karakteristik yang berhubungan dengan persahabatan, seperti kebaikan dan
kehangatan, dan mungkin anda tidak menyadari bahwa anda sudah
menisbahkan karakter itu kepadanya. Efek otomatis ini sangat mungkin
terjadi apabila informasi dilingkungan menunjukkan skema tertentu secara
jelas, atau jika skema itu berkaitan dengan bidang yang menjadi perhatian
emosonalnya (Bargh, 1994. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor,
Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009).
c) Skema menambah informasi. Sebuah skema dapat membantu kita
mengisi informasi yang hilang saat ada gap dalam pengetahuan kita. Jika
kita membaca tentang sosok polisi tetapi tidak punya informasi tentang
bajunya, kita akan membayangkan dia mengenakan seragam cokelat. Kita
berasumsi bahwa perawat adalah orang yang hangat dan perhatian, dan
seorang ratu akan tampak anggun atau angkuh. Informasi tang hilang diisi
dengan detail yang sesuai skema.
d) Skema membantu interpretasi. Karana skema memberi informasi yang
domain tertentu yang berkaitan dengan informasi lain yang relevan dengan
domain itu, maka skema dapat membantu anda menginterpretasikan situasi
yang mendua.
e) Skema memberi ekspetasi. Skema juga memuat ekspetasi tentang apa
yang akan terjadi. Ekspetasi ini pada gilirannya dapat menentukan apakah
situasi menyenangkan bagi kita atau tidak. Ketika pengalaman kita sesuai
dengan skema kita mungkin merasa nyaman, tetapi jika tidak kita sering
merasa tidak nyaman. Misalkan mahasiswa yang sudah berusaha keras
belajar dan berlatih untuk mendapat pekerjaan namun tidak kunjung
mendapat pekerjaan mungkin akan menjadi lekas marah, sebab pengalama
ini bertentangan dengan ekspetasinya, harapan atau perkiraan yang tidak
terwujud meruoakan salah satu penyebab kerusuhan atau bentuk gejolak
social lainnya. ( Sears & McConahay,1973. Dalam buku Psikologi Sosial
Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009).
f) Skema memuat perasaan. Yakni, perasaan kita tentang isi dari skema.
Konsekuensinya, penggunaan skema tertentu dapat menimbulkan respons
emosional tertentu, yang dinamakan “schema-driven offect.” Dalam
beberapa siituasi, skema bahkan bisa mengubah perasaan seseorang
terhadap objek atau orang lain. Serangkaian studi oleh Tesser (Millar &
Tesser, 1986; Tesser & Conle, 1975. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi
12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009). menunjukan bahwa
memikirkan sesuatu hal berdasarkan skema akan dapat mengintensifkan
perasaan seseorang terhadap orang atau objek.
Kelemahan Skema
Semua keuntungan pemrosesan skema ini juga diiringi dengan kelemahan, dan
banyak diantaranya berkaitan dengan kesalahan dan bias seperti yang telah
didiskusikan diatas. Tendensi untuk menerima informasi yang sesuai dengan skema
tau teori, untuk mengisi gap dalam pemikiran dengan menambah elemen yang bukan
ternaksud dalam skema tetapi sesuai dengan skema, untuk mengaplikasikan skema
bahkan ketika tidak cocok sekalipun, dan keengganan untuk mengubah skema,
semuanya adalah kelemahan yang potensial. Pemrosesan skematis memang
mempercepat dan mengefesienkan pemrosesan dan membuat pristiwa bisa kita
pahami dan kita prediksikan; namun skema juga bisa menyebabkan kita keliru
menginterperstasikan, menyebabkan ekspetasi kita tidak akurat, dan respons kita
kurang fleksibel.
C. Heurisitik (Mental Shortcuts)
Sebuah kejadian dimana seorang pengemudi sedang berbicara di telepon
selularnya tanpa disadari ia mengemudikan mobilnya ke perempatan jalan yang msaih
ramai, walaupun lampu lalu lintas masih menunjukkan warna merah. Satu alasan
mengapa ini bisa terjadi adalah kapasitas kogitif yang sudah terlalu penuh dan
memasuki suatu keadaan kejenuhan informasi, dimana tuntutan pada sistem kognitif
lebih besar daripada yang bisa diolah.
Berbagai strategi digunakan untuk melebarkan kapasitas kognitif, yaitu untuk
bisa melakukan lebih banyak dengan usaha yang lebih sedikit. Banyak jalan pintas
yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental, dan yang paling berguna adalah
heuristic.
Heuristik adalah aturan sederhana dalam membuat keputusan yang kompleks
atau menyusun kesimpulan dalam waktu cepat seakan tanpa usaha yang berarti.
Heuristik lebih pada sekedar kemudahan berpikir subjektif di mana informasi yang
relevanlah yang langsung teringat.
Dalam heuristic terdapat pemaparan awal (priming) yaitu meningkatnya
ketersediaan informasi dalam memori atau kesadaran sebagai hasil dari sering
hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus. Heuristik berhubungan dengan
proses priming.
Efek pemaparan awal bisa muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan
adanaya rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya, atau suatu pengaruh yang
dikenal sebagai pemaparan awal otomatis (automatic priming).
Pemaparan awal merupakan fakta dasar dalam kognisi sosial. Peristiwa dan
kondisi eksternal atau bahkan pikiran kita sendiri dapat meningkatkan ketersediaan
informasi tertentu. Pada gilirannya, mempengaruhi penilaian kita yang berhubungan
dengna informasi tersebut. “Apabila kita memikirkan sesuatu, maka hal tersebut pasti
penting” dan sering kali kita mencapai kesimpulan seperti ini bahkan tanpa didukung
oleh realitas social.
Bentuk-bentuk jalan pintas mental;
1. Menggunakan Heuristis Kognitif, tekanan efesiensi sering menyebabkan
orang mengandalkan skema atau script yang mereka punya untuk menangani
aliran informasi yang kompleks dan cepat dalam dunia sosial.
2. The Representativenses Heuristic, adalah sebuah strategi untuk membuat
penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut
mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lainnya. Dengan kata
lain kita akan membuat penilaian berdasarkan pada aturan yang relative
sederhana: Semakin mirip seseorang dengan cirri-ciri khas orang-orang dari
suatu kelompok, semakin mungkin ia merupaka bagian dari kelompok
tersebut.
3. Kekeliruan Konjungsi, Heuristis representasi kadang juga menyebabkan kita
mengkombinasikan formasi yang tidak sama, karena informasi itu seolah-olah
kelihatan sama. Conjungtion Error adalah kesalahan yang terjadi ketika orang
percaya bahwa beberapa kejadian yang tampaknya bergandengan akan terjadi
secara bergandengan pula.
4. The Availibility Heuristis, Heuristis availibilitas ini memampukan anda
untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kuantitas dan frekuensi
berdasarkan seberapa cepat atau mudah anda dalam mendapatkan contoh dari
memori anda. Dengan kata lain, kemudahan dan kecepatan pemerosesan dari
memori inilah yang akan menentukan jawaban anda. ( misalnya, MacLeod &
Campbell, 1992; Manis, Shedler, Jonides, & Nelson, 1993. Dalam buku Psikologi
Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009).
5. Heuristis Stimulus, Heuristis stimulasi mungkin menggunakan untuk berbagai
macam tugas, seperti prediksi, kausalitas (Mandel & Lehman, 1996, Dalam buku
Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009) dan
respons afektif. ( Kahneman & Miller, 1986. Dalam buku Psikologi Sosial Edisi 12.
Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009).
6) Penalaran Kontrakfaktual, kejadian abnormal atau tidak lazim
menyebabkan orang membayangkan alternatif-alternatif yang berbeda
dengan hasil aktual. ( Kahneman & Miller, 1986. Dalam buku Psikologi
Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009). Proses
ini dinamakan counterfactual reasoning (penalaran konterfaktual).
Counterfactual reasoning adalah membayangkan alternative dari kejadia
yang actual (“seandainya”).
7) Stimulus Mental, Mensimulasikan bagaimana kejadian terjadi bisa memberi
petunjuk tentang masa depan dengan membantu seseorang membayangkan
kemungkinan dimasa depan dan menyusun rencana untuk mewujudkan
kemungkinan itu.( Taylor, Pham, Rivkin, & Armor, 1998. . Dalam buku
Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009).
Namun, orang dapat focus pada aspek masa depan yang berbeda-beda. Mereka
mungkin membayangkan masa depan penuh dengan kemungkinan baik, atau
“masa depan penuh harapan” (Oettingen & Mayer, 2002. Dalam buku
Psikologi Sosial Edisi 12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009).
Atau, mumgkin mereka focus pada langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
menggapai cita-cita masa depan. Tipe simulasi mental yang mana yang akan
membantu orang mencapai cita-cita atau tujuan masa depannya ?
Jelas, jika anda ingin menggunakan simulasi mental untuk mengapai tujuan,
sebaiknya anda tidak terlalu membayangkan hasil, tetapi lebih focus pada hal-
hal yang perlu dilakukan untuk menggapai hsil atau tujuan itu (Oettingen, Pak,
& Schnetter, 2001; Taylor, et al, 1998. . Dalam buku Psikologi Sosial Edisi
12. Taylor, Anne Peplau, David Sears. Tahun 2009)
8) Heuristis Patokan dan Penyesuaian, Heuristis patokan memberikan titik
awal untuk menilai hal-hal yang ambigu. Dalam tugas penilaian sosial, diri
sendiri tampaknya menjadi patokan umum.
D. Sumber Kesalahan Dalam Kognisi Sosial (Errors and Biases)
Dalam usaha memahami orang lain dan memahami dunia social, kita memiliki
banyak sekali kecenderungan yang dapat mengarahkan pada kesalahan yang serius.
Namun, sebelumnya kita perlu menekankan pada hal berikut: sementara beberapa
aspek dari konisi social kadang kala menyebabkan kesalahan, aspek-aspek tersebut
juga cukup adaptif. Aspek-aspek tersebut sering kali membantu kita mengarahkan
focus pada informasi yang paling berguna, dan aspek tersebut mengurangi usaha yang
dibutuhkan untuk memahami dunia social. Jadi, aspek-aspek tersebut di satu sisi
memberikan keuntungan dan disisi lain memiliki kerugian yang esensial.
a. Bias Negativitas : kecenderungan untuk memberikan perhatian lebih
kepada informasi negative
Bias negativitas adalah menace pada fakta bahwa kita menunjukkan
sensitivitas yang lebih besar pada informasi negative daripada informasi positif.
Informasi negative merefleksikan hal-hal dilingkungan yang mungkin mengancam
keselamatan atau kesejahteraan kita. Untuk alasan ini, sangatlah penting bagi kita
untuk sensiytif terhadap stimulus seperti itu agar kita mampu meresponnya dengan
cepat.
Kognisi sosial dan neurologis: penjelasan neurologis terhadap bias negativitas
b. Bias Optimistik : kecenderungan untuk melihat lingkungan melalui
“kacamata optimisme”
Meskipun kita memiliki kecenderungan kuat untuk memperhatikan informasi
negative, jangan putus asa : diluar itu, kita juga memiliki kecenderungan yang
tampaknya berlawanan dengan bias negative, dikenal dengan bias optimistic adalah
suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik.
Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih
besar yang baik, dan hidup hingga usia tua, namun kemungkinan yang lebih kecil
untuk mengalami peristiwa negative seperti dipecat, mengalami sakit yang serius, atau
bercerai.
Ilustrasi lain adalah yang menggambarkan kesalahan perencanaan. Kesalahan
perencanaan adalah kecenderungan untuk membuat prediksi optimistic berkaitan
dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
BERSIAP MENGHADAPI HAL YANG BURUK : SUATU
PENGECUALIAN DALAM ATURAN OPTIMISTIK
Walaupun tampaknya optimisme merupakan aturan umum dalam kognisi
social kita, ada satu pengecualian penting dalam aturan ini. Ketika individu
mermperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negative
dan yang memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru sudah bersiap
menghadapi hal yang buruk (atau yang terburuk)dan menunjukkan kebalikan dari pola
optimistic yang biasanya : mereka cenderung menjadi pesimistis, menunjukkan
meningkatnya kecenderungan untuk mengantisipasi hal negative. (misalnya, dalam
Taylor & Shepperd, 1998. Dalam buku psikologi social edisi 10. Baron & Byrne,
tahun 2003).
Kerugian yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berfikir :
mengapa, terkadang, kecenderungan untuk melakukan sedikit mungkin
pekerjaan kognitif dapat dibenarkan.
Pada awalnya, pemikiran rasional tersebut secara umum tampak
menguntungkan: karena walau bagaimanapun rasionalitas seharusnya tidak terlalu
rentan terhadap kesalahan atau bias.
Temuan yang serupa didapat dari beberapa penelitian sehingga terdapat dasar
yang kuat untuk membuat kesimpulan bahwa terkadang, terlalu banyak berpikir dapt
menyeret kita ke dalam kesulitan kognitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis
dan rasional mengenai hal-hal penting adalah penting; aktivitas berpikir yang
dilakukan dengan usaha yang kuat sering kali menghasilkan keputusan yang lebih
baik dan penilaian yang lebih akurat daripada modus berpikir yang serampangan.
Namun pemikiran yang hati-hati,seperti hal-hal lain juga; dapat dilakukan secara
berlebihan; dan ini mengakibatkan kebingungan dan frustasi yanhg meningkat dan
bukannya keputusan atau kesimpulan yang lebih baik dan lebih akurat.
Pemikiran konterfaktual : efek dari memikirkan “apa yang akan terjadi
seandainya……..”
Pemikiran konterfaktual adalah kecenderungan untuk membayangkan hasil
yang lain daripada yang sesungguhnya terjadi dalam suatu situasi berfikir tentang
“apa yang terjadi seandainya……” pemikiran konterfaktual muncul dalam berbagai
situasi, tidak hanya dalam situasi yang mengecewakan.
Jadi, berfikir dengan meninjau kembali bisa melibatkan bayangan mengenai
kemungkinan yang lebih baik atau mengenai kemungkinan yang lebih buruk dari
yang kita alami. Kesimpulannya, membayangkan apa yang dapat terjadi jika suatu
situasi diulang kembali memiliki banyak pengaruh, mulai dari kekecewaan dan
penyesalan yang mendalam di satu sisi, hingga penuh harapan dan peningkatan
kemauan untuk menjadi lebih baik di sisi lain. Kecenderungan kita untuk berfikir
tidak hanya mengenai apa yang akan terjadi tetapi juga mengenai apa yang mungkin
akan terjadi seandainya dilakukan atau terjadi sesuatu, berdampak luas pada berbagai
aspek kognisi dan perilaku social.
Pemikiran Magis
Pemikiran magis adalah berfikir dengan meilbatkan asumsi yang tidak
berdasarkan alasan yang rasional sebagai contoh, keyakinan bahwa sesuatu yang
mirip satu dengan yang lainnya berasal dari sumber yang serupa.
Pemikiran seperti itu menimbulkan asumsi yang tidak berpegang pada
rasionalitas namun terasa kuat pengaruhnya. Satu prinsip pada pemikiran magis
adalah hukum penularan yang menyatakan bahwa ketika dua objek bersentuhan,
masing-masing memberikan miliknya, dan pengaruh dari sentuhan tersebut terasa
jauh lebih lama walaupun sentuhan itu sendiri telah lama berakhir (Zusne & Jones,
1989. Dalam buku psikologi social edisi 10. Baron & Byrne, tahun 2003). Prinsip
lainnya adalah hukum kesamaan yang menyatakan bahwa hal-hal yang saling
menyerupai akan memiliki cirri dasar yang sama. Prinsip ketiga adalah pemikiran
seseorang dapat mempengaruhi lingkungan fisik tanpa menggunakan hukum-hukum
fisika. Yang mengejutkan adalah pemikiran kita tentang berbagai situasi termasuk
situasi-situasi social sering kali dipengaruhi oleh pemikiran magis seperti ini.
Menekan Pikiran : Mengapa Usaha Untuk Menghindari Pemikiran
Tertentu Kadang Tidak Berhasil
Menekan pikiran adalah usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu
memasuki alam kesadaran. Pertama, adanya sebuah proses pemantauan yang otomatis
yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yag tidak diinginkan yang memaksa
untuk muncul kea lam kesadaran.ketika pikiran tersebut terdeteksi oleh proses
pertama, proses kedua, yang menuntut lebih banyak usaha dan tidak seotomatis proses
pertama (yaitu lebih terkontrol), mulai bekerja. Pendek kata, proses pemantauan
adalah system “peringatan awal” yang memberi tahu seseorang mengenai adanya
pikiran yang tidak diingnkan, dan yang kedua merupakan system pencegahan aktif
yang menjaga agar fikiran tersebut tetap berada diluar kesadaran melalui gangguan
berupa pikiran lain (Daniel Wegner, 1992, 1994. Dalam buku psikologi social edisi
10. Baron & Byrne, tahun 2003).
Dibawah kondisi tertentu, kedua proses tersebut melaksanakan pekerjaan
dengan baik dalam menempatkan pikiran yang tidak diinginkan. Namun, ketika
pikiran sudah dipenuhi informasi atau ketika individu sedang lelah, proses
pemantauan tetap mengidentifikasi pikiran yang tidak diinginkan, namun proses
pengoperasian tridak lagi memiliki sumber daya untuk mencegah masuk kealam
kesadaran. Akibatnya : individu mengalai efek “pantulan” yang jelas dimana fikiran
yang tidak diinginkan muncul bahkan lebih intensif dibandingkan dengan ketika
usaha untuk menekannya belum dilakukan. Sebagaimana akan segera kita lihat , hal
ini akan berdampak serius pada orang yang bersangkutan.
Pengoperasian kedua proses itu dijelaskan oleh Wegner tahun 1992b, 1994.
(Dalam buku psikologi social edisi 10. Baron & Byrne, tahun 2003). Dan juga
didukung oleh berbagai penelitian (misalnya dalam Wegner & Zanakos, 1994. Dalam
buku psikologi social edisi 10. Baron & Byrne, tahun 2003) yang mencakup berbagai
pikiran yang tidak diinginkan mulai dari bentuk-bentuk aneh dan tidak biasa
(misalnya gajah putih) sampai fikiran tentang mantan pasangan (Wegner & Gold,
1995. Dalam buku psikologi social edisi 10. Baron & Byrne, tahun 2003). Jadi, model
untuk menekan fikiran tersebut ternyata akurat.
E. Afek dan Kognis
Dalam pembahasan tentang bias optimistic sebelumnya, kita menggunakan
istilah “melihat dunia melalui kacamata optimisme” untuk merefleksikan
kecenderungan kita dalam mengharapkan hasil yang postif dalam berbagai situasi.
Penerapan lain dalam metafora tersebut dalam kognisi social adalah : bahwa suasana
hati yang baik berpengaruh dalam fikiran dan persepsi kita. Pikirkn saat dimana anda
sedang berada dalam suasana hati yang sangat baik; bukankah dunia ini tampak
sebagai tempat yang lebih menggembirakan ? dan bukankah segala hal dan semua
orang terlihat lebih menyenangkan darupada ketika anda sedang berada dalam
suasana hati yang kurang baik ? pengalaman seperti ini mengilustrasikan keadaan
bahwa ada hubungan yang saling mempengaruhi antara afek dan suasana hati kita saat
ini dan kognisi cara kita memproses, menyimpan, mengingat, dan menggunakan
informasi social (Forgas, 1995a; Isen & Baron, 1991. Dalam buku psikologi social
edisi 10. Baron & Byrne, tahun 2003).
1. Dampak Afek pada Kognisi :
a. Ketika kita sedang dalam suasana hati yang baik, dunia ini
merupakan tempat yang lebih menyenangkan, ketika kita
sedang dalam suasana hati yang baik, kita cenderung
memandang segala hal dan semua orang disekitar kita lebih
menyenangkan. Pengalaman seperti ini mengilustrasikan
pengaruh penting afek pada kognisi.
b. Ingatan yang bergantung pada suasana hati, fakta bahwa
apa yang kita ingat pada suatu suasana hati tertentu dapat
ditentukan , sebagiannya, oleh apa yang kita pelajari
sebelumnya dalam suasana hati tersebut.
c. Efek kesesuaian suasana hati, kecenderungan kita untuk
menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada
dalam suasan hati postif, dan informasi negative saat dalam
suasana hati yang ngeatif.
d. Kontaminasi mental, adalah sebuah proses dimana penilaian
kita, emosi , atau perilaku dipengaruhi oleh proses mental yang
tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan.
2. Dampak Kognisi pada Afek
Sebagian besar penelitian mengenai hubungan anatar afek dan
kognisi terfokus pada bagaimana perasaan mempengearuhi pikiran.
Namun, ada juga bukti kuat yang menjelaskan pengaruh pikiran pada
perasaan. Suatu penjelasan terhadap pengaruh ini adalah teori emosi
dua faktor (Schachter, 1964. Dalam buku psikologi social edisi 10.
Baron & Byrne, tahun 2003). Teori ini menjelaskan bahwa kita sering
tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga, kita
menyimpulkannya dari lingkungan, dari situasi dimana kita mengalami
reaksi-reaksi internal ini.
Penjelasan kedua, kognisi dapat mempengaruhi emosi adalah
melalui aktifasi skema yang didalamnya terdapat komponen afektif
yang kuat. Penjelasan ketiga, fikiran bisa mempengaruhi afeksi kita
melibatkan usaha kita dalam mengatur emosi dan perasaan kita.
Penjelasan ketiga ini dirasa sangat penting dan mendapat banyak
perhatian saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A., Donn Byrne (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Baumeister, Roy F., Brad J. Bushman (2008). Social Psychology and Human Nature. USA:
Thomson Wadsworth
http://search.proquest.com
httpp://search.ebscohost.com