proses aklimatisasi pada kultur jaringan anggrek di
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PROSES AKLIMATISASI PADA KULTUR JARINGAN
ANGGREK DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN UNIT
WONOCATUR, BANGUNTAPAN, BANTUL,
YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian
Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan
Arsitektur Pertamanan
Disusun Oleh :
RINECHA FITI HANDAYANI
H 3308049
PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan
Judul :
PROSES AKLIMATISASI PADA KULTUR JARINGAN
ANGGREK DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN UNIT
WONOCATUR, BANGUNTAPAN, BANTUL,
YOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Rinecha Fiti Handayani H 3308049
Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : Mei 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji
Penguji I
Ir. Praswanto, MS NIP. 194701101980031001
Penguji II
Ir. Heru Irianto, MM NIP. 19630514 1992021001
Surakarta, Mei 2011
Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian
Dekan,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 195602251986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
taufik dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Heru Irianto, MM. selaku Koordinator Program D-III Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret dan selaku dosen panguji, terima
kasih atas arahan, masukan dan saran yang diberikan.
3. Ir. Panut Sahari MP selaku Ketua Program Studi D-III Agribisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ir. Praswanto, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
meluangkan waktu dan pikiran, serta memotivasi penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir.
5. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak Muryono selaku koordinator UPTD BPPTPH Unit Wonocatur,
Bapak Ir. Ruspandi A.F selaku pembimbing magang, serta Ibu Siti dan
Ibu Marsih selaku staf di UPTD BPPTPH yang telah membimbing
selama magang.
7. Bapak Suyanto dan Ibu Triwulan selaku orangtua sekaligus teladanku,
terima kasih atas segala cinta, kasih, sayang, dukungan, semangat,
nasehat dan doa yang tiada pernah putus, cucuran keringat dan air mata
yang mengiringi setiap langkahku. Saat bagiku untuk membahagiakan
kalian adalah ketika aku telah benar-benar menjadi manusia.
8. Semua keluarga tercinta dan orang-orang terkasih yang ada di rumah,
terima kasih atas semua kasih sayang, perhatian, teladan dan dorongan
semangat yang telah diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
9. Kakak sekaligus penyemangatku Devid Ringga E, terima kasih untuk
inspirasi, semangat, motivasi, doa, cinta, segala perhatian, pengertian,
kesabaran mendengarkan semua keluh kesahku, silaturahmi dan
kebersamaannya selama ini.
10. Nurhidayati, Ari B, Damas, Fransisca Saudaraku sekaligus sahabat
seperjuangan yang selalu menemani dalam suka dan duka, membantu
dan memberikan semangat.
11. Teman - teman kost Pravithasari yang selalu rame yang selalu menghibur
(mb nopek, ningsih, mb yana, mb reni, mb irna, mb woro)
12. Teman - teman Fakultas Pertanian, Khususnya D-III Agribisnis 2008
yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya laporan tugas akhir
ini.
13. Semua pihak baik langsung maupun tak langsung telah banyak
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa
penulis harapkan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
Surakarta, Mei 2011
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 3
1. Tujuan Umum ............................................................................... 3
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
A. Taksonomi Tanaman Anggrek ............................................................ 4
1. Sistematika Anggrek .................................................................... 4
2. Karakter Anggrek ........................................................................ 4
3. Ekofisiologi Anggrek ................................................................... 5
B. Aklimatisasi Anggrek ......................................................................... 7
III. TATALAKSANA PELAKSANAAN .................................................... 10
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 10
1. Tempat Pelaksanaan Magang ........................................................ 10
2. Waktu Pelaksanaan Magang ......................................................... 10
B. Cara Pelaksanaan ................................................................................ 10
a. Metode Dasar ................................................................................ 10
b. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 10
c. Metode Analisis Data ..................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 11
A. Kondisi Umum Perusahaan ................................................................ 11
B. Uraian Kegiatan .................................................................................. 18
C. Pembahasan ......................................................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
D. Analisis usaha tani pembibitan tanaman anggrek di
Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur .......................................... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 36
A. Kesimpulan ......................................................................................... 36
B. Saran.................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intensitas Cahaya Matahari Yang Dibutuhkan Tanaman Anggrek… 6
Tabel 4.1. Data Karyawan Laboratorium Kultur Jaringan
UPTD BPPTPH Unit Wonocatur…………………………………… 16
Tabel 4.2 Komposisi Larutan Stok Media MS dalam 100 ml Aquades............ 20
Tabel 4.3 Biaya Tetap (Penyusutan barang) Produksi Bibit
Anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur………………. 32
Table 4.4 Biaya Variabel Produksi Bibit Anggrek di
Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur........................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BPPTPH Provinsi DIY…………………. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang
banyak disukai karena keindahan dan keanekaragamannya sehingga tanaman
ini banyak dibudidayakan dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Bunga
anggrek banyak menarik perhatian karena memiliki karakteristik tersendiri
jika dibandingkan bunga yang lain. Karakteristik tersebut antara lain dilihat
dari bunganya yang memiliki kekhasan dalam bentuk, ukuran, aroma yang
spesifik, warna bunga yang beranekaragam dan memiliki ketahanan yang
lebih lama bila dibandingkan dengan bunga yang lain.
Anggrek yang termasuk dalam family Orchidaceae, merupakan salah
satu suku tumbuh-tumbuhan dengan anggota paling besar dibanding jenis
lain, sehingga anggrek juga mempunyai jenis bunga yang beragam, baik
ukuran, bentuk, warna serta aromanya. Selain itu anggrek merupakan
tumbuhan yang dapat melakukan persilangan antar genus, yang menyebabkan
jenis spesies dari tumbuhan ini senantiasa berkembang setiap saat, dan
menambah keragaman dari anggrek (Soeryowinoto, 1993)
Saat ini dan dimasa yang akan datang anggrek mempunyai prospek
yang sangat cerah dan semakin banyak diminati untuk dibudidayakan sebagai
bunga potong, bibit maupun bunga pot. Peminatnya bukan hanya dari dalam
negeri tetapi juga dari luar negeri sehingga terbuka peluang pasar untuk
ekspor anggrek. Untuk ekspor, prospeknya cukup cerah karena saat ini
anggrek tropis secara umum mulai digemari di Negara-negara 4 musim.
Namun dibandingkan dengan Negara-negara pengekspor anggrek seperti
Thailand dan Singapura, nilai ekspor anggrek Indonesia masih rendah.
Guna menghasilkan tanaman anggrek yang baik dan berkualitas
diperlukan bibit yang bermutu. Perbanyakan bibit anggrek dapat dilakukan
secara konvensional maupun modern. Perbanyakan secara konvensional
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan bibit anggrek
dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara modern dengan teknologi baru
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dilaksanakan secara in vitro (di dalam laboratorium) yaitu teknik kultur
jaringan.
Manfaat utama teknik in vitro adalah menghasilkan tanaman baru
dalam jumlah besar dalam jangka waktu yang relativ singkat, dengan sifat
dan kualitas yang diharapkan sama sehingga perbanyakan in vitro
memberikan harapan untuk dikembangkan jika menginginkan hasil bibit yang
berkualitas secara tepat (Rahardjo, 1995).
Salah satu tahap dan sebagai tahap terakhir dari teknik kultur jaringan
adalah aklimatisasi. Menurut Yusnita (2003) aklimatisasi berarti melatih
tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan dalam botol kultur dengan suplay
media yang lengkap untuk dapat hidup secara mandiri dan berfotosintesis
pada kondisi eksternal. Aklimatisasi sangat penting dan mutlak dilaksanakan
karena bibit hasil kultur jaringan masih lemah dan peka terhadap lingkungan
luar, Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada magang ini kami
mengambil permasalahan mengenai tahap aklimatisasi pada tanaman anggrek
sebagai bagian dari teknik kultur jaringan.
Mahasiswa sebagai intelektual society diharap dapat mengatasi
masalah-masalah yang sudah ada serta dapat mengantisipasi permasalah baru
yang terjadi di pasaran nanti sehingga bisnis anggrek terus dapat berkembang
di Indonesia. Maka dari itu, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
serta menyelaraskan antara teori yang telah didapat dengan kenyataan yang
ada di lapangan, Mahasiswa Program Diploma Tiga sebagai calon Ahli
Madya Pertanian perlu melaksanakan Magang ke suatu instansi yang
bergerak dibidang yang sesuai dengan jurusannya. Diharapkan setelah
melaksanakan magang tersebut, mahasiswa yang bersangkutan memperoleh
pengetahuan baru sehingga dapat mengatasi permasalahan tentang anggrek
yang ada dipasar saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan
mengenali kegiatan-kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang
pertanian secara luas.
b. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan
agribisnis.
c. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja
yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan
serta memecahkan permasalahan yang ada dalam bidang pertanian.
d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi
pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka
meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan laboratorium kultur
jaringan unit Wonocatur
b. Untuk mempelajari teknik perbanyakan tanaman enggrek secara in
vitro dengan segala permasalahan dan pemecahannya.
c. Mengetahui dan memahami tahap aklimatisasi tanaman anggrek di
Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur.
d. Memenuhi kelengkapan pada program D-III Program Studi
Agribisnis, Jurusan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas
sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Taksonomi Tanaman Anggrek
1. Sistematika Anggrek
Menurut Rahmat Rukmana (2000) tanaman anggrek
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : ±1200 genus, seperti Dendrobium, Spathoglottis, dan
Cymbidium
Species : Lebih dari 50.000 spesies alam seperti Calanthe
triplicata, Ascocentrum miniatum. dan 100.000 spesies
hibrida.
2. Karakter Anggrek
a. Daun
Bentuk daun bervariasi dari sempit memanjang sampai bulat
panjang. Seperti pada umumnya tanaman monokotil, daun anggrek
tidak mempunyai tulang daun yang berbentuk jala menyebar, tetapi
tulang daunnya sejajar dengan helaian daun. Tebal daun juga
bervariasi dari tipis sampai tebal berdaging.
b. Bunga
Seperti bunga lainnya bunga anggrek terdiri dari 5 bagian utama
yaitu sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga), benang sari, putik
dan ovary (bakal buah). Pelindung bunga terluar waktu bunga masih
kuncup adalah sepal. Anggrek mempunyai 3 helai sepal yang
berwarna indah, berlainan dengan sepal bunga lain yang umumnya
berwarna hijau (Gunawan, 2004 : 6).
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Tipe Pertumbuhan
Tipe pertumbuhan anggrek ada 2 yakni simpodial (berumpun)
dan monopodial (memanjang ke atas). Pada jenis anggrek simpodial
membentuk rimpang, berbunga lateral. Contoh: Dendrobium, Cattleya
dan Cymbidium. Sedangkan pada tipe monopodial, batang pokok
memanjang dan membentuk akar adventif sepanjang batang tersebut
dan dapat membentuk bunga lateral. Contoh: Vanda, Arachnis
(Anonim, 1996).
d. Tempat Tumbuh
Menurut tempat tumbuhnya, anggrek dibedakan menjadi 2 jenis:
yakni anggrek epifit dan anggrek terestria. Anggrek epifit merupakan
anggrek yang menempel pada tanaman lain tetapi tidak merugikan
pada tanaman yang ditempeli. Yang termasuk jenis ini yaitu Cattleya,
Dendrobium, Cymbidium, Phalaenopsis (Soeryowinoto, 1974 : 45).
Sedangkan anggrek terestris, disebut anggrek tanah karena anggrek ini
hanya bisa hidup di tanah atau media buatan diletakkan di tanah, pada
tempat yang terbuka. Jenis anggrek ini misalnya : Vanda teres,
Arachnis, Aranda.
3. Ekofisiologi Anggrek
a. Cahaya
Faktor cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dibagi atas : intensitas, lama penyinaran serta kualitas
sinarannya. Intensitas cahaya adalah banyaknya sinar yang diterima
per satuan luas. Pada umumnya anggrek pot membutuhkan cahaya
lebih sedikit dari pada anggrek tanah. Anggrek tanah seperti : vanda
douglas. Sedangkan anggrek pot Cattleya, Cymbidium, Phalaenopsis
dan dendrobium tidak dapat menerima intensitas penuh, cahaya penuh
akan menghanguskan daun, apabila dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan kematian tanaman (Gunawan, 2004 : 38).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Menurut Hendaryono (1998 : 37) kebutuhan intensitas cahaya
matahari yang dibutuhkan oleh tanaman anggrek berbeda-beda seperti
pada tabel 2.1:
Tabel 2.1 Intensitas Cahaya Matahari Yang Dibutuhkan Tanaman Anggrek
No Jenis Tanaman Anggrek Intensitas Cahaya
1 2 3 4 5 6 7
Phalaenopsis Cattleya Vanda Aerides Paphiopedilum Dendrobium Oncidium
10% - 35% 25% - 40% 20% - 35% 15% - 30% 10% - 20% 50% - 55% 60% - 75%
b. Temperatur
Kebanyakan anggrek adalah sama dengan manusia, akan
tumbuh dengan baik pada temperatur tempat kita hidup dengan enak.
Memang ada beberapa spesies anggrek alam yang tumbuh pada daerah
pegunungan, hidup dan berkembang pada temperatur rendah yaitu
antara 5 – 10oC. pada umumnya anggrek-anggrek budidaya
memerlukan temperature 28oC dengan temperatur minimum 15oC.
Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas daripada anggrek
pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Gunawan, 2004).
c. Kelembaban
Tanaman anggrek tidak ingin basah terus-menerus, tetapi suka
sekali dengan kelembaban udara yang besar. Pada hakekat aslinya,
kebasahan udara atau humidity yang diinginkan pada siang hari ialah
sekitar 65% - 70%. Tanaman anggrek tidak senang terlalu banyak air
kebanyakan air pada anggrek menyebabkan busuk tunas (top-rot) atau
busuk daun (leaf rot) (Soeryowinoto, 1974).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Aklimatisasi Anggrek
Aklimatisasi adalah suatu upaya mengkondisikan planlet atau tunas
mikro hasil perbanyakan melalui kultur in vitro ke lingkungan in vivo yang
aseptik. Aklimatisasi merupakan proses yang penting dalam rangkaian
aplikasi teknik kultur jaringan untuk mendukung pengembangan pertanian
(Yusnita 2003).
Menurut Taji et al (2002), secara umum prosedur aklimatisasi diuraikan
sebagai berikut:
Planlet-planlet yang akan diaklimatisasi dikeluarkan dari dalam wadah
kultur. Agar-agar yang masih menempel dicuci bersih untuk membuang
sumber kontaminasi. Selanjutnya, planlet tersebut ditanam pada medium
tanah steril (dipasteurisasi) di dalam pot kecil. Pada awalnya, planlet harus
dilindungi dari kerusakan dengan menempatkan di bawah naungan.
Pot anggrek yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini sebaiknya
memiliki sistem aerasi yang baik karena akar anggrek secara alamiah
menempel pada pohon sehingga selain berfungsi untuk menyerap makanan
juga berfungsi sebagai akar napas. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan ketika memilih pot anggrek adalah bahan baku, drainase
(saluran pembuangan air), dan kelancaran aerasi udara
(Edhi Sandra, 2001:16)
Pot anggrek yang baik terbuat dari batu bata dengan lubang-lubang di
bagian dasar pot. Banyak pengusaha anggrek yang justru menanam anggrek
dalam pot plastik seperti keranjang kecil, dimana semua bagiannya berlubang
kecil-kecil seperti saringan. Dengan pot plastik ini anggrek mampu tumbuh
subur (Hendaryono, 1998 : 23)
Pilihan jenis media yang akan digunakan harus mempertimbangkan
beberapa faktor misalnya lingkungan, pertumbuhan tanaman dan susunan
unsur haranya. Didaerah bercurah hujan tinggi, hindari penggunaan media
moss atau pakis karena kemampuan menahan airnya cukup tinggi. Akibat air
yang berlebihan, tanaman mudah menggugurkan daun dan busuk karena akar
napas anggrek yang menyukai kondisi terbuka tidak mampu bernapas akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
tergenang air. Selain itu media moss atau pakis dipilih pada usia semai karena
pada saat itu, tanaman menjadi sangat peka terhadap perubahan kondisi
lingkungan sehingga bila ingin bertahan hidup kesediaan air dan makanan
harus tercukupi. Sebaliknya, media berupa potongan bata atau genting tidak
digunakan didaerah panas atau didaerah dengan curah hujan kecil karena
daya menahan airnya kurang baik. Akibatnya tanaman anggrek mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi, kemudian mengering dan mati
(Edhi Sandra, 2001 : 18)
Dalam proses aklimatisasi sebaiknya digunakan media tanam yang
halus dan lunak, sehingga akar bisa tumbuh optimal. Media aklimatisasi
berupa sekam bakar, serbuk pakis, moss atau akar pakis. Prinsipnya, media
tersebut harus cukup halus, dapat memegang air dengan baik, serta bebas dari
jamur dan penyakit. Media aklimatisasi sebaiknya disterilisasikan dengan
cara merebus atau menggunakan autoklaf. Bisa juga media tersebut disemprot
fungisida dan dicampur dengan furadan (Edhi Sandra, 2003: 49).
Selama masa aklimatisasi, kultur anggrek dibiasakan untuk beradaptasi
dengan lingkungan luar dengan menggunakan penyungkup. Caranya dengan
membuka sungkup secara bertahap, interval dan lamanya pembukaan
semakin lama. Setelah sungkup dapat dibuka sepenuhnya, anggrek dibiarkan
menjadi agak besar, kemudian dipindahkan kealam pot pembesaran. Bisanya
pemindahan dilakukan setelah berumur 3 bulan sejak tanaman tersebut dibuka
sepenuhnya (Edhi Sandra, 2003 : 51)
Pemupukan, Penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit
merupakan cara pemeliharaan yang sangat penting dilakukan. Dan agar
tanaman anggrek ini bisa tumbuh dan berbunga memuaskan. Pemupukan
merupakan pemberian unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, baik melalui akar maupun melalui daun. Pertumbuhan tanaman
tidak akan dapat optimal bila hanya mengandalkan tersedianya unsur hara
didalam tanah. Terutama bagi tanaman anggrek yang menggunakan media
non-tanah, tanpa pemberian pupuk mutlak diperlukan agar tanaman tidak
menderita defisiensi, yaitu terserang berbagai penyakit akibat kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
unsure hara, sehingga tanaman jadi merana dan mati. Tanaman anggrek tanah
juga perlu dipupuk seperti tanaman hortikultura lainnya, karena unsur hara
didalam akan habis dalam waktu tertentu, apalagi bila tanahnya tersebut
ditanami secara terus menerus (Hendaryono, 1998).
Kebutuhan air sangat tergantung dari jenis tanaman, ukuran tanaman,
jenis media, jenis pot. Pemberian air yang berlebihan seringkali merugikan
anggrek terutama didaerah yang lembab, air yang berlebihan merupakan
penyebab utama kematian tanaman anggrek. Kelembaban yang berlebihan
dengan temperatur yang tinggi merupakan keadaan yang sangat cocok untuk
pertumbuhan bakteri dan cendawan yang merugikan. Cendawan dan bakteri
dapat menyerang akar tanaman, sehingga menyebabkan kebusukan tanaman.
Untuk mendapatkan hasil pertanaman yang baik, pengendalian hama dan
penyakit merupakan aspek budidaya anggrek yang tidak kalah pentingnya
(Gunawan, 2004 : 36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
III. TATALAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat Pelaksanaan Magang
Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPPTPH) Unit Wonocatur yang beralamat di Jl. Pertanian,
Wonocatur, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
2. Waktu Pelaksanaan Magang
Magang ini dilaksanakan pada Tanggal 16 Februari – 22 Maret 2011.
B. Cara Pelaksanaan
Adapun Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Magang ini yaitu :
1. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah
metode Deskriptif Analitik, yaitu metode penerapan permasalahan
sehingga memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa
sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan
disimpulkan dalam konteks teori–teori yang ada dan dari penelitian
terdahulu.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan dan dengan
pencatatan yaitu mencatat data–data yang diperlukan dari sumber yang
dapat dipercaya.
3. Metode Analisis Data
Data yang tekumpul dianalisis dengan menggunakan tabulasi
representatif yaitu dengan menganalisa data yang telah terkumpul dengan
analisis kualitatif. Pada kasus–kasus tertentu mahasiswa dapat pula
menjelaskan secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori atau
keterangan yang relevan.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan
BPPTPH Unit Wonocatur merupakan Laboratorium Kultur
Jaringan yang terletak di Jalan Pertanian, Wonocatur, Bangun Tapan,
Bantul, Yogyakarta. Laboratorium kultur jaringan memproduksi bibit
melalui teknik kultur jaringan yang meliputi tanaman pisang dan anggrek.
a. Sejarah Laboratorium Kultur Jaringan dan Kebun Bibit
Hortikultura Wonocatur
Laboratorium Kultur jaringan yang berkedudukan di Wonocatur
dibangun pada tahun 1996, dan mulai beroperasional pada akhir tahun
1996. Sebelumnya sudah ada Laboratorium Kultur Jaringan di BBI
Hortikultura Ngipiksari, tetapi belum berhasil dalam operasional karena
kondisi laboratorium yang terlalu lembab sehingga menyebabkan
kegagalan dalam produksi (eksplant selalu mengalami kontaminasi)
Menurut struktur organisasi pada waktu itu, Laboratorium Kultur
Jaringan masih menjadi satu dengan BBU Wonocatur di bawah Seksi
Produksi benih Subdin Produksi Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
Mulai akhir 1999 terjadi perubahan struktur organisasi dan
Laboratorium Kultur Jaringan masuk ke Seksi Produksi Benih
Hortikultura Subdin Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman
Pangan.
Sesuai dengan Perda No. 7 Tahun 2002 terjadi perubahan struktur
yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan menjadi Sub Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura dengan Laboratorium Kultur jaringan dibawah
salah satu seksinya yaitu di seksi Produksi Hortikultura. Kemudian,
pada awal tahun 2009 Laboratorium kultur jaringan sesuai dengan tugas
dan fungsinya, segala pengelolaan dan kegiatannya menjadi wewenang
UPTD Balai Pengembangan perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPPTPH) di bawah Seksi Produksi Benih Hortikultura
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang berkedudukan di Ngipiksari, pakem, Sleman di bawah naungan
dan bertanggungjawab langsung kepada Dinas Pertanian Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kebun Bibit Hortikultura Wonocatur pada awalnya bernama Balai
Benih Utama Hortikultura Wonocatur (BBU Hortikultura Wonocatur)
semua pengelolaannya berada dibawah pimpinan Balai Benih Utama
(BBU) Padi Wonocatur (sampai sekarang kantornya menjadi satu
dengan Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur), kemungkinan
dengan pertimbangan sama-sama kedudukannya sebagai Balai Benih
Utama dan lokasinya berdekatan. Berdasarkan SK Gubernur No.
61/KPTS/88 tentang pembentukan UPTD Dinas Pertanian Provinsi DIY
berada dibawah pembinaan UPTD/BBI Hortikultura Ngipiksari,
Sleman.
b. Visi dan Misi Laboratorium Kultur Jaringan Unit Wonocatur
Visi dari Laboratorium Kultur Jaringan adalah untuk
menyediakan bibit tanaman berkualitas dalam waktu relatif cepat,
dalam jumlah banyak, bernilai ekonomi tinggi dan banyak peminatnya
sehingga akan mampu meningkatkan PAD.
Misi dari Laboratorium Kultur Jaringan Unit Wonocatur ada dua
yaitu misi jangka pendek dan misi jangka panjang. Misi jangka pendek
adalah untuk menyediakan kebutuhan pisang dan anggrek, serta untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat DIY yang terdiri dari komoditas
pisang dan komoditas tanaman hias.
c. Tugas BPPTPH Unit Wonocatur
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya BPPTPH Unit
Wonocatur, BPPTPH bertugas sebagai:
1) Penghasil dan penyedia bibit hortikultura, baik hasil perbanyakan
tradisional maupun bibit hasil kultur jaringan.
2) Sebagai tempat penyuluhan, pembinaan, percontohan dan
pelayanan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Keadaan daerah
a. Laboratorium kultur jaringan Wonocatur
1) Letak Geografis
Laboratorium Kultur Jaringan terletak lebih kurang 5 km
sebelah Timur pusat kota Yogyakarta, yaitu di desa Wonocatur,
Kelurahan Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan batas-batas
sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Jalan Raya Janti
- Sebelah Selatan : Dusun Tegal mulyo
- Sebelah Timur : Jalan Ring Road Timur
- Sebelah Barat : Dusun Gedong Kuning
2) Topografi
Laboratorium Kultur Jaringan berada pada ketinggian 130
meter dpl dengan kondisi tanahnya bergelombang dan datar.
3) Keadaan Tanah
Jenis tanahnya regosol berwarna kelabu kehitaman dengan
pH antara 6-8 dengan sebagian kecil tanah perkantoran bertekstur
geluh berpasir yang mudah menyerap air dan strukturnya remah.
4) Keadaan Iklim
Iklim di wilayah ini termasuk tipe iklim sedang atau agak
kering dengan temperatur 25,92oC. Musim hujan jatuh pada bulan
Oktober sampai dengan April yang cukup baik untuk budidaya
tanaman padi, palawija, buah-buahan dan sayuran dataran rendah.
b. Kebun Bibit Hortikultura Wonocatur
1) Letak geografis
Kebun Bibit Hortikultura Wonocatur yang luasnya 4.500 m2
terletak di sebelah utara perempatan Gedong Kuning, di Jalan Raya
Janti, di Desa Wonocatur, Kelurahan Banguntapan, Kecamatan
Banguntapan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dengan batas-batas sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
- Sebelah Utara : Dinas Perindustrian Provinsi DIY
- Sebelah Selatan : Jalan Kampung
- Sebelah Timur : UPTD Dinas Perkebunan
- Sebelah Barat : Jalan Raya Janti
2) Topografi
Kebun Bibit Hortikultura Wonocatur berada pada ketinggian
130 meter dpl dengan kondisi tanahnya bergelombang dan datar.
3) Keadaan Tanah
Jenis tanahnya latosol, banyak mengandung pasir sehingga
porous, dengan pH tanah 5,4 – 6,5.
4) Keadaan Iklim
Iklim di wilayah ini termasuk tipe iklim sedang atau agak
kering dengan temperature 25,92oC. Musim hujan jatuh pada bulan
Oktober sampai dengan April.
3. Keadaan Perkantoran/Ketatausahaan
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2002 tanggal 3 Agustus 2002
tentang pembentukan dan Organisasi UPTD pada Dinas Daerah di
lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka struktur
organisasi Laboratorium Kultur Jaringan di bawah Seksi Produksi
Benih Hortikultura UPTD BPPTPH seperti terinci sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BPPTPH Provinsi DIY
Kepala Dinas Pertanian
Ir. Nanang Suwandi,MMA.
Ka TU
Ir. Retno Setyowati, MS
Kepala UPTD BPPTPH
Ir. Pramono Hadi
SUBBAG TU
Ir. Hendra Murtana
Seksi Produksi Benih dan Tan. Pangan
Ir. Suharyadi
Seksi Pengembangan Teknologi & Prod.Benih
Tan. Horti Ir. Suharto Budiyono,MP
Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
Unit Wonocatur Unit Tambak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Kepegawaian
Karyawan Laboratorium Kultur Jaringan berjumlah 7 orang
terdiri dari 4 orang pegawai dan 3 orang harian lepas. Data terperinci
pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Data Karyawan Laboratorium Kultur Jaringan UPTD BPPTPH Unit Wonocatur
No Nama Pendidikan Jabatan
1 2 3 4 5 6 7
Muryono Ir. H. Ruspandi A.F Sumarsih Siti Rojimah Djumakir Sakimin Wijo
SLTA S1 SLTA SLTA SLTA SD SD
Koordinator Lab. Kultur Jaringan Staf (pembimbing KL) Staf (Administrasi) Staf (Petugas Laboratorium) Penjaga Tenaga Harian Bagian Pemelihara Lingkungan
4. Sarana dan Prasarana
Kegiatan operasional Laboratorium Kultur Jaringan maupun
perbanyakan bibit buah-buahan sangat ditunjang oleh keberadaan sarana
dan prasarana yang tersedia. Sarana dan prasarana yang ada meliputi
gedung/bangunan dan peralatan. Bangunan terdiri dari:
a. Bangunan kantor, seluas 128 m2
b. Laboratorium Kultur Jaringan seluas 89 m2
Di dalam Laboratorium Kultur Jaringan dibagi menjadi beberapa
ruangan yang mempunyai fungsi berbeda-beda antara ruang yang satu
dengan yang lainnya. Ruang-ruang tersebut adalah:
1) Ruang Persiapan
Ruang ini digunakan untuk sterilisasi eksplan, pembuatan
media, sterilisasi alat dan media. Dalam ruangan ini terdapat
beberapa peralatan yang digunakan untuk kultur jaringan,
diantaranya:
a) Timbangan analitik untuk menimbang bahan-bahan kimia.
b) Hot plate magnetic stirrer untuk mengaduk dan memanaskan
bahan kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) Autoklaf untuk sterilisasi alat dan media.
d) Alat-alat gelas, seperti gelas ukur dan Erlenmeyer.
e) Almari penyimpanan bahan-bahan kimia.
f) Meja kerja, yang digunakan ketika membuat media.
g) Almari pendingin untuk menyimpan larutan stok.
h) Kompor untuk memanaskan autoklaf ketika sedang beroperasi.
2) Ruang Inkubasi
Ruang ini digunakan untuk meletakkan atau menumbuhkan
planlet dalam botol setelah inisiasi atau setelah dilakukan
multiplikasi (sub kultur), Dalam ruangan ini dilengkapi dengan AC
dan lampu TL untuk menjaga agar suhu dan intensitas cahaya
diruangan sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan agar planlet
mampu tumbuh dengan baik.
3) Ruang Isolasi
Ruangan ini digunakan untuk melakukan inisiasi atau sub
kultur. Dalam ruangan ini terdapat Laminar Air Flow (kotak tanam).
Ruangan ini dilengkapi dengan AC dan lampu UV. Lampu UV
dinyalakan ± 30 menit sebelum ruangan digunakan. Lampu UV ini
digunakan untuk menumbuhkan kontaminan yang dapat
mengganggu pertumbuhan planlet. Pada saat bekerja lampu UV
dimatikan karena lampu ini menimbulkan radiasi yang
membahayakan kesehatan manusia.
c. Screen House 2 unit, seluas masing-masing 100 m2 dan 80 m2.
Screen house atau rumah kaca merupakan rumah yang digunakan
untuk mengaklimatisasi dan menumbuhkan tanaman yang baru saja
keluar dari botol kultur jaringan. Screen house ini digunakan untuk
mengadaptasikan bibit hasil kultur jaringan dengan lingkungan sebelum
ditanam di habitat aslinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Uraian Kegiatan
Teknologi kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan bibit secara
modern yang dilakukan di instansi Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPPTPH) unit Wonocatur. Dengan teknik ini dapat
diperoleh beberapa keuntungan antara lain dapat memproduksi tanaman jenis
unggul dalam jumlah banyak dengan waktu relatif singkat. Selain itu juga
dapat menghemat ruang, tenaga dan biaya.
Teknik kultur jaringan anggrek yang dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan unit Wonocatur ini, yaitu Tahap seleksi tanaman induk, Tahap
sterilisasi eksplant, Tahap pembuatan media dan sterilisasi, Tahap sterilisasi
alat dan media, Tahap inisiasi dan subkultur, Tahap pengakaran, Tahap
aklimatisasi.
1. Tahap seleksi tanaman induk
Mempersiapkan bahan tanaman (eksplant) yaitu biji tanaman
anggrek yang dipilih dari buah yang sudah masak secara fisiologis,
Masaknya buah anggrek berbeda menurut jenisnya. Dendrobium masak
buahnya 4 bulan, Phaleonopsis masak buahnya 4 bulan, Vanda masak
buahnya 8 bulan, Cattleya masak buahnya 9 – 10 bulan. buah tersebut
didapat dari kantor dinas yang berada di Ngipiksari. Buah tersebut
memiliki tanda-tanda antara lain ketegangan permukaan buah tinggi,
berwarna kekuningan, dan bila dibuka biji sudah tidak lengket. Buah yang
paling baik digunakan dan lebih mudah penanganannya adalah buah yang
tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Biji yang terlalu tua sering pecah
sebelum ditabur ke dalam botol, biji yang terlalu muda biasanya belum
terbentuk secara sempurna, sehingga masih menjadi satu dengan jaringan
buah. Biji anggrek tidak mempunyai cadangan makanan (endosperm) yang
dapat digunakan pada awal perkecambahannya. Namun, di alam mampu
berkecambah walau dalam presentase yang sangat kecil. Hal ini
dikarenakan adanya bahan – bahan organik yang disuplai oleh micoryza
(asosiasi antara jenis cendawan tertentu dengan akar tanaman tingkat
tinggi) yang hidup dalam biji anggrek. Pertumbuhan biji anggrek secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
alamiah tidak dapat optimal, karena biji anggrek tidak cukup energi untuk
tumbuh (kurang cadangan makanannya), sehingga akan optimal apabila
dibantu dalam sistem in vitro.
2. Tahap sterilisasi eksplant
Tujuan sterilisasi eksplant adalah untuk mencegah terjadinya
kontaminasi oleh cendawan dan bakteri pada eksplant yang dapat
menghambat pertumbuhan jaringan eksplant. Kegiatan sterilisasi eksplant
yang dilakukan adalah pertama-tama eksplant dimasukkan kedalam
beaker glass yang berisi larutan alkohol 70% sampai eksplant terendam
dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian eksplant dibilas dengan aquades
setelah itu dimasukkan dalam larutan clorox 20% selama 10 menit dan di
aduk – aduk lalu dibilas dengan aquades sampai bersih. Setelah dibilas
eksplant tersebut ditanam dalam media.
3. Tahap pembuatan media dan sterilisasi
Media kultur jaringan secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu
media dasar dan media perlakuan. Di laboratorium kultur jaringan
wonocatur media yang digunakan adalah media dasar Murashige & Skoog
(MS). Media dasar MS adalah yang paling luas penggunaannya dibanding
dengan media dasar lainnya. Media MS banyak digunakan terutama pada
mikropropagasi tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu
dikarenakan media MS memiliki kandungan garam – garam yang lebih
tinggi daripada media lain, disamping itu kandungan nitratnya juga tinggi.
Untuk pembuatan media dasar digunakan larutan stok. Larutan stok dibuat
untuk mempermudah pembuatan media. Larutan stok terdiri dari stok A,
B, C, D, E, F, Vitamin dan ZPT.
Komposisi media dalam teknik kultur jaringan :
- Unsure makro : N, P, K, Ca, Mg dan S
- Unsur mikro: Fe, Mn, Zn, B, Mo, Cu, dan Co
- Vitamin : Niasin, Glisin, Pridoksin, HCL, Tiamin HCL
- Sumber energy : Sukrosa, Fruktosa, Glukosa
- Bahan pemadat dan pengilat bahan kimia berupa agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
- Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang terdiri dari golongan auksin (IAA,
IBA, NAA, 2,4 D) Dan golongan sitokinin ( Kinetin, Zeatin, BAP).
Auksin dan Sitokinin memberikan pengaruh interaksi terhadap
diferensiasi jaringan. Pada pemberian auksin dengan kadar yang
relative tinggi, deferensiasi kalus cenderung ke arah pembentukan
primordial akar. Sedangkan pada pemberian sitokinin dengan kadar
yang relatif tinggi, diferensiasi kalus cenderung ke arah primodial
batang dan tunas.
Untuk pembuatan larutan stok sebanyak 100 ml komposisinya tertera
pada tabel 4.2:
Tabel 4.2 Komposisi Larutan Stok Media MS dalam 100 ml Aquades
No Jenis Stok Jenis Bahan Berat (gr)
1 2 3 4 5 6 7 8
A B C D
E
F
Vitamin
Myoinositol
NH4NO3 KNO3 CaCl2.H2O MgSO4.H2O KH2PO4 Na2EDTA FeSO4
(dilarutkan dan dipanaskan)
MnSO4.H2O ZnSO4.7H2O H3BO3 KL Na2MoO4.2H2O CaCl6.H2O CuSO4.5H2O Thiamin HCL Nicotinic Acid Piridokside HCL Glisine Myoinositol
8,25 9,5 4,4 3,7 1,7 0,745 0.557 0,338 0,172 0,124 0,0166 0,005 0,0005 0,0005 0,01 0,05 0,05 0,2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ZPT :
· BAP (0,1 g dalam 100 ml aquades)
· NAA (0,1 g dalam 100 ml aquades)
Kebutuhan stok ZPT untuk membuat 1 liter media tergantung pada
konsentrasi ZPT yang diperlukan. Untuk pembuatan media MS
konsentrasi BAP sebanyak 8 ml dalam 1 liter larutan, sedangkan
untuk konsentrasi NAA dalam 1 liter larutan membutuhkan 2 ml.
sedangkan pada konsentrasi ZPT dalam media pengakaran berbanding
terbalik dengan media MS.
Untuk membuat media MS sebanyak 1 liter digunakan 30 gram gula
pasir yang dilarutkan dalam aquades dengan menggunakan magnetic stirer
yang kemudian dicampur dengan larutan stok dengan komposisi sebagai
berikut: 20 ml stok A, 20 ml stok B, 10 ml stok C, 10 ml stok D, 5 ml stok
E, 5 ml stok F, 1 ml Vitamin, 10 ml Myoinositol. Kemudian larutan stok
dan larutan gula ditambahkan air aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga
homogen. Kemudian mengukur pH larutan, pH yang dikehendaki adalah
5,8-6. Larutan campuran tersebut dimasukkan dalam panci dan
ditambahkan 10 gr agar bubuk kemudian direbus. Media dimasak sampai
mendidih, kemudian media diisikan ke dalam botol-botol kultur steril yang
telah disiapkan.
4. Tahap sterilisasi alat dan media
Sterilisasi merupakan salah satu hal yang sangat penting pada
kegiatan kultur jaringan untuk mengatasi kontaminasi mikroorganisme.
Sterilisasi peralatan dan media biasanya menggunakan alat yang disebut
autoklaf. Alat ini bekerja berdasarkan temperatur dan tekanan. Sebelum
disterilkan pada autoklaf, hal yang dilakukan adalah mencuci alat-alat
sehabis digunakan untuk proses kultur jaringan dengan menggunakan air
bersih dan direndam dengan larutan Clorox selama ± 15 menit. Alat-alat
yang perlu disterilkan sebelum penanaman adalah pinset, skalpel,
petridish, pisau pemotong, dan botol-botol kosong. Temperatur yang
digunakan untuk sterilisasi alat-alat tersebut adalah 121oC hingga pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tekanan 17,5-20 psi atau selama 30 menit. Sedangkan untuk media kultur
dengan suhu 121oC hingga tekanan 17,5-20 psi, dikonstankan pada
tekanan 20 psi dan dipertahankan selama 30 menit.
Waktu yang digunakan untuk sterilisasi media berbeda dengan
sterilisasi alat, karena bila terlalu lama media akan mendidih dan meluap.
Sterilisasi yang dilakukan di laboratorium kultur jaringan BPPTPH masih
menggunakan autoklaf yang sederhana. Dengan adanya keterbatasan
sumber daya manusia yang dimiliki, sterilisasi alat dan media tidak dapat
dilakukan bersamaan dan dalam jumlah yang besar. Untuk sterilisasi
peralatan seperti pinset, pisau, skalpel, petridish dan masker digabungkan
dengan sterilisasi media dalam satu autoklaf.
5. Tahap inisiasi dan subkultur
Tahap inisiasi merupakan tahap penanaman eksplan yang telah
disterilkan, yaitu dengan cara biji ditaburkan ke dalam botol yang sudah
berisikan media, inisiasi dilakukan di dalam LAF (Laminair Air Flow).
tahap ini membutuhkan waktu 2 sampai 3 bulan.
Tahap berikutnya adalah sub kultur yaitu tahap pemindahan atau
penanaman protocorm like body (plb) yang dihasilkan dalam tahap
inisisasi ke dalam media yang formulanya sama secara berulang-ulang
untuk menghasilkan bibit anggrek dalam jumlah yang diinginkan. Setelah
berumur 3 bulan, kultur anggrek sudah dapat diperbanyak dari satu botol
menjadi 5 – 15 botol kultur. Bagian yang diperbanyak adalah bagian kalus
yang dicacah / dipotong menjadi potongan-potongan kecil. Potongan-
potongan tersebut ditanam dalam media kultur baru.
6. Tahap pengakaran
Tahap pengakaran bertujuan supaya tunas yang ada dalam botol
berakar sebelum di aklimatisasi. Pembentukan akar merupakan tahap yang
sangat penting dalam biakan mikro. Pertumbuhan akar dapat dirangsang
dengan penambahan zat pengatur tumbuh auksin. Waktu yang diperlukan
dalam tahap pengakaran ini berbeda-beda tergantung tanamannnya, tetapi
biasanya sekitar 3-12 minggu. Setelah umur 3-12 minggu planlet dipindah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kedalam media baru yang sudah ditambahkan arang aktif dimana
konsentrasi NAA berbanding terbalik dengan konsentrasi BAP pada media
MS. Setelah tunas berakar dalam botol, tunas tersebut telah siap
dikeluarkan dan diaklimatisasikan di dalam screen house.
7. Tahap aklimatisasi
Kultur in vitro selesai pada saat terbentuk planlet (tanaman kecil)
yang sudah mempunyai pucuk pada ujung yang satu dan akar yang
berfungsi pada ujung yang lainnya. Selanjutnya adalah pemindahan planlet
ke lingkungan yang sebenarnya dengan menggunakan media arang, sabut
kelapa dan pakis. Masa ini adalah masa kritis dalam rangkaian
perbanyakan tanaman. Ada beberapa proses yang dilakukan di
Laboratorium Kultur Jaringan Unit Wonocatur yaitu sebagai berikut:
a. Menyiapkan media tanam anggrek berupa arang, sabut kelapa dan
potongan pakis yang sebelumnya direndam dengan larutan fungisida
selama sehari semalam.
b. Planlet dikeluarkan dari botol setelah itu dicuci dengan larutan
fungisida kemudian dibilas sebanyak dua kali ulangan dengan air
bersih lalu ditiriskan pada keranjang plastik yang bersih. Pada waktu
pencucian diusahakan sampai bersih karena media in vitro
mangandung gula yang disukai mikrobia dan diusahakan akar jangan
sampai terputus karena akar yang rusak akan cepat mengundang
kontaminasi.
c. Penanaman planlet anggrek dilakukan dalam kompot (pot bersama),
pot bersama ini digunakan untuk menanam bibit anggrek yang
dikeluarkan dari botol, pananaman dalam satu pot sebanyak 10 bibit
secara bersama.
d. Kompot diletakkan pada rak-rak yang terdapat di dalam screen house
yang kelembaban, suhu udara dan intensitas cahaya mataharinya dapat
terjaga.
e. Penyiraman dilakukan setiap hari dan diberi fungisida dengan cara
disemprotkan, dosisnya 2 gr/lt setiap minggunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f. Anggrek dipindahkan ke pot tunggal apabila tanaman anggrek sudah
layak dipindahkan yaitu dengan ciri tanaman anggrek tersebut sudah
lengkap dan sudah mempunyai kekuatan tumbuh yang lebih kuat.
C. Pembahasan
Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan planlet dari dalam
botol ke dalam pot untuk selanjutnya dipelihara didalam screen house agar
suhu, udara dan kelembabannya dapat diatur dan terkontrol dengan baik.
Apabila habitatnya sesuai, anggrek dapat tumbuh subur, sehat dan daunnya
hijau segar. Menurut Yusnita (2003) aklimatisasi berarti melatih tanaman
yang sebelumnya ditumbuhkan didalam botol kultur dengan suplay media
yang lengkap untuk dapat hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada
kondisi eksternal.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam aklimatisasi adalah:
a. Pencucian planlet harus diusahakan sampai bersih karena media invitro
mengandung gula yang dapat menarik mikrobia.
b. Diperlukan screen house untuk melindungi tanaman mini.
c. Kelembaban yang kurang dalam pertumbuhan planlet akan menyebabkan
kelayuan yang pada akhirnya akan mati.
d. Perlu penyiraman secara berkala untuk pengaturan temperatur.
Aklimatisasi yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Wonocatur terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama pengeluaran planlet
anggrek dari botol, tahap kedua pencucian planlet, tahap ketiga budidaya
dalam pot (pengompotan) pada tahap ini anggrek dibudidayakan secara
berkelompok dalam satu pot diperkirakan anggrek belum mampu untuk
mandiri. Tahap keempat adalah budidaya dalam pot tunggal (single pot). Dan
tahap terakhir adalah pemeliharaan anggrek dewasa. Tahap terakhir ini
merupakan tahap yang paling berat, sebab apabila faktor-faktor lingkungan
tidak terpenuhi secara optimum, tanaman anggrek tersebut tidak bisa
berkembang dan tumbuh sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tahap pertama yang dilakukan pada saat aklimatisasi di laboratorium
kultur jaringan adalah pengeluaran planlet anggrek dalam botol. Planlet
dalam botol yang telah siap (biasanya umur 6-10 bulan). Sebelum planlet
dikeluarkan dari dalam botol, botol diisi terlebih dahulu dengan sedikit air
untuk melunakkan media agar. Planlet dikeluarkan dengan menggunakan
pinset panjang secara pelan-pelan dan hati-hati agar akarnya tidak terputus.
Pada tahap kedua pencucian planlet anggrek disiapkan terlebih dahulu
bak berjumlah 3 buah, bak pertama diisi dengan air dan fungisida yaitu
Dhitane M-45 dengan takaran 1 sendok, sedangkan 2 bak lainnya diisi dengan
air bersih yang digunakan untuk membilas. Ini bertujuan untuk
menghilangkan dan mematikan cendawan dan bakteri yang menempel pada
planlet terutama yang telah berjamur. Planlet dibersihkan dan di sikat dengan
menggunakan sikat yang halus secara pelan-pelan dan hati-hati, sehingga
media agar yang menempel pada agar dapat terlepas. Apabila sisa-sisa media
agar kultur jaringan masih menempel pada akar dapat menimbulkan
terjadinya pertumbuhan mikroorganisme patogen dalam tempat tanam selama
periode awal dari kondisi non steril dalam screen house. Kemudian
membilasnya dengan menggunakan air bersih 2 kali. Setelah bersih, tidak ada
sisa agar yang menempel pada akar, planlet tersebut diletakkan pada
keranjang plastik dan mengelompokkannya berdasarkan jenisnya.
Di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur media tanam yang
digunakan adalah media tanam organik yaitu pakis, arang kayu dan sabut
kelapa. Karakteristik dari masing-masing media tanam tersebut adalah:
1. Pakis
Karakteristik yang menjadi keunggulan media pakis lebih
dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan
drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh
akar tanaman. Bahan medium ini mampu menyediakan unsur-unsur hara
yang diperlukan. Bahan media tumbuh tersebut melapuk secara perlahan-
lahan, sehingga unsur hara dapat sedikit demi sedikit diserap dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
oleh tanaman anggrek. Kelemahan dari media jenis ini adalah struktur
remah (lapuk), sehingga perlu sering diganti.
2. Sabut kelapa
Sabut kelapa merupakan bagian dalam dari kulit kelapa, sabut kelapa
yang digunakan sebaiknya berasal dari buah kelapa yang sudah tua dengan
serat-serat yang kuat (Hendaryono, 1996 : 25). Cara penggunaannya yaitu:
sabut kelapa dipotong-potong sesuai dengan ukuran pot, kemudian diurai-
uraikan agar tidak terlalu padat. Kelemahan media sabut ini adalah cepat
lapuk, karena daya serap dan daya simpan air cukup tinggi. Proses
pelapukan yang cepat ini menyebabkan terakumulasinya asam-asam
organik dalam jumlah banyak, sehingga lingkungan media menjadi asam
dan mudah ditumbuhi jamur. Untuk mengatasi tumbuhnya jamur, sabut
kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika
dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut
kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang cepat lapuk
sehingga mudah ditumbuhi jamur. Oleh karena itu penggunaan media ini
tidak cocok digunakan didaerah yang berhawa dingin atau mempunyai
frekuensi curah hujan tinggi.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara
esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N),
dan fosfor (P).
3. Pecahan arang
Pecahan arang cukup baik untuk dijadikan medium tumbuh bagi
tanaman anggrek, karena mampu menyimpan air dan mempunyai sirkulasi
udara yang baik. Disamping itu pecahan arang tidak mudah melapuk dan
tidak cepat ditumbuhi cendawan serta bakteri. Kelemahan media jenis ini
adalah miskin akan unsur hara dan sukar mengikat air sehingga
menyebabakan pertumbuhan tanaman anggrek menjadi kurang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Media pakis, arang dan sabut kelapa yang digunakan direndam terlebih
dahulu selama 1 malam dengan larutan fungisida, tujuan dari perendaman
dalam fungisida yaitu untuk mencegah pertumbuhan jamur. Selain media,
pada penyiapan media ini juga diperlukan pot sebagai wadah media tanam
tanaman anggrek. Pot yang digunakan di Laboratorium Kultur jaringan
Wonocatur adalah pot yang terbuat dari tanah liat. Pot yang terbuat dari tanah
liat berukuran 10 – 15 cm dan memiliki pori-pori dinding, poro-pori dinding
tersebut berfungsi untuk memperlancar aerasi.
Pada tahap selanjutnya yaitu penanaman, penanaman dilakukan secara
berkelompok dalam pot yang terbuat dari tanah liat yang berlubang pada
bagian dasar pot. Tanaman anggrek membutuhkan aerasi yang tinggi karena
akarnya tidak boleh tergenang air, oleh sebab itu media yang digunakan untuk
budidaya tanaman anggrek tidak menggunakan media tanah. Pada tahap
penanaman bibit anggrek juga dilakukan secara berkelompok berdasarkan
jenisnya. Bibit anggrek ditanam pada pot berisi media tanam yang berupa
pecahan arang, pakis dan sabut kelapa dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Karena
penanamannya secara berkelompok maka dalam satu pot berisi 10 bibit
anggrek. Pada penanaman ini menanamnya tidak perlu ditekan , tetapi cukup
di pegang dan ditanamkan secara ringan saja. Akar yang agak panjang
diusahakan dapat masuk kedalam media dan dilakukan secara pelan-pelan,
apabila terdapat akar yang patah akan mendatangkan jamur ataupun benih
penyakit. Pot komuniti yang berisi bibit anggrek diletakkan dan ditata pada
rak-rak kayu yang terdapat di screen house.
Tahap selanjutnya yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Wonocatur yaitu pemindahan dari pengompotan ke single pot atau pot
individu. Setelah bibit anggrek pada pot komuniti ini sudah cukup besar dan
akarnya cukup panjang dan kuat, sekitar umur 3 bulan bibit anggrek
dipindahkan ke pot individu. Dari pot komuniti, bibit anggrek diambil satu
persatu kemudian dipindahkan ke dalam pot individu satu persatu pula.
Pemeliharaan dan perawatan bibit anggrek sangat perlu dilakukan agar
tetap hidup. Pemeliharaan pada tahap aklimatisasi yang dilakukan di screen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
house Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur meliputi penyiraman,
pemupukan dan pengendalian hama. Tanaman anggrek yang sedang aktif
tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah
berbunga. Penyiraman dilakukan setiap hari sekali yaitu pada pagi hari untuk
menjaga kelembaban. Kelembaban udara maupun media pada tanaman
anggrek tidak boleh terlalu tinggi, karena akan mudah terserang cendawan,
akar mudah busuk. Selain itu kelembaban tinggi juga menyebabkan bakteri
menyebar keseluruh bagian akar tanaman dalam waktu cepat. Akibatnya, akar
tidak berfungsi sebagai penyerap unsur hara, sehingga tanaman mengalami
defisiensi unsur hara yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Faktor
penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyiraman adalah kondisi
air dan cara penyiraman. Air harus bebas dari pencemaran dan kaporit serta
cara penyiraman yang dilakukan dengan cara spreyer.
Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk
mempertahankan hidupnya. Setelah tanaman anggrek tumbuh akar baru,
dilakukan pemupukan setiap seminggu sekali dengan pupuk vitablom dengan
takaran 1/2 sendok untuk 1 lt air, cara pengaplikasiannya dengan
menyemprotkan larutan pupuk dengan sprayer. Tujuan dilakukan pemupukan
adalah untuk memberi tambahan unsur hara bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pertumbuhan pada tanaman anggrek tidak akan
optimal bila mengandalkan tersedianya unsur hara dalam media. Pada
tanaman anggrek yang masih muda memerlukan nitrogen yang lebih banyak
daripada fosfor dan kalium, sedangkan pada anggrek siap berbunga
memerlukan unsur P lebih banyak. Senyawa nitrogen diperlukan untuk
pertumbuhan akar, batang dan daunnya.
Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman anggrek di
Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur dilakukan seminggu sekali. Hama
yang menyerang anggrek dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Bila
jumlah tanaman yang diserang sedikit, dapat diatasi secara mekanik yaitu
dengan cara diambil dan dimatikan. Hama yang biasa menyerang tanaman
anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan yaitu semut, belalang dan bekicot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Semut sering kali bersarang dan bertelur dalam pot atau dibawah pot, semut-
semut ini dapat merusak akar tanaman. Selain akar, semut juga merusak
tunas-tunas muda tanaman. Hama belalang juga suka makan pucuk-pucuk
daun, daya merusaknya cukup besar karena dapat berpindah dari satu
tanaman ke tanaman lain dengan mudah, Kedua hama tersebut diberantas
menggunakan insektisida. Sedangkan hama bekicot merusak seluruh bagian
tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga
makan tanaman yang telah mati. Cara pengendaliannya biasanya
menggambili bekicot – bekicot yang ada disekitar tanaman dan
memusnahkannya. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman
anggrek antara lain disebabkan oleh jamur, penyakit yang disebabkan oleh
jamur bisa kita lihat pada daunnya. Pada daun sebelah bawah akan kelihatan
noda-noda warna kuning dan spora daunnya kelihatan sebagai bintik-bintik
warna coklat kehitam-hitaman. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri sering kali terlihat dalam bentuk top-rot (busuk tunas), root-top (busuk
akar), atau leaf-rot (busuk daun). Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh
virus gejala serangannya tampak pada daun dalam bentuk titik-titik klorotik
(daerah yang kehilangan hijau daun). virus berkembang sangat cepat didalam
jaringan tanaman dan pengendaliannya lebih sulit daripada penyebab
penyakit lainnya. Bagi tanaman yang terserang virus, sampai saat ini belum
ada pengobatannya, hanya dianjurkan membakar tanaman yang terserang.
Untuk memberantas serangan jamur digunakan fungisida yaitu Dithane,
untuk Dithane cara pengaplikasiannya disemprot 1 kali seminggu dengan
konsentrasi 2 gr/l. sedangkan serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
menggunakan Agrep yaitu dengan konsentrasi 1 gr/l. Apabila serangan hama
dan penyakit tersebut tidak diberantas, secara fisiologis akan memberikan
dampak negatif. Dampak negatif tersebut dapat berupa penghambatan proses
metabolisme sel, berkurangnya cadangan makanan, dapat menghambat
pembungaan dan dapat mengakibatkan kematian tanaman anggrek.
Pada proses aklimatisasi di BPPTPH Wonocatur dilakukan secara
teratur dan sistematis. Pada kondisi lingkungan tumbuh. BPPTPH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menyiapkan screen house dengaan suhu 25,92oC hal ini mempengaruhi
pertumbuhan anggrek yang membutuhkan kelembaban namun tidak banyak
air selain itu tanaman anggrek termasuk golongan tanaman naungan cahaya
tidak penuh. Tanaman anggrek membutuhkan pemeliharaan khusus agar
dapat tumbuh prima dan rajin berbunga. Tanaman membutuhkan cahaya
matahari untuk mengadakan fotosintesis yaitu bereaksi untuk membentuk zat
pati yang berguna bagi kepentingan pertumbuhan, mengganti sel-sel yang
rusak (regenerasi sel), cadangan makanan, dan sebagian lagi disimpan dalam
bentuk ATP (Adenosin trifosfat) sebagai sumber tenaga. Tanaman anggrek
memerlukan cahaya matahari 15% - 30% supaya pertumbuhan tanaman
anggrek dapat optimal. Tanaman yang kekurangan cahaya matahari daunnya
terlihat pucat (tidak hijau segar) sedangkan tanaman yang terlalu banyak
cahaya matahari mengakibatkan penguapan terlalu tinggi sehingga tanaman
menjadi layu bahkan mati. Tanaman anggrek membutuhkan keadaan
lingkungan yang lembab tetapi tidak menghendaki kelembaban tinggi karena
akan mudah terserang cendawan. Kelembaban udara yang dikehendaki oleh
tanaman anggrek berkisar antara 65% - 70%. Kelembaban udara maupun
media yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit busuk akar, busuk
daun, dan busuk tunas dengan gejala yang dapat dilihat adalah tanaman
terlihat kekurangan air, daun-daunnya kelihatan tidak segar dan keriput, serta
pertumbuhan anggrek terhambat.
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi pada tahap aklimatisasi
tanaman anggrek yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
ini. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:
a. Planlet yang akan diaklimatisasi masih terlalu kecil
Planlet yang dikeluarkan dari Laboratorium dan akan diaklimatisasi
masih terlalu kecil dikarenakan adanya penumpukan planlet didalam
ruang inkubasi Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur. Ruang
inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk meletakkan dan
menumbuhkan planlet dalam botol. Penumpukan ini dapat terjadi karena
kekurangan Sumber Daya Manusia untuk melakukan subkultur sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
planlet yang seharusnya sudah diakarkan baru dilakukan sub kultur. Hal
ini mengakibatkan planlet terlalu lama didalam ruang inkubasi sehingga
harus dikeluarkan dan diaklimatisasi meskipun masih terlalu kecil.
b. Pemberian kode tidak lengkap dan teratur
Kode yang diberikan pada tanaman anggrek berfungsi untuk memberikan
informasi yang jelas mengenai tanamana anggrek tersebut baik itu jenis,
warna bunga ataupun hasil persilangan dari jenis apa. Pemberian kode
pada tanaman anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
masih terlalu umum, kurang spesifik dan tidak dicatat dalam sebuah buku
yang khusus untuk mencatat kode-kode yang diberikan pada tanaman
anggrek. Hal tersebut akan mempersulit dalam pengelompokkan maupun
bagi para peminat/konsumen tanaman anggrek untuk memilih anggrek
mana yang akan dipilih dan dibeli karna tidak jelas informasi yang
diberikan.
Saat ini permintaan bibit anggrek hasil perbanyakan dengan kultur
jaringan di Laboratorium Kultur Jaringan cukup besar, baik dalam kota
maupun luar kota. Strategi yang dilakukan Laboratorium Kultur jaringan
dalam memasarkan bibit anggrek yaitu:
1. Dijual secara langsung kepada konsumen.
2. Melalui penjual tanaman buah ataupun tanaman hias.
Pada umumnya harga di tingkat produsen yaitu Laboratorium Kultur
Jaringan Wonocatur lebih rendah dari harga di tingkat pedagang. Dengan
demikian terkadang produsen mengalami kerugian pada saat produksi karena
tingginya biaya produksi yang tidak diimbangi dengan penerimaan. Hal-hal
yang menyebabkan minimnya penerimaan yang didapat diantaranya adalah
banyaknya tanaman yang mati akibat serangan hama dan penyakit pada saat
aklimatisasi, selain itu produksi bibit anggrek di Laboratorium Kultur
Jaringan Wonocatur ini sebagai alat pengabdian pemerintah Provinsi DIY
kepada masyarakat untuk meningkatkan perekonomian, sehingga produsen
tidak berorientasi penuh terhadap keuntungan yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Analisis usaha tani pembibitan tanaman anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
Tabel 4.3 Biaya Tetap (Penyusutan barang) Produksi Bibit Anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
No Keterangan Jumlah Harga satuan (Rp)
Total Umur
ekonomis (bulan)
Total biaya (Rp)
1 Autoclave 2 3.500.000 7.000.000 144 48.611 2 Kompor gas 2 400.000 800.000 108 7.407 3 Beker glass 2 45.000 90.000 60 1.500 4 Erlen meyer 2 55.000 110.000 24 4.583 5 Pipet 4 2.500 10.000 12 833 6 Petridish 5 27.000 135.000 60 2.250 7 Pinset 6 17.500 105.000 60 1.750 8 Pisau scalpel 3 2.500 7.500 60 125 9 Kipas 1 90.000 90.000 120 750 10 Timbangan analitik 1 1.800.000 1.800.000 144 12.500 11 Botol kultur 300 1.000 300.000 12 25.000 12 Tutup botol 300 2.000 600.000 12 50.000 13 Rak botol 5 500.000 2.500.000 120 20.833 14 Corong 1 1.500 1.500 120 13 15 Pengaduk 1 5.000 5.000 120 42 16 LAF 3 3.500.000 10.500.000 132 79.545 17 Lampu Bunsen 3 100.000 300.000 120 2.500 18 Ember 2 15.000 30.000 60 500 19 Stirer 1 2.000.000 2.000.000 60 33.333 20 Tabung gas 3 700.000 2.100.000 60 35.000 21 AC 4 7.000.000 28.000.000 144 194.444 22 Gelas ukur (100 ml) 4 35.000 140.000 60 2.333 23 Lemari pendingin 1 2.000.000 2.000.000 120 16.667 24 Panci 1 300.000 300.000 120 2.500 25 Botol sprayer 6 14.000 84.000 24 3.500 26 Sabut cuci stainless 5 4.000 20.000 1 20.000 27 Sewa Lahan 269.000
Jumlah biaya tetap 835.519
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Table 4.4 Biaya Variabel Produksi Bibit Anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
No Keterangan Kebutuhan Per bulan
Harga satuan (Rp)
Total biaya (Rp)
1 Agar teknis 200 gr 700 140.000 2 Alcohol 96% 15 L 45.000 675.000 3 BAP 0,2 gr 90.000 18.000 4 Myoinositol 0,3 gr 21.000 6.300 5 Gula pasir 600 gr 12.5 7.500 6 KNO3 47,5 gr 2.500 118.750 7 NH4NO3 41,25 gr 2.500 103.125 8 CaCl2.2H2O 8,8 gr 2.100 18.480 9 MgSO4.7H2O 7,4 gr 850 6.290 10 KH2PO4 3,4 gr 2.200 7.480 11 FeSO4.7H2O 0,557 gr 4.000 2.228 12 ZnSO4.7H2O 0,172 gr 3.000 516 13 H3BO 0,124 gr 1.100 136 14 Aquadest 25 L 1.000 25.000 15 Sabun cuci 1 Kg 15.000 15.000 16 Sunlight cair @800 ml 1,5 L 11.250 16.875 17 Bayclin 10 L 9.500 95.000 18 Label 3 pack 5.000 15.000 19 Arang aktif 1.5 gr 20.000 30.000 20 Kertas alumunium foil 1 gulung 32.000 32.000 21 Gas LPG 36 Kg 7.500 270.000 22 Plastik isolasi (Cling
Wrap) 10 roll 19.000 190.000
23 Dithane 45 3 L 71.500 214.500 24 Mata pisau 1 pack 325.000 325.000 25 Calthane 1 botol 15.000 15.000 26 Vitablom 80 gr 75 6000 27 Kawat kecil 3 Kg 20.000 60.000 28 Pot plastik 100 buah 4.000 400.000 29 Sabut kelapa 8 rit 100.000 800.000 30 Pakis cacah 10 bungkus 17.000 170.000 31 Arang 100 Kg 2.000 200.000 32 Biaya Tenaga Kerja 1.627.500
Jumlah biaya variabel 5.610.680
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Biaya tenaga kerja di Laboratorium Kultur Jaringan Unit Wonocatur dalam satu kali produksi Kegiatan HKO Harga Satuan Jumlah Pembuatan Media 6,75 30.000 202.500 Persiapan Eksplan 0,5 30.000 15.000 Inisiasi 0,75 30.000 22.500 Sub Kultur 7,5 30.000 225.000 Pengakaran 7,5 30.000 225.000 Aklimatisasi 6,25 30.000 187.500 Perawatan 25 30.000 750.000
Jumlah 1.627.500
Total biaya tetap = Rp. 835.519,00
Total Biaya variable untuk satu kali produksi 1000 bibit = Rp. 5.610.680,00
Harga bibit Anggrek dalam pakis = Rp. 10.000,00
Harga bibit Anggrek dalam pot = Rp. 15.000,00
Jumlah produksi bibit Anggrek dalam satu kali produksi = 1000 tanaman
1. Total biaya produksi = Biaya Tetap + Biaya variabel
= Rp. 835.519,00 + Rp. 5.610.680,00
= Rp. 6.446.119,00
2. Penerimaan
a. Anggrek dalam pakis = Harga x Jumlah Produksi
= Rp. 10.000 x 500
= Rp. 5.000.000,00
b. Anggrek dalam pot = Harga x Jumlah Produksi
= Rp. 15.000 x 500
= Rp. 7.500.000,00
Total Penerimaan = Rp. 5.000.000 + Rp. 7.500.000
= Rp. 12.500.000,00
3. Keuntungan = Penerimaan – Total biaya produksi
= Rp. 12.500.000,00 - Rp. 6.446.119,00
= Rp. 6.053.881,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. R/C Ratio = oduksiBiayaTotal
PenerimaanTotalPr
= 119.446.6.000.500.12.
RpRp
= 1,9(R/C ratio > 1, berarti layak dijalankan)
Artinya, pendapatan yang diperoleh sebesar 190 % dari biaya
5. B/C Ratio = BiayaTotal
Keuntungan
= 119.446.6.881.053.6.
RpRp
= 0.9 (B/C ratio > 1, berarti Rugi)
Artinya, keuntungan yang diperoleh sebesar 90 % dari biaya
Total laba yang diperoleh Laboratorium Kultur Jaringan Unit
Wonocatur dalam budidaya bibit anggrek secara kultur jaringan dalam satu
kali proses produksi yaitu Rp. 6.053.881,00 dari penjualan 1000 tanaman
dengan harga tiap tanaman dalam pot Rp. 15.000,00. Dan pada pakis Rp.
10.000,00
Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila nilai revenue cost (R/C
Ratio) lebih dari satu. Dari hasil analisis biaya di Laboratorium Kultur
Jaringan Unit Wonocatur didapat nilai R/C Ratio yaitu 1,9 % hal ini
menandakan usaha ini layak untuk dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Teknik kultur jaringan anggrek yang dilakukan di Laboratorium Kultur
Jaringan unit Wonocatur ini, yaitu Tahap seleksi tanaman induk, Tahap
sterilisasi eksplant, Tahap pembuatan media, Tahap sterilisasi alat dan
media, Tahap inisiasi dan subkultur, Tahap pengakaran, Tahap aklimatisasi.
2. Aklimatisasi yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur
terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama pengeluaran planlet anggrek dari
botol, tahap kedua pencucian planlet, tahap ketiga budidaya dalam pot
(pengompotan) pada tahap ini anggrek dibudidayakan secara berkelompok
dalam satu pot diperkirakan anggrek belum mampu untuk mandiri. Tahap
keempat adalah budidaya dalam pot tunggal (single pot). Dan tahap terakhir
adalah pemeliharaan anggrek dewasa.
3. Di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur media tanam yang digunakan
adalah media tanam organik yaitu pakis, arang kayu dan sabut kelapa.
4. Pemeliharaan pada tahap aklimatisasi yang dilakukan di screen house
Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur meliputi penyiraman, pemupukan
dan pengendalian hama.
5. Tujuan dilakukan pemupukan adalah untuk memberi tambahan unsur hara
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
6. Hama yang biasa menyerang tanaman anggrek di Laboratorium Kultur
Jaringan yaitu semut, belalang dan bekicot.
7. Total laba yang diperoleh Laboratorium Kultur Jaringan Unit Wonocatur
dalam budidaya bibit anggrek secara kultur jaringan dalam satu kali proses
produksi yaitu Rp. 6.053.881,00 dari penjualan 1000 tanaman dengan harga
tiap tanaman dalam pot Rp. 15.000,00. Dan pada pakis Rp. 10.000,00
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Saran
1. Sumber Daya Manusia di UPTD BPPTPH perlu ditingkatkan untuk
mendukung keberhasilan usaha, terutama untuk melakukan sub kultur.
2. Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan perlu dicoba bagi
komoditas hortikultura yang lain sehingga tidak hanya menyediakan bibit
anggrek yang benar-benar berkualitas.
3. Perlu penambahan tenaga kerja agar dapat mengusahakan bibit tanaman
dalam jumlah yang banyak sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.
4. Untuk pemasaran perlu di lakukan promosi yaitu dengan cara promosi dari
mulut ke mulut, dan melakukan kerjasama dengan petani tanaman hias di
berbagai daerah.