proposal widia ilvani
DESCRIPTION
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING GROUPS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XSMKN 1 AMPEK ANGKEKTRANSCRIPT
PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING GROUPS PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X
SMKN 1 AMPEK ANGKEK
Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Oleh:
WIDIA ILVANI
NIM : 2411.026
DOSEN PEMBIMBING:
M. IMAMMUDDIN, M.Pd
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013 M/1435 H
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan
penting dalam pembentukan pola pikir siswa. Oleh karena itu matematika
merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah mulai dari sekolah
dasar, sekolah menengah bahkan perguruan tinggi. Mengingat pentingnya
pelajaran matematika maka guru diharapkan mampu mendidik dan
memotivasi siswa agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.
Menurut Soejadi (2000:30) ”Matematika sebagai salah satu ilmu dasar,
baik aspek terapan maupun aspek penalarannya yang mempunyai peranan
penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Oleh karena itu
haruslah mutu pendidikan matematika lebih ditingkatkan sejak dini, hal ini
berguna untuk meningkatkan kualitas SDM yang memiliki kemampuan dalam
menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Islam mengajarkan bahwa Allah SWT telah menciptakan sesuatu
dengan hitungan teliti. Dengan matematika dapat diketahui perkembangan
waktu yang berkembang menjadi ilmu fisika dan perhitungan-perhitungan lain
yang kemudian dikembangkan baik dalam ilmu perkembangan Islam maupun
ilmu lainnya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Yunus (10) ayat 5:
Artinya:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
2
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.
Dapat diketahui bahwa unsur-unsur hidup kita tidak terlepas dari
perhitungan yang telah diatur oleh Allah SWT secara sistematis. Dan juga
dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tak lepas
dari peran matematika yang sangat bermanfaat dalam kehidupan nyata, untuk
itulah siswa seharusnya termotivasi dalam belajar matematika agar tidak
ketinggalan dalam bidang pengetahuan dan teknologi.
Untuk mewujudkan hal di atas maka pemerintah telah melakukan
bermacam-macam usaha diantaranya: meningkatkan kualitas guru,
pemantapan kerja guru, pengembangan dan memperbaharui kurikulum,
penambahan gedung sekolah, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan
pengembangan fisik lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru matematika di
SMKN 1 Ampek Angkek, guru mengungkapkan bahwa siswa beranggapan
mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipahami
maupun dipelajari maka banyak siswa yang tidak memiliki kemauan keras
untuk belajar. Dalam proses pembelajaran yang terjadi cendrung berpusat
pada guru yang sifatnya monoton. Siswa hanya mendengarkan,
memperhatikan, dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru sehingga
siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya dan
berfikir kritis. Dan kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, dimana
dalam proses pembelajaran guru kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya dan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa,
dimana siswa yang pintar tidak membantu siswa yang kurang pintar.
Pembelajaran seperti ini dapat mengakibatkan hasil belajar siswa
rendah, sehingga motivasi belajar matematika juga tidak ada. Pada tabel
berikut dapat dilihat rata-rata nilai ujian tengah semester matematika semester
3
I siswa yang masih rendah, di mana rata-rata siswa masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 60.
Tabel 1.1
Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Tengah Semester Matematika Siswa
Kelas X SMKN 1 Ampek Angkek Tahun Pelajaran 2013/2014
No Kelas Jumlah
Siswa
Nilai <
60
Nilai
60
1 X TB 32 63,7% 36.3%
2 X DKV 24 79.1% 20.9%
3 X ADP 33 84.6% 15.4%
Sumber : Tata Usaha SMKN 1 Ampek Angkek Tahun 2013/2014
Oleh karena itu guru sebagai unsur yang paling penting dalam
pembelajaran harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan
menerapkan pembelajaran yang tepat agar siswa lebih aktif dan semangat
dalam belajar. Sardiman (2001:85) menyatakan bahwa “belajar yang baik
diperlukan proses dan motivasi yang baik, karena tanpa motivasi yang baik
maka hasil belajar yang diharapkan tidak dapat tercapai”. Jadi, proses
pembelajaran yang baik tidak terlepas dari peranan guru dalam mengelolanya.
Adapun caranya adalah memilih model pembelajaran yang dapat
menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar siswa.
Kolaboratif (collaborative Learning) adalah proses pembelajaran yang
dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya (Dede, 2004: 166).
Collaborative Learning Groups memudahkan para siswa belajar dan bekerja
bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Dengan adanya
collaborative Learning Groups diharapkan kegiatan belajar siswa dapat
meningkat. Dalam proses belajar mengajar, Collaborative Learning Groups
dapat digunakan untuk memberikan pola bervariasi dalam memacu semangat
dan minat siswa.
4
Berdasarkan observasi penulis melihat bahwa kebanyakan siswa sulit
untuk memahami matematika, hal ini disebabkan karena kurangnya minat dan
motivasi dari guru, siswa tidak memahami keterkaitan dan kegunaan belajar
matematika, mereka tidak mempunyai keyakinan bahwa mereka bisa
memahami matematika dan jarang merasa puas dalam belajar. Berdasarkan
uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul :“Penerapan Collaborative Learning Groups Pada Mata Pelajaran
Matematika Siswa Kelas X SMKN 1 Ampek Angkek”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa rendah.
2. Pembelajaran masih terpusat pada guru
3. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa
4. Aktivitas siswa dalam belajar matematika belum dikembangkan secara
optimal sehingga siswa pasif dalam belajar.
C. Batasan Masalah
Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dan tidak menyimpang dari
ruang lingkup penelitian maka penulis membatasi permasalahan yang akan
diteliti yaitu menenai Aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menerapkan Collaborative Learning Gruops dan hasil belajar matematika
siswa setelah dilakukan penerapan Collaborative Learning Groups.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
“Apakah aktifitas belajar dan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan Collaborative Learning Groups lebih baik dari pada
pembelajaran konvensional ?”.
5
E. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktifitas belajar
dan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan Penerapan
Collaborative Learning Groups lebih baik dari pada pembelajaran
konvensional.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang didapatkan berguna bagi:
1. Guru Matematika, khususnya guru matematikan di SMKN 1 Ampek
Angkek sebagai bahan masukan dalam melaksanakan pengajaran yang
dapat diterapkan di sekolah.
2. Pimpinan sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.
6
BAB II
KERANGKA TEORETIS
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara guru
dan siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik. Pada
pembelajaran terjadi kegiatan belajar mengajar yang merupakan suatu
kegiatan yang sejalan dan searah. Slameto (2003: 2) mengemukakan
bahwa:
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses kegiatan melalui interaksi untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru yang menghasilkan perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik. Perubahan-perubahan tingkah laku kearah yang lebih
baik, perubahan-perubahan tingkah laku tersebut tidak terlepas dari tugas
dan fungsi guru sebagai pendidik dalam suatu proses pembelajan.
Begitupun pembelajaran matematika tidak terlepas dari adanya
suatu perubahan-perubahan dalam individu yang belajar. Teori belajar
Gagne yang dikutip oleh Suherman (2003:33) menyatakan bahwa:
“Dalam belajar matematika ada dua objek yang akan diperoleh
siswa yaitu objek langsung dan tak langsung. Objek antara lain
kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar
mandiri bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana
semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta,
keterampilan, konsep dan aturan”.
7
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa dituntut
untuk menemukan fakta, keterampilan, konsep dan aturan tertentu dalam
pembelajaran matematika. Agar dapat menemukan semua itu siswa
diharapkan dapat berinteraksi, mempunyai kemampuan menyelidiki dan
mampu memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa dituntut untuk terlibat
aktif dan berpatisipasi dalm pembelajaran, dengan demikian diharapkan
hasil belajar yang diperoleh dapat menjadi lebih baik.
Dalam matematika Nikson yang dikutip oleh Muliyardi (2003: 3)
menyatakan bahwa :
“Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk
mengkontruksikan konsep-konsep atau prisip-prinsip matematika
dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga
konsep-konsep atau prinsip-prinsip itu terbangun kembali”.
Kutipan diatas mengungkapkan bahwa pemelajaran matematika
bertujuan untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar.
Istilah pembelajaran untuk menggambarkan pada siswa lebih banyak
berperan dalam mengkontruksikan pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa
pengetahuan itu bukan hasil proses tranformasi bagi guru.
2. Tinjauan Tentang Collaborative Learning Groups
Pembelajaran kolaboratif (collaborative Learning) adalah proses
pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya
(Dede, 2004: 166). Hakikat pembelajaran kolaboratif adalah belajar yang
saling membantu antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
Collaborative Learning Groups memudahkan para siswa belajar
dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun
individu. Dengan adanya collaborative Learning Groups diharapkan
kegiatan belajar siswa dapat meningkat. Dalam proses belajar mengajar,
Collaborative Learning Groups dapat digunakan untuk memberikan pola
bervariasi dalam memacu semangat dan minat siswa.
8
Collaborative Learning Groups merupakan salah satu cara untuk
memotivasi siswa dalam belajar dan memberikan kesempatan untuk
mengembangkan materi pelajaran, Inti pembelajaran Collaborative
Learning Groups adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil, antara anggota kelompok saling belajar dan
membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok
adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.
Menurut Gunawan (2003 : 199), ada lima elemen penting yang harus
ada dalam Collaborative Learning Groups yaitu :
a. Interdependen yang positif (perasaan kebersamaan).
b. Interaksi face to face atau tatap muka yang saling mendukung (saling
membantu, saling menghargai, memberi selamat dan sukses bersama).
c. Tanggung jawab indinidu dan kelompok (demi keberhasilan
pembelajaran).
d. Kemampuan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam kelompok
kecil (komunikasi, rasa percaya, kepemimpinan, dan pembuatan
keputusan).
e. Pemrosesan secara kelompok (melakukan refleksi terhadap fungsi dan
kemampuan mereka bekerja saam dalam suatu kelompok, dan
bagaimana untuk mampu berprestasi untuk lebih baik).
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari Collaborative Learning
Groups adalah. Menurut Gunawan (2003 : 203-204) Beberapa kelebihan
dari Collaborative Learning Groups sebagai berikut:
a) Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi.
b) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.
c) Melatih kecerdasan emosinal.
d) Mengutamakan kepentingan kelompok dari pada pribadi.
e) Mengasah kecerdasan interpesonal
f) Melatih kemampuan bekerja sama, team work
9
g) Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.
h) Kemampuan komunikasi.
i) Murid tidak malu bertanya kepada temannya sendiri.
j) Kecepatan dan hasil belajar meningkat pesat.
k) Peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari.
l) Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.
Beberapa kekurangan yang mungkin timbul dalam Collaborative
Learning Groups adalah :
a. Siswa yang pintar, merasa dirugikan karena harus repot-repot
membantu temannya.
b. Beberapa siswa keberatan karena nilai yang mereka peroleh
ditentukan oleh prestasi kelompok.
c. Bila kerja sama tidak berjalan dengan baik, maka yang bekerja hanya
beberapa murid yang aktif dan yang pintar saja.
Untuk mengatasi kekurangan dari Collaborative Learnings Group
diatas, yang dilakukan guru yaitu:
1. Siswa yang pintar, merasa dirugikan karena harus repot-repot
membantu temannya. Disini guru harus berusaha supaya siswa yang
pintar itu tidak beranggapan bahwa dia merasa dirugikan misalnya
dalam kelompok itu minta anggota yang lain untuk sama-sama
memahami tugas yang diberikan.
2. Beberapa siswa keberatan karena nilai yang mereka peroleh
ditentukan oleh prestasi kelompok. Guru memberikan nilai yang lebih
pada siswa itu.
3. Bila kerja sama tidak berjalan dengan baik, maka yang bekerja hanya
beberapa murid yang aktif dan pintar saja. Guru harus berusaha agar
anggota dalam kelompok itu aktif semua, apabila ada siswa yang
kurang aktif dalam kelompoknya guru mendekati siswa itu dan
10
meminta agar siswa itu ikut bekerja sama dalam kelompoknya.
Apabila siswa itu tidak mau, guru mengurangi nilainya. Karena takut
akan dikurangi siswa itu akan berusaha untuk bekerja sama dalam
kelompoknya.
Dalam pelaksanaan Collaborative Learning Groups ini penulis
berpedoman pada prosedur yang dikemukakan oleh Silberman (2006: 166)
langkah-langkah dalam kelompok belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Beri siswa materi yang pendek dan terformat dengan baik, naskah
singkat, grafik atau diagram yang menarik.
b. Bentuklah kelompok dan beri mereka ruang yang tenang untuk
melaksanakan pembelajaran.
c. Beri petunjuk yang jelas yang membantu siswa untuk belajar dan
menjelaskan dengan cermat.
d. Beri tugas kepada anggota kelompok, misalanya sebagai fasilitator,
pengatur waktu, pencatat atau juru bicara.
e. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah
satu atau beberapa hal berikut:
1) Membahas materi secara bersama
2) Berikan siswa pertanyaan kuis
3) Dapatkan pertanyaannya.
4) Perintahkan siswa untuk menilai seberapa baik mereka memahami
materi.
5) Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siswa untuk menguji
pemahaman mereka.
Berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh Silberman diatas
penulis memodifikasi sebagai berikut:
a). Sebelum guru memulai pelajaran kegiatan pembelajaran terlebih
dahulu guru menjelaskan tentang Collaborative Learning Groups.
11
b). Guru menjelaskan materi pelajaran dengan ringkas kepada siswa.
c). Guru membagi siswa atas beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5
orang, pengelompokan ini dibentuk berdasarkan kemampuan siswa.
d). Guru membagi materi pelajaran sesuai dengan banyak kelompok
yang telah dibentuk.
e). Guru memberikan materi tersebut pada masing-masing kelompok
untuk dipelajari secara bersama-sama didalam kelompoknya.
f). Guru memberi waktu pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran
dalam kelompoknya secara bersama- sama.
g). Guru meminta salah satu kelompok untuk menjelaskan materi yang
dipelajari diberikan. Kelompok yang pertama tampil yaitu kelompok
yang mendapat materi pelajaran awal. Guru menunjuk salah satu
anggota kelompok untuk menjelaskan materi pelajaran, dan satu
orang lagi mengerjakan contoh soal.
h). Guru meminta siswa yang tampil tadi untuk kembali ke anggota
kelompoknya.
i). Guru meminta kelompok lain menanggapi memberi pertanyaan
tentang materi yang telah disampaikan oleh kelompok yang tampil.
j). Kelompok yang tampil harus berusaha menjawab pertanyaan dari
kelompok lain, apabila kelompok yang tampil tidak bisa menjawab
pertanyaan, guru meminta kelompok lain untuk menjawabnya,
apabila kelompok lain tidak bisa maka guru berusaha untuk
menjawab dan menjelaskan sampai siswa itu mengerti.
k). Setelah selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain,
guru meminta kelompok itu untuk duduk ditempat semula.
l). Guru meminta kelompok yang mendapat urutan kedua untuk
menjelaskan materi pelajaran berikutnya. Kegiatan sama seperti
kelompok pertama.
12
3. Pembentukan Kelompok Pada Collaborative Learning Groups
Pembentukan kelompok dalam Collaborative Learning Groups
dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga hal berikut:
1) Pengelompokan yang dilakukan dengan menggunakan acuan
level kemampuan harus dengan hati-hati. Satu hal yang sering
menjadi kendala adalah bagaimana kita membuat kelompok
mrmjadi efektif? Dalam praktek di dalam kelas, usahakan
membuat kelompok yang terdiri dari beberapa murid dengan
kemampuan yang berbeda.
2) Jumlah anggota kelompok harus diusahakan sedikit. Dari hasil
praktek dan pengamatan yang telah dilakukan selama ini, jumlah
ideal dan paling efektif yaitu 3, 4, dan maksimal 5 orang murid.
3) Collaborative Learning Groups harus diterapkan secara
konsisten dan sistematik, tetapi tidak boleh digunakan secara
berlebihan.
4. Tinjauan Tentang Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Manusia dan aktivitas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dimana dengan aktivitas manusia dapat mewujudkan semua
yang diinginkannya. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat bermacam-
macam aktivitas yang dapat dilakukan siswa, namun mempunyai satu
tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran sangat menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam
memahami materi yang dipelajarinya. Sardiman (2001:15) mengatakan
bahwa “siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat
mutlak berlangsungnya interaksi belajar mengajar”. Aktivitas-aktivitas
siswa yang dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung menurut
Sardiman (2001: 15) adalah:
13
a. Visual activitas, seperti: membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c. Listening activities, seperti: mendengarkan, uraian, percakapan,
diskusi, pidato.
d. Writing activities, seperti: menulis cerita, laporan, angket.
e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan,
membuat kontruksi, model, mereparasi.
g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
h. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran tidak hanya aktif secara fisik
tetapi juga aktif secara non fisik. Aktifitas siswa tersebut dapat dilihat
dalam beberapa hal. Sudjana yang dikutip juwita (2009: 17) mengatakan
bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lainnya atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapi.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Memiliki kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.
14
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aktifitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran merupakan penentu apakah pembelajaran yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik atau tidak. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
terbagi dua komponen yaitu: aktivitas yang bersifat negatif dan aktivitas
yang bersifat positif. Adapun aktivitas yang bersifat positif meliputi:
memahami materi pelajaran, menjawab soal dengan baik, bertanya,
memberi saran, dan lainnya. Sedangkan aktivitas siswa yang bersifat
negatif seperti: membuat keributan dalam kelas, mengganggu teman, tidak
memperhatikan pelajaran dan lainnya.
5. Tinjauan Tentang Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran secara
klasikal dengan metode ceramah ataupun eksipotori dan pemberian tugas
secara individu. Proses pembelajaran masih beriontasi pada guru. Pada
umumnya keberhasilan belajar hanya dinilai secara subjektif, maksudnya
hanya menilai hasil ujian.
Dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih
menitikberatkan pada keaktifan siswa, Pembelajaran konvensional yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran biasa yang
dilaksanakan dengan metode ekdipotori. Sebagaimana yang Dikemukakan
oleh Erman (2003: 203) yaitu:
”Pada metode ekspotori dominasi guru banyak berkurang, karena
tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang
diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat
catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak
15
mengerti, guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual,
menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.”
Berdasarkan kutipan diatas, kegiatan guru meliputi menerangkan
materi pelajaran di depan kelas secara langsung dilanjutkan dengan tanya
jawab mengenai materi yang dipelajari. Kemudian, guru memberikan
contoh soal dan soal-soal latihan kepada siswa serta diakhiri dengan
pemberian tugas atau pekerjaan rumah.
6. Tinjauan Tentang Hasil Pembelajaran Matematika
a. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil, asumsi
dasar adalah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil
belajar yang optimal pula, dimana ada kolerasi antara proses
pembelajaran dengan hasil yang dicapai. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu (http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-
hasil-belajar/)
Dalam Islam juga diterangkan dalam Q.S AL-An’am ayat 132
yang berbunyi:
16
Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat
(seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu
tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.
(QS. Al-An’am: 132)
Pada ayat di atas Allah menjelaskan bahwa seseoarang akan
memperoleh derajat yang sesuai dengan apa yang dikerjakannya.
Apabila seorang siswa yang rajin belajar maka ia akan mendapat
rangking di kelasnya dan dianggap pintar oleh teman-temannya. Untuk
itu keberhasilan yang dimiliki seseorang diperoleh melalui usaha dan
tekad sungguh-sungguh yang dilakukan oleh orang tersebut.
Adapun kriteria keberhasilan pembelajaran itu menurut Sudjana
(2004: 35) adalah:
1) Kriteria ditinjau dari sudut proses.
Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran
sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis
sehingga siswa sebagai subjek yang belajar mampu
megembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan
tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif.
2) Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapai.
Kriteria dari segi hasil menekankan pada tingkat
penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Kedua kriteria ini tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus
merupakan hubungan sebab dan akibat, dengan kriteria tersebut berarti
pengajaran bukan hanya mengejar hasil tetapi keduanya ada dalam
keseimbangan. Dengan adanya proses pembelajaran yang baik akan
memberikan hasil yang tidak baik pula.
17
b. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan siswa di sekolah, diantaranya adalah:
1) Faktor Dari Dalam Diri Siswa.
Faktor yang datang dari dalam diri siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Menurut Clark yang dikutip
oleh Sudjana (2004:39): “ menyatakan bahwa hasil belajar siswa di
sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% oleh
lingkungan”. Dengan demikian seorang siswa harus berusaha
mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai hasil belajar
yang maksimal.
2) Faktor Dari Luar Diri Siswa.
Faktor yang berada diluar diri siswa dapat menentukan atau
mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya. Menurut Caroll yang
dikutip Sudjana (2004: 40) berpendapat bahwa:
”Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor,
yakni (a). Bakat pelajar, (b). Waktu yang tersedia untuk belajar, (c).
Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d).
Kualitas pengajaran, dan (e). Kemampuan individu”.
Dengan adanya bakat atau kemampuan yang ada pada siswa akan
menentukan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Sehingga
makin tinggi kualitas pengajaran dan kemampuan yang ada pada
siswa, maka makin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh oleh
siswa tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
a. Baitul Rahmi (2009), dengan penelitin yang berjudul “ Penerapan
Pembelajaran Kolaboratif Dengan Teknik Kuis Tim Dalam Pembelajaran
Matematika Di Kelas X SMAN 1 Tilatang Kamang ”. Penelitian ini
18
bertujuan untuk mengetahui apakah dengan Pembelajaran Kolaboratif
Dengan Teknik Kuis Tim mempengaruhui hasil belajar siswa. Hasil yang
diperoleh dari penelitian tersebut adalah hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan pembelajaran aktif Kolaboratif dengan Teknik Kuis
Tim lebih baik dari pada hasil belajar matematika yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
b. Juwita Enria (2009), dengan penelitian yang berjudul “ Penerapan
Pembelajaran Aktif Tipe Collaborative Learning Group Terhadap Hasil
Belajar Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Rao”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Aktif Tipe Collaborative
Learning Group mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Pada
penelitian ini, kelas ekperimen diajarkan dengan dan kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut adalah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan
Pembelajaran Aktif Tipe Collaborative Learning Group lebih baik dari
pada hasil belajar matematika yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
C. Kerangka Konseptual
Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika
disekolah adalah siswa hanya menghafal materi pelajaran, bukan
menyelesaikan tugas, menyelesaikan suatu masalah saja tetapi siswa itu
diajak berinteraksi dalam belajar. Guru sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar harus mampu melaksanakan dan merencanakan
kegiatan belajar mengajar dengan sebaik-baiknya, guru harus mampu
memanfaatkan mengorganisasikan semua yang tersedia secara optimal
demi tercapainya hasil belajar yang optimal.
Dalam proses pembelajaran diperlukan satu atau lebih metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika, sehingga
menimbulkan dan meningkatkan motivasi dan aktifitas siswa dalam
19
belajar. Collaborative Learning Groups merupakan satu metode yang
dapat digunakan dan dengan metode ini siswa dapat berpatisifasi aktif
dalam mempelajari materi pelajaran. Dan dapat meningkatkan keterlibatan
aktivitas siswa baik dalam mengembangkan demokrasi didalam kelas,
sehingga terjadi perbaikan pola interaksi siswa dengan sumber belajar.
Berdasarkan latarbelakang dan kajian teori yang di kemukakan
sebelumnya, maka kerangka konseptual dari penelitian sebagai beriku:
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah
berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Hasil belajar matematika siswa
yang diajarkan menggunakan Collaborative Learning Groups lebih baik
dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional dikelas X
SMKN 1 Ampek Angkek”.
Pembelajaran
Kelas Eksperimen
Pembelajaran dengan
menggunakan collaborative
learning groups
Group Grou groups
Kelas kontrol
Pembelajaran dengan
menggunakan metode
konvensional
Hasil belajar Hasil belajar
Perbandingan
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian
ini direncanakan dan diteliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada
hubungannya dengan hipotesis. Nazir (2005: 64) menyatakan bahwa:
“Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat
tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa
kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol untuk
perbandingan”.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control
Group Only Design. Menurut Suryabrata (2004:104) jenis penelitian
Randomized Control Only Design dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Kelas Perlakuan Postest
Eksperiment
Kontrol
X
-
T
T
Keterangan:
T : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol
pada akhir penelitian .
X : Pembelajaran dengan menerapakan collaborative learning
gruops.
B. Populasi dan Sampel
1. populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMKN
1 Ampek Angkek pada semester I Tahun Pejaran 2013/2014. Adapun
21
banyaknya siswa sebanyak 89 orang yang tersebar dalam tiga kelas.
Distribusi siswa kelas X dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Siswa kelas X SMKN 1 Ampek Angkek
Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas Jumlah siswa (orang)
X TB 32
X DKV 24
X ADP 33
Sumber : Tata Usaha SMKN 1 Ampek Angkek Tahun 2013/2014
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Sampel yang dipilih dalam penelitian haruslah representatif yang
menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi.
Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka penulis memerlukan dua
kelompok sampel. Penentuan sampel ini dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Mengumpulkan data nilai ujian tengah semester matematika siswa
kelas X SMKN 1 Ampek Angkek Melakukan uji normalitas,
homogenitas variansi dan kesamaan rata-rata populasi. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan rumus statistik dan bantuan
"Software SPSS" yaitu:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah sebaran data
populasi mendekati nilai rata-rata dan berdistribusi normal atau
tidak. Uji yang digunakan adalah uji Liliefors. Adapun langkah-
langkahnya menurut Sudjana (2005: 466) adalah sebagai berikut:
1) Menyusun skor siswa dari yang rendah sampai yang tinggi.
22
2) Berdasarkan skor mentah atau sampel akan diuji hipotesis nol
bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal
melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal.
Untuk menguji hipotesis nol tersebut dilakukan beberapa
langkah di bawah ini:
a) Skor mentah dijadikan sebagai bilangan baku
nzzzz ,...,,, 321 dengan rumus s
xxz i
i
ix Skor ke i
x = Skor rata-rata
s = Standar deviasi
b) Untuk tiap bilangan baku dan dengan menggunakan daftar
distribusi normal baku hitung peluang ii zzPzF )( .
c) Hitung proporsi nzzzz ,...,,, 321 yang lebih kecil atau sama
dengan iz . Proporsi ini dinyatakan dengan )( izS dengan
rumus: n
zS iin21 z yang z,...,z,z banyaknya
)(
d) Menghitung selisih )( izF dan )( izS , kemudian
menghitung harga mutlaknya.
Harga mutlak terbesar dinyatakan dengan oL
Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan
antara oL dengan nilai kritis L pada uji Liliefors.
Kriteria pengujiannya:
Jika oL < tabelL berarti data sampel berdistribusi normal
Jika oL > tabelL berarti data sampel tidak berdistribusi normal
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah populasi
memiliki keragaman yang sama atau tidak. Uji homogenitas ini
23
menggunakan uji Bartlett, adapun langkah-langkahnya menurut
Sudjana (2005: 263):
a. Menghitung variansi gabungan dari semua populasi dengan
menggunakan rumus:
1
1 2
2
i
ii
n
sns
b. Menentukan harga satuan Bartlett (B) dengan rumus:
1log 2
insB
c. Untuk uji Bartlett digunakan statistik uji chi-kuadrat dengan
rumus:
22 log110 ii SnBLn
Kemudian bandingkan harga 2
hitung dengan harga 2
tabel yang
diperoleh dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan dk = k – 1.
Jika 2
hitung < 2
tabel maka populasi mempunyai variansi yang
homogen.
3) Untuk menguji kesamaan rata-rata populasi, digunakan analisis
variansi satu arah, analisis ini dengan menggunakan rumus :
1
1
i
x
x
n
DK
A
F
Jika hitungF < tabelF maka populasi mempunyai rata-rata yang sama.
b) Jika setiap kelas dari populasi sudah berdistribusi normal, variansinya
homogen dan memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Random Sampling, yaitu pengundian secara
acak dan ditetapkan bahwa kelas yang terambil pertama adalah kelas
eksperimen dan kelas terambil kedua adalah kelas kontrol. Jika data
tidak normal maka proses pengambilan sampel dilakukan dengan
24
Purposive Sampling, yaitu penarikan sampel dengan menggunakan
pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan
penelitian.
C. Variabel dan Data Penelitian
1. Variabel
Suryabrata (2002:25) mengemukakan bahwa ”Variabel adalah
segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian”. Sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian ini maka yang menjadi variabelnya adalah:
1) Variabel bebas: Pembelajaran menggunakan Tipe Kerjasama
Kelompok Belajar. (Collaborative Learning Groups)
2) Variabel terikat: Hasil belajar matematika siswa dikedua kelas sampel.
2. Data
Arikunto (2002:96) menyatakan bahwa data adalah hasil
pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun angka.
1). Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder:
a). Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subjek yang
diteliti. Dalam hal ini data primer adalah hasil belajar matematika
siswa di kedua kelas sampel.
b). Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Sebagai
data sekunder pada penelitian ini adalah nilai jumlah siswa kelas X
dan data nilai ujian tengah semester I kelas X SMKN 1 Ampek
Angkek tahun pelajaran 2013/2014.
2). Sumber Data
a). Seluruh siswa kelas X SMKN 1 Ampek Angkek tahun pelajaran
2013/2014 yang dipilih menjadi sampel untuk memperoleh data
primer.
25
b). Guru matematika kelas X SMKN 1 Ampek Angkek untuk
memperoleh data tentang nilai ujian tengah semester I matematika
siswa.
c). Tata Usaha SMKN 1 Ampek Angkek untuk memperoleh data
siswa kelas X yang terdaftar pada tahun ajaran 2013 / 2014.
D. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun
prosedur yang sistematis. Dimana prosedur dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap persiapan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah :
a. Meninjau sekolah tempat penelitian yang akan diadakan.
b. Mempersiapkan surat izin penelitian.
c. Konsultasi dengan guru pamong yang bersangkutan.
d. Menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas control.
e. Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pokok bahasan yang akan menjadi bahan penelitian.
f. Mempersiapkan soal-soal untuk bahan evaluasi bagi siswa.
g. Mempersiapkan lembaran observasi.
h. Membuat kisi-kisi tes hasil belajar.
i. Mempersiapkan tes akhir.
2. Tahap pelaksanaan
1. Pada kelas eksperimen
Pada kelas eksperimen pembelajaran yang dilaksanakan adalah
dengan menerapkan Collaborative Learning Groups. Langkah-langkah
Collaborative Learning Groups adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
a). Guru membuka pelajaran.
b). Guru menyampaikan indikator.
c). Guru melakukan apersepsi dan motivasi.
b. Kegiatan Inti
26
a) Sebelum guru memulai pelajaran kegiatan pembelajaran
terlebih dahulu guru menjelaskan tentang Collaborative
Learning Groups.
b) Guru menjelaskan materi pelajaran secara ringkas kepada
siswa.
c) Siswa diminta untuk duduk pada kelompok masins-masing
yang telah ditentukan.
d) Guru menuliskan pembagian materi pelajaran dikertas kecil
sesuai dengan banyak kelompok, berupa materi yang akan
dipelajari dan dijelaskan oleh masing-masing kelompok
didepan kelas. Kemudian kertas itu digulung dan salah satu dari
anggota kelompok disuruh mengambil satu kertas kecil
tersebut. Kemudian guru memonitor siswa dalam mengerjakan
pekerjaan masing-masing dalam kelompok.
e) Setiap kelompok diminta untuk mempelajari materi yang
diberikan beserta mengerjakan contoh-contoh soal yang ada
pada buku paket.
f) Guru meminta setiap kelompok menampilkan hasil pekerjaan
kelompok mereka. Kelompok yang tampil pertama adalah
kelompok yang mendapat materi awal.
g) Guru meminta kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok
yang tampil tentang hal yang tidak dipahami, kelompok yang
tampil menjawab pertanyaan itu, apabila jawaban dari
kelompok itu kurang tepat guru berusaha untuk menjelaskan
kembali.
h) Guru meminta kelompok yang tampil untuk duduk
dikelompok mereka.
i) Guru meminta kelompok berikutnya tampil kedepan kelas
untuk menjelaskan materi yang mereka pelajari dalam
kelompok mereka.
27
j) Setelah diskusi selesai, guru menjawab pertanyaan yang tidak
bisa dijawab oleh siswa dan hasilnya dikumpulkan.
c. Penutup
1) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2) Guru memberikan pekerjaan rumah dan mengingatkan siswa
untuk membaca materi selanjutnya.
2. Pada kelas kontrol
Pada kelas kontrol pembelajaran yang dilaksanakan adalah
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan latihan dan
kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol adalah sebagai berikut:
1. Pendahluan
a) Guru membuka pelajaran.
b) Guru mengaitkan materi baru dengan materi lama.
2. Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan pelajaran.
b) Guru memberi contoh soal.
c) Siswa membuat latihan dan guru membimbing siswa dalam
mengerjakannya.
d) Siswa diminta mengerjakan soal dipapan tulis.
e) Guru membahas jawaban siswa.
3. Penutup
a) Guru menyimpulkan pelajaran.
b) Guru memberi tugas rumah.
c) Mengingatkan materi pelajaran yang akan diajarkan.
3. Tahap akhir
1) Memberikan tes akhir kepada kedua kelas sampel setelah dilakukan tes
uji coba soal.
2) Menganalisis data yang diperoleh dari kedua kelas.
3) Mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari kedua sampel.
28
4) Mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknik
analisis data yang digunakan.
E. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang
digunakan dalam suatu penelitian. Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah lembar observasi dan tes hasil belajar:
1. Lembaran Observasi
Dalam penelitian ini lembar observasi yang digunakan untuk
mengetahui peningkatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dengan penerapan Collaborative Learning Groups. Aktivitas yang akan
diamati dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Aktivitas Siswa yang Diamati dalam Proses Pembelajaran
No Jenis Aktivitas Aplikasi di kelas
1 Visual activities Memperhatikan penjelasan yang diberikan
guru
2 Oral activities
a. Bertanya pada guru
b. Ikut berpatisipasi dengan mengemukakan
pendapat. 3 Listening activities Mendengarkan hasil diskusi kelompok siswa
lain 4 Writing activities Menyalin/ memperbaiki catatan
5 Mental activities Menjawab/ menanggapi pertanyaan,
mengerjakan soal yang diberikan guru.
6 Emotional activities Hadir didalam kelas sebelum pelajaran
dimulai
Dari lembar observasi ini akan terlihat seberapa jauh peningkatan
atau penurunan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Collaborative
Learning Groups .
29
2. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang dimaksud adalah tes akhir penelitian kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Soal-soal pada tes akhir penelitian ini
penulis susun berdasarkan materi yang diajarkan selama penelitian
berlangsung. Soal tes berupa essay.
Untuk memperoleh tes yang baik dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyusun Tes
Tes yang penulis susun terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay.
Langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
a. Membuat batasan terhadap bahan yang akan diujikan
b. Menyusun kisi-kisi tes
c. Menyusun butir-butir soal
2. Uji Coba Tes
Hasil dari suatu penelitian akan dapat dicapai apabila data yang
digunakan betul-betul akurat atau sudah memiliki validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda yang tinggi. Agar
soal-soal yang disusun itu memiliki kriteria soal yang baik, maka
soal tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu dan kemudian
dianalisis untuk mendapatkan soal mana yang memenuhi kriteria
tersebut.
Uji coba dilaksanakan di SMKN 1 Ampek Angkek kelas X, karena
berdasarkan informasi bahwa kelas ini memiliki kemampuan yang
tidak jauh berbeda, yang dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar
matematika siswanya.
3. Analisis soal tes
Dalam melakukan analisis item ada 4 hal yang perlu dilakukan yaitu:
a. Validitas Test
30
Validitas tes adalah tingkatan ketepatan tes. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu tes
cukup dianalisis dengan validitas isi. Maksudnya isinya telah sesuai
dengan kurikulum yang berlaku dan sesuai dengan materi yang telah
diajarkan. Menurut Prawironegoro ( 1985 :7) bahwa :
1. Bahan tes harus sesuai dengan bahan pelajaran yang telah
diberikan.
2. Bahan tes harus sesuai dengan kurikulum.
3. Bahan tes harus sesuai dengan pengalaman siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa validitas
isi adalah kesesuaian antara soal dengan materi yang ada dalam
kurikulum. Oleh karena itu, untuk mendapatkan soal yang valid
maka dalam menyusun soal penulis menyesuaikan materi dengan
kurikulum KTSP dan juga dikonsultasikan dengan guru matematika
yang mengajar di kelas X SMKN 1 Ampek Angkek.
b. Indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran adalah indikator yang menunjukan apakah
soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Soal
yang terlalu mudah atau terlalu sukar harus diganti. Untuk
mengetahui tingkat kesukaran soal dipakai rumus yang dikemukakan
oleh Prawironegoro (1985: 14):
%1002
mn
DDIk rt
Keterangan : Ik = Indeks kesukaran
Dt = Jumlah skor dari kelompok tinggi
Dr = Jumlah skor dari kelompok rendah
m = Skor setiap soal jika benar
N = Banyak siswa
n = 27 % x N
31
Tabel 3.4
Klasifikasi tingkat kesukaran soal
No Indeks Kesukaran Klasifikasi
1 < 27 % Sukar
2 27 % Ik 73 % Sedang
3 > 73 % Mudah
c. Daya pembeda
Menurut Arikunto (2008: 211) “daya beda soal adalah
kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah).” Daya beda soal ditentukan dengan mencari indeks
pembeda soal. Indeks pembeda soal merupakan angka yang
menunjukan perbedaan kelompok tinggi dan kelompok rendah.
Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus seperti
yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985: 11) :
1
22
nn
XX
MMIp
rt
rt
Keterangan:
Ip = Indeks pembeda soal
Mt = Rata-rata skor kelompok tinggi
Mr = Rata-rata skor kelompok rendah
N = 27% dari banyak siswa
N = banyak siswa
2
tX = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
2
rX = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah
32
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda Soal
Koefisien Daya Pembeda Kriteria
0,70 ≤ D <1,00 Baik sekali
0,40 ≤ D < 0,70 Baik
0,20 ≤ D < 0,40 Cukup
0,00 ≤ D < 0,20 Jelek
d. Reliabilitas tes
Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut
dapat dipercaya. Reliabilitas tes digunakan untuk mengetahui
tingkat kemudahan tes dengan menggunakan rumus alpha, yang
dikemukakan Arikunto (2005: 109):
2
2
11 11
t
i
n
nr
dan
N
N
xx
t
t
t
2
2
2
N
N
xx
n
2
2
2
Keterangan:
r11 = Reliabilitas yang dicari
2
i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t = Varians total
n = Jumlah butir soal
33
Tabel 3.6
Kriteria Reliabilitas Tes
Koefisien Reliabilitas Tes Kriteria
R11 = 1 Reliabilitas sempurna
0,80 ≤ r11 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,60 ≤ r11 < 0,80 Reliabilitas tinggi
0,40 ≤ r11 < 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah
0,00 ≤ r1 1< 0,20 Reliabilitas sangat rendah
F. Teknik Analitis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tentang
perbedaan dua rata-rata. Apabila kedua sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, memiliki varians yang homogen dalam pengujian
hipotesis statistik yang digunakan adalah Uji-t. Sebelum dilakukan Uji-t,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan instrument
penelitian.
1. Lembar Observasi
Data observasi diperoleh dengan cara menghitung jumlah siswa
yang melakukan aktivitas sebagaimana terdapat pada lembar observasi.
Data tersebut dianalisis dengan teknik persentase yang dinyatakan oleh
Sudjana (1989:130) sebagai berikut :
P = N
F x 100 %
Keterangan:
P : persentase aktivitas
F : frekwensi aktivitas
N : jumlah siswa
34
Tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dinyatakan oleh Dimyati dan
Mudjiono (2002:125) sebagai berikut :
Tabel 3.8
Kriteria Tingkat Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa
Kriteria Tingkat Keberhasilan Range Persentase
Sedikit sekali Tidak berhasil 1 – 25
Sedikit Kurang Berhasil 26 – 50
Banyak Berhasil 51 – 75
Banyak Sekali Sangat Berhasil 76 – 100
2. Tes
Analisis data tes hasil belajar bertujuan untuk menguji apakah
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah kedua
kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini
menggunakan uji Liliefors, sesuai yang dikemukakan oleh Sudjana
(2005: 466) sebagai berikut:
1) Menyusun skor siswa dari yang rendah sampai yang tinggi,
2) Berdasarkan skor mentah atau sampel akan diuji hipotesis nol
bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal
melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal. Untuk
menguji hipotesis nol tersebut dilakukan beberapa langkah di
bawah ini:
a) Skor mentah dijadikan sebagai bilangan baku
nzzzz ,...,,, 321 dengan rumus s
xxz i
i
ix Skor ke i
x = Skor rata-rata
35
s = Standar deviasi
b) Untuk tiap bilangan baku dan dengan menggunakan daftar
distribusi normal baku hitung peluang ii zzPzF )( .
c) Hitung proporsi nzzzz ,...,,, 321 yang lebih kecil atau sama
dengan iz . Proporsi ini dinyatakan dengan )( izS dengan
rumus: n
zS i
z yang z,...,z,z banyaknya )( in21
d) Menghitung selisih )( izF dan )( izS , kemudian menghitung
harga mutlaknya.
Harga mutlak terbesar dinyatakan dengan oL
Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan antara
oL dengan nilai kritis L pada uji Liliefors.
Kriteria pengujiannya:
Jika oL < tabelL berarti data sampel berdistribusi normal
Jika oL > tabelL berarti data sampel tidak berdistribusi
normal
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk melihat apakah
kedua kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji F. Langkah-langkah
yang dilakukan untuk menguji homogenitas variansi menurut Sudjana
(2005: 250) yaitu:
1) Menghitung variansi masing-masing kelompok data, kemudian
menghitung harga F dengan rumus:
2
2
2
1
S
SF
Keterangan: F = Varians kelompok
2
1S = Varians hasil belajar kelas aksperimen
36
2
2S = Varians kelas kontrol
2) Bandingkan harga F yang diperoleh melalui perhitungan dengan
harga F yang diperoleh dari data tabel distribusi F dengan derajat
bebas 1,1 21 nn
Jika tabelhitung FF berarti data kelas sampel mempunyai variansi
yang homogen, sebaliknya jika tabelhitung FF berarti data kelas
sampel tidak mempunyai variansi yang homogen.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah hasil belajar
siswa kelas eksperimen lebih meningkat dari pada kelas kontrol
dengan menggunakan uji-t sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sudjana (2005:239), yaitu :
2
)1()1(
11 21
2
22
2
112
21
21
nn
snsnsdengan
nns
XXt
Keterangan :
1X = Nilai rata-rata kelas eksperimen
2X = Nilai rata-rata kelas kontrol
1n = Jumlah siswa kelas eksperimen
2n = Jumlah siswa kelas kontrol
2
1s = Simpangan baku kelas eksperimen
2
2s = Simpangan baku kelas kontrol
s = Simpangan baku kedua kelas
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika t < t(1 - ) di
mana t ( 1 - ) di dapat dari daftar distribusi t dengan derajat
37
kebebasan (dk) = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 - ) dan tolak H0 jika
t t(1 - ), H0 ditolak jika nilai P < . Uji hipotesis ini bertujuan
untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan memang benar
atau tidak, maksudnya apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen
lebih baik dari pada kelas kontrol.
38
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. ( 2002 ). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.
Bina Aksara
________ . ( 2005 ). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Dede, Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Penada Media
Djafar, Tengku Zahara, 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil
Belajar. Padang : FIP UNP.
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer.
Bandung: JICA-Univerditas Pendidikan Indonesia.
Gunawan, Adi. W. 2007. Genius Learning Strategi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Juwita, Endria. 2009. Pengaruh Pembelajaran Aktf Tipe Collaborative Learning
Gruops Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa KelasVIII SMP
Negeri Rao. Skripsi. Padang :FMIPA UBH.
Lie, Anita. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang-ruang Kelas. J.
Jakarta: Grasindo.
Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Matematika. Padang : FMIPA
Nasution, S.2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, cet, 6.
Prawaronegoro, Praktiknyo. 1985. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisa Soal
Bidang Studi Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.
Prayitno. 1973. Pengajar Psikologi Pendidikan, mengenal dasar-dasar hubungan
guru dan murid. Padang: NPMPT IKIP. Madang.
39
Rahmi, Baitul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kollaboratif Dengan Teknik kuis
Team Dalam Pembelajaran Matemátika Di Kelas VIII SMPN 18
Padang Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Padang. FMIPA. UNP.
Sardiman, AM. 2001. Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta
Dikdesmen.
Samadhi, Ari. 2008.Pembeajaran Aktif (Aktif Learning). http://www.google.com
Silberman, Melvin. 2006. Active Learning 101 Cara Bealajar Aktif. Bandung:
Nuansa
.2004 Active Learning 101 Cara Bealajar Aktif. Bandung: Nusa Media
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Soenarjo. 1989. Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta :P.T Karya Toha
Sudjana, Nana. 2005. Penelitian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: P.T
Remaja Rosdakarya.
________. 2004. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensind
Slameto.1999. Evaluasi Pendidikan. Sala tigo: Bumi Aksar.
________.2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Sumadi, Suryabrata. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grapindo.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi
Revisi). Bandung: UPI.
http://www.city.londonmet.ac.uk/deliberation/collab/learning/
http://www.journal.uchicago.edu
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/