propsl revital ins ksman r

86
PROPOSAL DISERTASI REVITALISASI SISTEM RUANG PENDIDIK INS KAYUTANAM Oleh : P A R I A D I NIM. 1104311 KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

Upload: lestari-agustina

Post on 21-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Propsl Revital Ins Ksman r

PROPOSAL DISERTASI

REVITALISASI SISTEM RUANG PENDIDIK INS KAYUTANAM

Oleh :

P A R I A D I NIM. 1104311

KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

Page 2: Propsl Revital Ins Ksman r

i

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian 14

C. Pertanyaan Penelitian 14

D. Tujuan Penelitian 14

E. Kegunaan Penelitian 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Sistem

1. Pengertian Sistem 17

2. Pentingnya Pendekatan Sistem 20

3. Macam-macam sistem 21

4. Karakteristik Sistem 22

5. Berpikir Sistem 23

6. Pendekatan Sistem 26

7. Pendekatan Sistem dalam Pemecahan Masalah 28

8. Model-model Pendekatan Sistem 29

B. Pendidikan sebagai Suatu Sistem

1. Arti dan Makna Pendidikan 39

2. Tujuan Pendidikan 40

3. Fungsi Pendidikan 42

4. Komponen Inti Ilmu Pendidikan 42

5. Sistem Pendidikan Nasional 45

6. Pendidikan sebagai Suatu Sistem 47

C. Komponen-komponen dalam Sistem Pendidikan 48

D. Sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam

1. Dasar Filosofi INS Kayutanam 51

2. Ruh Ajaran Engkoe Mohammad Sjafe'i 52

3. Dasar-dasar pendidikan INS Kayutanam 53

4. Ruang Pendidik INS Kayutanam sebagai sebuah sistem

54

Page 3: Propsl Revital Ins Ksman r

ii

E. Penelitian yang Relevan 59

F. Kerangka Berpikir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 62

B. Definisi Operasional 64

C. Situasi Sosial Penelitian 65

D. Langkah-langkah Penelitian 67

E. Lokasi Penelitian 69

F. Informan Penelitian 69

G. Teknik dan Alat Pengumpul Data 71

H. Validasi Data 75

I. Analisis Data 76

Page 4: Propsl Revital Ins Ksman r

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD ’45 yang

diamandemen) diamanatkan agar “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Selain itu juga ditegaskan bahwa sistem pendidikan

nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi sesuai dengan tuntutan

perubahan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang

dilaksanakan di sekolah/lembaga.

Pendidikan memegang peranan penting untuk menciptakan generasi

muda menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan

diharapkan dapat menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan akan dapat membuka pintu menuju dunia modern, karena hanya

dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan sosial budaya yaitu

perkembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai dan sikap yang

mendukung pembangunan dan penguasaan berbagai keterampilan dan

menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses pembangunan

(Manan, 1989).

Page 5: Propsl Revital Ins Ksman r

2

Kemudian dalam Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia

tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 (UUSPN, 2003:4) disebutkan

bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak

mengembangkan satu potensi kognitif saja. Lebih dari itu hasil pendidikan

dikehendaki agar potensi yang ada dalam diri peserta didik dapat dimunculkan

dan dikembangkan. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan sistem

pendidikan nasional menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003; sistem

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bab II, Pasal 3)

Hal ini merupakan gambaran dari sekolah yang bermutu sebagaimana

yang dikemukakan oleh Sagala (2004:145) yaitu: “sekolah dikatakan bermutu

apabila siswa menunjukkan prestasi yang tinggi dalam : 1) akademik, yaitu

nilai rapor, kejujuran, ketakwaan, kesopanan, 2) mengapresiasi nilai-nilai

budaya, dan 3) tanggung jawab dan kemampuan yang diujudkan dalam

Page 6: Propsl Revital Ins Ksman r

3

bentuk keterampilan sesuai dasar ilmu yang diterimanya di sekolah.

Pemerataan mutu sekolah harus diupayakan agar terbentuk mutu pendidikan

nasional yang tinggi”.

Sejauh ini mutu pendidikan nasional Indonesia masih belum seperti

yang diharapkan. Irmawita (2006:1) menggambarkan sebagai berikut:

Diukur dari berbagai aspek, mutu pendidikan di Indonesia tampak belum menggembirakan: indek pembangunan manusia atau Human Development Index (HDI) tahun 2004 Indonesia menduduki peringkat ke-111 dari 173 negara. Kualitas SDM dalam melaksanakan IPTEK juga rendah, belum ada teknologi modern yang dihasilkan. Moral bangsa juga rendah karena terbukti banyak koruptor, kejahatan, pencurian, saling berantam sesama warga, tuding menuding kesalahan dan sebagainya. Pendidikan nasional mempunyai visi terujudnya sistem pendidikan

sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa. Dengan demikian untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia masa depan, masing-masing

diri diharapkan dapat berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga

mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah

(UUSPN, 2003:38). Manusia yang berkualitas akan mampu menghadapi

tantangan yang semakin meningkat dan kompetitif terutama di zaman modern

yang penuh dengan arus globalisasi.

Secara lebih jelas misi pendidikan nasional dalam Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 adalah sebagai berikut:

1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 3) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian

Page 7: Propsl Revital Ins Ksman r

4

yang bermoral; 4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan 5) membudayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip ekonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Visi dan misi pendidikan nasional Indonesia seperti dikatakan di atas,

mengisyaratkan pentingnya pembentukan manusia yang utuh secara mental,

spiritual dan intelektual sehingga mampu dan handal dalam mengarungi arus

globalisasi. Untuk mewujudkan harapan itu tentu diperlukan lembaga

pendidikan yang mampu melahirkan manusia yang berkualitas. Namun pada

kenyataannya mutu pendidikan Indonesia masih jauh dari yang diharapkan hal

ini terlihat dari peringkat kemajuan pendidikan di Asia dimana Indonesia

berada di bawah Vietnam (UNDP dalam Agustiar, 2001:2)

Rendahnya mutu pendidikan banyak dikaitkan dengan lembaga

pendidikan seperti halnya sekolah. Karena itu sekolah sering dijadikan

kambing hitam. Sekolah sering dijadikan sorotan karena fungsinya sebagai

tempat pembelajaran dan pendidikan. Sekolah merupakan salah satu unit dari

keseluruhan sistem pendidikan nasional. Sekolah sangat berperan dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu rendahnya mutu pendidikan

menunjukkan betapa sekolah belum lagi berhasil melakukan perannya dengan

baik.

Penyelenggara pendidikan bukan hanya pemerintah saja. Masyarakat

juga dapat menyelenggarakannya. Penyelenggaran pendidikan formal oleh

masyarakat dikenal dengan sebutan sekolah swasta. Banyak sekolah swasta

Page 8: Propsl Revital Ins Ksman r

5

yang telah didirikan di berbagai bidang dan berbagai tingkatan, mulai dari

Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi. Disayangkan bahwa kebanyakan

sekolah swasta di Sumatera Barat belum mampu bersaing sebaik sekolah

negeri, walaupun ada jumlahnya belum seberapa. Namun kenyataannya

masyarakat lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri. Apabila

anaknya tidak diterima di sekolah negeri maka sekolah swasta menjadi pilihan

berikutnya. Alhasil sekolah swasta memperoleh calon dari sisa calon yang

tidak diterima di sekolah negeri.

Ruang Pendidik INS Kayutanam merupakan salah satu lembaga

pendidikan tingkat SLTP dan SLTA yang pengelolaannya di bawah Yayasan

Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam. Sebagai salah satu sekolah

swasta di Kabupaten Padang Pariaman, Ruang Pendidik INS Kayutanam tetap

menyelenggarakan kurikulum formal pemerintah terutama pada bidang

akademik di samping kurikulum sendiri sebagai ciri khas pendidikannya.

Navis (1996:106) menegaskan “Untuk keperluan formal program pendidikan

akademik pada Ruang Pendidik INS Kayutanam disesuaikan dengan program

sekolah umum negeri, seperti SMP dan SMA. Sedangkan tiga komponen

lainnya yang disebut kurikulum plus berfungsi untuk mengembangkan sikap

mental murid agar mampu mengembangkan kewajiban sebagai bangsa yang

bernegara merdeka serta pemegang amanah Tuhan agar menjadi khalifah-Nya

di bumi. Pendidikan yang terprogram dengan tepat dapat merubah watak

bangsa”.

Page 9: Propsl Revital Ins Ksman r

6

Perguruan Ruang Pendidikan INS Kayutanam selanjutnya disebut INS

Kayutanam didirikan oleh Engkoe Mohammad Sjafe’i pada tanggal

31 Oktober 1926 di Nagari Kayutanam, Kecamatan 2X11 Kayutanam,

Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Pada era pemerintahan

Belanda INS merupakan singkatan dari Indonesisch Nederlandsc School, dan

ketika Jepang berkuasa berubah menjadi Indonesisch Nippon School. Pada era

kemerdekaan lebih populer dengan nama INS Kayutanam dan Institut

Nasional Sjafe’i. Seiring dengan kemajuan zaman, maka dilakukan revitalisasi

konsep Ruang Pendidik INS Kayutanam 1926, sebagai upaya mambangkik

batang tarandam, mengasah intan tersimpan, maka lahirlah Institut Talenta

Indonesia INS Kayutanam 1926 pada pertengahan tahun 2006. Namun secara

prinsip dan hakekat tetap pada nilai-nilai dan konsep pendidikan Engkoe

Mohammad Sjafe’i.

Pendirian perguruan ini sebagai ujud nyata cita-cita besar Bangsa

Indonesia seperti yang terungkap dalam gubahan lagu Indonesia Subur tahun

1925 setelah beliau kembali dari Belanda tahun 1924. Beliau diutus belajar ke

Belanda oleh Inyiak Marah Sutan orang tua angkat beliau pada tanggal 31 Mei

1922. Tanggal keberangkatan ini dijadikan sebagai hari cita-cita INS.

Konsep pendidikan INS merupakan konsep pendidikan yang relatif

ideal dan diyakini relevan dengan konsep pendidikan nasional Bangsa

Indonesia. Berikut beberapa pernyataan tokoh penting tentang keberadaan dan

kebenaran konsep pendidikan INS tersebut. Kolusi antara Ki Hadjar

Dewantara dengan Mohammad Sjafe’i: “Kami berusaha menarik rakyat

Page 10: Propsl Revital Ins Ksman r

7

sebanyak mungkin ke pihak kita, supaya kita kuat kebangsaannya. Tugas

saudara Sjafe’i di sebelah sana menarik pemuda mencari suatu bentuk

pendidikan yang selaras dengan bangsa kita di kemudian hari”. (Ki Hadjar

Dewantara, 1932 dalam Farid Anfasa Moeloek, 2009:2).

Berikut pernyataan Wakil Presiden Republik Indonesia Bung Hatta

tanggal 27 Oktober 1966 yang dibacakan pengganti Deputy Mentri P dan K,

M. Said tokoh Taman Siswa, isinya antara lain: “Tidak saja Engkoe

Mohammad Sjafe’i yang merasa lega dengan tindakan-tindakan bekas murid-

muridnya itu, melainkan setiap orang yang paham akan arti pendidikan yang

membangun tenaga dan pikiran yang kreatif. INS mempunyai sifat istimewa,

tidak saja pengetahuan umum yang diberikan kepada murid-muridnya tetapi

juga mereka didik menjadi orang yang pandai berbuat”. Di akhir

pernyataannya Bung Hatta menambahkan : “Engkoe Mohammad Sjafe’i boleh

merasa lega dan gembira pada hari tuanya bahwa tidak sia-sia ia sekian lama

menunaikan tugas dalam bidang pendidikan yang diciptakannya sendiri”.

Selanjutnya Mashuri, Menteri Departemen P dan K saat menjabat

sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) di

Padang bulan April 1968 menegaskan: “Sistem pendidikan Negara Republik

Indonesia akan menjalankan ala Indonesisch Nederland School (INS),

dipimpin oleh Mohammad Sjafe’i di Kayutanam di zaman Hindia Belanda

dahulu”. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Azwar Anas (2008) yang

menjelaskan bahwa salah satu keberhasilan Negara Malaysia bila

Page 11: Propsl Revital Ins Ksman r

8

dibandingkan dengan Indonesia ialah karena mereka menerapkan konsep dan

sistem pendidikan INS Kayutanam.

Winarno (2007:1) mengemukakan sebagai berikut:

Engkoe Mohammad Sjafe’i merupakan seorang pendidik yang religius, nasionalis, visioner, intuitif dan inovatif yang pemikirannya tidak jarang mendahului zamannya. Pemikiran yang terlalu maju untuk kebijakan pemerintah yang sampai saat sekarang cenderung konservatif, birokratis, statis dan bertahan. Beliau bukan saja pelopor tetapi sekaligus adalah pahlawan pendidikan yang menekankan pada kewajaran dan kebermaknaan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang ditulis Harian Singgalang 11

Februari 2008 halaman 2: “Konsep pendidikan Engkoe Mohammad Sjafe’i

melalui Institut Nasional Sjafe’i (INS) Kayutanam tahun 1926 lebih

menonjolkan kebermaknaan pendidikan ketimbang mutu pendidikan itu

sendiri”.

Dari pendapat-pendapat di atas jelas terlihat bahwa konsep dan sistem

pendidikan INS Kayutanam adalah salah satu alternatif konsep pendidikan

yang dinilai cocok untuk bangsa Indonesia sekarang dan masa yang akan

datang. Namun dalam kenyataan implementasinya masih jauh dari harapan.

Agar INS dapat implementatif, maka dilakukanlah revitalisasi sistemnya yang

sesuai dengan zaman kekinian.

Sistem pendidikan INS pada dasarnya adalah gabungan antara sistem

sekolah umum dan sistem sekolah kejuruan yang memadukan antara tiga

aspek pokok manusia yakni otak, tangan dan hati. Dalam pandangan INS tidak

ada satu yang lebih penting dari yang lainnya, melainkan sama pentingnya.

Sistem pendidikan ini berbeda dengan sekolah pemerintah lainnya. Namun

Page 12: Propsl Revital Ins Ksman r

9

tidak banyak orang yang tahu, termasuk pendidik dan tokoh pendidikan

lainnya.

INS Kayutanam memiliki fasilitas fisik yang relatif memadai. Fasilitas

tersebut antara lain: “Gedung belajar akademik, ruang praktek keterampilan

dan sanggar, asrama siswa putra dan putri, masjid, amphi teater, ruang

pertunjukan, ruang pameran, lapangan basket, lapangan volley, lapangan

takraw, lapangan sepak bola, lapangan tenis, fasilitas diklat, gedung utama,

kolam ikan, areal pertanian dan perkebunan, fasilitas peternakan, pustaka,

laboratorium IPA, ruang komputer, tungku pembakaran keramik dan asrama

atau rumah dinas guru”. Selain itu kampusnya relatif strategis karena mudah

dijangkau dari beberapa pusat kota di Sumatera Barat. INS Kayutanam juga

memiliki lahan ± 18 Ha dan kampus yang relatif aman dan nyaman yang

sangat sesuai untuk suasana belajar. Disamping itu juga terjalin kerjasama dan

dukungan oleh pemerintah provinsi dan daerah kabupaten kota se-Sumatera

Barat. Namun dalam kenyataannya perkembangan sekolah relatif lambat dan

cenderung statis. Mungkin terdapat sejumlah kendala dan permasalahan dalam

pengelolaannya yang harus dianalisis untuk dapat direvitalisasi agar dapat

berfungsi kembali.

INS Kayutanam pernah eksis dan sukses di zamannya dan melahirkan

tokoh hebat. Tercatat beberapa nama besar sebagai ahli politik, ahli

kedokteran, ahli pendidikan, ahli kepemerintahan, ahli ekonomi, seniman,

pelukis, pemain tonil, sastrawan, budayawan, enterpreneur, termasuk mereka

sebagai pejuang-pejuang kemerdekaan Bangsa Indonesia. Fakta menunjukkan

Page 13: Propsl Revital Ins Ksman r

10

bahwa akhir-akhir ini terjadi kemunduran dalam perkembangannya, tidak

sebagus pada awal berdirinya perguruan. Apa yang salah dalam

pengelolaannya, menjadi tanda tanya besar yang harus dijawab melalui

penelitian ini.

Walaupun mengalami pasang surut, namun INS Kayutanam masih

tetap dapat bertahan. Tentu ada sejumlah cara atau alternatif kebijakan yang

diambil pihak pengelola sehingga masih bisa bertahan sampai sekarang,

walaupun mengalami masa-masa yang sulit. Penelitian ini ingin mengungkap

lebih jauh tentang alternatif pemecahan dan kebijakan yang diambil oleh

pengelola, sehingga perguruan INS dapat bertahan sampai saat ini.

Agustiar (2008:8) menjelaskan sistem pendidikan INS Kayutanam

mengandung karakteristik yang hampir sama dengan pendidikan nasional.

Yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-

nilai tersebut dalam kegiatan pendidikan pada setiap jenjang, jenis, lokasi dan

budaya yang variatif. Kalau nilai tersebut dibiarkan tidak tergali dan tidak

termanfaatkan dengan efektif, maka nilai-nilai INS Kayutanam Engkoe

Mohammad Sjafe’i akan tetap tinggal menjadi mutiara yang terpendam saja.

Agar konsep dan nilai pendidikan yang ada di INS Kayutanam dapat di

implementasikan sesuai zaman kekinian tentu perlu dilakukan revitalisasi

terhadap Sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam.

Hampir tidak ada jawaban yang pasti mengapa INS Kayutanam tidak

berkembang. Fakta mengungkapkan INS Kayutanam memiliki konsep yang

hebat, fasilitas yang relatif memadai, letak yang strategis, adanya dukungan

Page 14: Propsl Revital Ins Ksman r

11

Pemda Provinsi dan Kabupaten Kota, pengurus yayasan yang representatif

tokoh-tokoh nasional. Namun kenyataannya sekolah tidak berkembang,

sekolah tidak populer, sekolah hanya menjadi mutiara terpendam dan hampir

tidak dikenal. Kenyataan lain menunjukkan bahwa konsep pendidikan INS

diyakini relevan dengan pendidikan sekarang dan merupakan salah satu

alternatif sistem pendidikan yang tepat untuk bangsa yang sedang mengalami

krisis saat ini. Hal-hal inilah yang menjadi latar belakang penulis melakukan

penelitian di INS Kayutanam.

Dari permasalahan dan kenyataan di atas, memberi inspirasi dan

motivasi yang kuat kepada penulis untuk mendapatkan gambaran yang lebih

nyata tentang bagaimana sistem pendidikan INS Kayutanam dan

pengimplementasiannya. Untuk itu penulis melakukan grand tour sejak

Januari sampai dengan September 2012. Dari beberapa kali observasi yang

dilakukan selama grand tour di INS Kayutanam dan informasi yang didapat

melalui wawancara dengan pimpinan, guru, karyawan, siswa dan alumni dapat

diidentifikasi beberapa gejala umum sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan sekolah relatif kurang terawat, hal ini ditandai dengan

hampir seluruh lingkungan sekolah ditumbuhi oleh rumput-rumput liar.

2. Sebagian lapangan olah raga rusak dan tidak terawat, sehingga tidak dapat

difungsikan.

3. Sebagian peralatan praktek di workshop rusak dan tidak dapat

dipergunakan.

4. Beberapa bagian asrama siswa rusak dan kurang terawat.

Page 15: Propsl Revital Ins Ksman r

12

5. Pasokan air bersih di asrama tidak memadai dibandingkan dengan

kebutuhan dan jumlah siswa.

6. Belum semua guru memahami kurikulum INS yang berbasis talenta.

7. Siswa merasa beban kurikulum antara 72 sampai 78 jam perminggu terlalu

berat.

8. Masyarakat belum dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.

9. Kurikulum yang dijalankan cenderung tidak konsisten dan berubah-ubah.

10. Warga sekolah (guru, karyawan dan siswa) relatif kurang memahami

konsep pendidikan Engkoe Mohammad Sjafe’i INS Kayutanam.

11. Sering terjadi mutasi guru di INS Kayutanam.

12. Kesejahteraan guru belum sepenuhnya terealisasi.

13. Belum semua guru berkualifikasi sarjana (S1) dan belum memiliki akta

mengajar.

14. Tingkat kepuasan kerja guru relatif rendah.

15. Hubungan dan kerjasama antar guru kurang baik.

16. Tingginya tingkat putus sekolah dan mutasi siswa di INS.

17. Siswa cenderung kurang disiplin, hal ini ditandai dengan banyaknya siswa

yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dan banyaknya pelanggaran

tata tertib.

18. Tidak semua siswa yang belajar di INS atas kemauan sendiri.

19. Siswa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan pihak sekolah.

20. Rendahnya tingkat kepercayaan siswa terhadap penyelenggara pendidikan.

21. Kondisi siswa yang belajar di INS sangat heterogen.

Page 16: Propsl Revital Ins Ksman r

13

22. Proses belajar mengajar sering terganggu karena kekurangan dan tidak

lengkapnya bahan praktek.

23. Proses belajar mengajar sering terganggu karena banyaknya acara

serimonial dan formalitas.

24. Proses belajar mengajar belum menerapkan team teaching, terutama pada

pembelajaran life skill di workshop.

25. INS termasuk sekolah yang banyak meliburkan siswanya dalam setahun.

26. Masyarakat relatif kurang peduli terhadap sekolah.

27. Rendahnya partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pendidikan

28. Kepala sekolah kurang peduli dan kurang dekat dengan bawahan.

29. Pengambilan keputusan oleh yayasan dan kepala sekolah cenderung

otoriter.

30. Sistem komunikasi antara atasan dan bawahan cenderung tidak lancar.

31. Yayasan terlalu ikut campur dengan urusan pendidikan.

Jika diamati dari fenomena dan permasalahan di atas, sepertinya

sekolah mengalami masalah dalam hal fasilitas fisik, sistem komunikasi,

manajemen, pengambilan keputusan, sistem pendidikan yang belum efektif

meliputi antara lain: kurikulum, guru, siswa, proses belajar mengajar dan

peran serta masyarakat dalam pendidikan. Karena keterbatasan peneliti

dari biaya dan waktu, maka yang dijadikan fokus penelitian ini adalah sistem

pendidikan INS Kayutanam yang meliputi aspek tujuan pendidikan,

program pendidikan, kurikulum, guru, siswa dan asrama dan dalam

bentuk revitalisasi yang sesuai dengan zaman agar sistemnya dapat efektif.

Page 17: Propsl Revital Ins Ksman r

14

Penelitian ini selanjutnya diberi judul “Revitalisasi Sistem Ruang Pendidik

INS Kayutanam .

Untuk memudahkan kita dalam memahami penelitian ini, maka judul

penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Revitalisasi

Kata revitalisasi mengandung makna proses atau cara menghidupkan atau

memfungsikan kembali. Revitalisasi dalam kontek penelitian ini

mengandung arti penataan Sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam yang

meliputi upaya untuk mengaktifkan, mengefektifkan, mengefisienkan

dengan tidak menambah fungsi yang ada, tetapi lebih berupaya

optimalisasi fungsi sub komponen sisitem yang ada.

2. Sistem

Menurut Sagala (2007: 272) sistem adalah suatu keseluruhan yang

terbentuk dari bahagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam

mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan. Dalam konteks penelitian

ini hubungan keseluruhan fungsional yang dimaksud meliputi filosofi,

kurikulum, proses belajar mengajar, guru, siswa, dan asrama sebagai sistem

pendidikan INS Kayutanam dalam menyelenggarakan pendidikannya. Sistem

ini selanjutnya dikenal sebagai sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam.

3. Ruang Pendidik

Makna ruang pendidik dalam penelitian ini ialah suatu tempat yang

luas yang digunakan untuk belajar dan mengajar, bukan hanya terbatas pada

Page 18: Propsl Revital Ins Ksman r

15

adanya guru dan murid, tetapi belajar dari pengalaman dan kehadiran alam di

sekitarnya (M.Sjafe’i, dalam Executive Summary, 2006)

4. INS Kayutanam

INS Kayutanam adalah salah satu lembaga pendidikan swasta

setingkat SLTP, SLTA dan community college yang pengelolaannya berada di

bawah Yayasan Badan Wakaf. Dalam penelitian ini INS yang dimaksudkan

adalah SMA INS Kayutanam

B. Fokus Penelitian

Sesuai identifikasi masalah terdahulu maka fokus penelitian ini adalah:

Pengkajian sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam dan Bentuk

RevitalisasiSistemnya agar efektif.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yang perlu dicari jawabannya melalui penelitian ini

yaitu :

1) Apakah konsep pendidikan Engkoe Mohammad Sjafe’i ?

2) Bagaimanakah bentuk sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam ?

3) Faktor-faktor penghambat dan pendukung apakah yang ditemui dalam

pengimplementasian konsep Ruang Pendidik INS Kayutanam?

Page 19: Propsl Revital Ins Ksman r

16

4) Upaya-upaya apakah yang dilakukan Ruang Pendidik INS Kayutanam,

dalam meneruskan, meningkatkan kualitas mutu dan layanan

pendidikannya ?

5) Kebijakan dan strategi apakah yang dilkukan dalam menata Sistem Ruang

Pendidik INS Kayutanam?

6) Apakah Bentuk Pokok-pokok Program Revitalisasi Ruang Pendidik INS

Kayutanam?

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada upaya mencari jawaban atas pertanyaan penelitian

seperti yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

melakukan kajian terjadap:

1. Konsep pendidikan Engkoe Mohammad Sjafe’i

2. Bagaimanakah bentuk sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam

3. Faktor-faktor penghambat dan pendukung apakah yang ditemui dalam

pengimplementasian konsep Ruang Pendidik INS Kayutanam

4. Upaya-upaya yang dilakukan Ruang Pendidik INS Kayutanam, dalam

meneruskan, meningkatkan kualitas mutu dan layanan pendidikannya

5. Kebijakan dan strategi apakah yang dilkukan dalam menata Sistem Ruang

Pendidik INS Kayutanam

6. Bentuk Pokok-pokok Program Revitalisasi Ruang Pendidik INS

Kayutanam

Page 20: Propsl Revital Ins Ksman r

17

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan berguna bagi berbagai pihak antara lain:

1. Pihak INS Kayutanam dalam hal ini adalah pengurus yayasan, kepala

sekolah beserta staf dan guru sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

kualitas layanan dan mutu pendidikan terutama dalam mengantisipasi

faktor-faktor yang menjadi penghambat dan kendala kemajuan INS

Kayutanam ke depan.

2. Pemda Provinsi Sumatera Barat, sebagai bahan masukan guna menentukan

arah kebijakan yang tepat dalam kerjasama antara INS Kayutanam dengan

pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Karena selain aset Padang Pariaman,

INS Kayutanam juga aset bersejarah Sumatera Barat dan Indonesia.

3. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat sebagai bahan masukan untuk

menentukan kebijakan yang tepat dalam upaya mendorong percepatan

terealisasinya Institut Talenta Indonesia sebagai bentuk revitalisasi konsep

Ruang Pendidik INS Kayutanam yang sesuai dengan zaman kekinian.

4. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dan kabupaten kota lainnya yang

turut memberi dukungan beasiswa bagi siswa berbakat yang belajar di

Ruang Pendidik INS Kayutanam.

5. Program Doktor Ilmu Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Padang

sebagai bahan kajian akademik dan dasar penelitian lanjutan yang relevan.

6. Bagi peneliti sendiri sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Doktor

Pendidikan (Dr) pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Page 21: Propsl Revital Ins Ksman r

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Sistem

1. Pengertian Sistem

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang berarti

“serangkaian obyek-obyek yang digabung oleh suatu kerangka interaksi

yang teratur atau saling bergantung” (Billy, 2007:17). Menurut Richard A.

Johnson dkk (1980:4) suatu sistem adalah “Suatu kebulatan keseluruhan

yang komplek atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal

atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang

komplek (utuh). Pendapat lain dikemukakan oleh Ibnu Syamsi (1994:8)

bahwa yang dimaksud dengan sistem yaitu suatu rangkaian prosedur yang

merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi.

Berikut dikemukakan beberapa pengertian sistem menurut para

ahli (dalam Billy, 2007:17-19) sebagai berikut :

a. Menurut Immegart (1972) menyatakan bahwa sistem juga dapat

dipahami sebagai berbagai bentuk dari struktur atau operasi, konsep

atau fungsi yang terdiri dari bagian-bagian yang bersatu dan

terintegrasi”. Sistem mempunyai tujuan dan merupakan totalitas yang

terdiri dari bagian-bagian yang terstruktur dan saling berkaitan dalam

wadah transformasi serta berintegrasi secara teratur dan dipengaruhi

oleh aspek-aspek lingkungan.

Page 22: Propsl Revital Ins Ksman r

19

b. Menurut Mc Dermott (1997) mengemukakan bahwa sistem adalah

suatu entitas yang mempertahankan eksistensi dan fungsinya secara

keseluruhan melalui interaksi antar bagian-bagiannya.

c. Sistem menurut Ackoff (1999) satu set dari dua atau lebih elemen yang

memenuhi tiga kondisi berikut : 1) perilaku dari setiap elemen yang

mempunyai pengaruh kepada perilaku dari keseluruhannya; 2) perilaku

dari elemen-elemennya dan pengaruh dari elemen-elemen itu terhadap

keseluruhannya mempunyai saling ketergantungan; 3) elemen-elemen

yang ada dalam satu sistem sedemikian berkaitan satu dengan yang

lainnya, sehingga tidak mungkin ada sekelompok elemen yang bisa

bebas sepenuhnya dari pengaruh keseluruhannya. Jadi sistem sebagai

suatu kumpulan yang kompleks, dalam fungsinya tergantung kepada

bagian-bagiannya. Dengan demikian jika kita ingin memahami suatu

sistem dan ingin memprediksi perilaku dari sistem, maka perlu dikaji

sistemnya secara keseluruhan.

d. Menurut General Systems Theory dinyatakan bahwa kita tidak dapat

memahami sesuatu dengan benar bila kita melihatnya secara berdiri

sendiri atau terisolasi, jadi harus melihatnya sebagai bagian dari suatu

keseluruhan. Menurut teori umum sistem tersebut, dunia dianggap

sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub sistem yang saling

bergantung dan berhubungan, membentuk satu kesatuan yang utuh

atau merupakan sistem yang holistik.

Page 23: Propsl Revital Ins Ksman r

20

e. Menurut Sagala (2007:272) sistem adalah suatu keseluruhan yang

terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional

dalam mengubah masukan menjadi hasil yang diharapkan.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang

saling bergantung atau berinteraksi secara teratur dan membentuk suatu

kesatuan yang utuh (holistik). Sistem biasanya terdiri dari beberapa

subsistem yang satu sama lainnya saling berkaitan dan saling

mempengaruhi. Setiap sistem dianggap terdiri dari sejumlah subsistem,

sedangkan setiap subsistem dapat dibagi lagi dalam jumlah sub-subsistem

(Winardi, 1989:3). Setiap subsistem mempunyai peranan atau fungsi

tertentu terhadap sistemnya. Semua komponen dari sistem harus ada dan

berfungsi sebagaimana mestinya agar sistem dapat bekerja secara optimal

dan sesuai peranannya.

Dalam konteks penelitian ini makna sistem yang dimaksud adalah

Sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam berupa sejumlah bagian-bagian

yang saling terkait dan berintegrasi secara teratur dalam pendidikan INS

mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, siswa, asrama dan

komponen lain yang relevan. Semua komponen atau bagian-bagian ini

dianggap saling berpengaruh dan satu kesatuan yang utuh dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan INS.

Page 24: Propsl Revital Ins Ksman r

21

2. Pentingnya Pendekatan Sistem

Mengingat hampir tidak ada suatu masalah yang berdiri sendiri,

maka semua pimpinan atau manejer yang bertanggung jawab dalam suatu

organisasi diharapkan perlu menggunakan pendekatan yang menyeluruh

dalam proses pengambilan keputusan terutama dalam menentukan tujuan,

mengalokasikan sumber daya, dan membuat perencanaan. Proses

pengambilan keputusan yang dilakukan harus memperhatikan semua

faktor yang terkait dan keputusan yang diambil harus ditekankan kepada

upaya untuk penilaian kinerja dari keseluruhan (sistem) organisasi bukan

hanya kinerja dari salah satu bagiannya (subsistem) saja (Billy, 2007:5).

Peter Senge (1990) berkaitan dengan masalah ini pernah

mengingatkan bahwa “kita harus dapat melihat hutannya jangan hanya

pohon ke pohon saja”. Artinya dalam menghadapi suatu persoalan kita

jangan hanya memperhatikan detailnya tetapi juga kedudukan

persoalannya dalam perspektif yang lebih luas. Dalam hal ini pendekatan

sistem merupakan suatu metodologi yang akan dapat menjawab kebutuhan

tersebut (Billy, 2007:6)

Selanjutnya Winardi (1989:12) menyarankan; “sekalipun saudara

merupakan seorang pembuat keputusan yang cukup baik, sebaiknya

saudara membiasakan diri menggunakan sebuah sistem. Kebaikan

menggunakan sebuah sistem adalah bahwa kita dapat memperbaiki

pekerjaan kita. Apabila kita ingin mengajarkan orang lain tentang

bagaimana membuat keputusan-keputusan yang lebih baik, maka kita

Page 25: Propsl Revital Ins Ksman r

22

perlu mengajarkan mereka cara-cara menggunakan sebuah sistem”.

Demikian pentingnya pendekatan sistem.

3. Macam-macam Sistem

Menurut Billy (2007:20-21) secara umum dan karakteristiknya

sistem dapat dibedakan menjadi berbagai macam antara lain:

a. Sistem alam dan sistem buatan manusia. Sistem buatan manusia

diciptakan untuk keperluan tertentu atau mempunyai tujuan tertentu

bagi manusia sedangkan sistem alam tidak mempunyai tujuan tertentu

tetapi mempunyai peranan atau fungsi tertentu bagi manusia.

b. Sistem mekanik dan sistem organisnik. Contoh: mobil dan mesin

adalah sistem mekanik, sedangkan sistem biologis dan sistem

masyarakat adalah sistem organisnik.

c. Sistem konsep atau sistem abstrak, dan sistem yang kongkrit. Contoh:

sistem pengadilan adalah sistem konsep dan organisasi adalah sistem

kongkrit.

d. Sistem terbuka dan sistem tertutup. Menurut Winardi (1989:10) sebuah

sistem terbuka adalah sistem yang mempunyai hubungan-hubungan

dengan lingkungannya. Sebaliknya sebuah sistem tertutup tidak

mempunyai relasi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat

dipertegas bahwa sistem yang tertutup, dalam proses kegiatannya tidak

berhubungan dengan lingkungannya atau sistem di luarnya. Sistem

terbuka adalah sebuah sistem yang berhubungan dengan sistem lain

Page 26: Propsl Revital Ins Ksman r

23

atau lingkungannya dalam melakukan proses kegiatannya. Sistem

terbuka ini mengambil input dari luar sistem atau lingkungannya dan

mengeluarkan output kepada lingkungannya.

4. Karakteristik Sistem

Dari perspektif aliran kesisteman, semua sistem apakah sistem

terbuka atau tertutup pada umumnya mempunyai karakteristik universal,

antara lain sebagai berikut :

a. Tendensi ke arah entropi semua sistem tanpa melihat hakekat, ukuran,

atau macamnya cenderung mengarah ke keadaan tidak beraturan.

(intertia) atau pengakhiran. Semua sistem seperti organisme,

mekanikal atau konseptual dapat berubah dari keadaan bisa digunakan

atau berfungsi, menjadi keadaan rusak atau tidak berfungsi.

b. Semua sistem mempunyai batas (boundary), yang membedakan dia

dengan yang lainnya. Garis batasnya memang tidak begitu jelas

terlihat. Jadi sistem dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dimana

di luar batas tersebut, aspek-aspek yang unik dari sistem yang

bersangkutan tidak lagi dapat dibedakan.

c. Lingkungan (environment). Lingkungan sistem adalah semua yang

diluar batas (boundary) sistem. Lingkungan sistem terdiri dari faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sistem yang berbeda di luar

kemampuan pengambilan keputusan (dari sistem yang bersangkutan)

untuk mengendalikannya karena pengaruh lingkungan itu sangat

Page 27: Propsl Revital Ins Ksman r

24

signifikan bagi suatu sistem (terutama sistem terbuka) maka sistem

perlu pengetahuan yang komprehensif tentang semua aspek yang

terkait dengan lingkungannya.

d. Subsistem. Sistem mempunyai subsistem-subsistem. Seperti sistem,

maka subsistem adalah suatu unit terbatas yang terdiri dari bagian-

bagian dan atribut.

e. Suprasistem; ciri sistem yang terakhir adalah sistem keseluruhan yang

merupakan suprasistem. Sistem berada di bawah suprasistem.

Suprasistem dapat dibagi-bagi secara analitis dan praktis menjadi

beberapa sistem. Jadi suprasistem adalah sistem yang lebih besar dan

lebih komplek (Immegart dalam Billy, 2007:21-23)

5. Berfikir Sistem

Berfikir sistem merupakan kerangka berfikir yang menekankan

melihat keterkaitan-keterkaitan yang ada dari suatu entitas atau suatu

masalah daripada melihatnya sebagai suatu yang berdiri sendiri;

mengamati pola-pola perubahan yang ada padanya daripada sebagai

kejadian-kejadian yang terpisah; dan memperhatikan strukturnya yang

mendasari terjadinya kompleksitas situasi yang dihadapi. Jadi berfikir

kesisteman memfokuskan perhatiannya kepada keterkaitan dan dinamika

dari komponen yang ada pada sistem itu, dimana hubungan sebab akibat

dilihat dalam konteks ruang dan waktu yang berlaku. Dengan kata lain

berfikir kesisteman adalah suatu cara pandang yang luas yang melihat

Page 28: Propsl Revital Ins Ksman r

25

individu-individu dan organisasi sebagai suatu bagian dari sistem yang

lebih besar, jadi tidak berdiri sendiri (Billy, 2007:36).

Berikut dikemukakan beberapa konsep tentang berfikir sistem yang

dikemukakan oleh para ahli :

a. Menurut Senge (1990), berfikir sistem adalah suatu kerangka dasar

konseptual yang telah dikembangkan lebih dari lima puluh tahun yang

lalu, untuk dapat memahami suatu pola secara utuh dan jelas dan untuk

membantu kita dalam melihat bagaimana melakukan perubahan suatu

sistem secara efektif.

b. Menurut Checkland (1999), merupakan suatu epistomologi yang bila

diterapkan kepada masalah kegiatan manusia, adalah didasarkan

kepada pertimbangan terhadap empat karakteristik pokok dari sistem;

1) bahwa prilaku suatu sistem secara keseluruhan muncul dari hasil

resultan prilaku-prilaku dari bagian-bagiannya, 2) bahwa sistem

mempunyai hierarkis, 3) bahwa bahagian-bahagian dari sistem saling

berkait dan berhubungan, dan 4) bahwa sistem mempunyai

kemampuan pengendalian.

c. Suriasumantri (1981) (dalam Billy, 2007:39) mengemukakan bahwa

dalam berfikir kesisteman, fakta dan kejadian perlu dilihat dalam

konteks keseluruhan yang membentuk kumpulan aset yang terintegrasi

yang mempunyai sifat.

d. Sherwood (2003) juga menyatakan bahwa: 1) bila kita ingin memakai

suatu sistem, termasuk untuk bisa memprediksi perilakunya maka kita

Page 29: Propsl Revital Ins Ksman r

26

perlu mempelajari sistem secara keseluruhan. Bila kita pelajari bagian

demi bagiannya secara terpisah, ini sama saja mengabaikannya dari

bagian-bagiannya yang ada dalam sistem itu, akibatnya kita tidak akan

dapat memahami perilaku dari sistem itu secara utuh. 2) Demikian pula

bila kita ingin mempengaruhi atau mengendalikan perilaku suatu

sistem, maka kita harus bertindak di atas sistem secara keseluruhan,

karena sistem terdiri dari bagian yang saling berkaitan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berfikir kesisteman

merupakan cara berfikir yang menyeluruh (holistik) untuk dapat

menghadapi situasi-situsi yang komplek. Berfikir kesisteman akan dapat

memberikan kemampuan melihat kejadian individu dalam konteks yang

lebih besar dimana kejadian tadi merupakan salah satu bagian dari suatu

permasalahan yang lebih besar dan memahami hubungan antar kejadian-

kejadian yang satu dengan yang lain yang hakikatnya terpisah dalam ruang

dan waktunya. Berfikir kesisteman menuntut kita untuk mengeksplorasi

dan mengembangkan pemikiran kita, dengan cara kita pertama-tama

mempertimbangkan dahulu konteks dari permasalahan sebelum

memecahkannya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Jadi berfikir

kesisteman bukan meniadakan analisis, tetapi melengkapinya dengan

pemikiran yang lebih menyeluruh dan utuh.

Page 30: Propsl Revital Ins Ksman r

27

6. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu

masalah. Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk

menangani suatu masalah berdasarkan cara berfikir kesisteman.

Pendekatan sistem terhadap satu masalah, adalah suatu cara untuk

menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang

terkait dengan masalah itu, dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada

interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut. Jadi

pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang

dilakukan secara sistematis dan menyeluruh (sistematik). Dalam hal ini

yang dimaksud sistematik buat analisis dan evaluasi yang memperhatikan

seluruh faktor yang berhubungan dengan masalah itu termasuk keterkaitan

antara faktor yang bersangkutan. Dengan pendekatan sistem pemecahan

masalah akan dapat dilakukan secara efektif, komprehensif, dan terpadu

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan semua faktor yang

mempengaruhinya termasuk kesaling-terkaitannya secara menyeluruh

(Billy : 2007 : 45).

Menurut Billy (2007 : 45) istilah sistem mengandung dua konotasi

penting yang bersifat implisif. Yaitu yang pertama, sistem berkonotasi

sebagai entitas atau sesuatu yang mempunyai susunan tertentu. Yang

kedua, berkonotasi sebagai rencana metoda, alat, atau prosedur untuk

mencapai sesuatu. Pendekatan yang berkonotasi pada yang pertama

disebut pendekatan deskriptif, sedangkan pendekatan yang berkonotasi

Page 31: Propsl Revital Ins Ksman r

28

pada yang kedua disebut pendekatan preskriptif. Dalam pendekatan

sistem, kedua pendekatan tersebut digunakan bersama-sama, karena untuk

dapat memahami suatu masalah dengan baik kita harus mengetahui

struktur dari masalahnya dan juga pola serta proses yang ada dalam

masalah itu. Sejalan dengan itu Capra (dalam Billy : 2007 : 46)

menyatakan bahwa untuk memakai suatu sistem perlu kita lakukan dua

macam pendekatan yang terpadu, yaitu pendekatan substansi guna

mengetahui struktur atau susunan komponen dari sistem itu, dan

pendekatan pola (patterns) untuk mengetahui hubungan yang ada atau

berlaku dari komponen-komponen pada sistem yang bersangkutan.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Immegart bahwa untuk

memahami atau bekerja dengan suatu sistem kita tidak hanya harus tahu

komponen-komponen yang ada pada sistem itu tetapi juga harus

mengetahui bagaimana keterkaitan fungsi dari komponen-komponen itu

dan juga kesaling bergantungannya satu sama lain.

Suriasumantri (1981) mengemukakan bahwa pendekatan sistem

merupakan pendekatan interdisipliner, namun bukan merupakan fusi

antara berbagai disiplin keilmuan yang menimbulkan anarki keilmuan,

melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu,

dimana tiap disiplin keilmuan dengan otonominya masing-masing, saling

menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji objek yang menjadi telaah

bersama.

Page 32: Propsl Revital Ins Ksman r

29

Menurut Stuter pendekatan sistem berlandaskan bahwa dunia

merupakan sistem berlandaskan dari beberapa subsistem yang semuanya

saling bergantung dan berhubungan membentuk suatu sistem yang

holistik. Berdasarkan anggapan ini, maka tidak ada sistem yang berdiri

sendiri atau dapat berdiri sendiri. Setiap sistem bergantung pada sistem

lainnya agar semuanya dalam keadaan seimbang. Disamping itu

pendekatan sistem juga memandang dunia sebagai sesuatu yang teratur.

Mereka menganggap keteraturan adalah ilmiah, dan dari sudut pandang

etika keteraturan itu baik, atau paling tidak adalah lebih baik dari ketidak

aturan. Oleh karena itu, ahli sistem menginginkan dunia itu teratur. Dalam

konteks ini, mereka bersifat deterministik, mereka menganjurkan agar

upaya-upaya perlu dilakukan untuk membuat dunia itu teratur

(Billy : 2007:46).

7. Pendekatan Sistem Dalam Pemecahan Masalah

Pendekatan sistem dalam pemecahan suatu masalah adalah suatu

upaya pemecahan masalah yang didasarkan pertimbangan bahwa masalah

yang dihadapi itu diasumsi sebagai suatu sistem sehingga dengan

memahami struktur, proses, umpan balik dan karakteristik dari sistem

yang dihadapi itu kita akan dapat memecahkan secara lebih sistematis,

sistematik dan efektif (Billy, 2007 : 55). Dalam hal ini semua karakteristik

sistem dan konsep-konsep yang berkaitan dengan pendekatan sistem

Page 33: Propsl Revital Ins Ksman r

30

seperti yang telah diutarakan sebelum dipakai sebagai pertimbangan secara

saling melengkapi.

Menurut Smith (dalam Billy, 2007 : 55-56) asumsi yang digunakan

dalam pendekatan sistem dalam menangani suatu masalah adalah sebagai

berikut:

a. Bahwa suatu masalah timbul oleh karena lebih dari satu sebab (situasi)

b. Bahwa oleh karena adanya berbagai alternatif pemecahan yang

potensial yang perlu dipertimbangkan.

c. Bahwa setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan

yang diinginkan, juga mempunyai dampak samping yang juga harus

dipertimbangkan.

d. Bahwa oleh karena itu, hasil pemecahan suatu masalah harus

dievaluasi baik terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan maupun

dampak sampingan yang diakibatkannya.

e. Bahwa pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak

langsung, karena akan timbul lagi permasalahan baru bila situasi

berubah.

8. Model-Model Pendekatan Sistem

Model adalah suatu abstraksi dari dunia nyata yang disederhanakan

sehingga hanya parameter-parameter dan variabel- variabel yang penting

saja yang muncul dalam bentuknya. Sebuah model adalah pencerminan

atau abstraksi dari sebuah objek, proses, peristiwa, situasi atau sistem.

Page 34: Propsl Revital Ins Ksman r

31

Secara lebih luas, sebuah model adalah suatu yang mengungkap dan

menjelaskan tentang hubungan dari berbagai komponen, aksi dan reaksi

serta sebab akibat (Billy, 2007 : 63).

Dalam rangka melakukan pemecahan masalah dengan

menggunakan pendekatan sistem diperlukan model-model sistem yang

tepat. Semakin cocok model yang dipilih semakin efektif pula langkah-

langkah pemecahan yang akan diambil, dan pada gilirannya akan dapat

menghasilkan situasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Model-model yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah ada yang

diilustrasikan dalam bentuk diagram, gambar, tabel, matriks, hingga

bentuk hubungan matematis. Berikut akan dikemukakan beberapa model

pendekatan sistem menurut para ahli (dalam Billy, 2007: 64-84) sebagai

berikut:

a. Model Venn Diagram dan Tree Diagram

Diagram-diagram sederhana seperti berikut ini akan dapat

membantu memahami sistem yang sedang diselidiki. Misalnya untuk

mendapatkan gambaran dimana kedudukan dari sistem yang sedang

dikaji relatif terhadap sistem-sistem lainnya dan suprasistemnya dapat

digunakan “Venn diagram”. Diagram ini banyak digunakan dalam

pembahasan teori kelompok atau set theory.

Dengan menggunakan venn diagram seperti terlihat pada

gambar 1 ini akan terlihat suprasistem dan subsistem dari sistem yang

bersangkutan, sehingga dengan demikian dapat diketahui kedudukan

Page 35: Propsl Revital Ins Ksman r

32

dari sistem yang dipelajari dan apa yang mempengaruhi sistem itu

(subsistem-subsistemnya). Misalnya sistem universitas adalah di

bawah pendidikan nasional sebagai suprasistemnya, dan sistem

universitas membawahi atau mempunyai fakultas-fakultas sebagai

subsistem-subsistemnya.

Gambar 1. Venn Diagram

Keterangan : 1. Suprasistem 2. Sistem 3. Subsistem 4. Sistem lain

Disamping diagram Venn, adapula tree diagram seperti

diagram-diagram relevance tree, infuence tree, dan objective tree, yang

juga sangat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor apa saja

yang berhubungan dengan masalah/sistem yang dibahas.

Melalui tree diagram seperti yang terlihat pada gambar 2, kita

dapat menjelaskan subsistem-subsistem angkutan apa saja yang

menjadi bagian dari sistem yang menjadi transportasi atau angkutan

pada umumnya.

Page 36: Propsl Revital Ins Ksman r

33

Gambar 2. Tree Diagram

b. Model Kotak Hitam (Black Box)

Model lain yang sangat populer dalam mendeskripsikan

konseptualisasi dari suatu sistem berdasarkan hubungan proses

masukan-keluaran adalah model kotak hitam (black box model) atau

model masukan keluaran. Model kotak hitam adalah model yang

banyak digunakan pada pendekatan sistem dalam bidang cybernetis.

Model ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan bahwa pada

kenyataannya, dasar dari sebahagian besar berfikir kesisteman

berlandaskan pada hubungan proses masukan dan keluaran

(input-output-proses).

Sesungguhnya model black box dalam arti sebenarnya adalah

benar-benar kotak hitam artinya kita menganggap proses transformasi

dari sistem yang kita bahas adalah sebagai suatu kotak hitam yang isi

dan kegiatan di dalamnya kita tidak tahu sama sekali (atau kita

memang sengaja tidak mau tahu), jadi yang diamati/diperhatikan

Page 37: Propsl Revital Ins Ksman r

34

hanyalah bila kondisi input berubah maka kondisi outputnya juga

berubah. Dalam hal ini kita tidak mau tahu dengan sistem prosesnya.

Model klasik “Kotak Hitam” yang digunakan untuk mengilustrasikan

hubungan input – proses – output secara sederhana dapat diperhatikan

pada gambar 3 berikut ini, :

Gambar 3. Model Black Box Dari Suatu Sistem

Dalam suatu sistem, seperti sebuah organisasi, misalnya

sebagaimana kita ketahui terdapat subsistem-subsistem masukan-

keluaran yang sangat banyak yang semuanya esensial bagi keutuhan

struktur dan proses dari sistem secara keseluruhan. Jadi ada lebih dari

satu sistem yang dipergunakan untuk melakukan transformasi masukan

menjadi keluaran. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui subsistem-

subsistem apa saja yang ada dalam sistem itu, sebaiknya model kotak

hitam dikembangkan menjadi model kotak yang transparan seperti

gambar 4 berikut ini:

Page 38: Propsl Revital Ins Ksman r

35

Gambar 4. Keterkaitan masukan keluaran antar subsistem yang ada

dalam suatu sistem pengambilan keputusan.

Gambar 4. Menunjukkan bagaimana beberapa subsistem

tertentu terhubung dalam suatu kegiatan organisasi, seperti dalam

pengambilan keputusan. Terlihat bahwa setiap subsistem proses dalam

kenyataannya mempunyai masukan dan keluaran sendiri. Semua

kegiatan sistem, kegiatan sistem yang terbatas, pada umumnya saling

berhubungan. Semua keluaran subsistem terhubung langsung sebagai

masukan bagi subsistem atau sistem yang lainnya.

c. Model Sistem Versi Kaufman atau Organizational Element Model

Model yang disampaikan oleh Kaufman (1983) ini

menggambarkan hubungan antar parameter sistem dari suatu sistem

organisasi dengan menggunakan model aliran seperti terlihat pada

gambar. Dalam model ini input merupakan bahan mentah atau sumber

Page 39: Propsl Revital Ins Ksman r

36

daya. Proses adalah subsistem-subsistem organisasi yang

mentransformasikan input menjadi produk. Produk merupakan hasil

transformasi dari input yang masih berupa output tahap awal. Output

adalah hasil akhir dari proses. Outcome adalah dampak yang diterima

oleh sistem dan outputnya, atau tanggapan atau reaksi pengguna atau

lingkungannya kepada output dari sistem. Contoh outcome tersebut

dapat berupa rasa puas atau kecewa pelanggan, manfaat atau kerugian

kepada masyarakat dan keuntungan atau kerugian perusahaan akibat

outputnya. Model sistem versi Kaufman dapat dilihat dari gambar 5

berikut ini:

Gambar 5. Model Sistem Versi Kaufman

d. Model Sistem Versi August W. Smith

Smith (1982) memberikan alternatif lain dalam model

pendekatan sistem bagi organisasi dan manajemen. Dalam hal ini

semua parameter penting dari sistem dijelaskan. Parameter tersebut

mencakup: Sumber (source), masukan (input), prosesor

(transformation process), keluaran (output), pengguna output (receiver

utilities), dan umpan balik (feedback). Umpan balik dari kegiatan

sistem dapat dibagi dalam dua jenis, unpan balik internal yang terjadi

masih dalam sistem umpan balik eksternal yang datang dari hasil

evaluasi lingkungan sistem. Kedua umpan balik ini mempengaruhi

Page 40: Propsl Revital Ins Ksman r

37

kegiatan sistem mendatang dalam bentuk masukan kepada struktur

sistem atau subsistem proses.

Model Smith ini akan memudahkan kita dalam memahami dan

mengidentifikasi komponen-komponen dan faktor-faktor apa saja yang

terkait dengan sistem organisasi yang sedang kita selidiki. Gambar 6

berikut ini mengilustrasikan sesuatu sistem organisasi berikut kedua

jenis umpan balik yang ada padanya.

Gambar 6. Model Sistem Versi August W Smith

(The Basic Systems Framework)

Page 41: Propsl Revital Ins Ksman r

38

e. Model Sistem Versi Haines

Model yang dibuat Stephen G. Haines yang mengacu dari

General System Theory juga merupakan model input – proses – output

namun substansi dari parameter sistem agak berbeda. Gambar 7

memperlihatkan model Haines mengenal bagaimana pola pikir

kesisteman kita dalam upaya memperbaiki keadaan yang diinginkan di

masa depan. Pendekatan yang dilakukan berdasarkan backward

thinking dimana dimulai dengan fokus kepada visi atau outcome apa

yang ingin kita capai di masa depan bagi organisasi kita, kemudian

berfikir ke belakang tentang keadaan kita saat ini, lalu berdasarkan

perbedaan antara apa yang kita inginkan dengan apa yang ada

sekarang, kita menentukan tindakan/strategi apa yang akan kita

lakukan untuk membawa kondisi yang ada mencapai kondisi yang

diinginkan.

Gambar 7. Model Input – Proses – Output Versi Haines

Page 42: Propsl Revital Ins Ksman r

39

Gambar 7, memperlihatkan tahapan langkah yang bisa

ditempuh dalam memecahkan masalah berdasarkan pendekatan sistem

yaitu:

1. Tahap A: pertama adalah berkonsentrasi untuk merumuskan

tujuan, sasaran, output, outcome yang diinginkan. Yaitu upaya-

upaya untuk menjawab pertanyaan kita, ingin apa atau kita mau

kemana?

2. Tahap B: membuat sistem umpan balik yang dapat diukur, yang

dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana organisasi telah

mencapai apa yang diinginkan. Yaitu suatu upaya untuk menjawab

pertanyaan bagaimana kita bisa mengetahui bahwa tujuan kita telah

tercapai atau kebutuhan pelanggan kita telah terpenuhi?

3. Tahap C: menentukan sekarang kita dimana. Yaitu suatu upaya

untuk menjawab kondisi kita sekarang seperti apa atau ada

dimana?

4. Tahap D: menentukan tindakan-tindakan apa yang kita butuhkan

untuk mencapai tujuan itu. Yaitu suatu upaya untuk menjawab

pertanyaan bagaimana caranya kita mencapai tujuan?

5. Tahap E: sementara itu secara terus-menerus kita mengamati

perkembangan lingkungan sekitar kita. Yaitu suatu upaya untuk

menjawab pertanyaan perubahaan apa yang akan atau bisa terjadi

di masa datang.

Page 43: Propsl Revital Ins Ksman r

40

B. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

1. Arti dan Makna Pendidikan

Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu

pola kehidupan insan tertentu. Menurut Websters New World Dictionary,

1992 (dalam Sagala, 2007:1) Pendidikan adalah “proses pelatihan dan

pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, karakter dan

seterusnya, khususnya lewat persekolahan formal”. Pemahaman mengenai

pendidikan mengacu pada konsep tersebut menggambarkan bahwa

pendidikan memiliki sifat dan sasarannya yaitu manusia. Manusia itu

sendiri mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat komplek. Karena

itu tidak ada batasan yang cukup memadai untuk menjelaskan arti

pendidikan secara lengkap. Batasan pendidikan yang dibuat oleh para ahli

tampak begitu beragam dan kandungannya berbeda antara satu dengan

yang lainnya.

Menurut Sagala (2007:270) pendidikan adalah usaha sadar dan

bertujuan untuk membantu peserta didik mendewasakan dirinya sebagai

pribadi bermoral dan bertanggung jawab sehingga terjadi proses-proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

sebagai layanan belajar.

Dalam Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia tentang

Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 (UUSPN, 2003: 4) disebutkan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Page 44: Propsl Revital Ins Ksman r

41

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk mewujudkan pendidikan dibutuhkan ilmu pendidikan, yaitu

ilmu yang secara sistematis dan sistematik mempelajari interaksi sosial

budaya antara peserta didik sebagai subjek didik dan pendidik untuk

mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Interaksi antara peserta

didik dan pendidik ditandai dengan: 1) berlangsung secara sadar,

2) terwujud melalui media tertentu, situasi dan lingkungan tertentu, di

sekolah maupun di luar sekolah secara berkesinambungan, 3) dapat

ditinjau dari aspek mikro dan makro, dan 4) selalu sarat makna, yaitu

subyek dan objeknya tidak dapat dilihat terpisah satu dengan yang lainnya

dalam menjelaskan realitas pendidikan (Billy, 2007:2-3).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada

hakikatnya tidak hanya mengembangkan satu aspek kognitif saja,

melainkan mencakup ketiga aspek vital manusia yaitu kognitif, afektif,

dan psikomotrik. Oleh karena itu, akan sangat keliru jika pendidikan yang

dimaksud hanya mampu mengembangkan salah satu dari aspek belajar

tersebut.

2. Tujuan Pendidikan

Dalam arti luas tujuan pendidikan terkandung dalam setiap

pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan tidak

Page 45: Propsl Revital Ins Ksman r

42

hanya pertumbuhan, dan tidak terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan

tujuan hidup. Dalam arti yang lebih sempit tujuan pendidikan terbatas

pada pengembangan kemampuan- kemampuan tertentu. Karena itu tujuan

pendidikan adalah mempersiapkan hidup (Mudhyaharjo dalam Sagala,

2007:7).

Menurut Sagala, (2007:7) tujuan pendidikan adalah

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya untuk menguasai ilmu

pengetahuan, dengan sasaran untuk menjangkau segenap peserta didik dari

semua jenis dan kategori umur (sepanjang hayat). Tujuan pendidikan yang

ingin dicapai melalui interaksi belajar mengajar menuntut pengembangan

dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor secara terpadu.

Interaksi dinamis itu menggambarkan bahwa penyusunan tujuan

pendidikan dilaksanakan bertingkat: 1) tujuan pendidikan nasional yang

hendak dicapai dalam sistem pendidikan yang berskala nasional. Tujuan

Pendidikan Nasional (TPN) oleh UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 3

menyatakan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab;

2) tujuan institusional yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu

lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu; 3) tujuan kurikulum

yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh satu bidang ilmu atau program

studi, bidang studi, mata pelajaran dan suatu ajaran yang disusun

Page 46: Propsl Revital Ins Ksman r

43

berdasarkan tujuan instruksional; 4) tujuan instruksional atau tujuan

pengajaran yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai

diselenggarakan suatu proses pembelajaran disusun berdasarkan tujuan

kurikulum sesuai dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang

dituangkan dalam alokasi waktu tertentu.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa, tujuan pendidikan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dan menguasai ilmu

pengetahuan, dengan sasaran menjangkau segenap peserta didik dari

semua jenis dan kategori umur atau sepanjang hayat (Sagala, 2007: 7).

3. Fungsi Pendidikan

Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 pada Bab II pasal 3 dijelaskan

bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Fungsi pendidikan membimbing anak ke

arah satu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha

yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu.

4. Komponen Inti Ilmu Pendidikan

Menurut konsersium ilmu pendidikan yang membentuk batang

tubuh ilmu pendidikan bertitik tolak pada landasan filosofis, psikologis,

dan sosial budaya menggambarkan rincian dan objek studi ilmu

Page 47: Propsl Revital Ins Ksman r

44

pendidikan. Ada lima komponen inti ilmu pendidikan (dalam Sagala,

2007: 9) sebagai berikut:

a. Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Pada prinsipnya

kurikulum mengandung arti sebagai: 1) program pelajaran, 2) isi

pelajaran, 3) pengalaman belajar yang direncanakan, 4) sebagai

pengalaman di bawah tanggung jawab sekolah, dan 5) rencana tertulis

untuk dilaksanakan. Dilihat dari sisi peran, bahwa peran kurikulum

adalah: 1) konservatif yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan

sosial kepada generasi muda, 2) kritis atau evaluatif, yaitu aktif

berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan unsur berfikir

kritis, dan 3) kreatif, yaitu menciptakan dan menyusun suatu yang baru

sesuai kebutuhan sekarang dan masa datang dalam masyarakat.

Kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum adalah: 1)

kompetensi akademik, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, 2)

keterampilan hidup termasuk wirausaha, 3) pengembangan moral dan

semangat untuk lebih baik dan memenangkan persaingan dengan

sportif, 4) pembentukan karakter yang kuat, 5) kebiasaan hidup sehat,

6) semangat bekerjasama dan sama-sama bekerja, dan 7) apresiasi

etika terhadap dunia sekitarnya. Kurikulum merupakan komponen-

komponen pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan

interaksi baik yang bersifat eskplisit maupun implisit/tersembunyi.

Page 48: Propsl Revital Ins Ksman r

45

Teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara

lain meliputi tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum dan

model pengembangan kurikulum.

b. Belajar yang merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut peserta didik.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan

tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eskplisit maupun

implisit/tersembunyi. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami

sebagai usaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Dalam

implementasinya, belajar adalah suatu kegiatan individu memperoleh

pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan

belajar.

c. Mendidik dan mengajar, yang merupakan komponen ilmu pendidikan

berkenaan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut

pendidik. Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan

beberapa kegiatan, tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika

tidak mengarah pada tujuan tertentu. Seorang pengajar harus

mempunyai tujuan dalam kegiatan pengajarannya.

d. Lingkungan pendidikan yang merupakan komponen ilmu pendidikan

yang berkenaan dengan situasi yaitu interaksi tersebut berlangsung

beserta unsur-unsur penunjangnya. Institusi tempat interaksi

pendidikan berlangsung secara formal di ruang kelas, di laboratorium,

Page 49: Propsl Revital Ins Ksman r

46

perpustakaan dan tempat lain yang ditentukan yang ada di satuan

pendidikan pada semua jenis dan jenjang persekolahan.

e. Penilaian, yang merupakan komponen ilmu pendidikan yang

berkenaan dengan cara mengetahui tujuan yang ingin dicapai melalui

interaksi tersebut telah terwujud dalam diri peserta didik.

5. Sistem Pendidikan Nasional

Sistem adalah sebagai satu keseluruhan yang utuh yang hidup dan

sengaja dirancang dengan komponen-komponennya yang berkaitan

perkiraan untuk berfungsi secara terpadu demi tercapainya tujuan yang

sebelumnya telah ditetapkan, yaitu tujuan akan menentukan makna dari

sistem. Sehubungan dengan itu Sistem Pendidikan Nasional adalah alat

dan tujuan untuk mencapai cita-cita pendidikan nasional. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan nasional adalah suatu

keseluruhan terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang

berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya

tujuan pendidikan nasional (Sagala, 2007: 13 dan 272).

Ciri sistem pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional

berdasarkan pancasila, merupakan suatu kebulatan yang dikembangkan

dalam usaha mencapai tujuan nasional mencakup jalur pendidikan sekolah

dan luar sekolah. Sistem dapat dipahami sebagai suatu model berfikir atau

suatu cara memandang, yaitu sekolah dipandang sebagai satu kesatuan

tempat belajar para siswa yang mempunyai kaitan dengan lingkungannya.

Page 50: Propsl Revital Ins Ksman r

47

Sistem menurut Immegart (dalam sagala, 2007: 14) merupakan satu

kesatuan yang utuh dengan bagian yang tersusun secara sistematis yang

mempunyai relasi satu dengan yang lainnya sesuai dengan konteknya.

Sedangkan pendekatan sistem adalah cara berfikir dan bekerja

menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam

memecahkan masalah (Pidarta, dalam sagala, 2007:14).

Menurut pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat

dikemukakan unsur-unsur penting dalam pendidikan nasional sebagai

berikut: 1) sistem pendidikan mempunyai satuan kegiatan merupakan alat

dan tujuan yang sangat penting dalam mencapai cita-cita nasional. Satuan

pendidikan sebagai alat dan kegiatan untuk mencapai tujuan suatu

pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dapat

mempunyai wujud sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun kelompok

lain yang berlangsung dalam bangunan tertentu atau tidak. Dengan

kegiatan pendidikan semua usaha dan kegiatan yang menyangkut semua

usah ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) sistem

pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan

terpadu, dan 3) sistem pendidikan nasional harus dilihat secara

keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan pendidikan yang ada di

nusantara yang saling berkaitan satu sama lain dan saling menunjang

dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa sistem pendidikan

nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait

Page 51: Propsl Revital Ins Ksman r

48

secara terpadu untuk mencapai pendidikan nasional. Keseluruhan

komponen itu dilihat dari desain organisasinya terdiri dari komponen

sekolah sebagai penyelenggara pelayanan belajar, komponen pemerintah

sebagai pihak yang memberikan dan menyediakan fasilitas serta anggaran

pendidikan, komponen legistatif sebagai pihak yang menentukan aturan

main di bidang pendidikan, dan masyarakat sebagai pengguna jasa

pendidikan, dalam sistem pendidikan nasional daerah kabupaten kota

dapat melaksanakan kewenangan di bidang pendidikan sebagaimana yang

diharapkan. Karena itu pemerintah daerah/kota perlu memberikan

pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan

sekolah.

6. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional. Sekolah merupakan bagian yang terpenting dalam

sistem itu. Sekolah sebagai satuan pendidikan adalah kelompok layanan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,

nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan

(UUSPN No.20 Tahun 2003).

Pendidikan sebagai suatu sistem dapat digambarkan dalam bentuk

model dasar input-output. Segala sesuatu yang masuk (input) dalam sistem

Page 52: Propsl Revital Ins Ksman r

49

dan berperan dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan

(Sagala, 2007:16).

P. H. Coombs dan W. J. Platt (dalam Sagala, 2007:16)

mengemukakan tiga macam sumber masukan pendidikan yang terdiri atas:

1) pengetahuan, nilai-nilai dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat,

2) pendidik dan persediaan layanan belajar dan lukisan sebagai output

berupa tenaga kerja yang memenuhi persyaratan dan juga tenaga ahli di

berbagai bidang keahlian, dan 3) hasil produksi pendidikan dan

penghasilan berupa outcome.

Gambar 8 berikut ini memperlihatkan model input-output

pendidikan:

Gambar 8 Model Input-Output Pendidikan

C. Komponen-Komponen Dalam Sistem Pendidikan

Menurut P. H. Coombs (dalam Sagala, 2007:18-19) terdapat dua belas

komponen utama sistem pendidikan sebagai berikut:

1. Tujuan dan prioritas. Komponen ini bertumpu pada sumber masukan

pendidikan pertama, dan merupakan informasi tentang apa yang hendak

Page 53: Propsl Revital Ins Ksman r

50

dicapai oleh sistem pendidikan serta urutan pelaksanaannya. Komponen

ini berfungsi memandu kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan sistem

pendidikan.

2. Pelajar atau peserta didik. Komponen ini berasal dari penduduk, dan

merupakan orang yang turut serta dalam proses pendidikan sesuai jenjang,

jenis, dan permintaannya. Fungsi komponen ini adalah benar, sehingga

mengalami proses perubahan kualitas tingkah laku seperti yang diharapkan

oleh sistem dan tujuan pendidikan.

3. Manajemen. Bersumber pada sistem nilai atau budaya dan cita-cita. Hal ini

merupakan informasi tentang pola kepemimpinan pengelolaan sistem

pendidikan. Komponen ini mempunyai fungsi merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, dan memberi penilaian atau

memberikan pengawasan terhadap sistem pendidikan.

4. Struktur dan jadwal waktu. Komponen ini bertumpu pada sumber masukan

pendidikan pertama, dan merupakan informasi tentang pengaturan

pembagian waktu dan kegiatan dalam proses pendidikan. Fungsinya

mengatur pembagian waktu dan arus kegiatan yang terprogram dengan

baik.

5. Isi bahan belajar. Komponen ini juga bersumber dari sumber masukan

pendidikan pertama dan merupakan hal-hal pokok yang harus dipelajari.

Isi bahan ajar berfungsi menggambarkan luas dan dalamnya bahan ajar.

Dengan demikian mengarahkan dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam

proses pendidikan.

Page 54: Propsl Revital Ins Ksman r

51

6. Guru dan pelaksanaan. Komponen ini bersumber dari tenaga kerja yang

tersedia dalam masyarakat (sumber masukan pendidikan), dan merupakan

tenaga penggerak utama sistem pendidikan. Guru membantu terciptanya

kesempatan belajar dan memperlancar proses pendidikan menunjang

tercapainya sistem pendidikan.

7. Alat bantu belajar. Komponen ini terutama bersumber pada barang-barang

hasil produksi, yang antara lain berupa buku pelajaran, papan tulis, peta,

alat-alat praktikum, film, laboratorium, dan modul belajar. Komponen ini

berfungsi memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih

lengkap, menarik, bervariasi, dan menyenangkan.

8. Fasilitas. Komponen ini terutama bersumber pada barang-barang hasil

produksi, yang antara lain berupa gedung, ruang kelas, fasilitas belajar dan

perlengkapannya yang berfungsi menyediakan tempat berlangsungnya

proses pendidikan.

9. Teknologi. Komponen ini diambil dari sumber masukan yang pertama dan

berupa cara-cara yang dipergunakan menggiatkan kerja dalam sistem

pendidikan. Fungsinya memperlancar, memperkaya dan meningkatkan

hasil guna proses pendidikan.

10. Pengawasan mutu. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan

merupakan informasi tentang pengaturan kualitas sistem pendidikan, yang

berfungsi membina peraturan-peraturan pendidikan dan standar

pendidikan.

Page 55: Propsl Revital Ins Ksman r

52

11. Penelitian. Komponen ini bersumber pada pengetahuan yang ada dalam

masyarakat, dan kegiatannya menghasilkan informasi mengenai fakta-

fakta yang berguna untuk memperbaiki pengetahuan dan penampilan

sistem pendidikan.

12. Ongkos pendidikan. Komponen ini merupakan satuan biaya yang

dipergunakan untuk memperlancar proses pendidikan dan bersumber dari

penghasilan masyarakat maupun bantuan pemerintah. Ongkos pendidikan

berfungsi menjadi petunjuk tentang tingkat efektifitas dan efisiensi

penyelenggaraan sistem pendidikan.

D. Sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam

1. Dasar Filosofi INS Kayutanam

a. Filsafat Budaya

Dasar filosofi INS Kayutanam berangkat dari falsafah alam

yang menjadi filsafat budaya. Filsafat budaya sistem Ruang Pendidik

INS Kayutanam adalah : “Alam Takambang Menjadi Guru”. Filsafat

ini menggambarkan ekspresi lahir bathin akan keagungan, kecintaan,

akan kemahaagungan Allah dan hasrat untuk menggali sebanyak

mungkin pengetahuan-Nya. (M. Sjafe’i dalam Farid. A, 2008:2).

Selanjutnya Engkoe Mohammad Sjafe'i menjelaskan bahwa

segala fenomena di alam ini dipenuhi oleh gerak yang ditamsilkan juga

sebagai kerja. Dengan kata lain dapat dikatakan alam ini penuh dengan

dinamika. Dinamika alam memberikan dampak negatif dan dampak

Page 56: Propsl Revital Ins Ksman r

53

positif, dan keterkaitan satu sama lainnya. Kesemuaannya

menimbulkan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan di alam

ini. demikianlah gerak dalam alam diciptakan Tuhan secara teratur

yang dikenal dengan hukum-hukum alam yang berlaku tetap. Bahwa di

alam terdapat realitas bantu-membantu, gerak alam juga dipenuhi

dengan perjuangan yang memerlukan sikap kerja keras untuk

mempertahankan hidup. (M. Ansjar, tt : 10-11).

b. Karakter

Selain filsafat budaya, terkenal pula filosofi “Jadilah engkau

menjadi engkau”. Sekolah berfungsi mengasah kecerdasan dan akal

budi murid, bukan membentuk manusia lain dari dirinya sendiri.

Terkenal betul ungkapan Engkoe Mohammad Sjafe'i “Jangan minta

buah mangga kepada pohon rambutan, tapi jadikanlah setiap pohon

berbuah manis”.

2. Ruh Ajaran Engkoe Mohammad Sjafe'i

Ruh ajaran Engkoe Mohammad Sjafe'i adalah mendidik murid-

muridnya untuk memberdayakan potensi diri dan berkembang pada aspek-

aspek berikut ini :

a. Logika, etika, estetika dan talenta / bakat

b. Akhla mulia

c. Etos kerja

d. Kemandirian dan enterpreneurship

e. Kebangsaan

Page 57: Propsl Revital Ins Ksman r

54

Tentang etos kerja kita kenal nasehat Engkoe Mohammad

Sjafe'i kepada muridnya yang telah menamatkan kuliah di Fakultas

Ekonomi. “Bagus, kamu dapat ilmu; Cina yang mempunyai ekonomi.

Kamu tahu mengapa bisa begitu, Karena cina itu mau bekerja keras.”

(M. Sjafe’i dalam Farid. A, 2008 : 3).

3. Dasar-dasar pendidikan INS Kayutanam

Menurut Engkoe Hamid (dalam Navis, 1996: 238) pendidikan

hendaklah dapat menanamkan dan memupuk sifat-sifat berikut ini :

a. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Kemampuan untuk mengembangkan bakat

c. Percaya kepada diri sendiri

d. Berakhlak

e. Bertanggung jawab atas keselamatan nusa dan bangsa

f. Berwatak aktif

g. Mempunyai daya cipta

h. Cerdas, logis dan rasional

i. Berperasaan tajam dan kritis

j. Gigih dan ulet

k. Ketekunan berusaha

l. Percaya diri

m. Kejujuran

n. Sikap hidup Pancasilais

Page 58: Propsl Revital Ins Ksman r

55

Dasar-dasar inilah yang melahirkan konsep pendidikan aktif

kreatif, inovatif, kerja keras dan pantang menyerah. Engkoe

Mohammad Sjafe'i menegaskan mengeluh berarti kalah.

4. Ruang Pendidik INS Kayutanam sebagai Sebuah Sistem

Mengacu pada judul penelitian tentang konsep pendidikan INS

Kayutanam, Navis (1996: 102-143) mengemukakan beberapa komponen

pendidikan yang terkait dengan Ruang Pendidik INS Kayutanam sebagai

sebuah sistem yaitu:

a. Tujuan pendidikan

Merujuk Pancasila dan UUD 1945, tujuan kemerdekaan bagi

bangsa Indonesia sudah jelas dan gamblang, yaitu menyempurnakan

kehidupan bangsa agar setara dengan bangsa-bangsa yang maju di

bidang ilmu dan teknologi, sosial dan ekonomi serta seni dan budaya.

Perangkat untuk mencapai tujuan itu tidak lain menjadikan bangsa

Indonesia agar memiliki otak yang cerdas, mental yang kuat dan budi

luhur serta kemauan dan ketangkasan yang terampil dan etos kerja

yang tinggi. Bangsa yang memiliki etos kerja akan dapat menjadi

bangsa yang dinamis, aktif, kreatif, dan produktif sebagaimana yang

dimiliki oleh budaya yang maju.

b. Program pendidikan

Berdasarkan filsafat dan tujuan pendidikan, konsep pendidikan

INS membagi program atas empat kelompok, yaitu pendidikan

Page 59: Propsl Revital Ins Ksman r

56

akademik, keterampilan, kerohanian, dan kesiswaan. Dalam konsep

dan program pendidikan di sekolah umum yang diakui pemerintah,

posisi pendidikan keterampilan, kerohanian dan kesiswaan dinamakan

ekstrakurikuler yang boleh diadakan juga boleh ditiadakan. Akan

tetapi, dalam konsep pendidikan INS ke empat kelompok pendidikan

itu sama nilai dan sama pentingnya.

c. Kurikulum

Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pada

pendidikan INS kurikulum dikelompokkan pada empat bidang, yakni

bidang akademik, keterampilan, kerohanian dan kesiswaan.

Bidang akademik terdiri dari ilmu-ilmu eksakta, sosial, dan

bahasa sesuai dengan program pendidikan di sekolah negeri. Bidang

keterampilan terdiri dari kerajinan tangan, keteknikan dan bengkel

kerja. Bidang kerohanian terdiri dari pendidikan kesenian, olahraga,

dan keagamaan. Bidang kesiswaan terdiri dari pengorganisasian,

kegiatan kemasyarakatan di dalam dan di luar kampus.

Page 60: Propsl Revital Ins Ksman r

57

d. Guru

Yang dimaksud dengan guru adalah semua tenaga-tenaga yang

karena tugasnya akan berhadapan langsung dengan murid, termasuk di

dalamnya para pembina asrama. Dalam istilah sekarang sebutan guru

lebih dikenal dengan istilah pendidik. Menurut UUSPN No. 20 tahun

2003 pendidik adalah tenaga kependidikan yang yang berkualifikasi

sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor

instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pendidikan.

Guru yang bertahan lama ialah mereka yang memiliki dedikasi

dan menghayati tujuan dan sistem pendidikan INS kayutanam. Guru

yang berwatak seperti priayi atau orang gajian, datang, mengajar, lalu

pulang dan selanjutnya tidak hirau lagi dengan murid dan sekolah.

Lebih-lebih yang berjiwa pedagang yang menjadikan sekolah sebagai

ajang mencari keuntungan pribadi dengan mengekploitasi program

atau murid adalah guru yang tidak cocok mengajar di INS.

Achar dan Hudaya (2008: 90-97) mengemukakan bahwa guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan

mengajar dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia

dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah. Profesionalisme seorang guru akan dicirikan oleh tanggung

jawab yang jelas dalam tugasnya, antara lain: 1) tanggung jawab

Page 61: Propsl Revital Ins Ksman r

58

pribadi; 2) tanggung jawab sosial; 3) tanggung jawab intelektual; 4)

tanggung jawab spiritual dan moral; dan 5) tanggung jawab. Kualitas

profesional seorang guru akan tercermin melalui sikap: 1) keinginan

untuk selalu menampilkan prilaku yang mendekati standar adab;

2) selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi; 3) selalu

mengejar kesempatan untuk mengembangkan diri; 4) mengejar

kualitas dan cita-cita dalam profesi; dan 5) memiliki kebanggaan

terhadap profesi.

e. Siswa

Fungsi utama pendidikan kesiswaan di INS Kayutanam ialah

untuk mendidik dan sekaligus melatih murid untuk hidup

bermasyarakat, baik selaku pribadi maupun fungsional. Apabila di

bidang lain murid secara individual atau kelompok dipacu agar

berprestasi secara aktif dan kreatif, pendidikan kesiswaan ini melatih

murid untuk menempatkan diri secara integratif dalam lingkungan

yang lebih menyeluruh. Murid, guru dan karyawan harus sampai pada

perasaan bahwa mereka hidup dalam satu rukun tetangga dengan

melepas atribut maupun status sosial.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1077) siswa

dapat diartikan “murid” terutama pada tingkat sekolah dasar dan

menengah, atau pelajar tingkat SMU. Sedangkan siswa sebagai peserta

didik menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 adalah anggota masyarakat

Page 62: Propsl Revital Ins Ksman r

59

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu. Siswa INS adalah peserta didik yang sedang belajar untuk

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang ada di

SMA INS Kayutanam.

f. Asrama

Menurut M. Sjafe’i (dalam Navis, 1996:160) karena

keterbatasan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-

anaknya di rumah dalam keluarga, maka ada baiknya diadakan asrama

untuk anak-anak yang memberikan pendidikan yang beraturan pada

mereka. Lebih jelas M. Sjafe’i menjelaskan bahwa asrama berguna

untuk mengajarkan anak agar mampu mengurus dirinya sendiri,

terbiasa mengatasi kesulitan, tidak enggan bekerja keras, yang

nantinya akan bermanfaat dalam menempuh hidup di masyarakat.

Dalam asrama anak diajarkan menjalankan pikirannya sendiri,

bukan atas pikiran orang lain. Di sekolah mereka diajar mengasah

otak, di asrama mengasah budi, tenaga dan bakat. Oleh karena itu

peranan asrama sangat penting dalam sistem pendidikan INS

Kayutanam.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:72) asrama

adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara

waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala

Page 63: Propsl Revital Ins Ksman r

60

asrama. Dalam konteks penelitian ini, asrama yang dimaksud adalah

bangunan yang ditempati oleh sejumlah siswa selama mengikuti

pendidikan INS Kayutanam terdiri dari asrama siswa putra dan siswa

putri di bawah asuhan pembina asrama dan kepala asrama.

E. Penelitian yang Relevan

Berikut dikemukakan penelitian yang relevan yang diharapkan dapat

memberikan dukungan terhadap penelitian ini, yakni sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syafwandi (2001) tentang Seni Rupa dalam

Falsafah Pendidikan M. Sjafe’i dan Sejarah Pendidikan INS Kayutanam

serta Relevansinya bagi Pendidikan di Masa Depan. Dari penelitian

tersebut disimpulkan beberapa temuan antara lain:

a. INS memiliki falsafah pendidikan yang berorientasi kepada bakat serta

sifat aktif, kreatif dan produktif yang berlandaskan kepada alam

takambang jadi guru.

b. Program seni rupa di INS bertujuan untuk menciptakan manusia yang

mandiri, aktif, kreatif dan produktif sesuai bakat serta kemampuan.

c. Sistem pendidikan sebagaimana yang telah dikembangkan oleh INS

Kayutanam kiranya dapat dijadikan bahan rujukan dalam menata

sistem pendidikan nasional dan dinyatakan relevan dengan sistem

pendidikan saat ini.

d. Bahwa sesungguhnya seni rupa hendaklah ditempatkan menjadi bagian

yang penting dalam sistem pendidikan kita.

Page 64: Propsl Revital Ins Ksman r

61

Temuan yang dinyatakan relevan dengan penelitian ini adalah

temuan pertama dan temuan ketiga. Temuan pertama berkenaan dengan

konsep pendidikan dan falsafah pendidikan yang akan diungkap secara

lebih tajam dan lebih jelas. Sedangkan temuan ketiga berkenaan dengan

sistem pendidikan INS sebagai bahan rujukan dalam menata sistem

pendidikan nasional dan dinyatakan relevan dengan sistem pendidikan saat

ini. Dari temuan tersebut peneliti ingin melihat lebih jauh dan mendalam

tentang bagaimana sistem pendidikan INS Kayutanam tersebut secara utuh

menyeluruh, terutama berdasarkan komponen sistem pendidikan yang ada

di INS antara lain tujuan pendidikan, program pendidikan, kurikulum,

guru, siswa dan asrama.

2. Jurnal pendidikan dan pembelajaran yang ditulis oleh Agustiar (2008)

tentang Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan INS Kayutanam dengan Konsep

Pembangunan Pendidikan Nasional. Salah satu kesimpulan isi jurnal

adalah apabila dilihat dan dikaji secara cermat dalam konteks pendidikan

baik pada landasan filsafat, landasan berpikir, konsep dan nilai-nilai INS

Engkoe M. Sjafe’i Kayutanam dan sistem pendidikan nasional

mengandung karakteristik yang hampir sama (relevan). Temuan ini

memberi inspirasi dan lebih menguatkan peneliti untuk melihat lebih tajam

tentang sistem pendidikan INS Kayutanam yang sebenarnya dalam sebuah

penelitian ilmiah yang berjudul Sistem Ruang Pendidik INS Kayutanam :

Antara Idealisme dan Realita. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan Agustiar pada bagian akhir jurnal “yang perlu menjadi

Page 65: Propsl Revital Ins Ksman r

62

perhatian kita ialah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai

pendidikan INS tersebut dalam setiap kegiatan pendidikan pada setiap

jenjang, jenis, lokasi dan budaya yang variatif”. Atas dasar hal di atas,

maka penelitian ini selain mengungkap tentang sistem pendidikan Ruang

Pendidik INS juga melihat bagaimana pengimplementasiannya.

Page 66: Propsl Revital Ins Ksman r

63

F. Kerangka Berpikir

Page 67: Propsl Revital Ins Ksman r

64

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sistem pendidikan INS

Kayutanam dan implementasinya. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan

metode penelitian kualitatif yang sering disebut dengan pendekatan

naturalistik. Penelitian dengan pendekatan naturalistik menurut Lincoln dan

Guba (1985) peneliti berperan sebagai human instrument dan secara

menyeluruh menyesuaikan diri ke dalam situasi yang wajar sesuai dengan

natural setting berdasarkan lingkungan yang dimasuki.

Pendekatan naturalistik dipandang cocok dengan permasalahan yang

diteliti dalam penelitian ini, dengan alasan bahwa data gejala-gejala yang akan

diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan kata-kata

dari responden. Data dari responden tersebut sedapat mungkin tidak

dipengaruhi dari luar sehingga bersifat alami sesuai dengan apa adanya.

Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan

suatu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dari responden itu sendiri.

Hal yang sama dikemukakan oleh Nasution (1992) bahwa penelitian kualitatif

pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya

berintegrasi dengan mereka berusaha memahami bahasa, dan tafsiran mereka

dengan dunia sekitar.

Page 68: Propsl Revital Ins Ksman r

65

Pemilihan metode ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang sistem Ruang Pendidik INS

Kayutanam menurut konsep ideal dan kenyataan implementasiannya, dan

berusaha memahami makna yang mendasarinya. Makna ini tentunya dapat

dipahami melalui para aktor yang terlibat di dalamnya. Faisal (1990)

mengemukakan bahwa: 1) manusia itu berbuat atas dasar makna yang melekat

pada tujuan yang diperbuatnya, 2) makna yang berkembang dari atau melalui

interaksi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Artinya makna itu dapat

dipelajari, direvisi, dipelihara dan diberi batasan-batasan dalam konteks

interaksi manusia, dan 3) makna itu dipegang, dijadikan acuan, dan

diinterpretasikan oleh seseorang dalam hubungan dengan sesuatu yang

dihadapinya. Jadi inti penelitian ini adalah memahami makna suatu tindakan

dan peristiwa yang terjadi dalam latar sosial yang menjadi objek penelitian.

Selain itu pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memungkinkan

peneliti dapat membuat dan menyusun konsep yang hakiki yang dialami oleh

masyarakat secara riil dalam kehidupan mereka (Bogdan dan Taylor,

1992:31). Peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan pendekatan

kualitatif ini akan sangat membantu peneliti dalam mengkaji sistem Ruang

Pendidik INS Kayutanam dan implementasinya.

Di samping berusaha menemukan makna perilaku dalam latar sosial

yang diteliti dan menyusun konsep-konsep hakiki yang dialami oleh

masyarakat secara rill dalam kehidupan mereka. Pendekatan kualitatif juga

memiliki 11 (sebelas) karakteristik. Karakterisitik pendekatan kualitatif

Page 69: Propsl Revital Ins Ksman r

66

menurut Moleong (2007: 4-8) adalah sebagai berikut: 1) Latar alamiah, 2)

manusia sebagai alat (instrumen), 3) metode kualitatif, 4) analisis data secara

induktif, 5) teori dari dasar (grounded theory), 6) deskriptif, 7) lebih

mementingkan proses daripada hasil, 8) adanya kriteria khusus untuk

keabsahan data, 9) desain bersifat sementara, dan 10) hasil penelitian

dirundingkan dan disepakati antara peneliti dan instrumen.

B. Situasi Sosial Penelitian

Sebagaimana yang dikemukakan oleh banyak ahli penelitian kualitatif

seperti Bogdan, Taylor, Spradley, Mails, Huber, Lincoln dan Guba (dalam

Agustiar, 2002:12) setidaknya terdapat tiga elemen utama pada sebuah situasi

sosial yang diteliti; 1) ada tempat atau lokasi (place) dimana ada orang yang

melakukan aktivitas, 2) ada pelaku (actors) kegiatan di tempat tertentu, dan

3) ada aktivitas (activities) yang dilakukan oleh aktor pada tempat tertentu.

Situasi sosial dimaksud terjadi di sekolah, dimana personil Ruang Pendidik

INS Kayutanam dan masyarakat terkait sebagai aktor-aktor yang akan diteliti

sebagai pelaksana pendidikan.

Bogdan dan Taylor (1992: 63-64) mengemukakan bahwa dalam

pemilihan situasi penelitian (tempat riset) sering ditentukan oleh beberapa

faktor diantaranya: 1) adanya orang yang bisa bertindak sebagai gate keeper

yaitu semacam penerima yang dapat membantu pelaksanaan penelitian,

2) tempat penelitian tersebut mudah dikunjungi dan sering dikunjungi, 3)

sambutannya terhadap peneliti, dan 4) terdapat pokok-pokok masalah yang

menarik dan belum pernah dipecahkan dengan pengetahuan dan kemampuan

Page 70: Propsl Revital Ins Ksman r

67

profesional. Sesuai dengan faktor penelitian yang dikemukakan terdahulu,

maka setting sosial yang dipilih untuk penelitian ini adalah Ruang Pendidik

INS Kayutanam, Kecamatan 2X11 Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman.

Peneliti memilih setting sosial penelitian pada sekolah ini dengan

pertimbangan sebagai berikut: 1) sekolah tersebut saat ini sedang mengalami

masalah kemerosotan pendidikan dan perkembangannya cenderung statis,

2) sekolah merupakan sekolah bersejarah di Indonesia dan sekaligus menjadi

aset dan kebanggaan daerah dan nasional, 3) peneliti adalah salah satu

pendidik yang telah mengabdi di INS sejak tahun 1997 sampai sekarang,

4) keyakinan akan kebenaran konsep pendidikannya, dan 5) pemberdayaan

fasilitas yang dimiliki INS dalam rangka perbaikan mutu kualitas dan layanan

pendidikan kepada masyarakat.

C. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sebagaimana langkah yang dikemukakan

oleh Miles dan Huberman (1990: 56) yaitu: 1) merumuskan masalah fokus

penelitian, 2) menyusun kerangka teoritis, 3) melaksanakan penelitian dan

pengumpulan data, 4) melakukan analisis data, dan 5) menyusun laporan

penelitian.

1. Merumuskan Fokus Masalah Penelitian

Untuk merumuskan fokus masalah penelitian, peneliti mengadakan

grand tour. Hasil grand tour dirumuskan dalam bentuk beberapa masalah

yang layak diteliti. Untuk itu penelitian ini fokus tentang kajian Sistem Ruang

Page 71: Propsl Revital Ins Ksman r

68

Pendidik INS Kayutanam menurut konsep ideal dan kenyataan

implementasinya saat ini.

Langkah di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Suharsimi (1997) bahwa dengan dipahaminya masalah yang menjadi fokus

penelitian, maka penulis dapat: 1) mengetahui dengan pasti masalah yang akan

diteliti, 2) mengetahui dimana dan dari siapa informasi atau data dapat

diperoleh, 3) menentukan bagaimana cara memperoleh informasi yang

diperlukan, 4) menentukan dengan cepat cara untuk menganalisis data, dan

5) merumuskan kesimpulan atau menyusun laporan penelitian. Dengan

demikian penulis yakin bahwa penelitian yang dilakukan penting dan dapat

dilaksanakan.

2. Menyusun Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori-teori

yang relevan dengan masalah yang diteliti, antara lain diperoleh melalui buku-

buku di perpustakaan dan studi literatur lainnya yang berhubungan dengan

cara yang dilaksanakan dalam meneliti masalah ini. Penyusunan kerangka

teoritis dan kerangka berfikir ini dimaksudkan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian dalam mengumpulkan data penelitian. Kerangka teoritis diperlukan

untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial atau gejala yang diamati.

3. Pengumpulan Data

Secara kongkrit penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan

data lapangan yang berpatokan pada fokus penelitian yang telah ditetapkan.

Kegiatan yang dilakukan berdasarkan tahap penelitian ini, antara lain:

Page 72: Propsl Revital Ins Ksman r

69

1) memahami situasi sosial yang menjadi objek penelitian, yaitu bagaimana

sistem pendidikan INS Kayutanam dan implementasinya dengan keterlibatan

semua komponen yang terkait, 2) mengumpulkan data termasuk pengolahan

data (Suharsimi, 1989). Penelitian ini menggambarkan kondisi sebenarnya

atas objek yang diteliti.

4. Melakukan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga langkah yaitu:

Pertama, mereduksi data, yang meliputi proses memilih, menyederhanakan,

memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar kedalam catatan

lapangan. Kedua, menyajikan data, yakni merangkai data dalam suatu

organisasi data, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan atau

merumuskan tindakan yang diusulkan berdasarkan temuan penelitian. Ketiga,

memverifikasi data atau menyimpulkan data, yakni menjelaskan tentang

makna data dalam suatu konfigurasi, sehingga dapat menunjukkan alur

kausalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Miles dan Huberman (1990:16-20)

bahwa analisis data dapat dilakukan melalui: 1) mengumpulkan data,

2) menyajikan data, dan 3) menyimpulkan serta melakukan verifikasi.

5. Menyusun Laporan Penelitian

Penyusunan laporan penelitian merupakan tahap akhir dalam suatu

kegiatan penelitian. Laporan penelitian di samping sebagai media untuk

mengkomunikasikan hasil temuan penelitian juga merupakan bahan

pertanggungjawaban dari kegiatan penelitian yang dilakukan. Sedangkan bagi

Page 73: Propsl Revital Ins Ksman r

70

penulis merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program

Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus Ruang Pendidik INS Kayutanam,

Jalan Raya Padang – Bukittinggi Km. 53, Desa Palabihan Kayutanam,

Kecamatan 2X11 Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

E. Informan Penelitian

Salah satu masalah utama dalam kegiatan kualitatif adalah masalah

cara memperoleh informasi yang akurat dan objektif. Hal ini sangat penting

artinya karena kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila yang

menjadi sumber informasi juga dapat dipercaya (Saifuddin, 1997: 1).

Kesalahan dalam memilih informan akan membawa dampak terhadap

validitas dan reabilitas suatu temuan penelitian.

Dalam penelitian ini informan ditetapkan dengan teknik sampling.

Pemilihan teknik ini didasarkan atas pertimbangan tidak mungkin meneliti

seluruh jumlah populasi yang ada di lapangan. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan informan dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007: 300). Dalam hal ini yang menjadi

pertimbangan adalah “ketahuan dan pengalaman” tentang permasalahan yang

akan diteliti.

Sehubungan dengan teknik purposive sampling ini peneliti memilih

informan berdasarkan keterwakilan dan pengetahuannya tentang objek

Page 74: Propsl Revital Ins Ksman r

71

penelitian tidak diragukan lagi. Informan yang peneliti gunakan adalah orang-

orang yang terkait dengan sistem pendidikan INS Kayutanam dan

pengimplementasiannya yaitu:

1. Pengurus Yayasan

2. Kepala Sekolah

3. Wakil Kepala Sekolah

4. Koordinator-koordinator Bidang

5. Kepala Asrama dan Pembina Asrama

6. Guru/Instruktur

7. Karyawan dan Pegawai Lapangan

8. Alumni

9. Siswa-Siswi

10. Mantan Pengelola / Mantan Pimpinan

Informasi yang berkenaan dengan konsep dan sistem Ruang Pendidik

INS Kayutanam, informannya adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

koordinator bidang, guru, pengurus yayasan dan alumni. Informasi yang

berkenaan dengan faktor-faktor penghambat dan pendukung yang ditemui di

INS Kayutanam informannya adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, wakil

kepala sekolah, koordinator bidang, kepala asrama, pembina asrama,

guru/instruktur, karyawan, alumni, siswa-siswi dan mantan pengelola/mantan

pimpinan. Informasi yang berkenaan dengan upaya-upaya yang dilakukan

Ruang Pendidik INS Kayutanam dalam meneruskan dan meningkatkan

kualitas mutu pendidikannya, informannya adalah pengurus yayasan, kepala

Page 75: Propsl Revital Ins Ksman r

72

sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator bidang dan mantan

pengelola/mantan pimpinan. Informasi yang berkenaan dengan bagaimana

cara menerapkan konsep pendidikan Engkoe Mohammad Sjafe’i dalam Ruang

Pendidik INS Kayutanam, informannya adalah pengurus yayasan, kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator bidang, kepala dan pembina

asrama, guru/instruktur, alumni dan mantan pengelola/mantan pimpinan.

Selain itu penetapan informan juga memperhatikan pendapat Spradley

(dalam Faisal, 1990) yang menjelaskan bahwa kriteria yang dapat dijadikan

dalam pemilihan informan adalah sebagai berikut :

1. Informan telah cukup dan menyatu dengan aktivitas yang menjadi sasaran

penelitian.

2. Informan masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan yang menjadi

sasaran penelitian.

3. Informan masih memiliki cukup banyak waktu/kesempatan untuk diminta

kesediaannya memberikan informasi.

4. Diperkirakan informan dianggap jujur dan mau memberi data apa adanya.

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya ialah bahwa informan yang

dipilih dan ditetapkan betul-betul memiliki pengalaman. Hal ini sesuai dengan

pendapat Nasution (1992) yang menyatakan bahwa informan haruslah orang-

orang yang mempunyai banyak pengalaman tentang masalah yang berkaitan

dengan fokus penelitian.

Page 76: Propsl Revital Ins Ksman r

73

F. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang menjadi instrumen atau alat

pengumpul data dan informasi. Peneliti merupakan instrumen kunci dalam

penelitian kualitatif (the researcher is the key instrument) (Sugiono: 2007).

Dalam usaha mengumpulkan data dan informasi di lapangan, peneliti

kualitatif menggunakan jenis kegiatan utama yaitu observasi dan interviu

(dialog). Kedua teknik ini oleh banyak para ahli dinamakan dengan

“participant observation” atau observasi partisipan.

Guna mendapatkan data yang diharapkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa teknik yang dianjurkan dalam pendekatan kualitatif

seperti diuraikan di bawah ini:

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan dalam dua tahapan yaitu: 1) melalui

kegiatan observasi pendahuluan atau grand tour, dan 2) hasil deskripsi

lanjutan yang dilakukan secara lebih mendalam dan terfokus sesuai dengan

pokok masalah yang diteliti. Alasan penggunaan metode ini adalah :

1) observasi dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti baik dari segi motif,

kepercayaan, perhatian, maupun perilaku lainnya, 2) observasi memungkinkan

peneliti untuk dapat mengidentifikasi apa yang dirasakan dan dihayati oleh

subyek penelitian, dan 3) observasi memungkinkan pembentukan pengetahuan

yang diketahui bersama baik dari pihak peneliti maupun dari subyek penelitian

(Moleong, 2002).

Page 77: Propsl Revital Ins Ksman r

74

Kegiatan observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi tak

berstruktur dan dilakukan berulang-ulang sampai memperoleh semua data

yang dibutuhkan. Menurut Marjono (2004: 158) observasi dapat diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang

tampak pada objek diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor (1993: 31) penelitian

kualitatif merupakan observasi partisipan yang menuntut peneliti sendiri yang

melakukan observasi atau menceburkan diri dalam kehidupan masyarakat dan

situasi tempat melakukan penelitian.

2. Wawancara

Selain teknik observasi yang dipaparkan di atas, penelitian ini juga

menggunakan teknik wawancara atau interviu. Menurut Esterberg (dalam

Sugiono, 2007: 317) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam satu topik tertentu. Wawancara yang digunakan

dapat berupa wawancara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara

dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam.

Menurut Lincoln dan Guba (1985: 266) tujuan wawancara adalah

untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Dalam wawancara

diusahakan menjalin hubungan yang harmonis, akrab, dan saling percaya

antara peneliti dengan informan untuk dapat menggali informasi yang

diperlukan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Agustiar, 2002: 14-15)

untuk menjaga suasana dengan informan agar selalu akrab dan santai,

Page 78: Propsl Revital Ins Ksman r

75

wawancara dapat dilakukan secara formal ataupun informal, demikian pula

dengan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan situasi

(situasional).

Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang dianggap potensial,

dalam arti orang tersebut memiliki banyak informasi tentang keadaan dan

permasalahan yang sedang diteliti. (Faisal, 1990). Dalam hubungannya dengan

penelitian ini, orang yang dianggap memiliki potensi memberi informasi

adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator-

kordinator bidang, kepala asrama dan pembina asrama, guru/instruktur,

karyawan dan pegawai lapangan.

3. Studi Dokumentasi

Selain observasi dan wawancara, studi dokumentasi dapat digunakan

untuk melengkapi data penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Guba dan

Lincoln (dalam Moleong, 2002) yang menjelaskan bahwa dokumen pribadi

maupun dokumen resmi dapat digunakan sebagai sumber data yang dapat

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.

Selanjutnya Guba dan Lincoln menyatakan bahwa dokumen dapat berupa

bahan tertulis atau film. Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian

ini untuk melengkapi informasi yang diperoleh pada teknik observasi dan

wawancara.

Adapun informasi yang ingin dicari melalui studi dokumentasi antara

lain berkaitan dengan data guru dan karyawan, data siswa, dokumen

kurikulum, foto-foto sejarah, prestasi sekolah, data pengurus yayasan, data

Page 79: Propsl Revital Ins Ksman r

76

tentang inventaris dan fasilitas sekolah, data tentang peraturan dan tata tertib,

data alumni dan data lain yang relevan.

G. Validasi Data

Untuk menguji kevalidan data menurut Lincoln dan Guba (1985) dan

Moleong (2002) ada beberapa cara: 1) perpanjang keterlibatan, 2) ketekunan

pengamatan, 3) triangulasi (sumber, metode, peneliti dan teori), 4)

pengecekan responden, dan 5) penggalian data pada agen lainnya (kelompok

sebaya, guru, karyawan, alumni, masyarakat yang relevan dan siswa).

Pada penelitian ini, pengecekan validitas data dilakukan dengan teknik

triangulasi , diskusi dengan teman sejawat dan analisis kasus negatif (negative

case analysis). Ketiga teknik pengujian kesahihan data tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

1. Teknik Triangulasi

Teknik triangulasi dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan Denzin

(dalam Patton, 1987) yaitu triangulasi dengan sumber, metode dan teori.

Triangulasi dengan sumber yaitu pengujian kesahihan data dengan

membandingkan informasi yang sama pada waktu dan alat yang berbeda.

Teknik ini dilakukan dengan: 1) membandingkan hasil pengamatan dan

wawancara, 2) membandingkan apa yang dikatakan aktor yang pertama

dengan apa yang dikatakan aktor kedua, 3) membandingkan informasi dari

responden dengan informasi yang bukan responden, dan 4) membandingkan

perspektif orang dalam dengan pandangan orang luar, seperti orang tua dan

Page 80: Propsl Revital Ins Ksman r

77

masyarakat sekitar. Teknik triangulasi dengan metode, dengan cara

membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan dan dokumentasi.

Triangulasi dengan teori, yaitu mencari dan mempelajari teori-teori yang

diperlukan untuk mendukung dan menginterpretasikan data.

2. Diskusi dengan Teman Sejawat

Diskusi dengan teman sejawat dilakukan setelah mendapat informasi

dan data dari pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Diskusi

dilakukan untuk pengujian kesahihan data. Data yang telah dikumpulkan

didiskusikan dengan teman-teman sesama unsur pimpinan INS, sesama guru,

sesama mahasiswa pascasarjana dan dosen pembimbing.

3. Analisis Kasus Negatif (Negative Case Analysis)

Salah satu standar keabsahan data yang disarankan oleh Guba dan

Lincoln (1985: 307) adalah keterpercayaan (credibility). Analisis kasus negatif

merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keterpercayaan data penelitian.

Analisis kasus negatif sangat dibutuhkan untuk validasi data. Dalam penelitian

ini peneliti menganalisis dan mencari kasus atau keadaan yang menyanggah

temuan, menganalisis, mempelajari dan mengambil kesimpulan.

H. Analisis Data

Menganalisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian karena memungkinkan peneliti memberi makna terhadap data yang

dikumpulkan. Menganalisis data sejak awal harus dilakukan dengan tujuan

bahwa apabila data yang diperoleh masih belum memadai, maka sedini

Page 81: Propsl Revital Ins Ksman r

78

mungkin dapat segera dilengkapi. Hal ini akan terus berlanjut sampai akhir

penelitian. Patton (1987) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses

mengatur data, mengorganisasikan data kedalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat menganalisis data penelitian

ini, penulis mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh Miles dan

Huberman (1990) yaitu sebagai berikut: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan

3) kesimpulan.

SKEMA TEKNIK ANALISIS DATA

1. Reduksi Data

Data yang didapat harus segera direduksi agar tidak terlalu bertumpuk-

tumpuk, serta memudahkan dalam pencarian data dan memudahkan dalam

menyimpulkannya. Miles dan Huberman (1990) mendefinisikan reduksi data

Page 82: Propsl Revital Ins Ksman r

79

sebagai suatu proses pemulihan, memfokuskan pada penyederhanaan,

pengabsahan dan transformasi data “mentah/kasar” yang muncul dari catatan

tertentu di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang

menajamkan, menonjolkan hal-hal yang penting, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data

agar lebih sistematis, sehingga didapat kesimpulan yang bermakna. Data yang

telah direduksi akan dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang

hasil pengamatan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan proses pemberian sekumpulan informasi

yang sudah disusun dimana memungkinkan untuk pencarian kesimpulan dan

pengambilan tindakan (Miles dan Huberman, 1990). Penyajian data

merupakan gambaran secara keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh

agar mudah dibaca secara menyeluruh. Penyajian data dapat berupa matriks,

grafik, jaringan kerja dan lainnya. Dengan adanya penyajian data maka

peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dalam kancah penelitian dan

apa yang akan dilakukan peneliti dalam mengantisipasinya.

3. Kesimpulan

Data awal yang berwujud kata-kata tulisan, tingkah laku sosial di

Kampus Ruang Pendidik INS Kayutanam yang didapat dari hasil observasi,

wawancara dan studi dokumentasi, kemudian diproses/dianalisis agar menjadi

Page 83: Propsl Revital Ins Ksman r

80

data yang siap disajikan. Dari hasil proses dan analisis, data disajikan untuk

selanjutnya dibuat suatu kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan pada

awalnya masih longgar, namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan

mendalam dengan bertambahnya data. Miles dan Huberman (1990)

menyatakan kesimpulan merupakan suatu konfigurasi yang utuh.

Page 84: Propsl Revital Ins Ksman r

DAFTAR RUJUKAN

Anas, Azwar. (2008). “Institut Talenta Indonesia INS Kayutanam”. Makalah disajikan pada Sarasehan dengan Tokoh Rantau, Pengusaha, Pejabat, Politikus dan Eksekutif Alumni SMA se-Sumatera Barat. Padang, 19 Oktober.

Anfasa Moeloek, Farid. (2008). “Institut Talenta Indonesia 2020 INS Kayutanam

Revitalisasi Konsep Ruang Pendidik INS Kayutanam”. Disajikan pada Lokakarya Pendidikan Menuju Institut Talenta Indonesia 2020 INS Kayutanam. Jakarta, 9 Februari.

Ansjar M. (Ed). (tt). Dasar-dasar Pendidikan Mohammad Sjafei – Suatu

Pemahaman. Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. Bogdan R.C dan Taylor, SJ. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif.

Alih Bahasa Arief Furchan. Surabaya: PN Usaha Nasional. Chalil Achjar dan Hudaya L. (2008). Pembelajaran Berbasis Fitrah. Jakarta : PT.

Balai Pustaka (Persero). Departemen Depdiknas. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta

PT. Balai Pustaka. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Undang-undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Faisal, Sanafiah. (1990). Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang:

Yayasan Asah Asih Asuh. Ibrahim Thalib. (1978). Pendidikan Mohd. Sjafei INS Kayutanam (cetakan

kedua). Jakarta: Mahabudi. INS Kayutanam. (2006). Institut Talenta Indonesia 2020. Executive Summary. INS. (tt). Ruang Pendidik INS Kayutanam: “SMP-SMA Plus”. Irmawita. (2006). “Standarisasi Kompetensi Pamong Belajar SKB dan BPKB”.

Makalah disampaikan pada Semiloka Nasional Standarisasi Kompetensi Profesi PTK-PNF, Padang, Juli.

Page 85: Propsl Revital Ins Ksman r

Lincold, Y.S dan Guba E. E. (1985). Naturalistic Inquiry. California: Stage Publication.

Manan, Imran. (1989). Dasar-dasar Budaya Pendidikan. Jakarta : PPLPTK

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Miles, MB and Huberman, A.M. (1990) Qualitative Data Analysis. Terjemahan

Thetjep Rohendi. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik. Bandung: Tarsito. Navis, A.A. (1996) Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei Ruang Pendidik

INS Kayutanam. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Nur, Agustiar Syah. (1978). Penelitian Kualitatif: Penentuan Responden dan

Instrumen. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. _____. (2001). “Peralihan Manajemen Pendidikan dari Sistem Sentralisasi ke

Desentralisasi”. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang, Padang, 2 Mei.

_____. (2008). “Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan INS Kayutanam dengan Konsep

Pembangunan Pendidikan Nasional”. Jurnal Wawasan Pendidikan dan Pembelajaran, 3 (2) : 161-167.

Patton, Q. (1987). Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage

Publication. Sagala, Syaiful. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi

Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta : PT. Nimas Multima. _____. (2007). Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.

Bandung: Alfabeta. Singgalang. (2008). 11 Februari. INS Lebih Menonjolkan Kebermaknaan

Pendidikan. Hlm. 2. Sjafei, Mohammad. (1976). Dasar-Dasar Pendidikan. Diterbitkan oleh Alumni

INS Kayutanam. _____. (1979). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: CSIS.

Page 86: Propsl Revital Ins Ksman r

Surachmad, Winarno. (2008). “Menanggapi Gagasan Talenta dalam Pendidikan INS Kayutanam”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pendidikan Menuju ITI-INS Kayutanam 2020, Jakarta, 9 Februari.

Syafwandi. (2001). “Seni Rupa dalam Falsafah Pendidikan M. Sjafei dan Sejarah

Pendidikan INS Kayutanam serta Relevansinya bagi Pendidikan di Masa Depan”. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana ITB.

Tunas, Billy. (2007). Memahami dan Memecahkan Masalah dengan Pendekatan

Sistem. Jakarta : PT. Nimas Multima. Winardi. (1989). Pengantar tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Bandung :

Mandar Maju.