psda kelompok iv minggu pertama
DESCRIPTION
das sungai siak leighton IITRANSCRIPT
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan segalanya dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat
digantikan dengan zat atau benda lainya, namun dapat pula sebaliknya apabila air
tidak dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam kehidupan ini. Maka
sungai sebagaimana dimaksudkan harus selalu berada pada kondisinya dengan
cara dilindungi dan dijaga kelestarianya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatanya
dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan. Sungai adalah salah satu
dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga
pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang di hilir. Pencemaran dihulu
sungai akan menimbulkan biaya sosial dihilir (extematily effect) dan pelestarian di
hulu memberikan manfaat di hilir.
Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak di jaga,
baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Hal Ini dapat kita lihat
sebagaimana yang terjadi pada Sungai Siak di Propinsi Riau, Sungai Siak
memiliki fungsi penting untuk memenuhi berbagai keperluan, diantaranya sebagai
sarana transportasi air, sumber air bersih dan pusat kegiatan bisnis. Seiring dengan
usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, perkembangan kawasan untuk
berbagai pemenuhan kebutuhan (sarana pemukiman, perdagangan & industri,
perhubungan, perkantoran, pariwisata dan lain-lain) akan meningkat dengan cepat.
Dengan adanya perubahan penggunaan lahan tersebut maka implikasinya adalah
adanya perubahan perilaku sungai, baik yang menyangkut pola distribusi aliran
sungai maupun perubahan kualitas sumberdaya air sungai. Tetapi Air sungai Siak
tidak seperti zaman dahulu lagi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kebutuhan memasak dan mencuci pakaian.
Sekarang kondisi air sungai Siak sudah sangat memperhatinkan, Padahal
keberadaan Sungai Siak pada era sebelum tahun 80-an menjadi urat nadi
perekonomian nelayan setempat sehingga sebagian besar memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan. Hal ini terlihat dari perkembangan aktivitas
masyarakat disepanjang kawasan sungai Siak dan banyaknya penduduk yang
1
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
bermukim disepanjang sungai Siak. Potensi sungai siak sendiri diantaranya adalah
sebagai tempat mencari ikan, sumber air bersih, wisata air dan dengan kedalaman
rata-rata 20-30 meter serta panjang keseluruhan 572 km dan lebar 75-100 m
sungai Siak mampu menunjang sistem transportasi air dengan intensitas tinggi
baik untuk kapal barang maupun kapal penumpang. Namun secara bertolak
belakang sungai ini juga merupakan tempat aliran limbah industri dan rumah
tangga serta sebagai sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) penduduk setempat.
Saat ini pemanfaatan sungai dilakukan secara berlebihan tanpa
memikirkan dampak dan akibatnya. Banyak sungai yang rusak dan tercemar
akibat limbah oleh rumah tangga maupun oleh perusahaan-perusahaan atau
industri yang ada di sekitar sungai. Rusaknya ekosistem sungai berdampak negatif
khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Ekosistem sungai yang
rusak menyebabkan menurunnya jumlah debit air secara fluktuatif pada musim
hujan dan kemarau, penurunan cadangan air serta penurunan jasa lingkungan.
Sektor ekonomi juga ikut berimbas akibat rusaknya ekosistem sungai. Menurut
perspektif ekonomi, Fauzi (2006) menyatakan pencemaran bukan saja dilihat dari
hilangnya nilai ekonomi sumber daya akibat berkurangnya kemampuan
sumberdaya namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dengan kehidupan yang ada
disekitar bantaran Sungai Siak yang sering berinteraksi dengan sungai serta
mengetahui pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan yang sudah
diterapkan di DAS Siak 1.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana rasa kepedulian maysarakat dibantaran Sungai Siak
tehadap kebersihan lingkungan dan aliran sungai?
2. Bagaimana sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan
berkelanjutan yang sudah diterapkan di Sungai Siak?
1.3 Tujuan
Tujuan dari Pengelolaan Sumber Daya Air di Sungai Siak adalah:
2
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
1. Mengidentifikasi lingkungan dan aliran Sungai Siak dengan bertanya
langsung pada masyarakat yang bermukim disekitar sungai.
2. Mengetahui sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan
berkelanjutan yang sudah diterapkan di Sungai Siak.
3. Meninjau sumber air bersih yang digunakan masyarakat di sekitar
Sungai Siak.
3
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Sumber Daya Air
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau
potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian,
industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat
bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. 97% air di bumi adalah air asin,
dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam
bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat
ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil
berada di atas permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan
populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan
terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama
sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai
pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini
terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.
2.2 Kondisi Sumber Daya Air
Seperti di banyak negara lain, kondisi sumber daya air di Indonesia telah
sampai pada tahap di mana tindakan terpadu diperlukan untuk membalikkan tren
yang terjadi saat ini yatiu penggunaan air yang berlebihan, polusi, dan
meningkatnya ancaman kekeringan dan banjir.
Mengingat tantangan yang dihadapi oleh sektor sumber daya air dan sektor
irigasi di abad ke-21 dan reformasi sektor publik yang lebih memperhatikan
aspirasi rakyat, Pemerintah Indonesia telah memulai program reformasi bidang
sumber daya air yang meliputi aspek kebijakan, aspek kelembagaan, aspek
legislatif dan peraturan, dan kebijakan konservasi sumber daya air telah mendapat
bagian yang substansial dalam agenda reformasi.
4
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air dijelaskan; Sumber daya air merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang
ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber
daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan
pengaturan hak atas air.
Undang-undang dengan tegas mengataka bahwa negara memiliki peran
utama dalam pengaturan, pendayagunaan dll, dengan melibatkan stakeholder
lainnya. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti
hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu,
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa pengaturan
hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk
memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak
guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air,
tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau
mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh
pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun
yang tidak wajib izin.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah
menjadi permasalahan. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin
meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan
fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan
antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya
air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai
5
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat
mengabaikan fungsi sosial.
2.3 Air Permukaan
Salah satu jenis dari sumber daya air ialah air permukaan yaitu air yang
terdapat di sungai, danau, atau rawa air tawar. Air permukaan secara alami dapat
tergantikan dengan presipitasi dan secara alami menghilang akibat aliran menuju
lautan, penguapan, dan penyerapan menuju ke bawah permukaan. Meski satu-
satunya sumber alami bagi perairan permukaan hanya presipitasi dalam area
tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem dalam suatu waktu bergantung pada
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk kapasitas danau, rawa, dan
reservoir buatan, permeabilitas tanah di bawah reservoir, karakteristik aliran pada
area tangkapan air, ketepatan waktu presipitasi dan rata-rata evaporasi setempat.
Semua faktor tersebut juga memengaruhi besarnya air yang menghilang dari
aliran permukaan.
Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan kadang-kadang
menghancurkan faktor-faktor tersebut. Manusia seringkali meningkatkan
kapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir buatan, dan
menguranginya dengan mengeringkan lahan basah. Manusia juga sering
meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan
saluran-saluran untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi. Manusia dapat
menyebabkan hilangnya sumber air permukaan dengan menjadikannya tidak lagi
berguna, misalnya dengan cara polusi.
2.3.1 Pencemaran Sungai
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua
bergantung pada air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang
memenuhi syarat menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan
kuantitas air telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran.
Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam air sungai terdapat berbagai
macam zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah
6
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu
sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan
pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu,
sebagai contoh suatu sungai yang mengandung logam berat atau mengandung
bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai
pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah
ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-
komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air sungai,
pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan
demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup
yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan
lingkungan air yang terdapat di sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air
sungai dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang
membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
2.3.2 Penanggulangan Pencemaran Air Sungai
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air
baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah
dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui
Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk
menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
7
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban
pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata
pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH,
2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran,
yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara
non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan
cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan
perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah
proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi
pencemaran. Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri
kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara
mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu,
kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah
tersebut. Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah
kita. Karena saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan
ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak,
membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus
bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan
kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada
kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir.
Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut menyumbangkan
emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya berdampak pada
siklus air alam.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah
nantinya akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan
8
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
beracun atau degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah barang yang kita
konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi
makhluk hidup dan lingkungan ? Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi
pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah,
yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun
dari air yang tercemar. Dari segi kebijakan atau peraturanpun mengenai
pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin benar-benar hal tersebut dapat
dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus dilaksanakan pula. Pada
akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social (kolektif) yang harus
ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat
pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan
lebih efektif dan bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran
akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga
akan didapat sumber air yang aman, bersih dan sehat.
2.4 Pengelolaan Sumber Daya Air
Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran
masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip
demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola
pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan
atas pengelolaan sumber daya air (Dadang Sudardja, 2007).
Menurut Mathis Wackernagel (1996) dalam Supadmo, Arif Sigit (2001),
dalam bukunya “Ecologycal Footprint” menyatakan bahwa peningkatan penduduk
serta peningkatan konsumsi materi dan energi menjadi lambang kemakmuran di
satu pihak, namun di pihak lain terjadi keterbatasan sumber daya. Di seluruh
dunia telah terjadi proses desertifikasi sebesar 6.000.000 ha/tahun. Proses
deforestasi 17.000.000 ha/tahun. Proses erosi dan oksidasi tanah 26.000.000.000
ton/tahun serta proses hilangnya spesies-spesies tertentu sebesar 17.000
jenis/tanam.
9
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
Dari data di atas dapat kita lihat bahawa pembangunan tidak saja
menghasilkan manfaat tetapi juga resiko. Pencemaran dan pengrusakan adalah
dua resiko yang tidak dapat dihindari dalam rangka menjalankan pembangunan.
Akibat pembangunan manusia sebagai penghuni Bumi ini paling tidak saat ini
telah berhutang sekitar antara 16 trilyun dollar AS hingga 54 trilyun dollar AS
pertahun, atau rata-rata 33 trilyun dollar AS atau kurang lebih Rp.66.000 trilyun
setahun untuk segala materi “gratis” seperti udara, air dan pangan, demikian hasil
perhitungan yang dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Robert Constanza dan
disponsori oleh National Centre for Ecological Analysis and Synthesis di Santa
Barbara, California (Kompas, 16 Mei 1997). Perkiraan inipun lanjut mereka
adalah perkiraan minimum.
Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya yang mempunyai
sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah sumber
daya yang terbarui, bersifat dinamis mengikuti siklus hydrologi yang secara
alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat.
Tergantung dari waktu dan lokasinya, air dapat berupa zat padat sebagai es dan
salju, dapat berupa air yang mengalir serta air permukaan. Berada dalam tanah
sebagai air tanah, berada di udara sebagai air hujan, berada di laut sebagai air laut,
dan bahkan berupa uap air yang didefinisikan sebagai air udara.
Dewasa ini permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah
maupun masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air
meliputi:
1. Adanya kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
2. Persaingan dan perebutan air antara daerah hulu dan hilir atau konflik
antara berbagai sektor.
3. Penggunaan air yang berlebihan dan kurang efisien.penyempitan dan
pendangkalan sungai, danau karena desakan lahan untuk pemukiman dan
industri.
4. Pencemaran air permukaan dan air tanah.
5. Erosi sebagai akibat penggundulan hutan.
Permasalahan air yang semakin komplek ini menuntut kita untuk mengelolah
sumberdaya air sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat dengan baik.
10
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
Berdasarkan UU No 7/2004 tentang Sumberdaya Air, Pengelolaan sumber daya
air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah
menjadi permasalahan. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin
meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan
fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan
antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya
air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai
ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat
mengabaikan fungsi sosial.
Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran
masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip
demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola
pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan
atas pengelolaan sumber daya air.
Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi
kompleksitas perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan air
dalam dimensi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras; mewujudkan
pengelolaan sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi tuntutan
desentralisasi dan otonomi daerah; memberikan perhatian yang lebih baik
terhadap hak dasar atas air bagi seluruh rakyat; mewujudkan mekanisme dan
proses perumusan kebijakan dan rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih
demokratis, perlu dibentuk undang-undang baru sebagai pengganti Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Salah satu cara yang harus diperhatikan dalam pengelolaan air adalah
pengelolaan yang berdasarkan pada ‘watershed’ (Daerah Aliran Sungai/DAS).
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
11
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Dengan pengelolaan air berdasarkan DAS maka diharapkan akan tercipta
kesinambungan sumber daya air karena air tidak bisa dilihat satu bagian wilayah
saja. Pengelolaan air pada suatu daerah tidak bisa begitu saja hanya
memperhatikan variabel–variabel hidrologis pada wilayah itu saja. Bahkan,
pengelolaan Waduk Saguling untuk keperluan PLTA, misalnya, tidak bisa hanya
memperhatikan variabel–variabel disekitar waduk. Seluruh masalah pengelolaan
sumber daya air harus memperhitungkan keseluruhan DAS karena bagaimanapun
juga bahkan sebuah titik di ujung terluar DAS pun memiliki pengaruh terhadap
keberadaan dan kualitas air di sungai utama. Jadi Pengelolaan sumber daya air
yang bersifat parsial harus ditinggalkan.Selain itu, untuk mengelola sumber daya
air berbasis DAS ini, kita harus mengacu pada aspek–aspek yang ada dalam DAS
tersebut. “Bukan hanya dibatasi pada aspek fisika saja. Tapi juga sosial–budaya,
kualitas air, aktivitas industri, politik, ekonomi, demografi (kependudukan).
Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources
Management – IWRM) yang menjadi perhatian dunai internasional untuk
meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum
dan pelestarian lingkungan. Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di
forum internasional, beberapa tindakan telah diambil di tingkat nasional dan
daerah dalam rangka reformasi kebijakan sumber daya air.
Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu
tindakan penting untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan,
dan konservasi sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, telah diterbitkan
beberapa kebijakan antara lain diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA) yang sejalan dengan prinsip-prinsip
IWRM. Undang-undang ini bertujuan untuk pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air secara menyeluruh, berkelanjutan, dan melalui pendekatan terbuka
sehingga memberikan pilihan bagi masyarakat bisnis dan organisasi non-
12
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
pemerintah untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air terpadu.
13
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
BAB III
METODE
Sejarah kota merupakan seluruh perkembangan kebijakan pemerintah dan
aktivitas masyarakat kota beserta pengaruhnya pada masyarakat maupun pada tata
ruang kota termasuk unsur ekologisnya. Kuntowijoyo (2003:64) menjelaskan
bahwa ekologi merupakan interaksi antara manusia dan alam sekitarnya serta
perubahan ekologi terjadi bila salah satu dari komponen itu mengalami perubahan.
Dalam konteks ini bagaimana perkembangan pola pikir dan sikap masyarakat
berpengaruh ada pengelolaan sumber daya air di Sungai Siak menjadi fokus
penelitian awal ini. Penelitian ini mencerminkan nasionalisme masyarakat dalam
membangun kota dan bangsanya. Secara sederhana, peneliti memulai penelitian
dengan menentukan topik penelitian yakni Laporan Pengelolaan Sumber Daya
Air di Sungai Siak. Hal ini dipilih karena rasa keprihatinan penulis pada
terancamnya sendang yang penulis duga karena faktor sikap manusia pada
lingkungan.
Kedua, peneliti megumpulkan berbagai sumber yang terkait dengan tema
atau topik ini terutama literatur penunjang yang menjelaskan keterkaitan manusia
dengan lingkungan. Ketiga, peneliti menguji validitas data yang ada dengan
mengobservasi Sungai Siak dan mewawancarai beberapa warga terkait dengan
pandangan mereka pada aktivitas warga di sekitar Sungai Siak. Keempat, peneliti
menginterpretasikan data yang didapat dengan melakukan analisis dan analogi
serta mengaitkannya dengan rasa nasionalisme. Terakhir, peneliti menulis dengan
gaya deskriptif-naratif sehingga dapat dikemukakan perkembangan yang jelas dari
pola pikir dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya air di Sungai
Siak.
14
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
BAB IV
KONDISI EKSISTING DAN GAMBARAN UMUM
4.1 Luas Wilayah
Luas WS Siak sekitar ± 14.239 km2 yang membentang dari hulunya di
perbukitan Kubu Beringin dan Bukit Suligi-Bukit Pandan di Kabupaten Rokan
Hulu hingga hilirnya bermuara di Selat Malaka. Secara geografis WS Siak berada
pada posisi antara 100º28’ BT - 102º12’BT dan 0º20’ LU - 1º16’ LU dengan
batasan-batasan sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak,
Kabupaten Bengkalis.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Selat Malaka.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak,
Kabupaten Pelalawan.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas WS Siak beserta kabupaten/kota yang
masuk di dalamnya disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini.
No. KabupatenLuas Persentase LuasKm² %
1 Kabupaten Rokan Hulu 979 6,882 Kabupaten Kampar 3.589 25,213 Kabupaten Bengkalis 2.813 19,764 Kabupaten Siak 6.304 44,275 Kota Pekanbaru 553 3,88
Total 14.239 100Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, Tahun 2012
Pembagian daerah aliran sungai pada WS Siak berikut dengan anak sungai
dan wilayah yang termasuk di dalamnya akan dideskripsikan sebagai berikut.
1. DAS Siak
DAS Siak memiliki luas areal sebesar 11.527 km2. Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun sawit, lahan pertanian, lahan terbuka,
hutan, kebun karet dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun, semak
belukar, kebun campuran serta badan air. Sebagian dari areal lahan terbuka
merupakan kawasan pertambangan.
15
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
2. DAS Siak Kecil
DAS Siak Kecil ini meliputi areal sebesar 2.712 km2. Wilayah ini
didominasi oleh penutupan lahan berupa kebun campuran, lahan pertanian,
hutan, semak belukar, lahan terbuka, kebun sawit dan sebagian kecil
merupakan lahan terbangun dan badan air.
4.2 Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga
lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya
sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Lahan tersebut dapat
berupa lahan gundul yang sudah tidak bervegetasi sama sekali, padang alang-
alang atau lahan yang ditumbuhi oleh semak belukar yang tidak produktif, areal
yang berbatu-batu atau berparit sebagai akibat erosi tanah dan tanah yang
kedalaman solumnya sudah tipis sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan
baik.
Berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, dalam
menentukan kekritisannya, lahan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Kawasan Hutan Lindung.
2. Kawasan Budidaya Pertanian.
Berdasarkan data Tahun 2002, tingkat kekritisan lahan di WS Siak yang
tergolong sangat kritis terdapat dibagian hulu yaitu di DAS Tapung Kiri dan DAS
Tapung Kanan yaitu masing-masing seluas 14.721,39 Ha dan 466,25 Ha atau total
sekitar 1.35% dari total luas WS Siak.
4.3 Tutupan Lahan
Tata guna lahan merupakan representasi kenampakan ruang yang dapat
menggambarkan aktivitas ekonomi suatu kawasan serta untuk mengetahui kondisi
umum suatu daerah. Oleh karena itu hampir dalam setiap kajian wilayah,
informasi tutupan lahan dan tata guna lahan merupakan aspek pertama yang harus
diketahui untuk menyusun rencana selanjutnya.
Berdasarkan data tata guna lahan pada seluruh WS Siak dapat diketahui
bahwa jenis tutupan lahan terutama didominasi oleh perkebunan yang mencapai
16
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
20 %, setelah itu adalah tutupan hutan (25 %), lahan pertanian yang masing-
masing mencapai 25 %. Dan tutupan lahan lainnya meskipun secara persentase
tampak rendah seperti semak (4 %), tambak (0,02 %), lahan terbuka (0,002 %)
dan lahan transmigrasi (0,56), namun sebenarnya dapat memiliki potensi besar
terjadinya degradasi lahan dan kualitas air.
17
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
BAB V
INTEGRATED WATER RESOURCES MANAGEMENT
Kompleksitas permasalahan SDA membutuhkan upaya pemecahan dan
antisipasi yang tidak mungkin hanya dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi
harus mendapat respons semua pihak baik sebagai individu maupun kelompok
atau badan hukum termasuk unsur legislatif. Area permasalahan dan
pemecahannya harus dilihat secara menyeluruh dan melibatkan peran sebanyak-
banyaknya pihak yang terkait.
Pengelolaan terpadu merupakan proses menerus yang tak boleh terhenti.
Setiap proses harus memiliki target capaian berdasarkan tahapan yang jelas.
Setiap tahapan proses yang dirancang harus dapat dinilai akuntabilitasnya.
Keberhasilannya perlu terukur melalui tiga kriteria utama, yaitu:
a. Efisiensi ekonomi. Didepan mata, permintaan jasa pelayanan air kian
meningkat, sementara itu di berbagai tempat terjadi kelangkaan atau
keterbatasan air yang bersih dan sumber daya finansial. Dalam situasi
seperti itu, efisiensi ekonomi dalam pendayagunaan SDA harus menjadi
perhatian.
b. Keadilan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar yang mutlak diperlukan
oleh setiap orang, karena itu akses untuk memperoleh air yang bersih
perlu diupayakan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidup yang sehat dan produktif.
c. Keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Pendayagunaan SDA tidak
hanya mengejar kepentingan ekonomi jangka pendek, tetapi harus
memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, karena itu setiap
upaya pendayagunaannya harus diimbangi dengan upaya konservasi yang
memadai.
4.1 Strategi Konservasi Sumber Daya Air
Strategi konservasi sumber daya air meliputi beberapa kegiatan di WS
Siak dapat diuraikan berupa :
4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
18
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
1. Rehabilitasi dan perlindungan hutan.
2. Reboisasi kawasan hutan yang rusak.
3. Penghijauan di lahan kritis milik masyarakat dan negara.
4. Penetapan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai, danau, waduk, situ,
embung dan rawa sebagai sabuk hijau terutama yang saat ini digunakan
sebagai pemukiman oleh masyarakat.
5. Pemanfaatan lahan sesuai dengan kaidah-kadiah konservasi tanah dan
jenis tanah.
6. Pelestarian dan perlindungan sumber air secara menyeluruh sehingga
kerusakan ekosistem sumber daya air dapat dicegah.
7. Penertiban penambangan bahan tambang non-mineral
4.1.2 Pengawetan Air
1. Pengendalian aliran permukaan untuk memperpanjang waktu air tertahan
di atas permukaan tanah dan meningkatkan jumlah air yang masuk ke
dalam tanah melalui: pengolahan tanah untuk setiap aktivitas budidaya
pertanian, penanaman tanaman menurut garis kontur (contour cultivation),
penanaman dalam strip (sistem penanaman berselang seling antara
tanaman yang tumbuh rapat (misal rumput atau leguminosa) dan strip
tanaman semusim, pembuatan teras yang dapat menyimpan air, misalnya
teras bangku konservasi, pembangunan waduk dan embung.
2. Penyadapan air (water harvesting).
3. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah dengan cara memperbaiki struktur
tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian tanaman penutup tanah
(mulsa) atau bahan organik.
4. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage).
5. Pengelolaan air tanah, dilakukan antara lain dengan : perbaikan drainase
permukaan, drainase dalam, atau kombinasi keduanya yang akan
meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman. Strategi Pengelolaan
air tanah pada saat ini belum ditinjau lebih detail, dikarenakan kurangnya
data air tanah yang tersedia. Perlu tinjauan lebih detail untuk merumuskan
pengelolaan air tanah.
19
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
6. Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi antara lain dengan: tanam
benih langsung (tabela), pengurangan tinggi penggenangan atau pemberian
air (sistem SRI), mengurangi kebocoran saluran irigasi dan galengan,
pergiliran pemberian air dan pemberian air secara terputus. Dua aktivitas
terakhir ini harus disertai dengan peraturan dan pengawasan yang ketat.
4.1.3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
1. Pengelolaan kali bersih dengan kontrol yang ketat terhadap pembuangan
limbah domestik.
2. Pengendalian/ pengawasan pembuangan limbah industri.
3. Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk kawasan
industri dan pemukiman.
4. Pelaksanaan audit lingkungan.
4.2 Strategi Pendayagunaan Sumber Daya Air
Strategi pendayagunaan sumber daya air di WS Siak dapat diuraikan
berupa:
4.2.1 Penetapan Zona Pemanfaatan Sumber Air
1. Penetapan zona pemanfaatan sumber air ke dalam peta tata ruang wilayah
Kabupaten/ Kota di WS Siak.
2. Penetapan zona pemanfaatan sumber air
4.2.2 Peruntukan, Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Sumber Daya
Air
1. Penetapan peruntukan air untuk berbagai kepentingan.
2. Penyediaan air sesuai prioritas yaitu untuk pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari dan pertanian rakyat.
3. Penetapan ijin penggunaan air berkaitan dengan hak guna air.
4. Pengusahaan sumber daya air tanpa mengabaikan fungsi sosial sumber
daya air.
4.2.3 Pengembangan Sumber Daya Air
1. Pengembangan sumber daya air dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan dilengkapi dengan studi analisis dampak lingkungan
(AMDAL).
20
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
2. Pengembangan terhadap modifikasi cuaca untuk menambah volume
sumber air.
4.3 Strategi Pengendalian Daya Rusak Air
Strategi pengendalian daya rusak air di WS Siak diarahkan untuk dapat
mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air dan
meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan daya
rusak air.
Dari strategi pokok tersebut, beberapa kegiatan dalam pengendalian daya
rusak air di WS Siak antara lain:
4.3.1 Pencegahan
1. Penetapan zona rawan banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, tanah
longsor, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi
dan fisika air, kepunahan flora dan fauna serta wabah penyakit yang
diakibatkan oleh daya rusak air (misal banjir).
2. Pengendalian pemanfaatan kawasan rawan bencana dengan melibatkan
masyarakat.
3. Peringatan dini dilakukan di lokasi rawan bencana.
4.3.2 Penanggulangan
1. Pelaksanaan tindakan penanggulangan kerusakan dan atau bencana akibat
daya rusak air.
2. Penetapan prosedur operasi standart penanggulangan bencana alam.
3. Penyampaian berita tentang kejadian bencana alam.
4.3.3 Pemulihan
Pemulihan daya rusak air merupakan penanganan pasca bencana, baik
berupa bencana banjir, bencana kekeringan maupun bencana tanah longsor
sebagai berikut:
1. Merehabilitasi kerusakan, baik secara struktural maupun non struktural.
21
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 2015
2. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pemulihan akibat bencana.
3. Revitalisasai wadah-wadah air pada daerah aliran sungai.
Pemulihan bencana pasca banjir atau disebut juga rehabilitasi pasca banjir,
adalah proses perbaikan keadaan terencana berdasarkan hasil evaluasi
kelayakan agar keadaan kembali sama dengan atau ebih baik dari keadaan
semula.
4.4 Strategi Sistem Informasi Sumber Daya Air
Strategi sistem informasi data sumber daya air di WS Siak dapat diuraikan
berupa:
1. Menyediakan data dan informasi sumber daya air yang akurat, tepat
waktu, berkelanjutan dan mudah.
2. Memudahkan pengaksesan data dan informasi oleh masyarakat, swasta
dan dunia usaha.
4.5 Strategi Pemberdayaan dan Peran serta Masyarakat dan Dunia
Usaha
Strategi peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air di WS
Siak dapat diuraikan berupa:
1. Meningkatkan peran masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan sumber daya air.
2. Meningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya air.
3. Meningkatkan koordinasi di tingkat lintas kabupaten/kota dalam
pengelolaan sumber daya air.
4. Pembentukan dan peningkatan/perkuatan TKPSDA WS Siak.
22