proses penuaan jaringan rongga mulut
DESCRIPTION
Proses Penuaan Jaringan Rongga MulutTRANSCRIPT
Proses Penuaan Jaringan Rongga Mulut-
Proses Penuaan Jaringan Rongga Mulut
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses penuaan jaringan lunak rongga mulut.
Proses penuaan jaringan lunak rongga mulut.
a. Mukosa
Terjadi perubahan struktur, fungsi, dan elastisitas jaringan mukosa mulut.
- Mukosa tampak tipis, mengkilat dan hilangnya lapisan yang menutupi dari sel berkeratin. Hal
tersebut menyababkan rentan terhadap iritasi mekanik, kimia, dan bakteri.
- Mukosa mulut lemah dan mudah terluka oleh makanan kasar atau gigi tiruan yang longgar.
- Epitel mudah terkelupas dan jaringan ikat dibawahnya sembuh dengan lambat.
- Mukosa mulut terlihat pucat, kering, kemunduran lamina propia, keratinisasi berkurang,
vaskularisasi berkurang menyebabkan memburuknya nutrisi dan pemberian oksigen ke jaringan.
- Perubahan pada keseimbangan jaringan membran mukosa menyebabkan terjadinya atropi,
hilangnya stippling, penipisan epitel, menurunnya kelenturan jaringan ikat.
- Pada lap epitel à kemampuan mitosis berkurang dgn pergantian epitel yg lambat. Proses
keratinisasi berlangsung lambat dan lapisan epitel menjadi tipis à rentan terhadap jejas.
- Hal tsb dapat disebabkan karena terjadi perubahan pada sintesis protein, perubahan respon
terhadap faktor pertumbuhan, atau karena perubahan vaskularisasi pada mukosa mulut (akibat
arteriosclerosis).
- Pada lamina propria dan submukosa à perubahan yg mirip dgn lapisan dermis kulit. Serat
elastin dan kolagen bertambah tebal dan memadat.
- Terjadi penurunan sistem imun dari mukosa mulut à rentan terhadap infeksi dan proses
penyembuhan luka menjadi terlambat.
- Perubahan mukosa mulut pada lansia à akibat faktor lokal (status gigi-geligi, pemakaian gigi
palsu, konsumsi tembakau, sekresi saliva) dan penyakit sistemik.
- 95% dari kanker mulut terjadi pada orang berusia lebih dari 40 tahun.
- Pada lansia, mulai terlihat kerutan-kerutan pada muka akibat kulit mulai melentur à jaringan
hipodermis tidak kencang lagi perlekatannya dengan otot/tulang à akibat mulai kehilangan berat
badan.
- Pada usia sangat lanjut kerutan dapat semakin meluas akibat hilangnya dimensi vertikal setelah
kehilangan gigi-geligi.
b. Lidah
- Papilla pengecap di ujung lidah menurun jumlahnya.
- Berkurangnya gigi geligi seiring proses penuaan menyebabkan lidah terlihat lebih besar,
tampak bercelah, dan beralur (fissured tongue).
- Menurunnya sensitivitas pengecapan, berkurangnya taste bud di daerah papilla circumvallata.
- Pergerakan lidah berkurang karena kehilangan proses tonus otot dan terdapat juga penurunan
serabut otot.
c. Kelenjar saliva
- Kelenjar saliva menurun produksinya, enzim ptyalin menurun sehingga fungsi lidah membantu
melicinkan makanan berkurang dan proses penelanan lebih sukar.
- Aliran saliva yang menurun menyebabkan mukosa mulut menjadi kering.
- Perubahan penurunan produksi kelennjar saliva yang biasa terjadi adalah adanya penumpukan
jaringan ikat dan jaringan penyambung atau fibrous yang bertambah pada kelenjar saliva.
- Gangguan berkurangnya produksi saliva yaitu terjadinya gangguan pengecapan, menurunnya
kelenturan mukosa, rasa terbakar dan keirng pada mukosa mulut (xerosthomia), meningkatnya
karies gigi, kesukaran pemakaian protesa sehingga menyebabkan iritasi protesa.
- Degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya sel asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan
keparahan yang meningkat sejalan dengan meningkatnya usia.
- Perubahan ini luasnya bervariasi pada seluruh kelenjar saliva manusia.
- Kelenjar individu tertentu, seperti parotis, tidak menunjukkan penurunan fungsi akibat usia,
sementara kelenjar submandibula menunjukkan adanya penurunan kecepatan aliran saliva pada
usia tua.
- Secara umum, saliva non stimulasi (istirahat) secara keseluruhan menurun volumenya pd usia
tua, sdgkn saliva yg distimulasi tidak menurun.
- Kecepatan biosintesis protein me nurun karena sel-sel asini atrofi à jumlah protein dlm saliva
menurun.
- Pada pars terminalis kelenjar saliva, sel-sel asini digantikan oleh jaringan lemak, terutama
kelenjar parotis.
- Sedangkan pd kelenjar submandibularis dan kelenjar saliva minor banyak ditemukan jaringan
fibrosa.
- Pada lansia sering ditemukan keadaan mulut kering (xerostomia) à lebih karena patologis,
seperti akibat penyakit sistemik (Sjogren’s syndrome), obat-obatan yg dikonsumsi
(antihipertensi, antidepresi, diuretik, antihistamin), dan terapi kanker (kemoterapi dan
radioterapi.
d. Ligamen periodontal
- Berkurangnya fibroblast dan strukturnya lebih irregular, berkurangnya produksi matriks
organik.
- Serat kolagen menjadi lebih tebal serta jumlah pembuluh darah mengalami penurunan.
- Kalsifikasi serat-serat kolagen yang menyebabkan berkurangnya lebar ligamen periodontal.
- Seiring bertambahnya usia, ligamen periodontal akan mengalami perubahan derajat selularitas.
- Struktur ligamen periodontal yang mengalami penuaan berupa reduksi matriks organic ligamen
serta penurunan aktivitas mitotic sel. Hal tersebut menyebabkan ligamen periodontal menjadi
kurang reaktif.
- Pada ligamen periodontal dapat terjadi arteriosklerosis meningkat, fibroplasias, dan
mukopolysakarida.
e. Gingiva
- Keratinisasi epitel gingiva menipis. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri
meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang.
- Pada gingiva terjadi resesi, atropi, hilangnya bintil-bintil permukaan(rate peg), berkurangnya
jaringan ikat, turunnya oksidasi dan metabolisme jaringan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses penuaan jaringan keras rongga mulut.
Penuaan jaringan keras.
a. Gigi
Secara umum :
• Email aus akibat pengunyahan.
• Warna lebih gelap karena penambahan bahan organik atau warna dentin yg terlihat karena
menipisnya lapisan email.
• Permeabilitas email menurun karena mengecilnya mikro pori email (celah diantara molekul
pembentuk kristal) à tidak bisa dimasuki oleh bbrp zat, contoh Ca, tapi dpt dimasuki oleh
mineral yg lebih kecil dari Ca, mis F.
• Kandungan air di email menurun.
• Komposisi permukaan email berubah, seperti penambahan kandungan fluor pada lingkungan
mulut à insidens karies berkurang
Dan juga terjadi atrisi, abrasi dan erosi.
- Atrisi
Hilangnya suatu subtansi gigi secara bertahap akibat pengunyahan. Penyebabnya adalah proses
pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk seperti mengunyah sirih.
- Erosi
Melarutnya email gigi dan asam disebabkan hilangnya jaringan keras dan tida melibatkan
bakteri. Penyebabnya adalah makanan dan minuman yang mengandung asam, asam yang timbul
akibat gangguan pencernaan, dan asam dengan PH < 5,5.
Erosi dimulai dari adanya pelepasan ion kalsium, jika hal ini berlanjut maka akan menyebabkan
kehilangan dari prisma enamel dan dilanjutkan dengan adanya porositas. Porositas menyebabkan
kekerasan lapisan enamel gigi berkurang.
- Abrasi
Terkikisnya lapisan email gigi karena faktor mekanik. Disebabkan oleh cara menyikat gigi yang
tidak tepat, kebiasaan buruk seperti mengunyah tembakau, menggunakan tusuk gigi yang
berlebihan di antara gigi dan penataan gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeram.
Abrasi disebabkan oleh gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi dan objek eksternal, atau
karena gaya friksi antara gigi yang berkontak dengan benda abrasive.
Abrasi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah horizontal dan dengan penekanan
berlebihan adalah bentuk yang paling sering ditemukan.
Gambaran klinis biasanya terlihat sebagai cekungan tajam di daerah sepertiga bawah mahkota
gigi, didekat gusi, dengan takikan berbentuk V pada bagian gingiva dari aspek fasial gigi. Bila
abrasi terjadi akibat penggunaan tusuk gigi, selah, atau takikan ini dapat terjadi di celah gigi.
Gigi yang paling sering terkena adalah gigi premolar dan caninus.
Selain mengganggu penampilan, abrasi gigi dapat menyebabkan gigi menjadi hipersensitif. Pada
sebagian orang, di daerah tersebut akan terasa ngilu bila terkena minuman dingin atau bila ada
hembusan angin.
Dentin
Reaksi kompleks dentin pada proses penuaan ialah terjadinya pembentukkan:
- Dentin Sekunder, yang merupakan kelanjutan dentinogenesis serta reduksi jumlah odontoblas
- Dentin Tersier, respon rangsangan dan odontoblast berdesakan serta tubulus dentin bengkok
- Dentin Sklerotik, karies terhenti/ berjalan sangat lambat dan tubulus dentin menghilang
- Dead Tracks (Sal. Mati), tubulus dentin kosong.
Pulpa
- Rongga pulpa berkurang besarnya karena pembentukan dentin sekunder atau pembentukan
dentin sbg mekanisme pertahanan pulpa (dentin reparatif).. Pada orang tua tidak jarang bahwa
pulpanya sama sekali hilang akibat dari rangsangan eksterna yang terus menerus atau dari satu
kali rangsangan yang lebih kuat, misalnya setelah trauma.
- Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa
- Penurunan komponen seluler dan vaskuler
- Peningkatan kolagen jaringan pulpa
- Dapat terjadi pengapuran yg tidak teratur à pulp stones
- Terjadi pengurangan jumlah dan penurunan kualitas dari dinding pembuluh darah dan saraf à
vaskularisasi dan inervasi pulpa mesnurun à reaktifitas pulpa berkurang.
b. Tulang alveolar
- Setelah tanggalnya gigi geligi, tulang alveolar di sekitar gigi geligi dan soketnya perlahan-lahan
akan teresorpsi pada kedua belah rahang. Rahang akan saling berhubungan lebih dekat satu sama
lain saat mulut ditutup. Di rahang atas resorpsi tulang alveolar dapat berkembang lebih jauh pada
region pipi.
- Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah pencabutan gigi.
- Resorbsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang akibat kerusakan tulang
karena adanya peningkatan osteoklast (fungsinya : perusakan tulang) sehingga terjadi proses
osteolisis dan peningkatan vaskularisasi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi proses penuaan jaringan
rongga mulut.
Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan system penawaran racun yang
semakin berubah seiring berjalannya usia.
Faktor proses penuaan :
a. Faktor genetik
• Penuaan dini
• Resiko penyakit
• Intelegensia
• Pharmakogenik
• Warna kulit
• Tipe/ kepribadiaan seseorang
b. Faktor endogenik
• Perubahan structural dan penurunan fungsiona
• Kemampuan/ skill menurun
• Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D
c. Faktor eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup)
• Diet/ asupan zat gizi
Radang mukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12, riboflavin dan zat besi pada
diet pasien lanjut usia.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan lambatnya penyembuhan luka, kerapuhan kapiler,
dan perdarahan serta pembengkakan pada gingiva.
Nutrisi yang adekuat sangat dibutuhkan. Terutama protein. Karena protein berguna untuk
mempertahankan dan memperbaiki jaringan lunak dan jaringan keras. Nitrogen dan asam amino
yang diperoleh dari protein sangat diperlukan untuk sintesis hormone, enzim, plasma protein dan
hemoglobin. Pada rongga mulut, kekurangan protein sering dikaitnya dengan degenerasi jaringan
ikat gingiva, membaran periodontal dan mukosa. Kekurangan protein sering juga dikaitkan
dengan percepatan kemunduran tulang alveolus.
• Merokok
• Obat
• Penyinaran Ultra Violet
• Polusi
Teori penyebab penuaan
a. Penuaan terprogram
- Semua sel menyimpan informasi dalam DNA.
- Kematian sel melibatkan proses embrionik seperti degenerasi.
- Penuaan terjadi karena akhirnya sel keluar dari program.
b. Mutasi somatic akibat kesalahan replikasi
- Hipotesa lain mengenai penuaan karena kemunduran atau kemerosotan replikasi, bukan karena
informasi yang terbawa di dalam gen melainkan karena akumulasi kesempatan kesalahan
replikasi DNA atau replikasi RNA terhadap system enzim dimana sel berada.
c. Autoaggression
- Sama pengertiannya dengan autoimun. Merupakan mekanisme yang utama terhadap penuaan.
- Mutasi somatic dapat muncul dari stem sel system limfoid yang menyebabkan sel memberikan
respon secara imunologi terhadap antigen jaringan tubuh sendiri.
- Reaksi imun abnormal terutama respek yang banyak terhadap beberapa jaringan organ dapat
menyebabkan berbagai perubahan proses penuaan.
- Pada pria lebih mudah dikenali kelainan autoimun ini sehingga jangka waktu hidup mereka
lebih panjang dibanding wanita.
d. Hipotesa cross-link
- Cross-link kolagen sebagai penyebab penuaan mirip dengan cross-link berbagai rantai multipel
protein termasuk DNA dan RNA merupakan penyebab penuaan.
e. Efek kumulatif kerusakan sel
- Digambarkan adanya reaksi kimia dalam sel protein atau DNA.
- Radiasi atmosfir.
- Akumulasi virus.
f. Hipotesis radikal bebas
- Memiliki electron yang tidak berpasangan.
- Adanya reaksi reduksi yang menyebabkan kerusakan sel.
g. Substansi potensial umur panjang
Hipotesis farmakologikal menghasilkan :
- Imunosupresant.
- Radio proteksi dan antioksidan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengaruh penuaan jaringan rongga mulut terhadap
system stomagtonatik.
Pengaruh proses penuaan terhadap system stomatognatik
System Stomatognatik
Kombinasi struktur cavum oris yang terlibat dalam proses bicara, pengecapan, mastikasi dan
penelanan. Terdiri dari :
a. Gigi
b. Rahang
c. Otot pengunyahan
d. Persyarafan
e. TMJ
Secara umum
- Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu kestabilan lengkung gigi
sehingga mengacaukan fungsi kunyah
- Pada proses bicara, huruf konsonan dibentuk oleh pemutusan aliran udara di atas larink.
Pemutusan ini dapat dilakukan oleh salahsatunya karena gigi sehingga jika gigi sudah tanggal,
pembentukan huruf konsonan terganggu, dan menghambat proses bicara
- Produk bicara juga dipengaruhi oleh otot pengunyahan.
Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi
1. Pergerakan ke mesial (kearah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis yang
berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari gigi geligi tetangganya
(proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya)
2. Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan edge insisal. Proses
ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis karena dentin sekunder yang mengalami
atrisi yang hebat.
3. Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila. Diakibatkan karena atrisi
bonjol-bonjol gigi belakang cenderung menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan
bawah bertemu
4. Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan ligamentum
periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi
5. Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga kompensasi
resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif
6. Penyempitan rongga pulpa dan penebalan cementum
Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ dan persyarafan
Perubahan pada sendi Temporo Madibular Junction sering terjadi pada usia 30-50 tahun.
Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otot-otot mengunyah
yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar.
1. Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior telah
diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust mandibula akan
mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak
condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ
2. Akibat penuaan jmengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini
menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.
3. Penuaan mengakibatkan remodeling (degradasi makromolekul sel dan ekstraselular secara
continue pada struktur dan fungsi jaringan konektif) pada sendi. Remodeling ini merupakan
adaptasi biologis terhadap lingkungan yaitu respon stress biomekanis. Contohnya remodeling
sebagai kompensasi gigi yang telah dicabut. Akibat proses menua, jaringan sendi mnegalami
reduksi sel yang progresif. Remodeling terjadi pada bagian anterior dan posterior kondil medial
dan lateral dan atap fossa glenoid.
Perubahan umum
- Berkurangnya kemampuan proliferasi secara keseluruhan sehingga bila terjadi kerusakan atau
kematian sel jaringan TMJ :
o Kemampuan untuk melakukan reparasi menurun
o Menurunya kemampuan reaksi jaringan terjadap rangsangan pertumbuhan
o Menurunya respon imun dan menurunya kemampuan pembentukan protein akibat rangsangan
dari luar
Perubahan pada jaringan tulang rawan sendi
- Menurunya ketebalan lapisan fibro kartilago pada permukaan condilust sendi
- Terjadi degenerasi dari kondrosit sehingga munurunya kemampuan kartilago terhadap
rangsangan tekanan
Cairan synovial menurun sehingga :
- Mempunyai kelancaran pergerakan diskus artikularis
- Terjadi krepitasi pada gerak sendi dan pada keadaan yang lebih parah diskus artikulasi akan
robek atau mengalami kerusakan
Perubahan pada Ligamen Sendi
- Menurunya ketebaln kapsula sendi
- Menurunya daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk ligament TMJ
- Sintesa menurun sehingga proses reparasi menurun, karena menurunya ketahan regangan maka
terjadi penurunan keleluasaan artikulasi TMJ.
Perubahan pada otot-otot wajah dan sendi rahang
- Otot-otot wajah berpartisipasi dalam fungsi penelanan, pengunyahan, dan bicara. Otot-otot
wajah mengalami atropi, menurunnya tonus otot dan kadang-kadang dijumpai fibrosis otot
mengakibbatkan fungsi pengunyahan dan penelanan berkurang.
- Hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula berkaitan dengan penambahan usia. Reduksi
lebih lanjut pada ketebalan otot rahang juga terjadi, tetapi lebih sering pada orang tak bergigi.
- Koordinasi dan kekuatan otot menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol dari
bibir, lidah, dan rahang.
- Umumnya gerakan mandibula tidak terganggu dan sendi rahang tetap berfungsi dengan baik.
Namun apabila terjadi gangguan sendi rahang kemungkinan karena tekanan yang melampaui
batas sehingga sendi rahang tidak mampu untuk menahan tekanan yang ada dan keadaan ini
diperhebat karena proses degenerasi sendi.
- Kelainan sendi rahang yaitu dislokasi sendi/ sub-luksasi, osteosthrosis dan clicking.
Perubahan pada persarafan
- Terjadi disfungsi neuron motoris yang progresif berupa ketidakmampuan neuron motoris untuk
mempertahankan serabut-serabut otot dalam kondisi yang baik.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengaruh proses penuaan terhadap kesehatan tubuh.
- Gigi geligi yang telah banyak hilang atau tanggal menyebabkan pemecahan makanan secara
mekanis tidak sempurna. Hal ini menyebabkan ukuran molekul masih besar, kerja lambung dan
usus menjadi lebih berat, dan absorpsi kurang baik saat makanan sampai di usus halus. Selain itu,
gigi yang banyak hilang juga akan mengganggu pengunyahan. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya asupan makanan sehingga sering terjadi malnutrisi.
- Karies pada daerah maksila dapat memungkinkan terjadinya sinusitis.
- Bakteri di gigi sama ganasnya dengan bakteri dalam peredaran darah dan hal tersebut dapat
menyebabkan sakit pada jantung.